Anda di halaman 1dari 33

06

PENGENALAN SISTEM
PENGENDALIAN LANJUT

Tujuan:
Tujuan Mhs mengenal dan mampu menjelaskan sistem
pengendalian umpan-balik lanjut dan pengendalian
umpan-maju secara umum.

Materi:
Materi
1. Aplikasi Pengendalian Umpan Balik pada Proses dengan
Large-Deadtime
2. Pengendalian Rasio (Ratio Control)
3. Pengendalian Umpan Maju (Feedforward Control)

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 1

6.1 Aplikasi Pengendalian Umpan-Balik


Pada Proses dengan Large-Deadtime
Semua komponen dinamis dalam loop mungkin menyebabkan
keterlambatan waktu (time-delay) yang berarti dalam responnya, misalnya:
1. Proses yang mempunyai sarana transportasi fluida dengan jarak
panjang.
2. Alat ukur (sensor) mungkin memerlukan periode waktu panjang untuk
menghasilkan keluaran variabel proses yang diukur.
3. Elemen kendali akhir dapat memerlukan waktu panjang untuk
membangun sinyal nyata.
4. Operator ataupun controller mungkin memerlukan waktu untuk berfikir
dan mengambil tidakan pengendalian yang tepat

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 2

6.1 Pengendalian Proses dengan Deadtime

Untuk semua situasi yang menyebabkan keterlambatan respon,


pengendalian umpan-balik konvensional menghasilkan respon loop tertutup
yang TIDAK memuaskan, karena:
1. Gangguan yang masuk ke dalam proses tidak terdeteksi sampai waktu
yang panjang.
2. Tindakan pengendalian yang akan diambil atas dasar pengukuran
terakhir tidak memadai karena tindakan yang dilakukan untuk
mengeliminasi kesalahan bersumber pada waktu lampau.
3. Tindakan pengendalian juga memerlukan waktu yang cukup sampai
dirasakan pengaruhnya oleh proses.
4. Jadi, dead-time yang besar merupakan sumber ketidak-stabilan respon
loop tertutup. perlu kompensasi deadtime.

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 3

6.1 Pengendalian Proses dengan Deadtime

Kompensasi Dead-time
Modifikasi FBC klasik (oleh O.J.M. Smith) untuk kompensasi deadtime (td) Smith predictor atau dead-time compensation.
Gambar 6.1.1. Sistem loop tertutup sederhana untuk proses dengan deadtime

ysp (s )

Process with dead-time

Gc(s)

G(s)

td s

y (s )

y (s )

Asumsi: semua dead-time disebabkan oleh proses:

G p (s ) = G (s )e t s
d

Gm(s) = Gf(s) = 1
6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 4

6.1 Pengendalian Proses dengan Deadtime

Respon loop terbuka terhadap


perubahan set-point:

y (s ) = Gc (s ){G (s )e t s } ysp (s )
d

(6.1.1)

Menghasilkan keterlambatan respon


Untuk menghilangkan pengaruh yang tidak diinginkan, sinyal open-loopfeedback diupayakan membawa informasi terkini, BUKAN informasi yang
terlambat.

y * (s ) = Gc (s )G (s ) ysp (s )

(6.1.2)

Hal ini mungkin, jika respon loop terbuka y(s) ditambahkan besaran:

y(s ) = (1 e t s )Gc (s )G (s ) ysp (s )


d

(6.1.3)

y(s ) + y (s ) = y * (s )
6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 5

6.1 Pengendalian Proses dengan Deadtime

Gambar 6.1.2. Diagram blok FBC dengan kompensasi dead-time


Controller mechanism

ysp (s )

Controller

y * (s )
+

y(s )

Gc(s)

Process with deadtime

G(s)

et s
d

y (s )

Deadtime compensator

(1 e )G(s )
td s

y (s )

Deadtime compensator memprediksi efek keterlambatan variabel yang


dimanipulasi pada output proses, disebut smith predictor, dan hanya
mungkin jika proses diketahui modelnya secara pasti (FT plus deadtime)

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 6

6.1 Pengendalian Proses dengan Deadtime

Gambar 6.1.3. Kompensasi deadtime dengan ketidak pastian


fungsi transfer dan deadtime
Controller mechanism

ysp (s )

Controller

y * (s )
+

+
Dimana:

y(s )

G (s )
td

Gc(s)

Process with deadtime

G(s)

td s

y (s )

Deadtime compensator

(1 e )G(s )
t d s

y (s )
Karakteristik
proses yang
sebenarnya

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

G(s )

td

Nilai perkiraan
(smith predictor)
INDALPRO / 7

6.1 Pengendalian Proses dengan Deadtime

y * (s ) = y (s ) + y(s )
= {GcGe

t d s

+ (1 e

y (s ) = Gc {G + [Ge
*

td s

t d s

)G G}y (s )

Ge

td s

sp

] }y (s)
sp

(6.1.4)

Pers. (4) menunjukkan bahwa:


1. Hanya untuk proses yang diketahui secara sempurna akan mempunyai
kompensasi yang sempurna (G = G dan td = td)
2. Kesalahan pemodelan, yakni (G G ) besar dan (td td) besar,
menghasilkan kompensasi yang kurang efektif.
3. Kesalahan dalam memperkirakan deadtime lebih mengganggu d.p.
kesalahan (G G ), karena pengaruh dari fungsi eksponensial.

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 8

6.2 Ratio Control


Suatu strategi pengendalian dimana satu variabel dimanipulasi untuk
menjaga agar variabel tersebut proporsional terhadap variabel yang lain
Contoh 6.2.1: Sistem pengendalian pada proses pencampuran
Gambar 6.2.1. FC pada proses pencampuran:
FC
102

SP

FT
102

Mengendalikan laju alir A dan B


pada nilai set-pointnya, sehingga
perbandingannya tetap:

FB
R=
FA

Stream A
FC
101
FT
101

Stream B

SP

Masalah: Laju alir A bervariasi


karena mungkin A merupakan MV
untuk proses lain. Dalam hal ini
arus A disebut wild flow.

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 9

6.2 Ratio Control

Gambar 6.2.2. Pengendalian rasio pada sistem pencampuran


(a) Alternatif 1

Pengukuran laju alir A (wild-flow) dan


mengalikannya dengan rasio (R) di FY102.

Stream A
FT
102

FB = RFA
FA
FY
102

SP
FB
FT
101

Stream B

Ratio
station = R
FBset

FC
101

Output FY102 merupakan


set-point FC101

Jadi, seiring dengan berubahnya A, set-point


pengendali laju alir B berubah untuk menjaga
kedua aliran pada rasio yang diinginkan.
Sistem ini adalah linear:

FB = RFA
FB
=R
FA

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

konstan

INDALPRO / 10

6.2 Ratio Control

Gambar 6.2.2. Lanjutan


Pengukuran laju alir A dan laju alir B, dan
pembagiannya
di
FY102
merupakan
perbandingan (rasio) yang sesungguhnya.

(b) Alternatif 2

FB
R=
FA

Stream A
FT
102

Sinyal R (actual ratio) dikirim ke pengendali


RC101, dimana set-point-nya adalah rasio
yang diinginkan dan dapat diset di tempat
(local).

FA

FY
102

FB
FB
FT
101

FA

Actual ratio

RC
101

SP

Sistem ini adalah tidak linear:

R
FB
R
= 2 =
FA
FA
FA

non-linear

Stream B

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 11

6.2 Ratio Control

Gambar 6.2.2. Lanjutan


Set-point A dapat diubah.

(c) Alternatif 3

Dengan mengubah set-point A di FC102,


maka set-point B di FC101 juga berubah
secara otomatis.

Stream A
SP

FT
102

FA

Sistem ini linear.

FC
102
FY
102

Ratio
station = R

FBset

Alternatif 1 dan 3
digunakan di industri.

paling

umum

FC
101

FB
FT
101

Stream B

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 12

6.2 Ratio Control

TUGAS: Merancang sistem pengendalian ratio pada proses pencampuran


larutan NaOH

Gambar 6.2.3. Sistem tangki pencampur larutan NaOH


f1 = 100 kg/jam
NaOH (40%-weight)

LC
101

Tangki-101

f2 = 100 kg/jam
NaOH (40%-weight)

f3 = 60 kg/jam
H2O
V-102

V-101

LC
102

Tangki-102

V-103

f4= 160 kg/jam


NaOH (25%-weight)

4
6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 13

6.2 Ratio Control

Penjelasan Proses (Gambar 6.2.3):


Sistem proses pencampuran larutan NaOH dengan laju alir massa
dan komposisi (fraksi massa) pada kondisi tunak ditunjukkan
seperti pada Gambar 6.2.3. Volume cairan di dalam Tangki 101
dan Tangki 102 dikendalikan dengan memanipulasi bukaan katub
V-101 dan V-103, berturut-turut. Dalam kasus ini, dianggap
komposisi umpan masuk ke Tangki 101 tidak berubah (konstan),
namun laju alir umpan masuk Tangki 101 dianggap sebagai
variabel gangguan. Masalah yang harus ditangani adalah
perbandingan (ratio) laju alir masuk Tangki 102 ( f2 dan f3) harus
terpenuhi sehingga komposisi NaOH keluar Tangki 102 tetap.

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 14

6.2 Ratio Control

Pertanyaan (TUGAS):
1.
2.

Tentukan arus liar (wild flow) untuk sistem tersebut (Gambar


6.2.3)
Gambarkan 2 (dua) alternatif pengendalian ratio sehingga memenuhi

f3
R = = 0,6
f2

; Jelaskan jawaban saudara!

3.

Tentukan aksi pengendali (controller action) untuk LC-101, LC102, dan flow controller pada pengendali ratio, apakah Direct
atau Reverse? jelaskan pertimbangan yang saudara pilih!

4.

Tentukan aksi control valve yang tepat untuk V-101, V-102,


dan V-103, apakah Fail-Close-Air-to-Open (FC-AO) atau FailOpen-Air-to-Close (FO-AC)? jelaskan pertimbangan yang
saudara pilih!

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 15

6.3. Pengendalian Umpan Maju


(Feedforward Control)
Gambar 6.3.1. Konsep-konsep pengendalian
(a) Feedback concept

(b) Feedforward concept


SP

m(t)

d1(t)
dn(t)

.
.
.

Process

Feedforward
controller
(FFC)

Feedback
SP
controller
(FBC)

mFF(t)

...

c(t)

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

d1(t)
dn(t)

.
.
.

Process

c(t)

INDALPRO / 16

6.3 Feedforward Control

Gambar 6.3.2. Penerapan FFC dan FFC-FBC

Feedforward Control

Feedforward
controller
(FFC)

Feedforward/feedback Control

Feedforward
controller
(FFC)

SP

mFF(t)
mFB(t)

mFF(t)

Feedback
controller
(FBC)

m(t)
GM
d(t)

GM

c(t)

Process
GD

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

d(t)

c(t)

Process
GD

INDALPRO / 17

ILUSTRASI FBC dan FFC

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 18

6.3 Feedforward Control

Bagaimana merancang FFC ?


Tinjau contoh kasus perancangan FFC untuk pemanas tangki berpengaduk
Gambar 6.3.3. Pemanas tangki
berpengaduk
fi Ti(t)

f, T(t)
T
h

Suhu aliran masuk (Ti) sebagai variabel


gangguan, dan panas yang diberikan oleh
steam (Q) sebagai variabel yang dimanipulasi
untuk menjaga suhu T pada nilai yang
diinginkan (Tsp)
Asumsi: fi = f
Neraca Energi:

Q(t)
steam

fst ,Ts

condensate

dV
dh
= A =0
dt
dt

dT (t )
Q(t )
[
]
V
= f i Ti (t ) T (t ) +
dt
cp

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

(6.3.1)
INDALPRO / 19

6.3 Feedforward Control

FFC steady-state consideration

Q
0 = f i (Ti T ) +
cp
Q
T = Ti +
fi c p

(6.3.2)

Untuk menjaga T = Tsp ; dari pers. (6.3.2) diperoleh MV sbb:

Q = f i c p (Tsp Ti )

(6.3.3)

Pers. (6.3.3) adalah rancangan persamaan untuk pengendalian umpan maju


kondisi tunak. Q harus berubah dengan adanya gangguan ataupun perubahan
set-point.

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 20

6.3 Feedforward Control

Gambar 6.3.4. Perancangan pada kondisi tunak pengendali suhu dengan


umpan maju pada sistem pemanas tangki berpengaduk
fi Ti

FFC mechanism

Tsp

controller

comparator

fi cp

f, T
T
h

condensate

steam

fst Ts

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 21

6.3 Feedforward Control

FFC dynamic consideration


Untuk memperbaiki kualitas pengendalian selama respon transien
(sementara), akan dirancang FFC memakai dinamika N.E. pada keadaan
tidak tunak

V dT (t )
Q(t )
+ T (t ) = Ti (t ) +
f i dt
fi c p

(6.3.4)

Pers. (6.3.4) pers. (6.3.2) diperoleh term deviasi sbb:

[
Q (t ) Q ]
V d [T (t ) T ]
+ [T (t ) T ] = [Ti (t ) Ti ] +
fi
dt
fi c p
d
M

+ = i +
dt
fi c p
6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

(6.3.5)

INDALPRO / 22

6.3 Feedforward Control

Pers. (6.3.5) adalah model dalam term deviasi, dengan:

= T (t ) T
i = Ti (t ) Ti

Term deviasi

(6.3.6)

M = Q(t ) Q
Transformasi Laplace Pers. (6.3.5) menghasilkan:

Kp
1
(s ) =
i (s ) +
M (s )
s + 1
s + 1

(6.3.7)

Dimana:

V
=
fi

dan

Kp =

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

1
fi c p
INDALPRO / 23

6.3 Feedforward Control

FFC harus meyakinkan bahwa (s) = sp(s) = set-point ; walaupun ada


perubahan gangguan i ataupun sp ; dari pers. (6.3.7) diperoleh:

1
[(s + 1)sp (s ) i (s )]
(s ) =
Kp

(6.3.8)

Pers. (6.3.8) adalah persamaan perancangan untuk dinamika FFC.


Perbedaan antara model tunak dan tak-tunak pengendalian umpan maju
untuk pemanas tangki adalah pada fungsi transfer (s + 1) kali set-point.

Semakin baik model yang mewakili kelakuan


proses, respon FFC akan semakin baik.
6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 24

6.3 Feedforward Control

Gambar 6.3.5. Perancangan pada kondisi dinamis pengendali suhu dengan


umpan maju pada sistem pemanas tangki berpengaduk
i(S)

FFC mechanism

sp(S)

(s+1)

comparator

(S)
T

controller

1/Kp

condensate

M(S)
steam

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 25

6.3 Feedforward Control

Tinjau diagram blok loop terbuka ini:


Process

disturbance
i (s)

Output proses:

(s ) = G p (s ) (s ) + Gd (s )i (s )

(6.3.9)

Gd(s)

Ambil (s) = sp(s)

+
M(s)
MV

Gp(s)

(s)
CV

sp (s ) = G p (s ) (s ) + Gd (s )i (s ) (6.3.10)
Dari pers. (3.6.10), ditentukan MV sbb:

Gd (s )
1
(s ) =
sp (s ) i (s )
G p (s )
Gd (s )

(6.3.11)

Sangat menentukan bentuk sistem FFC


6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 26

6.3 Feedforward Control

Gambar 6.3.6. Diagram blok pengendalian umpan maju


FFC mechanism

sp(s)

1
Gsp =
Gd

disturbance

i (s)
Process

G
Gc = d
Gp

Gd(s)

+
M(s)
MV

Dimana:

Gp(s)

1
Gsp =
Gd

(s)
CV

.. (6.3.12)

Gd
. (6.3.13)
Gc =
Gp
6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 27

6.3 Feedforward Control

Gambar 6.3.7. Diagram blok pengendalian umpan maju dilengkapi


dengan alat ukur dan elemen pengendali akhir
FFC mechanism

sp(s)

Gsp =

1
Gd

Measuring
device

disturbance
i (s)

Gm(s)
Process

Gd
Gc =
G pG f G m

Gd(s)

+
M(s)

Gf(s)
Final control
element

MV

Gp(s)

= G pG f GcGsp sp + (Gd G pG f GcGm )i


6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

(s)
CV

(6.3.14)
INDALPRO / 28

6.3 Feedforward Control

Catatan-catatan penting untuk FFC:


1. Secara substansi, FBC berbeda dengan FFC
2. Dari pers. (6.3.12) dan (6.3.13), nyata bahwa, FFC tidak
sekonvensional FBC (P. PI, PID)
3. Berdasarkan pers. (6.3.12) dan (6.3.13), FFC sangat tergantung pada
pengetahuan yang baik tentang model proses (Gp dan Gd).
Perancangan Gc dan Gsp dalam FFC untuk keperluan:
1. Menghilangkan gangguan (disturbance rejection)
2. Mengikuti nilai set-point (setpoint tracking)

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 29

6.3 Feedforward Control

Disturbance rejection
Pengendali harus mampu menghilangkan dampak perubahan gangguan
pada proses output; Jadi koefisien pada i untuk pers. (6.3.14) harus = 0.

Gd G pG f GcGm = 0

Gd
Gc =
G pG f Gm

(6.3.15)

Setpoint tracking
Mekanisme pengendalian harus mampu menjaga = sp ; hal ini
dipenuhi jika koefisien pada sp harus = 1

G pG f GcGsp = 1

Gd
Gsp = 1
G pG f

G
G
G
p
f
m

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

Gm
Gsp =
Gd

(6.3.16)

INDALPRO / 30

6.3 Feedforward Control

TUGAS: Perancangan Sistem pengendalian (FFC / FBC) dan simulasi


dinamik untuk pemanas tangki berpengaduk
Parameter kondisi tunak
fi
h
Ti
T
Q

Laju alir volumetrik umpan masuk [m3/mnt]


Tinggi cairan dalam tangki [m]
Suhu umpan masuk tangki [oC]
Suhu cairan di dalam tangki [oC]
Panas yang disediakan oleh steam [kWatt]

Data fisik fluida


Densitas fluida [kg/m3]
cp

Kapasitas panas fluida [J/(kg.K)]

0.5
1
30
50
700

1000

Tsp = 50 oC

4200

CV T
MV Q

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 31

6.3 Feedforward Control

Gambar 6.3.8. Penerapan Gabungan Pengendali Umpan MajuUmpan


Mundur pada Pemanas Tangki Berpengaduk

t
Clock

time

SP

D
Scope
1
Kff
1/1.7143

Gd

1
94.2s+1

Gc FFC

1.7143

PID

CV

94.2s+1
SP1

Gc FBC

Gp

output

1
Gm

6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 32

6.3 Feedforward Control

Gambar 6.3.9. Tanggapan dinamik dari proses pemanas


tangki berpengaduk dengan variasi strategi kendali suhu
56
No Control

CV [ C]

54

FBC Ponly (Kc=1)

52
FBC PI (Kc=1; thoi=5 sec)

50
48

FFC

10

time [menit]
700
No Control

MV [kWatt]

FBC Ponly (Kc=1)

698

FFC

696

694

FBC PI (Kc=1; thoi=5 sec)

10

time [menit]
6 - PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT DR. ENG. Y. D. HERMAWAN

INDALPRO / 33

Anda mungkin juga menyukai