Anda di halaman 1dari 23

PERANAN HARGA POKOK PRODUKSI DALAM MENETAPKAN

HARGA JUAL BAKSO URAT (Suatu Kajian Pustaka)


Abstrak:

Kesalahan

dalam

perhitungan

harga

pokok

produksi

tentu

mengakibatkan kekeliruan dalam penentuan harga jual bakso urat tersebut yaitu
mungkin harga jual menjadi terlalu tinggi atau bahkan terlalu rendah. Kedua
kemungkinan tersebut dapat mengakibatkan keadaan yang tidak menguntungkan
bagi perusahaan. Harga jual yang terlalu mahal sesungguhnya merupakan citra
buruk bagi perusahaan. Sebaliknya jika harga jual terlalu rendah akan
mangakibatkan laba yang diperoleh perusahaan rendah pula, bahkan mungkin
mengalami kerugian. Dalam tulisan ini akan diuraikan cara perhitungan harga
pokok produksi dalam menetapkan harga jual bakso urat yang tepat. Hasilnya
menunjukkan bahwa harga pokok produksi terdiri dari 3 (tiga) unsur biaya yaitu
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Harga
Pokok Penjualan = Harga Pokok Produksi + Biaya non Produksi. Sedangkan
Harga Jual = Harga Pokok Penjualan (HPPJ) + (% Laba yang diharapkan x
HPPJ). Memperhatikan Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) dengan
Metode Full Costing (Kasus Pada Baso Urat Gatot Kaca) oleh Sunarto dan
Juniar HPP per mangkok BUGK adalah Rp 4.480,- dengan harga jual Rp5.000,00
per mangkoknya, keuntungan diperoleh sebesar Rp520,00. Setelah dilakukan
perhitungan lebih cermat ternyata HPP per mangkok adalah Rp 4.774,Keuntungan per porsinya = Rp 5.000,- - Rp 4.774,- = Rp 226,-. Hal ini
disebabkan ada beberapa unsure biaya yang belum diperhitungkan. Kecermatan
dalam memperhitungkan harga pokok produksi sangat mempengaruhi ketepatan
penetapan harga jual produk. Untuk itu disarankan dalam perhitungan HPP Bakso
Urat perlu menetapkan dan memperhatikan resep baku dala perhitungan biaya
bahan baku, demikian pula biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik perlu
diperhitungkan secara cermat. Tentunya juga tidak melupakan biaya non produksi
untuk menentukan harga pokok penjualan sebagai dasar penetapan jual bakso urat
yang tepat.

Kata Kunci: Harga Pokok Produksi, Harga Pokok Penjualan, Harga Jual, dan
Bakso Urat

PENDAHULUAN
Pembangunan dibidang ekonomi yang terus digalakan dewasa ini
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan yang sangat mulia tersebut, tentunya
pembangunan ekonomi perlu diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan

berusaha terutama bagi pengusaha golongan ekonomi lemah. Seperti diketahui


Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang begitu
strategis dalam menopang pembangunan ekonomi nasional. UMKM telah terbukti
mampu berkontribusi secara signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi,
penyediaan lapangan kerja untuk mengurangi angka pengangguran serta
mendistribusikan hasil-hasil pembangunan. Sejarah telah membuktikan krisis
ekonomi berkepanjangan yang melanda negara kita sejak beberapa waktu yang
lalu, mengakibatkan banyak usaha berskala besar mengalami stagnasi bahkan
sampai menghentikan aktifitasnya. Namun dibalik itu sektor Usaha Mikro Kecil
dan Menengah ternnyata tetap eksis dalam situasi krisis. Kenyataan ini
membuktikan bahwa (UMKM) ternyata lebih tangguh dalam menghadapi krisis
tersebut.
Salah satu kunci keberhasilan usaha mikro, kecil dan menengah adalah
tersedianya pasar yang jelas bagi produk UMKM. Seperti usaha bakso urat yang
menjamur di masyarakat, yang diminati bukan saja oleh kalangan ekonomi lemah
tetapi juga digemari oleh para konglomerat. Bakso merupakan salah satu makanan
yang digemari banyak orang dan bahkan minat masyarakat untuk menikmati
bakso pun bersifat dinamis , maka dari itu para pengusaha bakso pun semakin
kreatif dan adaptif terhadap ke dinamisan tersebut. Para pengusaha bakso banyak
yang berwirausaha karena minat konsumen untuk membeli cukup tinggi.
Seseorang membeli bakso terkadang bukan karena ingin sekadar mencobanya
tetapi seringkali karena memang menjadi favorit makanan kuliner bagi konsumen.

Kenyataan di atas telah menjadi sumber inspirasi bagi para pemodal/pengusaha


untuk membuka bisnis bakso. Selama ini kita tahu bahwa bakso biasanya dibuat
dari daging , tepung dan bumbu-bumbu lainya. Dewasa ini sudah terkenal juga
bakso urat.
Sementara itu kelemahan mendasar yang dihadapi pengusaha bakso urat
seperti halnya UMKM lainnya adalah kurangnya kemampuan dalam melakukan
perhitungan harga pokok produksi. Hal ini tentunya akan bermuara pada
lemahnya kemampuan dalam menetapkan harga jual yang tepat. Kesalahan dalam
perhitungan harga pokok produksi tentu mengakibatkan kekeliruan dalam
penentuan harga jual bakso urat tersebut yaitu mungkin harga jual menjadi terlalu
tinggi atau bahkan terlalu rendah. Kedua kemungkinan tersebut dapat
mengakibatkan keadaan yang tidak menguntungkan bagi perusahaan. Harga jual
yang terlalu mahal sesungguhnya merupakan citra buruk bagi perusahaan. Bila
kondisi ini terjadi dapat mengakibatkan produk yang ditawarkan perusahaan akan
sulit bersaing dengan produk sejenis yang ada di pasaran. Sebaliknya jika harga
jual produk terlalu rendah akan mangakibatkan laba yang diperoleh perusahaan
rendah pula.
Usaha bakso urat seperti halnya UMKM lainnya dikelola secara komersial
atau profit oriented yaitu orientasinya mencari keuntungan untuk menjaga
kelangsungan hidupnya (survival). Harga jual bakso yang tinggi merupakan
indikasi bahwa perusahaan beroperasi dalam kondisi inefficiency alias tidak sehat.
Kondisi ini mengakibatkan para pelanggan akan berpaling ke tempat lain.
Demikian sebaliknya bila harga jual terlalu murah, tentu perusahaan tidak mampu
menciptakan laba sesuai target yang telah ditetapkan. Kedua kondisi yang tidak
menguntungkan tersebut bila dibiarkan berlangsung lama tentu hal itu merupakan
ancaman bagi kelangsungan usaha.
Mencermati uraian di atas betapa pentingnya harga jual yang tepat
sehingga para pelanggan tidak berpaling ke tempat lain, hal tersebut dapat diatasi
dengan penentuan harga pokok produksi yang cermat serta penetapan harga jual
yang tepat. Karena itulah para pengusaha bakso urat perlu sekali dibekali
kemampuan dalam menghitung harga pokok produksi untuk menetapkan harga

jual yang tepat. Tulisan ini akan mencoba menguraikan cara perhitungan harga
pokok produksi dalam menetapkan harga jual bakso urat yang tepat.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui
perhitungan harga pokok produksi bakso urat yang tepat serta peranan harga
pokok produksi dalam menetapkan harga jual bakso urat yang tepat. Sedangkan
manfaat yang diharapkan adalah memberikan sumbangan pemikiran kepada para
pedagang bakso khusus pedagang bakso urat dalam menghitung harga pokok
produksi bakso yang tepat. Dengan mengetahui cara menghitung harga pokok
produksi bakso yang tepat, maka diharapkan para pedagang bakso dapat
menentukan harga jual bakso yang tepat pula.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan. Data yang
dibutuhkan dikumpulkan dari data sekunder berupa buku-buku, jurnal, artikel,
makalah, ataupun hasil-hasil penelitian yang kebanyakan diunduh lewat dunia
maya. Data yang terkumpul lewat kepustakaan atau dokumentasi tersebut
kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif.
PEMBAHASAN
SEKILAS TENTANG BAKSO
Bakso adalah produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang
dilumatkan, dicampur dengan bahan-bahan lainnya, dibentuk bulat-bulatan, dan
selanjutnya direbus. Biasanya istilah bakso tersebut diikuti dengan nama jenis
dagingnya, seperti bakso ikan, bakso ayam, dan bakso sapi. Berdasarkan bahan
bakunya, terutama ditinjau dari jenis daging dan jumlah tepung yang digunakan,
bakso dibedakan menjadi 3 jenis yaitu bakso gaging, bakso utat dan bakso aci.
Bakso daging dibuat dari daging yang sedikit mengandung urat, misalnya daging
penutup, pendasar gandik dengan penambahan tepung lebih sedikit daripada berat
daging yang digunakan. Bakso urat adalah bakso yang dibuat dari daging yang
banyak mengandung jaringan ikat atau urat, misalnya daging iga. Penambahan
tepung pada bakso urat lebih sedikit sedikit daripada jumlah daging yang
digunakan. Bakso aci adalah bakso yang jumlah penambahan tepungnya lebih

banyak dibandingkan dengan jumlah daging yang digunakan. Bahan baku bakso
terdiri dari bahan utama, bahan tambahan dan pengawet. Bahan utamnya daging,
bahan tambahan adalah bahan pengisi, garam, penyedap, dan es atau air es. Bahan
pengisi yang biasa digunakan adalah tepung pati, misalnya tepung tapioca dan
tepung pati aren. Sedangkan bahan pengawet yang biasa digunakan adalah
benzoate, boraks, tawas, sodium triposfat, titanium dioksida(TIO2). Boraks
(NaB4O7.10H2O) berupa serbuk putih yang termasuk salah satu bahan kimia yang
dilarang penggunaannya dalam pruduk pangan. Penggunaan benzoate dalam
produk pangan menurut peraturan Menkes RI maksimum 0,1 persen dari berat
produk. Sedangkan tawas sekitar 1 samapai 2 gram per liter air untuk
mengeraskan

permukaan

bakso

dan

memberikan

warna

cerah

daging

(http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/ipb/ Bakso%20. pdf).


Bakso merupakan salah satu junis makanan sangat digemari serta begitu
populernya di kalangan masyarakat kita. Buktinya bisnis ini begitu menjamur, di
mana-mana hampir di seluruh pelosok kita dapat jumpai penjual produk ini. Di
sekolah- sekolah, di kampus-kampus, di pasar-pasar, di pinggir jalan, di kantongkantong pemondokan, di depan ruko, termasuk di supermakert bahkan pedagang
kaki lima yang keliling masuk sampai ke sudut-sudut gang. Para pengusaha bakso
pun begitu inovatif dan sangat kreatif terbukti dewasa ini kita mengenal banyak
jenis bakso mulai dari bakso daging, bakso ayam, bakso ikan, bakso urat, bakso
cilok, bakso aci sampai bakso pejeterian. Bakso Urat merupakan bakso yang
dibuat dari daging yang tentunya mengandung urat atau jaringan ikat, dimana
unsur urat merupakan ciri khasnya.
Bakso dalam pengolahannya biasanya menggunakan bahan tambahan yang
bila dosisnya berlebihan tentu berbahaya bagi konsumen. Sehingga sering
terdengar pertanyaan yaitu; Bang, baksonya pakai boraksnya nggak ? MSG-nya
banyak nggak ? Kadang-kadang pertanyaan-pertanyaan seperti ini terlontar saat
konsumen membelinya. Konsumen ingin mendapatkan produk yang aman,
tentunya. Memang, beberapa pedagang bakso sering menggunakan bahan
tambahan pada produknya, seperti bahan pemutih, bahan pengawet, boraks, fosfat
(STPP), dan tawas. Bahan pemutih yang biasa digunakan adalah Titanium
dioksida. Bahan pengawet yang biasa digunakan adalah benzoat, batas

penggunaannya dalam produk pangan maksimum 0,1%. Boraks berupa serbuk


putih yang digunakan pada bakso untuk menghasilkan produk yang kering (kasat
dan tidak lengket), bahan ini termasuk bahan kimia yang dilarang penggunaannya
dalam produk pangan. Tawas digunakan dalam air perebus bakso untuk membantu
mengekstrak protein daging, kelebihan STPP ini menyebabkan rasa pahit pada
bakso. Untuk menghindari konsumsi bahan tambahan yang terlalu banyak, bakso
dapat dibuat sendiri di rumah dengan mengurangi atau menghindari sama sekali
penggunaan bahan-bahan tersebut (http://mesin-bakso.blogspot.com/ diakses
tanggal 19 Juli 2011/Pukul 11.26 Wita).
BIAYA PRODUKSI
Untuk memperoleh gambaran mengenai biaya produksi akan diawali
dengan pengertian biaya. Biaya (cost) ialah kas dan setara kas yang dikorbankan
untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan
memperoleh manfaat atau keuntungan di masa mendatang (Prawironegoro,
2005:15). Menurut Horngren/Goerge Foster biaya dalam Umum adalah sebagai
sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai suatu sasaran/tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Mulyadi (1983:3) pengertian biaya dalam arti luas adalah
pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi
atau kemungkinan akan terjadi (Suarsana, 2007:4).
Biaya produksi (output cost) adalah biaya untuk memproduksi yang terdiri dari
bahan langsung upah langsung dan biaya tidak langsung. Biaya produksi barang
(cost of goods manufactured) merupakan biaya yang dikeluarkan atau yang
dibebankan untuk membuat barang atau produksi meliputi bahan baku, upah, dan
biaya tidak langsung (Ismaya,2006:345). Biaya produksi yang sering disebut
biaya pabrikase atau biaya pabrik (factory cost) adalah jumlah dari tiga unsur
biaya yaitu bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik (Usry:
1989: 24).
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan
baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, yang menurut objek
pengeluarannya secara garis besar dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ( factory overhead cost)
(Mulyadi, 2005: 14). Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang
digunakan untuk menghitung harga harga pokok produk jadi dan harga pokok
produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses (Mulyadi,
2009:16). Menurut Adolph Matz et. Al (1997:24) Harga Pokok Produksi terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang
dimulai dari bahan baku, bahan baku tambahan yang diproses sampai menjadi
barang jadi. Dengan demikian harga pokok produksi adalah keseluruhan biaya
produksi yang terakumulasi ke dalam setiap unit produk yang dihasilkan oleh
perusahaan yang terdiri dari tiga elemen yaitu: biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja (upah), dan biaya overhead pabrik (biaya tidak langsung).
BIAYA BAHAN BAKU
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian integral atau
secara menyeluruh dari produk jadi. Biaya bahan baku/bahan langsung merupakan
biaya bagi bahan-bahan yang secara langsung digunakan dalam proses produksi
untuk mewujudkan suatu macam produk jadi yang siap dipasarkan, atau siap
diserahkan kepada pemesan (Bambang & Kartasapoetra 1992: 5). Biaya bahan
dasar (material) dalam arti luas elemen yang digunakan sebagai dasar pembuatan
barang jadi, tetapi ada kemungkinan barang jadi dari produk suatu perusahaan
merupakan material dari perusahaan lain. Untuk tujuan akuntansi bahan dasar
dipisahkan ke dalam dua kategori yaitu:
a. Bahan dasar langsung, yaitu bahan yang menjadi bagian menyeluruh dari
produk jadi.
b. Bahan dasar tak langsung, yaitu merupakan bahan dasar (material) yang
digunakan untuk membuat produk, tetapi jumlahnya sangat kecil, dan bukan
merupakan bagian menyeluruh dari produk jadi.
Menurut Usry (1989: 24-26) bahan baku disebut bahan langsung (direct
materials) adalah semua bahan yang membentuk bagian integral barang jadi dan
dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk, contoh kayu untuk
membuat peralatan mebel dan minyak mentah untuk membuat bensin. Sedangkan

bahan tidak langsung (indirect material) adalah bahan-bahan yang dibutuhkan


guna menyelesaikan suatu produk, tetapi pemakaiannya sedemikian kecil atau
sedemikian rumit sehingga tidak dapat dianggap sebagai bahan langsung seperti
minyak pelumas, minyak gemuk, lap pembersih, dan sikat termasuk dalam
perbekalan pabrik (factory suplies). Bahan baku merupakan bahan yang
membentuk secara menyeluruh dari barang jadi yang mempunyai nilai relatif
tinggi dibanding dengan bahan yang lain. Bahan yang nilainya relatif kecil tidak
dikelompokan menjadi bahan penolong. Bahan penolong adalah bahan yang tidak
menjadi bagian produk jadi atau bahan meskipun menjadi produk tetapi nilainya
relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut (Mulyadi,
2005: 194).
PENCATATAN BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG
Biaya tenaga kerja (direct labor) adalah biaya yang dikeluarkan untuk
mengerjakan bahan dasar sampai menjadi barang jadi. Biaya tenaga kerja
langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang langsung
menangani pembuatan (proses) dari bahan dasar sampai menjadi barang jadi.
Sebaliknya tenaga kerja tak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga
kerja yang menyumbangkan jasanya untuk pembuatan bahan dasar menjadi
barang jadi tetapi tidak langsung menangani pembuatannya misalnya gaji
pengawas yang mengawasi para pekerja yang menangani langsung pembuatan
kursi tersebut ( Sudayat, http://ridwaniskandar.files.wordpress.com/2009/05/32penggolongan-biaya.pdf.).

Upah langsung adalah semua upah yang secara

langsung digunakan, dapat secara mudah ditelusuri, dan merupakan biaya upah
yang utama untuk memproduksi suatu produk (Widjajatunggal, 1993: 80). Tenaga
kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk
mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk
penggunaan tenaga kerja manusia tersebut (Mulyadi, 2005: 319).
Dengan demikian biaya tenaga kerja langsung merupakan seluruh biaya
yang terjadi karena pemakaian tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam

proses produksi atau dikerahkan dalam mengolah bahan baku menjadi produk jadi
atau produk siap jual.
PENCATATAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP)
Biaya overhead pabrik (Factory overhead). Dalam artian ini, biaya
overhead pabrik termasuk biaya bahan dasar tak langsung dan biaya tenaga kerja
tak tak langsung. Pemisahan langsung dan tak langsung biaya dalam konteks yang
merupakan pemisahan biaya umum tetapi dalam konteks yang lain berbeda, selain
itu pemisahan langsun dan tak langsungnya biaya juga dipengaruhi oleh metoda
pengumpulan biaya ( Sudayat, hhtp://. ridwaniskandar.files. .)
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Menurut Mulyadi ( 2005: 194) biaya overhead pabrik
dikelompokkan menjadi beberapa golongan sebagai berikut ini :
Biaya Bahan Penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau
bahan meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila
dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut. Biaya Reparasi dan
Pemeliharaan berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan baku habis
pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk
keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik,
mesin dan ekuipmen, kendaraan, perkakas laboratorium, dan aktiva lain yang
digunakan untuk keperluan pabrik. Biaya Tenaga Kerja Tidak langsung adalah
tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung
kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja tidak langusng terdiri
dari upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja
tidak langsung tersebut. Tenaga kerja tidak langsung meliputi:
1. Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti departemendepartemen pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel dan departemen gudang.
2. Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, karyawan
administrasi pabrik, mandor.
d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap. Biaya-biaya
yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya depresiasi,

emplasemen

pabrik,

bangunan

pabrik,

mesin

dan

peralatan,

perkakas

laboratorium, alat kerja, dan aktiva lain yang digunakan di pabrik


e. Biaya yang timbul sebagai akibat barlalunya waktu. Biaya-biaya yang termasuk
dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi gedung, emplasemen,
asuransi mesin

dan ekuipmen,, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan

karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial-run.


f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang
tunai. Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik
PLN dan sebagainya.
MANFAAT HARGA POKOK PRODUKSI
Menurut Mulyadi ( 2005:65-67) informasi harga pokok produksi
bermanfaat bagi manajemen dalam:
Menentukan harga jual produk. Perusahaan yang berproduksi massa memproses
produknya untuk memenuhi persediaan di gudang. Dengan demikian biaya
produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi
biaya produksi per satuan produk. Dalam penetapan harga jual produk, biaya
produksi per unit merupakan salah satu informasi yang dipertimbangkan di
samping informasi biaya lain serta informasi nonbiaya.
Memantau realisasi biaya produksi. Akuntansi biaya

digunakan untuk

mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka waktu


tertentu untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya
produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya.
Menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu. Untuk mengetahui apakah
kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode tertentu mampu
menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto. Menentukan harga pokok
persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.
Pada saatnya manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan
periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan rugi
laba.

PENETAPAN HARGA JUAL PRODUK


Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin)
yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan
pelayanannya (Swastha & Irawan, 1986: 241). Menurut Laksana (2008:105) harga
merupakan jumlah uang yang diperlukan sebagai penukar kombinasi produk dan
jasa, dengan demikian maka suatu harga haruslah dihubungkan dengan
bermacam-macam barang dan/ atau pelayanan, yang akhirnya akan sama dengan
sesuatu produk dan jasa. Sedangkan harga jual (seles price) adalah nilai berupa
uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual
karena penyerahan barang tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
Dalam penetapan harga jual ada beberapa strategi penetapan harga seperti
berikut:
1. Penetapan harga yang berpedoman pada biaya.
Cara yang ditempuh yaitu dengan menambah prosentase laba dan biaya
Misalnya :

Harga Beli = Rp. 1000


Laba 10% = Rp. 100
Biaya

= Rp.

25 +

Harga jual = Rp. 1125


2. Penetapan harga cost (cost plus pricing)
Penetapan harga cost plus merupakan praktek dimana harga penjualan suatu
produk ditetapkan dengan jalan menambahkan prosentase tertentu yang ditetapkan
sebelumnya atas biaya produk tersebut. Harga jual = Harga pokok + biaya + laba
3. Penetapan harga yang berpedoman pada persaingan
Terdapat beberapa alternatif dalam menghadapi pesaing yaitu dengan menetapkan
harga : di atas harga pesaing, sama dengan harga pesaing atau di bawah harga
pesaing
4. Penetapan harga yang berorientasi pada permintaan. Cara yang ditempuh
adalah dengan diskriminasi harga. Sasaran dari diskriminasi harga ini adalah para
pelanggan khusus yang memerlukan perlakuan khusus

5. Harga psikologikal Harga psikologikal yaitu harga yang diharapkan dapat


memberikan efek
psikologis pada konsumen.
6. Harga Promosi
a. Leader Pricing (harga dijual di bawah harga pasar)
b. Loss Leader Pricing (harga di bawah harga pokok)
c. Bait pricing (harga umpan yang diturunkan dengan tajam)
d. Special Event Pricing (harga khusus pada waktu-waktu tertentu)
e. Diskon Psikologikal ((http://elearning.gunadarma.ac.id).
Salah satu cara penetapan harga menurut Marras (1999. hal. 181), harga
dapat ditentukan atau dihitung : Harga didasarkan pada biaya total ditambah laba
yang diinginkan (cost plus pricing method). Metode penetapan harga ini adalah
metode yang paling sederhana di mana penjual atau produsen menetapkan harga
jual untuk satu barang yang besarnya sama dengan jumlah biaya per unit ditambah
dengan suatu jumlah untuk laba yang diinginkan (margin) pada tiap-tiap unit
tersebut sehingga formula menjadi: Cost plus pricing method = Biaya total + laba
= Harga jual. Metode ini mempertimbangkan bahwa ada bermacam-macam jenis
biaya dan biaya ini dipengaruhi secara berbeda oleh kenaikan atau penurunan
keluaran(output) = hasil nyata. Mark Up Pricing Method Variasi lain dari melode
cost plux adalah mark up pricing method yang banyak dipakai oleh pedagang.
Para pedagang yang membeli barang-barang dagangan akan menentukan harga
jualnya setelah menambah harga belinya sejumlah mark up (kelebihan harga jual
di atas harga belinya). Jadi formulanya menjadi: Harga Beli + Mark Up = Harga
Jual. (http://ridwaniskandar.files.....).
PERANAN HARGA POKOK PRODUKSI DALAM MENETAPKAN
HARGA JUAL BAKSO URAT
Untuk menggambarkan peranan harga pokok produksi dalam menetapkan
harga jual bakso urat disini akan digunakan contoh Perhitungan Harga Pokok
Produksi (HPP) dengan Metode Full Costing (kasus pada Bakso Urat Gatot Kaca)

yang

diunduh

lewat

internet

yaitu

(http://www.google.co.id/search?

q=Peranan+harga+pokok+produksi&...). Kios Bakso Urat Gatot Kaca (BUGK)


ini merupakan salah satu cabang usaha CV Yasmin yang berkedudukan di
Malabar Ujung Bogor yang dibuka pada tanggal 9 Januari 2008 dengan modal
awal Rp1.400.000,00 untuk membayar sewa kios Rp 800.000,00 dan biaya
operasional Rp600.000,00.
Perhitungan Harga Pokok Produksi Bakso Urat Gatot Kaca (BUGK)
Biaya bahan baku yang digunakan untuk membuat/memproduksi bakso urat 125
porsi (mangkok) per hari adalah seperti tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Biaya Bahan Baku/Bahan Langsung


No
1
2
3
4
5
6
7
9
10
11
12
13

Keterangan
Daging
Urat
Mie kuning
Mie putih
Toge, sayur, seledri
Saos
Kecap
Cabe
Bawang goreng
Garam
Penyedap rasa
Biaya giling
Total
Sumber: Sunarto Juniar(2008:11-12)

Harga(Rp)
255.000
84.000
20.000
20.000
12.000
30.000
21.000
5.500
21.000
2.000
10.500
23.000
508.000

Peralatan serta biaya peralatan yang digunakan digambarkan pada tabel 2 di


bawah ini

Tabel 2 Biaya Peralatan

N
o

Keterangan

Banya

Harga

Total

(Rp)

(Rp)

Masa
pakai*
)

Penyusutan**)
per
per
bulan

hari

(Rp)

(Rp)

500.00
1

Gerobak bakso
Kompor gas +

0
475.00

500.000

8.333

278

2
3

tabung
Kompor

1
2

0
75.000
275.00

475.000
150.000

3
1

13.194
12.500

440
417

4
5
6
7
8
9
10
11
12

Panci air baso


Panci masak air
Baskom besar
Wajan
Pisau
Talenan
Sendok baso
Saringan
Wadah bumbu

1
1
1
1
2
1
1
1
4

0
50.000
5.000
35.000
2.500
5.000
10.000
10.000
7.500
100.00

275.000
50.000
5.000
35.000
5.000
5.000
10.000
10.000
30.000

1
1
1
1
0,5
1
1
1
1

22.917
4.167
417
2.917
833
417
833
833
2.500

764
139
14
97
28
14
28
28
83

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Rak piring
Lap
Meja
Kursi
Mangkok
Sendok
Garpu
Tempat Sendok
Gelas
Wadah tisu

1
6
4
16
30
30
30
4
30
4

0
3.333
50.000
23.000
2.500
583
583
4.000
833
10.000
100.00

100.000
20.000
200.000
368.000
75.000
17.500
17.500
16.000
25.000
40.000

2
0,5
2
2
2
2
2
2
2
2

4.167
3.333
8.333
15.333
3.125
729
729
667
1.042
1.667

139
111
278
511
104
24
24
22
35
56

1
4

0
2.500

100.000
10.000
2.539.00

1
2

8.333
417

278
14

117.736

3.925

23 Dispenser
24 Asbak

Total
Sumber: Sunarto Juniar(2008:12)

Keterangan : *) per tahun dan habis pakai


**) metode yang digunakan adalah metode rata-rata
Untuk menjalankan usahanya BUGK juga mengeluarkan biaya lainnya
seperti tergambar pada tabel 3 di bawah ini

Tabel 3 Biaya lain-lain


No

Keterangan

Per bulan(Rp)

1
2
3
4

Biaya sewa gedung***)


666.667
Biaya listrik
100.000
Biaya Air
150.000
BBM
Total
Sumber: Sunarto Juniar(2008:13)

Per hari(Rp)
22.222
3.333
5.000
17.500
48.055

Keterangan :
***) Biaya sewa gedung adalah Rp 800.000,00 per tahun
Dari gambaran unsur-unsur biaya produksi di atas dapatlah dihitung Harga Pokok
Produksi (HPP) total per hari seperti digambarkan pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4 HPP Total
No
1
2

Keterangan
Per hari (Rp)
Biaya bahan-bahan
508.000
Biaya Overhead
- BBM
17.500
- Biaya sewa gedung
22.222
- Biaya listrik
3.333
- Biaya Air
5.000
- Biaya Penyusutan
3.925
Total
559.980
Sumber: Sunarto Juniar(2008:13)

Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa HPP total pada BUKG adalah sebesar
Rp559.980,00. Sementara, untuk jumlah baso yang dihasilkan dengan bahanbahan yang dipaparkan di atas, dapat menghasilkan rata-rata 125 mangkok baso.
Dari data di atas maka Sunarto dan Juniar mengetahui HPP per satuan pada
BUKG adalah sebesar Rp4.480,00. Perhitungannya adalah:
Menurut Sunarto dan Juniar dalam makalahnya yang berjudul
Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) dengan Metode Full Costing (Kasus
Pada Baso Urat Gatot Kaca) dengan harga jual Rp5.000,00 per mangkoknya,
BUGK masih mendapatkan keuntungan sebesar Rp520,00. Ini berarti rata-rata
keuntungan yang dinikmati per harinya adalah Rp 520,00 X 125 = Rp 65.000.

KECERMATAN

PERHITUNGAN

HARGA

POKOK

PRODUKSI

MEMPENGARUHI KETEPATAN DALAM MENETAPKAN HARGA


JUAL BAKSO URAT
Untuk memberikan gambaran bahwa kecermatan perhitungan harga pokok
produksi mempengaruhi ketepatan dalam menetapkan harga jual bakso urat,
kembali pada contoh perhitungan HPP BUGK di atas. Disini akan dicermati
perhitungan masing-masing unsur biaya produksi bakso urat.
PERHITUNGAN BIAYA BAHAN BAKU
Menurut perhitungan BUGK bahan yang digunakan adalah daging, urat,
mie kuning, mie putih, toge, syur, seledri, saos, kecap, bawang goreng, garam,
penyedap rasa. Untuk mencermati perhitungan bahan bakunya akan disajikan
beberapa resep bakso urat hasil penelusuran dunia maya seperti di bawah ini
Resep 1:
Bahan-bahan
Mie basah, 100 gram
Kol, 50 gram, iris tipis
Adonan dasar bakso sapi, 1/2 resep

Kuah
Air kaldu, 3 liter
Merica bubuk, 1/2 sendok teh
Minyak goreng, 2 sendok makan
Bawang merah goreng, 2 sendok

Urat sapi, 100 gram, potong kasar

makan
Bawang putih, 3 siung, cincang
Garam, secukupnya
Sumber: http://resepmasakans.com/resep-bakso-urat.htm/diakses tanggal 19 juli
2011/pk.11.02 wita

Sumber:http//nyamleng

Sumber:http://resepmasakanindonesia

Sumber: http://www.google.co.id
Resep 2:
Sambel rawit
Bahan-bahan:

Kuah:

hijau:
- Segenggam cabe

- 300 gr daging sengkel


- 1 siung bawang putih, lalu

- 3 liter kaldu sapi


- 4 batang daun bawang,

rawit hijau
- 2 siung bawang

cincang halus

potong halus
- 1 buah bawang bombay,

putih

- 1 sendok teh garam

iris halus
- 6 siung bawang putih,

- garam secukupnya

- 1 sendok teh merica bubuk


- 2 sendok makan tepung

memarkan

- cuka secukupnya

kanji
- 2 putih telur

- Beef stock secukupnya


- Garam secukupnya
- Merica bubuk

- air secukupnya

secukupnya
Sumber: http://nyamleng.com/2010/10/24/resep-bakso-urat/diakses tgl 19 juli
2011/pk 10.59 wita

Untuk 4 porsi. Bahan :


1. Dg. sapi bagian sengkel 1000

Biaya Tidak Tetap


1. D. sapi bgn

Biaya Tetap
1. Gj

gr
2. Daging sapi tetelan 200 gram
3. Bawang putih 4 siung,

sengkel:Rp47.000,2. Daging tetelan : Rp 9.000,-

pegawai/org/hr:Rp5.000,2. Sewa tempat : Rp 1.000,3. Perawatan alat : Rp

haluskan
4. Garam kasar 4 sendok teh
5. Merica bubuk 1 sendok teh
6. Tepung kanji 8 sendok makan
7. Putih telur 8 butir

3. Bawang putih : Rp 200,4. Garam kasar : Rp 200,5. Merica bubuk : Rp 200,6. Tepung kanji : Rp 400,7. Putih telur : Rp 4.000,Total : Rp 61.000,Sumber:http://webcache.googleusercontent.com/search.

1.000,4. Listrik : Rp 2.000,5. Air : Rp 1.000,6. Bahan bakar : Rp 5.000,Total : Rp 15.000,-

Mencermati perhitungan bahan baku BUGK kemudian ada bahan yang


terlupakan yaitu:

Tepung kanji karena untuk membuat adonanya supaya bisa dibentuk bulat
tentu dibutuhkan bahan perekat untuk 4 porsi dibutuhkan 8 sendok berarti untuk
125 porsi dibutuh 125/4 X 8 sendok = 250 sendok. Dengan demikian dibutuhkan
Biaya tepung kanji

250/8 X Rp 400,- = Rp 12.500.

Merica bubuk dengan biaya 125/4 X Rp 200,- = Rp 6.250,Kaldu Sapi misalkan125/4 x 3 liter x Rp 100,- = Rp 3.125,Minyak Goreng

125/4 x 2sendok x Rp 50,- = Rp 1.562,50 +

Total tambahan baiaya bahana baku

Rp 23.437,50

Perhitungan ini menunjukkan bahwa sesungguhnya biaya bahan baku


BUGK adalah Rp 508.000,- + Rp 23.437,5,- = Rp 531.437,50,- atau dibulatkan
Rp 531.438,PERHITUNGAN BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG
Memperhatikan perhitungan BUGK ternyata sama sekali tidak
memperhitungkan biaya tenaga kerja alasannya karena sistem pembagian yang
digunakan antara pemlik dengan pekerja adalah bagi hasil. Dengan sistem bagi
hasil tersebut jelas biaya tenaga kerja langsungnya adalah keuntungan per hari: 2
atau = Rp 65.000 : 2 = Rp 32.500,PERHITUNGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP)
Kembali memperhatikan perhitungan BUGK ada yang masih harus
dicermati seperti belum dibebankannya biaya tisu, palstik pembungkus, tusuk gigi
kalau saja diperkirakan masing-masing per hari Rp 1.000,- maka total
tambahannya adalah Rp 3.000,-. Ini berarti BOP sesungguhnya BUGK adalah Rp
29.758 + Rp 3.000,- = Rp 32.758
HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) BUGK YANG SESUNGGUHNYA

Mencermati perhitungan diatas dapatlah dihitung sesungguhnya HPP


BUGK total adalah
Biaya bahan baku

= Rp531.438,-

Biaya tenaga kerja langsung

= Rp 32.500,-

Biaya overhead pabrik

= Rp 32.758,- (+)

Total HPP BUGK

= Rp596.696,-

Harga pokok produksi per mangkok/porsi BUGK dapat dihitung yaitu Rp


596.696 : 125

= Rp 4.773,57 atau dibulatkan Rp 4.774,-. Dengan harga jual

per porsi Rp 5.000,- berarti keuntungan per porsinya = Rp 5.000,- - Rp 4.774,- =


Rp 226,-. Rata-rata keuntungan per hari = 125 porsi X Rp 264,- = Rp 28.250,- .
Dengan demikian keuntungan sesngguhnya bagi pemilik CV Yasmin = Rp
28.250 : 2 = Rp 14.125,PENETAPAN HARGA JUAL BUGK PER PORSI
Secara normatif penetapan harga jual yang berpedoman pada biaya dapat
ditentukan dengan pormula : Harga Jual = Harga Pokok Penjualan (HPPJ) + (%
Laba yang diharapkan x HPPJ). HPPJ = HPP + Biaya non Produksi. Misalkan
keuntungan yang diharapkan misalnya 15 % X Harga Jual = HPPJ + 15%
(HPPJ). Adapun yang dimaksud biaya non produksi adalah biaya pemasaran serta
biaya administrasi dan umum. Misalkan biaya pemasarannya dengan pemasangan
plank papan nama dengan biaya pemasangannya misalnya Rp 1.000.000,diperkirakan umur ekonomisnya 3 tahun, maka biaya yang mesti dibebankan per
hari Rp 1.000.000,- : (3 x 360) = Rp 925,925,-. Biaya administrasi dan umum
misalnya biaya keamanan dan kebersihan per bulan Rp 15.000,- bararti per hari =
Rp 15.000,- : 30 = Rp 500,-. Berarti biaya non produksi per hari per porsi = (Rp
925,925,- + Rp 500,- ) : 125 = Rp11,41,- . HPPJ per porsi BUGK = Rp 4.774,- +
Rp 11,41-= Rp 4.785,41,- Dengan demikian dapat dihitung Harga Jual per porsi
BUGK = Rp 4.785,41,- + (15% x Rp 4.785,41,-). = Rp 5.503,22 atau dibulatkan
menjadi Rp5.500,- per porsi. Laba per porsi yang akan dinikmati oleh CV Yasmin
adalah Rp 5.500,- - Rp 4.785,41 = Rp 714,59.

SIMPULAN DAN SARAN


SIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahaasan di atas maka, dapat disimpulkan bahwa:
1.

Perhitungan harga pokok produksi terdiri dari penjumlahan

3 (tiga)

unsur/elemen biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik.
2.

Harga Pokok Penjualan = Harga Pokok Produksi + Biaya non Produksi.

3.

Harga Jual = Harga Pokok Penjualan (HPPJ) + (% Laba yang diharapkan x


HPPJ).

4.

Harga Pokok Produksi (HPP) sangat berperan dalam menetapkan harga jual
bakso urat yaitu sebagai dasar dalam penentuan harga jual. Contoh: Menurut
Sunarto dan Juniar dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) dengan
Metode Full Costing (Kasus Pada Baso Urat Gatot Kaca) HPP per mangkok
BUGK adalah Rp 4.480,- dengan harga jual Rp5.000,00 per mangkoknya,
keuntungan diperoleh sebesar Rp520,00. Setelah dilakukan perhitungan lebih
cermat ternyata HPP per mangkok adalah Rp 4.774,- Keuntungan per porsinya =
Rp 5.000,- - Rp 4.774,- = Rp 226,-. .

5.

Kecermatan

dalam

memperhitungkan

harga

pokok

produksi

sangat

mempengaruhi ketepatan penetapan harga jual produk. Dari perhitungan harga


pokok produksi yang kurang tepat akan melahirkan penetapan harga jual yang
kurang tepat sehingga keuntungan yang diharapkan tidak akan terealisasi sesuai
harapan. Mencermati kasus penetapan harga jual BUGK ternyata sesungguhnya
belum mampu memberikan tingkat keuntungan yang diharapkan yaitu Rp 520
karena perhitungan harga pokok produksinya masih perlu lebih dicermati.
SARAN
Untuk melakukan perhitungan harga pokok produksi yang cermat dalam
rangka penetapan harga produk (bakso) yang tepat sangat perlu memperhatikan
dan menetapkan resep baku, karena resep baku akan menentukan perhitungan

biaya bahan baku. Biaya tenaga yang mengolah bahan baku menjadi
produk/barang jadi seyogianya diperhitungakan sebagai biaya tenaga kerja
sekalipun sistem bagi hasil karena bila tidak jualan bakso tenaga tersebut
sesungguhnya bisa bekrja di bidang lain yang tenytunya juga akan memperoleh
pendapatan. Demikian juga dalam menentukan biaya overhead pabrik perlu
ketelitian serta kejelian serta logika pikir yang jeli misalkan ada tempat tisu
mestinya ada biaya tisu, ada produk yang digoreng tentu ada biaya minyak goreng
demikian seterusnya. Dalam menetapkan harga jual selain memperhatikan biaya
produksi perlu juga memperhatikan biaya non produksi. Bila perusahaan BUGK
ingin tetap menjual baksonya per porsi Rp 5.000,- maka perlu dilakukan efisiensi
dalam pembuatan baksonya misalnya berusaha mendapatkan harga bahan baku
dari penyalur dengan harga yang tepat, berkreasi dalam resep baku mungkin ada
bahan yang bisa disubstitusi dengan harga yang lebih menguntungkan tentunya
tanpa mengurangi kualitas dan cita rasa.

DAFTAR PUSTAKA.
........., 2010., Resep Bakso Urat, http://nyamleng.com/2010/10/24/resep-baksourat/diakses tgl 19 juli 2011/pk 10.59 wita
.., 2010., Resep Bakso Urat,http://resepmasakanindonesia.info/resep-baksourat/diakses tanggal 19 juli 2011/pk10.50 wita
.., 2007., Bakso urat, http://www.auliahazza.com/2007/08/17/bakso-urat/diakses
tanggal 19 juli 2011/pk10.54 wita
.., 2007., Membuat Bakso sendiri, majalah Sedap Sekejap, Edisi 1/IV/2003,
http://mesin-bakso.blogspot.com/diakses tanggal 19 juli/Pukul 11.26 Wita.

.., Strategi Penetapan Harga Jual, http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/


selling_ pdf/ bab3 sell.pdf/ Diunduh tanggal 25 Juli 2011/Pukul 22.46
Wita.
.., Tekno pangan & Agroindustri, Volume 1 Nomor 6, Bogor, Jurusan Teknologi
Pangan &Gizi IPB.
http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/ipb/Bakso
%20daging.pdf
., 2010., Resep Bakso Urat Sapi http://www.waspada.co.id/index.php?
option=com-content&view=artikel&id=90541: resep-bakso - urat-sapikuliner&catid=67:kuliner&Itemid=99
Agustin., Metode Harga Pokok Pesanan-Proses, http://agustin.staff.gunadarma.ac.id/
Downloads/file/11395/METODE+HARGA+POKOK+PESANAN_PROSES.doc/
diunduh tanggal 8 Juli 2011/Pukul 13.01 Wita.
Aliminsyah & Padji, 2005., Kamus Istilah Akuntansi Inggris-Indonesia IndonesiaInggris, Cetakan II, Bandung: CV Yrama Widya.
Bambang S. & Kartasapoetra G, 1993., Kalkulasi dan Pengendalian Biaya Produksi,
Cetakan Kedua, Jakarta: PT Rineka Cipta.
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?
submit.x=13&submit.y=7&submit=prev&page=1&qual=high&submitval=
prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Feakt%2F2004%2Fjiunkpe-ns-s12004-32499077-1055-panca_wira-chapter2.pdf
http://resepmasakans.com/resep-bakso-urat.htm/diakses tanggal 19 juli 2011/pk.11.02
wita
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:seLgAWzHvssJ:basonesia.t35.com/Bakso
%2520Urat.htm+bakso+urat&cd=12&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefoxa&source=www.google.co.id/diakses tanggal 19 juli 2011/pk. 11.10 wita
http://sadikinsawios.wordpress.com/rancangan-rencana-bisnis/diakses tanggal 19
Juli 2011//Pukul 11.16 Wita.
Iskandar Ridwan, 2009., Metode Penetapan Harga.
http://ridwaniskandar.files.wordpress. com/ 2009/05/93 metode-penetapanharga.pdf

Ismaya Sujana, 2006., Kamus Akuntansi Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris, Cetakan


Pertama, Bandung: CV Pustaka Grafika.
Laksana Fajar, 2008., Manajemen Pemasaran Pendekatan Praktis, Edisi Pertama,
Cetakan Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mulyadi, 1992., Akuntansi Biaya, Edisi 5, Cetakan Kedua, Yogyakarta: Bagian Penerbit
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,
Mulyadi, 2005., Akuntansi Biaya, Edisi 5, Cetakan Ketujuh, Yogyakarta: Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN.
Prawironegoro Darsono, 2005., Akuntansi Manajemen, Cetakan pertama, Jakarta:
Diadit Media.
Suarsana Nyoman, 2007., Pengendalian Biaya Departemen F&B di Perthotelan, Edisi
Pertama, Cetakan Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudayat Iskandar Ridwan, 2009., Akuntansi Biaya Berdasarkan Metode Harga
Pokok Pesanan dan Metode Harga Pokok Proses.
http://ridwaniskandar.files.wordpress.com/2009/05/32 -penggolonganbiaya.pdf, diakses tanggal 21 Juli 2011, Pukul 11.16 Wita.
Swastha Basu dan Irawan, 1986., Manajemen Pemasaran Modern, Edisi Kedua,
Cetakan Ketiga, Yogyakarta: Liberty.
Usry Matz, 1989., Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian, Jilid 1, Edisi
Kedelapan, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Widjajatunggal Amin, 1993., Akuntansi Biaya, Cetakan Pertama, Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Anda mungkin juga menyukai