Anda di halaman 1dari 13

Penetapan Kadar Etanol pada Minuman Beralkohol Berbagai Merk Melalui Pengukuran Berat Jenis

Ditulis oleh Susan Primadevi dan Dian Kresnadipayana

Minggu, 12 Juni 2016 00:03


ABSTRAK
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian
yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.86/1977, minuman beralkohol dibedakan
menjadi 3 golongan yaitu Golongan A dengan kadar alkohol 1-5%, Golongan B dengan kadar alkohol 520%, dan Golongan C dengan kadar alkohol 20-55%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar
etanol di dalam minuman beralkohol berbagai merk. Penentuan kadar etanol dalam minuman beralkohol
diawali dengan proses destilasi untuk memisahkan etanol dari air dan komponen lainnya. Sebelum
proses destilasi campuran ditambahkan dengan serbuk MgO atau CaO yang berfungsi sebagai zat
pengering karena dapat menghilangkan 5% air dari etanol dan dapat bereaksi dengan air membentuk
etanol-kalsium hidroksida yang sukar larut. Berat jenis etanol diukur dengan menggunakan piknometer.
Berat jenis etanol hasil pengukuran kemudian dikonversi menjadi kadar etanol menggunakan tabel
farmakope. Hasil menunjukkan bahwa kadar etanol dalam minuman beralkohol merk A sebesar 9,61%,
merk B 7,01%, merk C 6,56%, merk D 5,59%, dan merk E 9,09%. Kelima merk minuman tersebut
dikategorikan
ke
dalam
minuman
beralkohol
golongan
B.
Kata kunci : Minuman beralkohol, berat jenis, kadar etanol
ABSTRACT
Alcoholic beverages are liquor containing ethanol from carbohydrates by fermentation and distillation
process or fermentation without distillation. According to the regulation of Indonesian Health Minister
No.86/1977, alcoholic beverages can be divided into three groups. They are class A with 1-5% alcohol
content, class B with 5-20%alcohol ontent, and class C with20-55%alcohol content. This study was aimed
to determine the ethanol content in various brands of alcoholic beverages. The first step, ethanol was
separated
from
water
and
the
other
components.
Purification
of ethanol can be performed by adding MgO/CaO powder in destillation process. The function of
MgO/CaO powder was a drying agent because it eliminated 5% of water to form insoluble-calcium
hydroxide. Ethanol specific gravity was measured by using a pycnometer. Density of ethanol were
converted to ethanol content using table of pharmacopoeia. The results showed that the concentration of
ethanol in alcoholic beverages were 9.61% for brand A, 7.01% for brand B, 6.56% for brands C, 5.59% for
barnd D and 9.09% for brand E. All of them were categorized into the alcoholic drinks in group B.
Key words : alcoholic beverages, density, ethanol content
Artikel lengkap klik disini
LAST_UPDATED2

BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Banyak senyawa kimia yang terdapat di alam ini. Senyawa
kimiapun banyak yang diaplikasikan dalam kehidupan. Pada
materi kali ini kita akan membahas terkhusus untuk alkohol.
Dimana sering kita mendengar tentang zat-zat atau suatu
minuman yang beralkohol yang cukup banyak dikonsumsi ataupun
tidak dikonsumsi. Pada percobaan ini kita membahas tentang
penentuan kadar alkohol dalam suatu zat. Disini juga membahas
tentang pengaruh dari kadar alkohol yang ada.
Dalam ilmu kimia yang dimaksud alkohol adalah suatu
senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (-OH) sebagai
gugus fungsionalnya. Alkohol adalah istilah yang umum dipakai
oleh masyarakat, sedangkan istilah kimia dari alkohol adalah etil
alkohol (etanol) dengan rumus C2H5OH. Alkohol murni adalah
alkohol yang hanya mengandung etil alkohol dan sedikit air serta
bebas dari bahan-bahan lain yang berbahaya bagi manusia.
Alkohol ini biasa digunakan untuk pembuatan minuman keras,

pelarut minyak,
industri lainnya.

pelarut

obat-obatan

serta

untuk

keperluan

I. 2
Tujuan Praktikum
1.
Mengetahui cara penggunaan alat destilasi.
2.
Menentukan kadar alkohol.
3.
Menentukan berat jenis dengan menggunakan piknometer.
I.3
Manfaat Praktikum
1.
Agar praktikan dapat mengetahui penggunaan atau cara kerja rangkaian alat
destilasi.
2.
Agar praktikan dapat menentukan kadar alkohol.
3.

Agar praktikan memiliki bekal untuk kehidupan kerja di suatu hari kelak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Secara Umum
II.1.1 Alkohol
Alkohol merupakan senyawa organik yang mempunyai gugus OH
yang terkait pada atom C dari rangkaian alifatis atau siklik. Sebagaian
alkohol digunakan sebagai pelarut, mempunyai sifat asam lemah, mudah
menguap dan mudah terbakar. Alkohol dengan jumlah
Alkohol Primer
Pada alkohol primer(1), atom karbon yang membawa gugus - OH hanya
terikat pada satu gugus alkil.
Beberapa contoh alkohol primer antara lain :
CH 3 CH 2 Br

CH 3 CH 2 CH 2 Cl

CH 3 CH CH 2 I

CH 3

.
Alkohol sekunder
Pada alkohol sekunder (2), atom karbon yang mengikat gugus - OH
berikatan langsung dengan dua gugus alkil, kedua gugus alkil ini bisa
sama atau berbeda.
Contoh:
CH 3 CH CH 3

CH 3 CH CH 2 CH 3

Br

Cl
Alkohol tersier

Pada alkohol tersier (3), atom karbon yang mengikat gugus -OH berikatan
langsung dengan tiga gugus alkil, yang bisa merupakan kombinasi dari
alkil yang sama atau berbeda.
Contoh:

CH 3

CH 3

CH 3
CH 3

CH 3

CH 2 CH 3

Br

Cl

alkohol diproduksi dengan beberapa cara:


1.

Dengan fermentasi menggunakan glukosa dari


gula
dihasilkan
darihidrolisis dari pati , di hadapan ragi dan suhu kurang dari 37 C untuk
menghasilkan
etanol.
konversi invertase untuk glukosa danfruktosa atau

konversi glukosa untuk Zimase dan etanol .


2.
Dengan langsung hidrasi menggunakan etilen ( hidrasi

Misalnya

etilena )

alkena lain dari cracking dari fraksi sulingan minyak mentah .


Etanol yang nama lainnya alkohol, aethanolum, etil

atau

alcohol,

adalahcairan yang bening, tidak berwarna, mudah mengalir, mudah


menguap, mudah terbakar, higroskopik dengan karakteristik bau spiritus
dan rasa membakar, mudah terbakar dengan api biru tanpa asap. Campur
dengan air, kloroform, eter, gliserol, dan hampir semua pelarut organic
lainnya. Penyimpanan pada suhu 8-15C, jauh dari api dalam wadah kedap
udara dan dilindungi dari cahaya . Metode yang dapat digunakan untuk
menetapkan kadar etanol antara lain metode berat jenis yang merupakan
metode konvensional dan kromatografi gas yang merupakan metode
instrumental.
Masing-masing
metode
mempunyai
kelebihan
dan
kekurangan. Oleh karena itu, dilakukan perbandingan validitas kedua
metode, apakah validitas kedua metode berbeda bermakna atau tidak.
Kromatografi gas adalah teknik kromatografi yang bisa digunakan
untuk memisahkan senyawa organik yang mudah menguap. Senyawasenyawa yang dapat ditetapkan dengan kromatografi gas sangat banyak,
namun ada batasan-batasannya. Senyawa-senyawa tersebut harus mudah
menguap dan stabil pada temperatur pengujian, utamanya dari 50
300C. Jika senyawa tidak mudah menguap atau tidak stabil pada
temperatur pengujian, maka senyawa tersebut bisa diderivatisasi agar
dapat dianalisis dengan kromatografi gas . Berat jenis untuk penggunaan
praktis lebih sering didefi nisikan sebagai perbandingan massa dari suatu
zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4 C atau
temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan dalam
pembacaan berat jenis: 25 C / 25 C, 25 C / 4 C, dan 4 C/ 4 C. Angka
yang pertama menunjukkan temperatur udara saat zat ditimbang, angka

yang berikutnya menunjukkan temperatur air yang digunakan (Martin dkk.,


1983).
Berat jenis larutan etanol dapat diukur dengan piknometer. Berat
jenis larutan etanol semakin kecil, maka kadar etanol di dalam larutan
tersebut semakin besar. Hal ini dikarenakan etanol mempunyai berat jenis
lebih kecil daripada air sehingga semakin kecil berat jenis larutan berarti
jumlah / kadar etanol semakin banyak. Konversi berat jenis menjadi kadar
etanol (v/v) disajikan pada tabel I dibawah ini:
Tabel I. Konversi berat jenis kadar etanol (v/v)

Berat
jenis
larutan
etanol

Kadar
etanol
(% v/v)

1,000
0,9999
0,9998
0,9997
0,9996
0,9995
0,9994
0,9993
0,9992
0,9991
0,9990
0,9989
0,9988
0,9987
0,9986
0,9985
0,9984
0,9983
0,9982
0,9981
0,9980
0,9979

0,00
0,07
0,13
0,20
0,26
0,33
0,40
0,46
0,53
0,60
0,66
0,73
0,80
0,87
0,93
1,00
1,07
1,14
1,20
1,27
1,34
1,41

Berat
jenis
larutan
etanol

Kadar
etanol
(% v/v)

0,9978
0,9977
0,9976
0,9975
0,9974
0,9973
0,9972
0,9971
0,9970
0,9969
0,9968
0,9967
0,9966
0,9965
0,9964
0,9963
0,9962
0,9961
0,9960
0,9959
0,9958
0,9957

1,48
1,54
1,61
1,68
1,75
1,81
1,88
1,95
2,02
2,09
2,15
2,22
2,29
2,37
2,43
2,50
2,57
2,64
2,70
2,77
2,84
2,91

Berat
jenis
larutan
etanol

Kadar
etanol
(% v/v)

0,9956
0,9955
0,9954
0,9953
0,9952
0,9951
0,9950
0,9949
0,9948
0,9947
0,9946
0,9945
0,9944
0,9943
0,9942
0,9941
0,9940
0,9939
0,9938
0,9937
0,9936
0,9935

2,98
3,05
3,12
3,19
3,26
3,33
3,40
3,47
3,54
3,61
3,68
3,76
3,83
3,90
3,97
4,04
4,11
4,18
4,26
4,33
4,40
4,48

II.1.2
Destila
si

Distila
si atau
penyul
ingan
adalah
suatu

metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau


kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefi nisikan juga teknik
pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam
penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang
memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini

merupakan
termasuk unit
operasi kimia
jenis perpindahan
massa.
Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan,
masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal
distilasi didasarkan pada Hukum Raoultdan Hukum Dalton.
Selain
pembagian
macam
destilasi,
menyebutkan macam macam destilasi, yaitu :
1.
2.

Destilasi sederhana
Destilasi bertingkat ( fraksional )

3.
4.

Destilasi azeotrop
Destilasi vakum

5.
6.

Refl uks / destruksi


Destilasi kering
kimia

dalam

referensi

lain

Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan


untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki

perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan
destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murninya. Senyawa
senyawa yang terdapat dalam campuran
mencapai titik didih masing masing.

akan

menguap

pada

saat

Gambar : Alat Destilasi Sederhana


Gambar di atas merupakan alat destilasi atau yang disebut
destilator. Yang terdiri dari thermometer, labu didih, steel head, pemanas,
kondensor,
dan
labu
penampung
destilat.
Thermometer Biasanya
digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didestilasi selama
proses destilasi berlangsung. Seringnya thermometer yang digunakan
harus memenuhi syarat:
a. Berskala suhu tinggi

yang

diatas

titik

didih

zat

cair

yang

akan

didestilasi.
b. Ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas
reservoir HE sejajar dengan pipa penyalur uap ke kondensor. Labu didih
berfungsi sebagai tempat suatu campuran zat cair yang akan didestilasi .
Steel head berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan
masuk ke alat pendingin ( kondensor ) dan biasanya labu destilasi dengan
leher yang berfungsi sebagai steel head. Kondensor memiliki 2 celah, yaitu
celah masuk dan celah keluar yang berfungsi untuk aliran uap hasil reaksi
dan untuk aliran air keran. Pendingin yang digunakan biasanya adalah air
yang dialirkan dari dasar pipa, tujuannya adalah agar bagian dari dalam
pipa lebih lama mengalami kontak dengan air sehingga pendinginan lebih
sempurna dan hasil yang diperoleh lebih sempurna. Penampung destilat
bisa berupa erlenmeyer, labu, ataupun tabung reaksi tergantung
pemakaiannya. Pemanasnya juga dapat menggunakan penangas, ataupun
mantel listrik yang biasanya sudah terpasang pada destilator.

Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan


tekanan uap senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur
sebagai kecenderungan molekul dalam permukaan cairan untuk berubah
menjadi uap. Jika suhu dinaikkan, tekanan uap cairan akan naik sampai
tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer. Pada keadaan itu
cairan akan mendidih. Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan
tekanan uap atmosfer disebut titik didih. Cairan yang mempunyai tekanan
uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan mempnyai titik didih lebih
rendah daripada cairan yang tekanan uapnya rendah pada suhu kamar.
Jika campuran berair didihkan, komposisi uap di atas cairan tidak
sama dengan komposisi pada cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang
lebih volatile atau komponen dengan titik didih lebih rendah. Jika uap di
atas cairan terkumpul dan dinginkan, uap akan terembunkan dan
komposisinya sama dengan komposisi senyawa yang terdapat pada uap
yaitu dengan senyawa yang mempunyai titik didih lebih rendah. Jika suhu
relative tetap, maka destilat yang terkumpul akan mengandung senyawa
murni dari salah satu komponen dalam campuran.
(Atmojo Susilo , 2011)
II.2.
1.

Sifat Bahan
Secara fi sik :

Semua alkohol berwujud cair pada suhu biasa atau kamar, serta
bercampur baik dengan air. Jika alkohol dilarutkan dalam air, gugus OH

tidak terionisasi.
2.
Antara molekul molekul alkohol terdapat ikatan hidrogen, sehingga
alkohol memiliki titik didih yang tinggi (mendekati titik didih air).
3.
Alkohol merupakan khamar, yaitu zat zat yang dapat memabukkan
jika diminum. Bahkan ada alkohol yang bersifat racun, misalnya metanol.
4.
Alkohol dapat bereaksi dengan logam natrium, menghasilkan senyawa
Na-alkanoat (Na-alkoksida). Pada reaksi ini, atom H pada gugus OH
disubstitusi oleh atom Na.
2C 2 H 5 OH + 2Na 2C 2 H 5 ONa + H 2
Etanol
Na-etanoat
5.

(Na-etoksida)
Alkohol dapat bereaksi dengan fosfor trihalida (PX 3 ), menghasilkan
senyawa alkilhalida, pada reaksi ini, gugus OH akan disubstitusi oleh
atom halogen.
3CH 3 OH + PCl 3 3CH 3 Cl + H 3 PO 3
Metanol
Metil klorida
Secara kimia
Pembuatan metanol dan etanol
Metanol dalam industri dibuat dari reaksi gas gas CO
dan H 2 pada tekanan 200 atm dan suhu 400 o C. Dengan bantuan katalis
Cr 2 O 3 dan ZnO.

CO + 2H 2 CH 3 OH
Metanol
Metanol digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan pernis dan
lak, serta sebagai pembersih karat pada logam logam. Titik beku yang
rendah menyebabkan metanol dipakai sebagai cairan anti beku pada
otomobil. Metanol sering ditambahkan pada etanol dengan anjuran tidak
boleh diminum, karena metanol sangat beracun dan merusak saraf optik
sehingga dapat membutakan mata. Campuran metanol dan etanol dikenal
dengan nama spiritus. Spiritus dibubuhi warna biru.
Etanol dibuat dari reaksi fermentasi (peragian) karbohidrat
seperti beras, kentang, terigu (gandum), tapioka (singkong), atau maizena
(jagung). Ragi mengandung enzim enzim diastose, maltase, dan zimase
yang mampu menguraikan amilum (tepung,pati).
diastase
2(C 6 H 1 0 O 5 ) n + n H 2 O
Amilum

C12H22O11 + H2O

n C12H22C11
maltosa
maltase
2C 6 H 1 2 O 6

Maltosa

glukosa
zimase

C6H12O6
Glukosa

2C 2 H 5 OH + 2CO 2
etanol

Etanol (78 o C) dipisahkan dari campuran dengan cara destilasi.


Etanol ini biasanya masih mengandung air. Dengan menambahkan kapur
tohor, CaO, untuk mengikat air, kita dapat memperoleh alkohol pekat
(96%) atau alkohol absolut (100% etanol).
Selain digunakan dalam pembuatan minuman keras seperti bir,
atau wiski, etanol digunakan dalam pembuatan berbagai barang industri,
zat zat warna, seluloid, rayon dan sebagainya. Etanol juga digunakan
sebagai pelarut. Larutan suatu zat dalam etanol disebut tingtur (tincture),
misalnya tingtur iodium yang sering dipakai sebagai obat antiseptik pada
luka luka.
Pembuatan alkohol polihidroksi
Alkohol polihidroksi (disebut juga alkohol polivalen)
adalah senyawa senyawa yang mengandung gugus OH lebih dari
sebuah.
CH 2

OH

CH 2

OH

Etanadiol
(etilen glikol)

CH 2

CH

OH

OH

CH 2

OH

Oropanatriol (gliserol,gliserin)

Dalam industri, etanadiol (etilen glikol) dibuat dengan


mengoksidasi etena dengan O2 dan dilanjutkan dengan hidrolisa. Reaksi
dilakukan pada suhu 250oC dengan bantuan logam perak sebagai katalis.
CH 2 = CH 2 + O2 CH 2 CH 2
Etena
CH 2

O
Etilen oksida

CH 2
O

+ H 2 O CH 2 CH 2

OH
OH
Etilen glikol
Etilen glikol adalah bahan baku pembuat serat serat sintatik
poliester, misalnya tetoran. Etilen glikol sering digunakan sebagai penurun
titik beku air pada negara negara bermusim dingin (winter).
Gliserol dihasilkan pada reaksi pembuatan sabun. Gliserol banyak
digunakan sebagai pelarut obat obatan dan kosmetik, seperti obat batuk,
body lotion, dan sebagainya. Gliserol juga merupakan bahan baku
pembuat bahan
( nitrogliserin).

peledak

dinamit

CH 2 OH

CH

yang

mengandung

CH O NO 2 + 3H 2 O

CH 2 OH
Gliserol

CH 2 O NO 2
nitrogliserin

Jika

dinamit

meledak,

akan

dihasilkan

menimbulkan energi cukup dahsyat:


CH 2

O NO 2

CH 2

O
O

NO 2 3CO 2 + 3N + O 2 + 2H 2 O
NO 2
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1.
Bahan-bahan yang diperlukan :
1.
Zat yang mengandung alkohol
III.2.

trinitrat

CH 2 O NO 2

OH + 3HNO 3

CH 2

gliseril

Alat-alat yang digunakan:

1.
2.

Rangkaian Alat destilasi


Piknometer

3.
4.

Labu ukur
Gelas ukur

gas

gas

yang

5.
6.

Neraca analitik
Beaker glass

7.
8.

Pipet
Erlenmeyer
III.3. Gambar Alat

III.4. Cara kerja


1.
Ambil 10 0 cc zat yang akan diukur kadar alkoholnya
2.
Masukkan dalam labu destilasi dan didestilasi

3.
4.
5.
6.

Atur suhu destilasi (tidak boleh lebih dari suhu alkohol)


Destilasi dihentikan ketika fi ltrat yang diperoleh telah mencapai 25 cc

Atau destilasi hentikan bila ada kenaikan suhu


Tentukan berat jenisnya
Dengan menggunakan tabel, cari kadar alkoholnya
DAFTAR PUSTAKA
Jim. Clark, 2007. http://www.chem-istry.org/materikimia/sifatsenyawa_organik/alkohol1/pengantar_alkohol/ , 07
April 2013 , 07.00 WIB
Atmojo. Susilo,
2011. http://chemistry35.blogspot.com/2011/08/pengertian-destilasi.html ,
07 April 2013 , 07.20 WIB
Fessenden. John.1982. Kimia Organik Jilid 2 . Erlangga. Jakarta.
Fessenden. Ralp , 1986 , Kimia Organik Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta.

Menentukan Kadar Etanol


Senin, 24 september 2012
I.Tujuan
1. Untuk menentukan berat jenis etanol dari etanol yang diperoleh.
2. Untuk membandingkan berat jenis etanol asli dengan berat jenis etanol yang diperoleh.
3. Untuk memahami prinsip destilasi sederhana dalam pemisahan campuran senyawa.
II.Dasar Teori
D e s t i l a s i Destilasi adalah suatu proses penguapan yang
d i i k u t i o l e h pengembunan. Destilasi dilakukan untuk memisahkan suatu
cairandari campurannya apabila komponen lain memiliki titik didih jauhlebih
tinggi tidak ikut menguap (Ristiyani, 2008). Prinsip destilasiyaitu pemisahan
bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan atau didefinisikan juga teknik p e m i s a h a n k i m i a y a n g b e r d a s a r k a n
p e r b e d a a n t i t i k d i d i h . D a l a m penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga
menguap, dan uap inik e m u d i a n d i d i n g i n k a n k e m b a l i k e d a l a m b e n t u k c a i r a n .
Z a t y a n g memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode init e r m a s u k

u n i t o p e r a s i k i m i a j e n i s p e r p i n d a h a n m a s s a . P e n e r a p a n proses ini
didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan masing- m a s i n g k o m p o n e n
a k a n m e n g u a p p a d a t i t i k d i d i h n y a . ( Wi d j a j a , 2011).Jenis-jenis dari destilasi
adalah destilasi sederhana, destilasifraksionasi, destilasi azeotrop, destilasi
kering dan destilasi vakum( Van Win k e l , 1 9 6 7 ) .
B o b o t j e n i s d i g u n a k a n hanya untuk cairan, didasarkan pada perbandingan
bobot zat di udara pada suhu 25C terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang
sama (Depkes RI, 1979).Kadar etanol dapat ditetapkan berdasarkan bobot jenis
destilatmenggunakan Tabel Bobot Jenis dan Kadar Etanol pada farmakope.

Bobot jenis () =
dimana:
: bobot jenis
W0 : bobot piknometer kosong
W1 : bobot piknometer yang berisi air suling
W2 : bobot piknometer yang berisi destilat

(Widjaja dkk, 2011)

Pada Farmakope Indonesia Edisi keempat ada 2 metode yangdigunakan untuk menetapkan
kadar etanol yaitu metode destilasi dankromatografi gas cair.
1. DestilasiKecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi,dilakukan
penetapan dengan cara destilasi. Cara ini sesuai untuk p e n e t a p a n s e b a g i a n
besar ekstrak cair dan tingtura asalkankapasitas labu destilasi
c u k u p d a n k e c e p a t a n d e s t i l a s i d i a t u r sedemikian sehingga diperoleh destilasi
yang jernih. Destilasi yangkeruh dapat dijernihkan dengan pengocokan menggunakan
talkumP atau kaslium karbonat P, saring, setelah itu suhu filtrat diatur dank a n d u n g a n
e t a n o l d i t e t a p k a n d a r i b o b o t j e n i s . L a k u k a n s e m u a pekerjaan dengan hatihati untuk mengurangi kehilangan etanololeh penguapan. (Depkes RI, 1995).
2. Kromatografi Gas Cair Alat kromatografi gas dilengkapi dengan detektor
ionisasin y a l a d a n k o l o m k a c a 1 , 8 m x 4 m m b e r i s i f a s e d i a m S 3
d e n g a n ukuran partikel 100-120 mesh. Gunakan nitrogen F atau helium P s e b a g a i
g a s p e m b a w a . S e b e l u m d i g u n a k a n , k o n d i s i k a n k o l o m semalam pada suhu
235C, alirkan gas pembawa dengan laju aliranlambat. Atur aliran gas pembawa dan
suhu (lebih kurang 120C)sehingga baku internal asetonitril terelusi dalam waktu 5-10
menit(Depkes RI, 1995).
Berat jenis larutan etanol dapat diukur dengan piknometer. Berat jenis larutan etanol semakin
kecil, maka kadar etanol dalam larutan tersebut semakin besar. Hal ini dikarenakan etanol
mempunyai berat jenis lebih kecil dari pada air sehingga semakin kecil berat jenis larutan
berarti jumlah/kadar etanol semakin banyak. Konversi berat jenis menjadi kadar etanol (v/v)
disajikan pada tabel 1 di bawah ini:

Validasi suatu metode analisis adalah proses yang dibuat, oleh study laboratorium, sehingga
karakteristik pelaksanaan metode memenuhi persyaratan aplikasi analisis yang diinginkan.
Parameter-paremeter validasi metode analisis antara lain akurasi, presisi, linearitas,
spesifisitas range, detection limit dan quantitation limit.

1.
2.
3.

III. Alat dan Bahan


Alat :
Labu ukur.
Piknometer.
Gelas ukur.
Pipet.
Alumunium Foil.
Neraca Analitik.
Bahan :
Aquadest.
Etanol 30%.
Aseton.

IV. Cara Kerja


Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dibuat larutan etanol dengan konsentrasi 30%.


Ditimbang piknometer kosong dan dicatat beratnya.
Ditimbang piknometer + aquadest dan dicatat beratnya.
Ditimbang piknometer + etanol 30% dan dicatat beratnya.

V. Hasil Pengamatan

VI. Perhitungan
1. Penentuan kadar etanol dari hasil praktikum.
Data yang dihasilkan dari percobaan ini yaitu, dari 400 ml perasan air tapai yang didestilasi
menghasilkan 25 ml alkohol. Kadar alkohol yang dihasilkan dari perasan air tapai adalah:

12. Pembuatan alkohol 30%


Diket: V1 = 100 ml
N1 = 30%
N2 = 96%
Dit: V2 = ?
Jawab:
V1.N1 = V2.N2
N2 = V1.NI / N2
N2 = 100.30 / 96
N2 = 31,25 ml
23. Penentuan bobot jenis etanol 30%
Diket :
W1 = 20,36 (Piknometer kosong)
W2 = 44,61 (Piknometer + Aquades)
W3 = 43,87 (Piknometer + Etanol 30%)
Dit : Bobot jenis = ?

VII. Pembahasan
Pada praktikum ini adalah berat jenis pada ethanol, dimana berat jenis suatu zat etanol
adalah perbandingan antara bobot zat dengan volume zat pada suhu tertentu, biasanay pada
suhu 25 derajat celcius. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan suatu zat
terhadap kerapatan air.
Pada percobaan kali ini dilakukan penentuan bobot jenis yang dilakukan dengan
piknometer. Sampel yang digunakan adalah etanol. Pertama tama, ditimbang piknometer
kosong (W1) yang sebelumnya telah dibersihkan dengan aseton dan dikeringkan. Tujuan
diberikan aseton agar piknometer tersebut benar benar bersih dari zat lain yang dapat
mempengaruhi berat piknometer tersebut, digunakan larutan aseton karena aseton merupakan
senyawa semipolar yang dapat membersihkan suatu alat agar benar benar steril dari zat lain.
Bobot piknometer kosong yaitu 20,36 gram. Setelah itu piknometer tersebut diisi dengan
aquadest sampai batas volume 25 ml lalu ditimbang dan memperoleh berat sebesar 44,61
gram ini sebagai W2 dan ditimbang piknometer yang diisi denagn etanol 30% memperoleh
berat sebesar 43,87 gram ini sebagai W3. Pada pengisian sampel ataupun aquades harus benar
benar sesuai dengan volume di piknometer tidak boleh kurang ataupun lebih karena dapat
mempengaruhi hasil penimbangannya. Setelah itu ditentukan bobot jenisnya dengan
menggunakan rumus:
Bobot jenis = W3 W1 / W2 W1
Adapun faktor yang mempengarihi bobot jenis suatu zat, yaitu temperatur,
kekentalan/viskositas, volume zat dan massa zat.
Bobot jenis yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah 0,96 gram/ml pada kadar
etanol 30%. Bobot jenis yang didapatkan sesuai dengan tabel daftar bobot jenis.
-

VIII. Kesimpulan
- Bobot jenis dapat mengetahui kadar dari etanol yang kita dapatkan.
- Kadar etanol 30% memiliki berat jenis sebesar 0,96 gram/ml.
- Hasil perasan air tape mengandung etanol dengan kadar 40% dengan bobot jenis sebesar
0,948 gram/ml.
- Dari 1 liter ketan di peroleh etanol kurang lebih 25 ml.
- Untuk menghasilkan etanol dengan kadar 40% sebanyak 25 ml memerlukan biaya kurang
lebih sebesar 14 ribu.
IX. Daftar Pustaka
http://www.scribd.com/doc/76832986/Penetapan-Kadar-Etanol

Anda mungkin juga menyukai