Kesalahan
dalam
perhitungan
harga
pokok
produksi
tentu
mengakibatkan kekeliruan dalam penentuan harga jual bakso urat tersebut yaitu
mungkin harga jual menjadi terlalu tinggi atau bahkan terlalu rendah. Kedua
kemungkinan tersebut dapat mengakibatkan keadaan yang tidak menguntungkan
bagi perusahaan. Harga jual yang terlalu mahal sesungguhnya merupakan citra
buruk bagi perusahaan. Sebaliknya jika harga jual terlalu rendah akan
mangakibatkan laba yang diperoleh perusahaan rendah pula, bahkan mungkin
mengalami kerugian. Dalam tulisan ini akan diuraikan cara perhitungan harga
pokok produksi dalam menetapkan harga jual bakso urat yang tepat. Hasilnya
menunjukkan bahwa harga pokok produksi terdiri dari 3 (tiga) unsur biaya yaitu
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Harga
Pokok Penjualan = Harga Pokok Produksi + Biaya non Produksi. Sedangkan
Harga Jual = Harga Pokok Penjualan (HPPJ) + (% Laba yang diharapkan x
HPPJ). Memperhatikan Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) dengan
Metode Full Costing (Kasus Pada Baso Urat Gatot Kaca) oleh Sunarto dan
Juniar HPP per mangkok BUGK adalah Rp 4.480,- dengan harga jual Rp5.000,00
per mangkoknya, keuntungan diperoleh sebesar Rp520,00. Setelah dilakukan
perhitungan lebih cermat ternyata HPP per mangkok adalah Rp 4.774,Keuntungan per porsinya = Rp 5.000,- - Rp 4.774,- = Rp 226,-. Hal ini
disebabkan ada beberapa unsure biaya yang belum diperhitungkan. Kecermatan
dalam memperhitungkan harga pokok produksi sangat mempengaruhi ketepatan
penetapan harga jual produk. Untuk itu disarankan dalam perhitungan HPP Bakso
Urat perlu menetapkan dan memperhatikan resep baku dala perhitungan biaya
bahan baku, demikian pula biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik perlu
diperhitungkan secara cermat. Tentunya juga tidak melupakan biaya non produksi
untuk menentukan harga pokok penjualan sebagai dasar penetapan jual bakso urat
yang tepat.
Kata Kunci: Harga Pokok Produksi, Harga Pokok Penjualan, Harga Jual, dan
Bakso Urat
PENDAHULUAN
Pembangunan dibidang ekonomi yang terus digalakan dewasa ini
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan yang sangat mulia tersebut, tentunya
pembangunan ekonomi perlu diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan
jual yang tepat. Tulisan ini akan mencoba menguraikan cara perhitungan harga
pokok produksi dalam menetapkan harga jual bakso urat yang tepat.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui
perhitungan harga pokok produksi bakso urat yang tepat serta peranan harga
pokok produksi dalam menetapkan harga jual bakso urat yang tepat. Sedangkan
manfaat yang diharapkan adalah memberikan sumbangan pemikiran kepada para
pedagang bakso khusus pedagang bakso urat dalam menghitung harga pokok
produksi bakso yang tepat. Dengan mengetahui cara menghitung harga pokok
produksi bakso yang tepat, maka diharapkan para pedagang bakso dapat
menentukan harga jual bakso yang tepat pula.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan. Data yang
dibutuhkan dikumpulkan dari data sekunder berupa buku-buku, jurnal, artikel,
makalah, ataupun hasil-hasil penelitian yang kebanyakan diunduh lewat dunia
maya. Data yang terkumpul lewat kepustakaan atau dokumentasi tersebut
kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif.
PEMBAHASAN
SEKILAS TENTANG BAKSO
Bakso adalah produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang
dilumatkan, dicampur dengan bahan-bahan lainnya, dibentuk bulat-bulatan, dan
selanjutnya direbus. Biasanya istilah bakso tersebut diikuti dengan nama jenis
dagingnya, seperti bakso ikan, bakso ayam, dan bakso sapi. Berdasarkan bahan
bakunya, terutama ditinjau dari jenis daging dan jumlah tepung yang digunakan,
bakso dibedakan menjadi 3 jenis yaitu bakso gaging, bakso utat dan bakso aci.
Bakso daging dibuat dari daging yang sedikit mengandung urat, misalnya daging
penutup, pendasar gandik dengan penambahan tepung lebih sedikit daripada berat
daging yang digunakan. Bakso urat adalah bakso yang dibuat dari daging yang
banyak mengandung jaringan ikat atau urat, misalnya daging iga. Penambahan
tepung pada bakso urat lebih sedikit sedikit daripada jumlah daging yang
digunakan. Bakso aci adalah bakso yang jumlah penambahan tepungnya lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah daging yang digunakan. Bahan baku bakso
terdiri dari bahan utama, bahan tambahan dan pengawet. Bahan utamnya daging,
bahan tambahan adalah bahan pengisi, garam, penyedap, dan es atau air es. Bahan
pengisi yang biasa digunakan adalah tepung pati, misalnya tepung tapioca dan
tepung pati aren. Sedangkan bahan pengawet yang biasa digunakan adalah
benzoate, boraks, tawas, sodium triposfat, titanium dioksida(TIO2). Boraks
(NaB4O7.10H2O) berupa serbuk putih yang termasuk salah satu bahan kimia yang
dilarang penggunaannya dalam pruduk pangan. Penggunaan benzoate dalam
produk pangan menurut peraturan Menkes RI maksimum 0,1 persen dari berat
produk. Sedangkan tawas sekitar 1 samapai 2 gram per liter air untuk
mengeraskan
permukaan
bakso
dan
memberikan
warna
cerah
daging
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ( factory overhead cost)
(Mulyadi, 2005: 14). Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang
digunakan untuk menghitung harga harga pokok produk jadi dan harga pokok
produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses (Mulyadi,
2009:16). Menurut Adolph Matz et. Al (1997:24) Harga Pokok Produksi terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang
dimulai dari bahan baku, bahan baku tambahan yang diproses sampai menjadi
barang jadi. Dengan demikian harga pokok produksi adalah keseluruhan biaya
produksi yang terakumulasi ke dalam setiap unit produk yang dihasilkan oleh
perusahaan yang terdiri dari tiga elemen yaitu: biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja (upah), dan biaya overhead pabrik (biaya tidak langsung).
BIAYA BAHAN BAKU
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian integral atau
secara menyeluruh dari produk jadi. Biaya bahan baku/bahan langsung merupakan
biaya bagi bahan-bahan yang secara langsung digunakan dalam proses produksi
untuk mewujudkan suatu macam produk jadi yang siap dipasarkan, atau siap
diserahkan kepada pemesan (Bambang & Kartasapoetra 1992: 5). Biaya bahan
dasar (material) dalam arti luas elemen yang digunakan sebagai dasar pembuatan
barang jadi, tetapi ada kemungkinan barang jadi dari produk suatu perusahaan
merupakan material dari perusahaan lain. Untuk tujuan akuntansi bahan dasar
dipisahkan ke dalam dua kategori yaitu:
a. Bahan dasar langsung, yaitu bahan yang menjadi bagian menyeluruh dari
produk jadi.
b. Bahan dasar tak langsung, yaitu merupakan bahan dasar (material) yang
digunakan untuk membuat produk, tetapi jumlahnya sangat kecil, dan bukan
merupakan bagian menyeluruh dari produk jadi.
Menurut Usry (1989: 24-26) bahan baku disebut bahan langsung (direct
materials) adalah semua bahan yang membentuk bagian integral barang jadi dan
dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk, contoh kayu untuk
membuat peralatan mebel dan minyak mentah untuk membuat bensin. Sedangkan
langsung digunakan, dapat secara mudah ditelusuri, dan merupakan biaya upah
yang utama untuk memproduksi suatu produk (Widjajatunggal, 1993: 80). Tenaga
kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk
mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk
penggunaan tenaga kerja manusia tersebut (Mulyadi, 2005: 319).
Dengan demikian biaya tenaga kerja langsung merupakan seluruh biaya
yang terjadi karena pemakaian tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam
proses produksi atau dikerahkan dalam mengolah bahan baku menjadi produk jadi
atau produk siap jual.
PENCATATAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP)
Biaya overhead pabrik (Factory overhead). Dalam artian ini, biaya
overhead pabrik termasuk biaya bahan dasar tak langsung dan biaya tenaga kerja
tak tak langsung. Pemisahan langsung dan tak langsung biaya dalam konteks yang
merupakan pemisahan biaya umum tetapi dalam konteks yang lain berbeda, selain
itu pemisahan langsun dan tak langsungnya biaya juga dipengaruhi oleh metoda
pengumpulan biaya ( Sudayat, hhtp://. ridwaniskandar.files. .)
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Menurut Mulyadi ( 2005: 194) biaya overhead pabrik
dikelompokkan menjadi beberapa golongan sebagai berikut ini :
Biaya Bahan Penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau
bahan meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila
dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut. Biaya Reparasi dan
Pemeliharaan berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan baku habis
pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk
keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik,
mesin dan ekuipmen, kendaraan, perkakas laboratorium, dan aktiva lain yang
digunakan untuk keperluan pabrik. Biaya Tenaga Kerja Tidak langsung adalah
tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung
kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja tidak langusng terdiri
dari upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja
tidak langsung tersebut. Tenaga kerja tidak langsung meliputi:
1. Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti departemendepartemen pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel dan departemen gudang.
2. Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, karyawan
administrasi pabrik, mandor.
d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap. Biaya-biaya
yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya depresiasi,
emplasemen
pabrik,
bangunan
pabrik,
mesin
dan
peralatan,
perkakas
digunakan untuk
= Rp.
25 +
yang
diunduh
lewat
internet
yaitu
(http://www.google.co.id/search?
Keterangan
Daging
Urat
Mie kuning
Mie putih
Toge, sayur, seledri
Saos
Kecap
Cabe
Bawang goreng
Garam
Penyedap rasa
Biaya giling
Total
Sumber: Sunarto Juniar(2008:11-12)
Harga(Rp)
255.000
84.000
20.000
20.000
12.000
30.000
21.000
5.500
21.000
2.000
10.500
23.000
508.000
N
o
Keterangan
Banya
Harga
Total
(Rp)
(Rp)
Masa
pakai*
)
Penyusutan**)
per
per
bulan
hari
(Rp)
(Rp)
500.00
1
Gerobak bakso
Kompor gas +
0
475.00
500.000
8.333
278
2
3
tabung
Kompor
1
2
0
75.000
275.00
475.000
150.000
3
1
13.194
12.500
440
417
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
1
1
1
2
1
1
1
4
0
50.000
5.000
35.000
2.500
5.000
10.000
10.000
7.500
100.00
275.000
50.000
5.000
35.000
5.000
5.000
10.000
10.000
30.000
1
1
1
1
0,5
1
1
1
1
22.917
4.167
417
2.917
833
417
833
833
2.500
764
139
14
97
28
14
28
28
83
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Rak piring
Lap
Meja
Kursi
Mangkok
Sendok
Garpu
Tempat Sendok
Gelas
Wadah tisu
1
6
4
16
30
30
30
4
30
4
0
3.333
50.000
23.000
2.500
583
583
4.000
833
10.000
100.00
100.000
20.000
200.000
368.000
75.000
17.500
17.500
16.000
25.000
40.000
2
0,5
2
2
2
2
2
2
2
2
4.167
3.333
8.333
15.333
3.125
729
729
667
1.042
1.667
139
111
278
511
104
24
24
22
35
56
1
4
0
2.500
100.000
10.000
2.539.00
1
2
8.333
417
278
14
117.736
3.925
23 Dispenser
24 Asbak
Total
Sumber: Sunarto Juniar(2008:12)
Keterangan
Per bulan(Rp)
1
2
3
4
Per hari(Rp)
22.222
3.333
5.000
17.500
48.055
Keterangan :
***) Biaya sewa gedung adalah Rp 800.000,00 per tahun
Dari gambaran unsur-unsur biaya produksi di atas dapatlah dihitung Harga Pokok
Produksi (HPP) total per hari seperti digambarkan pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4 HPP Total
No
1
2
Keterangan
Per hari (Rp)
Biaya bahan-bahan
508.000
Biaya Overhead
- BBM
17.500
- Biaya sewa gedung
22.222
- Biaya listrik
3.333
- Biaya Air
5.000
- Biaya Penyusutan
3.925
Total
559.980
Sumber: Sunarto Juniar(2008:13)
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa HPP total pada BUKG adalah sebesar
Rp559.980,00. Sementara, untuk jumlah baso yang dihasilkan dengan bahanbahan yang dipaparkan di atas, dapat menghasilkan rata-rata 125 mangkok baso.
Dari data di atas maka Sunarto dan Juniar mengetahui HPP per satuan pada
BUKG adalah sebesar Rp4.480,00. Perhitungannya adalah:
Menurut Sunarto dan Juniar dalam makalahnya yang berjudul
Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) dengan Metode Full Costing (Kasus
Pada Baso Urat Gatot Kaca) dengan harga jual Rp5.000,00 per mangkoknya,
BUGK masih mendapatkan keuntungan sebesar Rp520,00. Ini berarti rata-rata
keuntungan yang dinikmati per harinya adalah Rp 520,00 X 125 = Rp 65.000.
KECERMATAN
PERHITUNGAN
HARGA
POKOK
PRODUKSI
Kuah
Air kaldu, 3 liter
Merica bubuk, 1/2 sendok teh
Minyak goreng, 2 sendok makan
Bawang merah goreng, 2 sendok
makan
Bawang putih, 3 siung, cincang
Garam, secukupnya
Sumber: http://resepmasakans.com/resep-bakso-urat.htm/diakses tanggal 19 juli
2011/pk.11.02 wita
Sumber:http//nyamleng
Sumber:http://resepmasakanindonesia
Sumber: http://www.google.co.id
Resep 2:
Sambel rawit
Bahan-bahan:
Kuah:
hijau:
- Segenggam cabe
rawit hijau
- 2 siung bawang
cincang halus
potong halus
- 1 buah bawang bombay,
putih
iris halus
- 6 siung bawang putih,
- garam secukupnya
memarkan
- cuka secukupnya
kanji
- 2 putih telur
- air secukupnya
secukupnya
Sumber: http://nyamleng.com/2010/10/24/resep-bakso-urat/diakses tgl 19 juli
2011/pk 10.59 wita
Biaya Tetap
1. Gj
gr
2. Daging sapi tetelan 200 gram
3. Bawang putih 4 siung,
haluskan
4. Garam kasar 4 sendok teh
5. Merica bubuk 1 sendok teh
6. Tepung kanji 8 sendok makan
7. Putih telur 8 butir
3. Bawang putih : Rp 200,4. Garam kasar : Rp 200,5. Merica bubuk : Rp 200,6. Tepung kanji : Rp 400,7. Putih telur : Rp 4.000,Total : Rp 61.000,Sumber:http://webcache.googleusercontent.com/search.
Tepung kanji karena untuk membuat adonanya supaya bisa dibentuk bulat
tentu dibutuhkan bahan perekat untuk 4 porsi dibutuhkan 8 sendok berarti untuk
125 porsi dibutuh 125/4 X 8 sendok = 250 sendok. Dengan demikian dibutuhkan
Biaya tepung kanji
Merica bubuk dengan biaya 125/4 X Rp 200,- = Rp 6.250,Kaldu Sapi misalkan125/4 x 3 liter x Rp 100,- = Rp 3.125,Minyak Goreng
Rp 23.437,50
= Rp531.438,-
= Rp 32.500,-
= Rp 32.758,- (+)
= Rp596.696,-
3 (tiga)
unsur/elemen biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik.
2.
3.
4.
Harga Pokok Produksi (HPP) sangat berperan dalam menetapkan harga jual
bakso urat yaitu sebagai dasar dalam penentuan harga jual. Contoh: Menurut
Sunarto dan Juniar dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) dengan
Metode Full Costing (Kasus Pada Baso Urat Gatot Kaca) HPP per mangkok
BUGK adalah Rp 4.480,- dengan harga jual Rp5.000,00 per mangkoknya,
keuntungan diperoleh sebesar Rp520,00. Setelah dilakukan perhitungan lebih
cermat ternyata HPP per mangkok adalah Rp 4.774,- Keuntungan per porsinya =
Rp 5.000,- - Rp 4.774,- = Rp 226,-. .
5.
Kecermatan
dalam
memperhitungkan
harga
pokok
produksi
sangat
biaya bahan baku. Biaya tenaga yang mengolah bahan baku menjadi
produk/barang jadi seyogianya diperhitungakan sebagai biaya tenaga kerja
sekalipun sistem bagi hasil karena bila tidak jualan bakso tenaga tersebut
sesungguhnya bisa bekrja di bidang lain yang tenytunya juga akan memperoleh
pendapatan. Demikian juga dalam menentukan biaya overhead pabrik perlu
ketelitian serta kejelian serta logika pikir yang jeli misalkan ada tempat tisu
mestinya ada biaya tisu, ada produk yang digoreng tentu ada biaya minyak goreng
demikian seterusnya. Dalam menetapkan harga jual selain memperhatikan biaya
produksi perlu juga memperhatikan biaya non produksi. Bila perusahaan BUGK
ingin tetap menjual baksonya per porsi Rp 5.000,- maka perlu dilakukan efisiensi
dalam pembuatan baksonya misalnya berusaha mendapatkan harga bahan baku
dari penyalur dengan harga yang tepat, berkreasi dalam resep baku mungkin ada
bahan yang bisa disubstitusi dengan harga yang lebih menguntungkan tentunya
tanpa mengurangi kualitas dan cita rasa.
DAFTAR PUSTAKA.
........., 2010., Resep Bakso Urat, http://nyamleng.com/2010/10/24/resep-baksourat/diakses tgl 19 juli 2011/pk 10.59 wita
.., 2010., Resep Bakso Urat,http://resepmasakanindonesia.info/resep-baksourat/diakses tanggal 19 juli 2011/pk10.50 wita
.., 2007., Bakso urat, http://www.auliahazza.com/2007/08/17/bakso-urat/diakses
tanggal 19 juli 2011/pk10.54 wita
.., 2007., Membuat Bakso sendiri, majalah Sedap Sekejap, Edisi 1/IV/2003,
http://mesin-bakso.blogspot.com/diakses tanggal 19 juli/Pukul 11.26 Wita.