Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat. Pertumbuhan
dipengaruhi faktor genetik, hormon, dan lingkungan. Meskipun secara umum, faktor lingkungan yang
memegang peranan sangat penting adalah zat hara dan suhu lingkungan, namun di daerah tropis zat
hara lebih penting dibanding suhu lingkungan. Zat hara meliputi makanan, air, dan oksigen,
menyediakan bahan mentah bagi pertumbuhan, gen mengatur pengolahan bahan tersebut dan hormon
mempercepat pengolahan serta merangsang gen.

Gambar 1.1. Pertumbuhan Ikan

Tidak semua makanan yang dimakan oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian
besar energi dari makanan digunakan untuk metabolisme basal (pemeliharaan), sisanya digunakan
untuk aktifitas, pertumbuhan, dan reproduksi. Dalam perjalanan menuju kedewasaan, badan suatu
makhluk hidup harus menghasilkan miliaran sel baru untuk jaringan, otot, dan organ tubuh yang sedang
tumbuh.

B. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang metabolisme, penggunaan
energi metabolisme, hormon pertumbuhan dan mitosis, serta efisiensi pertumbuhan.

C. KEGUNAAN
Proses pertumbuhan dan faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan merupakan
pengetahuan penting dalam pengembangan budidaya perikanan. Pengetahuan ini penting dalam
merekacipta teknologi mempercepat pertumbuhan. Bila organisme peliharaan memiliki pertumbuhan
cepat, berarti biaya produksi dapat dikurangi sehingga dapat memberikan profit yang lebih besar.

BAB II

PEMBAHASAN
A. METABOLISME

Gambar 2.1. Metabolisme


Metabolisme adalah semua reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh mahluk hidup, terdiri dari
anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah proses sintesis senyawa kimia kecil menjadi molekul
yang lebih besar, misalnya asam amino menjadi protein. Sedangkan katabolisme adalah proses
penguraian molekul besar menjadi molekul kecil, misalnya glikogen menjadi glukosa. Selain itu, proses
anabolisme adalah suatu proses yang membutuhkan energi, sedangkan katabolisme melepaskan
energi. Meskipun anabolisme dan katabolisme saling bertentangan, namun keduanya tidak dapat
dipisahkan karena seringkali hasil dari anabolisme merupakan senyawa pemula untuk proses
katabolisme.
Laju metabolisme dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik seperti terlihat pada tabel berikut :
ABIOTIK
Suhu
Salinitas
Oksigen
Karbondioksida
Amoniak
pH
Fotoperiode
Musim
tekanan

BIOTIK
Aktifitas
Berat
Kelamin
Umur
Kelompok (schooling)
Gelisah/stress
Puasa
Ratio makan

Proses metabolisme membutuhkan energi, sedangkan penyaringan energi dari makanan


membutuhkan oksigen. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur, oksigen, dan aktifitas
paling besar pengaruhnya terhadap metabolisme. Peningkatan suhu 10oC menyebabkan peningkatan
metabolisme 5-3 kali.
a. Peranan Adenosin Trifosfat

ATP terdapat di dalam sitoplasma dan nukleoplasma semua sel untuk digunakan dalam
mekanisme fisiologis dalam sel. ATP merupakan gabungan adenosin, ribosa, dan tiga radikal
fosfat. Seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.2. Rumus Bangun ATP


b. Metabolisme Karbohidrat
Hasil akhir dari pencernaan adalah glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga monosakarida ini
diabsorpsi masuk kedalam darah, dan setelah melalui hati, diangkut ke seluruh tubuh oleh sistem
sirkulasi dalam bentuk glukosa.
Fosforilase ini dipermudah oleh enzim heksokinase yang spesifik untuk setiap jenis
monosakarida; glukokinase mempermudah fosforilase glukosa, fruktokinase mempermudah
fosforilase fruktosa dan galaktokinase mempermudah fosforilase galaktosa.
Fosforilase monosakarida hampir seluruhnya irreversiabel kecuali dalam sel hati, epitel tubulus
ginjal,, dan sel epitel usus halus dimana terdapat fosfatase spesifik untuk reaksi sebaliknya. Pada
kebanyakan jaringan tubuh, fosforilase berperan menangkap monosakarida dalam sel. Sekali
berada didalam sel, monosakarida tidak dapat berdifusi kembali keluar sel kecuali sel sel khusus
yang memiliki fosfatase.
Setelah diabsorpsi oleh sel, glukosa dapat segera diubah menjadi energi atau dapat disimpan
dalam bentuk glikogen. Kecepatan transport glukosa ke dalam sel dipercepat oleh adanya hormon
insulin. Glikogenesis merupakan proses pembentukan glikogen dan sebaliknya glikogenolisis
merupakan pemecahan glikogen menjadi bentuk glukosa dalam sel.
Karbohidrat dalam tubuh dapat juga dibentuk dari asam amino dan gliserol. Kira kira 60%
asam amino dalam protein tubuh dapat diubah menjadi karbohidrat. Proses glukogenesis diaktifkan
oleh hormon glukokortikoid dari korteks adrenal khususnya kortisol dan tiroksin.
Alur penting dalam metabolisme karbohidrat adalah piruvat dapat diubah menjadi laktat tanpa
membutuhkan oksigen (glikolisis anaerob). Reaksi anaerobik ini pada akhirnya menghasilkan laktat
sehingga laktat akan terakumulasi (khususnya dalam jaringan otot) sampai oksigen dapat
dimanfaatkan.
c. Metabolisme Lipid

Lipid yakni lemak netral (trigliserida), fosfolipid, kolesterol dan beberapa senyawa lainnya yang
kurang penting. Secara kimia, tigliserida dan fosfolipid keduanya adalah asam lemak, yang
merupakan asam organik hidrokarbon sederhana berantai panjang.
Beberapa lipid disimpan dalam depot lemak sering sebagai trigliserida untuk kemudian
dipergunakan untuk menyediakan energi bagi proses metabolisme. Fosfolipid sebagai komponen
penting dalam pembentukan struktur membran sel sehingga esensial dalam membentuk jaringan
baru.
Lipid pada ikan tidak jenuh sebagaimana terdapat pada lemak mamalia, dapat dicerna dan
diasimilasi tapi biasanya tidak dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan atau untuk energi dan
hanya terakumulasi di dalam otot dan sebagai lemak organ dalam.
d. Metabolisme Protein
Sekitar tiga perempat zat pada tubuh adalah protein. Ada 21 jenis asam amino, 10 diantaranya
adalah asam amino esensial yang harus terdapat didalam makanan yaitu : treonin, lisin, metionin,
arginin, valin, penilalanin, triptopan, leusin, asoleusin, dan histidin. Selebihnya yaitu glisin, alanin,
serin, cistein, asam aspartik, asam glutamik, hidroxylisin, cystin, tirosin, prolin, dan hidroxyprolin.
Tubuh mengubah protein dalam makanan menjadi protein yang sesuai dengan kebutuhannya.
Secara kimia ada dua proses dasar harus diselesaikan untuk sintesis protein, yakni sintesis asam
amino dan konjugasi asam amino yang sesuai untuk membentuk masing masing jenis protein
pada setiap sel.
Jaringan hati merupakan salah satu organ besar yang mempunyai sistem khusus untuk
mengolah asam amino dan menyimpan protein dalam jumlah besar. Di dalam sel, organel yang
berperan dalam pengolahan asam amino adalah retikulum endoplasma dan kompleks golgi.
Segera setelah sintesis protein oleh ribosom, protein tersebut dilokalisasi dalam retikulum
endoplasma, selanjutnya ditranspor ke aparat golgi melalui vesikel secara bertahap untuk
pematangan dan disekresikan sesuai kebutuhan tubuh. Model pematangan ini juga berlaku bagi
pematangan membran plasma glikoprotein.
Namun demikian, sel tubuh memiliki batas tertentu dalam menimbun protein, bila telah
mencapai batas maksimal, setiap penambahan asam amino dalam cairan tubuh dipecahkan dan
digunakan untuk energi atau disimpan sebagai lemak. Degradasi ini hampir seluruhnya terjadi
didalam hati, dan dimulai dengan proses yang dikenal sebagai deaminasi (pembuangan gugus
amino dari asam amino) dan di ekskresikan sebagai amoniak (NH 3) atau ion amonium (NH4).
Amoniak yang dilepaskan waktu deaminasi dikeluarkan dari darah hampir seluruhnya dalam
bentuk urea.

B. BIOENERGETIK
Bioenergetik mempelajari penggunaan energi oleh organisme hidup. Bioenergetik melibatkan
beberapa sistem organ pada beberapa tingkat fungsi. Pada hewan, sumber energi adalah makanan,
tetapi energi dalam makanan tidak dapat digunakan sampai makanan tersebut dicerna dan diserap oleh

sistem pencernaan. Energi tersebut dilepaskan dari makanan melalui proses oksidasi, dilain pihak,
aspek molekuler dari pergerakan energi secara umum berasal dari metabolisme, dimana sebagian
besar berasal dari fungsi hati dan otot, juga osmoregulasi dan ekskresi produk produk buangan dari
mesin metabolik.
a. Penggunaan Energi
Pada keadaan cukup makanan, ikan akan mengkonsumsi makanan hingga memenuhi
kebutuhan energinya. Kebutuhan energi dipengaruhi oleh stadia dalam siklus hidupnya, musim,
dan faktor lingkungan lainnya. Ikan muda yang sedang tumbuh lebih banyak menggunakan energi
persatuan berat badannya dibandingkan ikan dewasa, karena energi dibutuhkan bukan hanya
untuk aktifitas dan pemeliharaan, tetapi juga untuk pertumbuhan. Selain itu pematangan gonad
pada ikan dewasa juga menyebabkan peningkatan kebutuhan energi.
Menurut Gilbert (1988), pada beberapa organisme, suplai makanan dan oksigen tergantung
pada difusi permukaan, sedangkan ratio permukaan dan volume menurun seiring dengan
pertumbuhan organisme. Karena itu, jika terjadi pertambahan ukuran badan menjadi dua kali lipat,
maka rasio permukaan dan volume menjadi setengahnya. Dengan demikian, penggunaan energi
berkurang, yang ditandai dengan pengurangan konsumsi oksigen per mg berat badan.
b. Efisiensi Energi
Efisiensi energi yang digunakan diekpresikan secara umum dengan persamaan oleh
Alexander (1967 dalam Smith 1982) sebagai berikut :
uF = g (G + H) + R + S
dengan catatan :
F = jumlah makanan yang dimakan
G = pertumbuhan (produksi jaringan baru)
H = gamet gamet
R = metabolisme dasar
S = aktivitas
Faktor u merupakan jumlah makanan yang masuk dengan nilai khusus adalah (0.8, sisanya
0.2 adalah nilai makanan yang menjadi feses, urine, atau amoniak (diekskresikan oleh ginjal),
diluar energi yang untuk metabolisme.
Seleksi alam dapat menghasilkan perubahan yang besar dalam pertumbuhan dan reproduksi
yang dibutuhkan secara relatif dalam efisiensi bioenergetik. Pertumbuhan dan reproduksi terlihat
merupakan rangkuman dan integritas ikan yang merupakan kombinasi antara kapabilitasnya
dengan lingkungan.

C. HORMON PERTUMBUHAN DAN MITOSIS

Ada dua cara untuk meningkatkan ukuran suatu organ. Pertama, jumlah sel tetap tetapi
volume sel bertambah (Hipertrofi). Kedua, melalui mekanisme peningkatan jumlah sel (hiperflasi).
Hipertrofi sering ditemukan pada sel sel yang tidak dapat membelah, misalnya pada jaringan adiposa.
Sebaliknya, pada jaringan dengan sel sel yang memiliki kemampuan membelah cenderung
meningkatkan ukuran dengan mitosis. Mitosis adalah pembelahan satu sel induk menjadi dua sel anak
dengan susunan kromosom yang sama benar dengan sel induk.
Pertumbuhan jaringan atau organ, selain dipengaruhi kualitas makanan juga dipengaruhi oleh
hormon pertumbuhan. Hormon pertumbuhan meningkatkan transport asam amino melalui membran
atau mempercepat proses kimia sintesis protein sehingga protein jaringan bertambah. Selain itu,
hormon pertumbuhan juga bekerja pada metabolisme lemak dari depot lemak, sehingga memungkinkan
lemak tersedia dalam bentuk energi. Hal ini selanjutnya mengurangi keccepatan oksidasi asam amino
dan akibatnya meningkatkan jumlah asam amino jaringan yang disintesis menjadi protein.
Untuk mengontrol pertumbuhan, tubuh juga menghasilkan faktor penghambat pertumbuhan.
Faktor penghambat pertumbuhan ini secara umum menghambat pembelahan sel, misalnya pada sel
epidermal. Pada hewan dewasa, mitosis pada bagian ini berjalan sangat lambat. Pembelahan sel
hanya terjadi bila ada kerusakan spesifik pada sel, misalnya terluka. Sel yang rusak tersebut
melepaskan stimulator untuk pembelahan sel, dan hanya mempengaruhi sel tetangganya.

D. EFISIENSI PERTUMBUHAN
Sebagian besar siklus operasional budidaya ikan memperhitungkan jumlah pakan yang
dimakan dengan pertumbuhan ikan. Pendugaan jumlah ikan dalam kolam dan mengestimasi biomassa
dapat digunakan dasar untuk menentukan jumlah pakan yang diberikan dan untuk mengevaluasi
kualitas pakan, ratio konversi pakan dapat diduga dengan rumus :
jumlah pakan yang dimakan selama interval waktu tertentu
pertambahan berat badan selam interval waktu tersebut
Semakin kecil rasio konversi pakan, semakin cocok makanan tersebut menunjang pertumbuhan ikan
peliharaan, sebaliknya semakin besar rasio konversi pakan menunjukkan pakan yang diberikan tidak
efektif memicu pertumbuhan.
Menurut Smith (1982), penggunaan ratio konversi pakan dengan menggunakan pertambahan
berat basah ikan seringkali kurang tepat, karena badan ikan juga terdiri atas air. Karena itu, pada
beberapa kasus ratio konversi dihitung dengan menggunakan berat kering. meskipun dalam
penerapannya, metode ini kurang praktis karena membunuh ikan, kemudian menganalisis sampel,
tetapi nilai efisiensi bioenergetik yang diberikan lebih aktual.
Rasio berat kering dapat digunakan untuk menghitung efisiensi pertumbuhan, yakni dengan rumus :

selisih pertambahan berat kering


rasio konversi pakan (berat kering)

X 100%

Pengukuran efisiensi pertumbuhan, baik dilakukan dengan menganalisis kualitas makanan, dalam
hubungannya dengan jenis ikan tertentu. Setiap jenis ikan mengkin memiliki respon yang berbeda
terhadap makanan yang sama.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat. Pertumbuhan dipengaruhi
faktor genetik, hormon, dan zat hara. Ketiga faktor tersebut bekerja saling mempengaruhi, baik dalam arti saling
menunjang maupun saling menghalangi, untuk mengendalikan urutan dan penjadwalan perkembangannya. Zat

hara, yakni makanan, air, dan oksigen menyediakan bahan tersebut dan hormon mempercepat pengolahan serta
merangsang gen.
Makanan yang penting bagi pertumbuhan, adalah protein, karbohidrat, lipid, mineral, dan vitamin,
ditambah air dan oksigen. Di antara bahan tersebut, vitamin dan mineral diperoleh dalam keadaan siap pakai.
Protein, karbohidrat, dan lipid harus dihancurkan terlebih dahulu menjadi zat yang lebih sederhana di dalam
saluran pencernaan sebelum dapat dipakai dan dimanfaatkan oleh masing masing sel. Protein dipecahkan
menjadi glukosa dan lipid dipecah menjadi asam lemak dan gliserol. Bahan bahan ini kemudian diserap
kedalam darah dan dibawa ke sel yang membutuhkan.
Di dalam sel, asam amino, asam lemak, gliserol, serta mineral disintesis menjadi senyawa baru sesuai
keperluannya. Sintesis senyawa baru dan pemecahan kembali senyawa tersebut berguna untuk menyiapkan
energi dan bahan bagi proses pertumbuhan.
Pertumbuhan jaringan atau organ, selain dipengaruhi kualitas makanan, juga dipengaruhi hormon
pertumbuhan, baik faktor perangsang pertumbuhan maupun menghambat pertumbuhan. Kedua hormon ini
memiliki peran yang saling bertentangan, faktor perangsang pertumbuhan berperan mengaktivasi pembelahan
sel, sebaliknya faktor penghambat pertumbuhan, menghambat pembelahan sel.

Anda mungkin juga menyukai