Anda di halaman 1dari 44

BAB I

LAPORAN KASUS
.1

Identifikasi
Nama

: Ny. YA

Umur

: 43 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status

: Menikah

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Agama

: Islam

Bangsa

: Indonesia

Alamat

: Km. Ranggam Dusun IV Belo Laut Mentok Kab.Bangka


Barat

MRS

: 23 Agustus 2016

No. Reg/MR

: 16023012/964089

.2 Anamnesis ( Jumat, 26 Agustus 2016)


Keluhan Utama:
Benjolan pada payudara kiri yang telah pecah keluar nanah
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Riwayat trauma disangkal.
Riwayat demam disangkal.
Haid rutin setiap bulan. Saat haid benjolan terasa lebih nyeri. Haid lancar
selesai 1 minggu yang lalu selama 5 hari seperti biasanya.
Riwayat menggunakan alat kontrasepsi KB pil selama 4 tahun dan sekarang
tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun.
Penderita hamil anak pertama pada usia 19 tahun dan hamil anak kedua usia
21 tahun.
Penderita menyusui kedua anaknya hingga usia anak 2 tahun. Tidak ada
keluhan gangguan pada payudara saat itu.

Sejak 1 tahun yang lalu, penderita mengeluh ada benjolan pada payudara
sebelah kiri bawah sekitar 2 jari di bawah puting susu berukuran sebesar
kelereng, konsistensi kenyal dengan permukaan licin, tidak ada nyeri tekan,
berbentuk bulat dan berbatas tegas, dapat digerakkan, berjumlah 1 benjolan,
warna seperti kulit daerah di sekitarnya. Cairan yang keluar dari puting susu
(-), lecet pada puting susu dan kulit sekitarnya (-), retraksi puting susu (-),
perubahan pada kulit payudara (-). Benjolan terasa lebih nyeri dan membesar
ketika haid. Penderita tidak mengeluh teraba benjolan ditempat lain. Penderita
hanya minum obat herbal.
Sejak 6 bulan yang lalu, penderita mengeluh benjolan pada payudara
sebelah kiri bawah semakin membesar hingga sebesar telur ayam, konsistensi
kenyal dengan permukaan licin, tidak ada nyeri tekan, berbentuk bulat dan
berbatas tegas, dapat digerakkan, berjumlah 1 benjolan, warna seperti kulit
daerah di sekitarnya. Cairan yang keluar dari puting susu (-), lecet pada puting
susu dan kulit sekitarnya (-), retraksi puting susu (-), perubahan pada kulit
payudara (-). Benjolan terasa lebih nyeri dan membesar ketika haid. Penderita
tidak mengeluh teraba benjolan ditempat lain. Penderita berhenti berobat
herbal.
benjolan pada payudara kiri semakin membesar sebesar telur bebek,
berwarna kemerahan, menonjol, tampak bernanah namun belum pecah, terasa
lembek, dapat digerakan, terasa nyeri saat ditekan, tidak ada cairan berwarna
kuning keluar dari puting susu, dan tidak terdapat benjolan kecil pada
permukaan payudara. Pasien berobat ke RS di Batam.
Sejak 8 bulan yang lalu, benjolan pada payudara kiri semakin
membesar, berwarna kemerahan, menonjol, berwarna kemerahan, terasa
lembek, dapat digerakan, terasa nyeri saat ditekan, tampak bernanah namun
belum pecah tidak ada cairan berwarna kuning keluar dari puting susu.
Penderita mengeluh teraba dua benjolan ketiak kiri sebesar kelereng. Nyeri
tekan (-), dapat digerakan, teraba kenyal.
Sekitar 2 bulan SMRS, penderita mengaku benjolan di payudara pecah
dan keluar nanah putih kental seperti susu disertai darah. Pasien dibawa
berobat ke RS Muntok dan dirujuk ke RSMH Palembang.
2

Sekitar 1 bulan SMRS, penderita mengeluh nyeri di payudara kiri dan


darah mengalir akan bengkak pada daerah ketiak kiri sampai ke lengan kiri.
Selain itu pada payudara sebelah kanan, penderita juga menemukan satu buah
benjolan di tiga jari di atas puting susu. Benjolan sebesar kelereng, warna
seperti daerah di sekitarnya, tidak ada cairan yang keluar dari puting susu,
tidak ada koreng pada puting susu, terasa kenyal, tidak berdungkul, dapat
digerakkan, tidak terasa nyeri saat ditekan serta tidak nyeri ketika haid. Tidak
ada sesak nafas, mual, muntah, rasa penuh di ulu hati, nyeri tulang, dan nyeri
kepala hebat. Tidak ada demam. Tidak ada riwayat trauma
Penderita tidak mengeluh rasa penuh di ulu hati dan nyeri kepala
hebat. Penderita mengeluh sesak dan rasa nyeri di pinggang.
Penderita mengalami menstruasi pertama pada usia 15 tahun, siklus
menstruasi teratur setiap akhir bulan, dan sekarang mengaku masih mengalami
siklus menstruasi. Penderita menggunakan KB kalender dan saat ini telah
memiliki 2 orang anak dengan riwayat melahirkan anak pertama pada usia 27
tahun. Ada riwayat menyusui pada kedua payudara. Riwayat radiasi pada
daerah dinding dada disangkal. Riwayat tumor jinak pada payudara disangkal
Riwayat kanker payudara atau kanker lainnya pada keluarga disangkal.
I.3 Pemeriksaan Fisik (Tanggal 09 September 2011)
Status Generalis
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Performance (karnofsky score)

: 60 %

Kesadaran

: compos mentis

Pernafasan

: 36 x/menit

Nadi

: 110 x/menit

Tekanan Darah

: 150/90 mmHg

Suhu

: 37,3 C

Berat Badan

: 50 kg

Tinggi Badan

: 160 cm

Keadaan Gizi

: baik

Kepala

: Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/3

Pupil

: Isokor, refleks cahaya +/+

Leher

: JVP (5-2) cm H2O, tidak ada kelainan

Kelenjar getah bening : Lihat status lokalis


Thorax

: Vesikular +/+ Normal, ronkhi -/-, wheezing -/-,


murmur (-), gallop (-), gambaran tumor lihat status
lokalis.

Ekstremitas Superior

: Ada edema pada lengan kiri atas

Ekstremitas Inferior

: Tidak ada kelainan

Status Lokalis

Regio Mamma Sinistra


Inspeksi

: tampak benjolan sebesar kepalan tangan di seluruh


kuadran dengan warna kulit merah kehitaman,
tampak ulkus di kuadran lateral atas, ada gambaran
Peau dorange, tidak ada retraksi puting, tidak ada
skin dimpling, ada enam nodul satelit dengan ukuran
1cm x 1cm, tampak sekret kuning kemerahan pada
bekas daerah tusukan biopsy.

Palpasi

: teraba massa dengan konsistensi keras, ukuran


21cm x 17cm x 10cm, permukaan kasar seperti kulit
jeruk, berdungkul-dungkul, batas tegas, terfiksir
pada kulit dan dinding dada, ada nyeri tekan.

Regio Mamma Dextra


4

Inspeksi

: tampak benjolan sebesar kelereng di kuadran medial


atas dengan warna kulit yang sama dengan daerah
sekitarnya, tidak tampak ulkus, tidak ada gambaran
Peau dorange, tidak ada retraksi puting, tidak ada
skin dimpling, tidak ada nodul satelit, tidak tampak
sekret.

Palpasi

: teraba massa tunggal dengan konsistensi kenyal,


ukuran 1cm x 1cm x 1/4cm, permukaan rata, tidak
berdungkul-dungkul, batas tegas, tidak terfiksir
pada kulit dan dinding dada, tidak ada nyeri tekan.

KGB Axilla Sinistra


Inspeksi

: tampak benjolan sebesar kacang tanah, warna


benjolan sama dengan kulit sekitarnya.

Palpasi

: teraba

dua

buah

massa,

konsistensi

kenyal,

permukaan rata, batas tegas, terfiksir pada jaringan


dibawahnya, ada nyeri tekan, ukuran 1 cm x 1 cm
KGB Axilla Dextra
Inspeksi

: tidak tampak benjolan.

Palpasi

: tidak teraba massa

KGB Infraklavikula Sinistra


Inspeksi

: tidak tampak benjolan

Palpasi

: teraba massa dengan konsistensi kenyal, permukaan


rata, batas tidak tegas, terfiksir pada jaringan
dibawahnya, ada nyeri tekan, ukuran 2 cm x 1 cm

KGB Infraklavikula Dextra


Inspeksi

: tidak tampak benjolan

Palpasi

: tidak teraba massa

KGB Supraklavikula Sinistra


5

Inspeksi

: tidak tampak benjolan

Palpasi

: tidak teraba massa

KGB Supraklavikula Dextra


Inspeksi

: tidak tampak benjolan

Palpasi

: tidak teraba massa

KGB Mammaria interna sinistra


Inspeksi

: tidak tampak benjolan

Palpasi

: tidak teraba massa

KGB Mammaria interna dextra


Inspeksi

: tidak tampak benjolan

Palpasi

: tidak teraba massa

Regio Abdomen
Inspeksi

: datar, lemas

Palpasi

: tidak teraba pembesaran hepar, nyeri tekan (-).

I.4 Diagnosis Sementara


Tumor mamma bilateral suspect ganas yang sudah menginfiltrasi kulit dan
dinding dada, telah metastasis ke KGB axila sinistra, KGB infraklavikula
sinistra, dan metastasis jauh ke os vertebra lumbalis. Stadium IV (T4cN3aM1).
I.5 Saran Pemeriksaan Penunjang
-

Pemeriksaan Laboratorium

Rontgen thorax

USG abdomen

Pemeriksaan histopatologi (biopsi insisi)

I.6 Hasil Pemeriksaan


6

a. Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 14 September 2011)


Darah Rutin:
Hemoglobin

: 11,2 g/dl

( 12 16 gr/dl )

Eritrosit

: 3.890.000

(4.0-5.0 juta/mm2)

Hematokrit

: 31 vol%

( 37 43 vol%)

Leukosit

: 14.100

( 5000 10000/mm3)

Trombosit

: 405.000

( 200.000 500.000/mm3 )

Bleeding time

: 2 menit

( 1- 3 menit )

Clotting time

: 10 menit

( 9-15 menit )

Hitung Jenis

: 0/0/1/79/15/5

(0-1/1-3/2-6/50-70/20-40/2-6)

Kimia Klinik:
BSS

: 91 mg/dl

( < 200 mg/dl )

Ureum

: 49 mg/dl

( 18 39 mg/dl )

Creatinin

: 1,6 mg/dl

( 0,6 1,0 mg/dl )

Protein Total

: 6,6 g/dl

( 6,0-7,8 g/dl )

Albumin

: 3,1 g/dl

( 3,5-5,5 g/dl )

Globulin

: 3,5 g/dl

( 3,5-5,5 g/dl )

b. Hasil pemeriksaan FNAC ( 05 September 2011 )


-

Sediaan dari FNAC regio mamma dextra dan sinistra dengan gambaran
kurang lebih sama.
Mikro : Sel-sel seluler terdiri atas sel besar-besar bizzare, kromatin kasar,
anak initi prominent, sebagian tersusun dalam cluster.
Kesan : Carcinoma Mamma Dextra dan Sinistra

Sediaan dari KGB axilla sinistra.


Mikro : Sediaan terdiri atas sel-sel Limfosit diantaranya di jumpai sel-sel
seperti tersebut di atas.
Kesan : Metastase carsinoma mama pada KGB axilla sinistra.

c. Rontgen Thorax ( 15 September 2011 )


7

Tidak didapatkan coin lesion dan tanda-tanda efusi pleura.


Kesan: tidak tampak proses metastase di paru.
d. Rontgen Os Vertebra ( 15 September 2011 )

Lesi osteolitik pada vertebra lumbalis 1.


Kesan : ada metastase ke vertebra lumbalis 1.

I.7 Resume
8

Seorang wanita 47 tahun datang dengan keluhan benjolan pada


payudara kiri. 1 tahun yang lalu, benjolan tersebut sebesar telur puyuh.
Sejak 9 bulan terakhir, benjolan tersebut semakin membesar dan sampai saat
ini sebesar kepalan tangan hingga meliputi seluruh payudara kiri. Selama 2
bulan terakhir penderita mengeluh teraba beberapa benjolan di daerah ketiak
kiri dengan ukuran sebesar kacang tanah. Penderita merasakan bengkak pada
daerah ketiak kiri sampai ke lengan kiri. Penderita juga mengeluh sesak dan
nyeri pada daerah pinggang.
Pada pemeriksaan fisik regio mamma sinistra teraba massa sebesar
kepalan tangan ( ukuran 21cm x 17cm x 10cm ) dengan konsistensi keras
meliputi seluruh kuadran, warna kulit merah kehitaman, tampak ulkus di
kuadran lateral atas, tampak sekret kuning kemerahan pada bekas daerah
tusukan biopsy, permukaan kasar seperti kulit jeruk (Peau dorange),
berdungkul-dungkul, berbatas tegas, terfiksir pada kulit dan dinding dada,
terasa nyeri saat ditekan, tidak ada retraksi puting, tidak ada skin dimpling, ada
enam nodul satelit dengan ukuran 1cm x 1cm tersebar di kuadran medial atas
dan bawah.
Pada regio mamma dextra, teraba massa tunggal di kuadran medial
atas dengan konsistensi kenyal, ukuran 1cm x 1cm x 1/4cm, permukaan rata,
tidak berdungkul-dungkul, batas tegas, tidak terfiksir pada kulit dan dinding
dada, tidak ada nyeri tekan.
Pada regio axilla sinistra, teraba dua buah massa dengan konsistensi
kenyal, permukaan rata, batas tegas, terfiksir pada jaringan dibawahnya, nyeri
tekan (+), ukuran 1cm x 1cm. Pada regio infraklavikula sinistra, teraba
massa dengan konsistensi kenyal, permukaan rata, batas tidak tegas, terfiksir
pada jaringan dibawahnya, nyeri tekan (+), ukuran 2cm x 1cm.
I.8 Diagnosis Kerja
Carsinoma mamma bilateral yang telah menginfiltrasi kulit dan dinding
dada, metastasis ke KGB axila sinistra dan KGB infraklavikula sinistra, dan
telah metastasis jauh ke vertebra lumbalis 1. Stadium IV (T4cN3aM1).
I.9 Penatalaksanaan
9

USG abdomen
Biopsy Insisi (Histopatologi)
Kemoterapi Adjuvan
Operasi simple mastektoni

I.10 Prognosis
Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: malam

BAB II

10

TINJAUAN PUSTAKA

II.1

Pendahuluan
Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan di
dunia. Berdasarkan laporan dari WHO, tahun 2004 diperkirakan 519.000
wanita meninggal karena kanker payudara dan dari angka itu, 69%
kematian terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2009, diperkirakan
192.370 kasus baru dari invasive carcinoma mammae didiagnosis di
amerika serikat dan 62.280 kasus baru carcinoma mammae insitu. 1 Data di
Indonesia, kanker payudara menduduki tempat kedua (11,5%) setelah
kanker leher rahim. Di Indonesia diperkirakan terdapat 20.000 kasus baru
kanker payudara pertahun dan lebih dari 50% kasus berada dalam stadium
lanjut.2,3,4 Etiologi yang belum diketahui dengan pasti, perjalanan penyakit
yang tidak dapat diperkirakan serta usaha pencegahan yang sulit dilakukan
serta adalah masalah yang sampai saat ini belum teratasi. Namun demikian
usaha-usaha untuk mendeteksi dini dapat dilakukan dengan baik dengan
mengikutsertakan masyarakat melalui penyuluhan. Selain itu, kemajuan
dalam deteksi dini yang dilengkapi dengan kemajuan terapi, baik teknik
operasi, radiasi, terapi hormonal serta khemoterapi, yang didasarkan pada
ketepatan penentuan stadium dan pengenalan sifat-sifat biologis kanker,
semakin membawa harapan baru untuk penderita kanker payudara ini.

II. 2

Etiologi Kanker Payudara


Kanker payudara merupakan hasil dari mutasi pada salah satu atau
beberapa gen. Dua di antaranya terletak pada kromosom 17. Gen yang
paling berpengaruh disebut dengan BRCA-1 (pada lokus 17q21), yang
lainnya adalah gen p53 (pada lokus 17p13). Gen ketiga adalah BRCA-2
yang terletak pada kromosom 13. Gen keempat yang juga terlibat adalah
gen reseptor androgen pada kromosom Y. Mutasi gen ini berhubungan
dengan insiden kanker payudara pada pria. Etiologi kanker payudara
masih belum diketahui dengan pasti hingga sekarang namun yang paling
11

diyakini sebagai penyebab adalah paparan terhadap mutagen. Mutagen ini


bisa berupa mutagen endogen yaitu radikal bebas seperti lipid peroksidase
dan malondyaldehida (MDA) juga mutagen eksogen yaitu radiasi. Virus
juga diduga sebagai penyebab namun belum dapat dibuktikan pada
manusia.6,8
II.3

Faktor Resiko Kanker Payudara


Saat ini, penyebab pasti kanker payudara belum diketahui secara
pasti,

namun

berbagai

penelitian

dan

pengumpulan

bukti-bukti

epidemiologi telah dilakukan untuk mencari tahu faktor-faktor yang


meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Berbagai faktor itu antara
lain :
a.

Usia
Kanker payudara jarang dijumpai pada usia di bawah 30 tahun
tapi insidennya meningkat tajam hingga usia sekitar 50 tahun
(30,35%). Setelah usia 50 tahun frekuensinya tetap meningkat tapi
perlahan. Perbedaan insiden berdasarkan usia ini diinterpretasikan
sebagai efek dari hormon ovarium pada perkembangan penyakit.2,3,4
Sekitar 1 hingga 8 kejadian kanker payudara yang invasif
ditemukan pada wanita yang lebih muda dari usia 45 tahun, sedangkan
2 hingga 3 kejadian ditemukan pada wanita berusia 55 tahun keatas.9

b.

Geografi
Insiden kanker payudara sangat bervariasi di antara negaranegara diseluruh dunia. Wanita asian-hispanic memiliki risiko kejadian
kanker payudara yang lebih rendah daripada wanita afican-american.
Angka kejadian kanker payudara di Amerika Utara sekitar lima kali
lebih tinggi daripada di Jepang. Bahkan di dalam satu negara insiden
kanker payudara berbeda-beda. Misalnya di Israel, keturunan Jews
mempunyai risiko empat kali lebih tinggi daripada non-Jews dan di
Italia terdapat perbedaan angka kejadian sekitar dua kali lipat antara
daerah utara dan selatan. Variasi geografis ini lebih disebabkan oleh
12

faktor lingkungan daripada genetik karena penduduk yang bermigrasi


dari negara berisiko rendah ke negara berisiko tinggi mengalami
peningkatan frekuensi kanker payudara.2,7
c.

Jenis kelamin
Kanker payudara 100 kali lebih sering terjadi pada perempuan
daripada laki-laki. Alasan utamanya adalah karena pada wanita, sel-sel
pada payudara lebih sering terekspose oleh hormon-hormon estrogen
dan progesteron yang mempengaruhi peertumuhan sel-sel pada
payudara.9 Angka kejadian kanker payudara pada laki-laki hanya 1 %.2

d.

Menstruasi
Menarche pada usia dini dan menopause yang terlambat dapat
meningkatkan risiko kanker payudara. Menarche sebelum usia 12
tahun mempunyai risiko kanker payudara 20% lebih besar dari
menarche setelah usia 15 tahun. Risiko kanker payudara berkurang
sekitar setengahnya jika menopause terjadi sebelum usia 45 tahun
dibandingkan jika menopause terjadi setelah usia 55 tahun.

2,3,6

Hal ini

mungkin disebabkan karena eksposure hormon estrogen dan


progesterone yang berkepanjangan yang mempengaruhi pertumbuhan
sel-sel payudara.9
e.

Reproduksi
Status reproduksi juga mempengaruhi risiko terkena kanker
payudara. Wanita yang tidak pernah melahirkan (nullipara) atau yang
pertama kali melahirkan anak pada usia lebih dari 31 tahun
mempunyai risiko tiga hingga empat kali lebih besar dibandingkan
perempuan yang melahirkan anak pertamanya sebelum berusia 18
tahun. Wanita yang mempunyai banyak anak (multipara) diasosiasikan
dengan berkurangnya risiko kanker payudara, tentunya setelah
memperhitungkan usia saat melahirkan anak pertama. Menyusui lebih
lama juga dianggap dapat menurunkan risiko kanker payudara.2,4,6
13

f.

Diet
Perbedaan insiden kanker payudara di berbagai belahan dunia
menunjukkan bahwa diet mungkin memegang peranan penting dalam
perkembangan kanker payudara. Bukti-bukti yang ada menyebutkan
bahwa tingginya konsumsi kalori, lemak, daging dan alkohol dapat
meningkatkan risiko sedangkan tingginya konsumsi serat, sayur, buah,
vitamin dan phytoestrogens dapat menurunkan risiko. Diet di negaranegara Barat biasanya mengandung lemak dan gula yang tinggi
sedangkan di Asia dan negara yang belum berkembang dietnya lebih
banyak mengandung vitamin dan serat. Wanita-wanita dari negara
Barat mempunyai risiko terkena kanker payudara enam kali lebih
tinggi dibandingkan wanita-wanita Asia dan negara berkembang
lainnya. Risiko ini akan berubah jika penduduk dari negara berisiko
rendah migrasi ke negara berisiko tinggi dan mengadaptasi pola makan
di negara tersebut. Meskipun demikian pengaruh diet pada insiden
kanker payudara tampaknya terjadi pada usia muda seperti anak-anak
dan remaja. Tidak ada data yang membuktikan bahwa perubahan pola
makan dari diet tinggi lemak ke diet rendah lemak pada usia
pertengahan dan tua dapat menurunkan risiko kanker payudara.2,4,6

g.

Ukuran tubuh
Ukuran tubuh yang mencerminkan status gizi dan pola makan
dengan sendirinya dapat mempengaruhi risiko terkena kanker
payudara. Usia terjadinya menarche sangat dipengaruhi oleh ukuran
tubuh dengan demikian gizi pada masa anak-anak akan mempengaruhi
pada usia berapa menarche terjadi. Tinggi badan yang lebih yang juga
ditentukan oleh keadaan nutrisi diteliti dapat sedikit meningkatkan
risiko kanker payudara terutama setelah menopause. Pada usia dewasa,
tubuh yang kurus dapat meningkatkan risiko kanker payudara sebelum
menopause sedangkan obesitas dapat meningkatkan risiko sesudah
menopause. Lemak tubuh adalah situs konversi androstenedione
menjadi oestradiol, satu-satunya sumber endogenik estrogen setelah
14

menopause, mungkin inilah yang memediasi efek berat badan terhadap


risiko kanker payudara pada wanita post-menopause.2,4,6
h.

Riwayat keluarga
Insiden orang-orang dalam satu keluarga besar terkena kanker
payudara terjadi pada sekitar 18% kasus, 5% di antaranya benar-benar
diwarisi secara familial berdasarkan analisis pedigree. Dengan
demikian individu yang memiliki riwayat keluarga kanker payudara
berisiko tinggi untuk terkena kanker payudara. Tingginya risiko ini
dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga yang menderita kanker
payudara, sejak usia berapa mereka menderita kanker dan hubungan
mereka terhadap individu tersebut. Risiko kanker payudara meningkat
kira-kira dua kali pada anak perempuan yang ibunya menderita kanker
dan pada wanita yang saudara perempuannya menderita kanker.
Kanker familial ini cenderung terjadi pada usia lebih muda dan
bilateral. Peningkatan risiko sebagian besar disebabkan oleh pewarisan
gen-gen yang mempredisposisi kanker payudara. Pada keluarga
berisiko tinggi, dengan empat atau lebih anggota keluarga terkena
kanker payudara, 33% di antaranya mengalami mutasi BRCA-1. Suatu
studi populasi menemukan mutasi BRCA-1 pada 12 dari 193 wanita
(6,2%) yang terkena kanker payudara sebelum usia 35 tahun dan pada
15 dari 208 wanita (7,2%) dengan riwayat kanker payudara pada
anggota keluarga tingkat pertama (first-degree relatives). Kanker
payudara familial juga sering berhubungan dengan keganasan pada
organ lain seperti colon, ovarium dan uterus.2,4,6

i.

Hormon
Faktor menstruasi dan reproduksi yang telah dijelaskan
sebelumnya menunjukkan peran hormon seks dalam perkembangan
kanker payudara. Hormon seks mempengaruhi proliferasi sel-sel dan
jaringan payudara serta meningkatkan karsinogenesis payudara pada
hewan percobaan, namun bukti-bukti epidemiologisnya pada manusia
masih merupakan konflik. Mungkin hal ini disebabkan oleh kesulitan
15

dalam

pengukurannya.

Sebuah

studi

populasi

pada

wanita

postmenopause yang berasal dari negara berisiko tinggi menunjukkan


level serum oestradiol rata-rata sekitar 20% lebih tinggi daripada
wanita-wanita yang berasal dari negara berisiko rendah. Studi casecontrol lain menunjukkan wanita dengan kanker payudara mempunyai
level progesterone yang lebih tinggi dari kelompok kontrol pada
analisis yang terbatas pada saat ovulasi. Prolactin adalah mitogen
dalam jaringan payudara dan merupakan hormon yang penting untuk
perkembangan tumor payudara pada hewan percobaan tapi perannya
pada kanker payudara manusia belum jelas. Meskipun demikian
terdapat bukti-bukti yang meyakinkan bahwa level prolaktin
dipengaruhi oleh sejumlah even yang juga mempengaruhi risiko
kanker payudara. Selain hormon seks endogen, hormon seks eksogen
seperti terapi pengganti hormon dan kontrasepsi oral juga dianggap
berpengaruh terhadap risiko kanker payudara. Terapi pengganti
hormon meningkatkan risiko kanker payudara pada orang-orang yang
baru atau sedang menggunakan (dalam jangka waktu lima tahun).
Risiko meningkat sekitar 2% untuk setiap satu tahun penggunaan.
Kontrasepsi oral juga dikatakan dapat meningkatkan risiko bila
digunakan jangka panjang. Pada penelitian terbukti kontrasepsi oral
hanya sedikit meningkatkan risiko kanker payudara yaitu sebesar
1,24% pada orang yang sedang menggunakan dan sebesar 1,16% pada
orang yang telah berhenti menggunakan 1-4 tahun sebelumnya.2,4,6
j. Radiasi
Pada hewan percobaan terbukti adanya peranan sinar radiasi
sebagai

faktor

penyebab

kanker

payudara.

Dari

penelitian

epidemiologi setelah ledakan bom atom atau penelitian pada orang


setelah pajanan sinar rontgen, perana sinar ionisai sebagai faktor
penyebab pada manusia lebih jelas.2
II.4

Klasifikasi Kanker Payudara berdasarkan TNM2


16

Tumor primer (T)


Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 : Tidak terdapat tumor primer
Tis : Karsinoma insitu

Tis (DCIS) : karsinoma in situ hanya ductal

Tis (LCIS) : karsinoma in situ hanya lobular

Tis (Paget) : penyakit Paget dari puting susu tanpa tumor


(Catatan:

Paget

penyakit

yang

terkait

dengan

tumor

diklasifikasikan menurut ukuran tumor


T1 : Tumor 2cm

T1a
T1b
T1c

: Tumor 0,5 cm.


: Tumor 0,5 cm dan 1 cm.
: Tumor 1 cm dan 2 cm.

T2 : Tumor > 2cm dan < 5cm.


T3 : Tumor > 5cm
T4 : Berapapun ukuran tumor dengan ekstensi langsung ke dinding
dada atau kulit.

T4a : Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis


T4b : Edema (termasuk peau dorange) atau ulserasi kulit

payudara, atau satelit nodul pada kulit.


T4c : Gabungan T4a dan T4b
T4d : Karsinoma inflamasi (mastitis karsinomatosa)

Kelenjar getah bening regional/Nodul (N)


Nx : KGB regional tidak bisa dinilai
N0 : Tidak terdapat metastase KGB regional.
N1 : Dijumpai metastase KGB aksila ipsilateral yang mobile.
N2 : Teraba KGB aksila ipsilateral terfiksasi, berkonglomerasi, atau
secara klinis ada pembesaran KGB mamari interna ipsilateral
tanpa adanya metastase ke KGB aksila.

N2a

:Teraba KGB aksila yang terfiksasi atau

berkonglomerasi atau melekat ke struktur lain.

17

N2b

: Secara klinis metastase hanya dijumpai

pada KGB mamari interna ipsilateral dan tidak


terdapat metastase pada KGB aksila.
N3 : Metastase pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa
keterlibatan KGB aksila atau klinis terdapat metastase pada KGB
mamaria interna ipsilateral dan secara klinis terbukti adanya
metastase pada KGB aksila atau adanya metastase pada KGB
supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB
aksila atau mamaria interna .

N3a
N3b

:Metastase pada KGB infraklavikula ipsilateral


:Metastase pada KGB mamaria interna

ipsilateral dan KGB aksila


N3c : Metastase pada KGB supraklavikula

Metastase jauh (M)


Mx

: Metastase jauh belum dapat dinilai

M0

: Tidak terapat metastase jauh.

M1

: Dijumpai metastase jauh

Stadium klinis
Stadium 0

Tis

N0

M0

Stadium I

T1

N0

M0

Stadium II A

T0

N1

M0

T1

N1

M0

T2

N0

M0

T2

N1

M0

T3

N0

M0

T0

N2

M0

T1

N2

M0

T2

N2

M0

T3

N1

M0

T3

N2

M0

Stadium II B
Stadium III A

18

Stadium III B

T4

N0

M0

T4

N1

M0

T4

N2

M0

Stadium III C

Semua T

N3

M0

Stadium IV

Semua T

Semua N

M1

(American Joint Committee on Cancer, 2002)


II.5

Histopatologi Kanker Payudara13


Kanker payudara sedikit lebih sering mengenai payudara kiri daripada
kanan. Sekitar 4% tumor dalam bilateral atau tumor sekuensial di payudara
yang sama. Lokasi tumor pada payudara pada kuadran luar atas 50%,
bagian sentral 20%, kuadran luar bawah, 10%, kuadran dalam atas 10%,
dan kuadran dalam bawah 10%.
Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus
membrane basal (noninvasif) dan kanker yang sudah invasif. Bentuk
utama dari karsinoma payudara dapat diklasifikasikan sebagai berikut :2,6,13
A. Noninvasif
1. Karsinoma duktus insitu (DCIS) (78%)
Pola arsitekturnya antara lain tipe solid, kribriformis, papilaris,
mikropapilaris, dan clinging. Di setiap tipe mungkin ditemukan
nekrosis. Secara mikroskopik tampak proliferasi anaplastik epitel
duktus yang dapat memenuhi dan menyumbat duktus. Gambaran
nucleus bervariasi dari derajat rendah dan monomorfik hingga derajat
tinggi dan heterogen. Subtipe komedo ditandai dengan sel dengan
nucleus derajat tinggi dan nekrosis sentral yang luas. DCIS sering
disertai kalsifikasi karena bahan sekretorik atau debris nekrotik yang
mengalami kalsifikasi. DCIS jarang bermanifestasi sebagai massa
yang dapat diraba atau terlihat secara radiografis. Tetapi jika terlambat
di deteksi mungkin akan terbentuk masa yang dapat diraba atau
discharge pada putting payudara. Paling sedikit sepertiga perempuan
dengan DCIS derajat rendah yang kecil dan belum diobati akhirnya
akan mengalami karsinoma invasif. Biasanya terdapat di payudara dan
kuadran yang sama.
19

2. Karsinoma lobules insitu (LCIS) (9%)


Sel bersifat monomorf dengan nucleus polos bundar dan
terdapat dalam kelompok kohesif di duktus dan lobules. Secara
histologi menunjukkan gambaran sel-sel anaplastik yang semuanya
terletak di dalam lobulus-lobulus. Sering ditemukan sel vakuol musin
intrasel (sel cincin stampel). Tumor ini jarang membentuk metastasis
dan tidak membentuk massa sehingga jarang mengalami kalsifikasi.
LCIS memiliki kemungkinan yang sama untuk timbul di kedua belah
payudara. LCIS merupakan penanda peningkatan resiko timbulnya
kanker di kedua payudara dan precursor langsung bagi sejumlah
kanker karena sekitar sepertiga kanker ini akan berupa tipe lobular.
B. Invasif (infiltratif)
Semua kanker invasif memiliki gambaran umum seperti
fiksasi lesi akibat dari kecendrungan untuk melekat ke otot pektoralis
atau fasia dalam dinding dada, retraksi, cekungan kulit atau putting
payudara akibat dari perlekatan ke kulit di atasnya, limfedenema akibat
keterlibatan jalur limfatik, serta gambaran peau dorange sebagai akibat
dari penebalan kulit di sekitar folikel rambut.
1. Karsinoma duktus invasif/Scirrhous carcinoma (Not otherwise
specified/NOS/ tidak dirinci lebih lanjut) (70-80%)
Sebagian besar karsinoma duktus menimbulkan respon
desmoplastik,

yang

menggantikan

lemak

payudara

normal

(menghasilkan densitas pada mamografi) dan membentuk massa yang


teraba keras. Gambaran mikroskopik cukup heterogen, berkisar dari
tumor dengan pembentukan tubulus yang sempurna serta nucleus
derajat rendah hingga tumor yang terdiri atas lembran-lembaran sel
anaplastik. Tepi tumor biasanya ireguler, tetapi kadang menekan dan
sirkumskripta. Mungkin ditemukan invasi ke rongga limfovaskuler
atau di sepanjang saraf. Kanker tahap lanjut dapat menyebabkakn kulit
cekung (dimpling), retraksi putting payudara, atau fiksasi ke dinding
dada. Sekitar dua pertiga tumor mengekspresikan reseptor estrogen
20

dan progestagen, dan sekitar sepertiga mengekspresikan secara


berlebihan ERBB2 (HER2/NEU).
2. Karsinoma lobules invasif (10-20%)
Sel tumor mirip dengan sel pada LCIS. Sel-sel secara sendiri
menginvasi stroma dan sering membentuk rangkaian. Kadang-kadang
sel

tesebut

mengelilingi

asinus

atau

tampak

normal

dan

karsinomatosa, menciptakan apa yang disebut mata sapi (bulls eye).


Meskipun tumor be,rmanifestasi sebagai massa tumor yang dapat
diraba atau densitas pada mamografi, sebagian mungkin memiliki pola
invasi difuse tanpa respon desmoplastik serta secara klinis tersamar.
Karsinoma lobules lebih sering bermetastasis ke cairan serebrospinal,
permukaan serosa, ovarium dan uterus, serta sumsum tulang
dibandingkan dengan karsinoma duktus. Tumor ini lebih sering
bersifat multisentrik dan bilateral (10-20%). Hampir semua tumor ini
mengekspresikan reseptor hormone sedangkan ekspresi ERBB2 jarang
atau tidak terjadi.
3. Karsinoma medularis (2%)
Kanker ini terdiri dari lembaran besar sel anaplastik dengan
tepi berbatas tegas. Secara klinis, jenis tumor ini mirip dengan
fibroadenoma,

selalu

terdapat

infiltrat

limfoplasmasitik

yang

mencolok. Gambaran histologi menunjukkan stroma yang sedikit dan


penuh berisi kelompok sel yang belum berdifferensiasi, tidak teratur
dan tidak jelas membentuk kelenjar atau pertumbuhan kapiler.
Terdapat banyak sebukan limfosit yang menjolok pada stroma di dalam
tumor. Karsinoma meduler meningkat pada perempuan dengan mutasi
BRCA1 meskipun sebagian besar perempuan dengan karsinoma
meduler bukan pembawa sifat ini. Karsinoma ini tidak memiliki
reseptor ho,rmaon d an tidak mengekspresikan ERBB2 secara
berlebihan.
4. Karsinoma koloid (karsinoma musinosa) (3%)

21

Sel tumor banyak menghasilkan musin ekstrasel yang


merembes ke dalam stroma di sekitarnya. Tumor ini bermanifestasi
mirip dengan karsinoma medularis dan fibroadenoma. Secara
makroskopis, tumor biasanya lunak dan gelatinosa. Sebagian
mengekspresikan hormone dan beberapa mungkin mengekspresikan
ERBB2 secara berlebihan.
5. Karsinoma tubulus (10%)
Bermanifestasi sebagai tumor yang jarang dapat diraba, tetapi
merupakan penyebab 10% karsinoma invasif yang berukuran kuran
dari 1cm. Pada mamografi, tumor akan tampak sebagai densitas
ireguler. Secara mikroskopis, terdiri dari tubulus yang berdiferensiasi
baik dengan nucleus derajat rendah. Jarang terjadi metastasis ke KGB
dengan

prognosis

baik.

Hampir

semua

karsinoma

tubulus

mengekspresikan reseptor hormon, dan sangat jarang menekspresikan


ERBB2 secara berlebihan.
6. Karsinoma inflamasi (1%)
Didefinisikan berdasarkan gambaran klinis berupa payudara
yang membesar, bengkak, dan eritematosa, biasanya tanpa teraba
adanya massa. Karsinoma menginvasi secara difus parenkim payudara
sehingga menyebabkan tersumbatnya saluran limfe dermis. Sebagian
besar tumor ini telah bermetastasis jauh dan prognosis sangat buru.
7. Penyakit Paget
Merupakan karsinoma intraduktus pada saluran ekskresi utama
yang menyebar ke kulit puting susu dan areola, sehingga terjadi
kelainan menyerupai ekzema yaitu adanya krusta di daerah papil dan
areola. Penyakit ini akibat perluasan DCIS ke duktus laktiferosa dan
ke dalam kulit putting susu didekatnya. Sel ganas merusak sawar
epidermis normal, sehingga cairan ektrasel dapat dikeluarkan ke
permukaan. Gambaran klinis biasanya berupa eksudat berkeropeng
unilateral di atas putting dan kulit areola.
Jika tidak ditemukan massa tumor di bawahnya penyakit ini
termasuk karsinoma insitu, tapi jika ada massa tumor termasuk
22

karsinoma duktal invasif. Kelainan ini ditemukan pada wanita berusia


lebih tua dari penderita kanker payudara umumnya dan bersifat
unilateral. Tanda khas adalah adanya penyebukan epidermis oleh sel
ganas yang disebut sel paget. (Mangunkusumo, 1992, Harris, 1993).
II.6

Metastasis Kanker Payudara


Metastasis kanker payudara dapat terjadi melalui dua jalan: 1,3
a.

Metastasis

melalui

sistem vena
Melalui sistem vena kanker payudara dapat bermetastasis ke paruparu, vertebra, dan organ-organ lain. V. mammaria interna merupakan
jalan utama metastasis kanker payudara ke paru-paru melalui sistem
vena sedangkan metastasis ke vertebra terjadi melalui vena-vena kecil
yang bermuara ke v.interkostalis yang selanjutnya bermuara ke dalam
v. vertebralis.
b. Metastasis melalui sistem limfe
Metastasis melalui sistem limfe pertama kali akan mengenai KGB
regional terutama KGB aksila. KGB sentral (central nodes)
merupakan KGB aksila yang paling sering (90%) terkena metastasis
sedangkan KGB mammaria eksterna adalah yang paling jarang
terkena. Kanker payudara juga dapat bermetastasis ke KGB aksila
kontralateral tapi jalannya masih belum jelas, diduga melalui deep
lymphatic fascial plexus di bawah payudara kontralateral melalui
kolateral limfatik. Jalur ini menjelaskan mengapa bisa terjadi
metastasis ke kelenjar aksila kontralateral tanpa metastasis ke
payudara kontralateral.
Metastasis ke KGB supraklavikula dapat terjadi secara langsung
maupun tidak langsung. Penyebaran langsung yaitu melalui kelenjar
subklavikula tanpa melalui sentinel nodes. Penyebaran tidak langsung
melalui sentinel nodes yang terletak di sekitar grand central limfatik
terminus yang menyebabkan stasis aliran limfe sehingga terjadi aliran
23

balik menuju ke KGB supraklavikula. Metastasis ke hepar selain


melalui sistem vena dapat juga terjadi melalui sistem limfe. Keadaan
ini dapat terjadi bila tumor primer terletak di tepi medial bagian
bawah payudara dan terjadi metastasis ke kelenjar preperikardial.
Selanjutnya terjadi stasis aliran limfe yang berakibat adanya aliran
balik limfe ke hepar.

II.7

Diagnosis Kanker Payudara

a. Anamnesis
Anamnesis dimulai dengan pencatatan identitas penderita
secara lengkap dilanjutkan dengan keluhan utama. Keluhan utama
penderita dapat berupa: adanya benjolan pada payudara; rasa nyeri;
keluar cairan dari puting susu; retraksi puting susu; adanya ekzema di
sekitar areola; keluhan kulit berupa dimpling, venektasi, ulserasi atau
adanya peau dorange; adanya benjolan di ketiak; edema lengan dan
tanda metastasis jauh misalnya nyeri tulang (vertebrae, femur), rasa
penuh di ulu hati, batuk, sesak, dan sakit kepala hebat.2,3,6,8
24

Benjolan payudara dapat dideteksi pada 90% pasien dengan


kanker payudara dan merupakan tanda yang paling umum. Benjolan
kanker cenderung soliter, unilateral, padat, keras, ireguler, tidak dapat
digerakkan (nonmobile), cepat membesar dan tidak nyeri. Cairan yang
keluar secara spontan dari puting susu (nipple discharge) adalah tanda
kedua yang paling umum dari kanker payudara. Karakter nipple
discharge dapat membantu menegakkan diagnosis. Cairan seperti susu
menandakan galaktore, cairan purulen disebabkan oleh infeksi, dan
cairan

multiwarna

atau

lengket

menandakan

ektasia

duktus

(comedomastitis). Cairan serous, serosanguinus, berdarah atau seperti


air mungkin menandakan papiloma (80%) atau karsinoma intraduktal
(20%).6
Selain itu juga perlu ditanyakan mengenai pengaruh siklus
menstruasi terhadap keluhan tumor; menstruasi pertama pada usia
berapa; bila sudah menopause, pada usia berapa; usia saat pertama kali
melahirkan anak; menyusui atau tidak; riwayat kanker payudara atau
kanker lainnya dalam keluarga; riwayat pemakaian obat-obat
hormonal; riwayat operasi tumor payudara atau tumor ginekologik;
dan riwayat radiasi di daerah dada. Faktor-faktor risiko ini perlu
ditanyakan agar dokter dapat mempertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan mamografi pada penderita yang berisiko tinggi, dan bagi
pasien agar lebih waspada dan rutin melakukan pemeriksaan payudara
sendiri. Keluhan pasien di organ lain yang berhubungan dengan
metastasis perlu ditanyakan seperti batuk, sesak, rasa penuh di ulu hati,
nyeri tulang, dan sakit kepala hebat. Tanda-tanda umum tentang nafsu
makan dan penurunan berat badan juga perlu ditanyakan.2,3
b. Pemeriksaan Fisik
Pada status generalis, selain tanda vital perlu juga diperiksa
performance status penderita. Karena payudara dipengaruhi oleh
faktor hormonal antara lain estrogen dan progesteron maka sebaiknya
pemeriksaan payudara dilakukan saat pengaruh hormon ini seminimal
25

mungkin, yaitu setelah lebih kurang satu minggu dari hari pertama
menstruasi. Dengan pemeriksaan fisik yang baik dan teliti, ketepatan
pemeriksaan untuk kanker payudara secara klinis cukup tinggi.
Teknik pemeriksaan2,4,10
Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka
1. Posisi tegak (duduk)
Lengan penderita jatuh bebas di samping tubuh, pemeriksa
berdiri di depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada
inspeksi dilihat simetri payudara kiri dan kanan; perubahan kulit
berupa peau dorange, kemerahan, dimpling, edema, ulserasi dan
nodul satelit; kelainan puting susu seperti retraksi, erosi, krusta dan
adanya discharge.
2. Posisi berbaring
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh
tersebar rata di atas lapangan dada, jika perlu bahu atau punggung
diganjal dengan bantal kecil terutama pada penderita yang
payudaranya besar. Palpasi dilakukan dengan mempergunakan
falang distal dan falang medial jari II, III dan IV yang dikerjakan
secara sistematis mulai dari kranial setinggi iga kedua sampai ke
distal setinggi iga keenam, juga dilakukan pemeriksaan daerah
sentral subareolar dan papil. Palpasi juga dapat dilakukan dari tepi
ke sentral (sentrifugal) berakhir di daerah papil. Terakhir diadakan
pemeriksaan kalau ada cairan keluar dengan menekan daerah
sekitar papil. Pemeriksaan dengan rabaan halus akan lebih teliti
daripada dengan rabaan kuat karena rabaan halus akan dapat
membedakan kepadatan massa payudara.
Pada pemeriksaan ini ditentukan lokasi tumor berdasarkan
kuadran payudara (lateral atas, lateral bawah, medial atas, medial
bawah, dan daerah sentral), ukuran tumor (diameter terbesar),
konsistensi, permukaan, bentuk dan batas-batas tumor, jumlah
26

tumor serta mobilitasnya terhadap jaringan sekitar payudara, kulit,


m.pektoralis dan dinding dada.
c.

Pemeriksaan kelenjar getah bening regional


1.

Aksila
Sebaiknya dalam posisi duduk karena dalam posisi ini fossa
aksila jatuh ke bawah sehingga mudah untuk diperiksa dan lebih
banyak yang dapat dicapai. Pada pemeriksaan aksila kanan tangan
kanan penderita diletakkan atau dijatuhkan lemas di tangan/bahu
kanan pemeriksa dan aksila diperiksa dengan tangan kiri
pemeriksa. Diraba kelompok KGB mammari eksterna di bagian
anterior dan di bawah tepi m.pektoralis aksila; KGB subskapularis
di posterior aksila; KGB sentral di bagian pusat aksila; dan KGB
apikal di ujung atas fossa aksilaris. Pada perabaan ditentukan
ukuran, konsistensi, jumlah, apakah terfiksasi satu sama lain atau
ke jaringan sekitarnya.
2. Supra dan infraklavikula serta leher utama, bagian bawah dipalpasi
dengan cermat dan teliti.
Selain payudara dan KGB, organ lain yang ikut diperiksa
adalah paru, tulang, hepar, dan otak untuk mencari metastase jauh.

d. Pemeriksaan Penunjang
1. Mammografi
Mammografi merupakan suatu pemeriksaan dengan soft
tissue technic yang dapat mendeteksi 85% kanker payudara.
Meskipun 15% kanker payudara tidak bisa divisualisasikan dengan
mammografi,

45%

kanker

payudara

dapat

dilihat

pada

mammografi sebelum mereka dapat diraba. Adanya proses


keganasan akan memberikan tandatanda primer dan sekunder.
Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign, mikrokalsifikasi,
deposit kalsium baik dalam pola mulberrry atau curvilinear, dan
27

distorsi

duktus

mamaria.

Tanda-tanda

sekunder

berupa

bertambahnya vaskularisasi, adanya bridge of tumor dan jaringan


fibroglanduler tidak teratur. Mammografi sangat baik digunakan
untuk diagnosis dini dan skrining, hanya saja untuk skrining
harganya mahal sehingga dianjurkan penggunaan yang selektif
yaitu untuk wanita-wanita dengan risiko tinggi. Sensitifitas
mammografi sekitar 75% dan spesifisitasnya hampir 90%.6
Ultrasonografi berguna terutama untuk membedakan lesi
padat atau kistik juga untuk memandu FNAB dan core-needle
biopsy. Mammografi dan USG payudara dilakukan pada tumor
yang berukuran < 3cm.
Pemeriksaan termografi ditemukan oleh Lawson tahun
1956. Dengan menggunakan sinar infra merah pemeriksaan ini
memanfaatkan perbedaan suhu di mana suhu kanker payudara
lebih tinggi dibanding jaringan sekitarnya.
Xerografi merupakan pemeriksaan yang menggunakan
sistem pencitraan foto elektrik. Ketepatannya mencapai 95,3%
dengan false positive 5%.
Scintimamografi

merupakan

teknik

pemeriksaan

radionuklir menggunakan radioisotop Tc 99m. Sensitifitasnya


dalam menilai aktifitas sel kanker payudara cukup tinggi.
Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi lesi yang multipel dan
adanya keterlibatan KGB regional.
2. Pemeriksaan histopatologi jaringan (gold standard)
Pemeriksaan histologi jaringan merupakan cara untuk
menegakkan diagnosis pasti kanker payudara. Bahan pemeriksaan
dapat diambil melalui biopsi eksisional (untuk ukuran tumor <
3cm) atau biopsi insisional (untuk tumor operabel dengan ukuran >
3cm sebelum operasi definitif dan untuk tumor yang inoperabel)
yang kemudian diperiksa potong beku atau PA. Untuk biopsi
kelainan yang tidak dapat diraba seperti temuan pada mammografi
28

dapat dilakukan ultrasound atau stereotactic core biopsy yaitu


pungsi dengan jarum besar yang akan menghasilkan suatu silinder
jaringan yang cukup untuk pemeriksaan termasuk teknik
biokimia.2,3,6
3. Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitopatologi dilakukan dengan FNAB (fine
needle aspiration biopsy). Sensitivitasnya dalam mendiagnosis
keganasan dilaporkan sebesar 90-95% bila tepat cara pengambilan
dan diekspertise oleh ahlinya.2,3
4. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah dilakukan
sesuai dengan perkiraan metastasis misalnya alkali fosfatase dan
liver function tests untuk metastasis ke hepar atau kadar kalsium
dan fosfor untuk metastase tulang.2,3,6
5. Pemeriksaan metastase jauh
Pemeriksaan lain seperti foto thoraks, bone scanning
dan/atau bone survey, USG abdomen, dan CT scan dilakukan untuk
mencari metastasis jauh. Pemeriksaan yang direkomendasikan oleh
PERABOI adalah foto thoraks dan USG abdomen sedangkan bone
scanning dan/atau bone survey (bila sitologi dan/atau klinis sangat
mencurigakan pada lesi > 5cm) dan CT scan dilakukan atas
indikasi.
Metastasis

di

parenkim

paru

pada

foto

rontgen

memperlihatkan gambaran coin lesion yang multipel dengan


ukuran yang bermacam-macam. Metastasis dapat pula mengenai
pleura yang akan menimbulkan efusi pleura. Metastasis ke tulang
vertebra akan terlihat pada foto rontgen sebagai gambaran
osteolitik/destruksi yang dapat menyebabkan fraktur patologis.2,3
6. Pemeriksaan penanda tumor (tumor marker) dan imunohistokimia

29

Pemeriksaan kadar CEA dan CA 27.29 (CA 15-3) mungkin


berguna untuk memantau respon terhadap terapi pada penyakit
yang sudah lanjut. Pemeriksaan imunohistokimia seperti ER, PR,
c-erb-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, dan p53 bersifat situasional.6
II.8

Diagnosis Banding Tumor Payudara 2

a.

Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak dan merupakan
golongan terbesar dari tumor payudara yaitu 45,28%-50% di RS Dr.
Soetomo (Sukardja). Fibroadenoma mammae (FAM) ini secara klinis
diketahui sebagai tumor di payudara dengan konsistensi padat kenyal,
dapat digerakkan dari jaringan sekitarnya, berbentuk bulat lonjong dan
berbatas tegas. Pertumbuhannya lambat, tidak ada perubahan pada
kulit, dan tidak disertai rasa nyeri. FAM terdapat pada usia muda yaitu
15-30 tahun, dapat dijumpai bilateral atau multipel (15%). Sebagai
tumor jinak, tidak ada metastase regional dan jauh, pengobatannya
cukup dengan eksisi tumornya.

b.

Penyakit fibrokistik
Fibrocystic disease (FCD) biasanya multipel dan bilateral,
disertai rasa nyeri terutama menjelang haid. Ukurannya dapat berubah,
terasa lebih besar, penuh dan nyeri menjelang haid dan akan mengecil
serta nyeri berkurang setelah haid selesai. Hal ini terjadi karena FCD
dipengaruhi oleh keseimbangan hormonal. Tumor jenis ini umumnya
tidak berbatas tegas kecuali kista soliter. Konsistensinya padat kenyal,
dapat pula kistik. Jenis yang padat kadang-kadang sukar dibedakan
dengan kanker payudara dini. Kelainan ini dapat juga dijumpai tanpa
massa tumor yang nyata hingga jaringan payudara teraba padat,
permukaan

granular.

Pengobatan

FCD

umumnya

adalah

medikamentosa simptomatis. Namun apabila medikamentosa tidak


30

menghilangkan

keluhan

nyerinya

dan

ditemukan

pada

usia

pertengahan sampai tua diperlukan terapi operatif.


c.

Cystosarcoma philloides
Gambaran klinis Cystosarcoma philloides dapat seperti FAM
yang besar. Bentuknya bulat lonjong, permukaan berbenjol, batas
tegas, ukuran bisa mencapai 20-30 cm. Konsistensinya dapat padat
kenyal tapi ada bagian yang kisteus. Walaupun ukurannya besar tidak
ada perlekatan ke dasar atau kulit. Kulit payudara tegang, berkilat dan
tampak venektasi. Cystosarcoma philloides tidak bermetastase karena
ini adalah kelainan jinak tapi sejumlah kecil (27%) ditemukan dalam
bentuk ganas yang disebut malignant cystosarcoma philloides.
Pengobatannya adalah simple mastectomy untuk mencegah residif.
Pada orang muda atau belum berkeluarga dapat dipertimbangkan untuk
mastekstomi subkutan.

d.

Galactocele
Galaktokel bukan kelainan neoplasma atau pertumbuhan baru
melainkan suatu massa tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya
duktus laktiferus pada ibu-ibu yang sedang atau baru selesai masa
laktasi. Tumor ini berbatas tegas, bulat dan kisteus karena berisi air
susu yang mengental.

e.

Mastitis
Mastitis adalah suatu infeksi pada kelenjar payudara yang
biasanya terdapat pada wanita yang sedang menyusui. Ditemukan
tanda-tanda radang dan sering sudah menjadi abses.

II.9

Terapi Kanker Payudara

a. Modalitas terapi
Untuk kanker payudara terdapat beberapa modalitas terapi yang bisa
dipilih:
31

1. Operasi 2,3,,7
Terdapat beberapa jenis operasi untuk terapi yaitu BCS
(breast conserving surgery), simple mastectomy, modified radical
mastectomy, dan radical mastectomy. Di antara beberapa jenis
operasi tersebut metode yang paling tua adalah mastektomi radikal
klasik

dari

pengangkatan

Halsted.

Pada

payudara

mastektomi

dengan

radikal

sebagian

dilakukan

besar

kulitnya,

m.pektoralis mayor, m.pektoralis minor, dan semua kelenjar ketiak


sekaligus. Pembedahan ini merupakan standar baku sejak awal
abad ke-20 hingga tahun 50-an namun sekarang sudah jarang
dilakukan kecuali bila ada tumor payudara yang sangat besar dan
melekat ke otot pektoralis.
Setelah tahun 60-an mastektomi radikal mulai digantikan
oleh mastektomi radikal yang telah dimodifikasi oleh Patey. Pada
mastektomi

radikal

modifikasi

ini

m.pektoralis

mayor

dipertahankan sehingga suplai persarafannya tidak terganggu dan


efek kosmetik pada dinding dada yang terjadi bila dilakukan
mastektomi radikal dapat dikurangi. M.pektoralis minor dapat pula
dipertahankan, atau diangkat, atau diretraksi untuk mendapatkan
akses ke aksila. Bukti-bukti menunjukkan tidak ada perbedaan
pada tingkat rekurensi lokal dan survival antara mastektomi radikal
dan mastektomi radikal modifikasi.
Pada mastektomi simpel dilakukan pengangkatan payudara
saja tanpa mengangkat limfonodus atau otot. Pembesaran KGB
aksila dirawat dengan radioterapi. Metode ini dipopulerkan oleh
MacWhirter di Inggris. Bila dilakukan pengangkatan payudara
pertimbangkan

kemungkinan

rekonstruksi

mammae

dengan

implantasi prostesis atau cangkok flap muskulokutan. Rekonstruksi


ini dapat dilakukan sekaligus dengan bedah kuratif atau beberapa
waktu setelah radioterapi atau kemoterapi adjuvan. Bila hal ini
tidak dapat dilakukan usahakan prostesis eksterna.

32

Sekarang, biasanya dilakukan pembedahan kuratif dengan


mempertahankan payudara yang disebut dengan breast conserving
surgery (BCS). BCS merupakan satu paket yang terdiri dari tiga
tindakan yaitu pengangkatan tumor (lumpektomi luas atau
tumorektomi atau segmentektomi atau kuadrantektomi) ditambah
diseksi kelenjar aksila dan radioterapi pada sisa payudara tersebut.
Penyinaran diperlukan untuk mencegah kambuhnya tumor di
payudara dari jaringan tumor yang tertinggal atau dari sarang
tumor lain (karsinoma multisentrik). BCS secara kosmetik lebih
baik dari mastektomi bahkan yang telah direkonstruksi sekalipun.
Tapi diseksi aksila disini lebih sulit dikerjakan karena otot-otot
pektoral tetap intact dan jaringan payudara masih ada sehingga
pembukaan lapangan operasi aksila terhambat.
Indikasi BCS:

T: 3 cm (stadium I atau II)

Pasien ingin mempertahankan payudaranya

Syarat BCS:

Keinginan penderita setelah dilakukan informed consent

Penderita dapat melakukan kontrol rutin setelah pengobatan

Tumor terletak tidak sentral

Perbandingan ukuran tumor dan volume payudara cukup baik


untuk kosmetik pasca BCS

Mammografi tidak memperlihatkan mikrokalsifikasi atau tanda


keganasan lain yang difus (luas)

Tumor tidak multipel

Belum pernah terapi radiasi di dada

Tidak menderita SLE atau penyakit kolagen

Terdapat sarana radioterapi yang memadai (megavolt)

33

2. Radiasi 2,3,6,7
Radioterapi untuk kanker payudara dapat diberikan sebagai
terapi primer, adjuvan atau paliatif. Radioterapi kuratif tunggal
tidak begitu efektif tetapi radioterapi adjuvan cukup bermanfaat.
Radioterapi paliatif dapat dilakukan dengan hasil baik untuk waktu
terbatas bila tumor sudah tidak operabel.
Radioterapi adjuvant diberikan bila ditemukan keadaan
sebagai berikut:

Setelah tindakan operasi terbatas (BCS)

Tepi sayatan dekat (T T2) atau tidak bebas tumor

Tumor sentral atau medial

KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler


Acuan pemberian radioterapi:

Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara dan


aksila beserta supraklavikula) kecuali:
-

pada keadaan T T2 bila cN = 0 dan pN, maka tidak


dilakukan radiasi pada KGB aksila supraklavikula

pada keadaan tumor di medial/sentral diberikan tambahan


radiasi pada mammaria interna

Dosis lokoregional profilaksis adalah 50 Gy, booster dilakukan


sebagai berikut:
- pada yang potensial terjadi residif ditambahkan 10 Gy
(misalnya tepi sayatan dekat tumor atau post BCS)
- pada yang terdapat massa tumor atau residu post op
(mikroskopik atau makroskopik) maka diberikan booster
dengan dosis 20 Gy kecuali untuk aksila 15 Gy

3. Kemoterapi 2,3,6,7

34

Kemoterapi merupakan salah satu terapi sistemik yang


dapat digunakan sebagai terapi adjuvan atau paliatif. Kemoterapi
adjuvan dapat diberikan pada pasien pascamastektomi yang pada
pemeriksaan histopatologik ditemukan metastasis di sebuah atau
beberapa kelenjar. Kemoterapi juga dapat diberikan sebelum
pembedahan pada kanker payudara yang besar namun masih
operabel pada stadium lokal lanjut. Berdasarkan penelitian
kemoterapi yang disebut kemoterapi neo adjuvan ini dapat
mengecilkan ukuran tumor sehingga memudahkan pembedahan.
Kemoterapi paliatif dapat diberikan pada pasien yang telah
menderita metastasis sistemik. Obat kemoterapi diberikan dalam
bentuk kombinasi seperti CAF (CEF), CMF dan AC. Kemoterapi
adjuvan diberikan sebanyak 6 siklus, paliatif 12 siklus dan
neoadjuvan 3 siklus praterapi primer ditambah 3 siklus pascaterapi
primer.
4. Hormonal 2,3,6,7
Dasar dari pemberian terapi hormonal adalah fakta bahwa
30-40% kanker payudara adalah hormon dependen. Terapi ini
semakin berkembang dengan ditemukannya reseptor estrogen dan
progesteron. Kanker payudara dengan reseptor estrogen dan
progesteron yang merespons positif terapi hormonal mencapai
77%. Terapi hormonal merupakan terapi utama stadium IV di
samping kemoterapi karena kedua-duanya merupakan terapi
sistemik. Terapi hormonal biasanya diberikan sebelum kemoterapi
karena efek terapinya lebih lama dan efek sampingnya lebih
sedikit.
Sebelum pemberian terapi hormonal dilakukan uji reseptor
(estrogen receptor/ER positif atau progesteron receptor/PR positif)
dan dipertimbangkan status hormonal penderita (premenopause, 15 tahun menopause, dan pascamenopause). Setelah itu dapat
ditentukan apakah terapi hormonal akan diberikan secara additif
35

atau ablatif. Terapi additif berupa pemberian obat-obatan


(antiestrogen, aromatase inhibitor, megestrol acetate dan androgen
atau estrogen) dilakukan pada pasien pascamenopause. Yang
tergolong antiestrogen adalah tamoxifen citrate, toremifene, dan
raloxifene

tapi

raloxifene

lebih

banyak

digunakan

untuk

pengobatan osteoporosis. Aromatase inhibitor seperti anastrozole


dan letrozole menghambat konversi androgen menjadi estrogen.
Terapi ablatif berupa ovarektomi bilateral, dilakukan bila tanpa
pemeriksaan reseptor, pada wanita premenopause dan wanita yang
sudah 1-5 tahun menopause dengan ER (+) dan pada penyakit yang
bersifat slow growing dan intermediate growing.
5. Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya
protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan
untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus
dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan
tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani
tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.

b. Pilihan terapi berdasarkan stadium 2


Pada stadium I, II, dan III awal (stadium operabel) sifat
pengobatan adalah kuratif dengan pembedahan sebagai terapi primer,
terapi lainnya hanya bersifat adjuvan. Semakin cepat dilakukan
pembedahan semakin tinggi kurasinya. Sedangkan untuk stadium III
akhir dan IV sifat pengobatannya adalah paliatif yaitu terutama untuk
mengurangi penderitaan pasien dan memperbaiki kualitas hidup.
1. Kanker payudara stadium 0

36

Dilakukan BCS atau mastektomi simpel. Terapi definitif


pada T0 tergantung pada pemeriksaan blok parafin, lokasinya
didasarkan pada hasil pemeriksaan imaging.
2. Kanker payudara stadium dini/operabel
Dilakukan

BCS

(harus

memenuhi

syarat)

atau

mastektomi radikal modifikasi atau mastektomi radikal dengan


atau tanpa terapi adjuvan. Terapi adjuvan diberikan berdasarkan
ada atau tidaknya metastase ke kelenjar getah bening aksila,
reseptor

estrogen

atau

reseptor

progesteron,

dan

usia

premenopause atau postmenopause atau usia tua.


Tabel 1. Terapi adjuvan pada node negative (KGB histopatologi
negatif)
Status menopause
Premenopause

Reseptor hormonal
ER (+) / PR (+)

Risiko tinggi
Ke + Tam / Ov

Postmenopause

ER (-) / PR (-)
ER (+) / PR (+)

Ke
Tam + Kemo

Usia tua

ER (-) / PR (-)
ER (+) / PR (+)

Ke
Tam + Kemo

ER (-) / PR (-)

Ke

Tabel 2. Terapi adjuvan pada node positive (KGB histopatologi


positif)
Status menopause
Premenopause

Reseptor hormonal
ER (+) / PR (+)

Risiko tinggi
Ke + Tam / Ov

Postmenopause

ER (-) / PR (-)
ER (+) / PR (+)

Ke
Ke + Tam

Usia tua

ER (-) dan / PR (-)


ER (+) / PR (+)

Ke
Tam + Kemo

ER (-) dan PR (-)

Ke

3. Kanker payudara lokal lanjut/ locally advanced


37

a. Operable locally advanced


Mastektomi simpel/MRM + radiasi kuratif + kemoterapi
adjuvant + terapi hormonal
b. Inoperable locally advanced
-

Radiasi kuratif + kemoterapi + terapi hormonal

Radiasi + operasi + kemoterapi + terapi hormonal

- Kemoterapi neoadjuvan + operasi + kemoterapi + radiasi + hormonal terapi


4.

Kanker payudara lanjut metastase jauh


Terapi primer pada stadium IV adalah terapi sistemik
yaitu terapi hormonal dan kemoterapi. Terapi lokoregional seperti
radiasi dan pembedahan hanya dilakukan bila perlu. Radiasi
kadang diperlukan untuk paliasi pada daerah-daerah tulang
weight bearing yang mengandung metastase atau pada tumor bed
yang berdarah, difus, dan berbau yang mengganggu sekitarnya.

II.10 Prognosis Kanker Payudara


Prognosis kanker payudara dapat ditentukan berdasarkan beberapa faktor
yaitu6:
a. Stadium klinik
Tabel 3. Prognosis kanker payudara berdasarkan stadium klinik
Stadium Klinik
0
I
II
IIIA
IIIB
IV

5 tahun (%)
> 90
80
60
50
35
10

10 tahun (%)
90
65
45
40
20
5

b. Keterlibatan histologik KGB aksila


38

Tabel 4. Prognosis kanker payudara berdasarkan keterlibatan histologik


KGB aksila
KGB aksila
Tidak ada
1-3 KGB
> 3 KGB

5 tahun (%)
80
65
30

10 tahun (%)
65
40
15

c. Ukuran tumor
Tabel 5. Prognosis kanker payudara berdasarkan ukuran tumor
Ukuran tumor (cm)
<1
3-4
5-7,5

10 tahun (%)
80
55
45

d. Histologi
Kanker yang poor differentiated, metaplasia dan grade tinggi
mempunyai prognosis yang lebih buruk dibandingkan kanker yang
well differentiated.

e. Reseptor hormon
Pasien dengan kanker yang bersifat ER positif mempunyai
waktu survival yang lebih lama dibandingkan pasien dengan kanker
yang bersifat ER negatif.
II.11 Screening dan Deteksi Awal Kanker Payudara
Kanker payudara tergolong dalam keganasan yang dapat
didiagnosis

secara

dini.

American

Cancer

Society

(ACS)

merekomendasikan usaha untuk melakukan diagnosis dini yaitu dengan2,9:


a. Periksa payudara sendiri (SADARI) atau breast-self examination
Penelitian menunjukkan 85% dari kasus kanker payudara
diketahui atau ditemukan lebih dulu oleh penderita. Oleh karena itu
penting bagi wanita untuk mengetahui cara memeriksa payudara yang
39

benar agar bila ada suatu kelainan dapat diketahui segera. SADARI
sebaiknya mulai biasa dilakukan pada usia sekitar 20 tahun, minimal
sekali sebulan. SADARI dilakukan 3 hari setelah haid berhenti atau 7
hingga 10 hari dari hari pertama menstruasi terakhir. Untuk wanita
yang sudah menopause, SADARI dilakukan pada tanggal yang sama
setiap bulan.
b. Pemeriksaan oleh tenaga kesehatan atau clinical breast examination
Pemeriksaan oleh dokter secara lege artis sebaiknya
dilakukan setiap 3 tahun untuk wanita berusia 20-40 tahun dan setiap
tahun untuk wanita berusia lebih dari 40 tahun.
c. Mammografi
Wanita berusia 35-39 tahun sebaiknya melakukan satu kali
baseline mammography. Wanita berusia 40-49 tahn sebaiknya
melakukan mammografi setiap 2 tahun dan wanita berusia lebih dari
50 tahun sebaiknya melakukan mammografi setiap tahun.

BAB III
ANALISIS KASUS
Diagnosis kanker payudara dibuat berdasarkan tiga prosedur
diagnostik, yaitu pemeriksaan klinis (anamnesis dan pemeriksaan fisik),
sitologi dan histopatologi (gold standard).
Seorang wanita 47 tahun datang dengan keluhan benjolan pada
payudara kiri. 1 tahun yang lalu, benjolan tersebut sebesar telur puyuh.
Sejak 9 bulan terakhir, benjolan tersebut semakin membesar dan sampai saat
ini sebesar kepalan tangan hingga meliputi seluruh payudara kiri. Selama 2
bulan terakhir penderita mengeluh teraba beberapa benjolan di daerah ketiak
kiri dengan ukuran sebesar kacang tanah. Penderita merasakan bengkak pada

40

daerah ketiak kiri sampai ke lengan kiri. Penderita juga mengeluh sesak dan
nyeri pada daerah pinggang.
Pada pemeriksaan fisik regio mamma sinistra teraba massa sebesar
kepalan tangan ( ukuran 21cm x 17cm x 10cm ) dengan konsistensi keras
meliputi seluruh kuadran, warna kulit merah kehitaman, tampak ulkus di
kuadran lateral atas, tampak sekret kuning kemerahan pada bekas daerah
tusukan biopsy, permukaan kasar seperti kulit jeruk (Peau dorange),
berdungkul-dungkul, berbatas tegas, terfiksir pada kulit dan dinding dada,
terasa nyeri saat ditekan, ada enam nodul satelit dengan ukuran 1cm x 1cm
tersebar di kuadran medial atas dan bawah.
Pada regio mamma dextra, teraba massa tunggal di kuadran medial
atas dengan konsistensi kenyal, ukuran 1cm x 1cm x 1/4cm, permukaan rata,
tidak berdungkul-dungkul, batas tegas, tidak terfiksir pada kulit dan dinding
dada, tidak ada nyeri tekan.
Pada regio axilla sinistra, teraba dua buah massa dengan konsistensi
kenyal, permukaan rata, batas tegas, terfiksir pada jaringan dibawahnya, nyeri
tekan (+), ukuran 1cm x 1cm. Pada regio infraklavikula sinistra, teraba
massa dengan konsistensi kenyal, permukaan rata, batas tidak tegas, terfiksir
pada jaringan dibawahnya, nyeri tekan (+), ukuran 2cm x 1cm.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis FAM dapat
disingkirkan karena karakteristik benjolannya padat kenyal, dapat digerakkan
dari jaringan sekitarnya, berbatas tegas, pertumbuhannya lambat, tidak ada
perubahan pada kulit, dan tidak disertai rasa nyeri. Diagnosis FCD juga dapat
disingkirkan karena benjolannya biasanya multipel dan bilateral. Ukurannya
dapat berubah, terasa lebih besar, penuh dan nyeri menjelang haid dan akan
mengecil serta nyeri berkurang setelah haid selesai karena FCD dipengaruhi
oleh keseimbangan hormonal. FCD umumnya tidak berbatas tegas kecuali
kista soliter dan konsistensinya padat kenyal ataupun kistik. Diagnosis
cystosarcoma philloides dapat pula disingkirkan karena pada cystosarcoma
philloides tidak didapati adanya perlekatan pada kulit. Jadi diagnosis

41

sementara

pasien

ini

berupa

kanker

payudara,

selanjutnya

akan

diklasifikasikan ke dalam stadium kanker.


Dari anamnesis, didapatkan informasi bahwa benjolan yang ada pada
payudara kiri pasien semakin membesar sejak 9 bulan yang lalu dan pada hasil
pemeriksaan fisik, benjolan telah sebesar kepalan tangan hingga meliputi
seluruh kuadran payudara. Ukuran massa 21cm x 17cm x 10cm dengan
konsistensi keras, permukaan kasar seperti kulit jeruk, berdungkul-dungkul,
batas tegas, terfiksir pada kulit dan dinding dada, dan ada nyeri tekan. Dari
hasil pemeriksaan di atas dapat disimpulkan bahwa tumor pasien telah
mencapai kategori T4c (Infiltrasi baik pada dinding dada maupun kulit).
Pada anamnesis selanjutnya, pasien mengeluh ada nyeri di daerah
ketiak dan di bawah tulang selangka (klavikula) sebelah kiri.

Dari

pemeriksaan fisik, di ketiak kiri teraba dua buah massa dengan konsistensi
kenyal, permukaan rata, batas tegas, terfiksir pada jaringan dibawahnya, ada
nyeri tekan, ukuran 1 cm x 1 cm. Hal ini menjelaskan bahwa ada metastase
ke kelenjar getah bening aksila. Selain itu, di bawah klavikula juga teraba
massa dengan konsistensi kenyal, permukaan rata, batas tidak tegas, terfiksir
pada jaringan dibawahnya, ada nyeri tekan, ukuran 2 cm x 1 cm, hal ini
menjelaskan bahwa ada metastase ke kelenjar getah bening infraklavikula.
Dari kedua hasil tersebut, maka penyebaran kanker tersebut diklasifikasikan
dalam kategori N3a (Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral).
Informasi lain yang diperoleh dari anamnesis yaitu keluhan pasien
akan nyeri tulang belakang yang menjalar ke pinggang. Hal ini menimbulkan
kecurigaan bahwa ada kemungkinan metastasis kanker pada tulang belakang
pasien. Kecurigaan tersebut telah terbukti dari foto rontgen tulang belakang
pasien yang menunjukan lesi osteolitik yang biasanya terjadi pada pasien
kanker payudara yang telah matastase jauh M1 (Terdapat metastasis jauh).
Pada pemeriksaan FNAC, penilaian sediaan pada region mammae
dextra sisnistra mendapatkan sel-sel seluler terdiri atas sel besar-besar bizzare,
kromatin kasar, anak initi prominent, sebagian tersusun dalam cluster.
Sedangkan dari sediaan KGB axilla sinistra didapatkan sel-sel limfosit yang
diantaranya di jumpai sel-sel seperti tersebut di atas, kedua hasil tersebut
42

memberi kesan bahwa tumor tersebut merupakan Carcinoma Mamma bilateral


yang telah metastase pada KGB axilla sinistra.
Jadi dari kesimpulan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta
dilengkapi dengan hasil pemeriksaan FNAC, maka pasien ini dapat
didiagnosis sebagai carsinoma mamma bilateral stadium IV (T4cN3aM1).
Untuk menegakkan diagnosis pasti kanker payudara maka pasien
direncanakan dilakukan pemeriksaan histopatologi. Pengambilan sampel
tumor dilakukan dengan cara insisi kemudian direncanakan untuk kemoterapi
dan operasi simpel mastektomi.

DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Breast cancer : Prevention and Control .2009.
Available from : www.who.int.
2. Ramli, Muchlis. Kanker Payudara. Soelarto Reksoprodjo dkk (editor).
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Edisi Pertama. Binarupa Aksara. 1995. Hlm:
342-364.
3. Manuaba, Tjakra W. (editor). Panduan Penatalalaksanaan Kanker Solid.
PERABOI 2010. PERABOI. Jakarta. 2010. Hlm: 21-33.
4. Asrul. Hubungan antara Besar Tumor dan Tipe Histologi Kanker Payudara
dengan Adanya Metastase pada Kelenjar Getah Bening Aksila. Bagian Ilmu
43

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2003. Available


from: http://www.usu.ac.id.
5. De Jong, Wim . Buku Ajar Ilmu Bedah . EGC. Jakarta. Edisi ketiga. 2010 .
Hlm : 471-479.
6. Manuaba, Tjakra W. Payudara. R. Sjamsuhidajat dan Wim de Jong (editor).
Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Ketiga. EGC. 2010. Hlm: 471-479.
7. Haskell, Charles M. and Dennis A. Casciato. Breast Cancer. Dennis A.
Casciato and Berry B. Lowitz (editors). Manual on Clinical Oncology.
Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia. 2000. Page: 11.
8. Souhami, Robert L. Et al (editors). Oxford Textbook of Oncology. 2nd Ed.
Oxford Press. Page: 110-116
9. American Cancer Society . Detailed Guide : Breast Cancer . 2009. Available
from : www.acs.org.
10. Makhoul,

Issam.

Breast

Cancer:

Overview.

2006 Available

from:

http://www.emedicine.com.
11. Yuliana. Deteksi Dini Efektif Melacak Kanker Payudara. Available from:
http://www.info-sehat.com.
12. Toward Optimized Practice (TOP) Program. Guideline for the Early Detection
of Breast Cancer. Available from: http://www.albertadoctors.org.
13.

Kumar, V., R Cotran, S.L Robbin. Buku Ajar Patologi. Jakarta;


EGC 2007

44

Anda mungkin juga menyukai