Anda di halaman 1dari 21

Karakter Tokoh dalam Konflik Naskah fajar Siddiq karya Emil Sanossa

Pendahuluan

Naskah drama Fajar Siddiq merupakan naskah drama yang ditulis oleh Emil
Sanossa tahun 2000 pada saat mengisi kegiatan seputar penulisan naskah pada
workshoop yang diadakan di Sanggar Teater Sangkilang. Naskah ini menceritakan
tentang pemberontakan para tentara gerilya Indonesia terhadap para tentara
penjajah Belanda yang ingin menguasai nusantara. Sebagai salah satu karya sastra
yang dipentaskan, maka dalam pementasannya senantiasa mengacu pada naskah
drama yang telah disiapkan. Penulisan naskah drama biasanya diambil melalui
kejadian nyata yang bersumber dari kehidupan manusia maupun kejadian fiktif yakni
berdasarkan pada imajinasi penulis.

Naskah drama biasanya ditulis dalam bentuk dialog dan dipentaskan oleh
aktor dengan tujuan menggambarkan kejadian kehidupan melalui pertikaian dan
konflik yang terjadi di atas panggung. Dalam penulisan naskah drama terdapat
unsur-unsur instrinsik yang membangun naskah drama tersebut. Karena unsur ini
merupakan karakter yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa, baik
sebagian maupun secara keseluruhan cerita. Selain itu, peran unsur tokoh ini dalam
karya sastra drama mempunyai sifat dan kedudukan yang penting. Unsur tokoh
dalam naskah drama biasanya terdiri dari tokoh penting dan tokoh pembantu. Tokoh
penting biasa disebut dengan tokoh mayor, sedangkan tokoh pembantu biasanya
disebut dengan tokoh minor. Tokoh-tokoh inilah yang menjadi penggerak cerita
yang menyebabkan terciptanya tensi dramatik di setiap tahapan peristiwa dalam
pementasan drama.

Pentingnya analisis terhadap unsur tokoh pada naskah drama yang nantinya
juga akan terlihat karakter sekaligus konflik dimaksudkan sebagai upaya dalam
memberikan apresiasi terhadap unsur-unsur intrinsik dalam naskah drama. Karena
melalui tingkah laku dan sikap para tokoh yang ditampilkan dalam naskah drama,
maka akan mempermudah dalam menentukan konflik serta watak tokoh dalam
naskah drama serta memudahkan memberikan apresiasi terhadap drama yang
dipentaskan. Hal ini dipertegas oleh Soemanto dan Hassanuddin (Dewojaty, 2010:3)

1
yang menyatakan bahwa Keistimewaan drama dibandingkan karya sastra yang lain
terletak pada tujuan pengarang yang tidak hanya ingin berhenti pada berkomunikasi
dengan pembacanya pada tahap pembeberan imajinasi tokoh dan peristiwa.
Pengarang biasanya langsung berkomunikasi dengan audiensnya dengan cara
menghidupkan tokoh dan peristiwa di atas panggung.

Dua proses menganalisis tokoh pada naskah drama dapat dilakukan melalui
pendekatan antropologis dan pendekatan psikologi. Pendekatan antropologis
merupakan suatu cabang ilmu yang mengkaji tentang manusia dalam masyarakat.
Sedangkan pendekatan psikologi sastra merupakan suatu kajian ilmu yang
mempelajari tentang seluk beluk kejiwaan manusia. Mengingat dalam menganalisis
tokoh memerlukan pendekatan yang spesifik mengkaji tentang tingkah laku manusia
dan kejiwaan manusia, maka dalam mengkaji naskah drama pendekatan yang tepat
digunakan yakni pendekatan psikologi. Kelebihan naskah drama ini terletak pada
salah satu tokoh yang ada dalam naskah tersebut yaitu, tokoh Ahmad yang berjuang
membunuh orang yang telah membunuh ibunya, upaya tersebut dia lakukan demi
kecintaanya pada ibunya, ia rela dibenci oleh ayahnya sendiri dan dituduh sebagai
pengkhianat.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan


kajian terhadap unsur tokoh yang terdapat pada Naskah Drama Fajar Siddiq karya
Emil Sanossa, dengan formulasi judul yakni “ Karakter Tokoh dalam Konflik Naskah
Drama Fajar Siddiq Karya Emil Sanosa” Dalam artikel ini, akan dibahas mengenai
bagaimana karakter tokoh yang dapat diketahui dan dilihat dari konflik yang ada
dalam naskah drama Fajar Siddiq, serta hubungan konflik yang terjadi antar tokoh
dalam cerita naskah Fajar Siddiq. Sehingga pembaca mengetahui karakter tokoh
yang dapat diketahui melalui konflik dalam naskah dan mengetahui hubungan
konflik yang terjadi antar tokoh.

Pembahasan Dalam naskah drama Fajar Siddiq karya Emil Sanossa ini
menceritakan tahun-tahun di jaman revolusi perjuangan ketika laskar-laskar rakyat
bersenjata tengah memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia, dimana tokoh
Ahmad tengah menghadapi detik-detik menjelang eksekusi dari laskar revolusi
karena sangkaan pengkhianatan kepada perjuangan revolusi. Tokoh Ahmad ternyata
2
satu perguruan dengan sang komandan yang menjatuhi hukuman dan akan
melakukan eksekusi, mereka di didik dalam satu pesantren yang sama, yang
ternyata pemimpin pondok pesantren tersebut tak lain adalah ayah dari tokoh
Ahmad. karena itulah, sang komandan yang berperan sebagai Marjoso merasa
gelisah, bagaimanapun tokoh Ahmad sudah dianggap seperti saudaranya sendiri,
walaupun kemudian diketahui bahwa Ahmad juga menjadi sebab ibu dari komandan
Marjoso tersebut tewas. Namun kebesaran jiwa kemudian membuat tokoh Marjoso
mengingkat, sebelum dieksekusi, Ahmad bertemu dengan Kyai yang merupakan
ayah dari tokoh Ahmad. Dimana, guru sekaligus juga sudah dianggap sebagai ayah
kandungnya sendiri, Kyai, yang merupakan ayah dari tokoh Ahmad berwatak sangat
tegas dan bijaksana dalam mendidik dan mengajarkan ilmu agama kepada anaknya
dengan tegas menyatakan bahwa jangankan untuk meminta pengampunan bagi
anaknya, menemui Ahmad pun Kyai enggan. Bahkan adik perempuan Ahmad yang
berperan sebagai Zulaicha juga datang memohon pun tak membuat Kyai goyah.
Namun, setalah diyakinkan oleh tokoh Marjoso , kyai pun mau dipertemukan dengan
anaknya, Ahmad. tetapi di depan ayahnya pun tokoh Ahmad menolak dinayatakan
bersalah atas tanggung jawab terbunuhnya laskar-laskar yang menurut tokoh
Marjoso atas perannya sebagai komandan hingga mereka tewas. Terungkap pula,
bahwa tokoh Ahmad memendam dendam pada komandan Marjoso dan juga para
laskar revolusi yang telah mengakibatkan ibunya tewas ketika terjadi penyerangan
ke pesantren mereka oleh musuh. Ibu Ahmad, yang pada saat itu tewas dan
menjadi korban salah sasaran dari komandan Marjoso, dan laskar revolusi
menganggap tewasnya ibunya itu adalah sebuah konseksekuensi dari perjuangan.
kepentingan pribadi harus ditekan untuk kepentingan bangsa. Pada titik konflik
itulah, tokoh Ahmad melihat revolusi yang tengah diperjuangkan terdengar nisbi dan
apa yang tengah diperjuangkan itu menjadi absurd. Tokoh Ahmad yang tidak bisa
menerima bahwa laskar revolusi menganggap kematian ibunya hanyalah korban
yang biasa di medan perjuangan. Komandan Marjoso justru menggugat balik kepada
tokoh Ahmad bahwa ia pun kehilangan ibu yang dicintainya juga akibat kekiliruan
tokoh Ahmad, dan Ahmad terguncang, tapi apa lacur ia harus
mempertanggungjawabkan apa yang disebut sebagai pengkhianatan, tokoh Ahmad
di eksekusi mati menjelang fajar. Gugatan pada eksitensialismenya menemui

3
absurditas pada keyakinannya yang sia-sia, ia mesti menerima kenyataan mati
sebagai pengkhianat revolusi dan bukan sebagai pahlawan revolusi yang diinginkan
oleh ayah Ahmad. Dibawah ini akan dibahas mengenai karakter tokoh dari konflik
yang ada dalam naskah drama Fajar Siddiq, yaitu : 1. Ahmad : Dalam naskah ini
tokoh Ahmad berperan dengan karakter yang gigih dalam mempertahankan haknya,
penuh perjuangan, dan penyayang, pendendam, dikarenakan tokoh Ahmad yang
merasa diperlakukan tidak adil dengan perlakuan dari tokoh Marjoso yang telah
membunuh ibunya dan tidak di eksekusi, sedangkan Tokoh Ahmad di kira
pengkhianat oleh Ayahnya sendiri. Hal ini dibuktikan dengan percakapan Ahmad
dengan Ayah dan Marjoso, yaitu : AHMAD (tegas) : Tapi, siapakah yang akan
mencucurkan untuk rubuhnya ibuku? Siapa yang suka berkata ”Akan kutuntut
kematian ini!” Siapa yang akan membalas dendamnya? MARJOSO : Diam kau!
(Ahmad tertunduk). Angkat mukamu, pengkhianat! Pandanglah aku untuk kali yang
penghabisan. Karena malam ini juga rakyat menuntut darahmu. AHMAD : Aku tidak
sudi memandang muka seorang pembunuh. MARJOSO (tersentak sejurus) : Angkat
mukamu, pengecut. AHMAD (mengangkat mukanya perlahan-lahan) : Aku telah
mengangkat mukaku, Marjoso. Aku telah mengangkat mukaku, seperti dulu, tatkala
kudengar serentetan tembakan. Dan kemudian rubuhlah ibuku .... mati. Aku telah
mengangkat mukaku. Marjoso. MARJOSO (setelah berfikir) : Dengarkan aku, bicara!
Pandanglah aku untuk penghabisan kalinya. Kenangkanlah kembali kawan-
kawanmu. Kenangkanlah tatkala mereka dengan sepenuh tenaganya mengangkat
tangan dan menyeruMERDEKA.....MERDEKA! kemudian mereka tak kuasa lagi
mengepalkan tinjunya. Mereka roboh berlumur darah. Kenangkanlah, betapa api
telah memusnahkan mereka. 2. Kyai (Haji jamil) : Merupakan tokoh yang adil dan
bijaksana dalam mendidik anaknya, membela kebenaran, dan teguh pada
pendiriannya Hal ini dapat tercermin dari percakapan Haji Jamil dengan Marjoso,
yaitu : HAJI JAMIL : Aku telah besarkan anak itu. Aku turunkan ilmuku, karena
dialah yang kuharapkan segalagalanya. Tetapi, mengapa dia tidak mengerti
perjuangan bangsanya sendiri? Aku sungguh tidak mengerti. Balasan apa yang
harus kuterima ini, Marjoso? MARJOSO : Pak Kyai tidak boleh menyesali diri hanya
lantaran dia. Beratus-ratus murid bapak, bahkan beribu-ribu yang senantiasa
menyebut-nyebut nama Kyai dengan hormat dan khidmat. Beribu murid yang akan

4
mewarisi cita-cita bapak, dan meneruskan cita-cita itu. Marilah kita tidak bicarakan
hal itu. Kini kita membicarakan seorang putra, yang walau betapa sesat pun, dia
masih seorang putra. HAJI JAMIL (getir) : Bagaimana harus kujawab, kalau
seandainya pada hari pengadilan tertinggi yang Maha Kuasa bertanya padaku
tentang tanggung jawabku. Mengapa anakmu menjadi musuh bangsaku, Haji Jamil?
Bagaimana kau mendidiknya? MARJOSO : Demi sesungguhnya ,Pak Kyai, bagaimana
kita harus melawan suratan Tuhan? Adalah takdir semata kalau Ahmad berbeda
dengan ayahnya. HAJI JAMIL : (tersentak agak gusar) : Takdir semata? Apa yang
kau ketahui tentang takdir, Marjoso? Tuhan memberikan kebaikankebaikan kepada
kita, Tuhan memberikan kekuatan-kekuatan kepada kita. Tuhan memberikan
kekuatan-kekuatan untuk melawan keburukan-keburukan pada kita. Tuhan
memberikan alat-alat yang kita perlukan untuk memenuhi panggilannya sebagai
makhluk semulianya makhluk. Tuhan tidak menakdirkan Ahmad sebagaia musuh
bangsanya. Dia sendiri yang berbuat begitu. Dia sendiri yang menentukan harus
mati sebagai dia. Tuhan memberinya akal, mengapa tidak dipergunakan akalnya
untuk menginsyafinya, bahwa perbuatan yang sehina-hinanya di permukaan bumi ini
adalah mengkhianati bangsanya sendiri. MARJOSO : Terima kasih, Pak Kyai. HAJI
JAMIL : Anak itu harus mempertanggungjawabkan seluruh dosanya. 3. Marjoso :
merupakan seorang komandan yang kuat dan profesional Dapat dibuktikan dengan
percakapan : MARJOSO : Mengapa tidak? Mereka adalah korbanmu. Sekarang apa
maumu? Kau memburu aku? Korban berjatuhan karena dendammu, kini kau
berhadapan dengan aku (mengambil pistol dari meja) Ini ada sepucuk pistol untuk
kau pakai menghabisi musuhmu. Terimalah! (melempar pistol itu ke hadapan
Ahmad, dan Ahmad menerimanya, kemudian Marjoso mencabut pistolnya sendiri)
Marilah kita habisi dendam di antara kia. HAJI JAMIL : Jangan! Jangan kalian saling
membunuh. Kalian bersaudara, kalian adalah anakku. MARJOSO : Kalau aku harus
mati lantaran pelurunya, Pak Kyai, aku harus ikhlas mati untuk meyakinkan dia dan
orang-orang seperti dia, bahwa dalam perjuangan ini tidak harus diperhitungkan
untung rugi perseorangan. Aku ikhlas mati untuk meyakinkan semua orang, bahwa
sebab yang akan menggagalkan revolusi ini ialah, manakala orang masih tidak
meleburkan dirinya sendiri ke dalam leburan yang tidak lagi mengenal siapa ayah,
siapa ibu, dan siapa itu saudara. 4. Zulaecha (adik Ahmad) : memiliki karakter

5
penyayang Di buktikan dengan percakapan : ZULAECHA : Tapi apakah ia sengaja
memusuhi perjuangan, atau hanya memburu musuh pribadinya karena dia
butuhkan, dan dia butakan dendam, ia hanya akan melepaskan sebutir peluru pada
dada pembunuh ibunya, tapi malang, Bang Ahmad tertangkap, dan kini dia harus
mati sebelum tuntutannya terpenuhi. Salahkah dia kalau begitu mencintai ibunya?
(menyerang terus) Ayah, mintalah kebebasan baginya. Marjoso adalah murid ayah.
Pergunakan pengaruh ayah untuk kebebasan anakmu Ahmad. Dia tidak bersalah,
satu-satunya kesalahan dia adalah terlalu cinta kepada ibunya. HAJI JAMIL (komat-
kamit sendiri) : Dapatkah ..... Dapatkah aku berbuat begitu? ZULAECHA : Ayah
harus berbuat begitu. HAJI JAMIL (marah) : Mengapa aku harus berbuat begitu,
Zulaecha? ZULAECHA : Karena dia adalah anakmu. 5. Sersan : Berwatak penurut,
karena ia merupakan ajudan dari komandan Marjoso Hal ini dibuktikan dengan
percakapan : MARJOSO (bergerak ke mejanya dan diam sejenak, kemudian
memanggil seorang prajurit) : Sersan! Bawa tawanan itu kemari. SERSAN (datang
menghadap) : Siap, Pak! MARJOSO : Bawa tawanan itu kemari! SERSAN : Siap Pak!
Terdapat hubungan-hubungan konflik di antara masing-masing tokoh dalam naskah
drama Fajar Siddiq. Karena setiap karakter yang diperankan oleh masing-masing
tokoh terpaut konflik yang saling bersangkutan saru sama lain, dimana setiap konflik
melibatkan beberapa tokoh yang saling beradu pendapat ataupun argumen untuk
membela diri tokoh masing-masing. Berikut hubungan-hubungan konflik Antar
Tokoh dalam Naskah Fajar Siddiq karya Emil Sanossa, yaitu : 1. Hubungan konflik
antara tokoh Ahmad dengan Marjoso Ahmad merupakan tokoh yang menjadi
penyebab terjadinya konflik. Jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain, maka
sangat jelas terlihat bahwa Ahmad sangat banyak mengalami konflik. Ahmad adalah
seseorang yang akan mejalani eksekusi sebelum fajar tiba. Ahmad akan di eksekusi
sebab dia yang menjadi penyebab terbakarnya pesantren tempat para tentara
gerlyia juga tempat para pemuda menimba ilmu. Ahmad tertangkap oleh Marjoso
saat sedang hendak menemui Ayah dan adiknya saat itu dia sedang beristrahat
ditengah tengah bulak karena nyasar tiba-tiba saja dia ditangkap. Hal tersebut dapat
dilihat melalui kutipan berikut. MARJOSO : Melepaskan lelah di tengah-tengah bulak?
Ha….ha…ha.. AHMAD : Aku tersasar. Aku belum pernah memasuki daerah ini.
MARJOSO : Waktu itu sebuah pesawat capung melayang-layang di atas bulak itu

6
pula, bukan? AHMAD : Ya! Tapi itu hanya secara kebetulan. MARJOSO : Engkau
tidak takut ditembak dari atas, Ahmad? Dari kutipan di atas dapat di kethui bahwa
pada waktu sedang beristirahat anak buah Marjoso datang menangkapnya. Ahmad
terbukti bersalah karena telah menunjukkan tempat persembunyian Marjoso dan
kawan-kawannya dan juga penyebab terbakarnya pesantren Ayahnya. Tetapi dibalik
itu, Ahmad berbuat demikian karena selain ibunya ditembak oleh Marjoso juga ada
kecemburuan antara Ahmad dan Marjoso sebab Haji jamil lebih memperhatikan
Marjoso dibandingkan dengan Ahmad sebagai anak kandungnya. Hal itu terbukti
dengan tidak di pedulikannya Ahmad oleh Haji jamil. Jika diperhatikan lebih jauh,
sebenarnya Marjoso membunuh ibunya Ahmad karena Marjoso juga dendam kepada
Ahmad sebab Ahmad sudah menunjukkan tempat persembunyian orang tua Marjoso
demi untuk menjebaknya. Namun jebakkan Ahmad tidak berhasil dan kini Marjoso
menjadi hidup sebatang kara. Dan demi dendamnya akhirnya Marjoso menembak
ibunya Ahmad. 2. Hubungan konflik antara tokoh Ahmad dengan Haji jamil Keluarga
Haji Jamil merupakan keluarga yang broken home setelah kematian istrinya.
Hubungan konflik antara Haji jamil dan Marjoso terjadi saat kematian istrinya dan
Ahmad sebagai anak tidak menerima ibunya mati, ingin menuntut balas kepada
pembunuh ibunya dalam hal ini yang menjadi terdakwa adalah Marjoso. Tetapi saat
hendak menuntut balas malah Ahmad tertangkap dan lebih menyedihkan saat
tertangkap Ahmad tidak mendapat pembelaan dari Ayahnya justru disisihkan dan hal
itu sangat menyakitkan. Hal tersebut tampak pada kuutipan berikut. AHMAD : Ayah
akan membela dia? HAJI JAMIL : Ya. Ayah akan membela dia, lantaran dia benar.
MARJOSO : Engkau selalau membawa soal ibumu, baik, Ahmad! Siapa yang telah
menunjukkan tempat persembunyian kedua orang tuaku? Siapa yang telah
menyuruh mereka untuk menjebakku? Jawab! Siapa? AHMAD (tegas) : Aku! HAJI
JAMIL : Oh, Ahmad, di mana lagi hatimu? MARJOSO : Tapi kau tak berhasil
menjebak aku, namun kedua orang tuaku ditangkap dan mereka tak ada lagi kini.
Mereka mangkat akibat siksaan-siksaan yang keji. AHMAD (gemetar) :
Tidak! ............... Tidak! .............. MARJOSO : Mengapa tidak? Mereka adalah
korbanmu. Sekarang apa maumu? Kau memburu aku? Korban berjatuhan karena
dendammu, kini kau berhadapan dengan aku (mengambil pistol dari meja) Ini ada
sepucuk pistol untuk kau pakai menghabisi musuhmu. Terimalah! (melempar pistol

7
itu ke hadapan Ahmad, dan Ahmad menerimanya, kemudian Marjoso mencabut
pistolnya sendiri) Marilah kita habisi dendam di antara kia. AHMAD DIAM TERPAKU,
PISTOL DI TANGAN BELUM DIAPA-APAKAN, MARJOSO BERGERAK MENJAUH. HAJI
JAMIL TERPAKU TAPI TAK SEGERA MENENGAHI KEDUANYA HAJI JAMIL : Jangan!
Jangan kalian saling membunuh. Kalian bersaudara, kalian adalah anakku. 3.
Hubungan konflik antara tokoh Zulaecha dengan Haji Jamil Ahmad merupakan satu-
satunya saudara yang dimiliki oleh tokoh Zulaecha, karena ibunya telah meninggal
oleh peluru dari tangan komandan Marjoso pada saat itu. Komandan Marjoso
merupakan anak yatim piyatu yang menganggap Haji Jamil sebagai guru sekaligus
sebagai ayahnya, demikian juga dengan Haji Jamil yang lebih memperhatikan
Marjoso dari pada anaknya sendiri Ahmad, hal ini memicu rasa marah Zulaecha
kepada ayahnya, karena ayahnya lebih membela orang lain dari pada anak
kandungnya sendiri, yaitu Ahmad. Hal ini menimbulkan konflik yang disertai dengan
rasa marah Zulaecha kepada ayahnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan percakapan :
ZULAECHA : Dan kemudian serentetan tembakan, dan ibu jatuh, rubuh tak bangun
bangun lagi. (nada keras) Peluru siapakah yang merubuhkannya? Peluru siapa? HAJI
JAMIL (tegang menahan perasaan) : Peluru Marjoso! ZULAECHA : Ya. Peluru dari
murid yang paling ayah kasihi, lebih dari mengasihi anaknya sendiri. HAJI JAMIL :
Tapi itu adalah hak Marjoso untuk berbuat begitu, apa artinya satu jiwa bagi beribu-
ribu jiwa yang dalam tanggungannya. ZULAECHA : Namun dia adalah penyebab
kematian ibu. Orang itu masih ayah lindungi juga, ayah beri tempat persembunyian
di pesantren. Dapatkah abang disalahkan, kalau sejak saat itu dia mendendam?
Karena dendam itulah dia menunjukkan tempat persembunyian Marjoso, tapi
pesantren itu terbakar semuanya. Belandalah yang membakarnya, bukan Ahmad.
Dapatkah Bang Ahmad disalahkan? Karena dendam sudah menutupi seluruh
kesadarannya. Sadarlah, ayah! HAJI JAMIL (mengeluh) : Begitu banyak korban telah
jatuh ...... ZULAECHA : Tapi apakah ia sengaja memusuhi perjuangan, atau hanya
memburu musuh pribadinya karena dia butuhkan, dan dia butakan dendam, ia
hanya akan melepaskan sebutir peluru pada dada pembunuh ibunya, tapi malang,
Bang Ahmad tertangkap, dan kini dia harus mati sebelum tuntutannya terpenuhi.
Salahkah dia kalau begitu mencintai ibunya? 4. Hubungan konflik antara tokoh
Ahmad, Haji Jamil, dan Marjoso Mereka saling berdebat di ruangan komandan

8
Marjoso dengan membela dan merebutkan hak masing-masing, Haji Jamil yang
menjadi penengah diantara Ahmad dengan komandan Marjoso. Hal ini dibuktikan
dengan percakapan perdebatan antara ketiganya : AHMAD (tak berperasaan) : Aku
tidak mengkhianati tanah airku. HAJI JAMIL : Tanganmu berlumur darah, dan darah
itu adalah darah kawan kawanmu sendiri, Ahmad. AHMAD : Aku tidak pernah
membunh seorangpun. MARJOSO : Ya, memang kau tak pernah membunuh
seorangpun dengan tanganmu. Tapi khianatmu! Jiwa budakmu! .... Jiwa budakmu!
AHMAD : Kenapa aku tidak boleh membunuh musuhku? Kenapa aku tidak boleh
membunuh, membalas dendam kematian ibuku? Apakah harganya aku sebagai anak
laki-laki, kalau pembunuh ibuku dibiarkan saja tanpa suatu pembalasan? MARJOSO
(bangkit memukul meja) : Kau tak berhak memakai alasan itu untuk mempersuci
dirimu! AHMAD (meludah benci) : Di mataku engkau tak berharga sedikitpun,
Marjoso. HAJI JAMIL : Ahmad! AHMAD : Ayah akan membela dia? HAJI JAMIL : Ya.
Ayah akan membela dia, lantaran dia benar. Simpulan Dari pembahasan diatas,
dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh dari konflik yang ada dalam naskah drama
Fajar Siddiq, yaitu : 1. Ahmad : Dalam naskah ini tokoh Ahmad berperan dengan
karakter yang gigih dalam mempertahankan haknya, penuh perjuangan, dan
penyayang, pendendam, dikarenakan tokoh Ahmad yang merasa diperlakukan tidak
adil dengan perlakuan dari tokoh Marjoso yang telah membunuh ibunya dan tidak di
eksekusi, sedangkan Tokoh Ahmad di kira pengkhianat oleh Ayahnya sendiri. 2. Kyai
(Haji jamil) : Merupakan tokoh yang adil dan bijaksana dalam mendidik anaknya,
membela kebenaran, dan teguh pada pendiriannya 3. Marjoso : merupakan seorang
komandan yang kuat dan profesional 4. Zulaecha (adik Ahmad) : memiliki karakter
penyayang 5. Sersan : Berwatak penurut, karena ia merupakan ajudan dari
komandan Marjoso Sedangkan hubungan-hubungan konflik Antar Tokoh dalam
Naskah Fajar Siddiq karya Emil Sanossa, yaitu : 1. Hubungan konflik antara tokoh
Ahmad dengan Marjoso Ahmad adalah seseorang yang akan mejalani eksekusi
sebelum fajar tiba. Ahmad akan di eksekusi sebab dia yang menjadi penyebab
terbakarnya pesantren tempat para tentara gerlyia juga tempat para pemuda
menimba ilmu. Ahmad tertangkap oleh Marjoso saat sedang hendak menemui Ayah
dan adiknya saat itu dia sedang beristrahat ditengah tengah bulak karena nyasar
tiba-tiba saja dia ditangkap. 2. Hubungan konflik antara tokoh Ahmad dengan Haji

9
jamil Terjadi saat kematian istrinya dan Ahmad sebagai anak tidak menerima ibunya
mati, ingin menuntut balas kepada pembunuh ibunya dalam hal ini yang menjadi
terdakwa adalah Marjoso. Tetapi saat hendak menuntut balas malah Ahmad
tertangkap dan lebih menyedihkan saat tertangkap Ahmad tidak mendapat
pembelaan dari Ayahnya justru disisihkan dan hal itu sangat menyakitkan. 3.
Hubungan konflik antara tokoh Zulaecha dengan Haji Jamil Haji Jamil yang lebih
memperhatikan Marjoso dari pada anaknya sendiri Ahmad, hal ini memicu rasa
marah Zulaecha kepada ayahnya, karena ayahnya lebih membela orang lain dari
pada anak kandungnya sendiri, yaitu Ahmad. Hal ini menimbulkan konflik yang
disertai dengan rasa marah Zulaecha kepada ayahnya. 4. Hubungan konflik antara
tokoh Ahmad, Haji Jamil, dan Marjoso Mereka saling berdebat di ruangan komandan
Marjoso dengan membela dan merebutkan hak masing-masing, Haji Jamil yang
menjadi penengah diantara Ahmad dengan komandan Marjoso.

Melihat Sisi Konflik Antar Tokoh Dalam Naskah Drama Fajar Siddiq Karya Emil
Sanossa Dalam Segi Psikologi Sastra

PENDAHUUAN

Jadi Nominasi Karena Konsistensinya di Bidang Seni

budayawan ini Malang mendapat Anugerah Seni 2007 dari Gubernur Jatim Imam
Utomo pada 6 Oktober lalu. Mereka adalah penulis naskah Chamsun alias Emil
Sanossa dan. Ia dinilai sebagai orang Jatim yang peduli dan konsisten terhadap
budaya. pria kelahiran 1938 ini. Pada tahun 60-an Malang itu paling maju seni
dramanya di Jatim. Sehingga seringkali kalau ada hajatan, seperti pernikahan atau

10
khitanan, mereka diundang bermain seni drama.
Meski sudah tua, Emil masih bersedia jika diminta mengisi kegiatan seputar
penulisan naskah dan seni drama kepada anak-anak muda. “Tapi harus ada
penggiatnya,.

Dalam artikel ini saya akan membahas tentang konflik antar tokoh melalui 
pendekatan psikologi sastra. Konflik antar tokoh yang di sajikan oleh Emil Sanossa
dalam karyanya yang berjudul “Fajar Siddiq” merupakan realitas khayalan yang
sering kita lihat di kehidupan kita. Komunikasi antar tokoh ini menjadi sentral dalam
pembahasan artikel kali ini. Bagaimana sebuah konflik antar tokoh yang
menimbulkan sebuah kejiwaan yang dapat mempengaruhi perilaku tokoh yang
berada dalam naskah drama “Fajar Siddiq.”

            Salah satu contohnya yaitu konflik yang terjadi pada tokoh ahmad hampir
dari naskah drama “Fajar Shiddiq” selalu menampilkan bayak sekali konflik-konflik
yang terjadi antar tokoh. Tokoh ahmad dalam naskah ini menjadi sorotan utama
dalam naskah drama yang di buat oleh Emil Sanossa, disini ahmad sebagai pelaku
utama yang menjadikan naskah drama ini menjadi hidup dan munculnya konflik dan
pertentangan antar tokoh.

            Makna dari naskah drama “fajar Siddiq” menimbulkan banyak pertanyaan
dan persepsi orang berbeda-beda. Salah satunya orang megartikan judul tersebut
sebagian dengan beranggapan bahwa ada seorang pejuang namun memilih
mendustakan tanah airnya sehingga ia ditanggap dan diadili dengan semestinya
seorang pemberontak atau para pendusta tana air tercinta.

            Berbeda dengan penulis naskah drama ini , sang pengarang


menggambarkan situasi dalam perang gerilya dengan tentara belanda yang terjadi
sebelum kemerdekaan Negara Indonesia. Dengan tokoh utama yang bernama
ahmad yang menodai kepercayaan dari keluarganya dan menghianati negaranya
karena keinginannya yang ingin membalas dendam atas kematian ibunya yang
disebabkan oleh marjono letnan yang dulu sudah ia anggap seperti kakak sendiri.
Ahmad menjadi penyebab kematian para santi-santi pondok pesantren yang
dipimpin oleh ayahnya yakni haji jamal. Dan zulaikha adik dari ahmad tidak

11
mengingikan kematian dari kakaknya tersebut, karena zulaikha meyakini bahwa
bukan ahmadlah penyebab dari kejadian ini, kalau memang benar ahmad lah yang
membakar pondok pesantren zulaikha meyakini bahwa marjonolah yang salah atas
kejadian semua ini.

PEMBAHASAN

Awal Mula Timbulnya Konflik

            Sebagaimana yang sudah kerap kita ketahui dalam dunia drama dan teater
masalah yang muncul biaanya disebut dengan konflik,yang memiliki definisi atau
pengertian, yaitu ketegangan tau pertentangan dalam diri seorang tokoh, atau
kelompok. Di dalam drama konflik merupakan unsur yang memungkinkan para
tokoh salinng berinteraksi. Konflik tidak selalu berupa tentang petengkaran ,
kericuhan atau permusuhan diantara para tokoh. Konflik bisa terjadi karena
ketegangan batin antar tokoh atau perbedaan pendangan.

            Awal dari permasalahan yang timbul antara naskah drama “Fajar Siddiq” ini
yaitu ketika perang gerilya sudah terjadi setelah itu ahmad membakar pondok
pesantren yang menimbulkan banyak santri yang meninggal karena terbakar gosong
oleh ulah dari ahmad sendiri. Namun ahmad melakukan semua itu hanya karena
rasa dendamnya karena ia sudah kehilangan ibunya yang tertembak oleh pistol
marjoso,marjoso adalah seorang letnan yang menjaga tanah airnya. Konflik antara
ahmad dengan marjoso:

AHMAD : Aku tidak tahu

PERASAANNYA CEMAS SEKALI

MARJOSO : (marah) Dusta! Dusta kau!!!

AHMAD : (tersentak) Engkau toh tahu aku akan berdusta.

MARJOSO : (mula-mula perlahan kian lama kian berkobar) Engkau binatang yang
tak perlu di beri ampun. Bukankah engkau yang membakar pesantren ayahmu?

12
AHMAD : Tidak! Tidak ........ aku tidak membakarnya.

MARJOSO : (mengatasi suara Ahmad) Engkau tak membakarnya. Tapi engkau biang
keladi yang menyebabkan pesantren itu terbakar. Pesantren yang mewarisi tradisi
turun-temurun. Mulai dari buyutmu, kakek-kakekmu sampai ke ayahmu. Pesantren
tempat ayahmu menempa pemuda-pemuda yang bertanggung jawab akan hari
depan agama dan tanah airnya, bangsanya. Ahmad ..... engkau tidak menyesali
semua itu?

(terdiam sebentar-sebentar menarik nafas).

Oh, Ahmad, tidakkah engkau takut akan siksa Tuhanmu? Bagaimana kelak dosamu
akana membakar dirimu?

AHMAD: Itu tanggunganku. Resiko!

MARJOSO : (ke depan) Oooooooo, jiwa yang tak lebih berharga dari pada jiwa
seekor anjing. Berapa banyaknya air mata yang harus dicucurkan para ibu untuk
mengenang murid-murid ayahmu yang hangus terbakar bersama pesantren yang
dicintainya, Ahmad.

AHMAD: (tegas) Tapi, siapakah yang akan mencucurkan untuk rubuhnya ibuku?
Siapa yang suka berkata ”Akan kutuntut kematian ini!” Siapa yang akan membalas
dendamnya?

MARJOSO : Diam kau!

(Ahmad tertunduk).

Angkat mukamu, pengkhianat! Pandanglah aku untuk kali yang penghabisan. Karena
malam ini juga rakyat menuntut darahmu.

Didalam dialog-dialog diatas jelas kita lihat bagaimana konflik antar tokoh sangat
telihat jelas dan bagaimana sikap ahmad terhadap marjoso yang dulu ia anggap
sebagai seorang kakak.  Setelah apa yang sudah dilakukan oleh ahmad maka
kemudian ditangkaplah ahmad oleh pasukan yang dipimpin marjoso . alasan
marjoso menagkap ahmad karena ahmad sudah menjadi pelaku dari pebunuhan dan

13
pembakaran pondok pesantren yang di dirikan oleh kakek ahmad dan sekarang yang
menjadi pemimpin di pondok pesantren tersebut adalah haji jamal dia lah ayah dari
ahmad, disini tokoh ahmad juga memiliki konflik dengan ayahnya haji jamil:

AHMAD : Kenapa aku tidak boleh membunuh musuhku? Kenapa aku tidak boleh
membunuh, membalas dendam kematian ibuku? Apakah harganya aku sebagai anak
laki-laki, kalau pembunuh ibuku dibiarkan saja tanpa suatu pembalasan?

MARJOSO: (bangkit memukul meja) Kau tak berhak memakai alasan itu untuk
mempersuci dirimu!

AHMAD : (meludah benci) Di mataku engkau tak berharga sedikitpun, Marjoso.

HAJI JAMIL : Ahmad!

AHMAD : Ayah akan membela dia?

HAJI JAMIL : Ya. Ayah akan membela dia, lantaran dia benar.

MARJOSO : Engkau selalau membawa soal ibumu, baik, Ahmad! Siapa yang telah
menunjukkan tempat persembunyian kedua orang tuaku? Siapa yang telah
menyuruh mereka untuk menjebakku? Jawab! Siapa?

AHMAD : (tegas) Aku!

            Setelah muncul permasalahan-permasalahan diatas lalu munculah


permasalahan-permasalahan yang lain . tidak hanya menjadi awal dari sebuah
masalah tapi permasalahan yang terdapat di atas juga menjadi sebuah awalan cerita
yang terdapat dari naskah ini. Dan disini sang penulis membuat ceritanya dari awal
hingga akhir terdapat banyak sekali konflik dan masalah yang diusung. dan di akhir
cerita sang penulis membuat konflik yang akhirnya ahmad bertaubat dan meminta
maaf atas kesalahan yang selama ini ia perbuat , ia meminta maaf kepada pak kyai
yaitu ayahnya , marjoso dan adiknya yaitu zulaikha. Dan ahmad dengan berat hati
berjalan menuju tempat eksekusi dan ketika fajar terbit dan dengan terdengar tiga
kali suara tembakan akhirnya ia meninggal atas perbuatan yang selama ini ia
lakukan.

14
Konflik Klimaks Dalam Naskah

            Adapun definisi konflik sudah dipaparkan oleh sub tajuk yang telah dibahas
diatas, dan yang dimaksud dengan klimaks disini adalah suatu pokok permasalahan
atau konflik yang memuncak dimana dari rangkaian cerita dalam naskah keterangan,
dan keseriusan oreh adanya bantuan fikiran atau tokoh akan sangat ditonjolkan.
Sehingga keseriusan oleh adanya benturan fikiran antar tokoh akan sangat
ditonjolkan. Sehingga nantinya juga pelu adanya penyelesaian dalam konflik yang
sudah mengerucut tersebut.

            Seperti yang sudah dipaparkan diatas, didalam naskah ini dimulai dari
peristiwa perang gerilya sudah terjadi setelah itu ahmad membakar pondok
pesantren yang menimbulkan banyak santri yang meninggal karena terbakar gosong
oleh ulah dari ahmad sendiri. Namun ahmad melakukan semua itu hanya karena
rasa dendamnya karena ia sudah kehilangan ibunya yang tertembak oleh pistol
marjoso,marjoso adalah seorang letnan yang menjaga tanah airnya. Setelah apa
yang sudah dilakukan oleh ahmad maka kemudian ditangkaplah ahmad oleh
pasukan yang dipimpin marjoso . alasan marjoso menagkap ahmad karena ahmad
sudah menjadi pelaku dari pebunuhan dan pembakaran pondok pesantren yang di
dirikan oleh kakek ahmad dan sekarang yang menjadi pemimpin di pondok
pesantren tersebut adalah haji jamal dia lah ayah dari ahmad. Setelah itu beginilah
runtutan peristiwanya dalam naskah.

MARJOSO : Tapi kau tak berhasil menjebak aku, namun kedua orang tuaku
ditangkap dan mereka tak ada lagi kini. Mereka mangkat akibat siksaan-siksaan
yang keji.

AHMAD : (gemetar) Tidak! ............... Tidak! ..............

MARJOSO : Mengapa tidak? Mereka adalah korbanmu. Sekarang apa maumu? Kau
memburu aku? Korban berjatuhan karena dendammu, kini kau berhadapan dengan
aku (mengambil pistol dari meja) Ini ada sepucuk pistol untuk kau pakai menghabisi
musuhmu. Terimalah! (melempar pistol itu ke hadapan Ahmad, dan Ahmad
menerimanya, kemudian Marjoso mencabut pistolnya sendiri) Marilah kita habisi
dendam di antara kia.

15
AHMAD DIAM TERPAKU, PISTOL DI TANGAN BELUM DIAPA-APAKAN, MARJOSO
BERGERAK MENJAUH. HAJI JAMIL TERPAKU TAPI TAK SEGERA MENENGAHI
KEDUANYA

HAJI JAMIL : Jangan! Jangan kalian saling membunuh. Kalian bersaudara, kalian
adalah anakku.

MARJOSO : Kalau aku harus mati lantaran pelurunya, Pak Kyai, aku harus ikhlas
mati untuk meyakinkan dia dan orang-orang seperti dia, bahwa dalam perjuangan
ini tidak harus diperhitungkan untung rugi perseorangan. Aku ikhlas mati untuk
meyakinkan semua orang, bahwa sebab yang akan menggagalkan revolusi ini ialah,
manakala orang masih tidak meleburkan dirinya sendiri ke dalam leburan yang tidak
lagi mengenal siapa ayah, siapa ibu, dan siapa itu saudara.

HAJI JAMIL : Marjoso, anakku, kau tidak boleh mengorbankan diri untuk manusia
yang begini rendahnya.

MARJOSO : Korban telah cukup banyak, Kyai. Seorang demi seorang kawan-kawan
gugur lantaran soal dendam-mendendam ini. Aku merasa ikut bersalah juga Kyai

(keterangan ini meliputi ketiga orang itu. Ahmad tampak tak dapat menguasai
dirinya, Marjoso mengangkat pistolnya, Haji Jamil memalingkan muka, sedih, dan
putus asa dalam kecemasan)

Angkat pistolmu agar kau mati dengan tidak membawa dendam ke dlam kubur. Aku
akan menghitung sampai tiga kali, maka tembaklah aku dan aku akan
menembakmu.

AHMAD TIDAK MENJAWAB, IA MENGANGKAT PISTOLNYA TAPI JELAS TANGANNYA


MULAI GEMETAR. MARJOSO MENATAPINYA DENGAN TENANG. JARAK MEREKA
KIRA-KIRA EMPAT LANGKAH DIPISAHKAN OLEH MEJA, HAJI JAMIL BERDIRI DI
TENGAH-TENGAHNYA

HAJI JAMIL : Nah, mulailah nembak kalian berdua. Mulailah menembak Ahmad,
mulailah menembak Marjoso!

16
(kedua-duanya tak beegerak, mulai menurunkan pistolnya. Marjoso terpaku diam,
keringat mengalir di dahinya)

Karakteristik Global Penokohan

            Tokoh yang terdapat dalam naskah drama sebuah crita khususnya di dalam
naskah ini memiliki ciri khas dan daya tarik tersendiri karena di dalam naskah “Fajar
Siddiq” ini tokoh memiliki identitas tokoh adapun para tokoh dan perannya dalam
cerita naskah yaitu :

Ahmad : merupakan tokoh utama yang muncul dalam naskah dan menjadi tokoh
penimbul konflik antar tokoh sekaligus narasumber atas penyebab kejadian yang
terjadi.

Marjoso : tokoh yang paling mendominasi cerita dari naskah drama ini dan menjadi
tokoh penengah antara ahmad dengan haji jamil .

Haji jamil atau pak kyai : merupakan tokoh yang mendukung atas kematian anaknya
yakni ahmad. Tokoh ini menjadi tokoh yang sangat tegar atas kejadian yang ia alami
atas keluarganya.

Zulaikha : merupakan tokoh pendorong atau tokoh yang membela dari tokoh ahmad
yang sangat percaya bahwa ahmad tidak bersalah.

Sarsan : merupakan tokoh pendukung dari naska drama ini.

Dari tokoh dan sekaligus perannya yang terurai diatas sedikit mengingatkan dan
menggambarkan situasi yang terjadi ketika perang gerilya pada waktu penjajahan
belanda.

Relasi Konflik pada Naskah dengan Realita Kehidupan Masyarakat

            Relasi merupakan hubungan atau pertalihan antara sesuatu dengan sesuatu
yang nilainya pas dan berkesinambungan.

17
Relasi konflik naskah dengan dunia nyata memang sangat banyak dan meluas.
Dikehidupan sehari-hari, konflik pada naskah ini sering terjadi dari kalangan
masyarakat.

            Di dalam naskah tersebut , konflik yang sedang terjadi ini adalah seseorang
yang mengunakan amarahnya dalam melakukan segala tindakannya untuk
membalas dendam atas kematian yang menimpa ibunya, ahmad menjadi gelap mata
dan tidak dapat berfikir secara jernih sehingga ia dapat melalukan hal-hal yang salah
dan merugikan orang lain. Disini ahmad menjadi seseorang yang bertanggung jawab
atas segala perbuatannya dalam membakar pondok pesantren dan telah
mengecewakan apa yang sudah haji jamil percayakan padanya.

            Haji jamil sangat kecewa atas perbuatan yang dilakukan oleh anak laki-
lakinya ahmad yang telah membunuh para santri dengan membakar pondok
pesantren yang selama ini digunakan untuk kyai mengajar ilmu agama dan ilmu
tentang kecintaan kepada tanah air. Ahmad sudah membuat semua orang kecewa
terlebih kepada ayahnya dan zulaikha namun adiknya zulaikha tetap ingin membela
dan berharap agar ahmad tidak di eksekusi oleh marjoso . dan zulaikha meminta
haji jamil memaafkan segala perbuatan yang dilakukan oleh ahmad kepada
parasantri yang berada di pondok pesantren dan orang tua murid dari para santri-
santri tersebut.

HAJI JAMIL

Ahmad ............... oh, Ahmad ......... kau anakku! Kau anakku!

AHMAD

(tak bisa menguasai dirinya) Ayah, mengapa aku harus begini?

HAJI JAMIL

(menggeletar) Aku serahkan engkau kepada Tuhan. Semoga Tuhan mengampuni


engkau, aku ampuni dosamu kepadaku, tetapi dosamu terhadap orang lain
pertanggungjawabkan sendiri terhadap Tuhanmu. Engkau anakku. Matilah engkau
sebagai anakku! Sebagai seorang muslim yang mengerti arti taubat, janganlah

18
engkau menangis karena sedih akan berpisah dengan aku, tetapi menangislah
karena telah terlalu banyak berbuat dosa!

AHMAD

(dengan penuh keraguan dan penyesalan yang dalam) Ayah, ....... di manakah
adikku Zulaecha?

HAJI JAMIL

Dia dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.

AHMAD

Ayah, sampaikan salamku padanya ... agar ia tetap menjadi patriot bangsa dan
pembela tanah air mengikuti jejak ayahnya.

MARJOSO

Ahmad, saatmu sudah tiba!

AHMAD TERSENTAK SEKETIKA TERTEGUN MEMANDANG AYAHNYA DAN MARJOSO.


DENGAN BERAT LALU MELANGKAHKAN KAKI MENUJU KELUAR DIIKUTI OLEH
MARJOSO DAN SERSAn

HAJI JAMIL

 (mengikuti dengan pandangan penuh arti, kemudian beberapa saat terdengar


tembakan tiga kali, pertanda tamatnya riwayat Ahmad, kemudian Haji Jamil
melangkah ke tengah panggung dengan pandangan yang dalam dan jauh
sekali) .......... Tuhanku, inilah pertanda datangnya fajar kemenangan. Kemerdekaan
bangsa dan negaraku.

             Dan akhirnya ahmad meninggal karena bertanggung jawab atas segala
jenis perbuatan yang sudah ia lakukan.

Nilai Sosial Dan Nilai Moral

19
            Dalam naskah drama ini terdapat masalah yang mengandung nilai sosial
dan nilai moral. Masala yang pertama adalah yang ditimulkan dari seorang ahmad
yang membakar pondok pesantren milik keluarganya yang membuat banyak orang
geram atas tindakan yang dilakukan oleh ahmad. Namun hal yang dilakukan oleh
ahmad tidak lain dan tidak bukan karena ia ingin memebalas dendam dari apa yang
sudah dialami oleh ibunya. . nilai-nilai sosial dan nilai-nilai moral dari naskah ini
banyak dari segi positif tentang ahmad yang telah melakukan banyak sekali dosa
dan di akhir hhayatnya ia bertaubat dan bertanggung jawab atas segala jenis
perbuatan yang sudah ia lakukan selama dalam hidupny. Nilai moral yang terdapat
di naskah drama ini adalah bagaimana cara kita memaafkan kesalahan seseorang
walaupun orang iu sudah banyak membuat dosa dan bagaimana kita menjadi
sesorang yang baik yang dapat menuntunnya ke jalan yang baik. Nilai sosial dari
naskah ini adalah kesetiaan yang seharusnya kita jaga atas negri tercinta
seharusnya tidak dinodai dengan amarah yang sudah sangat besar. Karena amarah
akan menjatuhkan seseorang ke jalan yang salah.

Pendekatan psikologi sastra pada tokoh

Psikologi sastra merupakan bidang inter-disipliner antara ilmu sastra dan ilmu


psikologi. Berbicara psikologi sastra berarti berbicara tentang pendekatan dalam
mengapresiasi karya sastra, atau memanfaatkan karya sastra, pengarang, dan
pembaca untuk studi psikologi. Perhatian diarahkan kepada pengarang dan pembaca
(sebagai psikologi komunikasi) atau kepada teks sastra itu sendiri. Rene Wellek dan
Austin Warren (1962:dalam Melani Buadianta, 1989: 90.

Psikologi sastra dalam pendekatan ini bertujuan untuk melihat bagaimana


kepribadian dari setiap tokoh . psikologi sastra mengambil peran yang sangat
penting dalam naskah drama ini yang dimana tokoh ahmad yang sudah mulai
membuat amarahnya dalam melakukan segala kegiatannya disini pengarang
menghadirkan bagaimana karakter setiap tokoh dengan sangat baik dan sangat
jelas.

20
Kesimpulan

            Naskah ini memiliki rangaian peristiwa yang menggambarkan segala benuk
kejadian-kejadian yang kerap terjadi di kalangan masyarakat. Khususnya masyarakat
atau keluarga atau anak yang memiliki terauma aas kepergian orangyang begitu ia
cintai dalam naskah ini tegabar dengan sangat jelas disetiap kejadian-kejadian yang
dialamai oleh tokoh utama yakni ahmad dalam membalas dendam atas kematian
yang merenggut nyawa ibunya . dalam artikel ini menjelaskan pula bagaimana
karakter dari setiap tokoh yang ada dalam naskh dan bagaimana konflik-konflik yang
terjadi dan nilai moral dan nilai sosial yang terdapat dalam naskah drama ini, dan
pendekatan yang dilakukan menggunakan pendekatan psikologi sastra yang
mempengaruhi bagaimana sifat yang digambarkan oleh sang penulis. Peristiwa di
dalam naskah ini mengajarkan agar kita tetap menjunjung tinggi Negara kita dan
jangan pernah mendustakan Negara ini dan dapat kita ambil banyak sekali pelajaran
dari naskah drama ini.

21

Anda mungkin juga menyukai