Anda di halaman 1dari 7

Sistem Pengendalian Manajemen

Analisis Usaha Waralaba Teh Poci Di Jember

Oleh :
Siska Aprilia Oktaviani

140810301016

Bella Febri Anggraini

140810301077

Muhammad Istighfar Setyalaksana Qudsi

140810301127

Dwi Septilestari

140810301137

Siti Sueb Junaroh

140810301171

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER

Analisis Usaha Waralaba Teh Poci


I. Deskripsi Usaha
Rekso Group merupakan sebuah perusahaan besar yang kini berskala
Internasional yang bergerak dibidang makanan dan minuman. Dalam Rekso
Group, tergabung beberapa perusahaan besar seperti Mc Donalds Indonesia,
Agropangan Putra Mandiri, PT. Sinar Sosro yang merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang minuman ringan dalam kemasan seperti, Teh Botol Sosro, Joy
Green Tea, Fruit Tea, dll; terdapat juga PT Gunung Slamat yang merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang teh untuk bahan seduh, seperti Teh Celup
Sosro, Teh Cap Botol, Teh Cap Poci, dan sebagainya.
Seiring berjalannya waktu, dengan semakin digemarinya racikan teh Cap
Poci khususnya pada masyarakat kota Solo dan sekitarnya, kemudian PT Gunung
Slamat mengembangkan bisnisnya dengan mendirikan kedai minuman siap saji.
Kedai minuman siap saji ini kemudian berkembang menjadi usaha waralaba yang
dinaungi oleh PT Poci Kreasi Mandiri.
Hingga kini, kedai Teh Poci dapat ditemui di berbagai kota mulai dari
pinggiran jalan hingga kedai di dalam pusat perbelanjaan.
Usaha minuman siap saji ini tidak hanya memberikan keuntungan bagi
usaha Rekso Group, melainkan juga bagi pihak-pihak yang memutuskan
bergabung dan mendirikan cabang waralaba Teh Poci sendiri. Dengan modal yang
tidak besar, owner cabang waralaba ini dapat meraih banyak keuntungan dalam
waktu singkat.
Karena jenis usahanya yang unik dengan modal kecil dan prospek yang
begitu menguntungkan, kami kemudian mencoba melakukan analisis terhadap
pusat biaya usaha waralaba Teh Poci.
Sample dari usaha kami adalah kedai Teh Poci yang terletak di depan
Indomaret Jalan Riau dengan owner Mbak Wiwit dan dikelola atau dijalankan
oleh Mbak Wahyu.

II.

Jenis Analisis
Analisis yang dilakukan terhadap usaha waralaba Teh Poci ini adalah

berupa analisis terhadap Cost Centre dari usaha tersebut.


Cost Centre merupakan pusat pertanggungjawaban di mana masukkannya
diukur dalam satuan uang, akan tetapi keluarannya tidak diukur dalam satuan
uang.
Fungsi dari controller dalam pusat cost adalah untuk meminimalkan
pengeluaran biaya setiap departemen dalam perusahaan.
Dalam kasus analisis usaha waralaba Teh Poci, karena tidak terdapat
pembagian departemen secara jelas dan tertulis, fungsi controller adalah untuk
meminimalkan pengeluaran biaya utama dari waralaba tersebut.
Sebelum memulai analisis terhadap pusat biaya, perlu diketahui apa saja
yang merupakan empat elemen dasar dari pusat biaya usaha waralaba Teh Poci.
1. Detektor
Merupakan alat yang mengukur apa yang nyata-nyata terjadi dalam proses
yang sedang dikendalikan. Dalam analisa yang sedang dilakukan, proses yang
sedang dikendalikan adalah proses operasional. Karena pusat biaya merupakan
pusat kegiatan keuangan yang pada dasarnya berada dalam proses operasional.
Detektor dalam usaha waralaba Teh Poci adalah penganggaran.
Dalam analisa ini, penganggaran atau kegiatan membuat anggaran
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa luas proses operasional
akan berjalan.
2. Asesor
Merupakan alat yang menentukan signifikasi dari apa yang nyata-nyata
sering terjadi melalui perbandingan dengan beberapa standar dan apa yang sedang
terjadi. Dalam kasus analisa waralaba Teh Poci, alat penentu spesifikasinya adalah
Standar Operasional Produksi (SOP) mengingat dalam Standar Operasional

produksi terdapat ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan kegiatan operasional


produksi.
3. Efektor
Merupakan alat berupa feedback atau umpan balik yang akan mengubah
perlakuan jika asesor menunjukkan kebutuhan / keinginan untuk melakukannya.
Dalam usaha Teh Poci, alat berupa feedback yang akan mengubah
perlakuan jika asesor, dalam hal ini SOP, menunjukkan kebutuhan untuk berubah
adalah Anggaran.
Pada kasus usaha Teh Poci, disebutkan bahwa apabila keuntungan dari
cost center yang terjadi karena penghematan cost membawa dampak negatif
terhadap keuntungan dari pusat produksi, yang artinya karena penghematan cost
menjadikan produk yang dihasilkan kualitasnya kurang baik, maka SOP dapat
melakukan penyesuaian dan memberi ketetapan untuk menaikkan standar kualitas
produk dan menaikkan cost untuk produksi. Feedback atau umpan balik dari
adanya penyesuaian ini adalah berupa anggaran yang lebih tinggi.
4. Jaringan Komunikasi
Merupakan alat yang meneruskan informasi dari detektor ke asesor dan
dari asesor ke efektor. Pada kasus usaha waralaba Teh Poci, penganggaran
dilakukan oleh Manajemen Menengah atau middle management, penyusunan
SOP dilakukan oleh TOP manajemen, dan laporan realisasi anggaran disusun oleh
manajemen tingkat bawah. Sehingga, saat menyebutkan jaringan komunikasi,
artinya secara tidak langsung merupakan alat yang menghubungkan Top, middle,
dan lower management. Dan yang menjadi alat penghubung ketiganya adalah
laporan realisasi anggaran. Melalui laporan realisasi anggaran yang disusun oleh
manajemen tingkat bawah ini dapat diketahui apakah perusahaan mengalami
keuntungan atau tidak dari sisi cost yang dikeluarkan. Laporan realisasi anggaran
juga memberikan informasi apakah kedepannya anggaran perlu dikurangi atau
ditambah. Oleh sebab itu, laporan realisasi anggaran merupakan jaringan

komunikasi yang tepat untuk menghubungkan detektor, asesor, dan efektor dalam
kasus usaha waralaba Teh Poci.
III. Anggaran
1) Anggaran
2)

Realisasi
IV. Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, diperoleh bahwa cost pabrikasi
dari

waralaba teh poci yang dikelolan oleh mbak Wahyu adalah favourable. Artinya
dari segi cost center khususnya cost pabrikasi, karena dalam hal ini mbak wahyu
tidak menghitung cost lain, adalah menguntungkan. Dimana, selisih antara total
anggaran dan total realisasi adalah 26.45% lebih rendah dari anggarannya.
Dari hasil analisa tersebut dapat diketahui bahwa pihak manajemen tingkat
atas yaitu PT Poci Kreasi Mandiri tidak melakukan perencanaan biaya dengan

baik, karena selisih realisasi mencapai 26.45% lebih rendah dari yang
dianggarkan.
V. Rekomendasi
Perlu diketahui bahwa dalam kasus waralaba teh poci, cost pabrikasi yang
favourable tidak sepenuhnya menunjukkan bahwa unit usaha berjalan dengan
baik, justru sebaliknya. Karena dengan realisasi yang lebih rendah, artinya dalam
hal penjualan, unit usaha tidak mampu menjual sesuai dengan apa yang telah
ditargetkan. Sehingga beberapa hal yang menjadi rekomendasi bagi waralaba teh
poci yang dikelola oleh mbak Wahyu, antara lain :
1. Perlunya dilakukan pengiklanan. Manajemen regional sebelumnya
tidak menganggarkan biaya iklan, karena pada standar operasional
prosedur memang tidak diperlukan pengiklanan. Hanya saja, dalam
kasus beberapa waralaba, khususnya unit usaha milik mbak Wahyu
dalam hal ini perlu melakukan pengiklanan supaya usahanya dapat
lebih dikenal dan mampu menjual sesuai dengan target yang telah
ditetapkan
2. Perlu adanya biaya insentif. Secara teori dalam manajemen strategi,
insentif dilakukan sebagai bentuk penghargaan atas

usaha yang

dilakukan oleh staff untuk meningkatkan penjualannya. Dalam hal ini,


untuk memacu semangat penjual agar dapat memenuhi volume
penjualan, manajemen tingkat bawah yaitu pemilik waralaba bisa
mengusulkan

pada

manajemen

tingkat

menengah

untuk

menganggarkan biaya insentif.


VI. Referensi
Sumber Wawancara Langsung
Wawancara langsung ke pekerja franchise, Mbak Wahyu
Sumber Internet
http://www.reksointernational.com/home/index.php
http://frenchisetehpoci.blogspot.co.id/2015/04/frenchise-es-teh-poci-pt-pocikreasi.html
http://www.ngupasan-jaya.com/id/page/daftar_harga_teh/
http://kumpulandaftarharga.blogspot.com/2015/09/info-daftar-harga-tehterbaru.html

http://franchiseteh.com/tag/jual-bubuk-minuman-aneka-rasa/
Fans Page Facebook : estehpoci
VII. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai