Apa Penyebab Banjir Bandeng Wasior Sesungguhnya
Apa Penyebab Banjir Bandeng Wasior Sesungguhnya
Dibaca: 2311
Komentar: 29
Silang pendapat kembali terjadi terkait dengan penyebab bencana banjir bandeng di Wasior,
Papua Barat. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membantah musibah diakibatkan
pembalakan liar. Bantahan itu didasarkan pada laporan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) Syamsul Muarif.
Sebelumnya, sejumlah LSM peduli pelestarian hutan melansir eksploitasi hutan Wasior secara
berlebihan sebagai penyebabnya. Sementara Menhut Zulkifli Hasan menyatakan, alam punya
cara tersendiri untuk membalas terjadinya pembalakan liar.
Sementara itu Walhi tidak setuju jika banjir bandang tersebut semata-mata hanya peristiwa alam
saja. Pasca banjir, tim Walhi di lapangan menemukan puluhan ribu kayu gelondongan di 8 daerah
diantaranya Wasior satu dan dua serta Kampung Rado. Menurut Irhash Ahmady, manajer bidang
bencana Walhi, Kerusakan hutan ini diduga dilakukan oleh perusahaan penguasaan hutan yaitu
PT Wapoga Mutiara Timur dan PT Darma Mukti Persada. Mereka merupakan pemain lama di
daerah Manokwari dan sekitarnya sejak tahun 1990-an.
Setiap terjadi bencana alam yang menewaskan sejumlah orang dan memorak-porandakan
infrastruktur, silang pendapat seperti itu selalu terjadi. Di satu sisi, para pegiat pelestarian alam
bersikukuh bencana alam dalam berbagai bentuk dan intensitasnya itu sebagai dampak dari
terganggunya ekologi. Berubahnya keseimbangan dalam hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dengan kondisi alam sekitar dan lingkungannya. Sedang di sisi lain, pemerintah selalu
terkesan mengelak atau menepis adanya tuduhan tersebut.
Namun kemungkinan besar yang terjadi adalah gabungan dari keduanya, yaitu adanya
penggundulan hutan yang berlebihan, yang disertai dengan hujan lebat yang luar biasa. Bahkan
bias ditambah factor ketiga, yaitu letak Kota Wasior yang paling rendah, pas banget sebagai
pusat dari semua aliran sungai dari pegunungan di atasnya
Apa pun penyebab banjir bandang di Wasior itu, yang pasti musibah itu telah menyentak nurani
berbangsa kita. Demikian dahsyatnya sehingga 100 orang lebih meninggal dunia dan ratusan
lainnya dinyatakan hilang. Bencana ini mengundang pula perhatian masyarakat internasional.
Salah satu di antara tokoh dunia yang menyatakan keprihatinannya adalah Menlu AS Hillary
Rodham Clinton.
Salah Satu Pihak Pasti Salah
Bila ada dua pendapat yang saling berseberangan sebagaiaman penyebab banjir bandang Wasior
ini, tidak mungkin keduanya benar. Salah satu pihak pasti ada yang salah Tidak mungkin
penyebab bencana itu karena terjadinya penebangan hutan sekaligus diakaibatkan karena tidak
adanya penggundulan hutan.
Saat artikel ini dibuat Kamis siang 14 Oktober 2010, Presiden SBY beserta rombongan sedang
berada di Wasior. Sekali Presiden menyatakan bahwa bencana tersebut bukan karena adanya
kerusakan hutan. Kita sebagai rakyat hanya bisa bingung. Namun dari materi yang terlihat di
siaran televisi saat banjir bandeng terjadi, tampak kayu-kayu balok besar ikut hanyut dan
menerjang apapun yang dilandanya, termasuk rumah-rumah rakyat. Ini merupakan fakta yang
tak terbantahkan bahwa hutan di hulu Wasior sudah rusak berat.
Sayangnya kita tidak pernah melihat tayangan bukti bahwa hutan-hutan di sekitar Wasior di
Provinis Papua Barat itu memang masih utuh dan lestari. Bukankah Kemeterian Kehutanan dan
TNI AU mempunyai banyak pesawat kecil atau helicopter atau foto satelit yang dapat memotret
dari keadaan yang sesungguhnya dari hutan di hulu District Wasior. Sungguh aneh dan ajaib.
Apakah ini merupakan salah satu bentuk dari pencitraan dalam pemerintahan SBY yang semakin
hari semakin amburadul ini?
Jumlah Korban dan Pengungsi
Terlepas dari silang pendapat tersebut di atas, yang jelas banjir bandang Wasior itu menyebakan
Kota Wasior secara fisik lebih 80 persen hancur total. Sebagian besar sarana dan prasaran rusak
termauk gedung-gedung pemerintahan, sekolah dan rumah-rumah ibadah.
Lebih 150 orang meninggal dunia dan lebih sertus lainnya masih dinyatakan hilang. Jumlah
pengungsi lebih lima ribu orang. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menampung
sedikitnya 4.771 pengungsi korban banjir bandang Wasior di Manokwari yang tersebar di
berbagai lokasi. BNPB juga mencatat 355 pengungsi ditampung di Nabire.
Selain di Manokwari dan Nabire, BNPB juga mendata 2.652 pengungsi masih bertahan di
Wasior, tempat bencana banjir bandang terjadi beberapa waktu lalu. Mereka tersebar di enam
lokasi penampungan pengungsi.
Bantuan Yang Diperlukan
Yang diperlukan rakyat Wasior, lebih-lebih yang kehilangan saudara dan rumah tempat
tinggalnya adalah bantuan dalam segala bentuk materi, bukan hanya bantuan untuk keperluan
makan dan minum sehari-hari, tetapi juga bantuan pengobatan, sanitasi, serta normalisasi
kehidupan lingkungan sehingga Wasior berdenyut lagi. Tidak berlama-lama menjadi kota mati.
Tidak terlalu berlebihan bila kita mengingatkan, penanganan yang terkesan lamban atas derita
rakyat dan pemulihan lingkungan Wasior, akan dapat menghadirkan isu negatif. Bahkan bukan
tidak mungkin berkembang menjadi isu sensitif, mengingat masih adanya kelompok masyarakat
Papua sperti Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang selalu berusaha memanfaatkan kelemahan
Selain itu, banjir bandang yang disebabkan hujan juga dapat memicu bencana
tanah longsor.
Kejadian Banjir Bandang Wasior
Banjir bandang wasior terjadi pada hari Senin tanggal 4 Oktober 2010 jam
08.30 WIT dengan lokasi di 2 Distrik yaitu Distrik. Wasior (desa. Wasior I,
Wasior II, Rado, Moru, Maniwak, Manggurai dan Wondamawi) dan Distrik.
Wondiboy (Desa Wondiboy). Akibat/Korban Korban meninggal 95 orang, luka
berat 185 orang (125 dirawat RSUD Nabire dan 53 orang RSUD Manokwari, 6
orang di RSAL Manokwari, 1 orang dievakuasi keluar Papua Barat) dan luka
ringan 535 orang. Sedangkan korban hilang tercatat 76 orang. Sementara itu,
pengungsi yang telah terdata sebanyak 2.129 jiwa ( 1.994 jiwa di Manokwari
dan 135 jiwa di Nabire). Kerusakan rumah 31 unit rusak berat/hanyut, sarana
kesehatan 1 unit rumah sakit rusak berat, sarana pendidikan 2 unit sekolah
rusak berat, jalan 1 ruas rusak berat, jembatan 4 unit rusak berat, dan hotel 1
unit rusak berat.
Letak dan Posisi
Secara administratif lokasi banjir terletak di Kabupaten Teluk Wondama terdiri
yang dari 7 distrik dan 53 kampung/desa dengan luas daerah seluruhnya
berjumlah 4.996 Km2. Daerah tersebut sebelah utara berbatasan dengan
Samudera Pasifik, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Fakfak,
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sorong Selatan dan sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Paniai. Secara geografis terletak pada posisi
koordinat 134o 01' 49 134o 57' 5 BT dan 1o 58' 27 3o 00' 32 LS.
Gambar 1. Lokasi Banjir Bandang Wasior
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan adalah setiap campur tangan manusia terhadap lahan dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual (Arsyad,
1989). Karakteristik penggunaan lahan yang terdapat di DAS Sobei diperoleh
dari interpretasi citra Landsat ETM tahun 2006, serta cek lapangan pada bulan
Oktober 2010. Berdasarkan hasil interpretasi dan cek lapangan, maka jenis
penggunaan lahan di lokasi DAS Sobei sebagian besar didominasi oleh hutan
lahan kering primer dengan luasanmencapai 45.294 hektar atau 93,25 % dan
kondisinya masih bagus belum ada campur tangan dari manusia karena
merupakan kawasan suaka alam terletak di perbukitan dengan lereng yang
curam, sementara di bagian bawah umumnya untuk pertanian lahan kering dan
sebagian dirubah menjadi pemukiman penduduk.
Tabel 1. Penggunaan Lahan di DAS Sobei
Topografi/Lereng ratarata
Topografi merupakan konfigurasi permukaan bumi yang dikontrol oleh kondisi
relief permukaan bumi. Relief atau kesan topografi dapat memberikan informasi
tentang konfigurasi permukaan bentuk lahan yang dapat ditentukan
berdasarkan keadaan morfometriknya. Keadaaan morfometrik dicerminkan oleh
kemiringan lereng dan beda tinggi Kondisi topografi daerah banjir bandang yang
meliputi keadaan lereng, yaitu: kemiringan lereng daerah monev terdiri dari
datar landai sampai sangat curam. Kemiringan lereng akan memiliki pengaruh
terhadap kecepatan dan volume limpasan permukaan. Semakin besar
kecepatan limpasan permukaan akan semakin curam lereng tersebut, akibatnya
air akan sulit untuk meresap kedalam tanah dan akan memperbesar aliran
permukaan. Hal ini akan diperparah jika penggunaan lahannya tidak sesuai
dengan peruntukannya.
Topografi Das Sobei bergunung dengan lereng terjal, gradien sungai terjal, dan
di belakang pemukiman dibatasi bentangan lereng terjal sehingga sungai
mengalir di celah perbukitan lereng terjal. Kondisi topografi DAS Sobei sebagian
besar terdiri dari topografi curam sekali (2540%) dengan luas mencapai
42.604 ha atau 87,32 % dari luas DAS Sobei dan sebagian kecil terutama di
muara sungai memiliki topografi landai (08%) seluas 6.187 hektar atau 12,68
% dari luas DAS. Klas kemiringan lereng di DAS Sobei selengkapnya terdapat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Klas Kemiringan Lereng di DAS Sobei
Fungsi Kawasan
Sebagian besar fungsi kawasan di DAS Sobei masuk dalam Cagar Alam Darat
yang terkenal dengan Cagar Alam Pegunungan Wondiwoi dengan kondisi
vegetasi masih alami, tidak dijumpai adanya penebangan liar. Selengkapnya
dapat dilihat di Tabel 4.
Tabel 4 Fungsi Kawasan di DAS Sobei
limpasan yang tertahan oleh sumbatan palung sungai akibat tanah longsor
(banjir ekstrem) seperti yang terjadi antara lain di Panti, Jember, Jawa Timur,
dan Bohorok, Sumatera Utara.
Wilayah Wasior dilewati sesar Australia, sehingga banyak terjadi patahan atau
tanah ambles ehingga secara umum rentan terhadap tanah longsor. Lereng
sungai yang terjal dengan lapisan tanah tebal mudal longsor, walaupun
bervegetasi hutan, karena akar pohon tidak mencapai batuan sehingga terbawa
gerakan tanah ke bawah tanpa tahanan. Bahan longsoran dari tebing akan
menyumbat palung sungai sehingga limpasan air dari hulu sumbatan akan
tertahan dan terakumulasi. Proses penyumbatan tidak hanya Oleh tanah longsor
tetapi juga oleh pohon tumbang karena umur tua, oleh angin atau terbawa
tanah longsor, seperti diceritakan oleh surveyor burung tahun 1980an. Selama
penggenangan maka tebing yang terendam tanahnya menjadi jenuh dan tidak
stabil sehinggga tanah longsor dan pohon tumbang dan terendam.
Akibat hujan yang terus menerus maka sumbat palung sungai tidak kuat
menahan akumlasi air sehingga jebol dan mengakibatkan banjir bandang
seperti air ditumpahkan. Gradien sungai yang terjal mendorong aliran air banjir
berjalan sangat cepat sehingga tenaga perusak yang dihasilkan sangat besar.
Dalam perjalanan alirannya maka kayu yang terendam tanah penyumbat
terhanyut oleh aliran yang sangat besar. Selama dalam perjalanan alirannya
maka batu yang berda di dasar sungai dan di tebing sungai ikut terseret
gelombang aliran air. Disamping itu aliran yang deras juga akan menggerus
tebing sungai sehingga tanah batu dan pohon di tebing sungai ikut terhanyut.
Hipotesis ini dikuatkan dengan tanda atau indikator atau bukti lapangan sebagai
berikut:
1. Endapan pasir menunjukkan lapisan tanah yang terbawa banjir tidak
hanya lapisan atas tetapi juga lapisan bawah berupa pasir kwarsa.
2. Kayu yang besar, panjang, berbanir, dan terkelupas kulitnya sebagai
tanda pohon yang tumbang beserta akarnya dan terendam cukup lama.
Pohon yang masih kelihatan lebih segar merupakan pohon yang terhanyut
aliran banjir sepanjang sungai.
3. Dorongan tumpahan yang besar mendorong batu yang besarpun ikut
terhanyut.
4. Tumpahan air yang tinggi dibarengi material terangkut sehingga dimensi
sungai tidak muat sehingga menjadi aliran liar mengikuti kondisi alami
yang ada. Jembatan yang tersumbat oleh kayu maupun batu membuat
aliran banjir menjadi meluas.
5. Terseretnya kayu besar dan batu besar jauh dari mulut sungai
menunjukkanbesarnya kecepatan aliran meskipun gradien aliran berubah
lebih datar dan dimensi adan aliran lebih luas.
6. Berdasarkan bukti lapangan tersebut maka kemungkinan terjadinya banjir
bandang di Wasior akibat multi proses tanah longsor, sumbatan,
tampungan air, banjir normal dan dam jebol.
Saran tindakan ke depan dipilah antara tidakan pada daerah pemasok air banjir
dan daerah yang terkena banjir. Pemilahan agar lebih bisa memudahkan
pemahaman peran bagi setiap institusi terkait.
1. Tindakan pada Daerah Pemasok Air Banjir
Keadaan daerah pemasok air banjir atau daerah tangkapan air (catchment
area) didominsi oleh kawasan cagar alam dan pelestarian alam yang dalam
keadaan belum terganggu atau masih murni. Untuk mengurangi kemungkinan
terulangnya multi proses banjir dan tampungan air limpasan di daerah
tangkapan air, tindakan ke depan yang diperlukan adalah:
Pemetaan daerah rawan longsor pada kawasan hutan konservasi.
Inspeksi rutin jalur sungai terhadap kemungkinan terjadinya
penyumbatan palung sungai, baik oleh pohon tumbang maupun oleh tanah
longsor dari tebing sungai.
Pengendalian tanah longsor pada tebing sungai utama.
Penanaman kembali areal kosong (apabila ada) sesuai asas fungsi
kawasan yang bersangkutan.
2. Tindakan pada Daerah Kebanjiran
Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa sungai
sungai yang mengalir ke daerah sepanjang pantai Wasior sering banjir dan
airnya meluap ke pemukiman sekitar sungai. Hal ini terlihat juga pada sungai
Wanayo yang ketika terjadi pada tanggal 10 Oktober 2010 air melipah ke areal
sekitar. Disamping itu tebing perbukitan di belakang pemukiman Wasior cukup
terjal dan rawan terhadap tanah longsor, termasuk di belakang kantor
pmerintahan Kabupaten Wasior. Berdasarkan kondisi tersebut maka tindakan
pencegahan bencana banjir ke depan meliputi:
Peningkatan dimensi palung sungai sehingga mampu menampung air
banjir puncak yang mungkin terjadi (peak run off). Hal ini dapat dilakukan
dengan pembuatan tanggul sungai mulai mulut sungai di perbukitan sampai ke
pantai.
Pembuatan tanaman jalur sekat di belakang pemukiman Wasior mulai
dari kaki bukit hingga jarak 100m. Jalur sekat merupakan hutan lindung dengan
jenis tanaman setempat ayang meiliki sifat perakaran dalam dan daur panjang
ditanam pada jarak relatif rapat secara selangseling (zigzag).
Geo Edu
Jumat, 09 Desember 2011
MENGANALISIS PENYEBAB BANJIR DI WASIOR
A.
LATAR BELAKANG
Permasalahan yang sering kita hadapi ketika tibanya musim hujan adalah banjir,
banjir merupakan bencana alam yang sangat merugikan baik materiil maupun non
materiil, kerusakan pemukiman, lahan pertanian serta infrastruktur lain dan
terganggunya aktivitas sosial ekonomi masyarakat.
Beberapa literatur menyebutkan, penyebab banjir ada banyak faktor, antara lain
karena perubahan lahan, erosi & sedimentasi, bangunan atau permukiman di tepi
sungai, perencanaan penggunaan lahan yang kurang baik, sistem drainase yang
buruk, curah hujan yang tinggi, fisiografi sungai, kapasitas sungai, pengaruh air
pasang, dan global warming.
Secara umum, banjir yang terjadi karena ketidakmampuan tanah untuk menyerap
limpahan air hujan yang jatuh ke tanah. Pendangkalan dan perubahan berbagai
penampung air seperti sungai, waduk, danau dan lainnya terus terjadi sehingga
badan air tersebut tidak mampu lagi menampung air hujan. Meluapnya sungai
sering menjadi penyebab terjadinya banjir.
Demikian juga yang terjadi di Wasior. Sungai Batang Salai dan beberapa anak
sungai lain yang berhulu di Pegunungan Wondiwoy dan mengalir membelah Kota
Wasior meluapkan air karena tingginya curah hujan sejak beberapa hari
sebelumnya. Luapan air bercampur batang pohon, lumpur, kayu, batu, dan material
lainnya inilah yang memporak-porandakan Wasior.
A.
Kondisi geografis Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, tergolong rentan
bencana banjir bandang. Daerah tersebut berupa bentang alam datar dan luas,
tepat di mulut lembah sungai pada kaki perbukitan yang curam. Pada daerah hulu
memiliki ketinggian > 1000 m dpl, sedangkan daerah daratan paling rendah
memiliki ketinggian < 200, dengan luas wilayah yang tidak terlalu besar sehingga
menyebabkan lereng sangat curam dan jika terjadi banjir atau longsor efeknya bisa
merusak karena meluncur di kemiringan yg curam. Dengan topografi curam dan
tingkat kerentanan longsor yang tinggi, hutan lebat bukan berarti bisa menjamin
tidak akan terjadi longsor ketika terjadi cuaca ekstrem seperti sekarang ini.Lokasi
Wasior berada di bagian bawah cagar alam Wondiboy. Cagar alam itu konturnya
curam dan berupa pegunungan. Daerahnya curam dan perubahan cuacanya juga
cepat. Kondisi tanah di Wasior cepat rapuh dan lembek. Kondisi tanah yang
demikian, merupakan pengaruh akibat terlalu dekat dengan hutan cagar alam yang
memang gembur tanahnya.
Papua Barat memang memiliki topografi yakni gunung curam. Oleh karena itu,
banyak kawasan cagar alam atau konservasi. Karena topografinya yang curam,
kawasan ini apabila penggunaan lahannya salah, akan menyebabkan longsor.
A.
Banjir bandang yang melanda Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat, adalah hasil
dari anomali cuaca. Salah satu penyebab terjadinya anomali cuaca adalah
munculnya La Nina ketika suhu muka laut di barat wilayah khatulistiwa Pasifik
mendingin. Dampaknya, hujan deras pada musim kemarau seperti sekarang ini
masih saja terjadi. Disamping kemampuan wilayah yang tidak seimbang
menangkap air hujan, banyak wilayah di Indonesia yang juga tinggi kerentanannya,
terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS).
Penyebab banjir bandang di Wasior, Papua Barat, bukan disebabkan pembalakan
liar atau illegal logging. Melainkan adanya evolusi morfologi atau perubahan bentuk
tanah yang terjadi di lokasi bencana. Hutan yang berada perbukitan merupakan
cagar alam sekaligus hutan produksi terbatas. Tidak ada perusahaan HPH (Hak
pengelolaan hutan) yang beroperasi di hutan perbukitan tersebut. Termasuk
penebangan liar, mengingat topografi hutan perbukitan itu yang tergolong curam.
Hal itu juga didasarkan pada perbandingan citra satelit antara tahun 2000 dan 2009
yang menunjukkan bahwa tutupan lahannya hanya berubah satu persen. Hampir 95
persen hutan primer masih dalam kondisi bagus. Tidak terlihat adanya areal terbuka
yang mengindikasikan adanya penebangan liar. Aktivitas manusia di pegunungan
dan DAS sangat minim karena kondisi topografi yang sangat curam.Hal itu
diperkuat dengan fakta bahawa hutan di Wasior merupakan cagar alam sehingga
sangat dijaga dan diawasi dengan ketat sehingga kecil kemungkinan ada kegiatan
hak penguasaan hutan di sana.
Dari segi tutupan lahan di wilayah tersebut tidak ada aktivitas illegal loging dan
hutan di sana masih terjaga serta termasuk hutan konservasi, fenomena terjadinya
longsor di hulu-hulu sungai ini sangat dimungkinkan mengingat topografi di Papua
terkenal sangat curam. Untuk wilayah di sekitar Wasior sendiri, memang terdapat
pegunungan-pegunungan yang memanjang dengan ketinggian rata-rata 1.800
meter. Dari data citra satelit yang didapat pada tahun 2009, tutupan hutan di
wilayah tersebut adalah sebesar 91,32 persen. Ilegal logging pun sangat sulit
dilakukan di sana karena aksesnya sangat susah. Kalaupun ada penebangan pohon,
hanya dilakukan oleh penduduk sekitar untuk kebutuhan mereka sehari-hari dan
skalanya pun kecil.
Bencana banjir bandang di Wasior dipicu kondisi bentang alam berupa perbukitan
tektonik. Wasior dilewati oleh lempeng Australia sehingga banyak terjadi patahan
atau tanah amblesan. Bagian hulu DAS Manggarai menunjukkan bekas amblesan,
sehingga membentuk lembah di antara perbukitan. Gempa di perbukitan tektonik
itu berpotensi merontokkan batuan di tebing. Longsoran itu berpotensi
membendung lembah.
Gempa juga menyebabkan terjadi perubahan struktur tanah di mana sebagian
diantaranya menutupi aliran sungai sehingga air meluap. Perubahan bentuk tanah
yang terjadi berulang-ulang di wilayah datar dan terjal menyebabkan kondisi alam
tidak seimbang. Karena letak kota Wasior yang berada didataran rendah di bawah
kaki gunung sehingga mengakibatkan sejumlah sungai yang berada di sekitar
Wasior, Papua Barat meluap dan mengalir deras ketika curah hujan tinggi.
Longsoran tanah akibat gempa yang menyebabkan banjir bandang di Wasior
menyumbat sungai. Timbunan tanah dan batang pohon yang terangkat dari dasar
sungai membuat dampak banjir sedemikian merusak. Analisis dari citra satelit yang
didapat menyimpulkan bahwa wilayah sejauh 6 7 km dari Wasior merupakan
penyebab terjadinya banjir bandang. Di wilayah tersebut terdapat dua pertemuan
sungai yang tersumbat karena longsoran yang membentuk bendungan atau
timbunan. Selain itu, sebelum hujan melanda Wasior, juga terjadi gempa di
Kaimana, Papua Barat dengan 7,2 skala richter yang diikuti oleh gempa-gempa
kecil. Gempa tersebut memicu rapuhnya struktur tanah di wilayah tersebut.
Penyumbatan tersebut dianalisa disebabkan adanya gempa yang terjadi
sebelumnya, sehingga membuat tanah menjadi longsor. Sumbatan tersebut
akhirnya menjadi bendungan alami sungai. Dengan lereng yang demikian curam,
ketika bendungan tak sanggup menahan massa air yang bercampur dengan
lumpur, batu, dan kayu atau pohon, air akan meluncur dengan cepat mengikuti
gaya gravitasi. Fenomena tersebut dikenal dengan aliran debris (debris flow) yang
bersamaan dengan banjir bandang (flash flood).
Banjir bandang yang terjadi di Wasior hanya berlangsung beberapa menit saja.
Demikian pula saat surutnya debit berlangsung sangat cepat. Hal ini menunjukkan
bahwa ada volume air besar yang berada di hulu yang menggelontor dengan cepat
dan waktunya bersamaan. Tiga sungai yang ada, yaitu Sungai Sanduai, Sungai
Anggris, dan Sungai Manggarai meluap dan bendungan yang terbentuk ini akhirnya
tidak kuat menahan air. Terlebih lagi dengan karakteristik sungai di sana yang
berbentuk huruf V. Air kemudian meluncur dengan kecepatan tinggi dan volume
yang besar. Air limpasannya mengalir sedemikian kencang akibat lintasan sungai
yang relatif lurus memanjang. Kencangnya arus air itu yang kemudian membongkar
timbunan tanah dan batang-batang pohon sisa longsoran yang menyumbat sungai
dan menghantam desa-desa di sekitar sungai.
Bukti bahwa tanah dan batang pohon yang terbawa banjir adalah sisa longsor
akibat gempa, dapat dilihat dari fisik gelondongan kayu. Secara kasat mata terlihat
bahwa gelondongan yang masih utuh berikut dengan akarnya itu sudah tidak lagi
dibungkus kulit kayu utuh. Artinya kayu sudah lama terendam air hingga kulit lapuk
dan habis. Kalau hanya karena hujan, kulitnya tidak akan terkelupas. Artinya kayu
hasil longsor masuk ke sungai dan terbendung lama atau menyumbat di sungai.
Kayu-kayu gelondongan yang terseret banjir itu bukan merupakan hasil
penebangan liar hutan cagar alam sekitar Wasior. Sebab batang pohon hasil
tebangan tidak mungkin menyertakan akar-akarnya secara utuh seperti yang kini
bergeletakan di Wasior.
Hujan selama enam jam yang didahului hujan empat hari sebelumnya tidak
mungkin menghasilkan debit air banjir seperti yang terjadi. Air diduga merupakan
air banjir normal ditambah akumulasi limpasan yang tertahan sumbatan palung
akibat tanah longsor.Tingginya curah hujan membuat dua danau kecil yang berada
di pegunungan sekitar kota Wasior meluap hebat. Arus air menjadi sedemikian
kencang seperti gelombang tsunami, sebab jalur sungai yang mengalirkan air
danau berbentuk lurus.
Curah hujan yang tinggi, lereng yang curam di daerah hulu, rawan menyebabkan
tanah longsor. Sementara itu, barisan pegunungan di Kabupaten Teluk Wondama
yang memiliki ketinggian rata-rata 1.800 di atas permukaan laut (dpl), terdapat
banyak sungai dengan topografi sangat curam menuju pantai sebelah barat.
Topografi daerah aliran sungai (DAS) di kawasan tersebut dikategorikan kelas curam
hingga sangat curam karena penampang sungai sebagian besar berbentuk V. Di
kiri-kanan sungai merupakan lereng dari pegunungan yang sangat terjal. Kondisi
lahan hutan baik legal ataupun illegal telah terjadi sangat signifikan di wilayah ini
khususnya di hulu sejak puluhan tahun terakhir ini. Terjadi penebangan hutan untuk
pemekaran kota di sekitar areal hutan.
Wilayah yang mempunyai kemiringan dengan vegetasi yang relatif rapat serta
lokasi yang tidak jauh dengan hilir (dekat laut) semula mempunyai keseimbangan
dari air yang banyak terinfiltrasi masuk ke dalam tanah melalui batang tumbuhan,
dan kondisi tanah yang subur karena laju alirannya dapat diperlambat oleh adanya
vegetasi-vegetasi, dan ketika keseimbangannya terganggu (vegetasi berkurang
karena dialih fungsikan sebagai permukiman, air permukaan cepat), ketika runoff
dari permukaan yang terbuka terhalang oleh vegetasi yang masih tersedia sebagian
akan masuk dan dipertahankan sampai kondisi yang maksimum, sampai tingkat
kejenuhan tertentu (tanah yang bervegetasi tidak mampu menyerap air lagi) akan
melepaskan tenaga yang berupa air yang berlumpur dengan kecepatan arus yang
relative cepat dan menyebabkan banjir bandang terjadi.
Banjir Wasior
Banjir Wasior 2010 adalah bencana banjir bandang yang terjadi pada 4 Oktober 2010 di Wasior,Teluk
Wondama, Papua Barat. Banjir bandang terjadi, karena kerusakan hutan di Wasior, sehingga hujan tiada
henti yang terjadi sejak Sabtu, 2 Oktober 2010 hinggaMinggu, 3 Oktober 2010 menyebabkan Sungai
Batang Salai yang berhulu di Pegunungan Wondiwoy meluap. Banjir yang terjadi menyebabkan banyak
infrastruktur di Wasior hancur termasuk lapangan udara di Wasior, sementara kerusakan juga menimpa
rumah warga, rumah sakit, dan jembatan. Kerusakan yang terjadi disebabkan banjir yang terjadi
membawa serta batu-batuan besar, batang-batang pohon, lumpur. Bencana banjir bandang yang terjadi
juga mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktifitas masyarakat lumpuh.
Banjir bandang juga menyebabkan 110 orang tewas dan 450 orang masih dinyatakan hilang. Sementara
sebagian korban luka-luka dibawa ke Manokwari dan Nabire. Sementara sebagian korban luka lainnya
dan warga yang selamat ditampung di tempat-tempat pengungsian. Akibat banjir yang terjadi yang
merusak rumah warga dan infrastruktur banyak warga yang selamat memutuskan mengungsi ke
Manokwari dengan menggunakan kapal laut.
Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengupayakan dan memberikan bantuan
kepada korban banjir bandang dengan memberikan bantuan sandang dan pangan serta bantuan obatobatan.
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menilai banjir bandang di Kota Wasior, Papua, memang disebabkan
oleh kerusakan hutan di kawasan Kabupaten Teluk Wondama.
Manajer Desk Bencana Eksekutif Walhi Irhash Ahmady mengatakan Walhi memperkirakan sekitar 30-40
persen hutan di kawasan Hutan Suaka Alam Gunung Wondiboi dan kawasan Taman Nasional Laut Teruk
Cenderawasih mengalami alih fungsi. Akibatnya, Kali Angris dan Kali Kiot meluap dan membawa
bencana bagi Wasior.
"Ada aktivitas penebangan kayu di sini sejak 1990-an. Jadi sudah sekitar 20 tahun ada aktivitas
penebangan di sana. Hutan yang kita tebang hari ini, bencananya bisa 5-10 tahun mendatang. Itu hukum
alam saja, pakai logika saja," ungkapnya di kantor Walhi, Jakarta, Kamis (7/10/2010).
Walhi mencatat pemerintah telah mengeluarkan ijin HPH pada tahun 1990 kepada PT WMT dan PT DMP.
Namun, karena penolakan warga hingga berujung pada kerusuhan yang diduga pada pelanggaran HAM,
aktivitas penebangan hutan berhenti sementara.
Menurut catatan Walhi pula, aktivitas penebangan kembali dilakukan pada tahun 2002. Kali ini aktivitas
penebangan hutan berjalan tanpa perlawanan masyarakat karena perusahaan-perusahaan ini sudah
mampu membayar ganti rugi kepada warga bahkan membangun kongsi dagang dari hulu sampai hilir.
Irhash mengatakan, PT WMT merupakan pemegang usaha kayu terbesar di papua. Di Teluk Wondama,
lokasi perambahannya mencapai 178 ribu hektar. Tercatat pula, lokasi lainnya di Kabupaten Sarni dan
Kabupaten Yapen Waropen.
"Penilaian ini bukannya tidak berdasar, Walhi mendapati ratusan gelondongan kayu disertai lumpur dan
batu besar bertebaran di seluruh Wasior I, Wasior II, Kampung Rado, Kampung Moru, Kampung
Maniwak, Kampung Manggurai, Kampung Wondamawi, dan Kampung Wondiboi. Ini menambah fakta
bahwa memang kerusakan hutan di wilayah hulu menjadi penyebab utamanya," tegas Irhash.
Velix juga menjelaskan, Kota Wasior mengalami kerusakan berat hingga 80 persen. Kondisi ini memaksa
sedikitnya 4.000 orang mengungsi.
"Mereka dibawa ke Kabupaten Manokwari dan Nabire. Air bersih tidak ada dan listrik padam," ungkap
Velix.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga telah menyerahkan dana operasional Rp 200
juta, bahan makanan, obat-obatan dan tenda. Hal yang dibutuhkan mendesak saat ini adalah kantong
jenazah, masker, dan obat diare.
Menurut Velix, dari pengamatan di lapangan, pembersihan lumpur dapat memakan waktu 3-6 bulan. Hal
ini disebabkan ketersediaan alat berat yang terbatas.
Intensitas Hujan Tinggi
Velix juga mengungkapkan penyebab terjadinya banjir bandang. Menurutnya, bencana tersebut akibat
curah hujan yang cukup tinggi seminggu belakangan ini.
Hujan kemudian menjadi air permukaan yang mengalir deras ke arah Kota Wasior yang berada di
dataran rendah atau kaki gunung. Aliran air itu membawa serta batu-batuan besar dan batang-batang
pohon.
"Vegetasi hutan masih padat dan tidak ada penebangan pohon di pegunungan," tegas Velix
a Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya penulis
dapat menyusun makalah ini dengan selesai. Dalam kesempatan ini penulis menyusun makalah
dengan mengambil tema yaitu Bencana Alam di Wasior.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu kami
agar dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang secara tidak langsung telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Kami yakin tanpa
adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, karya tulis ini tidak akan terwujud.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang
membutuhkannya, Amin.
Daftar Isi
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bab I Pendahuluan
I.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
I.2. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
I.3. Tujuan Makalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bab II Pembahasan
II.1. Bencana Wasior. . . . . . . . . . . . . . . . . .
II.2. Korban yang tewas dalam Bencana Wasior. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bab III Penutup
III.1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
III.2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bab I Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
Secara geologis letak wilayah Indonesia yang dilalui oleh dua jalur pegunungan muda dunia yaitu
Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di sebelah timur
menyebabkan Indonesia banyak memiliki gunung api yang aktif dan rawan terjadi bencana.
Bencana alam yang sering terjadi di wilayah Indonesia antara lain : banjir, kemarau panjang,
tsunami, gempa bumi, gunung berapi dan tanah longsor.
I.2.RumusanMasalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahan masalah sebagai
berikut :
iklimkarbon.com/.../walhi-bencana-wasior-disebabkan-kerusakan-hutan/
http://medicastore.com/artikel/295/index.html
DARI SLIDESHARE
mampu lagi menampung banyaknya air, baik air hujan, salju yang
mencair, maupun air pasang sehingga air meluap melampaui
batas-batas sumber air. Air yang meluap tersebut juga tidak
mampu diserap oleh daratan di sekitarnya sehingga daratn
menjadi tergenang. Hujan yang sangat deras dalam jangka waktu
yang lama adalah penyebab umum terjadinya banjir di dunia.
Hujan yang deras di daerah hulu sungai dapat menyebabkan
terjadinya banjir bandang. Banjir bandang adalah banjir yang besar
yang dating secara tiba-tiba dan mengalir deras sehingga
menghanyutkan banda-benda besar, misalnya batu dan kayu. B.
Jenis Banjir Ada tiga jenis banjir yang umumnya terjadi, yaitu banjir
sungai, banjir danau dan banjir laut. 1. Banjir Sungai Banjir sungai
umumnya terjadi secara berkala. Meluapnya sungai dapat terjadi
karena hujan lebat atau mencairnya es atau salju di daerah hulu.
Di Indonesia banjir sungai terjadi pada saat musim hujan karena
tersumbatnya aliran air sungai oleh sampah dan peralihan daerah
resapan air hujan menjadi pemukiman ataupun gedung-gedung. 2.
Banjir Danau Air danau dapat meluap ke daratan di sekitarnya
antara lain karena badai atau angin yang sangat besar. Setelah
badai berhenti, air danau masih dapat bergerak secara mendadak
ke satu arah kemudian kea rah yang lain. Banjir danau juga dapat
terjadi karena bendungan jebol. 3. Banjir Pasang Banjir pasang
dapat terjadi antara lain karena angin topan, letusan gunung
berapi, dan gempa bumi. Gelombang pasang akibat gempa bumi
dikenal dengan istilah tsunami. Contoh terjadinya banjir pasang : a.
Siklon dan gelombang pasang di teluk Bengala pada tahun 1970
menewaskan 266.000 orang di Bangladesh. b. Letusan gunung
berapi Krakatau pada tahun 1883 menimbulkan gelombang
pasang setinggi 12 m di atas permukaan laut normal.
32 Votes
Teluk Wondama
Berita bencana banjir bandang Wasior sangat mengagetkan. Berita soal pembalakan liar sering menjadi
tuduhan pertama terjadinya banjir bandang terutama di daerah yang banyak hutannya. Wasior yang berada
di pinggir lebatnya hutan Papua pun mengalami banjir bandang.
Apa sebenarnya banjir bandang itu.
Banjir bandang agak sedikit berbeda dengan bajir air biasa di Jakarta atau kota-kota Jawa Tengah akibat
meluapnya Sungai Bengawan Solo. Banjir bandang terjadi secara mendadak disertai aliran deras campuran
batu, kayu serta batu kerikil dan lumpur.
Mekanisme serta bagaimana terjadinya longsor dapat dilihat dalam video disiniVideo longsoran yang
2006.
Mungkin ada yang masih ingat kejadian tahun lalu ketika di detik.com menceritakan munculnya danau yang
tiba-tiba saja terisi air di Maluku. Cerita pembentukan danau itu sudah didongengkan disini : Danau Akibat
Longsoran.
Terjadinya banjir bandang ini dapat dimengerti dengan pengamatan di lapangan seperti yang dilakukan Bu
Rita, diman akhirny abeliau dapat menjelaskan bagaimana Banjir Bandang Wasior terjadi.
Banjir bandang merupakan suatu proses aliran air yang deras dan pekat karena disertai dengan muatan
masif bongkah-bongkah batuan dan tanah (sering pula disertai dengan batang-batang kayu) yang berasal
dari arah hulu sungai. Selain berbeda dari segi muatan yang terangkut di dalam aliran air tersebut, banjir
bandang ini juga berbeda dibandingkan banjir biasa. Sebab, dalam proses banjir ini, terjadi kenaikan debit
air secara tiba-tiba dan cepat meskipun tidak diawali dengan turunnya hujan.
Banjir ini terjadi umumnya dengan diawali oleh proses pembendungan alamiah di daerah hulu sungai yang
berada pada lereng-lereng perbukitan tinggi. Pembendungan alamiah ini sering terjadi sebagai akibat
terakumulasinya endapan-endapan tanah dan batuan yang longsor dari bagian atas lereng. Proses
pembendungan alamiah ini dapat terjadi secara lebih cepat apabila disertai dengan penumpukan batangbatang kayu yang terseret saat longsor terjadi.
Kondisi cuaca ekstrim memungkinkan sebagai pemicu longsoran dan banjir bandang.
Coba perhatikan muka air tanah (warna biru) yang terpotong oleh garis-garis terputus. Disitu berarti air
tanahnya terkuak dan air tanah itu keluar seperti mata air yang akhirnya menjadi sumber air ketika
longsoran itu berubah menjadi banjir air lumpur pada akhirnya.
Tentusaja lebih mudah dimengerti apabila kita melihat cara tiga dimensi. Seperti morfologi dari sekitar
Wasior.
Peta Wasior, Terlihat bukit di atas Wasior membentuk sebuah lembah panjang yang memungkinkan terbentuknya
bendungan alami.
Kita lihat pada peta diatas bahwa Wasior terletak dibagian bawah dari sebuah bukit memanjang yg dikenal
dengan nama Semenanjung Wandamen (Semenanjung Wasior) trimakasih koreksinya Mas Ismail
Widodo
Dalam peta interaktif dapat dilihat seperti morfologi di daerah ini.
Lihat disebelah Selatan Wasior terdapat bentuk kipas aluvial yang rona cerah. Ini menunjukkan bahwa
daerah ini memang sangat rentan dan sangat rawan terjadinya banjir bandang.
Menurut Bu Rita, tidak tertutup kemungkinan bahwa penumpukan batang-batang kayu di daerah hulu ini
akibat pembalakan hutan. Bagaimana kita dapat menduga bahwa kayu-kayu yang tertumpuk adalah akibat
pembalakan hutan atau akibat pohon-pohon yang tumbang yang terseret saat longsor di bagian atas lereng
lembah terjadi. Apabila kayu yang terseret oleh arus banjir bandang ini merupakan kayu gelodongan
dengan ukuran teratur dan tampak terpotong secara seragam (tidak disertai adanya akar-akar pohon),
tumpukan kayu yang membendung lembah di hulu sungai adalah hasil tebangan pohon oleh manusia.
Namun, apabila kayu-kayu yang terseret banyak disertai dengan akar-akar dan ranting-ranting pohon,
sangat mungkin bahwa tumpukan kayu-kayu yang membendung hulu sungai terjadi secara alamiah akibat
longsor yang menyeret pohon-pohon di permukaan lereng.
Wasior dan daerah yang rawan banjir bandang Rona cerah menunjukkan longsoran (banjir bandang) dimasa
lampau.
Pakdhe, konon katanya di Wasior kayu-kayu yang ikut meluncur ini terpatah dan terpotong secara
alami ya ?
Ya, kalau cuman sedikit yang diketemukan terpotong rapi berarti ulah manusia penyebab longsoran
Kamis,
Disusun Oleh :
1. UMI HARYANI
2. ISTIFATUN HIKMAH
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan data BNPB, jumlah korban meninggal akibat letusan Merapi sejak 26 Oktober
sampai sekarang 151 orang, terdiri 135 orang di wilayah DIY dan 16 orang di Jawa Tengah.
Sedangkan jumlah pengungsi seluruhnya 320.090 jiwa. Letusan merusak 291 rumah dan
satu tanggul jebol di Desa Ngepos akibat luapan lahar dingin. [mdr]
Armi mengakui bahwa kejadian alam, terutama letusan gunung berapi, sulit dideteksi karena
manusia tidak tahu jumlah atau volume magma di perut bumi. Para ahli seismologi hanya
berpatokan alat pengukur getaran gempa sehingga tidak bisa melakukan prediksi.
Sejumlah sarana dan prasarana pemerintahan serta rumah rakyat hancur diterpa air banjir
bandang wasior. Data terakhir yang dihimpun pemerintah melalui Badan Nasional
Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa korban tewas mencapai 145 orang dan luka
185 orang. Korban luka dirawat di RSUD Manokwari, RS Angkatan Laut Manokwari dan RSUD
Nabire. Sementara itu, berdasarkan hasil kunjungan Menko Kesra dan Mensos pada Sabtu
(9/10) diketahui bahwa kondisi Wasior pascabanjir sangat memprihatinkan dan dipenuhi
bebatuan, kayu dan lumpur. Menurut dia, Wasior pada saat ini sangat membutuhkan alat
berat untuk menyingkirkan endapan lumpur dan mencari korban hilang.
c. Mentawai
Peristiwa gempa bumi yang terjadi di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, ternyata
menimbulkan gelombang tsunami. Namun, gelombang tsunami itu terbilang kecil.
Berdasarkan pengakuan seorang warga Desa Malakopa, Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai,
Marsono (30), gelombang tsunami terjadi sekira pukul 23.00 WIB tak lama setelah kawasan
tersebut diguncang gempa 7,2 skala richter. Air laut naik ke darat hingga mencapai satu
kilometer. Puluhan rumah di sini rusak, ujar Marsono kepada okezone, Selasa (26/10/2010).
Kendati demikian, pihaknya belum menerima kabar tentang korban jiwa. Sebab, saat gempa
bumi terjadi, ratusan warga langsung menyelamatkan diri ke lokasi yang lebih aman.
Mengingat, kawasan tersebut pernah hancur karena gempa dan tsunami.
Pengakuan serupa juga diutarakan Anggota DPRD Mentawai Ian Winen Sipayung.
Menurutnya, ratusan rumah di Desa Silabum Pagai Utara, Mentawai juga rusak diterjang air
laut usai gempa. Saat ini, pihaknya masih mencari tahu dampak dari peristiwa ini.
Data yang baru diterima puluhan rumah warga dan sebuah puskesmas sudah hancur. Kami
kesulitan mencari info karena lokasi kejadian sulit dijangkau, pungkasnya.
PADANG - Setelah melakukan finalisasi data korban tewas akibat gempa dan tsunami
Mentawai, akhirnya Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat
menetapkan korban yang meninggal akibat bencana alam pada 25 Oktober tersebut
sebanyak 456 orang.
Data final yang telah diverifikasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah itu sebanyak 456
jiwa meninggal, itu telah diserahkan kepada Wakil Gubernur pada 18 November lalu,
katanya, Minggu (21/11/2010). Data yang telah divalidasikan itu adalah di Kecamatan Pagai
Selatan korban tewas sebanyak 156 orang di Desa Malakkopa terdiri dari Dusun Purourougat
53 orang, Dusun Erukparaboat (32), Dusun Beleraksok (30). Sedangkan di Desa Bulasat
terdiri dari Dusun Bulasat 1 orang dan Dusun Maonai (40).
Di Kecamatan Pagai Utara, jumlah yang meninggal sebanyak 268 orang yang terbagi dalam
dua desa, yakni Desa Betumonga yang mencakup Dusun Muntei 137 orang, Dusun BaruBaru (3), Dusun Sabeuguggung (121). Sedangkan di Desa Silabu meliputi Dusun Tumalei (1),
Dusun Gogoa (5), dan Dusun Maguiruk (1).
Di Kecamatan Sikakap ada sembilan orang yang terbagi dalam satu desa yakni Desa
Taikako. Sementara di Kecamatan Sipora Selatan korban jiwa akibat gempa dan tsunami
sebanyak 23 orang. Jumlah itu masuk dalam dua desa yaitu Beriulou dan Bosua.
C. Penyebab Terjadinya Bencana
a. Gunung Berapi
TEMPO Interaktif, Bandung - Tumbukan lempeng Indo Australia dengan lempeng Eurasia
diduga kuat menjadi penyebab aktifnya gunung-gunung api di Indonesia akhir-akhir ini,
termasuk Merapi. Pasalnya, gunung api itu berada di zona subduksi atau tumbukan yang
sama.
Pakar gempa bumi dari Institut Teknologi Bandung Sri Widiantoro mengatakan gunung api
seperti Anak Krakatau, Papandayan, dan Merapi, berada di satu zona subduksi lempeng Indo
Australia dengan lempeng Eurasia. Walau berada di jalur yang sama, ia sepakat dengan
kalangan ahli geologi yang menyatakan tidak ada hubungan peningkatan aktivitas antar
gunung.
Dapur magma setiap gunung itu lokal saja sifatnya, tapi semua magma berada di zona
tumbukan yang sama, katanya, hari ini. Pergerakan lempeng di zona subduksi yang sedang
meningkat itulah yang membangunkan gunung-gunung api yang kurang aktif.
Dalam kurun 50 tahun terakhir, guru besar bidang seismologi itu menjelaskan aktivitas
lempeng saat ini tergolong luar biasa. Alasannya, subduksi mampu menimbulkan gempa
besar dan tsunami di Aceh, tsunami Mentawai, dan letusan Merapi yang hebat.
Besarnya pergerakan lempeng kali ini, kata dia, harus diukur oleh ahli geodesi atau juga
memakai Global Positioning System (GPS). Sejauh ini, di sebelah barat Pulau Sumatera dan
selatan Pulau Jawa, misalnya, lempeng Indo Australia bergerak mendesak lapisan Eurasia
rata-rata 7 sentimeter per tahun. Namun di wilayah Indonesia timur, pergerakannya lebih
cepat, yaitu 10 sentimeter per tahun.
Walau pergerakan lempeng bisa berdampak pada aktivitas gunung api dan mengakibatkan
gempa bumi, namun dia membantah anggapan sebagian orang yang mengira aktivitas
gunung api akan menimbulkan atau menjadi pertanda kemunculan gempa besar. Gempa
vulkanik gunung api, menurut dia, terlalu kecil untuk membangkitkan gempa tektonik.
Apakah sebelum gempa besar ada gunung yang meletus? Malah setelah gempa Aceh,
gunung-gunung api lainnya jadi aktif kan, katanya.
Sri Widiantoro memperkirakan gempa disertai tsunami di Mentawai 25 Oktober lalu, besar
kemungkinan memicu peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau akhir-akhir ini karena
jaraknya cukup dekat. Tapi kecil kemungkinan ikut mendorong Merapi meletus lantaran
jaraknya yang jauh.
Adapun peneliti hujan asam di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)
Bandung, Tuti Budiawati, mengatakan, dalam kurun 3 tahun terakhir, terlihat ada pola
puncak peningkatan aktivitas gunung-gunung api di Indonesia. Hal itu terlihat dari semburan
gas belarang atau sulfur dioksida (SO2) yang tinggi ke udara. Puncaknya selalu pada
musim hujan, antara Oktober hingga Januari, kata Tuti di kantornya.
Keadaan Gunung Merapi, dinilai Armi, bisa digolongkan aman jika letusan dan aktivitas
Merapi telah benar-benar turun. Jangka waktu yang diberikan dari penghentian aktivitas pun
setidaknya dua bulan.
b. Bencana Wasior
Banjir bandang merupakan suatu proses aliran air yang deras dan pekat karena disertai
dengan muatan masif bongkah-bongkah batuan dan tanah (sering pula disertai dengan
batang-batang kayu) yang berasal dari arah hulu sungai. Selain berbeda dari segi muatan
yang terangkut di dalam aliran air tersebut, banjir bandang ini juga berbeda dibandingkan
banjir biasa. Sebab, dalam proses banjir ini, terjadi kenaikan debit air secara tiba-tiba dan
cepat meskipun tidak diawali dengan turunnya hujan.
Pemukiman di lereng bukit harus selalu memperhatikan kondisi bukit diatasnya.
Banjir ini terjadi umumnya dengan diawali oleh proses pembendungan alamiah di daerah
hulu sungai yang berada pada lereng-lereng perbukitan tinggi. Pembendungan alamiah ini
sering terjadi sebagai akibat terakumulasinya endapan-endapan tanah dan batuan yang
longsor dari bagian atas lereng. Proses pembendungan alamiah ini dapat terjadi secara lebih
cepat apabila disertai dengan penumpukan batang-batang kayu yang terseret saat longsor
terjadi.
Kondisi cuaca ekstrim memungkinkan sebagai pemicu longsoran dan banjir bandang.
Coba perhatikan muka air tanah (warna biru) yang terpotong oleh garis-garis terputus. Disitu
berarti air tanahnya terkuak dan air tanah itu keluar seperti mata air yang akhirnya menjadi
sumber air ketika longsoran itu berubah menjadi banjir air lumpur pada akhirnya.
Tentusaja lebih mudah dimengerti apabila kita melihat cara tiga dimensi. Seperti morfologi
dari sekitar Wasior.
Peta Wasior, Terlihat bukit di atas Wasior membentuk sebuah lembah panjang yang
memungkinkan terbentuknya bendungan alami.
Kita lihat pada peta diatas bahwa Wasior terletak dibagian bawah dari sebuah bukit
memanjang yg dikenal dengan nama Semenanjung Wandamen (Semenanjung Wasior)
trimakasih koreksinya Mas Ismail Widodo
Lihat disebelah Selatan Wasior terdapat bentuk kipas aluvial yang rona cerah. Ini
menunjukkan bahwa daerah ini memang sangat rentan dan sangat rawan terjadinya banjir
bandang.
c. Bencana Mentawai
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika melaporkan, gempa berkekuatan 7,2 skala
Richter (SR) kemudian disusul gempa dengan kekuatan 6,1 SR dan 6,2 SR pada lima dan
delapan jam dari gempa pertama di wilayah yang sama. Pusat kedalaman gempa sekitar
20,6 kilometer di bawah laut. Gempa ini membuat Pusat Pengawasan Tsunami Pasifik yang
berbasis di Amerika Serikat mengeluarkan peringatan tsunami dan memberikan tata cara
penyelamatan meski beberapa saat kemudian dibatalkan. Indonesia dikenal berada dalam
lingkaran yang disebut Ring of Fire yang merupakan pertemuan dari patahan kontinental
serta mengakibatkan aktivitas vulkanik dan seismik.