Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENCEGAHAN PENCEMARAN

KEBISINGAN

oleh
Arbhy Indera Ikhwansyah
1007113576

Kalas A

JURUSAN SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


mencurahkan segala rahmat dan hidayah-Nya serta kesehatan kepada penulis
sehingga mampu menyelesaikan tugas makalah Pencegahan Pencemaran
tentang Kebisingan ini tepat pada waktunya.
Penulis Mengucapkan

terima

kasih

kepada

Dosen

Pembimbing

Pencegahan Pencemaran serta semua pihak yang telah memberikan saran dan
arahan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan,mengingat refrensi yang
didapat tidak terlalu banyak. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini
dimasa mendatamg.

Pekanbaru, Oktober 2011

Arbhy Indera I

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................

A. Latar Belakang ......................................................................

B.Tujuan ....................................................................................

C. Masalah ................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................

A. Definisi Kebisingan ................................................................

B. Sumber Kebisingan ...............................................................

C. Jenis dan Karakter Kebisingan ..............................................

D. Dampak Kebisingan ..............................................................

E. Baku Mutu Tingkat Kebisingan ..............................................

F. Perhitungan dan Pengukuran Tingkat Kebisingan .................

11

G. Pengendalian Kebisingan .....................................................

13

H. Studi Kasus Kebsingan .........................................................

14

BAB III KESIMPULAN ..........................................................................

17

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

18

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan di
kota-kota besar. Bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat
mengganggu dan atau membahayakan kesehatan. Laporan WHO tahun 1988
sebagaimana yang disampaikan oleh Ditjen PPM & PLP, Depkes RI (1995),
menyatakan bahwa 8 - 12% penduduk dunia telah menderita dampak kebisingan
dalam berbagai bentuk dan diperkirakan angka tersebut terus akan meningkat,
dan pada tahun 2001 diperkirakan 120 juta penduduk dunia mengalami
gangguan pendengaran.
Suara yang tidak diinginkan akan memberikan efek yang kurang baik
terhadap kesehatan. Suara merupakan gelombang mekanik yang dihantarkan
oleh suatu medium yaitu umumnya oleh udara. Kualitas dan kuantitas suara
ditentukan antara lain oleh intensitas (loudness), frekuensi, periodesitas (kontinyu
atau terputus) dan durasinya. Faktor-faktor tersebut juga ikut mempengaruhi
dampak suatu kebisingan terhadap kesehatan (Mansyur, 2003).
Lalulintas jalan merupakan sumber utama kebisingan yang mengganggu
sebagian besar masyarakat perkotaan. Salah satu sumber bising lalulintas jalan
antara lain berasal dari kendaraan bermotor, baik roda dua, tiga maupun roda
empat, dengan sumber penyebab bising antara lain dari bunyi klakson saat
kendaraan ingin mendahului atau minta jalan dan saat lampu lalulintas tidak
berfungsi. Gesekan mekanis antara ban dengan badan jalan pada saat
pengereman mendadak dan kecepatan tinggi; suara knalpot akibat penekanan
pedal gas secara berlebihan atau knalpot imitasi; tabrakan antara sesama
kendaraan; pengecekan perapian di bengkel pemeliharaan; dan frekuensi
mobilitas kendaraan, baik dalam jumlah maupun kecepatan (Depkes, 1995).
Selain kebisingan yang di timbulkan oleh lalulintas jalan, semakin
berkembangnya industri industri juga turut menjadi salah satu faktor penyebab
kebisingan. Peralatan industri yang digunakan biasanya menimbulkan suara
suara keras yang mengganggu pendengaran. Dampak yang dirasakan tidak

hanya pada pekerja saja, tetapi masyarakat sekitar yang bermukim di sekitar
kawasan industri juga merasakn dampak yan ditimbulkan dari kebisingan yang
ditimbulkan oleh industri itu.
Pengaruh buruk kebisingan, didefinisikan sebagai suatu perubahan
morfologi dan fisiologi suatu organisma yang mengakibatkan penurunan
kapasitas fungsional untuk mengatasi adanya stress tambahan atau peningkatan
kerentanan suatu organisma terhadap pengaruh efek faktor lingkungan yang
merugikan, termasuk pengaruh yang bersifat sementara maupun gangguan
jangka panjang terhadap suatu organ atau seseorang secara fisik, psikologis
atau sosial. Pengaruh khusus akibat kebisingan berupa gangguan pendengaran,
gangguan kehamilan, pertumbuhan bayi, gangguan komunikasi, gangguan
istirahat, gangguan tidur, psikofisiologis, gangguan mental, kinerja, pengaruh
terhadap perilaku permukiman, ketidak nyamanan, dan juga gan gguan berbagai
aktivitas sehari-hari (Mansyur, 2003).
Dampak dari kebisingan di lingkungan perumahan terhadap kesehatan
masyarakat antara lain gangguan komunikasi,gangguan psikologis, keluhan dan
tindakan demonstrasi, sedangkan keluhan somatik, tuli sementara dan tuli
permanen

merupakan

dampak

yang

dipertimbangkan

dari

kebisingan

dilingkungan kerja/ industri. Sedangkan gangguan kesehatan psikologis berupa


gangguan belajar, gangguan istirahat, gangguan sholat, gangguan tidur dan
gangguan lainnya (Depkes, 1995)4.

B. Tujuan
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah Pencegahan Pencemaran mengenai Kebisingan serta hal
hal lain yang menyangkut dengan kebisingan ini,
Disamping itu, dengan di buatnya makalah ini diharapkan mahasiswa
labih

dapat

memahami

tentang

kebisingan

serta

dampak

dan

cara

penanggulangannya. Kebisingan yang di maksud tidak hanya kebisingan yang di


timbulkan oeh kendaraan bermotor saja, tapi di sini agar mahasiswa sebagai
calon Engineer Proses mampu mendesain sebuah industri dengan kebisingan
yang minimal.

C. Masalah
Masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah tentang
kebisingan yang meliputi definisi kebisingan, sumber kebisingan, jenis dan
karakter kebisingan, dampak kebisingan, baku mutu standar kebisingan,
perhitungan dan pengukuran kebisingan, cara mereduksi / mengurangi
kebisingan, dan analisa study kasus kebisingan dalam industri.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kebisingan
Kebisingan di definisakan sebagai suara yang tidak dikehendaki yang
timbul dari berbagai peralatan peralatan, baik peralatan industri ataupun rumah
tangga yang dapat menimbulkan gangguan pada kesahatan, kenyamanan, dan
gangguan pada pendengaran bahkan dapt dapat menimbulkan ketulian.
Bising dalam kesehatan kerja diartiakan sebagai suara yang dapat
menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan ambang
pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran),
berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu. Intensitas
diartikan sebagai banyaknya arus energi yang diterima oleh pendengaran per
satuan luas, biasanya disebut desibel atau ditulis dBA. Frekuensi diartikan
sebagai jumlah getaran dalamtekanan suara yang diterima oleh pendengaran
per satuan waktu (Hertz per detik). Durasi diartikan sebagai waktu dari suatu
sumber suara atau bunyi yang diterima oleh pendengaran. Sedangkan pola
waktu adalah seberapa sering pendengaran menerima suara atau bunyi.
Namun secara sederhana kebisingan dapat didefinisikan sebagai suatu
suara yang menggangu orang yang sedang membaca atau mendengarkan
musik, maka suara itu adalah kebisingan bagi orang itu meskipun mungkin
orang lain tidak terganggu oleh suara tersebut.

B. Sumber Kebisingan
Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap
mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak.
Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan, diantaranya :
1. Industri
Kebisinga yang ditimbulkan industri dapat diklasifakasikan menjadi 3 macam,
yaitu :
a. Mesin, kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifatas penggunaan mesin
mesin industri

b. Vibarasi,

kebisingan

yang

ditimbulkan

oleh

akibat

getaran

yang

ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan


bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, batang torsi, piston, fan, bearing,
dan lain-lain.
c. Pergerakan udara, gas, dan cairan, kebisingan ini di timbulkan akibat
pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri
misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare
boom, dan lain-lain.
2. Perdagangan
Kebisingan yang ditimbulkan dari aktifatas perdagangan, misal aktifatas
pasar tradisional dan aktifatas pasar modern
3. Pembangunan
Kebisingan ini timbul dari aktifatas pembangunan yang sedang dilakukan,
misalnya kegiatan memadatkan tanah, penanaman tiang utama, pengadukan
semen, penghancuran material,dll.
4. Transportasi
Sumber kebisinga ini adalah yang paling sering ditemui diberbagai daerah
yang berasal dari kendaraan kendaraan yang digunakan oleh sebagian
besar masyarakat. Bahkan di kota besar sumber kebisingan ini adalah yang
nomor satu.
5. Kegiatan rumah tangga
Kebisingan ini timbul dari aktifatas rumah tangga.
6. Aktivatas khusus.
Kebisingan ini muncul akibat aktifitas khisi yang terjadi, misalnya suara
tembakan, ledakan, dan peristiwa alam.

C. Jenis dan Karakter Kebisingan


Berdasarkan sifat dan spaktrum frekuensi bunyi, kebisingan dapat di bagi atas :
1. Kebisingan yang kontinyu dengan frekuensi yang luas. Kebisinga ini relatif
tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut.
Misalnya mesin, kipas angin.
2. Kebisingan yang kontinyu dengan frekuensi yang sempit. Kebisingan ini juga

relatif tetap, akan tetapi ia mempunyai frekuensi yang tertentu saja (pada
frekuensi 500, 1000, 4000 Hz). Misalnya gergaji serkuler, katup gas.
3. Kebisingan yang terputus-putus (Intermitten). Kebisinga ini tidak terjadi secara
terus menerus, melaunkan ada periode relatif tenang. Misalnya kebisingan lalu
lintas, kebisingan di apangan terbang.
4. Kebisingan impulsif. Kebisingan jenis ini memiliki perubahan tekanan suara
melebihi 40 dB dalam waktu cepat dan biasanya mengejutkan pendengaran.
Misalnya suara tembakan, ledakan petasan, bom, atau meriam.
5. Kebisingan impulsif berulang. Sama dengan kebsingan impulsig hanya saj
terjadi secara berulang-ulang. Misalnya mesin tempa.
Kebisingan berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia dapat di bagi menjadi :
1. Kebisingan yang menggangu (Irritating Noise). Kebisingan yang intensitasny
atidak terlalu keras. Misalnya mendengkur
2. Kebisingan yang menutupi (Masking Noise). Merupakan bunyi yang
menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja, kerena teriakan atau
isyarat tanda bahaya tertutupi oleh oleh kebisingan yang berasal dari suara
lain.
3. Kebisingan yang merusak (Damaging / Inforious Noise). Adalah bunyi yan
intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau
menurunkan fungsi pendengaran. Misalnya suara ledakan.

D. Dampak Kebisingan
Kebisingan

menyebabkan

berbagai

gangguan

terhadap

yang

mendengrnya, baik itu tenaga kerja di suatu industru atau mesyarakat luas yang
secara tidak langsung juga mendengar kebisingan dariberbagai sumber,
gangguan tersebut seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan
komunikasi dan ketulian, atau ada yang menggolongkan gangguannya berupa
gangguan auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan
non auditory seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan,
menurunnya performance kerja, kelelahan dan stress.

Lebih rinci lagi maka dapat disimpulkan dampak dari kebisingan terhadap
tenaga kerja suatu industri dan masyarakat luas yang mendengr kebisingan
secara tidak langsung :
1. Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila
terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa
peningkatan tekanan darah ( 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi
pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala.
Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular
dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo.
Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan
bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin,
tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.
2. Gangguan Psikologis
Ganggian

psikologis

dapat

berupa

rasa

tidak

nyaman,

kurang

konsentrasi, susah tidur, emosi, dan lain-lain. Pemaparan dalm jangka


waktu lama dapt menyebabkan penyakit, psikosomatis seperti gastriris,
penyakit jantung koroner, dan lain-lain.
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan,
bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang
belum berpengalaman. Gangguan kominikasi ini swcra tidak langsung
akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamtan dan kesehatan
tenaga kerja, karena tidk mendengar teriakan atau isyarat bahaya.
Sedangkan bagi masyarakat luas yang mendengar secara tidak
langsung terhadap kebisingan maka gangguan komunikasi ini dapat
meningkatkan pendengaran secara kuantitatif. Sehingga komunikasi
pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak.
4. Gangguan Keseimbangan
Gangguan keseimbangan ini menyebabkan gangguan fisiologis seperti

sakit kepala, pusing, mual, dan lain-lain.


5. Gangguan Terhadap Pendengaran (Ketulian)
Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh kebisingan,
gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius
karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian.
Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi
bila bekerja terus menerus di tempat bising tersebut maka daya dengar
akan menghilang secara menetap atau tuli.

Menurut definisi kebisingan, apabila suatu suara menggangu orang yang


sedang membaca atau mendebgarkan musik, maka suara itu adalh kebisingan
bagi orang itu meskipun mungkin orang lain tidak terganggu oleh suara
tersebut. Meskipun pengaruh suara banyak kaitanny adengan faktor-faktor
psikologis dan emosional, ada kasus-kasus diman akibat-akibat serius seperti
kehilangan pendengaran terjadi kerena tingginya tingkat kenyaringan suara
pada tingkat tekanan suara berbobot A atau karena lamany atelinga perpasang
atau mendengar kebisingan tersebut.

E. Buku Mutu Tingkat Kebisingan


Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan
(KepMenLH No.48 Tahun 1996). Baku tingkat kebisingan (Nilai Ambang
Batas,NAB) peruntukan kawasan/lingkungan dapat dilihat pada tabel dibawah
ini (KepMenLH No.48 Tahun 1996) :

Gambar 1:Daerah sesuai denga titik kebisingan yang di izinkn


Sumber:http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2008/05/8-kebisingan-noise.pdf

Gambar 2:Tingkat Kebisingan yang Diizinkan


Sumber:http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2008/05/8-kebisingan-noise.pdf

Untuk lebih jelasnya lihat di bawah ini :

Gambar 3:Tingkat kebisingan yang diizinkan untuk kawasan kesehatan

Dan

kebisingan

yang dapat

diterima oleh

tanaga

kerja

tanpa

mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari


untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu yaitu 85 dB(A)
(KepMenNaker No.51 Tahun 1999, KepMenKes No.1405 Tahun 2002). Pada
KepMenNaker No.51 Tahun 1999, NAB dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Waktu pemajanan per Intensitas
hari

kebisingan

dB(A)
8

Jam

85

88

91

94

30

Menit

97

15

100

7.5

103

3.75

106

1.88

109

0.94

112

28.12

Detik

115

14.06

118

7.03

121

3.52

124

1.76

127

0.88

130

0.44

133

0.22

136

0.11

139

Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dB(A)


walaupun sesaat
Tabel 1:Baku mutu kebisingan bagi pekerja
Sumber:http://hseclubindonesia.wordpress.com/2006/10/13/kebisingan-serta-pengaruhnya-terhadapkesehatan-dan-lingkungan/

Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan


perlu diambil tindakan seperti penggunaan peredam pada sumber bising,
penyekatan, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, pembuatan bukit
buatan ataupun pengaturan tata letak ruang dan penggunaan alat pelindung
diri sehingga kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan.

F. Pengukuran dan Perhitungan Tingkat Kebisingan


Metoda pengukuran tingkat kebisingan menurut Keputusan Menetri
Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 25 Nopember 1996 tentang
Metoda Pengukuran, Perhitungan, dan Evaluasi Tingkat Kebisngan Lingkungan
ada dua cara, yaitu:
1. Cara Sederhana
Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi db
(A)selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan
dilakukan setiap 5 (lima) detik.
2. Cara Langsung
Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas
pengukuran LTMS, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik,
dilakukan pengukuran selama 10 (sepuluh) menit. Waktu pengukuran
dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dencan cara pada siang hari
tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 10 jam (LS) pada selang waktu
06.00 - 22. 00 dan aktifitas dalam hari selama 8 jam (LM) pada selang
22.00 -06.00. Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu
tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada
siang hari dan pada malam hari paling sedikit 3 waktu pengukuran,
sebagai contoh :
L1 diambil pada jam 7.00 mewakli jam 06.00 - 09.00
L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 - 11.00
L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 - 17.00
L4 diambil ada jam 20.00 mewakili jam 17.00.- 22.00
L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 - 24.00
L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 - 03.00

L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 - 06.00


Keterangan :
Leq : Equivalent Continuous Noise Level atau Tingkat Kebisingan
Sinambung Setara ialah nilai tertentu kebisingan dari kebisingan yang
berubah-ubah (fluktuatif selama waktu tertentu, yang setara dengan
tingkat kebisingan dari kebisingan yang ajeg (steady) pada selang waktu
yang sama.Satuannya adalah dB (A).
LTMS = Leq dengan waktu sampling tiap 5 detik
LS = Leq selama siang hari
LM = Leq selama malam hari
LSM = Leq selama siang dan malam hari.

Gambar 4 : Sound Level Meter

Sedangkan metoda perhitungan tingkat kebisingan menurut Keputusan


Menetri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 25 Nopember 1996
tentang Metoda Pengukuran, Perhitungan, dan Evaluasi Tingkat Kebisngan
Lingkungan adalah sebagai berikut :
LS dihitung sebagai berikut :
LS = 10 log 1/16 ( T1.10 01L5 +.... +T4.1001L5) dB (A)
LM dihitung sebagai berikut :
LM = 10 log 1/8 ( T5.10 01L5 +.... +T7.1001L5) dB (A)
Untuk mengetahui apakah tingkat kebisingan sudah melampaui tingkat
kebisingan maka perlu dicari nilai LSM dari pengukuran lapangan. LSM dihitung
dari rumus :
LSM = 10 log 1/24 ( 16.10 01L5 +.... +8.1001L5) dB (A)

G. Pengendalian Kebisingan
Pengendalian kebisingan merupakan cara bagaimana dapat mencegah
pengaruh kebisingan terhadap kesehatan psikologis maupun fisiologis manusia,
beberapa pengendalian kebisingan diantaranya adalah
Pengendalian kebisingan aktif (active noise control)
Pengendalian ini dilakukan dengan mengenali sumber dari kebisingan.
Pengontrolan dilakukan dengan mengurangi kebisingan yang ditimbulkan
dengan memperbaiki sumber bising atau mengganti komponen sumber
bising

sehingga

suara

yang

dihasilkan

akan

menjadi

kebih

kecil

(menguranggi tingkat kebisingan), dapat juga dilakukan pemasangan


peredam akustik.
Pengendalian kebisingan pasif (passive noise control).
Pengontrolan dilakukan dengan mengurangi kebisingan yang ditimbulkan
dengan pengendalian medium perambatanya. Hal ini dilakuakan untuk
menghalangi suara mencapai telingga manusia. Untuk menghalangi dapat
ditempatkan sound barrier antara sumber suara dan telingan. Ini dengan
memanfaatkan material yang mampu menyerap suara dan tidak beresonansi
dengan sumber suara

Usaha terakhir untuk mengendalikan kebisingan dengan melakukan usaha


proteksi secara personal. Proteksi personal yang bisa diterapkan adalah
penggunaan earplugs dan earmuffs. Pemilihan antara kedua proteksi ini
disesuaikan dengan kondisi. Secara umum, penggunaan earmuffs bisa
mengurangi desibel yang masuk ke telinga lebih besar dari earplugs.

Sedangkan pada skala industri, pengendalian kebisinan berhubungan


dengan alat atau mesin yang digunakan dalam industri tersebut. Pada Active
Noise Control dapat dilakukan dengan Kontrol pada Sumber. Pengendalain
kebisingan pada sumber dapat dilakukan dengan modifikasi sumber, yaitu
penggantian komponen atau mendisain ulang alat atau mesin supaya
kebisingan yang ditimbulkan bisa dikurangi. Program maintenance yang baik
supaya mesin tetap terpelihara, dan penggantian proses. Misalnya mengurangi
faktor gesekan dan kebocoran suara, memperkecil dan mengisolasi elemen

getar, melengkapi peredam pada mesin, serta pemeliharaan rutin terhadap


mesin. Tetapi cara ini memerlukan penelitian intensif dan umumnya juga butuh
biaya yang sangat tinggi (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar, 2003). Beberapa
upaya untuk mengurangi kebisingan di sumber antara lain (Tambunan, 2005):

Mengganti mesin-mesin lama dengan mesin baru dengan

tingkat

kebisingan yang lebih rendah

Mengganti jenis proses mesin (dengan tingkat kebisingan yang lebih


rendah) dengan fungsi proses yang sama, contohnya pengelasan
digunakan sbg penggantian proses riveting.

Modifikasi tempat mesin, seperti pemberian dudukan mesin dengan


material-material yang memiliki koefisien redaman getaran lebih tinggi.

Pemasangan peredam akustik (acoustic barrier) dalam ruang kerja

Sedangkan untuk meredam kebisingan di daerah perkotaan, hutan kota


adalah solusi terbaik yang ada. Peredaman kebisingan dapat dilakukan dengan
menanam tanaman berupa rumput, semak dan pepohonan. Jenis tumbuhan
yang efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal
dengan daun yang rindang. Dengan menanam tanaman dengan berbagai strata
yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan. Dedaunan
tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95%. Tanaman selain dapat
meredam kebisingan, pada saat tertiup angin dapat menghasilkan suara. Dan
hal lain yang tek kalah penting sebagai peredam kebisingan, hutan kota juga
dapat berperan sebagai paru-paru kota yang dapat membuat udara di
perkotaan terasa sejuk dan jauh dari polusi.

H. Studi Kasus Kebisingan


Jakarta, Kompas -

Pajanan

bising

dan

getar terus-menerus bisa

mengganggu pendengaran dan keseimbangan. Oleh karena itu, Pemerintah


Indonesia perlu menerapkan peraturan perlindungan kerja dan pemantauan
ketat, termasuk melindungi fungsi pendengaran dan keseimbangan untuk
mencegah penyakit akibat kerja dan terjadinya kecelakaan kerja.

Sebagai negara industri yang sedang berkembang, Indonesia banyak


menggunakan peralatan industri yang dapat membantu mempermudah
pekarjaan. Masalhnya, kemudian timbul kebisingan di lingkungan kerja yang
bisaberdampak buruk bagi kesehatan pekerja.
Tempat kerja yang bising dan penuh dengan getaran dapat menggangu
pendengaran dan keseimbangan para pekerja. Gangguan yang tidak di cegah
maupun diatasi dapat menimbilkan kecelakaan, baik bagi pekerja maupun
orang disekitarnya. Masalh ini perlu lebih diperhatikan untuk menghindarkan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Dilain sisi, dr Jenny Bashiruddin (44) bagian THT Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, yang memaparkan hasil penelitianny terhadap 350
pengemudi bajai di Jakarta. Bunyi dan getaran bajai diukur menggunakan
octave band analyzer dan vibrasimeter. Selanjutnya dilakukab pemeriksaan
klinis THT, tinggi dan berat badan, tekanan darah, dan gula darah. Sedangkan
fungsi keseimbangan diukur dengan posturografi dan audiometri.
Dari penelitian itu diketahui bahwa intensitas bising bajaj berkisar
antara 64 dB (desibel) sampai 96 dB, atau rata-rata 91 dB. Sedang rata-rata
akselerasi getar 4,2 m/dt2. "Semua

nilai

itu

keamanan

oleh

Occupational Safety and Health

yang

direkomendasikan

melebihi

ambang

batas

Administration (OSHA) da n Organisasi Kesehatan.


Dunia (WHO), yaitu intensitas bising rata-rata tidak lebih dari 85 dB
selama delapan jam per hari atau 40 jam per minggu, serta akselerasi getaran
tidak lebih dari 4 m/dt2. Akibatnya, 72,28 persen pengemudi bajaj yang diteliti
mengalami gangguan kesehatan, " papar Jenny. Rinciannya, pengemudi yang
mengalami gangguan keseimbangan dan pendengaran 27,43 persen, gangguan
pendengaran 17,14 persen, dan gangguan keseimbangan 27,71 persen. Yang
masih sehat hanya 27,72 persen.
Gangguan kesimbangan dan pendengaran dipengaruhi olehfaktor usia
lebih dari 40 tahun, masa kerja lebih dari 9 tahun, jam kerja per hari lebih dari 8
jam, bekas perokok berat dan kegemukan. Gangguan keseimbangan di
pengaruhi hal yang sama, hanya masa kerjanya 5 sampai 9 tahun, sedangkan
gangguan pendengaran hanya dipengaruhi oleh faktor usia lebih dari 40 tahun.

Bising dan getaran dapat merusak koklea telinga dalam sehingga menggangu
pendengaran. Kerusakan yang ditimbulkan saraf vestibuler ditelinga dalam, hal
ini yang menyebabkan gangguan di telinga dalam.
Berdasarkan faktor-faktor yang didapat pada penelitian, Jenny menyusun
skor resiko gangguan pendengaran dan keseimbangan. Skor itu bisa di
manfaatkan untuk menskrining pekerja di berbagai bidan lain yang berada di
lingkungan

bising

dan

getaran

sebagai

upaya

mencegah

gangguan

pendengaran dan keseimbangan.


Jenny meneliti gangguan pendengaran dan keseimbangan akibat kerja
meningkat dan maslah ini nelum mendapat perhatian penuh. Padahgal
dangguan ini menempati urutan pertama dala daftar penyakit akibat kerja di
Amerika dan Eropa dengan proporsi 35%. Diberbagai industri di Indonesia
angka ini berkisar antara 30-50%.
Seiring dengan kebutuhan pembangunan, penggunaan peralatan
industri yang menimbulkan bising dan getaran di negara berkembang,
termasuk Indonesia, makin lama akan makin bertambah. Hal ini perlu
diantisipasi untuk mencegah ke rugian sumber daya manusia dengan
melakukan

pemeriksaan

pekerja

serta

mengurangi gangguan dengan

menyediakan alat pelindung pendengaran serta peredam getaran.

BAB III
KESIMPULAN

Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan di


kota-kota besar. Bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat
mengganggu dan atau membahayakan kesehatan. Laporan WHO tahun 1988
sebagaimana yang disampaikan oleh Ditjen PPM & PLP, Depkes RI (1995),
menyatakan bahwa 8 - 12% penduduk dunia telah menderita dampak kebisingan
dalam berbagai bentuk dan diperkirakan angka tersebut terus akan meningkat,
dan pada tahun 2001 diperkirakan 120 juta penduduk dunia mengalami
gangguan pendengaran.
Kebisingan di definisakan sebagai suara yang tidak dikehendaki yang
timbul dari berbagai peralatan peralatan, baik peralatan industri ataupun rumah
tangga yang dapat menimbulkan gangguan pada kesahatan, kenyamanan, dan
gangguan pada pendengaran bahkan dapt dapat menimbulkan ketulian.
Kebisingan

menyebabkan

berbagai

gangguan

terhadap

yang

mendengrnya, baik itu tenaga kerja di suatu industru atau mesyarakat luas yang
secara tidak langsung juga mendengar kebisingan dariberbagai sumber,
gangguan tersebut seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan
komunikasi dan ketulian, atau ada yang menggolongkan gangguannya berupa
gangguan auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan
non auditory seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan,
menurunnya performance kerja, kelelahan dan stress.
Oleh karen aitu perlu adanya uoaya-upaya nyata yan dilakukan untuk
menimalkan kebisingan yang timbul dan tidak sampai mengganggu pendengaran,
yaitu dengan cara pengendalian kebisingan aktif (Active Noise Control),
pengendalian ini dilakukan dengan mengenali sumber dari kebisingan.
Pengendalain kebisingan pasif (Passive Noise

Control),

pengendalian

ini

dilakukan dengan mengenali sumber dari kebisingan, dan yang terakhir adalah
mengendalikan kebisingan dengan melakukan usaha proteksi secara personal.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin,

Munif.

2010.

Pengendalian

Kebisingan.

Available

online

at

http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2010/06/pengendalian-kebisingan.html.
Dipostkan pada 24 Juni 2010. Diakses pada 2 Oktober 2011 16.34

Ardiansyah, Supardi. 2011. Makalah kebisingan. Available online at :


http://bemfkmuit2010.blogspot.com/2011/01/makalah-kebisingan.html.
Dipostkan pada 1 Januari 2011. Diakses pada 2 Oktober 2011 16.21
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 11, NO. 1, JUNI 2007: 32-37
Oginawati, Kathrina. 2008.

Kebisingan (Noise). Available online at :

http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2008/05/8-kebisingan-noise.pdf.
Dipostkan pada 8 Mei 2008. Diakses pada 30 September 2011 21.34

Prabu.

2008.

Bunyi

dan

Kebisingan.

Available

online

at

http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/29/bunyi-dan-kebisingan/. Dipostkan
pada 29 Desember 2008. Diakses pada 30 September 2011 21.31

_____. 2009. Dmpak Kebisingan Terhadap Kesehatan. Available online at :


http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/05/dampak-kebisingan-terhadapkesehatan/. Dipostkan pada 5 Januari 2009. Diakses pada 30 September 2011
21.25

Susanto, Arif. 2006. Kebisingan Serta Pengaruhnya Terhadap Kesehatan dan


Lingkungan.

Available

online

at

http://hseclubindonesia.wordpress.com/2006/10/13/kebisingan-sertapengaruhnya-terhadap-kesehatan-dan-lingkungan/. Dipostkan pada 10 Juni


2006. Diakses pada 30 September 2011 21.20

Anda mungkin juga menyukai