BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan indera pendengaran merupakan syarat penting bagi upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia karena sebagian besar infomasi
diserap melalui proses mendengar yang baik. Bagi anak fungsi pendengaran
berpengaruh dalam perkembangan bicara dan berbahasa, sosialisasi dan
perkembagan kognitifnya.
Menemukan gangguan pendengaran pada bayi tidak mudah, gangguan
pendengaran sering diabaikan karena orang tua tidak langsung sadar anaknya
menderita gangguan, kadang-kadang anak dianggap sebagai anak autis atau
hiperaktif karena sikapnya yang sulit diatur. Orang tua baru menyadari
adanya gangguan pendengaran pada anak bila tidak ada respons terhadap
suara keras atau belum/terlambat berbicara. Oleh karena itu informasi dari
orang tua sangat bermanfaat untuk mengetahui respons anak terhadap suara
dilingkungan rumah, kemampuan vokalisasi dan cara mengucapkan kata
Gangguan pendengaran pada anak perlu dideteksi sedini mungkin
mengingat
pentingnya
peranan
fungsi
pendengaran
dalam
proses
Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Embriologi Organ Auditorik
Perkembangan berbagai struktur dari kepala dan leher secara
mendasar berhubungan dengan arkus brakial dan atau kantong faring.
Keduanya merupakan struktur embrionik yang bersifat sementara yang akan
mengalami perubahan substansial sehingga bentuk embrionik tidak dapat
dikenali lagi seiring dengan kelahiran. Meskipun demikian, bentuk turunan
dari struktur ini penting untuk bentuk dewasa, oleh karena itu kelainan dari
perkembangan arkus brakial dapat mengakibatkan malformasi yang
signifikan.
Pada usia kehamilan lima minggu, daerah kepala dan leher embrio
terdiri dari lima hingga enam bagian jaringan yang menyerupai jari,
disebut sebagai arkus brakial. Bagian ini berbaris melintang pada bidang
datar dari leher dan dipisahkan oleh celah, disebut sebagai celah brakial.
Permukaan dari arkus dan celah brakial ini dilapisi oleh lapisan ektoderm,
yang berasal dari lapisan mesoderm. Bagian yang mendasari daerah celah
brakial merupakan lapisan tipis karena terjadi pendekatan dari kantong
luar dari daerah foregut, dinamakan kantong faring. Bentuk turunan dari
arkus brakial dan kantong faring berbeda, karena sumber dari lapisan
embrionik termasuk dalam arkus brakial adalah lapisan mesoderm,
sedangkan kantong faring berasal dari lapisan endoderm. Karena
perbedaan sumber lapisan embrionik, dapat disimpulkan dengan
Perkembangan telinga dapat ditemukan sejak embrio berusia kirakira 22 hari, yang nampak sebagai penebalan ektoderm permukaan pada
kedua sisi rombensefalon. Penebalan ini dinamakan plakoda otika atau
plakoda telinga yang akan melakukan invaginasi cepat dan membentuk
gelembung telinga atau gelembung pendengaran (otokista).
Gambar 3. Potongan melintang daerah rombensefalon pada embrio: pembentukan gelembung telinga a) 24
hari, b) 27 hari, dan c) 4,5 minggu.
membentuk
utrikulus,
kanalis
semisirkularis,
dan
duktus
Telinga tengah yang terdiri atas kavum timpani dan tuba eustasius,
dilapisi epitel yang berasal dari endoderm kantong faring pertama. Di
dalamnya terdapat rongga berisi udara yang meluas ke dalam resesus
tubotimpanikus, dan selanjutnya meluas di sekitar tulang-tulang dan saraf
dari
telinga
tengah,
menghubungkan
dan
kavum
ke
timpani
daerah
dan
mastoid.
nasofaring.
Tuba
eustasius
Tulang-tulang
Usia
Kemampuan Auditorik
Bila diberikan stimulus bunyi, respon mendengar yang terjadi masih bersifat
bulan
4-7
bulan
7 bulan: memutar kepala pada arah horizontal dengan cepat, namun pada arah
7-9
bulan
9-13
Bulan
Kemampuan
Menangis (refleks vocalization)
Mengeluarkan suara mendengkur seperti suara
burung (cooing)
2 3 bulan
4 6 bulan
7 11 bulan
babbling) seperti pa pa ma ma
Dapat menggabungkan kata atau suku kata yang
tidak mengandung arti, terdengar seperti Bahasa
asing (jargon)
Usia 10 bulan mampu
(echolallia)
Memahami arti tidak, mengucapkan salam
Mulai memberi perhatian terhadap music atau
12 18 bulan
nyanyian
Mampu menggabungkan kata atau kalimat
pendek
Mulai
mengucapkan
kata
pertama
yang
mempunyai arti
Usia 12 14 bulan belum mengerti instruksi
sederhana, menunjuukan bagian tubuh dan
nama mainanya
Usia 18 bulan mampu menucapkan 6 10 kata
uteri,
seperti
Cytomegalovirus/CMV,
herpes,
dengan
kehilangan
pendengaran
10
11
auditori
adalah
istilah
yang
digunakan
untuk
menggambarkan kondisi dimana pasien dengan hasil OAE yang normal tetapi
dari pemeriksaan Auditory brainstem respon (ABR) dijumpai abnormal.
Pemeriksaan OAE, ABR dan timpanometri merupakan pemeriksaan yang
tidak dapat berdiri sendiri untuk menilai fungsi sistem auditori secara
menyeluruh.
Dikenal dua macam program newborn hearing screening (NHS), yaitu :
1. Universal newborn Hearing Screenirtg (UNHS)
UNHS bertujuan melakukan deteksi dini gangguan pendengaran pada
Semua bayi baru lahir. Upaya skrining pendengaran ini sudah di mulai pada saat
usia 2 hari atau sebelum menrnggalkan rumalr sakit. Untuk bayi yang lahir pada
fasilitas kesehatan yang tidak memiliki program UNHS paling lambat pada usia l
bulan sudah melakukan skrining pendengaran.
2. Targeted Newborn Hearing Screening
12
13
Apakah bayi kaget kalau mendengar suara yang sangat keras ? Apakah
bayi yang sedang tidur terbangun kalau mendengar suara keras?
2. Usia 4-7 bulan.
Usia 4 bulan: Apakah anak mulai mampu menoleh kearah datangnya suara
diluar lapangan pandang mata? Apakah anak mulai mengoceh di usia 5-7
bulan, sebelum usia 7 bulan apakah anak mampu menoleh langsung ke
arah sumber suara diluar lapangan pandang mata?
3. Usia 7-9 bulan
Apakah anak mampu mengeluarkan suara dengan nada yang naik-turun
atau monoton saja?
4. Usia 9-13 bulan
Apakah anak menoleh bila ada suara dibelakangnya? Apakah anak mampu
menirukan
beberapa
jenis
suara?
Apakah
anak
sudah
mampu
14
2. Anak kelihatannya
15
pendengaran
akan
mengalami
penurunan
kemampuan
16
17
18
.
f. Audiometri Nada Murni
Dapat digunakan untuk anak dengan usia diatas 3 tahun. Nada atau
suara tertentu diperdengarkan lewat headphone dan anak tersebut diminta
untuk merespon terhadap suara tersebut, misalnya dengan mengangkat
tangan atau dengan menekan tombol. Untuk pemeriksaan penjaring
biasanya diperdengarkan hingga empat frekuensi dan intensitas volume
yang berbeda. Pemeriksaan ini hampir langsung dapat menunjukkan
gangguan pendengaran yang berat, dan lebih berguna untuk mendeteksi
gangguan pendengaran dalam perkembangan, atau gangguan pada salah
satu sisi telinga.
g. Audiometri Hantaran Tulang
Untuk menilai daya hantar getaran dengan menaruh alat yang
menghasilkan getaran di belakang daun telinga sehingga yang dinilai
adalah telinga bagian dalam dengan
memanfaatkan
hantaran
dengan
tulang.
pemeriksaan
19
20
21
namun
22
2.8 Penatalaksanaan
Apabila ditemukan adanya gangguan pendengaran sensorineural:
a) harus dilakukan rehabilitasi berupa amplifikasi pendengaran misalnya
dengan alat bantu dengar (ABD).
b) selain itu bayi/anak juga perlu mendapat habilitasi wicara berupa terapi
wicara atau terapi audioverbal terapi (AVT) sehingga dapat belajar
mendeteksi suara dan memahami percakapan agar mampu berkomunikasi
dengan optimal.
Dalam hal pemasangan ABD harus dilakukan seleksi ABD yang
tepat dan proses fitting yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga diperoleh
amplifikasi yang optimal. Proses fitting ABD pada bayi/anak jauh lebih
sulit dibandingkan orang dewasa. Akhir akhir ini ambang pendengaran
yang spesifik pada bayi dapat ditentukan melalui teknik Auditory Steady
State Response (ASSR) yang hasilnya dianggap sebagai prediksi
audiogram, sehingga proses fitting ABD bayi lebih optimal. Bila ternyata
ABD tidak dapat membantu, salah satu alternatif adalah implantasi koklea.
23
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan
pendengaran
pada
anak
tidak
hanya
mempengaruhi
24
DAFTAR PUSTAKA