Anda di halaman 1dari 8

DIFUSI MOLEKUL DAN TEKANAN OSMOTIK

CAIRAN SEL
Indri Rahmawati
1205120863
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP
Universitas Riau, Pekanbaru 28293
RINGKASAN
Pengamatan ini dilakukan dalam hal mengetahui proses difusi dan
osmosis yang terjadi pada suatu sel. Dalam percobaan difusi dilihat
pergerakan dari KMnO4 dalam cawan petri yang sebelumnya diisi
dengan aquades, kemudian KMnO4 tersebut berdifusi hingga pada batas
setimbang dan proses difusi berhenti dan dapat diukur berapa diameter
KMnO4 yang mengalami difusi. Selanjutnya percobaan mengetahui
proses tekanan osmotic dengan menggunakan daun Rhoediscolor yang
di perlakukan dalam beberapa konsentrasi glukosa dan sebelumnya
diberi perlakuan biasa dengan menggunakan aquadese. Kemudian dapat
diamati dengan mikroskop terjadinya proses plasmolisis yang diamati
dari jumlah membrane Rhoediscolor yang terlepas dari dinding selnya
saat diberi perlakuan dengan berbagai konsentrasi glukosa.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sel Tumbuhan terdiri dari dinding sel dan protoplast. Dinding sel
terdiri dari sel primer tipis 1-3um terdiri dari 9-25% sellulose membentuk
molekul panjang tidak bercabang berupa mikrofibril tebalnya kurang
lebih 3,5 nm. Pengaturan molekul sellulose mengakibatkan sel
mempunyai daya renggang. Mengandung 25-50% hemisellulose dan
petin dan ada protein 10% sehingga sel bisa lemas sewaktu
merenggang.Protoplast bagian sebelah dalam sel terdiri dari sitoplasma,
inti sel, vakuola, ergastik material, kloroplast dll. Sitoplasma berupa
bahan kompleks berbentuk suspense koloid didalamnya ditemukan
organel bermembran. Sitoplasma, inti sel, kloroplast termasuk

bagianyang hidup sedagkan vakuola dan bahan ergastik termasuk


bahan tak hidup.
Membran plasma adalah bagian protoplasma yang berbentuk
lapisan tipis dan berfungsi membatasi isi sel dengan lingkungannya.
Membran plasma melindungi sel dari lingkungan dan juga
memungkinkan adanya kompartemen di dalam sel untuk aktivitas
metabolik. Pada permukaan membrane plasma terletak banyak reseptor
yang berbeda-beda untuk mengenali sel lain, mengikat hormon tertentu,
dan merasakan berbagai isyarat lain yang berasal dari lingkungan luar
(Lehninger, 1982:87).
Lakitan (1993:10-11) menyatakan bahwa membran bersifat
semipermeabel, artinya molekul air dapat menembus membran tersebut
sedangkan bahan-bahan yang terlarut dalam air tersebut tidak dapat
menembus membran tersebut. Namun pada kenyataannya, bersamasama molekul air akan ikut pula ion atau senyawa tertentu yang terlarut
di dalamnya dan bergerak menembus membran.
Menurut Campbell (2010: 143), mekanisme lalu lintas membran
sel dibedakan menjadi dua yaitu tanspor pasif dan transport aktif.
Transpor pasif merupakan difusi suatu zat melintasi membran biologis
tanpa pengeluaran energi, misalnya: difusi dan osmosis.
Proses difusi dapat terjadi pada satu zat terlarut maupun dua zat
terlarut. Pada difusi satu zat terlarut, membran memiliki pori-pori yang
cukup besar untuk dilewati molekul pewarna. Pergerakan acak molekul
pewarna akan menyebabkan sebagian diantaranya melewati poripori,Pewarna berdifusi dari tempat yang konsentrasinya tinggi ke tempat
yang konsentrasinya rendah.
Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui
selaput yang permeabel secara differensial dari suatu tempat
berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah. Tekanan yang
terjadi karena difusi molekul air disebut tekanan osmosis. Makin besar
terjadinya
osmosis
maka
makin
besar
pula
tekanan
osmosisnya.Ekstraksi osmosis merupakan peristiwa berpindahnya kadar
air dalam sel melalui membran semi permeable dari keadaan sel yang
hipotonis menuju hipertonis, sehingga terjadi plasmolisis yang

menyebabkan terlepasnya sitoplasma dari dinding sel (Rahmasari,


2014).
Menurut Ting apabila peristiwa plasmolisis mencapai 50% (kondisi
di luar sama dengan di dalam sel) maka dpat dikatakan potensial
osmotic larutan sama dengan potensial osmotic cairan sel. Apabila sel
berada pada larutan dimana (PO larutan = (PO) sel dikatakan
larutan isotonic. Apabila sel berada dalam larutan dimana konsentrasi
diluar besar dari dlam sel (PO) larutan kecil dari dalam sel maka air
akan keluar, larutan diluar disebut Hipertonik. Apabila potensial osmotic
() larutan diketahui maka (PO) dari sel dapat dicari. Dari uraian
diatas dapat diturunkan rumus untuk mencari potensial osmotic dimana
tekanan osmotic ditentukan melalui
rumus :
T.O = 22,4 x M x T
273
TO = Tekanan osmotic dalam atmosfer
M
= konsentrasi larutan eksternal pada kondisi Incipient
Plasmolysis
(Mile/liter)
T

= Temperatur absolute (00c=2730T)

PO = potensi osmotic tandanya (negatif)


B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah proses difusi suatu molekul dalam pelarut
terjadi ?
Bagaimanakah mengukur tekanan osmosis cairan sel
epidermis bawah daun Rhoediscolor dalam larutan glukosa ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui proses difusi suatu molekul dalam pelarut
Mengukur besar tekanan osmosis cairan sel epidermis bawah
daun Rhoediscolor dalam larutan glukosa.
METODOLOGI
Percobaan difusi dan tekanan osmosis cairan sel dilakukan pada
tanggal 29 Oktober 2014 di Laboratorium Alam Program Studi
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau, Pekanbaru.

Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :


Cawan petri
Kristal KMnO4, aquades atau aair kran, sendok
Daun Rhoediscolor , larutan glukosa, aquades
Cawan petri, mikroskop, gelas ukur, pipet tetes, jarum oshe,
kaca objek, kaca penutup, pisau silet.
Cara kerja
1. Untuk percobaan difusi
Tuangkan air sebanyak 15 ml ke dalam cawan petri, lalu
letakkan di tempat datar yang dialasi dengan kertas putih
Masukkan Kristal kecil KMnO4 ke dalam aair di cawan petri
tadi, llu ukur diameter sebaran air setelah selang waktu
tertentu.
Ulangi kegiatan tersebut beberapa kali, lalu hitung rata-rata
kecepatan difusinya.
Perhatikan apakah kecepatan di selang waktu mula-mula
sama dengan berikutnya sampai percobaan dihentikan.
Mengapa demikian?
2. Untuk percobaan tekanan osmotic cairan sel
Disiapkan larutan glukosa dengan konsentrasi 0,20 M, 0,22
M, 0,24 M, 0,26 M, 0,28 M, 0,30 M masing-masing dengan 20
ml dalam cawan petri
Disayat epidermis bawah daun Rhoediscolor dan direndam
dalam aquades
Tiga sayatan epidermits bawah daun Rhoediscolor
dimasukkan kedalam cawan petri yang telah berisi larutan
sesuai dengan konsentrasi yang telah ditetapkan
Agar pengamatan berjalan dengan baik dilakukan
perendaman sayatan dengan interval waktu lima menit
antar msing-masing larutan
Catat hasil pengamatan melalui mikroskop setelah perlakuan
setelah 10 menit
Dicatat suhu selama percobaan berlangsung (0C) dan hitung
besar tekanan osmotic cairan sel melalui rumus :
T.O = 22,4 x M x T
273
TO = Tekanan osmotic dalam atmosfer
M = konsentrasi larutan eksternal pada kondisi Incipient
Plasmolysis (Mole/liter)

= Temperatur absolute (00c=2730T)


PEMBAHASAN

A. Difusi Molekul KMnO4 (Kalium Permanganat) dalam Air


Tabel 1. Luasan Kristal KMnO4 Dengan Waktu yang Dibutuhkan
untuk Mencapainya
Ulangan

Waktu Kecepatan
Difusi

Diameter KMnO4 yang


berdifusi

9 menit 37 detik

3,6 cm

11 menit 17 detik

4,1 cm

Pada saat Kalium Permanganat dimasukkan ke dalam air,


awalnya difusi atau penyebaran zat padat tersebut berjalan dengan
cepat. Hal ini ditandai dengan melarutnya Kalium Permanganat ke dalam
air yang menyebabkan air berwaran ungu. Lama-kelamaan proses difusi
akan semakin lambat bahkan akan berhenti. Saat proses difusi berhenti
maka kesetimbangan akan terjadi. Kesetimbangan terjadi ketika larutan
menjadi homogen, artinya Kalium Permanganat sudah melarut
sempurna di dalam air. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh suhu,
besarnya gradient difusi, serta ukuran dan massa partikel yang berdifusi
(dalam hal ini Kalium Permanganat). Makin besar perbedaan konsentrasi
antara dua daerah, yaitu makin tajam gradasi konsentrasinya, makin
besar kecepatan difusinya
A. Tekanan Osmosis Cairan Sel
Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa terhadap Sel
Epidermis Rhoediscolor

Larutan glukosa
(M)

Sel dalam
keadaan Biasa

0
0,2
0,22
0,24
0,26

30
20
18
15
12

Sel dalam
keadaan
plasmolisis
11
14
16
18

Persentasi
plasmolisisi (%)
0
35,48%
43,75%
51,61%
60%

0,28
7
20
74,07%
0,30
5
23
82,14%
Jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air
neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan
nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak
dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang
terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air
itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan
menurun demikian besarnya, sehingga tidak dapat mengisi seluruh
ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan
terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel
daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa
mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka
semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis (Tjitrosomo,
1987).
Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang
protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel.
Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana
diameternya lebih besar daripada molekul tertentu sehingga molekul
gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury, 1995). Komponen
potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial osmosis (solut) dan
potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel,
air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam
sel mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis
dapat dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi
saat sel mengalami plasmolisis.
Dari praktikum ini diperoleh data insipien plasmolisis pada uji
sukrosa 0.24M dengan hasil potensial osmotik sebesar 5.97 atm.
Praktikum ini menggunakan Rhoeo discolor yang direndam selama 15
menit dalam larutan sukrosa dengan kelarutan mulai dari 0,0 M hingga
0,3 M. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil
bahwa terjadi plasmolisis sel pada semua konsentrasi dengan
prosentase 35,48%- 82,14%. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan suhu sebesar 300 C, sehingga diperoleh potential
osmotic larutan sebesar 5,97 Penghitungan dilakukan pada uji larutan

sukrosa 0.24M karena yang paling mendekati dengan angka 50% dari
jumlah sel plasmolisis adalah pada konsentrasi tersebut
KESIMPULAN
1. Kecepatan difusi semakin lama semakin melambat dan akhirnya
konstan pada titik tertentu.
2. Insipien plasmolisis dicapai pada konsentrasi sukrosa 0,24 M. Nilai
TO adalah 5,97 ATM
3. Pengaruh suhu terhadap permeabilitas membran sel yaitu semakin
tinggi suhu maka laju osmosis yang melewati membran sel
tersebut akan semakin tinggi disebabkan oleh struktur fosfolipid
yang bisa rusak pada suhu tinggi. Sedangkan pengaruh jenis
pelarut terhadap membran sel adalah semakin polar pelarut yang
digunakan, maka semakin cepat laju osmosis. Hal itu terjadi
karena lipid yang menyusun membran sel akan mudah larut dalam
pelarut polar.
4. Plasmolisis merupakan peristiwa terlepasnya membran dari
dindingsel, hal tersebut terjadi karena sel ditempatkan dalam
larutan yang hipertonik. Contoh larutan hipertonik adalah larutan
gula.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Ashary, Muhammad N., Supriyanti F. M. T., & Zackiyah. 2010.
Penentuan Pelarut
Terbaik dalam Mengekstraksi Senyawa Bioaktif dari Kulit Batang Artocarpus
heterophyllus. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Vol.1(2)
Campbell, Neil A, et al. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Gramedia.
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Erlangga: Jakarta.

Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Rajawali


Pers
Lehninger, A. L. 1982. Principles of Biochemistry. New York : Worth Publishers,
Inc.
Rahmasari, Hamita dkk. 2014. Ekstraksi Osmosis Pada Pembuatan Sirup Murbei
(Morus alba L.) Kajian Proporsi Buah : Sukrosa Dan Lama Osmosis. Jurnal
Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 3 p.191-197, Juli 2014
Salisbury, F.B., Cleon W.R. 1995. Fisiologi Tumbuhan, jilid 1. Penerbit
ITB: Bandung.
Salisbury, Frank B. et al. 1995. Plant Physiology 2nd Edition. New York:
Mc Graw Hill Company.
Tjitrosomo.1987. Botani Umum 2. Bandung: Penerbit Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai