Anda di halaman 1dari 1

Hegemoni pada Cerpen Sulastri dan Empat Lelaki karya M.

Shoim Anwar
Hegemoni ini terjadi pada tokoh Sulastri yang terlibat di dalam cerpen ini. Tokoh-tokoh
yang terlibat dalam novel ini saling menghegemoni tokoh Sulastri. Berikut akan dijabarkan
hegemoni yang terjadi pada cerpen Sulastri dan Empat Lelaki. Tokoh Sulastri dalam cerpen ini
lebih dominan mengalami hegemoni yang disebabkan oleh suaminya sendiri. Berikut akan
a)

dijabarkan satu persatu hegemoni yang terjadi pada cerpen Sulastri dan Empat lelaki.
Hegemoni yang Terjadi pada Tokoh Sulastri oleh Tokoh Polisi
Hegemoni yang terjadi pada tokoh Sulastri yang dilakukan oleh Polisi merupakan
Hegemoni yang berbentuk pengarahan pemikiran. Polisi menyuruh Sulastri agar turun dari
tanggul, tapi ia tak mau ia hanya menghindar dari tindakan fisik. Sulastri berpikir Polisi tak
mungkin mendeportasi Sulastri tanpa imbalan. Berikut kutipannya:
Polisi berbaret biru dan berkulit gelap itu memberi isyarat agar Sulastri turun dari
tanggul.Sulastri tetap menolak untuk turun. Sang polisi mulai kehilangan kesabaran. Raut
wajahnya yang cokelat gelap tampak menegang. Dia berjalan cepat menuju patahan tanggul yang
belum selesei, kemudian menaiki bongkahan-bongkahan batu.Muncul kekhawatiran dalam diri
Sulastri. Sulastri tahu, polisi tak akan menangkapnya tanpa imbalan. Dia hanya menghindar
sesaat dari tindakan fisik.

b)

Hegemoni yang Terjadi pada Tokoh Sulastri oleh Tokoh Markam


Hegemoni yang terjadi pada tokoh Sulastri yang dilakukan oleh Markam, suami Sulastri
bahwa Markam tak pernah lagi menghidupi Sulastri dan anak-anaknya karena ia lebih peduli
untuk melakukan pertapa di aliran Bengawan Solo. Ia lebih mengapdikan hidupnya untuk
kuburan dan benda-benda pusaka. Berikut kutipannya:
Disana ada seorang lelaki bertapa menginginkan kehadiran benda-benda pusaka, membiarkan
istri dan anak-anaknya jatuh bangun mempertahankan nyawa. Lelaki itu bernama Markam,
suami Sulastri. Suatu kali Markam pulang dengan berenang menyeberangi Bengawan Solo.
Aku tak sanggup begini terus. Apakah anak-anak akan kau beri makan keris dan tombak tua?
Dari kutipan diatas menyatakan bahwa memang benar Markam sudah tak peduli dengan
keluarganya hingga istri dan anak-anaknya harus berjuang sendiri untuk memperjuangkan hidup.
Dari percakapan dengan tokoh lain juga digambarkan bahwa Markam telah menelantarkan
Sulastri dan membiarkan mengikutinya untuk masuk kea rah yang haram karena Markam
seorang penyembah berhala. Berikut kutipannya:
Kau masuk ke negeri ini secara haram. Bagaimana aku bisa menolongmu? jawab Musa dengan
suara besar menggema.
Saya ditelantarkan suami, ya Musa.
Suamimu seorang penyembah berhala. Mengapa kau bergantung padanya?

Anda mungkin juga menyukai