Anda di halaman 1dari 9

IDENTIFIKASI PIPA

Pipa gas merupakan pipa baja API 5 L Grade B Schedule 40. Pipa jenis ini merupakan pipa
baja dengan kadar karbon maksimal 0.28%. Pipa baja bisa digunakan dalam lingkungan tanah
dengan syarat terpasang sistem proteksi katodik. Pipa gas merupakan pipa bertekanan. Pipa
gas diharuskan beroperasi dengan tekanan operasi maksimum 45 bar (652.6 psig). Oleh sebab
itu perlu ditentukan kelayakan pipa dengan dengan tekanan operasi tersebut. Tekanan
maksimum pipa tersebut tidak boleh melebihi design pressure dari pipa.
Korosi merupakan faktor yang berpotensi besar menyebabkan kerusakan pada pipa gas,
terlebih pipa berada pada lingkungan yang korosif dan membawa material yang korosif.
Berikut faktor yang mempengaruhi kemungkinan korosi terhadap pipa:
1. Korosi Internal
Korosi internal pipa dipengaruhi oleh material yang disalurkan pipa yaitu berupa gas
alam. Ada beberapa variable yang mempengaruhi kekorosifan gas alam tersebut,
diantaranya kandungan CO2 dan juga kandungan H2S pada gas alam.
2. Korosi Eksternal
Korosi eksternal pipa dipengaruhi oleh material yang berada di luar pipa gas.
Tipe-tipe korosi pada pipa gas umumnya diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Uniform Corrosion
yaitu korosi yang terjadi pada permukaan logam yang berbentuk pengikisan permukaan
logam secara merata sehingga ketebalan logam berkurang sebagai akibat permukaan
terkonversi oleh produk karat yang biasanya terjadi pada peralatan-peralatan terbuka.
misalnya permukaan luar pipa.

2. Pitting Corrosion
yaitu korosi yang berbentuk lubang-lubang pada permukaan logam karena hancurnya film
dari proteksi logam yang disebabkan oleh rate korosi yang berbeda antara satu tempat dengan
tempat yang lainnya pada permukaan logam tersebut.

3. Stress Corrosion Cracking


yaitu korosi berbentuk retak-retak yang tidak mudah dilihat, terbentuk dipermukaan logam
dan berusaha merembet ke dalam. Ini banyak terjadi pada logam-logam yang banyak
mendapat tekanan. Hal ini disebabkan kombinasi dari tegangan tarik dan lingkungan yang
korosif sehingga struktur logam melemah.

4. Errosion Corrosion
yaitu korosi yang terjadi karena tercegahnya pembentukan film pelindung yang disebabkan
oleh kecepatan alir fluida yang tinggi, misalnya abrasi pasir,

5. Galvanic Corrosion
yaitu korosi yang terjadi karena terdapat hubungan antara dua metal yang disambung dan
terdapat perbedaan potensial antara keduanya.

6. Crevice Corrosion
yaitu korosi yang terjadi di sela-sela gasket, sambungan bertindih, sekrupsekrup atau
kelingan yang terbentuk oleh kotoran-kotoran endapan atau timbul dari produk-produk karat.

7. Selective Leaching
korosi ini berhubungan dengan melepasnya satu elemen dari Campuran logam. Contoh yang
paling mudah adalah desinfication yang melepaskan zinc dari paduan tembaga.

DAMPAK KOROSI
Dampak yang ditimbulkan korosi sungguh luar biasa. Berdasarkan pengalaman pada tahuntahun sebelumnya, Amerika Serikat mengalokasikan biaya pengendalian korosi sebesar 80
hingga 126 milyar dollar per tahun. Di Indonesia, dua puluh tahun lalu saja biaya yang
ditimbulkan akibat korosi dalam bidang indusri mencapai 5 trilyun rupiah. Nilai tersebut

memberi gambaran kepada kita betapa besarnya dampak yang ditimbulkan korosi dan nilai
ini semakin meningkat setiap tahunnya karena belum terlaksananya pengendalian korosi
secara baik bidang indusri. Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung
dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan pada
peralatan, permesinan atau stuktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa
terhentinya aktifitas produksi karena terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat
korosi, terjadinya kehilangan produk akibat adanya kerusakan pada kontainer, tanki bahan
bakar atau jaringan pemipaan air bersih atau minyak mentah, terakumulasinya produk korosi
pada alat penukar panas dan jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan
panasnya, dan lain sebagainya.
Dampak yang dapat terjadi akibat korosi pada pipa gas alam adalah terjadinya kebakaran
akibat kebocoran pipa gas sebagaimana yang telah terjadi di Minnesota, Amerika Serikat
karena terjadi selective corrosion pada pipa penyaluran gas alam.

PENCEGAHAN KOROSI PADA PIPA GAS


Dengan dasar pengetahuan tentang elektrokimia proses korosi yang dapat
menjelaskan mekanisme dari korosi, dapat dilakukan usaha-usaha untuk pencegahan
terbentuknya korosi. Banyak cara sudah ditemukan untuk pencegahan terjadinya korosi
diantaranya adalah dengan cara proteksi katodik, coating, dan peng chemical inhibitor.

Proteksi katiodik
Untuk mencegah terjadinya proses korosi atau setidak-tidaknya untuk memperlambat proses
korosi tersebut, maka dipasanglah suatu anoda buatan di luar logam yang akan diproteksi.
Daerah anoda adalah suatu bagian logam yang kehilangan elektron. Ion positifnya
meninggalkan logam tersebut dan masuk ke dalam larutan yang ada sehingga logam tersebut
berkarat.
Terlihat disini karena perbedaan potensial maka arus elektron akan mengalir dari anoda yang
dipasang dan akan menahan melawan arus elektron dari logam yang didekatnya, sehingga
logam tersebut berubah menjadi daerah katoda. Inilah yang disebut cathodic protection.
Dalam hal diatas elektron disuplai kepada logam yang diproteksi oleh anoda buatan sehingga
elektron yang hilang dari daerah anoda tersebut selalu diganti, sehingga akan mengurangi
proses korosi dari logam yang diproteksi.
Anoda buatan tersebut ditanam dalam suatu elektrolit yang sama (dalam hal ini tanah
lembab) dengan logam (dalam hal ini pipa) yang akan diproteksi dan antara pipa
dihubungkan dengan kabel yang sesuai agar proses listrik diantara anoda dan pipa tersebut
terus menerus. Jadi anoda dikorbankan untuk melindungi katoda.
Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam
Mg. Pipa (besi) akan aman terlindungi selam pelindung masih ada.
Coating
Cara ini sering dilakukan dengan melapisi logam (coating) dengan suatu bahan agar logam
tersebut terhindar dari korosi.
Pemakaian bahan-bahan kimia (chemical Inhibitor)
Untuk memperlambat reaksi korosi digunakan bahan kimia yang disebut inhibitor corrosion
yang bekerja dengan cara membentuk lapisan pelinsung pada permukaan metal. Lapisan
molekul pertama yang terbentuk mempunyai ikatan yang sangat kuat yang disebut chemis
option. Corrosion inhibitor umumnya berbentuk fluid atau cairan yang diinjeksikan pada
production line. Karena inhibitor tersebut merupakan masalah yang penting dalam menangani
korosi maka perlu dilakukan pemilihan inhibitor yang sesuai dengan kondisinya.

Inhibitor adalah zat yang bila ditambahkan ke dalam suatu lingkungan dalam jumlah kecil,
secara sinambung atau berkala, dapat menurunkan laju korosi logam. Pemakaian Inhibitor
Korosi adalah salah satu upaya untuk mencegah korosi.
Ada berbagai jenis Inhibitor yang dikenal, dan diklasifikasikan berdasarkan bahan dasarnya,
reaksi yang dihambat, serta mekanisme inhibisinya.
1

Menurut Bahan Dasarnya :


a

Inhibitor Organik : Menghambat korosi dengan cara teradsorpsi kimiawi pada


permukaan logam, melalui ikatan logam-heteroatom. Inhibitor ini terbuat dari bahan
organik. Contohnya adalah : gugus amine, tio, fosfo, dan eter. Gugus amine biasa
dipakai di sistem boiler.

Inhibitor Inorganik
Inhibitor yang terbuat dari bahan anorganik.

Menurut Reaksi yang dihambat :


a

Inhibitor katodik :
Yang dihambat adalah reaksi reduksi. Molekul organik netral teradsorpsi di
permukaan logam, sehingga mengurangi akses ion hidrogen menuju permukaan
elektroda. Dengan berkurangnya akses ion hidrogen yang menuju permukaan
elektroda, maka hydrogen overvoltage akan meningkat, sehingga menghambat reaksi
evolusi hidrogen yang berakibat menurunkan laju korosi.
Inhibitor katodik dibedakan menjadi :
.

Inhibitor racun : Contohnya : As2O3, Sb2O3.


-

menghambat penggabungan atom-atom Had menjadi molekul gas H2 di


permukaan logam

dapat mengakibatkan perapuhan hidrogen pada baja kekuatan tinggi.

Bersifat racun bagi lingkungan.

Inhibitor presipitasi katodik :


-

mengendapkan CaCO3, MgCO3, CaSO4, MgSO4 dari dalam air. Contoh :


ZnSO4 + dispersan.

Oxygen scavenger :
-

mengikat O2 terlarut
Contoh : N2H4 (Hydrazine) + O2 N2 + 2 H2O

Hydrazine diinjeksikan di up stream Deaerator dalam sistem WHB (Waste Heat


Boiler) dan WHR (Waste Heat Recovery) di unit pabrik Ammonia maupun
Utilitas.
b

Inhibitor Anodik :
Adalah inhibitor yang menghambat reaksi oksidasi.
Fe + OH- FeOHad + eFeOHad + Fe + OH- FeOHad + FeOH+ + 2eMolekul organik teradsorpsi di permukaan logam, sehingga katalis FeOHad berkurang
akibatnya laju korosi menurun. Contoh inhibitor anodik adalah molibdat, silikat,
fosfat, borat, kromat, nitrit, dan nitrat. Inhibitor jenis ini sering dipakai / ditambahkan
pada saat chemical cleaning peralatan pabrik.
Inhibitor campuran : Campuran dari inhibitor katodik dan anodik.

Menurut Mekanisme (Cara Kerja) Inhibisi :


a

Inhibitor Pasivator : menghambat korosi dengan cara menghambat reaksi anodik


melalui pembentukan lapisan pasif, sehingga merupakan inhibitor berbahaya, bila
jumlah yang ditambahkan tidak mencukupi.
Inhibitor Pasivator terdiri dari :

Inhibitor Pasivator Oksidator, misalnya : Cr2O72-, , CrO42-, ClO3-, ClO4-.


Cr2O72- mempasivasi baja dengan peningkatan reaksi katodik dari Cr2O72- menjadi
Cr2O3, dan menghasilkan lapisan pasif Cr2O3 dan FeOOH.

Inhibitor Pasivator non oksidator, contohnya : ion metalat (vanadat,


ortovanadat, metavanadat), NO2-. Inhibitor vanadium dipakai di Unit CO 2
Removal Pabrik Ammonia, karena larutan Benfield yang bersifat korosif.
Molybdat (MoO42-) menginhibisi dengan cara membentuk lapisan pelindung yang
terdiri dari senyawa ferro-molybdat menurut reaksi berikut :
Fe + O2 + H+ Fe2+ + OHMoO42- + Fe2+ FeMoO 4

Pembentuk senyawa tak larut :


INH + H2O OH- ; M + 2 OH- MO + H2O
Misalnya : NaOH, Na3PO4, Na2HPO4, Na2CO3, NaBO3.

Inhibitor Presipitasi : Membentuk kompleks tak larut dengan logam atau lingkungan
sehingga menutup permukaan logam dan menghambat reaksi anodik dan katodik.
Contoh : Na3PO4, Na2HPO4.

Contoh inhibitor yang bereaksi dengan logam :


Na3PO4 +3H2O 3Na++3OH- + H3PO4
Fe + 2 OH- FeO + H2O + 2e-

Contoh inhibitor yang bereaksi dengan lingkungan :


2 Na3PO4 +2Ca2+ (dalam air) 2Ca3(PO4)2 + 3Na2+

Inhibitor Adsorpsi : Agar teradsorpsi harus ada gugus aktif (gugus heteroatom).
Gugus ini akan teradsorpsi di permukaan logam. Contoh : Senyawa asetilen, senyawa
sulfur, senyawa amine dan senyawa aldehid.

Inhibitor Aman dan Inhibitor Berbahaya :

Inhibitor aman (tidak berbahaya) adalah inhibitor yang bila ditambahkan


dalam jumlah yang kurang (terlalu sedikit) dari konsentrasi kritisnya, tetap akan
mengurangi laju korosi. Inhibitor aman ini umumnya adalah inhibitor katodik,
contohnya adalah garam-garam seng dan magnesium, calcium, dan polifosfat.

Inhibitor berbahaya adalah inhibitor apabila ditambahkan di bawah harga


kritis akan mengurangi daerah anodik, namun luas daerah katodik tidak
terpengaruh. Sehingga kebutuhan arus dari anoda yang masih aktif bertambah
hingga mencapai harga maksimum sedikit di bawah konsentrasi kritis. Laju korosi
di anoda-anoda yang aktif itu meningkat dan memperhebat serangan korosi
sumuran. Yang termasuk inhibitor berbahaya adalah inhibitor anodik, contohnya
adalah molibdat, silikat, fosfat, borat, kromat, nitrit, dan nitrat.

Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat.


Misalnya besi dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi baja tahan karat (stainless steel)

Anda mungkin juga menyukai