Revisi ADSORBSI ISOTERM ZAT TERLARU1
Revisi ADSORBSI ISOTERM ZAT TERLARU1
A.TUJUAN
1. Memahami adsorbsi gas dan jenis-jenisnya
2 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi adsorbsi
3.Mengetahui perbedaan persamaan langmuir,freundlich, dan BET
4.Mengetahui perbedaan grafik tipe-tipe adsorbsi dan penyebab adanya perbedaan
tersebut.
5. Mengetahui perbedaan adsorbsi gas dengan adsorbsi zat terlarut.
B. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Hari,Tanggal
Waktu
:13.20-15.50 WIB
Tempat
C. TEORI DASAR
Karbon aktif atau arang aktif merupakan golongan karbon amorph yang diproduksi
dari bahan dasar dengan susunan senyawa mayoritas mengandung karbon. Karbon aktif dapat
digunakan untuk mengadsorbsi bahan yang berasal dari cairan maupun fasa gas. Daya adsobsi
tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Saat ini karbon aktif banyak
digunakan sebagai bahan penyaring, pengolahan limbah, pengolahan air, dan lain-lain.
Karbon aktif umumnya mempunyai daya adsorpsi yang rendah dan daya adsorpsi dapat
diperbesar dengan mengaktifkan arang dengan menggunakan uap atau bahan kimia,aktivitas
ini bertujuan memperbesar luas permukaan arang dengan membuka pori-pori yang tertutup
(Kateren,1987).
Adsorpsi merupakan suatu proses perubahan konsetrasi yang terjadi pada batas
permukaan dari dua fasa atau penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. keadaan ini
melibatkan interaksi fisik, kimia, dan gaya elektrostatik antara adsorbat dengan adsorben pada
permukaan adsorben. Ada dua jenis adsorpsi yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. pada
adsorpsi fisika, molekul-molekul teradsorpsi pada permukaan dengan ikatan yang lemah atau
adanya gaya fisis. Sedangkan adsorpsi kimia melibatkan ikatan kimia koordinasi sebagai hasil
penggunaan elektron bersama-sama adsorben dan adsorbat ( Sukardjo,1990).
Perbedaan adsorpsi fisik dan kimia
Adsorbsi Fisik
Adsorbsi Kimia
ikatan kimia
Mempunyai entalpi reaksi 40
sampai 40 kJ/mol
Dapat
membentuk
lapisan multilayer
Adsorpsi hanya terjadi
pada
suhu
didih
tinggi
pada
adsorbat
Tidak melibatkan energi aktifasi
dan adsorbat
Melibatkan energi aktifasi tertentu
tertentu
Bersifat tidak spesifik
di
bawah
adsorbat
Jumlah
titik
adsorpsi
Adsorpsi isoterm menunjukan banyaknya zat teradsorpsi per gram adsorpben yang
dialirkan pada suhu tetap (Marilyn.L.E, 2012). Adsorpsi isoterm adalah hubungan yang
menunjukkan distribusi adsorben antara fase teradsorbsi pada permukaan adsorben dengan
fase ruah kesetimbangan pada temperatur tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang
umumnya digunakan untuk menjelaskan isoterm. Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa
adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi
penyerapan yang berbeda-beda. Persamaan ini merupakan persamaan yang dikemukakan oleh
Freundlich. Persamaannya adalah :
x
=k . c
m
1/n
menjadi log
x
1
=log k + log c
m
n
keteranagan:
K n = konstanta adsorben
Pada isoterm ini, akan diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan
digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat ditentukan
efisisensi dari suatu adsorben (Castellan,1982).
Adsorben meerupakan zat yang mengadsorpsi zat lain, yang memiliki ukuran partikel
seragam. kepolarannya sama dengan zat yang akan diserap dan mempunyai berat molekul
besar. Adsorbat adalah zat yang teradsorpsi zat lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kapasitas adsorpsi adalah, luas permukaan adsorben, ukuran pori adsorben, kelarutan zat
terlarut, pH, dan temperatur (Atkins, 1996).
Titrasi merupakan salah satu metode kimia analisis kuantitatif yang dapat digunakan
untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume
larutan tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui.
Larutan yang konsentrasinya sudah diketahui tersebut disebut larutan baku atau titran. Titrasi
yang melibatkan reaksi asam dan basa disebut titrasi asam-basa. Ada dua jenis tetrasi asam
basa, yaitu asidimetri (penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku
asam) dan alkalimetri (penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan baku
basa) (Chang, 2004).
Indikator fenolftalen merupakan indikator yang di gunakan dalam proses titrasi
sebagai pelarut indikator asam-basa dan mempunyai rumus molekul C2OH4O4. Indikator ini
berbentuk kristal tidak berwarna, mudah larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya.
Fenolftalein tidak menimbulkan warna pada keadaan asam, namun berwarna merah dalam
keadaan basa dan jangkauan pHnya adalah 8-10 (Daintith, 1994).
Karbon aktif atau arang aktif adalah golongan karbon amorph yang diproduksi dari
bahan dasar dengan susunan senyawa mayoritas mengandung karbon. Karbon aktif
merupakan jenis adsorben paling tua dan paling luas penggunaannya Karbon aktif memiliki
memiliki permukaan aktif yang terdapat pori-pori yang di gunakan untuk adsorpsi (Sukardjo,
1990).
NaOH merupakan padatan lembab berwarna putih cair bening, mudah larut dalam air
dan mempunyai rumus molekul NaOH. Senyawa ini bersifat higroskopis, mudah larut dalam
etanol dan memiliki titik lebur 3,80C, titik beku 1390C. NaOH dapat diperoleh dengan
mengolah Na2CO3 dengan lumpur melalui elektrolisis air asin (Arsyad, 2001).
Adsorbsi isoterm ada beberapa tipe yaitu:
. Isoterm Freunlich
Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isoterm adsorpsi dapat
digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan oleh Freundlich. Isoterm ini
berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap molekul
mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda. Persamaan ini merupakan persamaan
yang paling banyak digunakan saat ini.
1
X
KC n
m
(cair padat).
(1)
= K P1/n
. Isoterm Langmuir
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa :
a. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanyadapat mengadsorbsi satu
molekul untuk setiap molekul adsorbennya. Tidak ada interaksi antara molekul-molekul yang
terserap.
b. Semua proses adsorbsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
c. Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorbsi maksimum.
Namun, biasanya asumsi-asumsi sulit diterapkan karena hal-hal berikut : selalu ada
ketidaksempurnaan pada permukaan, molekul teradsorbsi tidak inert dan mekanisme adsorbsi
pada molekul pertama asangat berbeda dengan mekanisme pada molekul terakhir yang
teradsorpsi.
P
P
1
v Vm a Vm
= volume gas yang sebenarnya menutupi satu satuan massa adsorbsi pada tekanan P.
. Isoterm BET
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa adsorben mempunyai nilai permukaan yang
homogen. Perbedaan isoterm ini dengan Langmuir adalah BET berasumsi bahwa molekulmolekul adsorbat bisa membentuk lebih dari satu lapisan adsorbat dipermukaannya. Pada
isoterm ini, mekanisme adsopsi untuk setiap proses adsorpsi berbeda-beda.
P
1
C 1 . P
V (Po P ) Vm C Vm C Po
Dimana :
Po = tekanan uap jenuh.
Vm = kapasitas volume monolayer
C
E. PROSEDUR PERCOBAAN
TABEL PEDOMAN
NO
1
2
3
4
5
6
[H2C2O4] M
0.3
0.2
0.1
0.05
0.01
0.005
[NaOH] M
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
Volume [H2C2O4]
Untuk titrasi (mL)
10
10
20
40
20
20
volume
[H2C2O4]
[H2C2O4]
[NaOH]
Kira-kira
sebenarnya
standar
0.3
0.2
0.1
0.05
0.01
0.005
0..4
0.27
0.13
0.066
0.02
0.01
Volume
[H2C2O4]
(mL)
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
100
100
100
100
100
100
[NaOH]
setelah
dicampur
arang aktif
(mL)
176
162
75
36.6
6.4
6
Volume
[H2C2O4]
[NaOH]
Sesudah
dengan
arang aktif
[H2C2O4]
murni
0.35
0.218
0.048
0.012
6.4x10-4
3x10-4
40
27
26
26.4
4
2
2.
M1 10 mL
= 0,1 . 40 mL
M1
= 0.4
= 0,1 . 27 mL
M1
= 0.27
= 0,1 . 26 mL
M1
= 0.13
= 0,1 . 26.4 mL
M1
= 0.066
= 0,1 . 4 mL
M1
= 0.02
= 0,1 . 2 mL
M1
= 0.01
G. ANALISIS DATA
Tabel persamaan isoterm Freundlich
NO
1
2
3
4
5
6
x
c
-log x
8.75
0.35
0.04
8.427
0.218
0.92
6.15
0.048
0.78
1.976
0.012
0.3
0.124
6.4x10-4
0.9
-4
0.058
3 x10
1.23
KETERANGAN :
-log x = y , -log c =x
- log c
0.4
0.66
1.31
1.92
3.2
3.52
1/x
25
1.08
1.28
3.33
1.11
0.81
1/c
2.5
1.51
0.76
0.52
0.31
0.28
Perhitungan
a. [H2C2O4]
= 0.4 M,
V [H2C2O4]
= 100 mL
V NaOH
= 176 mL
V . NaOH .[H 2 C 2O 4 ]
2 xV . H2C2O 4
0,35 M
176 mL .0,4 M
=
2 .100 mL
-log c = 0.4
b.
[H2C2O4]
= 0.27 M,
V [H2C2O4]
= 100 mL
V NaOH
= 162 mL
V . NaOH .[H 2 C 2O 4 ]
2 xV . H 2C 2O 4
162 mL . 0,27 M
=
2 .100 mL
0,218 M
[H2C2O4]
= 0.13 M,
V [H2C2O4]
= 100 mL
V NaOH
= 75 mL
V . NaOH .[H 2 C 2O 4 ]
2 xV . H2C2O 4
0,048 M
[H2C2O4]
= 0.066 M,
V [H2C2O4]
= 100 mL
V NaOH
= 36.6 mL
75 mL .0,13 M
=
2 .100 mL
V . NaOH .[ H 2 C 2O 4 ]
c /[H2C2O4] dicampur arang=
2 xV . H 2C 2O 4
36.6 mL .0,066 M
=
2 .100 mL
0,012 M
e. [H2C2O4]
= 0.02M,
V [H2C2O4]
= 100 mL
V NaOH
= 6.4 mL
/[H2C2O4]
dicampur
arang=
V . NaOH .[ H 2 C 2O 4 ]
6.4 mL. 0,02 M
=
=
2 .100 mL
2 xV . H 2C 2O 4
6.4 x 104 M
x = ([H2C2O4]sebenarnya- c ) x V. NaOH setelah dicampur arang
=(0.02-6.4x10-4). 6.4= 0.124
-log x = 0.9
-log c = 3.20
f. [H2C2O4]
= 0.01M,
V [H2C2O4]
= 100 mL
V NaOH
= 6 mL
/[H2C2O4]
3 x 104 M
dicampur
V . NaOH .[H 2 C 2O 4 ]
6 mL . 0,01 M
arang=
= 2 .100 mL =
2 xV . H2C2O4
log c
0.4
0.66
1.31
1.92
3.2
3.52
log c = 11.01
(log x) (log c)
0.016
0.607
1.021
0.576
2.88
4.32
log x.log c = 9.42
Cara regresi
y xn xy
a = x xn x 2
= 0.2
(log c)2
0.16
0.43
1.71
3.7
10.24
12.4
log c2 = 28.64
yx x x 2 y
b = x xn x 2
1.230.04
3.520.4
= 0.41 (a)
= ax+b
0.04
=0.41 (0.4) + b
= - 0.12
= ax+b
= 0. 41x 0.12
y
0.28
0.68
1.08
1.48
1.88
2.28
= 0.31
Grafik
H. PEMBAHASAN
Pada praktikum Isoterm Freunlich (Isotern Adsorbsi Freunlich) yang telah dilakukan,
tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari proses adsorbsi karbon aktif dengan
larutan asam oksalat serta menentukan besarmya tetapan Isoterm Freunlich. Isoterm Freunlich
berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap molekul
mempunyai persamaan yang paling banyak digunakan saat ini. Dalam percobaan ini
menggunakan karbon aktif sebagai adsorben, asam oksalat dengan berbagai konsentrasi
sebagai adsorbat, serta larutan NaOH 0,1 M sebagai larutan standar.
Sebelumnya, arang ditimbang sebanyak 5 gram per labu erlenmeyer .Karbon yang
telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam larutan asam oksalat 100 ml dengan
konsentrasi yang berbeda, yaitu 0.3M, 0.2 M, 0.1 M, 0.05 M, 0.01 M dan 0.005 M lalu
diaduk selama 10 menit dan didiamkan selama 1 hari.
Setelah 1 hari, masing-masing larutan dalam labu erlenmeyer dikocok kembali
kemudian dititrasi menggunakan NaOH. Larutan tersebut sebelumnya ditambahkan dengan
indikator phenoptalin dan dilihat perubahan warna dari bening menjadi merah muda.
Konsentrasi awal asam asetat mempengaruhi volume titrasi yang digunakan. Semakin besar
konsentrasinya maka semakin banyak larutan NaOH yang digunakan. Hal ini disebabkan
karena semakin besar konsentrasinya, letak antara molekulnya semakin berdekatan sehingga
sulit untuk mencapai titik ekivalen pada proses titrasi.
Konsentrasi yang digunakan bukan dari konsentrasi yang tersedia di tabel penuntun
melainkan dari rumus pengenceran :
aM1V1=bM2V2
Dimana, M1 adalah konsentrasi asam oksalat yang sebenarnya, V1 adalah volume asam oksalat
yang dititrasikan (Pada tabel) , M2 adalah konsentrasi NaOH standar dan V2 adalah volume
NaOH yang telah ditrasi dengan asam oksalat murni. Dari rumus didapat konsentrasi asam
oksalat yang sebenarnya adalah : 0.4 M, 0.27 M, 0.13M ,0.066 M ,0.02 M,dan 0.01M.
Volume NaOH pada saatdititrasi dengan asam oksalat murni adalah : 40 mL, 27 mL,26
mL, 26.4 mL , 4 mL dan 2 mL. Sedangkan volume NaOH yang dititrasi dengan asam oksalat
yang telah di campur karbon aktif adalah : 176 mL , 162 mL, 75 mL, 36.6 mL, 6.4 mL dan 6
mL.
Untuk mencari konsentrasi asam oksalat yang telah dicampur dengan arang aktif
meggunakan rumus:
V . NaOH .[ H 2 C 2 O 4] sebenarnya
2 x V . H 2 C 2 O 4 untuk karbon aktif
Dimana didapatkan konsentrasi nya adalah : 0.35 M, 0.218 M, 0.048 M ,0.012 M , 6.4x10-4 M
dan 3 x10-4 M.
Dari rumus y= ax + b
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, 2001, Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Ilmiah, Erlangga, Jakarta.
Atkins, p.w, 1996, Kimia Fisika, Erlangga, Jakarta.
Castellan,1982, Physical Chemestry, Edisi ketiga, Addison-Wesley Publishing Company.
Chang, R, 2004, Konsep-Konsep Inti Kimia Dasar, Erlangga, Jakarta.
Daintith, 1994, oxford; Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta.
Kateren, 1987, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Edisi VI, Jakarta.
Marilyn. L.E, 2012, Kesetimbangan dan Kinetika Adsorpsi Ion Cu+ Pada Zeolit-H, Riset
Geologi dan Pertambangan, voll. 22 no. 2 (2012) 115-129.
Sukardjo,1990. Kimia Anorganik. Jakarta:Rineka Cipta.