LAPORAN KASUS
.1
Identifikasi
Nama
: Ny. YA
Umur
: 43 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Menikah
Pekerjaan
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Alamat
MRS
: 23 Agustus 2016
No. Reg/MR
: 16023012/964089
Sejak 1 tahun yang lalu, penderita mengeluh ada benjolan pada payudara
sebelah kiri bawah sekitar 2 jari di bawah puting susu berukuran sebesar
kelereng, konsistensi kenyal dengan permukaan licin, tidak ada nyeri tekan,
berbentuk bulat dan berbatas tegas, dapat digerakkan, berjumlah 1 benjolan,
warna seperti kulit daerah di sekitarnya. Cairan yang keluar dari puting susu
(-), lecet pada puting susu dan kulit sekitarnya (-), retraksi puting susu (-),
perubahan pada kulit payudara (-). Benjolan terasa lebih nyeri dan membesar
ketika haid. Penderita tidak mengeluh teraba benjolan ditempat lain. Penderita
hanya minum obat herbal.
Sejak 6 bulan yang lalu, penderita mengeluh benjolan pada payudara
sebelah kiri bawah semakin membesar hingga sebesar telur ayam, konsistensi
kenyal dengan permukaan licin, tidak ada nyeri tekan, berbentuk bulat dan
berbatas tegas, dapat digerakkan, berjumlah 1 benjolan, warna seperti kulit
daerah di sekitarnya. Cairan yang keluar dari puting susu (-), lecet pada puting
susu dan kulit sekitarnya (-), retraksi puting susu (-), perubahan pada kulit
payudara (-). Benjolan terasa lebih nyeri dan membesar ketika haid. Penderita
tidak mengeluh teraba benjolan ditempat lain. Penderita berhenti berobat
herbal.
benjolan pada payudara kiri semakin membesar sebesar telur bebek,
berwarna kemerahan, menonjol, tampak bernanah namun belum pecah, terasa
lembek, dapat digerakan, terasa nyeri saat ditekan, tidak ada cairan berwarna
kuning keluar dari puting susu, dan tidak terdapat benjolan kecil pada
permukaan payudara. Pasien berobat ke RS di Batam.
Sejak 8 bulan yang lalu, benjolan pada payudara kiri semakin
membesar, berwarna kemerahan, menonjol, berwarna kemerahan, terasa
lembek, dapat digerakan, terasa nyeri saat ditekan, tampak bernanah namun
belum pecah tidak ada cairan berwarna kuning keluar dari puting susu.
Penderita mengeluh teraba dua benjolan ketiak kiri sebesar kelereng. Nyeri
tekan (-), dapat digerakan, teraba kenyal.
Sekitar 2 bulan SMRS, penderita mengaku benjolan di payudara pecah
dan keluar nanah putih kental seperti susu disertai darah. Pasien dibawa
berobat ke RS Muntok dan dirujuk ke RSMH Palembang.
2
: 60 %
Kesadaran
: compos mentis
Pernafasan
: 36 x/menit
Nadi
: 110 x/menit
Tekanan Darah
: 150/90 mmHg
Suhu
: 37,3 C
Berat Badan
: 50 kg
Tinggi Badan
: 160 cm
Keadaan Gizi
: baik
Kepala
Pupil
Leher
Ekstremitas Superior
Ekstremitas Inferior
Status Lokalis
Palpasi
Inspeksi
Palpasi
Palpasi
: teraba
dua
buah
massa,
konsistensi
kenyal,
Palpasi
Palpasi
Palpasi
Inspeksi
Palpasi
Palpasi
Palpasi
Palpasi
Regio Abdomen
Inspeksi
: datar, lemas
Palpasi
Pemeriksaan Laboratorium
Rontgen thorax
USG abdomen
: 11,2 g/dl
( 12 16 gr/dl )
Eritrosit
: 3.890.000
(4.0-5.0 juta/mm2)
Hematokrit
: 31 vol%
( 37 43 vol%)
Leukosit
: 14.100
( 5000 10000/mm3)
Trombosit
: 405.000
( 200.000 500.000/mm3 )
Bleeding time
: 2 menit
( 1- 3 menit )
Clotting time
: 10 menit
( 9-15 menit )
Hitung Jenis
: 0/0/1/79/15/5
(0-1/1-3/2-6/50-70/20-40/2-6)
Kimia Klinik:
BSS
: 91 mg/dl
Ureum
: 49 mg/dl
( 18 39 mg/dl )
Creatinin
: 1,6 mg/dl
Protein Total
: 6,6 g/dl
( 6,0-7,8 g/dl )
Albumin
: 3,1 g/dl
( 3,5-5,5 g/dl )
Globulin
: 3,5 g/dl
( 3,5-5,5 g/dl )
Sediaan dari FNAC regio mamma dextra dan sinistra dengan gambaran
kurang lebih sama.
Mikro : Sel-sel seluler terdiri atas sel besar-besar bizzare, kromatin kasar,
anak initi prominent, sebagian tersusun dalam cluster.
Kesan : Carcinoma Mamma Dextra dan Sinistra
I.7 Resume
8
USG abdomen
Biopsy Insisi (Histopatologi)
Kemoterapi Adjuvan
Operasi simple mastektoni
I.10 Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: malam
BAB II
10
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Pendahuluan
Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan di
dunia. Berdasarkan laporan dari WHO, tahun 2004 diperkirakan 519.000
wanita meninggal karena kanker payudara dan dari angka itu, 69%
kematian terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2009, diperkirakan
192.370 kasus baru dari invasive carcinoma mammae didiagnosis di
amerika serikat dan 62.280 kasus baru carcinoma mammae insitu. 1 Data di
Indonesia, kanker payudara menduduki tempat kedua (11,5%) setelah
kanker leher rahim. Di Indonesia diperkirakan terdapat 20.000 kasus baru
kanker payudara pertahun dan lebih dari 50% kasus berada dalam stadium
lanjut.2,3,4 Etiologi yang belum diketahui dengan pasti, perjalanan penyakit
yang tidak dapat diperkirakan serta usaha pencegahan yang sulit dilakukan
serta adalah masalah yang sampai saat ini belum teratasi. Namun demikian
usaha-usaha untuk mendeteksi dini dapat dilakukan dengan baik dengan
mengikutsertakan masyarakat melalui penyuluhan. Selain itu, kemajuan
dalam deteksi dini yang dilengkapi dengan kemajuan terapi, baik teknik
operasi, radiasi, terapi hormonal serta khemoterapi, yang didasarkan pada
ketepatan penentuan stadium dan pengenalan sifat-sifat biologis kanker,
semakin membawa harapan baru untuk penderita kanker payudara ini.
II. 2
namun
berbagai
penelitian
dan
pengumpulan
bukti-bukti
Usia
Kanker payudara jarang dijumpai pada usia di bawah 30 tahun
tapi insidennya meningkat tajam hingga usia sekitar 50 tahun
(30,35%). Setelah usia 50 tahun frekuensinya tetap meningkat tapi
perlahan. Perbedaan insiden berdasarkan usia ini diinterpretasikan
sebagai efek dari hormon ovarium pada perkembangan penyakit.2,3,4
Sekitar 1 hingga 8 kejadian kanker payudara yang invasif
ditemukan pada wanita yang lebih muda dari usia 45 tahun, sedangkan
2 hingga 3 kejadian ditemukan pada wanita berusia 55 tahun keatas.9
b.
Geografi
Insiden kanker payudara sangat bervariasi di antara negaranegara diseluruh dunia. Wanita asian-hispanic memiliki risiko kejadian
kanker payudara yang lebih rendah daripada wanita afican-american.
Angka kejadian kanker payudara di Amerika Utara sekitar lima kali
lebih tinggi daripada di Jepang. Bahkan di dalam satu negara insiden
kanker payudara berbeda-beda. Misalnya di Israel, keturunan Jews
mempunyai risiko empat kali lebih tinggi daripada non-Jews dan di
Italia terdapat perbedaan angka kejadian sekitar dua kali lipat antara
daerah utara dan selatan. Variasi geografis ini lebih disebabkan oleh
12
Jenis kelamin
Kanker payudara 100 kali lebih sering terjadi pada perempuan
daripada laki-laki. Alasan utamanya adalah karena pada wanita, sel-sel
pada payudara lebih sering terekspose oleh hormon-hormon estrogen
dan progesteron yang mempengaruhi peertumuhan sel-sel pada
payudara.9 Angka kejadian kanker payudara pada laki-laki hanya 1 %.2
d.
Menstruasi
Menarche pada usia dini dan menopause yang terlambat dapat
meningkatkan risiko kanker payudara. Menarche sebelum usia 12
tahun mempunyai risiko kanker payudara 20% lebih besar dari
menarche setelah usia 15 tahun. Risiko kanker payudara berkurang
sekitar setengahnya jika menopause terjadi sebelum usia 45 tahun
dibandingkan jika menopause terjadi setelah usia 55 tahun.
2,3,6
Hal ini
Reproduksi
Status reproduksi juga mempengaruhi risiko terkena kanker
payudara. Wanita yang tidak pernah melahirkan (nullipara) atau yang
pertama kali melahirkan anak pada usia lebih dari 31 tahun
mempunyai risiko tiga hingga empat kali lebih besar dibandingkan
perempuan yang melahirkan anak pertamanya sebelum berusia 18
tahun. Wanita yang mempunyai banyak anak (multipara) diasosiasikan
dengan berkurangnya risiko kanker payudara, tentunya setelah
memperhitungkan usia saat melahirkan anak pertama. Menyusui lebih
lama juga dianggap dapat menurunkan risiko kanker payudara.2,4,6
13
f.
Diet
Perbedaan insiden kanker payudara di berbagai belahan dunia
menunjukkan bahwa diet mungkin memegang peranan penting dalam
perkembangan kanker payudara. Bukti-bukti yang ada menyebutkan
bahwa tingginya konsumsi kalori, lemak, daging dan alkohol dapat
meningkatkan risiko sedangkan tingginya konsumsi serat, sayur, buah,
vitamin dan phytoestrogens dapat menurunkan risiko. Diet di negaranegara Barat biasanya mengandung lemak dan gula yang tinggi
sedangkan di Asia dan negara yang belum berkembang dietnya lebih
banyak mengandung vitamin dan serat. Wanita-wanita dari negara
Barat mempunyai risiko terkena kanker payudara enam kali lebih
tinggi dibandingkan wanita-wanita Asia dan negara berkembang
lainnya. Risiko ini akan berubah jika penduduk dari negara berisiko
rendah migrasi ke negara berisiko tinggi dan mengadaptasi pola makan
di negara tersebut. Meskipun demikian pengaruh diet pada insiden
kanker payudara tampaknya terjadi pada usia muda seperti anak-anak
dan remaja. Tidak ada data yang membuktikan bahwa perubahan pola
makan dari diet tinggi lemak ke diet rendah lemak pada usia
pertengahan dan tua dapat menurunkan risiko kanker payudara.2,4,6
g.
Ukuran tubuh
Ukuran tubuh yang mencerminkan status gizi dan pola makan
dengan sendirinya dapat mempengaruhi risiko terkena kanker
payudara. Usia terjadinya menarche sangat dipengaruhi oleh ukuran
tubuh dengan demikian gizi pada masa anak-anak akan mempengaruhi
pada usia berapa menarche terjadi. Tinggi badan yang lebih yang juga
ditentukan oleh keadaan nutrisi diteliti dapat sedikit meningkatkan
risiko kanker payudara terutama setelah menopause. Pada usia dewasa,
tubuh yang kurus dapat meningkatkan risiko kanker payudara sebelum
menopause sedangkan obesitas dapat meningkatkan risiko sesudah
menopause. Lemak tubuh adalah situs konversi androstenedione
menjadi oestradiol, satu-satunya sumber endogenik estrogen setelah
14
Riwayat keluarga
Insiden orang-orang dalam satu keluarga besar terkena kanker
payudara terjadi pada sekitar 18% kasus, 5% di antaranya benar-benar
diwarisi secara familial berdasarkan analisis pedigree. Dengan
demikian individu yang memiliki riwayat keluarga kanker payudara
berisiko tinggi untuk terkena kanker payudara. Tingginya risiko ini
dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga yang menderita kanker
payudara, sejak usia berapa mereka menderita kanker dan hubungan
mereka terhadap individu tersebut. Risiko kanker payudara meningkat
kira-kira dua kali pada anak perempuan yang ibunya menderita kanker
dan pada wanita yang saudara perempuannya menderita kanker.
Kanker familial ini cenderung terjadi pada usia lebih muda dan
bilateral. Peningkatan risiko sebagian besar disebabkan oleh pewarisan
gen-gen yang mempredisposisi kanker payudara. Pada keluarga
berisiko tinggi, dengan empat atau lebih anggota keluarga terkena
kanker payudara, 33% di antaranya mengalami mutasi BRCA-1. Suatu
studi populasi menemukan mutasi BRCA-1 pada 12 dari 193 wanita
(6,2%) yang terkena kanker payudara sebelum usia 35 tahun dan pada
15 dari 208 wanita (7,2%) dengan riwayat kanker payudara pada
anggota keluarga tingkat pertama (first-degree relatives). Kanker
payudara familial juga sering berhubungan dengan keganasan pada
organ lain seperti colon, ovarium dan uterus.2,4,6
i.
Hormon
Faktor menstruasi dan reproduksi yang telah dijelaskan
sebelumnya menunjukkan peran hormon seks dalam perkembangan
kanker payudara. Hormon seks mempengaruhi proliferasi sel-sel dan
jaringan payudara serta meningkatkan karsinogenesis payudara pada
hewan percobaan, namun bukti-bukti epidemiologisnya pada manusia
masih merupakan konflik. Mungkin hal ini disebabkan oleh kesulitan
15
dalam
pengukurannya.
Sebuah
studi
populasi
pada
wanita
faktor
penyebab
kanker
payudara.
Dari
penelitian
Paget
penyakit
yang
terkait
dengan
tumor
T1a
T1b
T1c
N2a
17
N2b
N3a
N3b
M0
M1
Stadium klinis
Stadium 0
Tis
N0
M0
Stadium I
T1
N0
M0
Stadium II A
T0
N1
M0
T1
N1
M0
T2
N0
M0
T2
N1
M0
T3
N0
M0
T0
N2
M0
T1
N2
M0
T2
N2
M0
T3
N1
M0
T3
N2
M0
Stadium II B
Stadium III A
18
Stadium III B
T4
N0
M0
T4
N1
M0
T4
N2
M0
Stadium III C
Semua T
N3
M0
Stadium IV
Semua T
Semua N
M1
yang
menggantikan
lemak
payudara
normal
tesebut
mengelilingi
asinus
atau
tampak
normal
dan
selalu
terdapat
infiltrat
limfoplasmasitik
yang
21
prognosis
baik.
Hampir
semua
karsinoma
tubulus
Metastasis
melalui
sistem vena
Melalui sistem vena kanker payudara dapat bermetastasis ke paruparu, vertebra, dan organ-organ lain. V. mammaria interna merupakan
jalan utama metastasis kanker payudara ke paru-paru melalui sistem
vena sedangkan metastasis ke vertebra terjadi melalui vena-vena kecil
yang bermuara ke v.interkostalis yang selanjutnya bermuara ke dalam
v. vertebralis.
b. Metastasis melalui sistem limfe
Metastasis melalui sistem limfe pertama kali akan mengenai KGB
regional terutama KGB aksila. KGB sentral (central nodes)
merupakan KGB aksila yang paling sering (90%) terkena metastasis
sedangkan KGB mammaria eksterna adalah yang paling jarang
terkena. Kanker payudara juga dapat bermetastasis ke KGB aksila
kontralateral tapi jalannya masih belum jelas, diduga melalui deep
lymphatic fascial plexus di bawah payudara kontralateral melalui
kolateral limfatik. Jalur ini menjelaskan mengapa bisa terjadi
metastasis ke kelenjar aksila kontralateral tanpa metastasis ke
payudara kontralateral.
Metastasis ke KGB supraklavikula dapat terjadi secara langsung
maupun tidak langsung. Penyebaran langsung yaitu melalui kelenjar
subklavikula tanpa melalui sentinel nodes. Penyebaran tidak langsung
melalui sentinel nodes yang terletak di sekitar grand central limfatik
terminus yang menyebabkan stasis aliran limfe sehingga terjadi aliran
23
II.7
a. Anamnesis
Anamnesis dimulai dengan pencatatan identitas penderita
secara lengkap dilanjutkan dengan keluhan utama. Keluhan utama
penderita dapat berupa: adanya benjolan pada payudara; rasa nyeri;
keluar cairan dari puting susu; retraksi puting susu; adanya ekzema di
sekitar areola; keluhan kulit berupa dimpling, venektasi, ulserasi atau
adanya peau dorange; adanya benjolan di ketiak; edema lengan dan
tanda metastasis jauh misalnya nyeri tulang (vertebrae, femur), rasa
penuh di ulu hati, batuk, sesak, dan sakit kepala hebat.2,3,6,8
24
multiwarna
atau
lengket
menandakan
ektasia
duktus
mungkin, yaitu setelah lebih kurang satu minggu dari hari pertama
menstruasi. Dengan pemeriksaan fisik yang baik dan teliti, ketepatan
pemeriksaan untuk kanker payudara secara klinis cukup tinggi.
Teknik pemeriksaan2,4,10
Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka
1. Posisi tegak (duduk)
Lengan penderita jatuh bebas di samping tubuh, pemeriksa
berdiri di depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada
inspeksi dilihat simetri payudara kiri dan kanan; perubahan kulit
berupa peau dorange, kemerahan, dimpling, edema, ulserasi dan
nodul satelit; kelainan puting susu seperti retraksi, erosi, krusta dan
adanya discharge.
2. Posisi berbaring
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh
tersebar rata di atas lapangan dada, jika perlu bahu atau punggung
diganjal dengan bantal kecil terutama pada penderita yang
payudaranya besar. Palpasi dilakukan dengan mempergunakan
falang distal dan falang medial jari II, III dan IV yang dikerjakan
secara sistematis mulai dari kranial setinggi iga kedua sampai ke
distal setinggi iga keenam, juga dilakukan pemeriksaan daerah
sentral subareolar dan papil. Palpasi juga dapat dilakukan dari tepi
ke sentral (sentrifugal) berakhir di daerah papil. Terakhir diadakan
pemeriksaan kalau ada cairan keluar dengan menekan daerah
sekitar papil. Pemeriksaan dengan rabaan halus akan lebih teliti
daripada dengan rabaan kuat karena rabaan halus akan dapat
membedakan kepadatan massa payudara.
Pada pemeriksaan ini ditentukan lokasi tumor berdasarkan
kuadran payudara (lateral atas, lateral bawah, medial atas, medial
bawah, dan daerah sentral), ukuran tumor (diameter terbesar),
konsistensi, permukaan, bentuk dan batas-batas tumor, jumlah
26
Aksila
Sebaiknya dalam posisi duduk karena dalam posisi ini fossa
aksila jatuh ke bawah sehingga mudah untuk diperiksa dan lebih
banyak yang dapat dicapai. Pada pemeriksaan aksila kanan tangan
kanan penderita diletakkan atau dijatuhkan lemas di tangan/bahu
kanan pemeriksa dan aksila diperiksa dengan tangan kiri
pemeriksa. Diraba kelompok KGB mammari eksterna di bagian
anterior dan di bawah tepi m.pektoralis aksila; KGB subskapularis
di posterior aksila; KGB sentral di bagian pusat aksila; dan KGB
apikal di ujung atas fossa aksilaris. Pada perabaan ditentukan
ukuran, konsistensi, jumlah, apakah terfiksasi satu sama lain atau
ke jaringan sekitarnya.
2. Supra dan infraklavikula serta leher utama, bagian bawah dipalpasi
dengan cermat dan teliti.
Selain payudara dan KGB, organ lain yang ikut diperiksa
adalah paru, tulang, hepar, dan otak untuk mencari metastase jauh.
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Mammografi
Mammografi merupakan suatu pemeriksaan dengan soft
tissue technic yang dapat mendeteksi 85% kanker payudara.
Meskipun 15% kanker payudara tidak bisa divisualisasikan dengan
mammografi,
45%
kanker
payudara
dapat
dilihat
pada
distorsi
duktus
mamaria.
Tanda-tanda
sekunder
berupa
merupakan
teknik
pemeriksaan
di
parenkim
paru
pada
foto
rontgen
29
a.
Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak dan merupakan
golongan terbesar dari tumor payudara yaitu 45,28%-50% di RS Dr.
Soetomo (Sukardja). Fibroadenoma mammae (FAM) ini secara klinis
diketahui sebagai tumor di payudara dengan konsistensi padat kenyal,
dapat digerakkan dari jaringan sekitarnya, berbentuk bulat lonjong dan
berbatas tegas. Pertumbuhannya lambat, tidak ada perubahan pada
kulit, dan tidak disertai rasa nyeri. FAM terdapat pada usia muda yaitu
15-30 tahun, dapat dijumpai bilateral atau multipel (15%). Sebagai
tumor jinak, tidak ada metastase regional dan jauh, pengobatannya
cukup dengan eksisi tumornya.
b.
Penyakit fibrokistik
Fibrocystic disease (FCD) biasanya multipel dan bilateral,
disertai rasa nyeri terutama menjelang haid. Ukurannya dapat berubah,
terasa lebih besar, penuh dan nyeri menjelang haid dan akan mengecil
serta nyeri berkurang setelah haid selesai. Hal ini terjadi karena FCD
dipengaruhi oleh keseimbangan hormonal. Tumor jenis ini umumnya
tidak berbatas tegas kecuali kista soliter. Konsistensinya padat kenyal,
dapat pula kistik. Jenis yang padat kadang-kadang sukar dibedakan
dengan kanker payudara dini. Kelainan ini dapat juga dijumpai tanpa
massa tumor yang nyata hingga jaringan payudara teraba padat,
permukaan
granular.
Pengobatan
FCD
umumnya
adalah
menghilangkan
keluhan
nyerinya
dan
ditemukan
pada
usia
Cystosarcoma philloides
Gambaran klinis Cystosarcoma philloides dapat seperti FAM
yang besar. Bentuknya bulat lonjong, permukaan berbenjol, batas
tegas, ukuran bisa mencapai 20-30 cm. Konsistensinya dapat padat
kenyal tapi ada bagian yang kisteus. Walaupun ukurannya besar tidak
ada perlekatan ke dasar atau kulit. Kulit payudara tegang, berkilat dan
tampak venektasi. Cystosarcoma philloides tidak bermetastase karena
ini adalah kelainan jinak tapi sejumlah kecil (27%) ditemukan dalam
bentuk ganas yang disebut malignant cystosarcoma philloides.
Pengobatannya adalah simple mastectomy untuk mencegah residif.
Pada orang muda atau belum berkeluarga dapat dipertimbangkan untuk
mastekstomi subkutan.
d.
Galactocele
Galaktokel bukan kelainan neoplasma atau pertumbuhan baru
melainkan suatu massa tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya
duktus laktiferus pada ibu-ibu yang sedang atau baru selesai masa
laktasi. Tumor ini berbatas tegas, bulat dan kisteus karena berisi air
susu yang mengental.
e.
Mastitis
Mastitis adalah suatu infeksi pada kelenjar payudara yang
biasanya terdapat pada wanita yang sedang menyusui. Ditemukan
tanda-tanda radang dan sering sudah menjadi abses.
II.9
a. Modalitas terapi
Untuk kanker payudara terdapat beberapa modalitas terapi yang bisa
dipilih:
31
1. Operasi 2,3,,7
Terdapat beberapa jenis operasi untuk terapi yaitu BCS
(breast conserving surgery), simple mastectomy, modified radical
mastectomy, dan radical mastectomy. Di antara beberapa jenis
operasi tersebut metode yang paling tua adalah mastektomi radikal
klasik
dari
pengangkatan
Halsted.
Pada
payudara
mastektomi
dengan
radikal
sebagian
dilakukan
besar
kulitnya,
radikal
modifikasi
ini
m.pektoralis
mayor
kemungkinan
rekonstruksi
mammae
dengan
32
Syarat BCS:
33
2. Radiasi 2,3,6,7
Radioterapi untuk kanker payudara dapat diberikan sebagai
terapi primer, adjuvan atau paliatif. Radioterapi kuratif tunggal
tidak begitu efektif tetapi radioterapi adjuvan cukup bermanfaat.
Radioterapi paliatif dapat dilakukan dengan hasil baik untuk waktu
terbatas bila tumor sudah tidak operabel.
Radioterapi adjuvant diberikan bila ditemukan keadaan
sebagai berikut:
3. Kemoterapi 2,3,6,7
34
tapi
raloxifene
lebih
banyak
digunakan
untuk
36
BCS
(harus
memenuhi
syarat)
atau
estrogen
atau
reseptor
progesteron,
dan
usia
Reseptor hormonal
ER (+) / PR (+)
Risiko tinggi
Ke + Tam / Ov
Postmenopause
ER (-) / PR (-)
ER (+) / PR (+)
Ke
Tam + Kemo
Usia tua
ER (-) / PR (-)
ER (+) / PR (+)
Ke
Tam + Kemo
ER (-) / PR (-)
Ke
Reseptor hormonal
ER (+) / PR (+)
Risiko tinggi
Ke + Tam / Ov
Postmenopause
ER (-) / PR (-)
ER (+) / PR (+)
Ke
Ke + Tam
Usia tua
Ke
Tam + Kemo
Ke
5 tahun (%)
> 90
80
60
50
35
10
10 tahun (%)
90
65
45
40
20
5
5 tahun (%)
80
65
30
10 tahun (%)
65
40
15
c. Ukuran tumor
Tabel 5. Prognosis kanker payudara berdasarkan ukuran tumor
Ukuran tumor (cm)
<1
3-4
5-7,5
10 tahun (%)
80
55
45
d. Histologi
Kanker yang poor differentiated, metaplasia dan grade tinggi
mempunyai prognosis yang lebih buruk dibandingkan kanker yang
well differentiated.
e. Reseptor hormon
Pasien dengan kanker yang bersifat ER positif mempunyai
waktu survival yang lebih lama dibandingkan pasien dengan kanker
yang bersifat ER negatif.
II.11 Screening dan Deteksi Awal Kanker Payudara
Kanker payudara tergolong dalam keganasan yang dapat
didiagnosis
secara
dini.
American
Cancer
Society
(ACS)
benar agar bila ada suatu kelainan dapat diketahui segera. SADARI
sebaiknya mulai biasa dilakukan pada usia sekitar 20 tahun, minimal
sekali sebulan. SADARI dilakukan 3 hari setelah haid berhenti atau 7
hingga 10 hari dari hari pertama menstruasi terakhir. Untuk wanita
yang sudah menopause, SADARI dilakukan pada tanggal yang sama
setiap bulan.
b. Pemeriksaan oleh tenaga kesehatan atau clinical breast examination
Pemeriksaan oleh dokter secara lege artis sebaiknya
dilakukan setiap 3 tahun untuk wanita berusia 20-40 tahun dan setiap
tahun untuk wanita berusia lebih dari 40 tahun.
c. Mammografi
Wanita berusia 35-39 tahun sebaiknya melakukan satu kali
baseline mammography. Wanita berusia 40-49 tahn sebaiknya
melakukan mammografi setiap 2 tahun dan wanita berusia lebih dari
50 tahun sebaiknya melakukan mammografi setiap tahun.
BAB III
ANALISIS KASUS
Diagnosis kanker payudara dibuat berdasarkan tiga prosedur
diagnostik, yaitu pemeriksaan klinis (anamnesis dan pemeriksaan fisik),
sitologi dan histopatologi (gold standard).
Seorang wanita 47 tahun datang dengan keluhan benjolan pada
payudara kiri. 1 tahun yang lalu, benjolan tersebut sebesar telur puyuh.
Sejak 9 bulan terakhir, benjolan tersebut semakin membesar dan sampai saat
ini sebesar kepalan tangan hingga meliputi seluruh payudara kiri. Selama 2
bulan terakhir penderita mengeluh teraba beberapa benjolan di daerah ketiak
kiri dengan ukuran sebesar kacang tanah. Penderita merasakan bengkak pada
40
daerah ketiak kiri sampai ke lengan kiri. Penderita juga mengeluh sesak dan
nyeri pada daerah pinggang.
Pada pemeriksaan fisik regio mamma sinistra teraba massa sebesar
kepalan tangan ( ukuran 21cm x 17cm x 10cm ) dengan konsistensi keras
meliputi seluruh kuadran, warna kulit merah kehitaman, tampak ulkus di
kuadran lateral atas, tampak sekret kuning kemerahan pada bekas daerah
tusukan biopsy, permukaan kasar seperti kulit jeruk (Peau dorange),
berdungkul-dungkul, berbatas tegas, terfiksir pada kulit dan dinding dada,
terasa nyeri saat ditekan, ada enam nodul satelit dengan ukuran 1cm x 1cm
tersebar di kuadran medial atas dan bawah.
Pada regio mamma dextra, teraba massa tunggal di kuadran medial
atas dengan konsistensi kenyal, ukuran 1cm x 1cm x 1/4cm, permukaan rata,
tidak berdungkul-dungkul, batas tegas, tidak terfiksir pada kulit dan dinding
dada, tidak ada nyeri tekan.
Pada regio axilla sinistra, teraba dua buah massa dengan konsistensi
kenyal, permukaan rata, batas tegas, terfiksir pada jaringan dibawahnya, nyeri
tekan (+), ukuran 1cm x 1cm. Pada regio infraklavikula sinistra, teraba
massa dengan konsistensi kenyal, permukaan rata, batas tidak tegas, terfiksir
pada jaringan dibawahnya, nyeri tekan (+), ukuran 2cm x 1cm.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis FAM dapat
disingkirkan karena karakteristik benjolannya padat kenyal, dapat digerakkan
dari jaringan sekitarnya, berbatas tegas, pertumbuhannya lambat, tidak ada
perubahan pada kulit, dan tidak disertai rasa nyeri. Diagnosis FCD juga dapat
disingkirkan karena benjolannya biasanya multipel dan bilateral. Ukurannya
dapat berubah, terasa lebih besar, penuh dan nyeri menjelang haid dan akan
mengecil serta nyeri berkurang setelah haid selesai karena FCD dipengaruhi
oleh keseimbangan hormonal. FCD umumnya tidak berbatas tegas kecuali
kista soliter dan konsistensinya padat kenyal ataupun kistik. Diagnosis
cystosarcoma philloides dapat pula disingkirkan karena pada cystosarcoma
philloides tidak didapati adanya perlekatan pada kulit. Jadi diagnosis
41
sementara
pasien
ini
berupa
kanker
payudara,
selanjutnya
akan
Dari
pemeriksaan fisik, di ketiak kiri teraba dua buah massa dengan konsistensi
kenyal, permukaan rata, batas tegas, terfiksir pada jaringan dibawahnya, ada
nyeri tekan, ukuran 1 cm x 1 cm. Hal ini menjelaskan bahwa ada metastase
ke kelenjar getah bening aksila. Selain itu, di bawah klavikula juga teraba
massa dengan konsistensi kenyal, permukaan rata, batas tidak tegas, terfiksir
pada jaringan dibawahnya, ada nyeri tekan, ukuran 2 cm x 1 cm, hal ini
menjelaskan bahwa ada metastase ke kelenjar getah bening infraklavikula.
Dari kedua hasil tersebut, maka penyebaran kanker tersebut diklasifikasikan
dalam kategori N3a (Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral).
Informasi lain yang diperoleh dari anamnesis yaitu keluhan pasien
akan nyeri tulang belakang yang menjalar ke pinggang. Hal ini menimbulkan
kecurigaan bahwa ada kemungkinan metastasis kanker pada tulang belakang
pasien. Kecurigaan tersebut telah terbukti dari foto rontgen tulang belakang
pasien yang menunjukan lesi osteolitik yang biasanya terjadi pada pasien
kanker payudara yang telah matastase jauh M1 (Terdapat metastasis jauh).
Pada pemeriksaan FNAC, penilaian sediaan pada region mammae
dextra sisnistra mendapatkan sel-sel seluler terdiri atas sel besar-besar bizzare,
kromatin kasar, anak initi prominent, sebagian tersusun dalam cluster.
Sedangkan dari sediaan KGB axilla sinistra didapatkan sel-sel limfosit yang
diantaranya di jumpai sel-sel seperti tersebut di atas, kedua hasil tersebut
42
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Breast cancer : Prevention and Control .2009.
Available from : www.who.int.
2. Ramli, Muchlis. Kanker Payudara. Soelarto Reksoprodjo dkk (editor).
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Edisi Pertama. Binarupa Aksara. 1995. Hlm:
342-364.
3. Manuaba, Tjakra W. (editor). Panduan Penatalalaksanaan Kanker Solid.
PERABOI 2010. PERABOI. Jakarta. 2010. Hlm: 21-33.
4. Asrul. Hubungan antara Besar Tumor dan Tipe Histologi Kanker Payudara
dengan Adanya Metastase pada Kelenjar Getah Bening Aksila. Bagian Ilmu
43
Issam.
Breast
Cancer:
Overview.
2006 Available
from:
http://www.emedicine.com.
11. Yuliana. Deteksi Dini Efektif Melacak Kanker Payudara. Available from:
http://www.info-sehat.com.
12. Toward Optimized Practice (TOP) Program. Guideline for the Early Detection
of Breast Cancer. Available from: http://www.albertadoctors.org.
13.
44