Anda di halaman 1dari 41

Apa Penyebab Banjir Bandeng Wasior

Sesungguhnya, Penggundulan Hutan


atau Hujan Lebat?
OPINI | 14 October 2010 | 06:32

Dibaca: 2311

Komentar: 29

Silang pendapat kembali terjadi terkait dengan penyebab bencana banjir bandeng di Wasior,
Papua Barat. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membantah musibah diakibatkan
pembalakan liar. Bantahan itu didasarkan pada laporan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) Syamsul Muarif.
Sebelumnya, sejumlah LSM peduli pelestarian hutan melansir eksploitasi hutan Wasior secara
berlebihan sebagai penyebabnya. Sementara Menhut Zulkifli Hasan menyatakan, alam punya
cara tersendiri untuk membalas terjadinya pembalakan liar.
Sementara itu Walhi tidak setuju jika banjir bandang tersebut semata-mata hanya peristiwa alam
saja. Pasca banjir, tim Walhi di lapangan menemukan puluhan ribu kayu gelondongan di 8 daerah
diantaranya Wasior satu dan dua serta Kampung Rado. Menurut Irhash Ahmady, manajer bidang
bencana Walhi, Kerusakan hutan ini diduga dilakukan oleh perusahaan penguasaan hutan yaitu
PT Wapoga Mutiara Timur dan PT Darma Mukti Persada. Mereka merupakan pemain lama di
daerah Manokwari dan sekitarnya sejak tahun 1990-an.
Setiap terjadi bencana alam yang menewaskan sejumlah orang dan memorak-porandakan
infrastruktur, silang pendapat seperti itu selalu terjadi. Di satu sisi, para pegiat pelestarian alam
bersikukuh bencana alam dalam berbagai bentuk dan intensitasnya itu sebagai dampak dari
terganggunya ekologi. Berubahnya keseimbangan dalam hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dengan kondisi alam sekitar dan lingkungannya. Sedang di sisi lain, pemerintah selalu
terkesan mengelak atau menepis adanya tuduhan tersebut.
Namun kemungkinan besar yang terjadi adalah gabungan dari keduanya, yaitu adanya
penggundulan hutan yang berlebihan, yang disertai dengan hujan lebat yang luar biasa. Bahkan
bias ditambah factor ketiga, yaitu letak Kota Wasior yang paling rendah, pas banget sebagai
pusat dari semua aliran sungai dari pegunungan di atasnya
Apa pun penyebab banjir bandang di Wasior itu, yang pasti musibah itu telah menyentak nurani
berbangsa kita. Demikian dahsyatnya sehingga 100 orang lebih meninggal dunia dan ratusan
lainnya dinyatakan hilang. Bencana ini mengundang pula perhatian masyarakat internasional.
Salah satu di antara tokoh dunia yang menyatakan keprihatinannya adalah Menlu AS Hillary
Rodham Clinton.
Salah Satu Pihak Pasti Salah
Bila ada dua pendapat yang saling berseberangan sebagaiaman penyebab banjir bandang Wasior

ini, tidak mungkin keduanya benar. Salah satu pihak pasti ada yang salah Tidak mungkin
penyebab bencana itu karena terjadinya penebangan hutan sekaligus diakaibatkan karena tidak
adanya penggundulan hutan.
Saat artikel ini dibuat Kamis siang 14 Oktober 2010, Presiden SBY beserta rombongan sedang
berada di Wasior. Sekali Presiden menyatakan bahwa bencana tersebut bukan karena adanya
kerusakan hutan. Kita sebagai rakyat hanya bisa bingung. Namun dari materi yang terlihat di
siaran televisi saat banjir bandeng terjadi, tampak kayu-kayu balok besar ikut hanyut dan
menerjang apapun yang dilandanya, termasuk rumah-rumah rakyat. Ini merupakan fakta yang
tak terbantahkan bahwa hutan di hulu Wasior sudah rusak berat.
Sayangnya kita tidak pernah melihat tayangan bukti bahwa hutan-hutan di sekitar Wasior di
Provinis Papua Barat itu memang masih utuh dan lestari. Bukankah Kemeterian Kehutanan dan
TNI AU mempunyai banyak pesawat kecil atau helicopter atau foto satelit yang dapat memotret
dari keadaan yang sesungguhnya dari hutan di hulu District Wasior. Sungguh aneh dan ajaib.
Apakah ini merupakan salah satu bentuk dari pencitraan dalam pemerintahan SBY yang semakin
hari semakin amburadul ini?
Jumlah Korban dan Pengungsi
Terlepas dari silang pendapat tersebut di atas, yang jelas banjir bandang Wasior itu menyebakan
Kota Wasior secara fisik lebih 80 persen hancur total. Sebagian besar sarana dan prasaran rusak
termauk gedung-gedung pemerintahan, sekolah dan rumah-rumah ibadah.
Lebih 150 orang meninggal dunia dan lebih sertus lainnya masih dinyatakan hilang. Jumlah
pengungsi lebih lima ribu orang. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menampung
sedikitnya 4.771 pengungsi korban banjir bandang Wasior di Manokwari yang tersebar di
berbagai lokasi. BNPB juga mencatat 355 pengungsi ditampung di Nabire.
Selain di Manokwari dan Nabire, BNPB juga mendata 2.652 pengungsi masih bertahan di
Wasior, tempat bencana banjir bandang terjadi beberapa waktu lalu. Mereka tersebar di enam
lokasi penampungan pengungsi.
Bantuan Yang Diperlukan
Yang diperlukan rakyat Wasior, lebih-lebih yang kehilangan saudara dan rumah tempat
tinggalnya adalah bantuan dalam segala bentuk materi, bukan hanya bantuan untuk keperluan
makan dan minum sehari-hari, tetapi juga bantuan pengobatan, sanitasi, serta normalisasi
kehidupan lingkungan sehingga Wasior berdenyut lagi. Tidak berlama-lama menjadi kota mati.
Tidak terlalu berlebihan bila kita mengingatkan, penanganan yang terkesan lamban atas derita
rakyat dan pemulihan lingkungan Wasior, akan dapat menghadirkan isu negatif. Bahkan bukan
tidak mungkin berkembang menjadi isu sensitif, mengingat masih adanya kelompok masyarakat
Papua sperti Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang selalu berusaha memanfaatkan kelemahan

dan kelengahan pemerintah untuk kepentingan politiknya.


Kita berharap bahwa kunjungan Presiden dan rombongan ke Manokwari dan Wasior, yang
walaupun cukup terlambat (lebih dari dua minggu setelah terjadinya banjir), akan mampu
memberi harapan pembangunan kembali Kota Wasior, sehingga layak huni untuk menarik
penduduk Wasior untuk kembali ke kotanya.
Semoga
Depok, 14 Oktober 2010
Bakaruddin Is

Selamat Datang di Buletin Konservasi Kepala Burung (Bird's Head) Blog


"sebuah Blog yang berisi artikel-artikel seputar konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya, dan merupakan media informasi, komunikasi,

sosialisasi antar sesama rimbawan dalam menegakkan panji-panji


Konservasi..."
Bagi Bapak/Ibu/Sdr/Sdri/Rekan-Rekan Sekalian yang ingin menyampaikan artikelnya seputar
Konservasi atau ingin ditampilkan pada Blog ini, dapat mengirim artikel tersebut ke Email
Tim Redaksi Buletin : buletinkepalaburung@gmail.com atau ke Operator atas nama Dony
Yansyah : dony.yansyah@gmail.com

Selasa, 22 Februari 2011

Belajar dari Banjir Bandang Wasior (Edisi 8 2010)

Flood Assassin (banjir pembunuh) merupakan istilah yang diberikan terhadap


kejadian banjir bandang yang terjadi pada tanggal 4 Oktober 2010 di Wasior
Kab. Teluk Wondama dengan waktu kejadian yang singkat mampu menelan
korban jiwa hingga ratusan orang meninggal dunia dan korban harta benda
lainnya ditaksir sekitar Rp 300 miliar. Apa sebenarnya penyebab banjir bandang
tersebut ? berikut penjelasannya :
Apakah banjir bandang
Banjir bandang adalah banjir di daerah permukaan rendah yang isebabkan oleh
hujan deras dalam waktu singkat, disebabkan oleh badai yang bergerak lambat,
badai berulang kali bergerak atas area yang sama, atau hujan deras dari badai
dan badai tropis. Umumnya kejaidan banjir bandang kurang dari 6 jam. Banjir
bandang biasanya ditandai dengan aliran air yang deras setelah hujan lebat
yang melalui dasar sungai, jalanjalan perkotaan, atau ngarai gunung dan
menyapu segala sesuatu di depan mereka. Banjir bandang dapat terjadi dalam
menit atau beberapa jam dari curah hujan yang berlebihan. Banjir bandang juga
dapat terjadi bahkan jika tidak ada hujan sekalipun, misalnya setelah tanggul
atau bendungan yang jebol, atau setelah air yang tibatiba dilepaskan oleh
puingpuing atau bongkahan es.
Bagaimana banjir bandang terjadi
Bebarapa faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya banjir bandang. Dua
element kunci yaitu insensitas hujan dan durasi hujan. Intensitas adalah jumlah
dari curah hujan dan durasi adalah berapa lama hujan terjadi. Selain itu
topografi, kondisi tanah dan penutup tanah juga memainkan peranan penting.
Banjir bandang terjadi dalam beberapa menit atau beberapa jam dari curah
hujan yang berlebihan, kegagalan bendungan atau tanggul, atau pelepasan
tibatiba air yang dihasilkan oleh jebakan es. Banjir bandang dapat
menggelindingkan batu, mencabut pepohonan, menghancurkan bangunan dan
jembatan. Cepatnya air naik dapat mencapai ketinggian 10 meter atau lebih.

Selain itu, banjir bandang yang disebabkan hujan juga dapat memicu bencana
tanah longsor.
Kejadian Banjir Bandang Wasior
Banjir bandang wasior terjadi pada hari Senin tanggal 4 Oktober 2010 jam
08.30 WIT dengan lokasi di 2 Distrik yaitu Distrik. Wasior (desa. Wasior I,
Wasior II, Rado, Moru, Maniwak, Manggurai dan Wondamawi) dan Distrik.
Wondiboy (Desa Wondiboy). Akibat/Korban Korban meninggal 95 orang, luka
berat 185 orang (125 dirawat RSUD Nabire dan 53 orang RSUD Manokwari, 6
orang di RSAL Manokwari, 1 orang dievakuasi keluar Papua Barat) dan luka
ringan 535 orang. Sedangkan korban hilang tercatat 76 orang. Sementara itu,
pengungsi yang telah terdata sebanyak 2.129 jiwa ( 1.994 jiwa di Manokwari
dan 135 jiwa di Nabire). Kerusakan rumah 31 unit rusak berat/hanyut, sarana
kesehatan 1 unit rumah sakit rusak berat, sarana pendidikan 2 unit sekolah
rusak berat, jalan 1 ruas rusak berat, jembatan 4 unit rusak berat, dan hotel 1
unit rusak berat.
Letak dan Posisi
Secara administratif lokasi banjir terletak di Kabupaten Teluk Wondama terdiri
yang dari 7 distrik dan 53 kampung/desa dengan luas daerah seluruhnya
berjumlah 4.996 Km2. Daerah tersebut sebelah utara berbatasan dengan
Samudera Pasifik, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Fakfak,
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sorong Selatan dan sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Paniai. Secara geografis terletak pada posisi
koordinat 134o 01' 49 134o 57' 5 BT dan 1o 58' 27 3o 00' 32 LS.
Gambar 1. Lokasi Banjir Bandang Wasior

Kondisi Biofisik Lokasi


Lokasi kejadian banjir bandang di Kabupaten Teluk Wondama termasuk dalam
daerah aliran sungai (DAS) Sobei dengan luas 48.120,77 hektar yang terbagi
menjadi 9 (sembilan) Sub DAS 5 (lima) diantaranya yang terkena dampak
banjir yaitu DAS Rado seluas 2.308 ha, DAS Sanduai seluas 2.275 ha, Angris
yang luasnya 1.323 ha, DAS Manggurai mencakup 2.065 ha, dan DAS Wanayo
seluas 1.638 ha, disamping empat DAS kecil diantara DAS yang lebih besar
tersebut (Gambar 2).
Gambar 2. Peta DAS-DAS Pemasok Banjir dan Daerah Kebanjiran
(Sepanjang Dataran Pinggir Wasior), Sumber Google

Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan adalah setiap campur tangan manusia terhadap lahan dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual (Arsyad,
1989). Karakteristik penggunaan lahan yang terdapat di DAS Sobei diperoleh
dari interpretasi citra Landsat ETM tahun 2006, serta cek lapangan pada bulan
Oktober 2010. Berdasarkan hasil interpretasi dan cek lapangan, maka jenis
penggunaan lahan di lokasi DAS Sobei sebagian besar didominasi oleh hutan
lahan kering primer dengan luasanmencapai 45.294 hektar atau 93,25 % dan
kondisinya masih bagus belum ada campur tangan dari manusia karena
merupakan kawasan suaka alam terletak di perbukitan dengan lereng yang
curam, sementara di bagian bawah umumnya untuk pertanian lahan kering dan
sebagian dirubah menjadi pemukiman penduduk.
Tabel 1. Penggunaan Lahan di DAS Sobei

Kondisi Daerah Tangkapan Air atau DAS


Berdasarkan informasi dari pensiunan kehutanan yang mengikuti survey
burung tahun 1980an mengatakan bahwa jalan rintisan tidak melalui jalur
sungai, karena sangat terjal, tetapi mengikuti pungggung bukit. Wilayah yang
berat rintisannya adalah DAS Angris.
Lebih lanjut diceritakan bahwa kondisi tutupan hutan masih murni tidak
terganggu; namun dijumpai pohon tumbang dengan posisi akar di atas. Kondisi
tutupan lahan dari foto penerbangan Wasior Manokwari seperti Gambar 3.
Gambar 3. Kondisi Penutupan Lahan DASDAS di Wasior (Foto: Paimin, Okt.
'10) Topografi/Lereng rata-rata

Topografi/Lereng ratarata
Topografi merupakan konfigurasi permukaan bumi yang dikontrol oleh kondisi
relief permukaan bumi. Relief atau kesan topografi dapat memberikan informasi
tentang konfigurasi permukaan bentuk lahan yang dapat ditentukan
berdasarkan keadaan morfometriknya. Keadaaan morfometrik dicerminkan oleh
kemiringan lereng dan beda tinggi Kondisi topografi daerah banjir bandang yang
meliputi keadaan lereng, yaitu: kemiringan lereng daerah monev terdiri dari
datar landai sampai sangat curam. Kemiringan lereng akan memiliki pengaruh
terhadap kecepatan dan volume limpasan permukaan. Semakin besar
kecepatan limpasan permukaan akan semakin curam lereng tersebut, akibatnya
air akan sulit untuk meresap kedalam tanah dan akan memperbesar aliran
permukaan. Hal ini akan diperparah jika penggunaan lahannya tidak sesuai
dengan peruntukannya.
Topografi Das Sobei bergunung dengan lereng terjal, gradien sungai terjal, dan
di belakang pemukiman dibatasi bentangan lereng terjal sehingga sungai
mengalir di celah perbukitan lereng terjal. Kondisi topografi DAS Sobei sebagian
besar terdiri dari topografi curam sekali (2540%) dengan luas mencapai
42.604 ha atau 87,32 % dari luas DAS Sobei dan sebagian kecil terutama di
muara sungai memiliki topografi landai (08%) seluas 6.187 hektar atau 12,68
% dari luas DAS. Klas kemiringan lereng di DAS Sobei selengkapnya terdapat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Klas Kemiringan Lereng di DAS Sobei

Geologi & Tanah

Daerah ini dilewati sesar Australia, sehingga kemungkinan banyak terjadi


patahan atau tanah ambles, dan tanah longsor seperti spot belakang Gambar 3.
Tanah paling dominan adalah jenis Podslik dengan fraksi pasir (kwarsa) yang
dominan seperti Gambar 4.
Menurut Kementerian ESDM Morfologi daerah Kabupaten Teluk Wondama dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) satuan morfologi, yaitu :
1. Satuan Morfologi Perbukitan Terjal, sebagian besar ( 50%) menempati
daerah bagian timur (Pegunungan Wondiboi /Daerah Wasior dan
sekitarnya) dan sebagian daerah bagian barat. Satuan morfologi ini
umumnya disusun oleh satuan batuan malihan, yaitu genes, amfibolit, filit,
batusabak, batulanau malih dan batupasir malih. Kemiringan lereng yang
membentuk satuan morfologi ini berkisar dari 300 650 . Ketinggian
satuan morfologi ini berkisar dari 229 m 2340 m diatas permukaan laut.
Sebagian besar satuan morfologi ini merupakan kawasan cagar alam dan
swaka marga satwa.
2. Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang, sebagian besar menempati
daerah bagian barat dan utara. Ketinggian satuan morfologi ini berkisar
dari 200 m 614 m di atas permukaan laut. Batuan pembentuk satuan
morfologi ini sebagian besar terdiri dari satuan batugamping, batuan
malihan, batupasir, batulumpur dan batulanau. Pola aliran yang
berkembang adalah dendritik sub dendritik. Kemiringan lereng berkisar
dari 100 350 . Sebagian besar satuan morfologi ini merupakan hutan
lindung dan hutan produksi.
3. Satuan Morfologi Dataran, sebagian besar menempati daerah bagian
barat, tengah dan daerah pesisir pantai. Batuan pembentuk satuan
morfologi ini adalah terdiri dari satuan batuan malihan, satuan batulanau,
endapan pantai dan satuan alluvium. Pola aliran yang berkembang adalah
dendritik dengan lembah berbentuk huruf U yang mencerminkan bahwa
tahap erosi sudah mencapai tingkat dewasa. Kondisi Geologi DAS Sobei
secara lengkap dapat dilihat dari Tabel 3.
Tabel 3. Kondisi Geologi DAS Sobei Lokasi Banjir Bandang

Gambar 4. Tanah di DAS Sobei

Fungsi Kawasan
Sebagian besar fungsi kawasan di DAS Sobei masuk dalam Cagar Alam Darat
yang terkenal dengan Cagar Alam Pegunungan Wondiwoi dengan kondisi
vegetasi masih alami, tidak dijumpai adanya penebangan liar. Selengkapnya
dapat dilihat di Tabel 4.
Tabel 4 Fungsi Kawasan di DAS Sobei

Analisis Banjir Bandang Wasior


Berdasarkan hasil investigasi dan anlisis di lapangan yang disusun oleh Tim dari
kementerian Kehutanan yang terdiri dari Ir. Paimin M.Sc, Ir. Djonli MF, dan Ir.
Bowo Heri Satmoko Daerah Kabupaten Teluk Wondama yang dilanda bencana
banjir meliputi seluruh dataran sepanjang pantai sekitar Distrik Wasior seperti
Gambar 1. Pasokan air banjir berasal dari 9 (Sembilan) daerah tangkapan air
atau daerah aliran sungai (DAS) Banjir bandang yang terjadi Wasior tidak hanya
air mengalir tetapi aliran air disertai hanyutan material batu yang ukurannya
sangat besar dan kayu dengan diameter diatas 50 cm, panjang > 10 meter
beserta banir (bonggol batang), serta material tanah dengan dominasi fraksi
pasir, bukan lumpur. Air bah beserta material terangkut terjadi dalam waktu
singkat yakni sekitar 15 menit meskipun banjir baru surut setelah satu jam
sesuai dengan berhentinya air hujan yang jatuh. Dengan luas daerah tangkapan
air (DTA) sekitar 1.300 2.300 ha dan hanya didahului hujan satu hari
sebelumnya tidak mungkin menghasilkan debit air banjir seperti yang terjadi
yang mampu menghanyutkan batu besar, batang pohon panjang berbanir.
Diduga debit air banjir merupakan jumlah air banjir normal ditambah akumulasi

limpasan yang tertahan oleh sumbatan palung sungai akibat tanah longsor
(banjir ekstrem) seperti yang terjadi antara lain di Panti, Jember, Jawa Timur,
dan Bohorok, Sumatera Utara.
Wilayah Wasior dilewati sesar Australia, sehingga banyak terjadi patahan atau
tanah ambles ehingga secara umum rentan terhadap tanah longsor. Lereng
sungai yang terjal dengan lapisan tanah tebal mudal longsor, walaupun
bervegetasi hutan, karena akar pohon tidak mencapai batuan sehingga terbawa
gerakan tanah ke bawah tanpa tahanan. Bahan longsoran dari tebing akan
menyumbat palung sungai sehingga limpasan air dari hulu sumbatan akan
tertahan dan terakumulasi. Proses penyumbatan tidak hanya Oleh tanah longsor
tetapi juga oleh pohon tumbang karena umur tua, oleh angin atau terbawa
tanah longsor, seperti diceritakan oleh surveyor burung tahun 1980an. Selama
penggenangan maka tebing yang terendam tanahnya menjadi jenuh dan tidak
stabil sehinggga tanah longsor dan pohon tumbang dan terendam.
Akibat hujan yang terus menerus maka sumbat palung sungai tidak kuat
menahan akumlasi air sehingga jebol dan mengakibatkan banjir bandang
seperti air ditumpahkan. Gradien sungai yang terjal mendorong aliran air banjir
berjalan sangat cepat sehingga tenaga perusak yang dihasilkan sangat besar.
Dalam perjalanan alirannya maka kayu yang terendam tanah penyumbat
terhanyut oleh aliran yang sangat besar. Selama dalam perjalanan alirannya
maka batu yang berda di dasar sungai dan di tebing sungai ikut terseret
gelombang aliran air. Disamping itu aliran yang deras juga akan menggerus
tebing sungai sehingga tanah batu dan pohon di tebing sungai ikut terhanyut.
Hipotesis ini dikuatkan dengan tanda atau indikator atau bukti lapangan sebagai
berikut:
1. Endapan pasir menunjukkan lapisan tanah yang terbawa banjir tidak
hanya lapisan atas tetapi juga lapisan bawah berupa pasir kwarsa.
2. Kayu yang besar, panjang, berbanir, dan terkelupas kulitnya sebagai
tanda pohon yang tumbang beserta akarnya dan terendam cukup lama.
Pohon yang masih kelihatan lebih segar merupakan pohon yang terhanyut
aliran banjir sepanjang sungai.
3. Dorongan tumpahan yang besar mendorong batu yang besarpun ikut
terhanyut.
4. Tumpahan air yang tinggi dibarengi material terangkut sehingga dimensi
sungai tidak muat sehingga menjadi aliran liar mengikuti kondisi alami
yang ada. Jembatan yang tersumbat oleh kayu maupun batu membuat
aliran banjir menjadi meluas.
5. Terseretnya kayu besar dan batu besar jauh dari mulut sungai
menunjukkanbesarnya kecepatan aliran meskipun gradien aliran berubah
lebih datar dan dimensi adan aliran lebih luas.
6. Berdasarkan bukti lapangan tersebut maka kemungkinan terjadinya banjir
bandang di Wasior akibat multi proses tanah longsor, sumbatan,
tampungan air, banjir normal dan dam jebol.

Hubungan Banjir Bandang Dengan Illegal Logging


Kondisi penutupan lahan di semua DAS tidak berbeda yakni masih dalam
tutupan vegetasi alami yang rapat.
Kondisi alami bentang alam yang ada menyulikan para pencuri kayu
mencapai lokasi dan tidak memungkinkan pengangkutan kayu hasil tebangan
(akses sulit).
Andaikan terjadi pencurian kayu hanya di bukit belakang pemukiman
yang secara teknis tidak mempengaruhi banjir. Tapi dari observasi lapangan
pencurian kayu pada bentangan bukit ini tidak nampak.

Kondisi tutupan lahan yang tidak berbeda tetapi menghasilkan banjir


dengan material terangkut yang berbeda. Banjir dari sungai yang berasal DAS
Rado, Sanduai, Angris, dan Manggurai menunjukkan banjir ekstrem dengan
membawa material batu besar, pohon besar utuh, dan material pasir, sehingga
menyumbat jembatan; sedangkan banjir dari DAS Wanayo merupakanbanjir
normal hanya mengangkut batu dan kayu kecil tanpa menyumbat jembatan dan
merusak daerah sekitar (Gambar 5).
Apabila illegal logging dikaitkan dengan pengusahaan hutan, maka
konsesi Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang terdekat adalah PT Dharma Sakti
Persada yang jaraknya sekitar 100 km dari lokasi banjir dan tidak ada akses ke
lokasi banjir.
Dengan demikian banjir yang terjadi bukan karena illegal logging tetapi
karena bentuk banjir ekstrem yang terjadi tidak hanya akibat curah hujan yang
tinggi tetapi ada tambahan tenaga lain selain limpasan dari hujan yang terjadi
saat tersebut.
Saran Tindak Lanjut

Saran tindakan ke depan dipilah antara tidakan pada daerah pemasok air banjir
dan daerah yang terkena banjir. Pemilahan agar lebih bisa memudahkan
pemahaman peran bagi setiap institusi terkait.
1. Tindakan pada Daerah Pemasok Air Banjir
Keadaan daerah pemasok air banjir atau daerah tangkapan air (catchment
area) didominsi oleh kawasan cagar alam dan pelestarian alam yang dalam
keadaan belum terganggu atau masih murni. Untuk mengurangi kemungkinan
terulangnya multi proses banjir dan tampungan air limpasan di daerah
tangkapan air, tindakan ke depan yang diperlukan adalah:
Pemetaan daerah rawan longsor pada kawasan hutan konservasi.
Inspeksi rutin jalur sungai terhadap kemungkinan terjadinya
penyumbatan palung sungai, baik oleh pohon tumbang maupun oleh tanah
longsor dari tebing sungai.
Pengendalian tanah longsor pada tebing sungai utama.
Penanaman kembali areal kosong (apabila ada) sesuai asas fungsi
kawasan yang bersangkutan.
2. Tindakan pada Daerah Kebanjiran
Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa sungai
sungai yang mengalir ke daerah sepanjang pantai Wasior sering banjir dan
airnya meluap ke pemukiman sekitar sungai. Hal ini terlihat juga pada sungai
Wanayo yang ketika terjadi pada tanggal 10 Oktober 2010 air melipah ke areal
sekitar. Disamping itu tebing perbukitan di belakang pemukiman Wasior cukup
terjal dan rawan terhadap tanah longsor, termasuk di belakang kantor
pmerintahan Kabupaten Wasior. Berdasarkan kondisi tersebut maka tindakan
pencegahan bencana banjir ke depan meliputi:
Peningkatan dimensi palung sungai sehingga mampu menampung air
banjir puncak yang mungkin terjadi (peak run off). Hal ini dapat dilakukan
dengan pembuatan tanggul sungai mulai mulut sungai di perbukitan sampai ke
pantai.
Pembuatan tanaman jalur sekat di belakang pemukiman Wasior mulai
dari kaki bukit hingga jarak 100m. Jalur sekat merupakan hutan lindung dengan
jenis tanaman setempat ayang meiliki sifat perakaran dalam dan daur panjang
ditanam pada jarak relatif rapat secara selangseling (zigzag).

Geo Edu
Jumat, 09 Desember 2011
MENGANALISIS PENYEBAB BANJIR DI WASIOR

A.

LATAR BELAKANG

Permasalahan yang sering kita hadapi ketika tibanya musim hujan adalah banjir,
banjir merupakan bencana alam yang sangat merugikan baik materiil maupun non
materiil, kerusakan pemukiman, lahan pertanian serta infrastruktur lain dan
terganggunya aktivitas sosial ekonomi masyarakat.
Beberapa literatur menyebutkan, penyebab banjir ada banyak faktor, antara lain
karena perubahan lahan, erosi & sedimentasi, bangunan atau permukiman di tepi
sungai, perencanaan penggunaan lahan yang kurang baik, sistem drainase yang
buruk, curah hujan yang tinggi, fisiografi sungai, kapasitas sungai, pengaruh air
pasang, dan global warming.
Secara umum, banjir yang terjadi karena ketidakmampuan tanah untuk menyerap
limpahan air hujan yang jatuh ke tanah. Pendangkalan dan perubahan berbagai
penampung air seperti sungai, waduk, danau dan lainnya terus terjadi sehingga
badan air tersebut tidak mampu lagi menampung air hujan. Meluapnya sungai
sering menjadi penyebab terjadinya banjir.
Demikian juga yang terjadi di Wasior. Sungai Batang Salai dan beberapa anak
sungai lain yang berhulu di Pegunungan Wondiwoy dan mengalir membelah Kota
Wasior meluapkan air karena tingginya curah hujan sejak beberapa hari
sebelumnya. Luapan air bercampur batang pohon, lumpur, kayu, batu, dan material
lainnya inilah yang memporak-porandakan Wasior.

A.

KONDISI GEOGRAFIS DI WASIOR

Kondisi geografis Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, tergolong rentan
bencana banjir bandang. Daerah tersebut berupa bentang alam datar dan luas,
tepat di mulut lembah sungai pada kaki perbukitan yang curam. Pada daerah hulu
memiliki ketinggian > 1000 m dpl, sedangkan daerah daratan paling rendah
memiliki ketinggian < 200, dengan luas wilayah yang tidak terlalu besar sehingga
menyebabkan lereng sangat curam dan jika terjadi banjir atau longsor efeknya bisa
merusak karena meluncur di kemiringan yg curam. Dengan topografi curam dan
tingkat kerentanan longsor yang tinggi, hutan lebat bukan berarti bisa menjamin
tidak akan terjadi longsor ketika terjadi cuaca ekstrem seperti sekarang ini.Lokasi
Wasior berada di bagian bawah cagar alam Wondiboy. Cagar alam itu konturnya
curam dan berupa pegunungan. Daerahnya curam dan perubahan cuacanya juga
cepat. Kondisi tanah di Wasior cepat rapuh dan lembek. Kondisi tanah yang
demikian, merupakan pengaruh akibat terlalu dekat dengan hutan cagar alam yang
memang gembur tanahnya.

Papua Barat memang memiliki topografi yakni gunung curam. Oleh karena itu,
banyak kawasan cagar alam atau konservasi. Karena topografinya yang curam,
kawasan ini apabila penggunaan lahannya salah, akan menyebabkan longsor.

A.

FAKTOR PENYEBAB BANJIR DI WASIOR

Banjir bandang yang melanda Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat, adalah hasil
dari anomali cuaca. Salah satu penyebab terjadinya anomali cuaca adalah
munculnya La Nina ketika suhu muka laut di barat wilayah khatulistiwa Pasifik
mendingin. Dampaknya, hujan deras pada musim kemarau seperti sekarang ini
masih saja terjadi. Disamping kemampuan wilayah yang tidak seimbang
menangkap air hujan, banyak wilayah di Indonesia yang juga tinggi kerentanannya,
terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS).
Penyebab banjir bandang di Wasior, Papua Barat, bukan disebabkan pembalakan
liar atau illegal logging. Melainkan adanya evolusi morfologi atau perubahan bentuk
tanah yang terjadi di lokasi bencana. Hutan yang berada perbukitan merupakan
cagar alam sekaligus hutan produksi terbatas. Tidak ada perusahaan HPH (Hak
pengelolaan hutan) yang beroperasi di hutan perbukitan tersebut. Termasuk
penebangan liar, mengingat topografi hutan perbukitan itu yang tergolong curam.
Hal itu juga didasarkan pada perbandingan citra satelit antara tahun 2000 dan 2009
yang menunjukkan bahwa tutupan lahannya hanya berubah satu persen. Hampir 95
persen hutan primer masih dalam kondisi bagus. Tidak terlihat adanya areal terbuka
yang mengindikasikan adanya penebangan liar. Aktivitas manusia di pegunungan
dan DAS sangat minim karena kondisi topografi yang sangat curam.Hal itu
diperkuat dengan fakta bahawa hutan di Wasior merupakan cagar alam sehingga
sangat dijaga dan diawasi dengan ketat sehingga kecil kemungkinan ada kegiatan
hak penguasaan hutan di sana.
Dari segi tutupan lahan di wilayah tersebut tidak ada aktivitas illegal loging dan
hutan di sana masih terjaga serta termasuk hutan konservasi, fenomena terjadinya
longsor di hulu-hulu sungai ini sangat dimungkinkan mengingat topografi di Papua
terkenal sangat curam. Untuk wilayah di sekitar Wasior sendiri, memang terdapat
pegunungan-pegunungan yang memanjang dengan ketinggian rata-rata 1.800

meter. Dari data citra satelit yang didapat pada tahun 2009, tutupan hutan di
wilayah tersebut adalah sebesar 91,32 persen. Ilegal logging pun sangat sulit
dilakukan di sana karena aksesnya sangat susah. Kalaupun ada penebangan pohon,
hanya dilakukan oleh penduduk sekitar untuk kebutuhan mereka sehari-hari dan
skalanya pun kecil.
Bencana banjir bandang di Wasior dipicu kondisi bentang alam berupa perbukitan
tektonik. Wasior dilewati oleh lempeng Australia sehingga banyak terjadi patahan
atau tanah amblesan. Bagian hulu DAS Manggarai menunjukkan bekas amblesan,
sehingga membentuk lembah di antara perbukitan. Gempa di perbukitan tektonik
itu berpotensi merontokkan batuan di tebing. Longsoran itu berpotensi
membendung lembah.
Gempa juga menyebabkan terjadi perubahan struktur tanah di mana sebagian
diantaranya menutupi aliran sungai sehingga air meluap. Perubahan bentuk tanah
yang terjadi berulang-ulang di wilayah datar dan terjal menyebabkan kondisi alam
tidak seimbang. Karena letak kota Wasior yang berada didataran rendah di bawah
kaki gunung sehingga mengakibatkan sejumlah sungai yang berada di sekitar
Wasior, Papua Barat meluap dan mengalir deras ketika curah hujan tinggi.
Longsoran tanah akibat gempa yang menyebabkan banjir bandang di Wasior
menyumbat sungai. Timbunan tanah dan batang pohon yang terangkat dari dasar
sungai membuat dampak banjir sedemikian merusak. Analisis dari citra satelit yang
didapat menyimpulkan bahwa wilayah sejauh 6 7 km dari Wasior merupakan
penyebab terjadinya banjir bandang. Di wilayah tersebut terdapat dua pertemuan
sungai yang tersumbat karena longsoran yang membentuk bendungan atau
timbunan. Selain itu, sebelum hujan melanda Wasior, juga terjadi gempa di
Kaimana, Papua Barat dengan 7,2 skala richter yang diikuti oleh gempa-gempa
kecil. Gempa tersebut memicu rapuhnya struktur tanah di wilayah tersebut.
Penyumbatan tersebut dianalisa disebabkan adanya gempa yang terjadi
sebelumnya, sehingga membuat tanah menjadi longsor. Sumbatan tersebut
akhirnya menjadi bendungan alami sungai. Dengan lereng yang demikian curam,
ketika bendungan tak sanggup menahan massa air yang bercampur dengan
lumpur, batu, dan kayu atau pohon, air akan meluncur dengan cepat mengikuti
gaya gravitasi. Fenomena tersebut dikenal dengan aliran debris (debris flow) yang
bersamaan dengan banjir bandang (flash flood).
Banjir bandang yang terjadi di Wasior hanya berlangsung beberapa menit saja.
Demikian pula saat surutnya debit berlangsung sangat cepat. Hal ini menunjukkan
bahwa ada volume air besar yang berada di hulu yang menggelontor dengan cepat
dan waktunya bersamaan. Tiga sungai yang ada, yaitu Sungai Sanduai, Sungai
Anggris, dan Sungai Manggarai meluap dan bendungan yang terbentuk ini akhirnya
tidak kuat menahan air. Terlebih lagi dengan karakteristik sungai di sana yang
berbentuk huruf V. Air kemudian meluncur dengan kecepatan tinggi dan volume

yang besar. Air limpasannya mengalir sedemikian kencang akibat lintasan sungai
yang relatif lurus memanjang. Kencangnya arus air itu yang kemudian membongkar
timbunan tanah dan batang-batang pohon sisa longsoran yang menyumbat sungai
dan menghantam desa-desa di sekitar sungai.

Bukti bahwa tanah dan batang pohon yang terbawa banjir adalah sisa longsor
akibat gempa, dapat dilihat dari fisik gelondongan kayu. Secara kasat mata terlihat
bahwa gelondongan yang masih utuh berikut dengan akarnya itu sudah tidak lagi
dibungkus kulit kayu utuh. Artinya kayu sudah lama terendam air hingga kulit lapuk
dan habis. Kalau hanya karena hujan, kulitnya tidak akan terkelupas. Artinya kayu
hasil longsor masuk ke sungai dan terbendung lama atau menyumbat di sungai.
Kayu-kayu gelondongan yang terseret banjir itu bukan merupakan hasil
penebangan liar hutan cagar alam sekitar Wasior. Sebab batang pohon hasil
tebangan tidak mungkin menyertakan akar-akarnya secara utuh seperti yang kini
bergeletakan di Wasior.
Hujan selama enam jam yang didahului hujan empat hari sebelumnya tidak
mungkin menghasilkan debit air banjir seperti yang terjadi. Air diduga merupakan
air banjir normal ditambah akumulasi limpasan yang tertahan sumbatan palung
akibat tanah longsor.Tingginya curah hujan membuat dua danau kecil yang berada
di pegunungan sekitar kota Wasior meluap hebat. Arus air menjadi sedemikian
kencang seperti gelombang tsunami, sebab jalur sungai yang mengalirkan air
danau berbentuk lurus.
Curah hujan yang tinggi, lereng yang curam di daerah hulu, rawan menyebabkan
tanah longsor. Sementara itu, barisan pegunungan di Kabupaten Teluk Wondama
yang memiliki ketinggian rata-rata 1.800 di atas permukaan laut (dpl), terdapat
banyak sungai dengan topografi sangat curam menuju pantai sebelah barat.
Topografi daerah aliran sungai (DAS) di kawasan tersebut dikategorikan kelas curam
hingga sangat curam karena penampang sungai sebagian besar berbentuk V. Di
kiri-kanan sungai merupakan lereng dari pegunungan yang sangat terjal. Kondisi

demikian sangat memungkinkan timbulnya sumbatan sungai akibat adanya


material longsoran.
Total curah hujan yang tertahan di dalam pepohonan itu hanya 15 persen.
Sementara itu, karena curah hujan yang berat bisa menyebabkan tanah jenuh.
Apabila jenis tanah tersebut adalah batuan yang rapuh, maka peristiwa longsor
akan mudah sekali terjadi. Curah hujan yang tinggi menyebabkan terjadinya longsor
di hulu sungai. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa wilayah tersebut merupakan
daerah patahan dan jenis tanah di sana mudah sekali tererupsi.
Selain itu, adanya tata ruang yang kurang tepat menjadi salah satu faktor penyebab
banjir bandang. Wasior seharusnya merupakan zona penyangga yang disebut
dengan Hutan Produksi Terbatas. Di zona itu pula, tidak diperbolehkan secara
sembarangan mengalihkan fungsi. Wasior tidak tepat untuk dijadikan pemukiman
padat atau dijadikan kota karena ini kawasan hutan produksi terbatas. Artinya,
kalau ada penduduk yang akan bermukim tetap harus ada pengelolaan lingkungan
yang ketat. Penataan suatu ruang harus mengikuti kaedah lingkungan sesuai kaidah
kawasan hutan produksi tetap dan kawasan cagar alam.
Hujan yang melanda secara terus-menerus, membuat hutan resapan air yang mulai
menipis, sangat sulit untuk menahan beban air yang besar akibat hujan terusmenerus. Papua Barat memiliki kerentanan terhadap bencana ekologis.
Penyebabnya adalah alih fungsi lahan secara masif di kawasan itu. Ini berarti
perubahan lahan ternyata menduduki rangking pertama dalam menyebabkan banjir
di suatu kawasan daripada penyebab lainnya. Apabila suatu hutan yang berada
dalam suatu daerah aliran sungai (DAS), misalnya, diubah menjadi permukiman,
maka debit puncak sungai akan meningkat sampai 20 kali. Tentu saja besar kecilnya
peningkatan debit yang bersumber dari run-off (aliran permukaan) ini tergantung
dari jenis hutan dan jenis permukimannya.
Perubahan tata guna lahan memberikan kontribusi dominan kepada aliran
permukaan. Perlu diketahui bahwa hujan yang jatuh diatas tanah, sebagian
meresap ke dalam tanah dan sebagian lainnya menjadi run-off. Aliran inilah yang
menjadi penyebab utama banjir. Kecepatan aliran run-off akan tergantung dari
kemiringan lahan dan penutup lahan. Sedangkan resapan air ke dalam tanah
tergantung pada jenis tanah yang ada.
Faktor penutupan vegetasi cukup signifikan dalam mempengaruhi pengurangan
ataupun peningkatan aliran permukaan. Hutan yang lebat mempunyai tingkat
penutupan kanopi yang tinggi. Apabila hujan turun di wilayah hutan tersebut, faktor
kanopi vegetasi ini akan memperlambat kecepatan aliran permukaan. Ketika suatu
kawasan hutan berubah menjadi non hutan, misalnya menjadi permukiman, maka
penutupan lahan kawasan ini akan mempunyai resistensi untuk menahan aliran ini
lebih kecil sehingga aliran permukaan akan tidak tertahan dan inilah yang
menyebabkan potensi banjir. Kondisi ini yang terjadi di Wasior. Konon perubahan

lahan hutan baik legal ataupun illegal telah terjadi sangat signifikan di wilayah ini
khususnya di hulu sejak puluhan tahun terakhir ini. Terjadi penebangan hutan untuk
pemekaran kota di sekitar areal hutan.
Wilayah yang mempunyai kemiringan dengan vegetasi yang relatif rapat serta
lokasi yang tidak jauh dengan hilir (dekat laut) semula mempunyai keseimbangan
dari air yang banyak terinfiltrasi masuk ke dalam tanah melalui batang tumbuhan,
dan kondisi tanah yang subur karena laju alirannya dapat diperlambat oleh adanya
vegetasi-vegetasi, dan ketika keseimbangannya terganggu (vegetasi berkurang
karena dialih fungsikan sebagai permukiman, air permukaan cepat), ketika runoff
dari permukaan yang terbuka terhalang oleh vegetasi yang masih tersedia sebagian
akan masuk dan dipertahankan sampai kondisi yang maksimum, sampai tingkat
kejenuhan tertentu (tanah yang bervegetasi tidak mampu menyerap air lagi) akan
melepaskan tenaga yang berupa air yang berlumpur dengan kecepatan arus yang
relative cepat dan menyebabkan banjir bandang terjadi.

Bencana Banjir Wasior 2010

Banjir Wasior

Banjir Wasior 2010 adalah bencana banjir bandang yang terjadi pada 4 Oktober 2010 di Wasior,Teluk
Wondama, Papua Barat. Banjir bandang terjadi, karena kerusakan hutan di Wasior, sehingga hujan tiada
henti yang terjadi sejak Sabtu, 2 Oktober 2010 hinggaMinggu, 3 Oktober 2010 menyebabkan Sungai
Batang Salai yang berhulu di Pegunungan Wondiwoy meluap. Banjir yang terjadi menyebabkan banyak
infrastruktur di Wasior hancur termasuk lapangan udara di Wasior, sementara kerusakan juga menimpa
rumah warga, rumah sakit, dan jembatan. Kerusakan yang terjadi disebabkan banjir yang terjadi
membawa serta batu-batuan besar, batang-batang pohon, lumpur. Bencana banjir bandang yang terjadi
juga mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktifitas masyarakat lumpuh.
Banjir bandang juga menyebabkan 110 orang tewas dan 450 orang masih dinyatakan hilang. Sementara
sebagian korban luka-luka dibawa ke Manokwari dan Nabire. Sementara sebagian korban luka lainnya

dan warga yang selamat ditampung di tempat-tempat pengungsian. Akibat banjir yang terjadi yang
merusak rumah warga dan infrastruktur banyak warga yang selamat memutuskan mengungsi ke
Manokwari dengan menggunakan kapal laut.
Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengupayakan dan memberikan bantuan
kepada korban banjir bandang dengan memberikan bantuan sandang dan pangan serta bantuan obatobatan.

Banjir Wasior karena Kerusakan Hutan

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menilai banjir bandang di Kota Wasior, Papua, memang disebabkan
oleh kerusakan hutan di kawasan Kabupaten Teluk Wondama.
Manajer Desk Bencana Eksekutif Walhi Irhash Ahmady mengatakan Walhi memperkirakan sekitar 30-40
persen hutan di kawasan Hutan Suaka Alam Gunung Wondiboi dan kawasan Taman Nasional Laut Teruk
Cenderawasih mengalami alih fungsi. Akibatnya, Kali Angris dan Kali Kiot meluap dan membawa
bencana bagi Wasior.
"Ada aktivitas penebangan kayu di sini sejak 1990-an. Jadi sudah sekitar 20 tahun ada aktivitas
penebangan di sana. Hutan yang kita tebang hari ini, bencananya bisa 5-10 tahun mendatang. Itu hukum
alam saja, pakai logika saja," ungkapnya di kantor Walhi, Jakarta, Kamis (7/10/2010).
Walhi mencatat pemerintah telah mengeluarkan ijin HPH pada tahun 1990 kepada PT WMT dan PT DMP.
Namun, karena penolakan warga hingga berujung pada kerusuhan yang diduga pada pelanggaran HAM,
aktivitas penebangan hutan berhenti sementara.
Menurut catatan Walhi pula, aktivitas penebangan kembali dilakukan pada tahun 2002. Kali ini aktivitas
penebangan hutan berjalan tanpa perlawanan masyarakat karena perusahaan-perusahaan ini sudah
mampu membayar ganti rugi kepada warga bahkan membangun kongsi dagang dari hulu sampai hilir.
Irhash mengatakan, PT WMT merupakan pemegang usaha kayu terbesar di papua. Di Teluk Wondama,
lokasi perambahannya mencapai 178 ribu hektar. Tercatat pula, lokasi lainnya di Kabupaten Sarni dan
Kabupaten Yapen Waropen.
"Penilaian ini bukannya tidak berdasar, Walhi mendapati ratusan gelondongan kayu disertai lumpur dan
batu besar bertebaran di seluruh Wasior I, Wasior II, Kampung Rado, Kampung Moru, Kampung
Maniwak, Kampung Manggurai, Kampung Wondamawi, dan Kampung Wondiboi. Ini menambah fakta
bahwa memang kerusakan hutan di wilayah hulu menjadi penyebab utamanya," tegas Irhash.

Korban Banjir Wasior, Papua


Angka korban tewas akibat banjir bandang di kota Wasior, Kabupaten Teluk Wandoma, Papua Barat terus
bertambah. Sampai pukul 16.00 WIT, korban tewas yang sudah ditemukan 83 orang.
"64 orang lainnya dinyatakan hilang. Mereka diperkirakan tertimbun lumpur setinggi 2-3 meter atau hilang
terbawa banjir ke laut," kata Staf Khusus Presiden bidang Otda, Velix Wanggai, Rabu (6/10/2010).

Velix juga menjelaskan, Kota Wasior mengalami kerusakan berat hingga 80 persen. Kondisi ini memaksa
sedikitnya 4.000 orang mengungsi.
"Mereka dibawa ke Kabupaten Manokwari dan Nabire. Air bersih tidak ada dan listrik padam," ungkap
Velix.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga telah menyerahkan dana operasional Rp 200
juta, bahan makanan, obat-obatan dan tenda. Hal yang dibutuhkan mendesak saat ini adalah kantong
jenazah, masker, dan obat diare.
Menurut Velix, dari pengamatan di lapangan, pembersihan lumpur dapat memakan waktu 3-6 bulan. Hal
ini disebabkan ketersediaan alat berat yang terbatas.
Intensitas Hujan Tinggi
Velix juga mengungkapkan penyebab terjadinya banjir bandang. Menurutnya, bencana tersebut akibat
curah hujan yang cukup tinggi seminggu belakangan ini.
Hujan kemudian menjadi air permukaan yang mengalir deras ke arah Kota Wasior yang berada di
dataran rendah atau kaki gunung. Aliran air itu membawa serta batu-batuan besar dan batang-batang
pohon.
"Vegetasi hutan masih padat dan tidak ada penebangan pohon di pegunungan," tegas Velix

a Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya penulis
dapat menyusun makalah ini dengan selesai. Dalam kesempatan ini penulis menyusun makalah
dengan mengambil tema yaitu Bencana Alam di Wasior.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu kami
agar dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang secara tidak langsung telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Kami yakin tanpa
adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, karya tulis ini tidak akan terwujud.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang
membutuhkannya, Amin.

Depok, 14 Desember 2010


Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bab I Pendahuluan
I.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
I.2. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
I.3. Tujuan Makalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bab II Pembahasan
II.1. Bencana Wasior. . . . . . . . . . . . . . . . . .
II.2. Korban yang tewas dalam Bencana Wasior. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bab III Penutup
III.1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
III.2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Bab I Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
Secara geologis letak wilayah Indonesia yang dilalui oleh dua jalur pegunungan muda dunia yaitu
Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di sebelah timur
menyebabkan Indonesia banyak memiliki gunung api yang aktif dan rawan terjadi bencana.
Bencana alam yang sering terjadi di wilayah Indonesia antara lain : banjir, kemarau panjang,
tsunami, gempa bumi, gunung berapi dan tanah longsor.
I.2.RumusanMasalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahan masalah sebagai
berikut :

1. Korban yang tewas dalam Bencana Wasior.


2. Dampak Positif dan Negatif Teknologi Informasi
I.3. Tujuan penulisan
Meningkatkan kesadaran tentang terapan hubungan sosial masyarakat yang dapat bermanfaat serta
menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.
Bab II Pembahasan
II.1. Bencana Wasior
Kita tentunya sedih dan prihatin dengan terjadinya bencana Wasior di Papua Barat ini. Hal ini di
akibatkan oleh kerusakan hutan di kawasan Kabupaten Teluk Wondama dan sekitar 30-40 persen
hutan di kawasan Hutan Suaka Alam Gunung Wondiboi dan kawasan Taman Nasional Laut Teruk
Cenderawasih mengalami alih fungsi. Akibatnya, Kali Angris dan Kali Kiot meluap dan membawa
bencana bagi Wasior. Reformasi telah bergulir 12 tahun tentunya keadaan dan kehidupan di
Indonesia semakin baik dan terarah termasuk alam lingkungan hutan di Indonesia terjaga dengan
baik. Tidak ada lagi pencurian kayu, ilegal logging, perambahan hutan, pencemaran dan perusakan
lingkungan.
II.2. Korban yang tewas dalam Bencana Wasior
Korban akibat bencana banjir bandang di Wasior, Papua Barat, terus bertambah. Hingga sekarang
ini, korban tewas yang berhasil ditemukan mencapai 134 orang. Warga menjelaskan, korban tewas
yang berhasil ditemukan terdiri 105 orang ditambah 29 orang yang dinyatakan hilang sebelumnya
dilaporkan sudah ditemukan dengan kondisi telah meninggal dunia. Sehingga, total korban tewas
mencapai 134 orang.
Warga sangat membutuhkan pasokan air mineral dan bahan makanan. Sumber air rusak, MCK
rusak, rumah rusak berat, sehingga butuh air mineral, sanitasi, dan pangan akibat sebagian besar
toko tutup karena banyak pengusaha yang mengungsi ke Manokwari.
Bantuan terus mengalir namun terkendala transportasi. PMI masih melakukan kegiatan pendataan
dan mulai mendistribusikan logistik berupa familykid 250,babykit 90.
Seperti diketahui, banjir bandang di Papua Barat terjadi pada Senin 4 Oktober 2010 sekira pukul
06.00 WIT. Lokasi kejadian terletak di Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat di mana
lokasi yang terkena dampak yaitu Wasior I, Wasior II, Rado, Moru, Maniwak, Manggurai,
Wondamawi, dan Wondiboy.
Bab III Penutup
III.1.Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa bencana alam
akan datang tanpa kita ketahui. Sebagai sesama makhluk ciptaan Allah SWT, alangkah baiknya kita
menolong saudara-saudara kita yang sedang terkena musibah.
III.2. Saran
Lestarikan alam dengan sebaik mungkin dan buanglah sampah pada tempatnya.
Daftar Pustaka
http://news.okezone.com/read/2010/10/09/340/380736/korban-tewas-bencana-wasior-jadi-134orang

iklimkarbon.com/.../walhi-bencana-wasior-disebabkan-kerusakan-hutan/
http://medicastore.com/artikel/295/index.html

DARI SLIDESHARE

4. Makalah Banjir Page 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar


Belakang Saat ini, banyak terjadi bencana alam di mana-mana.
Salah satunya adalah banjir. Banjir adalah bencana alam yang
paling sering terjadi dan paling banyak merugikan baik dalam segi
kemanusiaan maupun ekonomi 90% dari kejadian bencana alam
yang berhubungan dengan banjir ( tidak termasuk bencana
kekeringan). Banjir menyebabkan banyak masalah terjadi. Seperti
gagal panen, tergenangnya rumah penduduk, pencemaran air,
sarana penyebaran penyakit, dan masih banyak hal lain. Agar kita
dapat menghindari atau mengatasi masalah tersebut, kita perlu
mengetahui penyebab, dampak dan usaha mengurangi resiko
banjir. B. Tujuan Kegiatan 1. Mengetahui pengertian banjir 2.
Mengetahui beberapa jenis banjir menurut penyebab terjadinya 3.
Mengetahui penyebab terjadinya banjir 4. Dapat menjelaskan
dampak terjadinya banjir 5. Dapat menjelaskan usaha mengurangi
resiko terjadinya banjir C. Rumusan Masalah 1. Apa itu banjir? 2.
Apasaja jenis banjir menurut penyebab terjadinya? 3. Apa
penyebab terjadinya banjir? 4. Apasaja dampak terjadinya banjir?
5. Bagaimana usaha mengurangi resiko terjadinya banjir?

5. Makalah Banjir Page 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian


Banjir Banjir adalah peristiwa tergenangnya daratan, yang
biasanya kering, oleh air yang berasal dari sumber-sumber air di
sekitar daratan. Sumber-sumber air tersebut antara lain sungai,
danau, dan laut. Yang hanya bersifat sementara karena bisa surut
kembali. Banjir terjadi karena sumber-sumber air tersebut tidak

mampu lagi menampung banyaknya air, baik air hujan, salju yang
mencair, maupun air pasang sehingga air meluap melampaui
batas-batas sumber air. Air yang meluap tersebut juga tidak
mampu diserap oleh daratan di sekitarnya sehingga daratn
menjadi tergenang. Hujan yang sangat deras dalam jangka waktu
yang lama adalah penyebab umum terjadinya banjir di dunia.
Hujan yang deras di daerah hulu sungai dapat menyebabkan
terjadinya banjir bandang. Banjir bandang adalah banjir yang besar
yang dating secara tiba-tiba dan mengalir deras sehingga
menghanyutkan banda-benda besar, misalnya batu dan kayu. B.
Jenis Banjir Ada tiga jenis banjir yang umumnya terjadi, yaitu banjir
sungai, banjir danau dan banjir laut. 1. Banjir Sungai Banjir sungai
umumnya terjadi secara berkala. Meluapnya sungai dapat terjadi
karena hujan lebat atau mencairnya es atau salju di daerah hulu.
Di Indonesia banjir sungai terjadi pada saat musim hujan karena
tersumbatnya aliran air sungai oleh sampah dan peralihan daerah
resapan air hujan menjadi pemukiman ataupun gedung-gedung. 2.
Banjir Danau Air danau dapat meluap ke daratan di sekitarnya
antara lain karena badai atau angin yang sangat besar. Setelah
badai berhenti, air danau masih dapat bergerak secara mendadak
ke satu arah kemudian kea rah yang lain. Banjir danau juga dapat
terjadi karena bendungan jebol. 3. Banjir Pasang Banjir pasang
dapat terjadi antara lain karena angin topan, letusan gunung
berapi, dan gempa bumi. Gelombang pasang akibat gempa bumi
dikenal dengan istilah tsunami. Contoh terjadinya banjir pasang : a.
Siklon dan gelombang pasang di teluk Bengala pada tahun 1970
menewaskan 266.000 orang di Bangladesh. b. Letusan gunung
berapi Krakatau pada tahun 1883 menimbulkan gelombang
pasang setinggi 12 m di atas permukaan laut normal.

6. Makalah Banjir Page 3 C. Penyebab Terjadinya Banjir Hujan,


salju/ es yang mencair dan air pasang merupakan penyebab
terjadinya banjir. Namun terdapat beberapa factor lain yang juga

berperan sehingga terjadi banjir. Antara lain : a. Penebangan hutan


di sekitar DAS bagian hulu sehingga tidak ada penutup lahan yang
dapat menahan aliran air. b. Perubahan penggunaan lahan di
sekitar DAS secara sembarangan. c. Tertutupnya aliran sungai,
baik oleh sampah maupun sedimentasi. d. Pembuatan saluran air
atau system pembuangan air yang tidak efektif D. Dampak
Terjadinya Banjir a. Dampak Positif : Ada berbagai dampak negatif
banjir terhadap permukiman manusia dan aktivitas ekonomi.
Namun, banjir (khususnya banjir rutin/kecil) juga dapat membawa
banyak keuntungan, seperti mengisi kembali air tanah,
menyuburkan serta memberikan nutrisi kepada tanah, karena
banjir mengangkut tanah yang subur dari hulu. Air banjir
menyediakan air yang cukup di kawasan kering dan semi-kering
yang curah hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir
tawar memainkan peran penting dalam menyeimbangkan
ekosistem di koridor sungai dan merupakan faktor utama dalam
penyeimbangan keragaman makhluk hidup di dataran banjir. Banjir
menambahkan banyak sekali nutrisi untuk danau dan sungai yang
semakin memajukan industri perikanan pada tahun-tahun
mendatang, selain itu juga karena kecocokan dataran banjir untuk
pengembangbiakan ikan (sedikit predasi dan banyak nutrisi). Ikan
seperti ikan cuaca memanfaatkan banjir untuk berenang mencari
habitat baru. Selain itu, burung juga mendapatkan manfaat dari
produksi pangan yang meledak setelah banjir surut. a. Dampak
Negatif : 1. Menghanyutkan tanaman dan lapisan humus tanah 2.
Menggenangi daerah pertanian 3. Memutus hubungan transportasi
sehingga daerahnya menjadi terisolasi 4. Persedian air bersih
menjadi berkurang 5. Aliran dan genangan banjir dapat
menyebarkan penyakit

7. Makalah Banjir Page 4 E. Usaha Mengurangi Resiko Terjadinya


Banjir a. Tidak melakukan penebangan hutan di DAS bagian hulu
b. Melakukan reboisasi di DAS bagian hulu c. Membuat saluran air

atau sistem pembuangan air yang efektif d. Melakukan


pengerukan sedimen di daerah hilir e. Tidak membuang sampah
ke saluran-saluran air F. Kronologi Bencana Banjir Banjir Bandang
Wasior Gambar kota wasior sebelum terjadi bencana banjir
bandang Adanya Sungai Wosimi. Sungai yang membelah kota
Wasior ini menurut masyarakat setempat berfungsi mengalirkan air
hujan dari Kawasan Wasior dan sekitranya ke laut dengan ujung
muara dekat Pelabuhan Wasior. Penampang sungai itu hanya
sekitar 8 meter dengan kedalaman 2 meter, sehingga akan sangat
kewalahan untuk menampung seluruh air hujan dari seluruh kota.
Pak Marey Markus, yang menjabat sebagai Kepala Pelabuhan
Wasior. Ia mengatakan jika hujan besar, serung kali kantor
pelabuhannya terendam air. Berdasarkan data RTRW Sungai
Wosimi dikatakan panjangnya 55 km yang oleh penduduk
setempat dijadikan sebagai sarana transportasi. Pada musim
kemarau, air yang mengalir hanya selebar 2 meter dengan
kedalaman rata-rata sekitar 30 cm. Sangat mustahil digunakan
sebagai sarana transportasi, karena muaranya saja sangat kecil
sehingga badan sunga di atasnya tidak mungkin lebih besar dari
itu. Kota Wasior adalah pusat keramaian Kabupaten Teluk
Wondama, kabupaten baru hasil pemekaran wilayah 2002. Wasior
juga merupakan pintu gerbang Kabupaten Teluk Wondama ke
wilayah lain, sehingga tumbuh menjadi pusat perekonomian
Kabupaten Wondama. Pada awalnya Kota Wasior merupakan
pusat pemerintahan Kabupaten Teluk Wondama, namun untuk
percepatan pertumbuhan wilayah, pusat pemerintahan itu di
pindah ke Rasie sekitar 25 km lebih ke atas kota tersebut. Kota
yang pada tahun 2008 berpenduduk sekitar 8000 jiwa ini memiliki
infrastruktur wilayah yang paling lengkap di seluruh Kabupaten
Teluk Wondama. Selain fasilitas perekonomian standar seperti
pasar dan pertokoan, Wasior juga memiliki pelabuhan yang dapat
disinggahi kapal besar, bandar udara perintis dan sarana
perbankan. Karena itu,

8. Makalah Banjir Page 5 sebagian pegawai Pemda masih memilih


tinggal di Wasior daripada di Rasie yang merupakan pusat
pemerintahan resmi Kabupaten Teluk Wondama. Meski kantorkantor pemerintahan sudah dibangun di Rasie sekitar tahun 2006,
namun sampai tahun 2008 sebagian besar kantor Pemerintah
Kabupaten Wasior masih berkantor di Wasior. Seperti wilayah
pesisir terpencil pada umumnya, mata pencaharian masyarakat
asalnya adalah melaut dan berkebun. Dengan pernah dijadikannya
pusat pemerintahan Kabupaten Teluk Wondama di awal
pendiriannya, sebagian masyarakat menjadi pegawai pemerintah
daerah dan sebagian lagi penyedia jasa,pedagang, tukang
bangunan dan tukang ojek. Gambar kota wasior saat terjadi
bencana banjir bandang Banjir bandang telah meluluh-lantakan
Kota Wasior, dengan korban tewas mencapai ratusan orang.
Adanya hujan besar yang air lariannya tak tertapung Sungai
Wosimi sehingga akan merendam bangunan-bangunan di sekitar
pelabuhan, dan dampak yang ditimbulkan hampir sama dengan
Tsunami Aceh. Gambar kota wasior setelah terjadi bencana banjir
bandang Dalam dokumen RTRW terdapat penjelasan bahwa,
telaga di atas bukit yang konon kabarnya merupakan pengirim
banjir bandang sama sekali tak terpetakan. Potensi bencanapun
sama sekali tak memprediksi akan adanya banjir karena kontur
wilayah cukup miring untuk ukuran sebuah kawasan
perkampungan pesisir. Dokumen rencana induk kabupaten
tersebut hanya menyebutkan kemungkinan adanya potensi gempa
dari jalur lempeng teknonik Australia. Wahana Lingkungan Hidup
(Walhi) menilai banjir bandang di Kota Wasior, Papua, memang
disebabkan oleh kerusakan hutan di kawasan Kabupaten Teluk
Wondama.

9. Makalah Banjir Page 6 Gambar teluk wondama Manajer Desk


Bencana Eksekutif Walhi Irhash Ahmady mengatakan Walhi
memperkirakan sekitar 30-40 persen hutan di kawasan Hutan

Suaka Alam Gunung Wondiboi dan kawasan Taman Nasional Laut


Teruk Cenderawasih mengalami alih fungsi. Akibatnya, Kali Angris
dan Kali Kiot meluap dan membawa bencana bagi Wasior. gambar
hutan suaka alam gunung wondiboi dan kawasan taman nasional
laut teruk cendrawasih Setelah terjadi bencana ini, penderitaan
warga Wasior semakin menjadi. Pada saat normalpun mereka
serba kekurangan dengan akses transportsi ke wilayah lain
maksimal 2 kali seminggu, apalagi setelah ditimpa bencana ini.
Seiring berita-berita kerusakan infrastruktur kota pasca bencana
itu. Gambar penderitaan warga wasior

10. Makalah Banjir Page 7 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan


Memang faktor umum penyebab terjadinya banjir adalah hujan
deras yang terjadi dalam kurun waktu yang lama, namun tidak
dipungkiri pula bahwa banyak faktor-faktor lain yang disebabkan
oleh ulah manusia. Berbagai dampak yang ditimbulkan dari
bencana banjir lebih didominasi dampak negatifnya. Karena
cenderung lebih merugikan bagi makhluk hidup yang secara
langsung maupun tidak langsung menjadi korban bencana banjir
ini. Perlunya kesadaran diri untuk lebih meningkatkan kualitas
hidup dengan berbagai usaha mencegah ataupun mengurangi
resiko terjadinya banjir ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk
memecahkan beberapa masalah dari bencana alam yang telah
terjadi. Maka dari itu, kita harus menerapkannya mulai dari
sekarang agar dampaknya tidak meluas. B. Saran Sekarang,
berbagai macam bencana alam telah terjadi di mana-mana dan di
sebabkan dari berbagai macam faktor. Salah satunya adalah
banjir. Untuk itu sekarang kita harus memulihkan kembali
lingkungan di sekitar dan memaksimalkan pengelolaan lingkungan
agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk itu, kita harus
mulai menerapkan usaha-usaha untuk mencegah ataupun
mengatasi resiko terjadinya bencana alam tersebut. Dan kita juga

harus menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar untuk warisan


di masa mendatang.

11. Makalah Banjir Page 8 DAFTAR PUSTAKA Hestiyanto,


Yusman. 2010. Geografi 1 SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira.
http://www.Banjir-Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
http://news.okezone.com/read/2010/10/04/340/379088/banjirbandang-luluhlantakan-wasior- papua.
http://besteasyseo.blogspot.com/2010/10/korban-banjir-bandangkota-warior-papua.html.
http://regional.kompasiana.com/2010/12/16/wasior-sebelumbencana. http://westjava.org/banjir-bandang-membuat-kota-wasiorpapua-barat-lumpuh.
http://regional.kompas.com/read/2010/10/07/13330656/Wasior.Miri
p.Aceh.Pascatsunami. Daftar Gambar http://google.co.id/imghp?
hl=id&tab=wi.

Banjir Bandang Wasior, Bagaimana terjadinya ?

Posted on 18 Oktober 2010 by Rovicky

32 Votes

Teluk Wondama

Berita bencana banjir bandang Wasior sangat mengagetkan. Berita soal pembalakan liar sering menjadi

tuduhan pertama terjadinya banjir bandang terutama di daerah yang banyak hutannya. Wasior yang berada
di pinggir lebatnya hutan Papua pun mengalami banjir bandang.
Apa sebenarnya banjir bandang itu.

Banjir bandang agak sedikit berbeda dengan bajir air biasa di Jakarta atau kota-kota Jawa Tengah akibat

meluapnya Sungai Bengawan Solo. Banjir bandang terjadi secara mendadak disertai aliran deras campuran
batu, kayu serta batu kerikil dan lumpur.
Mekanisme serta bagaimana terjadinya longsor dapat dilihat dalam video disiniVideo longsoran yang

mengubur 30 orang dan disini Melihat jenis-jenis longsoran dengan video

Dapat diketahui dengan sebuah pengamatan di lapangan.


Menurut catatan Bu Rita (Ketua Jurusan Teknik Geologi UGM), beberapa tahun sebelumnya, tercatat
bencana banjir bandang pernah pula melanda beberapa wilayah di Indonesia, di antaranya terjadi di tempat
wisata pemandian air panas Pacet di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, pada 11 Desember 2002 yang
mengakibatkan 26 orang tewas dan 14 orang hilang. Di Lembah Sungai Jenebarang yang berada di lereng
Gunung Bawakaraeng, Kabupaten Goa, terjadi bencana yang sama pada 27 Maret 2004 hingga
menewaskan 32 orang serta mengubur 12 rumah dan 430 hektare lahan. Begitu juga di bantaran Sungai
Bahorok, Taman Wisata Bukit Lawang, yang berada di kaki Gunung Leuser, Sumatra Utara, terjadi bencana
banjir pada 2 November 2003 yang mengakibatkan 151 orang tewas dan 100 orang yang hilang. Bahkan, di
beberapa lembah/bantaran sungai di Kota Palu dan juga di Kabupaten Jember, Jawa Timur, pada Januari

2006.
Mungkin ada yang masih ingat kejadian tahun lalu ketika di detik.com menceritakan munculnya danau yang

tiba-tiba saja terisi air di Maluku. Cerita pembentukan danau itu sudah didongengkan disini : Danau Akibat
Longsoran.
Terjadinya banjir bandang ini dapat dimengerti dengan pengamatan di lapangan seperti yang dilakukan Bu

Rita, diman akhirny abeliau dapat menjelaskan bagaimana Banjir Bandang Wasior terjadi.
Banjir bandang merupakan suatu proses aliran air yang deras dan pekat karena disertai dengan muatan
masif bongkah-bongkah batuan dan tanah (sering pula disertai dengan batang-batang kayu) yang berasal
dari arah hulu sungai. Selain berbeda dari segi muatan yang terangkut di dalam aliran air tersebut, banjir
bandang ini juga berbeda dibandingkan banjir biasa. Sebab, dalam proses banjir ini, terjadi kenaikan debit
air secara tiba-tiba dan cepat meskipun tidak diawali dengan turunnya hujan.

Pemukiman di lereng bukit harus selalu memperhatikan kondisi bukit diatasnya.

Banjir ini terjadi umumnya dengan diawali oleh proses pembendungan alamiah di daerah hulu sungai yang
berada pada lereng-lereng perbukitan tinggi. Pembendungan alamiah ini sering terjadi sebagai akibat
terakumulasinya endapan-endapan tanah dan batuan yang longsor dari bagian atas lereng. Proses
pembendungan alamiah ini dapat terjadi secara lebih cepat apabila disertai dengan penumpukan batangbatang kayu yang terseret saat longsor terjadi.

Kondisi cuaca ekstrim memungkinkan sebagai pemicu longsoran dan banjir bandang.

Coba perhatikan muka air tanah (warna biru) yang terpotong oleh garis-garis terputus. Disitu berarti air

tanahnya terkuak dan air tanah itu keluar seperti mata air yang akhirnya menjadi sumber air ketika
longsoran itu berubah menjadi banjir air lumpur pada akhirnya.
Tentusaja lebih mudah dimengerti apabila kita melihat cara tiga dimensi. Seperti morfologi dari sekitar
Wasior.

Peta Wasior, Terlihat bukit di atas Wasior membentuk sebuah lembah panjang yang memungkinkan terbentuknya
bendungan alami.

Kita lihat pada peta diatas bahwa Wasior terletak dibagian bawah dari sebuah bukit memanjang yg dikenal
dengan nama Semenanjung Wandamen (Semenanjung Wasior) trimakasih koreksinya Mas Ismail
Widodo
Dalam peta interaktif dapat dilihat seperti morfologi di daerah ini.

View Larger Map

Lihat disebelah Selatan Wasior terdapat bentuk kipas aluvial yang rona cerah. Ini menunjukkan bahwa
daerah ini memang sangat rentan dan sangat rawan terjadinya banjir bandang.

Bagaimana dengan pembalakan hutan yang dicurigai itu ?

Menurut Bu Rita, tidak tertutup kemungkinan bahwa penumpukan batang-batang kayu di daerah hulu ini
akibat pembalakan hutan. Bagaimana kita dapat menduga bahwa kayu-kayu yang tertumpuk adalah akibat
pembalakan hutan atau akibat pohon-pohon yang tumbang yang terseret saat longsor di bagian atas lereng
lembah terjadi. Apabila kayu yang terseret oleh arus banjir bandang ini merupakan kayu gelodongan
dengan ukuran teratur dan tampak terpotong secara seragam (tidak disertai adanya akar-akar pohon),
tumpukan kayu yang membendung lembah di hulu sungai adalah hasil tebangan pohon oleh manusia.
Namun, apabila kayu-kayu yang terseret banyak disertai dengan akar-akar dan ranting-ranting pohon,
sangat mungkin bahwa tumpukan kayu-kayu yang membendung hulu sungai terjadi secara alamiah akibat
longsor yang menyeret pohon-pohon di permukaan lereng.

Wasior dan daerah yang rawan banjir bandang Rona cerah menunjukkan longsoran (banjir bandang) dimasa
lampau.

Pakdhe, konon katanya di Wasior kayu-kayu yang ikut meluncur ini terpatah dan terpotong secara

alami ya ?
Ya, kalau cuman sedikit yang diketemukan terpotong rapi berarti ulah manusia penyebab longsoran

banjir bandang ini lebih banyak karena faktor alami


Jadi, banjir bandang dapat pula dipicu oleh longsor dan pembendungan di daerah hulu, yang umumnya
dicirikan dengan munculnya kenampakan berupa bekas-bekas longsor di bagian atas lembah sungai yang
terbendung. Kenampakan bekas longsor ini dicirikan oleh terbentuknya torehan-torehan lengkung pada
lereng-lereng di daerah hulu sungai. Co

MAKALAH BENCANA ALAM MERAPI,


WASIOR DAN MENTAWAI TAHUN
2009/ 2010
23

Kamis,

Diposkan oleh Portal Pendidikan di 22.28

MAKALAH BENCANA ALAM


MERAPI, WASIOR DAN MENTAWAI
TAHUN 2009/ 2010
Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Geografi

Disusun Oleh :
1. UMI HARYANI
2. ISTIFATUN HIKMAH

SEKOLAH MENENGAH ATAS NAHDLATUL ULAMA (SMANU)


JL RAYA DIENG KM 17 KEJAJAR, WONOSOBO

Tahun 2010/ 2011


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Maraknya pemberitaan tentang meletusnya Gunung Merapi dan juga berita tentang status
gunung gunung yang ada di Indonesia menjadi WASPADA. Akankah Gunung Semeru
Meletus juga masih menjadi misteri. di susul berita Gunung Kelud, Gunung Bromo dan juga
Gunung Ijen yang juga berstatus WASPADA. Tentu hal ini membuat kita juga harus
mengetahui mengapa gunung gunung berapi tersebut bisa meletus. Dilanjutkan dengan
bencana alam banjir bandang Wasior.
Berita bencana banjir bandang Wasior sangat mengagetkan. Berita soal pembalakan liar
sering menjadi tuduhan pertama terjadinya banjir bandang terutama di daerah yang banyak
hutannya. Wasior yang berada di pinggir lebatnya hutan Papua pun mengalami banjir
bandang. Bencana yang mengakibatkan kerusakan dan korban jiwa ini sengat mengerikan.
Dengan kondisi lingkungan yang berupa pegunungan yang terjal mengakibatkan adanya
kumpulan air yang mengakibatkan bencana tersebut
Bencana mentawai tak kalah menyedihkan yaitu gempa yang dirasakan tidak begitu besar
namun menimbulkan gelombang pasang yang tinggi kurang lebih 15 m dibibir pantai. Dan
5-6 m didaratan. Mentawai tenggelam dibuatnya. Informasi yang kurang cepat dan tanggap
menjadi persoalan yang pokok untuk diperhatikan agar korban jiwa dapat ditekan.
Luluh lantak akibat bencana menimbulkan kesedihan yang mendalam. Dimanakah letak
penyebabnya? Konsep bencana alam sekarang ini menjadi-jadi. Ini agar kita selalu ingat
kepada yang kuasa
B. Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang
dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah penyebab terjadinya bencana merapi, wasior, mentawai ?
2. Bagaimana sikap kita dalam menghadapinya?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menelaah dan memperhatikan gejala atau pergeseran alam
atau lempengan yang terjadi. Sehingga akan menjadi perhatian khusus kita semua untuk
selalu waspada tehadap gejala-gejala alam yang akan terjadi yang dapat menimbulkan
bencana. Maka dari itu dalam makalah ini akan dibahas tentang :
1. Deskripsi bencana
2. Dengan membaca deskripsi penyebab bencana sehingga kita dapat mengetahui yang
sebernarnya penyebab bencana terjadi. Sehingga tidak salah kaprah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gunung Api, Banjir bandang, Tsunami


Namun, sebelumnya kita harus mengetahui apa itu Gunung Berapi. Gunung berapi adalah
bukaan, atau rekahan, pada permukaan atau kerak Bumi, yang membenarkan gas, abu, dan
batu cair yang panas bebas jauh di dalam bawah permukaan bumi. Aktivitas gunung berapi
mengakibatkan extrusion of rock yang cenderung membentuk gunung atau ciri-ciri
berbentuk gunung melalui tempo waktu yang lama.
Apa sebenarnya banjir bandang itu. Banjir bandang agak sedikit berbeda dengan bajir air
biasa di Jakarta atau kota-kota Jawa Tengah akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo. Banjir
bandang terjadi secara mendadak disertai aliran deras campuran batu, kayu serta batu
kerikil dan lumpur.
Kata tsunami berasal dari bahasa jepang, tsu berarti pelabuhan, dan nami berarti
gelombang. Tsunami sering terjadi Jepang. Sejarah Jepang mencatat setidaknya 195 tsunami
telah terjadi. Pada beberapa kesempatan, tsunami disamakan dengan gelombang pasang.
Dalam tahun-tahun terakhir, persepsi ini telah dinyatakan tidak sesuai lagi, terutama dalam
komunitas peneliti, karena gelombang pasang tidak ada hubungannya dengan tsunami.
Persepsi ini dahulu populer karena penampakan tsunami yang menyerupai gelombang
pasang yang tinggi. Tsunami dan gelombang pasang sama-sama menghasilkan gelombang
air yang bergerak ke daratan, namun dalam kejadian tsunami, gerakan gelombang jauh
lebih besar dan lebih lama, sehingga memberika kesan seperti gelombang pasang yang
sangat tinggi. Meskipun pengartian yang menyamakan dengan "pasang-surut" meliputi
"kemiripan" atau "memiliki kesamaan karakter" dengan gelombang pasang, pengertian ini
tidak lagi tepat. Tsunami tidak hanya terbatas pada pelabuhan. Karenanya para geologis dan
oseanografis sangat tidak merekomendasikan untuk menggunakan istilah ini.

B. Bencana Alam Yang Terjadi


a. Gunung Berapi

Berdasarkan data BNPB, jumlah korban meninggal akibat letusan Merapi sejak 26 Oktober
sampai sekarang 151 orang, terdiri 135 orang di wilayah DIY dan 16 orang di Jawa Tengah.
Sedangkan jumlah pengungsi seluruhnya 320.090 jiwa. Letusan merusak 291 rumah dan
satu tanggul jebol di Desa Ngepos akibat luapan lahar dingin. [mdr]

Armi mengakui bahwa kejadian alam, terutama letusan gunung berapi, sulit dideteksi karena
manusia tidak tahu jumlah atau volume magma di perut bumi. Para ahli seismologi hanya
berpatokan alat pengukur getaran gempa sehingga tidak bisa melakukan prediksi.

Meskipun begitu, masyarakat bisa mengetahui tingkat letusan berdasarkan pengamatan.


Jika semburan awan debu cukup tinggi berarti ada dorongan besar untuk mengeluarkan
materi bumi. Di sisi lain, jika awan tidak terlalu tinggi, letusan lebih rendah karena energi
keluar secara perlahan.
b. Wasior
Banjir bandang wasior memang bagaikan sunami yang menyapu bersih wilayah kota Wasior
di Papua Barat. Pasca banjir bandang melanda Kota Wasior, Kabupaten Teluk Wondama,
Papua Barat, Senin (4/10). Sekitar 103 jiwa masih dicari oleh Tim Penanggulangan Bencana
Banjir Bandang Wasior.

Sejumlah sarana dan prasarana pemerintahan serta rumah rakyat hancur diterpa air banjir
bandang wasior. Data terakhir yang dihimpun pemerintah melalui Badan Nasional
Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa korban tewas mencapai 145 orang dan luka
185 orang. Korban luka dirawat di RSUD Manokwari, RS Angkatan Laut Manokwari dan RSUD
Nabire. Sementara itu, berdasarkan hasil kunjungan Menko Kesra dan Mensos pada Sabtu
(9/10) diketahui bahwa kondisi Wasior pascabanjir sangat memprihatinkan dan dipenuhi
bebatuan, kayu dan lumpur. Menurut dia, Wasior pada saat ini sangat membutuhkan alat
berat untuk menyingkirkan endapan lumpur dan mencari korban hilang.

c. Mentawai
Peristiwa gempa bumi yang terjadi di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, ternyata
menimbulkan gelombang tsunami. Namun, gelombang tsunami itu terbilang kecil.
Berdasarkan pengakuan seorang warga Desa Malakopa, Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai,
Marsono (30), gelombang tsunami terjadi sekira pukul 23.00 WIB tak lama setelah kawasan
tersebut diguncang gempa 7,2 skala richter. Air laut naik ke darat hingga mencapai satu
kilometer. Puluhan rumah di sini rusak, ujar Marsono kepada okezone, Selasa (26/10/2010).
Kendati demikian, pihaknya belum menerima kabar tentang korban jiwa. Sebab, saat gempa
bumi terjadi, ratusan warga langsung menyelamatkan diri ke lokasi yang lebih aman.
Mengingat, kawasan tersebut pernah hancur karena gempa dan tsunami.

Pengakuan serupa juga diutarakan Anggota DPRD Mentawai Ian Winen Sipayung.
Menurutnya, ratusan rumah di Desa Silabum Pagai Utara, Mentawai juga rusak diterjang air
laut usai gempa. Saat ini, pihaknya masih mencari tahu dampak dari peristiwa ini.
Data yang baru diterima puluhan rumah warga dan sebuah puskesmas sudah hancur. Kami
kesulitan mencari info karena lokasi kejadian sulit dijangkau, pungkasnya.
PADANG - Setelah melakukan finalisasi data korban tewas akibat gempa dan tsunami
Mentawai, akhirnya Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat
menetapkan korban yang meninggal akibat bencana alam pada 25 Oktober tersebut
sebanyak 456 orang.
Data final yang telah diverifikasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah itu sebanyak 456
jiwa meninggal, itu telah diserahkan kepada Wakil Gubernur pada 18 November lalu,
katanya, Minggu (21/11/2010). Data yang telah divalidasikan itu adalah di Kecamatan Pagai
Selatan korban tewas sebanyak 156 orang di Desa Malakkopa terdiri dari Dusun Purourougat
53 orang, Dusun Erukparaboat (32), Dusun Beleraksok (30). Sedangkan di Desa Bulasat
terdiri dari Dusun Bulasat 1 orang dan Dusun Maonai (40).

Di Kecamatan Pagai Utara, jumlah yang meninggal sebanyak 268 orang yang terbagi dalam
dua desa, yakni Desa Betumonga yang mencakup Dusun Muntei 137 orang, Dusun BaruBaru (3), Dusun Sabeuguggung (121). Sedangkan di Desa Silabu meliputi Dusun Tumalei (1),
Dusun Gogoa (5), dan Dusun Maguiruk (1).
Di Kecamatan Sikakap ada sembilan orang yang terbagi dalam satu desa yakni Desa
Taikako. Sementara di Kecamatan Sipora Selatan korban jiwa akibat gempa dan tsunami
sebanyak 23 orang. Jumlah itu masuk dalam dua desa yaitu Beriulou dan Bosua.
C. Penyebab Terjadinya Bencana
a. Gunung Berapi
TEMPO Interaktif, Bandung - Tumbukan lempeng Indo Australia dengan lempeng Eurasia
diduga kuat menjadi penyebab aktifnya gunung-gunung api di Indonesia akhir-akhir ini,
termasuk Merapi. Pasalnya, gunung api itu berada di zona subduksi atau tumbukan yang
sama.
Pakar gempa bumi dari Institut Teknologi Bandung Sri Widiantoro mengatakan gunung api
seperti Anak Krakatau, Papandayan, dan Merapi, berada di satu zona subduksi lempeng Indo
Australia dengan lempeng Eurasia. Walau berada di jalur yang sama, ia sepakat dengan
kalangan ahli geologi yang menyatakan tidak ada hubungan peningkatan aktivitas antar
gunung.
Dapur magma setiap gunung itu lokal saja sifatnya, tapi semua magma berada di zona
tumbukan yang sama, katanya, hari ini. Pergerakan lempeng di zona subduksi yang sedang
meningkat itulah yang membangunkan gunung-gunung api yang kurang aktif.
Dalam kurun 50 tahun terakhir, guru besar bidang seismologi itu menjelaskan aktivitas
lempeng saat ini tergolong luar biasa. Alasannya, subduksi mampu menimbulkan gempa
besar dan tsunami di Aceh, tsunami Mentawai, dan letusan Merapi yang hebat.
Besarnya pergerakan lempeng kali ini, kata dia, harus diukur oleh ahli geodesi atau juga
memakai Global Positioning System (GPS). Sejauh ini, di sebelah barat Pulau Sumatera dan
selatan Pulau Jawa, misalnya, lempeng Indo Australia bergerak mendesak lapisan Eurasia
rata-rata 7 sentimeter per tahun. Namun di wilayah Indonesia timur, pergerakannya lebih
cepat, yaitu 10 sentimeter per tahun.
Walau pergerakan lempeng bisa berdampak pada aktivitas gunung api dan mengakibatkan
gempa bumi, namun dia membantah anggapan sebagian orang yang mengira aktivitas
gunung api akan menimbulkan atau menjadi pertanda kemunculan gempa besar. Gempa
vulkanik gunung api, menurut dia, terlalu kecil untuk membangkitkan gempa tektonik.
Apakah sebelum gempa besar ada gunung yang meletus? Malah setelah gempa Aceh,
gunung-gunung api lainnya jadi aktif kan, katanya.
Sri Widiantoro memperkirakan gempa disertai tsunami di Mentawai 25 Oktober lalu, besar
kemungkinan memicu peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau akhir-akhir ini karena

jaraknya cukup dekat. Tapi kecil kemungkinan ikut mendorong Merapi meletus lantaran
jaraknya yang jauh.
Adapun peneliti hujan asam di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)
Bandung, Tuti Budiawati, mengatakan, dalam kurun 3 tahun terakhir, terlihat ada pola
puncak peningkatan aktivitas gunung-gunung api di Indonesia. Hal itu terlihat dari semburan
gas belarang atau sulfur dioksida (SO2) yang tinggi ke udara. Puncaknya selalu pada
musim hujan, antara Oktober hingga Januari, kata Tuti di kantornya.
Keadaan Gunung Merapi, dinilai Armi, bisa digolongkan aman jika letusan dan aktivitas
Merapi telah benar-benar turun. Jangka waktu yang diberikan dari penghentian aktivitas pun
setidaknya dua bulan.
b. Bencana Wasior
Banjir bandang merupakan suatu proses aliran air yang deras dan pekat karena disertai
dengan muatan masif bongkah-bongkah batuan dan tanah (sering pula disertai dengan
batang-batang kayu) yang berasal dari arah hulu sungai. Selain berbeda dari segi muatan
yang terangkut di dalam aliran air tersebut, banjir bandang ini juga berbeda dibandingkan
banjir biasa. Sebab, dalam proses banjir ini, terjadi kenaikan debit air secara tiba-tiba dan
cepat meskipun tidak diawali dengan turunnya hujan.
Pemukiman di lereng bukit harus selalu memperhatikan kondisi bukit diatasnya.
Banjir ini terjadi umumnya dengan diawali oleh proses pembendungan alamiah di daerah
hulu sungai yang berada pada lereng-lereng perbukitan tinggi. Pembendungan alamiah ini
sering terjadi sebagai akibat terakumulasinya endapan-endapan tanah dan batuan yang
longsor dari bagian atas lereng. Proses pembendungan alamiah ini dapat terjadi secara lebih
cepat apabila disertai dengan penumpukan batang-batang kayu yang terseret saat longsor
terjadi.

Kondisi cuaca ekstrim memungkinkan sebagai pemicu longsoran dan banjir bandang.
Coba perhatikan muka air tanah (warna biru) yang terpotong oleh garis-garis terputus. Disitu
berarti air tanahnya terkuak dan air tanah itu keluar seperti mata air yang akhirnya menjadi
sumber air ketika longsoran itu berubah menjadi banjir air lumpur pada akhirnya.
Tentusaja lebih mudah dimengerti apabila kita melihat cara tiga dimensi. Seperti morfologi
dari sekitar Wasior.

Peta Wasior, Terlihat bukit di atas Wasior membentuk sebuah lembah panjang yang
memungkinkan terbentuknya bendungan alami.
Kita lihat pada peta diatas bahwa Wasior terletak dibagian bawah dari sebuah bukit
memanjang yg dikenal dengan nama Semenanjung Wandamen (Semenanjung Wasior)
trimakasih koreksinya Mas Ismail Widodo
Lihat disebelah Selatan Wasior terdapat bentuk kipas aluvial yang rona cerah. Ini
menunjukkan bahwa daerah ini memang sangat rentan dan sangat rawan terjadinya banjir
bandang.
c. Bencana Mentawai
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika melaporkan, gempa berkekuatan 7,2 skala
Richter (SR) kemudian disusul gempa dengan kekuatan 6,1 SR dan 6,2 SR pada lima dan
delapan jam dari gempa pertama di wilayah yang sama. Pusat kedalaman gempa sekitar
20,6 kilometer di bawah laut. Gempa ini membuat Pusat Pengawasan Tsunami Pasifik yang
berbasis di Amerika Serikat mengeluarkan peringatan tsunami dan memberikan tata cara
penyelamatan meski beberapa saat kemudian dibatalkan. Indonesia dikenal berada dalam
lingkaran yang disebut Ring of Fire yang merupakan pertemuan dari patahan kontinental
serta mengakibatkan aktivitas vulkanik dan seismik.

BAB III PENUTUP


A. Simpulan
Memperhatikan bencana yang terjadi secara bertubi-tubi yang dialami bangsa Indonesia.
Maka dilihat secara umum disebabkan oleh ulah manusia dan dikarenakan kondidi bangsa
Indonesia yang rawan akan bencana alam terutama gunung berapi dan gempa bumi yang
dapat menimbulkan tsunami. Indonesia dikenal berada dalam lingkaran yang disebut Ring of
Fire yang merupakan pertemuan dari patahan kontinental serta mengakibatkan aktivitas
vulkanik dan seismik. Jadi bencana alam akan terjadi jika terjadi pergeseran lempeng dunia.
B. Saran
Karena bangsa Indesia berada pada posisi Ring of Fire yang merupakan pertemuan dari
patahan kontinental serta mengakibatkan aktivitas vulkanik dan seismik. Akan menimbulkan
dampak sering terjadinya bencana alam maka dari itu sudah sepantasnya warga Indonesia
harus selalu dalam posisi waspada.

Anda mungkin juga menyukai