Anda di halaman 1dari 5

Nama : Muhammad Ruliszar

NIM : 15020144033

Tugas : Apresiasi Novel Saman, Karya Ayu Utami.

Apresiasi Novel Saman Karya Ayu Utami.

Menggunakan teori Semiotika

Semiotik adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji


tanda (Hoed, dikutip dalam Nurgiyantoro, 2013), Tanda adalah
sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang apat berupa
pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain. Jadi, yang
dapat menjadi tanda sebenarnya bukan hanya bahasa saja, melainkan
berbagai hal yang melingkupi kehidupan ini Tanda-tanda itu
dapat berupa gerakan anggota badan, gerakan mata, mulut, bentuk
tulisan, warna, bendera, bentuk dan potongan rumah, pakaian, karya
seni, sastra, lukis, patung, film, tari, musik, dan lain-lain yang berada
di sekitar kehidupan kita.

Pada pembahasan kali ini akan membahas analisis yang


berhubungan dengan teori tanda bahasa yang dikemukakan Saussure.
Dalam teori Saussure, memiliki dua unsur yang tidak terpisahkan:
signifier dan signified, atau penanda dan petanda. Wujud penanda
dapat berupa bunyi-bunyi ujaran atau huruf-huruf tulisan, sedang
petanda adalah unsur konseptual, gagasan, atau makna yang
terkandung dalam penanda tersebut. (Abrams, dikutip dalam
Nurgiyantoro, 2013)

Dalam Novel ini dapat diambil tiga buah tanda yaitu Saman, Laki-
laki, dan juga Perempuan
*Saman :

Dia dia orang yang banyak ide dan berani. Namanya


Saman. Dulu namanya bukan Saman. (Utami, 2013: 23)

Penanda pada kutipan di atas dijelaskan bahwa Saman


adalah seorang pemberani dan banyak ide.

Dan ia mengganti kertu identitasnya, sampai peristiwa itu


selesai di pengadilan kira-kira dua tahun kemudian. Ia memilih
nama: Saman. Tanpa alas an khusus, tiba-tiba saja itu yang
terlintas di benaknya. (Utami, 2013: 117)

Penanda kutipan di atas adalah penggantian nama


wisaanggeni menjadi Saman karena ia sedang dicari-cari polisi,
sesudah kabur dari penjara, ia dipenjara karena dianggap sebagai
tokoh yang menghasut pemilik lahan karet untuk tidak menjual tanah
mereka.

*Laki-laki :

Apa salah laki-laki? Jawab Laila: sebab mereka menghianati


wanita. Mereka Cuma menginginkan keperawanan, dan akan
pergi setelah si wanita menyerahkan kesucian. (Utami, 2013:
152)

Penanda yang dapat diketahui berdasarkan kutipan di atas


adalah sifat lelaki yag sebenarnya sangat busuk menghianati, dan
meninggalkan perempuan setelah mengambil apa yang diinginkanya.

Lagipula, apakah cowok yang itu identik dengan setiap cowok


di dunia, atau setiap cowok identik satu sama lain? (Utami,
2013: 155)

Penanda kutipan di atas adalah sifat lelaki yang kebanyakan


sama, yakni sering berkhianat, membuat perempuan tidak percaya
pada lelaki baik-baik.
*Perempuan :

Perempuan akan memberikan tubuhnya pada lelaki yang


pantas, dan lelaki itu akan menghidupinya dengan hartanya. Itu
dinamakan perkawinan. Kelak, ketika dewasa, aku
menganggapnya persundalan yang hipokrit. (Utami, 2013: 123)

Penanda kutipan di atas yakni tujuan akhir seorang


perempuan yaitu untuk dinikahi, dan menyerahkan segalanya pada
suaminya.

Saya kira cinta seorang laki-laki pada perempuan, atau


perempuan pada lelaki, juga sesuatu yang datang begitu saja,
namun memberi daya yang gemuruh. Memberi kita keinginan
untuk menyerahkan tubuh. Bukan persis suatu pengorbanan,
tetapi suatu gairah. Juga kekuatan untuk menanggng banyak hal.
(Dalam hal ini saya bersyukur karena gairah itu tak pernah
mencapai klimaksnya untuk kemudian surut.) (Utami, 2013:
165)

Pada kutipan di atas digambarkan cinta adalah hasrat atau


hawanafsu yang memerikan gemuruh member keinginan untuk
menyerahkan tubuh terutama bagi kaum perempuan.

Berdasarkan beberapa penanda di atas dapat diketahui tanda baru


yaitu perselingkuhan :

*Perselingkuhan :

Perselingkuhan dijadikan tanda baru karena dalam novel ini


diceritakan bahwa bukan hanya laki-laki saja yang bisa berselingkuh,
namun juga wanita dibalik setiap sifat baiknya wanita selalu
menyimpan rasa cinta yang mendalam pada laki-laki yang
dicintainya, meskipun laki-laki tersebut sudah beristri atau bahkan si
wanita sudah bersuami, sebab rasa cinta perempuan tidak dapat
dipaksakan, muncul begitu saja, dan sangat dalam dengan artian
tidak dapat melepaskan seseorang yang ia cintai.

Dan akan dijelaskan pada beberapa kutipan berikut :

Sihar, umurku sudah tiga puluh. Dan kita di New York. Beribu-
ribu mil dari Jakarta. Tak ada orang tua, tak ada istri. Tak ada
dosa. Kecuali pada Tuhan, barangkali. Tapi kita bisa kawin
sebentar, lalu bercerai. Tak ada yang perlu ditangisi. Bukankah
kita saling mencintai? Atau pernah saling mencintai? Apakah
Tuhan memerintahkan lelaki dan perempuan untuk mencintai
ketika mereka kawin? Rasanya tidak. (Utami, 2013: 30)

Penanda kutipan di atas menjelaskan bahwa seorang


perempuan juga dapat berselingkuh dengan seorang lelaki beristri,
dengan cinta yang mengutamakan hawanafsu, mendrong untuk
berbuat dosa

Setelah itu kuhampiri temanku yang telungkup di sofa dengan


dua lembar sketsa dan gurat-gurat yang teracak seperti sia-sia:
Kuinginkan mulut yang haus/ dari lelaki yang kehilangan masa
remajanya/ di antara pasir-pasir tempat ia menyisir arus.
(Utami, 2013: 121)

Penanda kutipan di atas menjelaskan kepasrahan Laila


dalam menghadapi Sihar, karena memag Sihar sudah empunyai istri,
yang dapat dilakukan Laila hanyalah pasrah, dan berharap kalau
memang Sihar juga mencintainya ia juga akan melakukan
pengorbanan yang sama seperti yang dilakukan oleh Laila

Kini, ia memulai cerita dengan pria beristri. Kamu juga tak


akan bisa menikah denganya, kami menasehati. Tapi aku cinta,
katanya. Ya sudah (Utami, 2013: 131)

Penanda kutipan di atas menjelaskan perasaan cinta


membuat orang tidak berpikir sebelum ertindak, tidak
memprtimbangkan segala resiko yang ditanggung karena cintah
berlebihan yang menjurus pada hawanafsu.

Daftar Pustaka :

Nurgiyantoro, B. (2013). Teori Pengkajian Fiksi. Jogjakarta: Gajah


Mada University Press.

Utami, A. (2013). Saman. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai