Anda di halaman 1dari 82

OPTIMASI SUMBERDAYA AIR

DENGAN PROGRAM LINEAR (LINEAR PROGRAMMING)


DI DAS CICATIH, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT

Oleh:
SITI KOMARIAH
F14050984

2009
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

OPTIMASI SUMBERDAYA AIR


DENGAN PROGRAM LINEAR (LINEAR PROGRAMMING)
DI DAS CICATIH, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian

Oleh :
SITI KOMARIAH
F14050984

2009
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
OPTIMASI SUMBERDAYA AIR
DENGAN PROGRAM LINEAR (LINEAR PROGRAMMING)
DI DAS CICATIH, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
SITI KOMARIAH
F14050984

Dilahirkan pada tanggal 20 April 1987


Di Cilacap, Jawa Tengah
Tanggal lulus :
Menyetujui,
Bogor,

Juli 2009

Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, M.T.


Dosen Pembimbing
Mengetahui,

Dr. Ir. Desrial, M.Eng


Ketua Departemen Teknik Pertanian

RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah anak kedua dari enam bersaudara, putri pasangan dari
Bapak Muslim dan Ibu Kamsiyah. Dilahirkan pada tanggal 20 April 1987 di
Cilacap, Jawa Tengah. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di MI.
Al-Hikam Jakarta pada tahun 1999, dan pada tahun tersebut penulis masuk ke
MTs. Al-Falah Jakarta dan lulus pada tahun 2002.
Kemudian penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Atas di
MA. Al-Falah Jakarta dan lulus di tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis
diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui program
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun 2006, penulis diterima
di Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA) dengan Mayor Teknik Pertanian,
Departemen Teknik Pertanian.
Selama kuliah, penulis aktif sebagai pengurus beberapa lembaga
kemahasiswaan kampus, yaitu Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian sebagai
staff Sekretaris Eksekutif Biro Administrasi periode 2006-2007 dan Badan
Eksekutif Mahasiswa FATETA (BEM-F) sebagai Sekretaris Departemen PSDM
periode 2007-2008. Penulis melaksanakan Praktek Lapang pada tahun 2008 di
Balai Agroklimat Dan Hidrologi (BALITKLIMAT) di Bogor, dengan judul
Pengembangan Basis Data Hidrometeorologi DAS Cicatih-Cimandiri,
Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Kemudian, untuk menyelesaikan
studinya, penulis menyusun skripsi dengan judul Optimasi Sumberdaya Air
Dengan Program Linear (Linear Programming) Di DAS Cicatih, Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat di bawah bimbingan dari Dr. Ir. Roh Santoso Budi
Waspodo, M.T.

Siti Komariah. F14050984. Optimasi Sumberdaya Air Dengan Program


Linear (Linear Programming) Di DAS Cicatih, Kabupaten Sukabumi, Jawa
Barat. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, M. T. 2009.
RINGKASAN
Pemanfaatan sumberdaya air dari waktu ke waktu semakin meningkat,
sehingga tidak dapat disangkal lagi bahwa air merupakan kebutuhan pokok bagi
setiap makhluk hidup. Pemanfaatan air di Indonesia untuk berbagai penggunaan
cenderung melebihi pasokan air yang tersedia. Salah satu upaya untuk
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya air yang terbatas dan kebutuhan yang
semakin meningkat adalah pengelolaan DAS dengan menentukan alokasi yang
optimum sumberdaya air dengan metode linear programming (LP) untuk
keperluan domestik, industri dan pertanian sesuai dengan proporsi kebutuhan
sektor-sektor tersebut pada 2010, 2015, 2020 dan 2025.
Dalam mengidentifikasi potensi air permukaan di DAS Cicatih, besarnya
debit harian Sungai Cibojong yang terletak di sub-DAS Cicatih Hulu diduga
dengan menggunakan model GR4J. Sedangkan mata air diidentifikasi berdasarkan
data mata air yang ada di DAS Cicatih dari DISTAMBEN. Diketahui bahwa debit
Sungai Cibojong periode 2007, menunjukkan bahwa debit rata-rata sesaat harian
sebesar 246 liter/detik. Sedangkan debit rata-rata bulanan berdasarkan PLTA
Ubrug adalah 23.752 liter/detik. Dan mata air di DAS Cicatih mencapai 5.624
liter/detik.
Pertumbuhan jumlah penduduk, serta industri dan luas areal irigasi
diproyeksikan dengan metode eksponensial danregresi linier time series.
Kebutuhan air pada penelitian ini ditetapkan untuk domestik sebesar 0,000694
liter/detik/orang, industri sedang sebesar 0,58 liter/detik/industri, dan pertanian
1,7 liter/detik/ha per musim tanam (128 hari). Diperkiraan kebutuhan air untuk
tahun 2025 mencapai 274.717 liter/detik untuk sektor domestik, industri 25.939
liter/detik dan pertanian 452.33 liter/detik.
Optimasi dilakukan dengan menentukan persentase proporsi pengalokasian
sumberdaya air, yaitu untuk domestik 8%, industri 10%, dan pertanian 82%.
Berdasarkan hasil optimasi jumlah penduduk, industri dan lahan irigasi mendapat
alokasi pada tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025 untuk industri dan pertanian dari
air permukaan adalah 69, 87, 105, dan 123 buah serta 150.827, 150.812, 150798,
dan 150.784 ha. Sedangkan pada tahun yang sama, sebanyak 1.053.891,
1.061.294, 1.068.749 dan 1.083.817 jiwa dan lahan seluas 75.413, 75.407, 75.402,
dan 75.391 ha liter/detik mendapatkan alokasi dari mata air. Kebutuhan seluruh
penduduk disuplai oleh mata air, sedangkan industri kecil dari air permukaan.
Adapun pertanian mendapatkan suplai dari air permukaan dan mata air.
Jumlah mata air yang konstan sepanjang tahun dan kualitas airnya yang
lebih bagus dari air permukaan menjadi faktor pendukung dialokasikannya mata
air untuk penduduk. Sedangkan biaya yang lebih tinggi untuk mengakses air
permukaan mampu dipenuhi oleh industri, sehingga industri mendapat alokasi air
seluruhnya dari air permukaan.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya., sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Optimasi Sumberdaya Air Dengan Program Linear (Linear Programming)
Di DAS Cicatih, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Skripsi hasil penelitian ini berisi kajian analisis potensi ketersediaan air,
dan kebutuhan air di DAS Cicatih. Dari hasil penelitian ini diperoleh jumlah
pengguna air yang mendapat alokasi air untuk memenuhi kebutuhan air bagi
ketiga sektor pengguna utama, yaitu domestik, industri, dan pertanian.
Skripsi ini tersusun atas dukungan dan doa yang begitu besar dari kedua
orang tua dan keluarga. Ucapan terima kasih juga ingin penulis sampaikan atas
segala dukungan dan bantuan selama penyusunan karya ilmiah ini kepada:
1. Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, M.T. selaku dosen pembimbing
akademik atas bimbingan dan arahannya kepada penulis.
2. Ir. Popi Rejekiningrum, M.S. yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk turut serta dalam proyek penelitian yang Beliau
pimpin.
3. Dr. Ir. Emmy D, M.Si. dan Sutoyo, S.TP, M.Si. selaku dosen penguji
atas segala masukannya.
4. Staf pengajar dan karyawan Departemen Teknik Pertanian yang telah
banyak membantu penulis selama menjadi mahasiswa.
5. Teman-teman seperjuangan FATETA, khususnya TEP angkatan 42,
atas tawa, canda dan kehangatan ketika berjuang bersama kalian.
6. Keluargaku di Pondok Putri Rahmah dan Wisma KISI.
7. Orang-orang yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, yang
telah memberikan warna dalam kehidupan penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan yang
terdapat di dalam penyusunan tulisan ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf
yang sebesar-besarnya. Segala saran, kritik dan pendapat yang sifatnya

membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan guna kesempurnaan


tulisan ini. Kiranya tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis, khususnya, dan
perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Bogor, Juli 2009

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ...............................................................................................

iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN ...

vii

I. PENDAHULUAN ..................................................................................

A. Latar Belakang ..................................................................................

B. Tujuan ................................................................................................ 4
C. Sasaran ..

D. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................

A. Siklus Hidrologi ..............................................................................

B. Daerah Aliran Sungai ......................................................................

C. Ketersediaan Sumberdaya Air ........................................................

D. Model GR4J ..

E. Kebutuhan Sumberdaya Air ............................................................

11

F. Kompetisi Pengguna Air..

14

G. Linear Programming .......................................................................

15

III. METODOLOGI PENELITIAN ...........................................................

19

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 19


B. Alat Dan Bahan................................................................................

19

C. Prosedur Kerja .................................................................................

20

1. Identifikasi Potensi Sumberdaya Air.........................................

20

2. Identifikasi Kebutuhan Air .......................

20

3. Proyeksi Kebutuhan Air .....................

22

4. Optimasi Sumberdaya Air.........................................

23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 29


A. Karakteristik Umum Daerah Penelitian ..

29

B. Potensi Sumberdaya Air Di DAS Cicatih. 34

C. Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan air

38

D. Optimasi Sumberdaya Air DAS Cicatih

43

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 50


A. Kesimpulan...

50

B. Saran.

51

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

52

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.

Total Air Tersedia Menurut Wilayah di Indonesia ...

Tabel 2.

Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga Berdasarkan Jenis

Kota dan Jumlah Penduduk ..

12

Tabel 3.

Klasifikasi Industri Menurut Jumlah Tenaga Kerja ..

13

Tabel 4.

Kebutuhan Air Industri Berdasarkan Jenis Industri ..

13

Tabel 5.

Banyaknya Air Yang Dibutuhkan Pada Budidaya Padi Sawah


Per- Hektar

14

Tabel 6.

Kompetensi Penggunaan Air Negara-negara di Dunia .

15

Tabel 7.

Luas Wilayah DAS Cicatih Berdasarkan Luas Kecamatan ..

29

Tabel 8.

Persentase Luas Lahan Pada Berbagai Kelas Kemiringan


lereng

Tabel 9.

30

Tipe Iklim Schimdt-Ferguson dan Koppen Pada Daerah di


DAS Cicatih .

32

Tabel 10. Luas (Ha) Daerah Pada Berbagai Tipe Penutupan Lahan . 33
Tabel 11. Mata Air Di DAS Cicatih .. 37
Tabel 12. Harga Dasar Air Setiap Sektor Pengguna

44

Tabel 13. Debit Rata-rata Bulanan DAS Cicatih ..

45

Tabel 14. Hasil Optimasi Air dengan Program Lingo 8.0 ...

48

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.

Siklus hidrologi ........................................................................

Gambar 2.

Skema Daerah Aliran Sungai

Gambar 3.

Struktur Model GR4J

10

Gambar 4.

Diagram Alir Penelitian ...

26

Gambar 5.

Diagram Alir Linear Programming Dengan Metode Simpleks

27

Gambar 6.

Grafik Curah Hujan Rata-rata di DAS Cicatih 2002 - 2006.

31

Gambar 7.

Grafik Kelembaban Udara di DAS Cicatih ..

32

Gambar 8.

Grafik Radiasi di DAS Cicatih..

33

Gambar 9.

Profil Melintang Sungai Cibojong Pada Titik Pemasangan


AWLR .

35

Gambar 10.

Kurva Lengkung Debit Sungai Cibojong..

35

Gambar 11.

Perbandingan Debit Pengamatan dan Debit Simulasi Sungai


Cibojong April Desember 2007..

36

Gambar 12.

Ketersediaan Air di DAS Cicatih .

38

Gambar 13.

Grafik Pertumbuhan Penduduk DAS Cicatih ...

39

Gambar 14.

KebutuhanAir untuk Domestik di DAS Cicatih..

39

Gambar 15.

Grafik Perkembangan Industri Kecil di DAS Cicatih..

40

Gambar 16.

Kebutuhan Air Industri Kecil di DAS Cicatih.

41

Gambar 17.

Grafik Perkembangan Lahan Irigasi Padi Sawah di DAS

Gambar 18.

Cicatih .

42

Kebutuhan Air Untuk Irigasi di DAS Cicatih

42

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1.

Lokasi DAS Cicatih-Cimandiri

54

Lampiran 2.

DAS Cicatih dan Sub-DASnya

55

Lampiran 3.

Peta Administrasi DAS Cicatih-Cimandiri Kabupaten


Sukabumi .

Lampiran 4.

56

Lokasi AWS dan AWLR di Sub DAS Cibojong Yang


Terletak di Sub DAS Cicatih Hulu ..

57

Lampiran 5.

Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm/bulan) 58

Lampiran 6.

Debit Sungai Cibojong Tahun 2007 ................................


3

Lampiran 7.

Debit Rata-rata Bulanan PLTA Ubrug (m /detik) .......

Lampiran 8.

Jumlah Penduduk 15 Kecamatan di DAS Cicatih Tahun

59
61

1990-2006 ................................................. 62
Lampiran 9.

Jumlah Industri Besar, Sedang, dan Kecil di DAS Cicatih ..

63

Lampiran 10.

Luas Areal Irigasi Padi Sawah di DAS Cicatih ...

64

Lampiran 11.

Penghitungan Kebutuhan Air Irigasi Untuk Optimasi ....

65

Lampiran 12.

Program Optimasi Alokasi Air tahun 2010 .

66

Lampiran 13.

Program Optimasi Alokasi Air tahun 2015 .

67

Lampiran 14.

Program Optimasi Alokasi Air tahun 2020 .

68

Lampiran 15.

Program Optimasi Alokasi Air tahun 2025 .

69

I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di antara sejumlah isu nasional yang dihadapi bangsa Indonesia pada
abad 21 ini salah satunya adalah masalah penyediaan air, khususnya air tawar,
untuk memenuhi kebutuhan penduduk dan dalam menunjang berbagai aspek
kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Air merupakan sumberdaya alam yang sangat penting yang mutlak
diperlukan bagi kehidupan manusia dimuka bumi. Tingkat pemanfaatan
sumberdaya air dari waktu ke waktu semakin meningkat, baik oleh manusia
maupun oleh makhluk hidup lain, sehingga tidak dapat disangkal lagi bahwa
air merupakan kebutuhan pokok bagi setiap makhluk hidup. Tantangan dalam
penyediaan air adalah bagaimana mencapai ketersediaan air baik dari segi
kuantitas maupun kualitas. Keberadaan sumber air yang bersih dan sehat
merupakan salah satu permasalahan terbesar dewasa ini.
Indonesia diprediksi akan mengalami krisis air pada tahun 2025 dalam
World Water Forum II di Denhaag pada Maret 2000, yang penyebabnya
adalah kelemahan dalam pengelolaan air. Salah satunya adalah pemakaian air
yang kurang efisien. Pemanfaatan air di Indonesia untuk berbagai penggunaan
cenderung melebihi pasokan air yang tersedia dan belum terintegrasi dengan
upaya konservasi air. Pengguna air umumnya mengabaikan usaha konservasi
air yang seharusnya dilakukan. Hal ini semakin memberikan tekanan pada
ketersediaan sumberdaya air dan pasokan air untuk berbagai penggunaan.
Menurut Sosiawan dan Subagyono (2007), sektor pemukiman atau rumah
tangga,

industri,

dan

pertanian

memainkan

peranan

utama

dalam

memperebutkan pasokan air. Pemanfaatan air secara nasional telah mencapai


80 M m3/tahun, dengan tingkat pemanfaatan tertinggi di Jawa dan Bali, yaitu
sekitar 60%. Penggunaan air di Indonesia di dominasi untuk kebutuhan
pertanian sekitar 86%, dan sisanya adalah untuk kebutuhan industri 11% dan
domestik 3%.
Secara kuantitas sumberdaya air nasional cukup besar, namun dalam
kenyataannya air sering menjadi kendala (seperti kekeringan atau sebaliknya

kebanjiran). Hal tersebut semakin diperparah oleh tingginya keragaman


ketersediaan air dengan sistem pengelolaan dan pemanfaatan yang belum
efisien. Sebagai negara kepulauan yang beriklim tropika basah, curah hujan
sangat bervariasi menyebabkan keragaman ketersediaan air sangat besar, baik
menurut

ruang

(spatial)

maupun

waktu

(temporal).

Akan

tetapi,

ketersediaannya tidak selalu sejalan dengan kebutuhannya dalam artian lokasi,


jumlah, waktu dan mutu.
Kebutuhan air untuk keperluan domestik (rumah tangga), industri dan
pertanian selalu meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk dan ragam
kebutuhan yang menuntut sumberdaya air dalam jumlah banyak. Sebaliknya,
potensi ketersediaan air relatif tetap dan beragam menurut tempat dan waktu.
Selanjutnya pasokan air untuk keperluan pertanian dan sektor lainnya dapat
terganggu akibat minimnya ketersediaan air antar waktu (temporal) dan antar
wilayah (spatial) pada musim kemarau. Sebaliknya pada musim hujan,
tingginya curah hujan dan rusaknya daerah aliran sungai (DAS) menyebabkan
hanya sebagian kecil saja volume air hujan yang dapat ditampung melalui
infiltrasi dan intersepsi, sedangkan sisanya ditransfer menjadi aliran
permukaan.
Jika indeks penggunaan air (IPA) atau rasio kebutuhan dan ketersediaan
air sudah melebihi 1, artinya sumberdaya air yang ada sudah tidak cukup untuk
menopang kebutuhan penggunanya. Depkimpraswil dalam Sosiawan dan
Subagyono (2007), mencatat IPA untuk DAS Ciliwung dan Cisadane sudah
melampaui 1,2 (129,4%) pada tahun 1995.
DAS Cicatih merupakan anak sungai dari DAS Cimandiri dengan luas
52.979 ha atau 530 km2 yang secara administratif masuk dalam Kabupaten
Sukabumi. DAS Cicatih merupakan wilayah yang terkenal sebagai penghasil
air minum pegunungan sehingga banyak terdapat pabrik air minum kemasan.
Di wilayah Sub DAS Cicatih Hulu, secara administratif terdapat di Kecamatan
Cidahu dimana disini terdapat 18 pabrik air minum kemasan yang secara
ekstensif beroperasi. Hasil survei Balai PSDA Cisadea-Cimandiri yang
melakukan survei pada discharge mata air menunjukkan bahwa di mata air
Cibuntu mempunyai kapasitas discharge 695 l/dt. Selain itu aliran sungai pada

DAS ini salah satunya digunakan untuk pembangkit tenaga listrik berkekuatan
18,36 Mega Watt. Wilayah ini juga merupakan daerah perkebunan dan
pertanian (sawah). Laju konversi lahan permeable menjadi impermeable
semakin meningkat akibat meningkatnya pembangunan pemukiman yang
semakin tidak terkendali. Antara tahun 1991-2001, peningkatan luas
pemukiman di DAS Cicatih mencapai hampir 50 persen, hal ini merupakan
faktor utama penyebab menurunnya kapasitas tampung DAS.
Peningkatan kebutuhan berbagai sektor pembangunan (rumah tangga,
pertanian, industri dan lingkungan) terhadap air juga semakin meningkat di
wilayah ini sehingga tekanan dan persaingan pemanfaatan sumberdaya air
semakin tinggi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian berbagai aspek yang
berkaitan dengan kebutuhan, potensi dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya
air.
Untuk Indonesia kebutuhan dasar air menurut Puslitbang Fisika TerapanLIPI, 1990 adalah sebagai berikut untuk minum 2.5 5.0 liter/jiwa/hari, masak
7.5 10.0 liter/jiwa/hari dan untuk mencuci (bahan makanan dan lain-lain)
10.0 15.0 liter/jiwa/hari, sehingga total kebutuhan sehari sekitar 20.0 30.0
liter/jiwa/hari. Untuk menentukan kebutuhan air bersih industri, dapat
dikategorikan menjadi tiga jenis berdasarkan banyaknya pemakaian masingmasing, untuk industri besar berkisar 151 350 m3/hari, industri sedang
berkisar 51 150 m3/hari, dan industri kecil berkisar 5 50 m3/hari (Purwanto,
1995), dan untuk pertanian ditentukan berdasarkan faktor-faktor penyiapan
lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi, penggantian lapisan air, curah hujan
efektif serta efisiensi irigasi.
Salah satu upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya air
yang terbatas sedangkan kebutuhan masyarakat akan air semakin meningkat
adalah pengelolaan DAS dengan metode Program Linear yang dapat
mendistribusikan air secara optimum. Penelitian ini dilakukan untuk
memperoleh optimasi pengalokasian sumberdaya air pada DAS Cicatih
sehingga kebutuhan akan air dapat terpenuhi secara efektif dan efisien.

B. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan alokasi yang optimum dari
sumberdaya air dengan menggunakan Program Linear (LP) di DAS Cicatih
Sukabumi untuk keperluan domestik, industri dan pertanian agar diperoleh
jumlah pengguna air yang mendapatkan alokasi air sesuai dengan proporsi
sektor-sektor tersebut.

C. SASARAN
Sasaran dari penelitian ini adalah :
1.

Mengidentifikasi potensi ketersediaan air di DAS Cicatih.

2.

Memproyeksikan kebutuhan air ketiga sektor pengguna utama yaitu


domestik, industri, dan pertanian.

3.

Memperoleh alokasi optimum pengguna air untuk sektor domestik,


industri, dan pertanian sesuai dengan proporsi masing-masing di DAS
Cicatih tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025.

D. RUANG LINGKUP PENELITIAN


Sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dari penelitian ini,
maka lingkup kegiatan penelitian ini mencakup analisis data sekunder dan
pembuatan model matematik untuk optimasi penggunaan sumberdaya air
dengan Program Linear (LP).

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. SIKLUS HIDROLOGI
Siklus hidrologi didefinisikan sebagai suksesi tahapan-tahapan yang
dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer (Seyhan, 1990).
Sumber tenaga dari siklus ini adalah matahari. Dalam daur hidrologi, energi
panas matahari dan faktor-faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses
evaporasi pada permukaan vegetasi dan tanah, di laut atau badan-badan air
lainnya.

Gambar 1. Siklus hidrologi


Uap air sebagai hasil proses evaporasi akan terbawa oleh angin melintasi
daratan yang bergunung maupun datar, dan apabila keadaan atmosfer
memungkinkan, sebagian dari uap air tersebut akan terkondensasi dan turun
sebagai air hujan.
Hujan yang jatuh ke bumi menyebar dengan cara dan arah yang berbedabeda. Sebagian besar dari hujan untuk sementara tertahan pada tajuk tanaman
yang pada akhirnya dikembalikan lagi ke atmosfer oleh penguapan yang
merupakan intersepsi selama dan sesudah berlangsungnya hujan. Sebagian lagi
mengalir melalui permukaan dan tanah menuju sungai, sementara lainnya
menembus tanah (infiltrasi dan perkolasi) menjadi air tanah (ground water). Di
bawah pengaruh gravitasi, baik aliran permukaan maupun air tanah bergerak

menuju tempat yang lebih rendah dan akhirnya mengalir ke laut. Namun,
selama pengaliran sebagian besar air permukaan dan bawah tanah
dikembalikan ke atmosfer oleh penguapan (evaporasi) dan transpirasi sebelum
ke laut (Linsley, et al., 1990).
Komponen siklus hidrologi dalam DAS berdasarkan siklus diatas terdiri
dari hujan, evaporasi, intersepsi, transpirasi, infiltrasi, perkolasi, aliran
permukaan dan aliran bawah permukaan serta total aliran yang terjadi di sungai
(outlet).

B. DAERAH ALIRAN SUNGAI


Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara
topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan
menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai
utama (Asdak, 2002 dan Manan, 1979). Pemanfaatan sumberdaya alam pada
suatu DAS secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu
pemanfaatan sumberdaya tanah dalam hal ini lahan dan pemanfaatan
sumberdaya air. Pemanfaatan sumberdaya lahan dalam suatu DAS meliputi
pertanian, hutan, perkebunan, perikanan, pertambangan, dan lain-lain;
sedangkan pemanfaatan sumberdaya air diperuntukkan bagi suplai air irigasi,
suplai air minum, PLTA, suplai air industri, dan lain-lain. Untuk dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan, maka sumberdaya yang ada pada suatu
DAS harus dikelola dengan optimal.
DAS adalah suatu sistem dalam hidrologi yang memiliki sistem masukan
dan sistem keluaran. Salah satu keluaran dari sistem DAS adalah debit aliran
sungai. Debit aliran sungai adalah integrator dari suatu DAS. Hal ini memiliki
arti bahwa debit aliran sungai merupakan penyimpan informasi tentang ciri dan
kondisi DAS tersebut. Debit aliran sungai ini dapat dijadikan petunjuk mampu
tidaknya DAS berperan sebagai pengatur proses, khususnya dari segi hidrologi.

Gambar 2. Skema Daerah Aliran Sungai


Aliran sungai pada sistem keluaran/titik pelepasan (outlet) sangat
dipengaruhi oleh karakteristik curah hujan dan kondisi biofisik DAS.
Karakteristik biofisik mencakup geometri (ukuran, bentuk, kemiringan DAS),
morfometri (ordo sungai, kerapatan jaringan sungai, rasio percabangan, rasio
panjang), pedologi dan geologi, serta penutupan lahan. Diantara kelima penciri
kondisi biofisik, tipe penutupan lahan merupakan satu-satunya parameter yang
dapat mengalami perubahan secara cepat dan memberikan pengaruhnya secara
signifikan terhadap karakteristik debit.
Dengan demikian masukan ke dalam suatu DAS dapat dioptimalkan
menjadi suatu keluaran yang baik dengan mengatur kondisi biofisik yang ada
pada DAS tersebut.

C. KETERSEDIAAN SUMBERDAYA AIR


Air adalah satu-satunya benda di atas bumi ini yang dalam kondisi
sehari-hari dapat kita temui dalam 3 wujud sekaligus: cair (air), gas (uap air)
dan padat (es). Air merupakan sumber kehidupan dan konon pula merupakan
asal-muasal kehidupan itu sendiri di planet ini. Air ada dimana-mana. Dalam
bentuk samudera, padang es, danau dan sungai, air meliputi hampir tiga
perempat permukaan bumi, semua perairan ini seluruhnya berisi 1.350 juta

kilometer kubik air. Dibawah tanah terdapat sekitar 8,3 juta kilometer kubik air
lagi dalam bentuk air tanah. Di dalam atmosfer bumi masih ada lagi 12.900
kilometer kubik air, kebanyakan dalam bentuk uap. Air adalah material yang
paling berlimpah di bumi ini, menutupi sekitar 71% dari muka bumi ini.
Air seperti halnya energi, adalah hal yang esensial bagi pertanian,
industri, dan hampir semua kehidupan. Secara filosofis, air merupakan sumber
kehidupan dan sekaligus bermakna bahwa air merupakan zat yang sangat
diperlukan bagi kehidupan setiap umat manusia dan seluruh makhluk hidup
yang diciptakan Allah SWT. Kehidupan hampir seluruhnya air, 50 sampai 97%
dari seluruh berat tanaman dan hewan hidup dan sekitar 70% dari berat tubuh
kita. Kita bisa hidup sebulan tanpa makanan, tapi hanya bisa bertahan beberapa
hari saja tanpa air.
Akibat banyaknya lahan yang beralih fungsi yang tadinya merupakan
kawasan resapan

menjadi kawasan pertanian dan pemukiman akan

menyebabkan terganggunya daur air kawasan. Dalam abad 21 mendatang


semakin dirasakan akan adanya keterbatasan alam dalam menyediakan air bagi
kehidupan.
Jumlah pasokan air wilayah yang berasal dari hujan relatif tetap, mulai
dirasakan tidak mengimbangi tingkat kebutuhan. Kelimpahan sumberdaya air
yang dimiliki Indonesia tidak menjamin melimpahnya ketersediaan air wilayah
pada dimensi tempat dan dimensi waktu. Variasi iklim serta kerentanan sistem
sumberdaya air terhadap perubahan iklim akan memperparah status krisis air
yaitu dengan meningkatnya frekuensi banjir dan panjangnya kekeringan,
sehingga ketersediaan air semakin tidak dapat mengimbangi peningkatan
kebutuhan air untuk berbagai penggunaan. Di samping itu dengan dipacunya
pertumbuhan ekonomi, permintaan akan sumberdaya air baik kuantitas maupun
kualitasnya semakin meningkat pula dan di tempat-tempat tertentu melebihi
ketersediaannya. Hal ini menyebabkan sumberdaya air dapat menjadi barang
yang langka. Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah
adalah wujud dan tempatnya.
Air akan selalu ada karena air bersirkulasi tidak pernah berhenti dari
atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer mengikuti siklus hidrologi. Ketika

jumlah penduduk masih terbatas dan alam masih belum banyak tereksploitasi,
air terasa berlimpah sepanjang waktu dengan kualitas yang cukup baik, dan
ketika itu pula air serasa belum memiliki nilai yang berarti. Ketika keberadaan
air dirasakan semakin terbatas, baik dari segi kualitasnya maupun kuantitasnya,
dan kebutuhan manusia akan air terasa semakin meningkat untuk memenuhi
berbagai keperluan, serta kualitas lingkungan dan ekosistem mulai terganggu,
pada waktu itu nilai air mulai diperhitungkan. Air tidak hanya berfungsi sosial
dan lingkungan tetapi juga memiliki nilai ekonomis.
Tabel 1. Total Air Tersedia Menurut Wilayah Di Indonesia
Wilayah/
Pulau

Luas
(km2)

CH
(mm/th)

Air Permukaan

Air Tanah

Total air Tersedia

Sumatera
Jawa

477 379
121 304

2 801
2 555

m3/s
1 848
1 659

Bali & NT

87 939

1 695

997

2 779

169

472

1 167

3 251

Kalimantan

534 847

2 956

1 968

33 359

296

5 010

2 264

38 369

Sulawesi

190 375

2 156

1 352

8 157

216

1 301

1 568

9 458

Maluku

85 351

2 218

1 400

3 785

222

600

1 621

4 385

413 949
1 911 144

3 224
2 779

2 171
1 832

28 524
110 944

322
278

4 229
16 831

2 497
2 110

32 754
127 775

Papua
INDONESIA

mm/th
27 962
6 378

m3/s
280
256

mm/th
4 236
982

m3/s
2 128
1 915

mm/th
32 198
7 360

Sumber : Pawitan, dkk (1996)

D. MODEL GR4J
Model debit harian yang diaplikasikan dalam sistem Informasi PJT II
adalah GR4J. Model ini merupakan model debit yang sederhana, dapat
diandalkan, serta merupakan model global dengan interval waktu harian yang
hanya membutuhkan 4 parameter (Perrin, 2000).
Struktur model GR4J dikembangkan berdasarkan pendekatan secara
empiris dan telah melalui pengujian pada DAS dengan berbagai kondisi yang
beragam. Studi perbandingan dengan model sejenis yang dilakukan Perrin et
al. (2001), menunjukkan bahwa model GR4J memiliki kualitas simulasi relatif
lebih baik, sekalipun model ini hanya membutuhkan 4 parameter untuk

dioptimasi. Model ini memiliki struktur seperti yang ditunjukkan oleh gambar
berikut:

Gambar 3. Struktur model GR4J

Untuk mensimulasi debit harian, model GR4J membutuhkan input data


hujan harian dan evapotranspirasi potensial (ETP) harian, serta 4 parameter
model. Keempat parameter tersebut meliputi :
o X1; Kapasitas maksimum simpanan produksi (maximum capacity of the
production store)
o X2; Koefisien tukar air (water exchange coefficient)
o X3; Kapasitas maximum simpanan pengalihan (maximum capacity of the
routing store)
o X4 ;

Waktu dasar hidrograf satuan (time base of unit hydrograf).Air

digunakan manusia untuk kebutuhan rumah tangga atau domestik,


petanian, industri, pembangkit energi (tenaga listrik), transportasi, dan
untuk keperluan lainnya.

Selain

input

karakteristik

DAS

dan

parameter

model,

untuk

membangkitkan debit simulasi, diperlukan input data terdiri dari data tanggal
(minimal satu tahun dari tanggal 1 Januari hingga 31 Desember), data hujan
harian (mm), data evapotranspirasi potensial (ETP) harian (mm), serta input debit
harian (m3/detik). Hasil simulasi yang menunjukkan perbandingan antara debit
simulasi dan pengukuran.

E. KEBUTUHAN SUMBERDAYA AIR


Air digunakan manusia untuk kebutuhan rumah tangga atau domestik,
petanian, industri, pembangkit energi (tenaga listrik), transportasi, dan untuk
keperluan lainnya. Ditinjau dari fungsi air/wilayah perairan, dapat dibagi
menjadi 3 golongan : Air sebagai faktor produksi, air sebagai komponen
ekosistem, dan air sebagai sumber kenyamanan (amenity resource) (Nasoetion,
1991 dalam Ananda, R. D.,2003).
Di Indonesia, khususnya sebagai negara agraris, sektor pertanian adalah
sektor yang banyak menggunakan air, penggunaannya meliputi untuk tanaman,
perikanan dan peternakan. Penggunaan untuk rumah tangga/domestik terdiri
atas penggunaan untuk air minum, memasak, mencuci, mandi dan lain
sebagainya. Penggunaan untuk industri diantaranya sebagai bahan mentah,
pendingin, penggelontor kotoran serta penggunaan lainnya dalam proses
industri. Sedangkan infrastruktur menggunakan air untuk pembangkit tenaga
listrik, rekreasi, transportasi, dan lain sebagainya.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan air untuk
rumah tangga akan meningkat. Di sisi lain dengan meningkatnya taraf hidup
manusia yang berarti memacu industrialisasi maka berarti juga perlu
sumberdaya air dalam proses produksinya, dengan demikian kebutuhan
sumberdaya air makin hari semakin meningkat sejalan dengan tingkat
pertumbuhan penduduk, tingkat kenaikan taraf hidup serta peningkatan proses
industrialisasi.

1. Kebutuhan Air Domestik


Kebutuhan air domestik atau rumah tangga adalah kebutuhan air
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sehari-hari. Besarnya kebutuhan
air bagi masing-masing orang tidak sama dan sangat tergantung pada
beberapa faktor diantaranya tingkat sosial, tingkat pendidikan, kebiasaan
penduduk, letak geografis, dan lain-lain. Kebutuhan dasar air bersih tiap
individu digunakan untuk memenuhi keperluan minum, masak, mencuci dan
lain-lain.
Menurut Winrock (1992), Ditjen Cipta Karya menetapkan kebutuhan
air domestik/municipal untuk masyarakat pedesaan adalah 45 lcd
(liter/capital/day) dan untuk masyarakat kota sebesar 60 lcd. Besarnya
konsumsi air rumah tangga dapat mengacu pada berbagai macam standar,
seperti pada tabel 2 yang menampilkan standar kebutuhan air domestik
berdasarkan jenis kota dan jumlah penduduk.
Tabel 2. Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga Berdasarkan
JenisKota Dan Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk

Jenis kota

Jumlah kebutuhan air


(liter/orang/hari)

>2.000.000
1.000.000-2.000.000
500.000-1.000.000
100.000-500.000
20.000-100.000
3.000-20.000

Metropolitan
Metropolitan
Besar
Besar
Sedang
Kecil

>210
150-210
120-150
100-120
90-100
60-100

Sumber: Dep. PU. dalam Pawitan, H., et. al. (2008)


Dan berdasarkan standar dari Direktorat Jenderal Cipta Karya
besarnya kebutuhan dalam Pawitan, H., et. al. (2008) air setiap orang per
hari adalah sebagai berikut:
a) Kebutuhan untuk penduduk kota besar sebesar 120 liter/kapita/hari.
b) Kebutuhan untuk penduduk kota kecil sebesar 80 liter/kapita/hari.
c) Kebutuhan untuk penduduk pedesaan sebesar 60 liter/kapita/hari.

2. Kebutuhan Air Industri


Kebutuhan air industri adalah kebutuhan air untuk proses industri,
termasuk bahan baku, kebutuhan air pekerja industri dan pendukung
kegiatan industri. Akan tetapi, besar kebutuhan air industri ditentukan oleh
kebutuhan air untuk diproses, bahan baku industri dan kebutuhan air untk
produktifitas industri. Oleh karena itu, kebutuhan air untuk industri
disesuaikan dengan klasifikasi jenis industrinya.
Tabel 3. Klasifikasi Industri Menurut Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja

Klasifikasi industri

1-4 orang
5-19 orang
20-99 orang
>100 orang

Rumah tangga
Kecil
Sedang
Besar

Tabel 4. Kebutuhan Air Industri Berdasarkan Jenis Industri


Jenis industri

Kebutuhan air (m3/hari)

Kecil
Sedang
Besar

5 50
51 150
151 350

Sumber: Purwanto, 1995


3. Kebutuhan Air Pertanian
Kebutuhan air irigasi atau pertanian adalah jumlah selain air hujan
yang ditambahkan untuk tanaman. Kebutuhan air untuk padi sawah meliputi
kebutuhan air untuk pengolahan tanah, pembibitan, pertumbuhan sampai
saat panen. Jumlah kebutuhan air untuk irigasi dan pertanian pada umumnya
dipengaruhi oleh jenis dan sifat tanah, jenis tanaman, keadaan iklim
setempat, keadaan topografi dan luas areal persawahan. Kebutuhan air
irigasi ditentukan oleh faktor-faktor penyiapan lahan, penggunaan
konsumtif, perkolasi, penggantian lapisan air, curah hujan efektif serta
efisiensi irigasi.
Pada budidaya padi sawah, biasanya pemberian air dilakukan pada
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) penyiapan lahan dilakukan dua hari sebelum menyemai benih,

b) penyemaian bibit selama 20 hari,


c) umur masak tanaman padi 120 hari sejak pemindahan bibit smapai
dengan panen, dan
d) pembekalan air dihentikan 14 hari sebelum panen.
Tabel 5. Banyaknya Air Yang Dibutuhkan Pada Budidaya Padi
Sawah Per Hektar
Kegiatan

Lama (hari)

Penyiapan lahan
Evapotranspirasi
selama penyemaian
Perkolasi

Evapotranspirasi sejak
pemindah
bibitan
sampai dengan panen

2
20
140 (20 hari pembibitan
+ 120 hari umur masak
pertanaman padi)
120

Jumlah air yang


dibutuhkan
170 mm
66 mm (MH)
130 mm (MK)
7 mm/hari atau 980
mm
4.4 mm/ hari atau 528
mm (MH)
5.5 mm/hari atau 660
mm (MK)

Sumber: Notohadiprawiro, T. (2006)


Dari tabel di atas, didapatkan jumlah keperluan satu musim tanam
ialah 1744 mm atau 1.6 liter/detik/ ha pada MH. Sedangkan pada MK 1940
mm atau 1.8 liter/detik/ha. Sehingga rata-rata per musim tanam dibutuhkan
1,7 liter/detik/ha.
F. KOMPETISI PENGGUNA AIR
Kebutuhan air makin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk dan ragam kebutuhan yang menuntut sumberdaya air dalam jumlah
banyak. Peningkatan kebutuhan air setiap sektor makin menekan potensi
pasokan air yang tersedia, hal ini berdampak pada makin meningkatnya potensi
konflik antar sektor.
Sektor pemukiman/ rumah tangga, industri dan pertanian memainkan
peranan utama dalam memperebutkan pasokan air. Sektor pertanian sampai
saat ini merupakan pengguna terbesar diantara sektor-sektor pengguna air
lainnya.

Tabel 6. Kompetensi Penggunaan Air Negara-negara di Dunia


Pengguna

Rumah Tangga

Industri

Pertanian

(%)

(%)

(%)

Negara Maju

11

30

59

Negara Berkembang

10

82

Dunia

22

70

Sumber: Word Bank, 2001 dalam Sanim, B.,2003


Sebagai gambaran, untuk mengairi sawah 1 ha yang direncanakan panen
dua kali setahun membutuhkan air sebanyak 41109 m3 per tahun (Tejoyuwono,
2006), sedangkan kebutuhan air penduduk menurut pedoman pembekalan air
untuk rumah tangga di Indonesia adalah 86.4 liter/orang/hari atau 31.5 m3 per
tahun. Dengan demikian setiap 1 ha sawah akan bersaing dengan 1300 orang.
Persaingan ini akan bertambah ketat akibat meningkatnya laju pertumbuhan
penduduk dan peningkatan taraf hidup masyarakat.
G. LINEAR PROGRAMMING
Linear Programming sering disingkat LP merupakan salah satu teknik
operational research yang digunakan paling luas dan diketahui dengan baik.
Linear Programming digunakan untuk merubah suatu masalah kedalam model
matematik dalam mengalokasikan sumberdaya yang langka untuk mencapai
suatu tujuan seperti memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya.
Masalah keputusan yang sering dihadapi analis adalah alokasi optimum
sumberdaya yang langka. Sumberdaya sering berupa uang, tenaga kerja, bahan
mentah, kapasitas mesin, waktu, ruangan, teknologi, air dan masih banyak lagi
yang lain. Linear Programming digunakan untuk mencapai hasil terbaik yang
mungkin dengan keterbatasan sumberdaya, hasil yang diinginkan mungkin
ditunjukkan sebagai maksimisasi dari beberapa ukuran seperti profit, penjualan
dan kesejahteraan, atau minimasi seperti biaya, waktu dan jarak. Setelah
mengidentifikasi masalah maka dapat ditentukan tujuan yang akan dicapai dan
dapat dibuat suatu formula matematik yang meliputi 3 tahap sebagai berikut :
1. Tentukan variabel yang tak diketahui (variabel keputusan) dan nyatakan
dalam simbol matematik.

2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai suatu hubungan linier


(bukan perkalian) dari variabel keputusan.
3. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikan dalam
persamaan atau pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan linier dari
variabel keputusan yang mencerminkan keterbatasan sumberdaya masalah.
Suatu permasalahan yang akan dipecahkan dengan Linear Programming
untuk menghasilkan suatu alokasi sumberdaya yang optimal, terlebih dahulu
harus menentukan variabel keputusan. Fungsi tujuan yang memuat tujuan yang
akan dicapai dan fungsi kendala dimana fungsi kendala ini merupakan masalah
keterbatasan sumberdaya yang harus dipecahkan untuk mencapai suatu hasil
yang optimal. Setelah variabel keputusan, fungsi tujuan dan fungsi kendala
ditentukan maka suatu permasalahan tersebut dapat diringkas menjadi suatu
persamaan matematik. Solusi dari model matematik yang dihasilkan akan
memberikan berapa jumlah sumberdaya yang optimal untuk memaksimumkan
keuntungan atau meminimumkan biaya produksi.
1. Bentuk Umum Model Linear Programming (LP)
Pada setiap masalah, ditentukan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan
sistem kendala, yang bersama-sama membentuk suatu model matematik dari
dunia nyata. Bentuk umum model LP itu adalah :
Maksimumkan atau minimumkan :
a.

Fungsi tujuan : Z = c1 x1 + c2 x2 +.......+ cn xn .......................(1)

b.

Fungsi kendala: a11 x11 + a12 x12 + ... + an1 xn1 b1 (= ; )


a21 x21 + a22 x22 + ... + an1 xn1 b2 (= ; )
........... + .......... + ...... + ........... .......
an1 xn1 + an2 xn2 + ... + anm xnm bm (= ; ) ........(2)

c.

Asumsi

: x1 , x2 , .... , xn 0 .............................................(3)

Keterangan :
Xn = banyaknya kegiatan n, dimana n = 1,2,........, m. Berarti disini
terdapat m variabel keputusan.
z

= nilai fungsi tujuan.

cn = sumbangan perunit kegiatan n, Untuk masalah maksimisasi cn


menunjukkan keuntungan atau

penerimaan per unit, sementara

dalam kasus minimisasi ini menunjukkan biaya per unit.


bm = jumlah sumberdaya ke i (i= 1,2,.....m,), berarti terdapat m jenis
sumberdaya
an =

banyaknya sumberdaya n yang diperlukan untuk menghasilkan satu


unit barang ke m.

2. Asumsi Model Linear Programming (LP)


Model LP mengandung asumsi-asumsi implisit tertentu yang harus
dipenuhi agar definisinya sebagai suatu masalah LP menjadi absah. Asumsiasumsi tersebut adalah sebagai berikut :
a.

Linearity dan Additivity


Syarat utama dari LP adalah bahwa fungsi tujuan dan semua kendala
harus linear. Dengan kata lain, jika suatu kendala melibatkan dua
variabel keputusan, dalam diagram dimensi dua ia akan berupa suatu
garis lurus (bentuk geometri yang rata). LP juga mensyaratkan bahwa
jumlah variabel kriteria dan jumlah penggunaan sumberdaya harus
bersifat additif. Contohnya, keuntungan total Z, yang merupakan
variabel kriteria, sama dengan jumlah keuntungan yang diperoleh
dimasing-masing kegiatan. Additif dapat diartikan sebagai tak adanya
penyesuaian pada perhitungan variabel kriteria karena terjadinya
interaksi.

b.

Divisibility
Asumsi ini berarti bahwa nilai solusi yang diperoleh tidak harus berupa
bilangan bulat. Karena itu variabel keputusan merupakan variabel
kontinyu sebagai lawan dari variabel diskrit atau bilangan bulat.

c.

Deterministic
LP secara tak langsung mengasumsikan suatu masalah keputusan
dalam suatu kerangka statis dimana semua parameter diketahui dengan
kepastian. Analisis sensitivitas adalah suatu teknik yang dikembangkan
untuk menguji nilai solusi, bagaimana kepekaannya terhadap

perubahan-perubahan parameter akibat ketidakpastian parameter dalam


model LP.
3. Penyelesaian Grafik Model LP
Masalah LP dapat diilustrasikan dan dipecahkan secara grafik jika ia
hanya memiliki dua variabel keputusan. Suatu cara sederhana untuk
menggambarkan

masing-masing

persamaan

garis

adalah

dengan

menetapkan salah satu variabel dalam suatu persamaan sama dengan nol dan
kemudian mencari nilai variabel yang lain.
4. Penyelasaian LP dengan Metode Simpleks
Metode

simpleks

merupakan

metode

untuk

menyelesaikan

permasalahan linear programming dimana variable dan persamaan fungsi


kendala banyak (lebih dari 2). Penyelesaian model LP dengan menggunakan
metode simpleks harus diubah terlebih dahulu kedalam bentuk umum yang
dinamakan bentuk baku (standard form). Ciri-ciri dari bentuk baku
model LP adalah : semua kendala berupa persamaan dengan sisi kanan non
negatif, semua variabel non negatif dan fungsi tujuan dapat maksimum
maupun minimum.
Untuk memulai algoritma simpleks dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1.

Mengubah fungsi kendala berbentik pertidaksamaan menjadi bentuk


persamaan, dengan penambahan variabel baru.

2.

Menentukan non basic variable dan basic variable ntuk mendapatkan


initial basic feasible solution.

3.

Iterasi dengan prinsip eliminasi Gauss dengan menentukan entering


basic variable (non basic variable diubah menjadi basic variable) dan
leaving basic variable (basic variable diubah menjadi non basic
variable), sehingga ditemukan basic feasible solution yang optimal.

4.

Jika tidak optimal maka ulangi langkah nomor 3 untuk basic feasible
solution yang baru sehingga nilai fungsi tujuan lebih baik.

III.

METODOLOGI PENELITIAN

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cicatih yang
merupakan anak sungai dari DAS Cimandiri yang secara geografis terletak
antara 1060398- 10605730 BT dan 604254- 700043 LS dengan luas
52.979 ha atau 530 km2 yang secara administratif masuk dalam Kabupaten
Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.
Pengambilan data untuk penelitian dilakukan pada Februari - Maret 2009
di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Sedangkan pengolahan data dan
penyusunan laporan penelitian dilakukan pada bulan April Juli 2009.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit komputer yang
dilengkapi dengan perangkat lunak linear programming (LP) Lingo 8,
Microsoft Excel dan Mini Tab dalam pengolahan data.
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ;
4. Peta rupa bumi dari BAKORSURTANAL.
5. Data jumlah penduduk dan luas tanah sawah, diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) dalam buku Kabupaten Sukabumi Dalam Angka (KSDA).
6. Data iklim yang meliputi : data curah hujan, evapotranspirasi, kecepatan
angin, kelembaban udara, suhu udara rata-rata dan radiasi matahari, dan data
tinggi muka air sungai pada AWLR, dari BALITKLIMAT, Bogor.
7. Data industri di DAS Cicatih dari BPSDA Cisadea-Cimandiri.
8. Harga air untuk industri dan domestik dengan menggunakan standar harga
dasar air BPSDA.
9. Data mata air dari DISTAMBEN Kabupaten Sukabumi.

D. PROSEDUR KERJA
1.

Identifikasi Potensi Sumberdaya Air


Potensi ketersediaan air di lokasi penelitian bersumber dari air
permukaan, air tanah dan air mata air.
1.1. Sumberdaya Air Permukaan
Potensi

air

permukaan

berupa

aliran

sungai

dianalisis

berdasarkan data pengamatan stasiun AWLR yang diperoleh dari


BALITKLIMAT, Bogor. Untuk menggambarkan fluktuasi aliran
sungai, model hidrologi GR4J (Perrin, 2000) akan diaplikasikan untuk
mensimulasi debit harian.
Alat pengukur tinggi muka air otomatis (AWLR) digunakan
untuk mengukur tinggi muka air pada titik keluaran DAS Cicatih di
Sungai Cibojong. Dari data tinggi muka air yang dapat diamati di
lapangan tersebut, kemudian dilakukan pendugaan debit aliran dengan
menggunakan persamaan rating curve (kurva lengkung debit).
Dengan menggunakan model GR4J, didapatkan gambaran
fluktuasi aliran (Perrin, 2000) yang memberikan gambaran secara
umum ketersediaan air di DAS Cicatih (53.286,06 ha).
1.2. Sumberdaya Air Mata Air
Pengidentifikasian potensi air mata air dilakukan melalui datadata

yang

diperoleh

dari

BPSDA

Cisadea-Cimandiri

dan

DISTAMBEN Kabupaten Bogor.


2.

Identifikasi Kebutuhan Air


Kebutuhan air secara umum dapat dibagi dalam dua kategori yaitu
untuk keperluan irigasi dan non irigasi. Untuk kebutuhan non irigasi dibagi
lagi menjadi kebutuhan air untuk domestik, non domestik, industri,
peternakan, perikanan dan penggelontoran/perawatan sungai. Sedangkan
dalam penelitian ini, kebutuhan air dikategorikan menjadi kebutuhan untuk
tiga sektor pengguna utama yaitu: domestik, industri, dan pertanian (irigasi).
Perkiraan kebutuhan air dihitung dengan perkalian jumlah pengguna
(penduduk, industi, dan luas lahan areal irigasi) dengan kebutuhan air
masing-masing.

2.1. Kebutuhan Air Domestik


Besarnya debit air yang dibutuhkan oleh penduduk dihitung
berdasarkan jumlah penduduk dan perkiraan besarnya kebutuhan air
penduduk per hari.
Berdasarkan standar dari Direktorat Jenderal Cipta Karya
besarnya kebutuhan air setiap orang per hari adalah sebagai berikut:
d) Kebutuhan untuk penduduk kota besar sebesar 120 liter/kapita/hari.
e) Kebutuhan untuk penduduk kota kecil sebesar 80 liter/kapita/hari.
f) Kebutuhan untuk penduduk pedesaan sebesar 60 liter/kapita/hari.
Pada penelitian ini karena hampir seluruh wilayah penelitian
merupakan areal pedesaan, maka tidak dilakukan penghitungan air
perkotaan. Untuk perhitungan kebutuhan air domestik dalam
penelitian ini diambil nilai rata-rata kebutuhan air 60 liter/kapita/hari.
2.2. Kebutuhan Air Industri
Debit air yang dibutuhkan untuk keperluan industri dihitung
berdasarkan kebutuhan air untuk industri. Kebutuhan air industri
berdasarkan jenis industri secara umum menurut Purwanto tahun
1995, yaitu untuk industri besar berkisar 151 350 m3/hari, industri
sedang 51 150 m3/hari , dan industri kecil 5 50 m3/hari. Dalam
penelitian ini besarnya kebutuhan air untuk industri yang digunakan
dihitung berdasarkan kebutuhan industri kecil saja, sebagai penopang
ekonomi rakyat, dengan rata-rata pemakaian air untuk industri yaitu
sebesar 50 m3/hari.
2.3. Kebutuhan Air Pertanian
Kebutuhan air untuk pertanian (irigasi) meliputi pemenuhan air
untuk lahan pertanian yang dilayani oleh suatu sistem irigasi teknis,
setengah teknis maupun sederhana.
Perkiraan kebutuhan air untuk irigasi yaitu dengan perkalian
luas lahan dengan kebutuhan air per satuan luas. Untuk menentukan
banyaknya air yang diperlukan oleh satu hektar lahan padi sawah ialah
1744 mm atau 1,6 liter/detik/ha pada MH, sedangkan pada MK 1940
mm atau 1,8 liter/detik/ha. Sehingga rata-rata kebutuhan air selama

satu musim tanam adalah 1,7

liter/detik/ha (Tejoyuwono,2006).

Dalam penelitian ini dilakukan penghitungan kebutuhan air untuk dua


kali masa tanam selama satu tahun, masing-masing musim tanam
selama 128 hari.
3. Proyeksi Kebutuhan Air
Setelah proses identifikasi, tahap selanjutnya adalah melakukan
proyeksi terhadap kebutuhan air berdasarkan data-data yang tersedia.
Untuk

memproyeksikan

jumlah

penduduk

digunakan

metode

pendekatan eksponensial yang telah direkomendasikan di dalam buku


Pedoman Perencanaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang diterbitkan
oleh Dirjen Sumber Daya Air tahun 2001. Metode ini memakai anggapan
persentase pertumbuhan penduduk tiap tahun adalah konstan. Adapun
persamaan yang digunakan dalam metode ini adalah :
Pt = P0ert
Dimana :
Pt = populasi t tahun yang akan datang (orang),
P = populasi waktu dasar yang ditinjau (orang),
r = perkembangan penduduk tiap tahun (%),
t = banyaknya tahuntahun yang diproyeksikan.
Dalam melakukan analisis jumlah penduduk dihitung berdasarkan
data yang diperoleh dari Kabupaten Sukabumi Dalam Angka, BPS
Kabupaten Sukabumi. Proyeksi dilakukan berdasarkan data tahun 1971,
1980, 1990, dan 2000.
Sedangkan proyeksi jumlah industri, khususnya industri sedang, dan
luas lahan padi sawah tiap tahunnya dilakukan perhitungan dan analisa
dengan metode regresi linier time series dengan bantuan software Mini Tab.
Pada penelitian ini dilakukan proyeksi untuk mengetahui kebutuhan
air baik untuk domestik, industri, maupun pertanian tahun 2010, 2015, 2020,
dan 2025.

4. Optimasi Sumberdaya Air


Teknik program matematik yang banyak dipakai dalam program
optimasi

pengelolaan

suatu

sumberdaya

terbatas

adalah

linear

programming. Suatu permasalahan optimasi dapat dipecahkan dengan


program linier apabila memenuhi syarat sebagai berikut :
a) Mempuyai tujuan yang dimaksimumkan atau diminimumkan dan dapat
dinyatakan dalam fungsi linier,
b) Mempunyai keterbatasan dalam jumlah sumberdaya tertentu dan dapat
dinyatakan dalam persamaan ( = ) atau pertidaksamaan () atau ().
Air akan selalu ada karena air bersirkulasi tidak pernah berhenti dari
atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer mengikuti siklus hidrologi.
Ketika jumlah penduduk masih terbatas dan alam masih belum banyak
tereksploitasi, air berlimpah sepanjang waktu dengan kualitas yang cukup
baik, dan ketika itu pula air dianggap belum memiliki nilai yang berarti.
Secara kuantitas sumberdaya air nasional cukup besar, namun dalam
kenyataannya air sering menjadi kendala (seperti kekeringan atau sebaliknya
kebanjiran). Sebagai negara kepulauan yang beriklim tropika basah, curah
hujan sangat bervariasi menyebabkan keragaman ketersediaan air sangat
besar, baik menurut ruang (spatial) maupun waktu (temporal). Ketika
keberadaan air dirasakan semakin terbatas, baik dari segi kualitasnya
maupun kuantitasnya, dan kebutuhan manusia akan air terasa semakin
meningkat untuk memenuhi berbagai keperluan, serta kualitas lingkungan
dan ekosistem mulai terganggu, pada waktu itu nilai air mulai
diperhitungkan.
Sektor domestik, industri dan pertanian memainkan peran utama
dalam memperebutkan pasokan air. Dalam World Bank (2001), rata-rata
pemanfaatan air oleh negara-negara berkembang di dunia untuk sektor
domestik memakai 8%, sektor industri 10%, sektor pertanian sebagai
pemakai terbesar, memanfaatkan 82%.
Optimasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengalokasikan
sumberdaya air yang ada kepada ketiga sektor pengguna utama sesuai
kebutuhannya masing-masing dan persentase pemakaian air rata-rata negara

berkembang di dunia pada musim hujan dan musim kemarau sesuai dengan
iklim Negara Indonesia. Dengan asumsi, curah hujan akan mempengaruhi
kondisi debit aliran permukaan, sementara debit mata air konstan sepanjang
tahun.
Kelangkaan air yang makin meningkat akan makin menampilkan
peran air sebagai komoditi ekonomi, maka dalam penelitian ini digunakan
nilai harga air untuk berbagai keperluan.
Teknik optimasi yang digunakan adalah memaksimumkan keuntungan
dari pengalokasian air permukaan dan air mata air untuk dialokasikan
kepada ketiga sektor pengguna utama, domestik, industri terutama industri
kecil, dan pertanian, sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan masingmasing dengan metode simpleks menggunakan software Lingo 8 untuk
memperoleh problem solving (solusi). Hal tersebut dapat tercapai dengan
menggunakan persamaan :
Fungsi tujuan :
Z=

Pij.Xij ............................................

(1)

Dimana : P = Harga air (Rp/liter).


X = Jumlah pengguna air.
i = indeks sumber air (air permukaan dan air mata air).
j = indeks pengguna air (domestik, industri, dan pertanian).
Fungsi kendala :

Ki.Cij.Xij Qj (2)

Dimana : C = Kebutuhan air masing-masing sektor.


K = Persentase penggunaan air setiap sektor pengguna.
X = Jumlah pengguna setiap sektor.
Q = Ketersediaan (debit) air permukaan, dan air mata air.
Atau jika dijabarkan akan menjadi :
K11.C11.X11 + K12.C12.X12 + K13.C13.X13 Q1;
K21.C21.X21 + K22.C22.X22 + K23.C13.X13 Q2;

Dimana :
C11 = C21 = Kebutuhan air penduduk (0,000694 l/dtk).
C12 = C22 = Kebutuhan air industri kecil (0,58 l/dtk)
C13 = C23 = Kebutuhan air irigasi (0,09 l/dtk)
X11 = X21 = Jumlah pengguna untuk domestik.
X12 = X22 = Jumlah pengguna untuk industri.
X13 = X23 = Jumlah pengguna untuk pertanian.
K11 = K21 = Persentase pemakaian air untuk domestik (8%).
K12 = K22 = Persentase pemakaian air untuk domestik (10%).
K13 = K23 = Persentase pemakaian air untuk domestik (82%).
Q1 = Debit air permukaan rata-rata bulanan.
Q2 = Debit air mata air.

DIAGRAM ALIR PENELITIAN


MULAI

Identifikasi ketersediaan

Identifikasi kebutuhan

Debit air
yang tersedia

Kebutuhan
air setiap

Analisa dan Proyeksi

Analisa

Optimasi sumberdaya
air

Apakah air tercukupi


untuk setiap sektor

Perbaikan model optimasi

tidak

ya

Debit optimum
domestik

Debit optimum
industri

SELESAI

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian

Debit optimum
pertanian

MULAI

Identifikasi permasalahan :
Terbatasnya jumlah air yang tersedia
untuk memenuhi kebutuhan air
domestik, industri dan pertanian.

Variabel keputusan :
P = Harga air,
X = Jumlah pengguna air
C = Kebutuhan air setiap sektor,
K = Persentase penggunaan air setiap sektor,
Q = ketetersediaan (debit) sumber air per bulan

Variabel yang
tidak diketahui :
X = Jumlah
pengguna air

Menentukan tujuan optimasi : memaksimumkan profit.


MAX Pij.Xij
Keterangan :
j = indeks sektor pengguna air (domestik, industri, dan
pertanian)
i = indeks sumberdaya air (permukaan dan mata air)

Menentukan kendala-kendala :
Kij Cij.Xi .Qj

Asumsi-asumsi yang digunakan :


1. Besarnya kebutuhan air setiap sektor
konstan.
2. Debit air tersedia konstan.
3. Harga air konstan.
4. Nilai input dan output berharga positif.

Mengubah semua fungsi kendala (FK) kedalam bentuk


standar, dengan menambahkan variable baru.
Jika FK berbentuk pertidaksamaan (), maka pada persamaan
yang baru ditambahkan slack variable ( bernilai positif)
Jika FK berbentuk pertidaksamaan (),maka pada persamaan
yang baru ditambahkan excess variable ( bernilai negatif)

Menentukan non basic variable dan basic variable


(untuk mendapatkan initial feasible solution)

Iterasi dengan prinsip eliminasi Gauss

Hasil :
Basic Feasible
Solution (BFS)
Optimal???

ya

tidak

SELESAI

Gambar 5. Diagram Alir Linear Programming Dengan Metode Simpleks

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK UMUM DAERAH PENELITIAN


DAS Cicatih merupakan sub-DAS dari DAS Cimandiri yang secara
geografis terletak antara 106o398-106o5730 BT dan 6o4254-7o0043
LS yang secara administratif masuk ke dalam Kabupaten Sukabumi, Provinsi
Jawa Barat. DAS Cicatih ini memiliki lima Sub-DAS yaitu Sub-DAS
Ciheulang, Sub-DAS Cileuleuy, Sub-DAS Cicatih Hulu, Sub-DAS Cipalasari
dan Sub-DAS Cikembar. Secara administratif terdapat 15 kecamatan yaitu
Bojong Genteng, Caringin, Cicantayan, Cibadak, Cicurug, Cidahu, Cikembar,
Cikidang,

Cisaat,

Kadudampit,

Kalapanunggal,

Nagrak, Parakansalak,

Parungkuda, dan Warungkiara di DAS Cicatih ini.


Tabel 7. Luas Wilayah DAS Cicatih Berdasarkan Luas Kecamatan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Kecamatan
Cicurug
Cidahu
Parakansalak
Caringin
Kadudampit
Nagrak
Kalapanunggal
Parungkuda
Bojonggede
Cikidang
Cibadak
Cicantayan
Cisaat
Warungkiara
Cikembar
Total

Luas (Ha)
6.032,21
3.871,63
5.184,88
3.371,34
3.699,44
10.551,66
1.059,09
2.567,99
2.020,59
315,88
4.413,03
2.836,35
852,53
926,38
5.583,06
53.286,06

DAS Cicatih-Cimandiri merupakan wilayah yang terkenal sebagai


penghasil air minum pegunungan sehingga banyak terdapat pabrik air minum
kemasan. Di wilayah Sub DAS Cicatih Hulu, secara administratif terdapat di
Kecamatan Cidahu dimana disini terdapat 18 pabrik air minum kemasan yang
secara ekstensif beroperasi. Hasil survei Balai PSDA Cisadea-Cimandiri yang
melakukan survei pada discharge mata air menunjukkan bahwa di mata air

Cibuntu mempunyai kapasitas discharge 695 l/dt. Selain itu aliran sungai pada
DAS ini salah satunya digunakan untuk pembangkit tenaga listrik berkekuatan
18,36 Mega Watt. Wilayah ini juga merupakan daerah perkebunan dan
pertanian (sawah).
1. Topografi
Ketinggian tempat bervariasi mulai 200 meter di atas permukaan laut
(mdpl) pada daerah hilir sampai mencapai 3000 mdpl di Gunung Pangrango.
DAS Cicatih merupakan daerah yang berbukit-bukit sampai bergunung pada
daerah Gunung Salak dan Pangrango, diselingi dengan dataran/lembah
diantara bukit dan sungai yang mengalir di sela-selanya.
Kemiringan lereng bervariasi mulai dari datar - sangat curam. Daerah
sangat curam sekali dengan kemiringan lebih dari 50% terletak di daerah
hulu sungai dimana terdapat Gunung Salak dan di Sub-DAS Ciheulang yang
terdapat Gunung Pangrango dan Gunung Gede. Secara keseluruhan DAS
Cicatih merupakan daerah yang datar sampai landai seperti di Sub-DAS
Cikembar. Sekitar 68% wilayah ini merupakan wilayah yang datar sampai
landai yang berkemiringan antara 0-20 %. Wilayah dengan kemiringan
lereng dengan kategori sangat curam sekali (>50%) sekitar 3% dari
keseluruhan wilayah atau 1589 ha. Tabel 8 menyajikan luas (ha) dan
persentasenya untuk masing-masing kelas kemiringan lereng.
Tabel 8. Persentase Luas Lahan Pada Berbagai Kelas Kemiringan Lereng
No
1
2
3
4
5
6

Kelas lereng
Datar
Landai
Agak curam
Curam
Sangat curam
Sangat curam sekali

Kemiringan
0-10%
10-20%
20-30%
30-40%
40-50%
>50%

Luas (%)
45
23
15
10
4
3

2. Iklim
DAS Cicatih memiliki curah hujan yang tinggi dengan rata-rata curah
hujan tahunan lebih dari 2.000 mm.
Berdasarkan perhitungan curah hujan wilayah dengan metode Polygon
Thiessen dari delapan stasiun hujan yaitu Cicurug, Sekarwangi, Cikembar,
Sinagar, Cibunar, Cipeundeuy, Cipetir, dan Cisampora, selama kurun waktu
4 tahun (2002-2006) didapatkan bahwa curah hujan terendah terjadi pada
bulan Agustus dan tertinggi pada bulan Desember. Setelah mencapai nilai
maksimum curah hujan akan mengalami penurunan dan akan kembali naik
pada bulan April setelah itu kembali mengalami penurunan sampai
mencapai nilai minimum pada bulan Juli (Gambar 6).

Gambar 6. Grafik Curah Hujan Rata-rata di DAS Cicatih 2002 - 2006.


Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson daerah-daerah di
DAS Cicatih termasuk ke dalam tipe iklim A yang berarti daerah sangat
basah dengan vegetasi hutan hujan tropik dan B yang berarti daerah basah
dengan vegetasi masih hutan hujan tropik (Tabel 9). Sedangkan berdasarkan
klasifikasi iklim Koppen seluruh wilayah DAS Cicatih termasuk tipe iklim
Af

yang berarti suhu minimumnya lebih dari 18 oC dan curah hujan

minimumnya lebih dari 60 mm.

Tabel 9. Tipe iklim Schimdt-Ferguson dan Koppen Pada Daerahdaerah di DAS Cicatih
Stasiun

Tipe Iklim
Schimdt-Ferguson Koppen
Parakansalak
A
Af
Cicurug
B
Af
Cipetir
A
Af
Sinagar
A
Af
Mandaling
B
Af
Cisampora
B
Af
Cikembang
B
Af
Salabintana
A
Af
Sukabumi
B
Af
Sumber: Harmailis (2001)
Berdasarkan grafik kelembaban udara relatif diketahui bahwa
kelembaban udara di DAS Cicatih mencapai nilai maksimum pada bulan
Februari dan minimum pada bulan Juli, Agustus, dan September.
Kelembaban rata-rata bulanan di wilayah ini berkisar antara 84% sampai
89% (Gambar 7).

RH(%)

Grafik Kelembaban Udara Bulanan Pakuwon


Tahun 1984-2004
90
89
88
87
86
85
84
83
82
81
80
Jan Feb Mar Apr

Mei Jun

Jul

Agt Sep Okt Nov Des

Bulan

Gambar 7. Grafik Kelembaban Udara di DAS Cicatih


Dan berdasarkan grafik radiasi diketahui bahwa radiasi di DAS
Cicatih mencapai nilai maksimum pada bulan Agustus dan minimum pada
bulan Januari. Radiasi rata-rata bulanan di wilayah ini berkisar antara 29%
sampai 53% (Gambar 8).

Grafik Radiasi Bulanan Pakuwon


Tahun 1984-2004
60

Radiasi (%)

50
40
30
20
10
0
Jan Feb Mar Apr Mei

Jun

Jul

Agt Sep Okt

Nov Des

Bulan

Gambar 8. Grafik Radiasi di DAS Cicatih


3. Penutupan Lahan
Terdapat tujuh tipe penutupan lahan di DAS Cicatih, yaitu hutan,
kebun/perkebunan, tegalan, sawah, pemukiman, rumput/tanah kosong,
semak belukar, dan tubuh air. Tipe penutupan lahan yang mendominasi
wilayah ini adalah kebun/perkebunan yang mencapai 28% dari luasan total
atau sekitar 14.720 ha sedangkan tubuh air hanya menempati luasan 9 ha
(0,02%). Luas dan persentase penutupan lahan di DAS Cicatih dapat dilihat
pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Luas (ha) Daerah Pada Berbagai Tipe Penutupan Lahan
Penutupan lahan
Hutan
Kebun/perkebunan
Pemukiman
Rumput/tanah kosong
Sawah
Semak belukar
Tegalan/lading
Tubuh air
Total

Luas (%) Luas (Ha)


14,58
7769,11
27,87
14850,82
12,54
6682,07
0,35
186,50
18,98
10113,69
8,22
4380,11
17,44
9293,09
0,02
10,66
100,00
53286,06

Daerah hutan berada pada daerah hulu yang mempunyai kelerengan


curam sampai sangat curam tepatnya disekitar Gunung Salak dan Gunung
Pangrango. Hanya sebagian kecil hutan yang berada di daerah tengah DAS

yaitu yang berada di Gunung Walat. Daerah persawahan sebagian besar


berada di wilayah tengah dan hulu DAS yang berada pada daerah dengan
kemiringan kurang dari 15%.

B. POTENSI SUMBERDAYA AIR DI DAS CICATIH


1. Potensi Air Permukaan
Potensi ketersediaan air permukaan di DAS Cicatih sangat melimpah,
berupa aliran sungai yang mengalir sepanjang tahun. Terdapat sungai besar
serta cabang dan rantingnya yang hampir memenuhi hampir seluruh wilayah
penelitian, yang dapat dimanfaatkan potensi airnya. Seperti di sebelah timur
terdapat Sungai Cibojong dengan cabang sungainya yaitu Sungai
Cikalancing, Manglid, dan Jabon Manglid. Sedangkan di sebelah barat
terdapat Sungai Ciherang dengan cabang sungainya yaitu sungai Selokan
Gede dan Sungai Cikuru. Sungai-sungai ini sangat potensial menyediakan
kebutuhan air baik untuk pertanian maupun non pertanian.
Potensi air permukaan berupa aliran sungai dianalisis berdasarkan data
pengamatan stasiun AWLR (pengukur tinggi muka air otomatis)

serta

pengukuran langsung di lapangan menggunakan current meter pada suatu


titik yang telah diketahui posisi geografisnya berdasarkan pengukuran GPS
(Global Positioning System), dan pengukuran profil melintang sungai serta
kecepatan arus pada berbagai ketinggian muka air dilakukan pada titik
keluaran Sub-DAS (outlet) Cicatih hulu di Sungai Cibojong. Berdasarkan
analisis regresi antara data ketinggian muka air dengan debit (perkalian
antara luas penampang sungai dengan kecepatan arus), akan dibuat kurva
lengkung debit (rating curve) yang akan digunakan untuk mentransformasi
data tinggi muka air dalam meter menjadi data debit dalam meter kubik per
detik.

Gambar 9. Profil Melintang Sungai Cibojong Pada Titik Pemasangan


AWLR

Gambar 10. Kurva Lengkung Debit Sungai Cibojong


Untuk memberikan gambaran secara umum ketersediaan air di SubDAS Cicatih Hulu, dilakukan simulasi debit harian menggunakan model
GR4J. Sebagai input, digunakan data ETP harian periode 2007 dari stasiun
iklim (AWS) Cangkuang, dan data curah hujan serta debit dari stasiun
pengukur duga muka air otomatis (AWLR). Hasil simulasi debit harian
periode 2007 disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11. Perbandingan Debit Pengamatan dan Debit Simulasi Sungai


Cibojong April Desember 2007
Berdasarkan debit Sungai Cibojong pada periode 2007, debit rata-rata
sesaat harian sungai ini adalah 246 liter/detik. Debit maksimum terjadi pada
tanggal 3 Februari sebesar 938,46 liter/detik, dan pada 2 Oktober terjadi
debit mnimum sebesar 66,37 liter/detik. Terjadinya perbedaan yang sangat
ekstrim antara debit maksimum dan mnimum dapat menginterpretasikan
adanya kerusakan di Sub-DAS Cicatih Hulu.
Pada tampilan gambar di atas terlihat pola debit simulasi menyerupai
pola debit pengamatan, dengan nilai perbandingan debit pengamatan dan
debit simulasi yang dicapai adalah 70,3%. Hal ini menunjukkan bahwa
model GR4J mampu memodelkan debit dengan baik.
2. Potensi Mata air
Penggunaan mata air di wilayah DAS Cicatih khususnya Kecamatan
Cidahu, wilayah penghasil air pegunungan, selain untuk keperluan
masyarakat, air irigasi pertanian juga untuk berbagai keperluan usaha, baik
Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) atau jenis industri lain.
Keseluruhan mata air merupakan mata air pegunungan yang selalu
mengalir sepanjang tahun. Data mata air yang terdapat di DAS Cicatih
disajikanpadaTabel11berjumlah5.624liter/detik.

Tabel 11. Mata Air di DAS Cicatih


No
Mata air
Desa
Babakan Jaya
Babakan Jaya
Cidahu

Parungkuda
Parungkuda
Cidahu

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Ciburial I
Ciburial II
Cisalada
Manglid
Cibojong
Manglid
Citiis
Cipicung
Cikubang I
Cikubang II
Cikubang Hilir
Cibuntu
Cigombong
Cipanas
Ciburial

Besar
debit
(l/dt)
70
21
37

Cidahu
Kapalanunggal
Lebaksari
Ciambar
Cidahu
Cidahu
Cidahu
Pondokkaso
Pasirdoton
Pasirdoton
Bojongkokosan

Cidahu
Kalapanunggal
Parakan Salak
Nagrak
Cidahu
Cidahu
Cidahu
Parungkuda
Cidahu
Cidahu
Parungkuda

20
37
217.6
16.38
20
120
27.29
774
126.1
2584
154

10
5
10
10
5
40
10
20
20
6
129.3

PT Kelvin Sahabat Dispenser


PT Panca Palma
PT Sumber Intan Tirtomoyo
PT Tri Usaha Mitra
PT Aqua Golden Mississipi
PT Aqua Golden Mississipi
PT Agrawira Tirta Mitra
PT Alfindo Putra Setia
PT Subur TIrta Sejuk
PT Tirta Food Aritama
PT Dua Tang, PDAM Kab.
Sukabumi

Sedang diproses
Aktif
Sedang diproses
Sedang diproses
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Sedang diproses
Sedang diproses
Sedang diproses

15
16

Cipeti
Ciseke

Tenjo Ayu
Berkah

Cicurug
Parungkuda

1260
11.14

Sedang diproses

17
18
19
20

Cikahuripan
Cisalada
Ciburial
Cipapisangan

Boong Asih
Kutajaya
Pasawahan
Caringin

Parakan Salak
Cicurug
Cicurug
Cicurug

7.26
10.5
72
39

5
5
10
10

PT Annisa Risan Utama


Sejatera
PT Natural Mutu Utama
PT Equilindo Asri
PT Moya Zamzani
PT Ega Tirta Kalista

1
2
3

Kecamatan

Debit yang
Peruntukan
dimanfaatkan
PDAM (l/dt)
10
PT Pranida Mulia Utama
10
PT ABC
10
PT Cisalada Jaya Tirtatama

Keterangan
Aktif
Sedang diproses
Sedang diproses

Sedang diproses
Sedang diproses
Aktif
Sedang diproses


C. ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR
1. Ketersediaan Air
Ketersediaan air permukaan dihitung dari besarnya debit sungai yang
sangat dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, sehingga ketersediaan air
akan sangat bervariasi tergantung musim. Pada musim penghujan air yang
tersedia berupa debit aliran di sungai akan sangat banyak dan melimpah,
sebaliknya saat musim kemarau debit aliran di sungai kecil sehingga
ketersediaan air akan sedikit. Berdasarkan data curah hujan, musim hujan di
DAS Cicatih umumnya terjadi pada bulan Januari April dan November
Desember, sedangkan bulan Mei Oktober terjadi musim kemarau. Debit
rata-rata bulanan di DAS Cicatih mencapai 23.752 liter/detik. Debit
mnimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 11.135 liter/detik dan debit
maksimum pada bulan April sebesar 35.330 liter/detik berdasarkan data dari
PLTA Ubrug, outlet DAS Cicatih, tahun 2003-2007 dan disajikan pada
Gambar 12.

Gambar 12. Ketersediaan Air di DAS Cicatih


2. Kebutuhan Air
2.1. Proyeksi Kebutuhan Air Penduduk (Domestik)

Proyeksi pertumbuhan penduduk di DAS Cicatih dengan nilai


perkembangan penduduk tiap tahun (r) adalah 1,49% seperti pada
Gambar 13. Adapun kebutuhan air domestik dan hasil proyeksinya
disajikan pada Gambar 14.

Gambar 13. Grafik Pertumbuhan Penduduk DAS Cicatih

Gambar 14. Kebutuhan Air Domestik di DAS Cicatih


Seiring dengan meningkatnya populasi maka akan berdampak
pada peningkatan kebutuhan sumberdaya air seperti pada Gambar 14.
Diperkirakan kebutuhan air untuk domestik pada tahun 2010 sebesar

267.132 liter/detik, pada 2015 sebesar 269.008 liter/detik. Sedangkan


pada 2020 dan 2025, mencapai 270.898 dan 274.717 liter/detik.
2.2. Proyeksi Kebutuhan Air Industri
Kebutuhan air industri adalah kebutuhan air untuk proses
industri, termasuk sebagai bahan baku, kebutuhan air pekerja dan
pendukung

kegiatan

industri.

Sehingga

banyaknya

air

yang

dibutuhkan oleh suatu proses industri tergantung pada jenis bahan


baku dan kebutuhan untuk pekerjanya. Sedangkan, kebutuhan air
untuk pendukung kegiatan industri dapat disesuaikan untuk masingmasing jenis industri. Dalam penelitian ini diasumsikan penggunaan
air untuk industri kecil adalah sama yaitu 50 m3/hari. Pada Gambar 15
disajikan grafik perkembangan industri dan proyeksinya dengan
menggunakan metode regresi linier time series di DAS Cicatih dengan
nilai (R2) sebesar 0,804.

Gambar 15. Grafik Perkembangan Industri Kecil di DAS Cicatih


Kebutuhan air untuk industri di DAS Cicatih dan hasil proyeksi
sampai tahun 2025 seperti terlihat pada Gambar 16. Diperkirakan pada
tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025 kebutuhan air untuk industri kecil
secara berurutan adalah 14.532, 18.334, 22.137, 25.939 liter/detik.

Gambar 16. Kebutuhan Air Industri Kecil di DAS Cicatih.


2.3. Proyeksi Kebutuhan Air Irigasi (Pertanian)
Sebagian besar lokasi penelitian ini merupakan wilayah
pedesaan maka mata pencaharian penduduknya pun banyak yang
bertani. Sehingga kebutuhan air untuk pertanian jika dibandingkan
kebutuhan domestik dan industri akan sangat mendominasi.
Kebutuhan air irigasi ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
luas tanam, jenis tanaman, keadaan iklim (curah hujan dan
evapotranspirasi), jenis tanah (memperkirakan laju perkolasi dan
kelembaban), pengolahan lahan dan penggantian lapisan air, serta
efisiensi irigasi.
Pada Gambar 17 disajikan grafik perkembangan lahan areal
irigasi padi sawah yang diperoleh dari data luas lahan irigasi dalam
buku terbitan BPS tahun 1990, 1995, 2000, dan 2005. Dapat dilihat
pada grafik bahwa perkembangan areal irigasi menurun setiap
tahunnya, salah satu faktor penyebabnya adalah karena berubahnya
fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian untuk pemukiman.
Di sisi lain, peraturan untuk melakukan pembukaan lahan baru untuk
pertanian dari kawasan hutan semakin ketat sehingga luas lahan areal
pertanian semakin sedikit.

Gambar 17. Grafik Perkembangan Lahan Irigasi Padi Sawah


di DAS Cicatih
Proyeksi kebutuhan air untuk pertanian di daerah penelitian
direncanakan dapat panen dua kali setahun yaitu satu kali pada musim
hujan (MH) dan musim kemarau (MK) dengan jumlah kebutuhan air
1,6 liter/detik/ha pada MH dan 1,8 liter/detik/ha pada MK, atau ratarata kebutuhan air sebesar 1,7 liter/detik/ha per musim tanam selama
140 hari. Disajikan pada Gambar 18 kebutuhan air irigasi di DAS
Cicatih tahun 1990 - 2025.

Gambar 18. Kebutuhan Air Irigasi di DAS Cicatih

Jumlah kebutuhan air irigasi berdasarkan Gambar 19, masih


sangat mendominasi dibandingkan pada proyeksi tahun yang sama
untuk kebutuhan air domestik dan industri. Hal ini karena penerapan
teknologi irigasi di Indonesia yang masih belum efisien. Untuk
mengalirkan air ke satu hektar areal sawah rata-rata dibutuhkan
sebanyak 1,7 liter/detik/musim tanam harus bersaing dengan 2.500
penduduk.

D. OPTIMASI SUMBERDAYA AIR DAS CICATIH


Debit sungai yang tersedia berubah-ubah tergantung dari iklim, oleh
karena itu pemanfaatan air harus dilakukan sedemikian rupa sehingga semua
kebutuhan dapat terpenuhi. Keterbatasan sumberdaya air mengharuskan kita,
sebagai konsumen air, untuk melakukan pembagian secara tepat sesuai dengan
proporsi kebutuhan masing-masing pengguna dan seefisien mungkin agar air
tidak terbuang sia-sia untuk satu pihak atau terjadi kekurangan air di pihak lain.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka dalam penelitian ini dilakukan
perhitungan kebutuhan air untuk penduduk (domestik), industri dan irigasi
(pertanian). Optimasi yang dilakukan dalam penelitian ini akan memberikan
hasil besarnya debit air yang dapat disuplai selama satu tahun pada musim
hujan dan musim kemarau untuk ketiga sektor pengguna air di atas, dari
sumber air permukaan dan mata air yang ada di DAS Cicatih.
Persamaan fungsi tujuan dalam linier programming ini adalah
memaksimumkan keuntungan dari alokasi sumberdaya air yang jumlah terbatas
agar memenuhi kebutuhan air untuk setiap sektor, dengan mempertimbangkan
harga air sebagai tolok ukur.
Asumsi yang digunakan untuk harga dasar air permukaan masing-masing
keperluan berdasarkan informasi dari BSDA Cisadea-Cimandiri, seperti
disajikan pada harga dasar air setiap sektor pengguna Tabel 12. Pada
penghitungan harga air tersebut dikonversi kedalam satuan harga air per liter.

Tabel 12. Harga Dasar Air Setiap Sektor Pengguna


Sektor

Harga Dasar Air (Rp/m3)


Air Permukaan

Mata Air

Domestik

125

125

Industri

2.500

2.257

100

100

Pertanian
Sumber : BPSDA Sukabumi

Dari data di atas dibuat suatu persamaan atau fungsi tujuan sebagai
berikut :
Maksimisasi :
Z=

Pij.Xij

Z = 0,125 X11 + 2,5 X12 + 0,1 X13 +0,125 X21 + 2,257 X22 + 0,1 X23 ;
Dimana :
Pij = Harga air masing-masing sumberdaya air (Rp/liter)
Xi1 = Kebutuhan air berdasarkan jumlah penduduk
Xi2 = Kebutuhan air berdasarkan jumlah industri
Xi3 = Kebutuhan air berdasarkan jumlah luas areal irigasi
Persamaan atau fungsi pembatas dalam program linier ini adalah
terbatasnya ketersediaan air yang ditandai dengan besarnya debit DAS Cicatih
yang berubah-ubah tergantung musim dan adanya persentase penggunaan air
untuk masing-masing sektor, yaitu domestik, industri, dan pertanian. Debit
sumberdaya mata air diasumsikan konstan setiap bulannya, yaitu 5.624
liter/detik. Adapun besarnya debit rata-rata air permukaan tiap bulan di DAS
Cicatih disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Debit Rata-rata Bulanan DAS Cicatih


Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

Debit
(liter/detik)
25.553
31.002
30.189
35.330
29.876
18.232
14.683
11.135
12.102
18.137
25.925
32.863

Dalam penelitian ini ditetapkan kebutuhan air untuk domestik 60


liter/kapita/hari atau 0,000694 liter/detik, industri kecil 50 m3/hari atau 0,58
liter/detik, dan pertanian 0,09 liter/detik.
Dari data tersebut kemudian dibuat persamaan fungsi kendala sebagai
berikut :
Kendala :

Kij.Cij.Xij Qj

Dimana:C=Kebutuhanairmasingmasingsektorpengguna.
K = Persentase penggunaan air setiap sektor pengguna.
X=JumlahPenggunaairsetiapsektor.
Q = Ketersediaan air permukaan, dan air mata air (debit).
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam program linier di atas adalah :
1. Besar kebutuhan air penduduk, industri, dan irigasi dianggap konstan.
2. Besar debit air tersedia konstan.
3. Harga air dianggap konstan.
4. Nilai input dan output berharga positif.
Adapun penjabaran fungsi kendala pada skenario bulanan setiap tahun
proyeksi adalah sebagai berikut :

Skenario tahun 2010


Bulan

Persamaan

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=25.553;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=31.002;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=30.189;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=35.330;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=29.876;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=18.232;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=14.683;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=11.135;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=12.102;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=18.137;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=25.925;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=32.863;
0.08*0.000694*x21+0.1*0.58*x22+0.82*0.09*x23<=5.624;
x11+x21<=1.053.891;
x12+x22<=69;

Skenario tahun 2015


Bulan

Persamaan

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=25.553;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=31.002;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=30.189;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=35.330;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=29.876;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=18.232;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=14.683;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=11.135;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=12.102;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=18.137;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=25.925;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=32.863;
0.08*0.000694*x21+0.1*0.58*x22+0.82*0.09*x23<=5.624;
x11+x21<=1.061.294;
x12+x22<=87;

Skenario tahun 2020


Bulan

Persamaan

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=25.553;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=31.002;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=30.189;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=35.330;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=29.876;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=18.232;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=14.683;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=11.135;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=12.102;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=18.137;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=25.925;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=32.863;
0.08*0.000694*x21+0.1*0.58*x22+0.82*0.09*x23<=5.624;
x11+x21<=1.068.749;
x12+x22<=105;

Skenario tahun 2025


Bulan

Persamaan

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=25.553;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=31.002;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=30.189;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=35.330;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=29.876;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=18.232;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=14.683;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=11.135;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=12.102;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=18.137;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=25.925;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=32.863;
0.08*0.000694*x21+0.1*0.58*x22+0.82*0.09*x23<=5.624;
x11+x21<=1.083.817;
x12+x22<=123;

Hasil optimasi terhadap ketersediaan air permukaan maupun mata air di


DAS Cicatih untuk memenuhi kebutuhan sektor domestik, industri, dan
pertanian dengan program Lingo 8.0 seperti tersaji pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil Optimasi Air dengan Program Lingo 8.0
Sektor
P

Banyaknya pengguna yang mendapatkan alokasi air


2010
2015
2020
MA
P
MA
P
MA
P

2025
MA

Domestik
0
1.053.891
0
1.061.294
0
1.068.749
0
1.083.817
(orang)
Industri
69
0
87
0
105
0
123
0
(buah)
Pertanian
150.827
75.413
150.812
75.407
150.798
75.402
150.784
75.391
(ha)
Profit
154.532,8
155.501,2
156.476,1
158.402,1
(Rp)
Keterangan :
P
= Air Permukaan
MA
= Mata Air
Dari tabel optimasi di atas, dapat diketahui bahwa pada tahun-tahun
proyeksi kebutuhan air untuk domestik seluruhnya dapat dipenuhi oleh mata
air. Sektor domestik memerlukan air dalam jumlah yang konstan setiap
bulannya, hal ini dapat dipenuhi oleh mata air yang mengalir sepanjang tahun
secara konstan. Selain itu, kualitas mata air lebih bagus dari pada air
permukaan sehingga dapat menunjang kesehatan masyarakat di DAS Cicatih.
Pertumbuhan industri kecil pada tahun-tahun proyeksi semakin
meningkat yang berarti pula meningkatnya kebutuhan air untuk industri.
Berdasarkan hasil optimasi kebutuhan air untuk sektor ini dapat tercukupi dari
air permukaan, karena harga air permukaan untuk industri lebih tinggi
dibandingkan dengan kedua sektor lain sehingga untuk menggunakan air
permukaan sektor ini lebih diprioritaskan.
Adapun sektor pertanian dapat dipenuhi kebutuhannya oleh air
permukaan maupun mata air. Jumlah luas lahan yang mampu diairi oleh air
permukaan maupun mata air mengalami penurunan setiap tahun proyeksinya.
Hal ini disebabkan karena adanya konversi lahan pertanian menjadi non

pertanian akibat meningkatnya pembangunan pemukiman untuk penduduk,


pabrik, kantor, dan lain-lain.
Dari hasil optimasi di atas, peningkatan jumlah penduduk dan industri
kecil tidak memberi pengaruh yang cukup besar akan alokasi air untuk lahan
irigasi karena ketersediaan air yang cukup melimpah di DAS Cicatih ini. Pada
musim kemarau, ketika keberadaan air dirasakan semakin terbatas, baik dari
segi kualitasnya maupun kuantitasnya, dan kebutuhan manusia akan air terasa
semakin meningkat maka perebutan air antar sektor akan semakin terasa.
Secara umum ketersediaan air di DAS Cicatih berdasarkan hasil
penelitian ini dapat memenuhi kebutuhan air pada 2010, 2015, 2020 dan 2025
akan tetapi perlu diwaspadai akan perubahan kondisi daerah resapan air dan
iklim setempat yang dapat mempengaruhi besarnya ketersediaan air. selain itu
juga diperlukan adanya pengawasan terhadap penggunaan jumlah air oleh
industri serta pengendalian terhadap pertumbuhan industri. Karenanya, menjadi
penting bagi para pengguna air untuk melakukan usaha konservasi daerah yang
diperuntukkan sebagai daerah resapan air dan gerakan untuk berhemat dalam
menggunakan air.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Model debit harian GR4J digunakan untuk memberikan gambaran secara
umum ketersediaan air di DAS Cicatih Hulu . Hasil debit periode 2007,
menunjukkan bahwa debit rata-rata sesaat harian di sungai Cibojong
adalah 246 liter/detik. Dengan debit maksimum dan mnimum adalah
938,46 liter/detik dan 66,37 liter/detik. Perbedaan yang sangat ekstrim ini
dapat menginterpretasikan adanya kerusakan pada Sub-DAS Cicatih Hulu.
2. Berdasarkan data debit rata-rata bulanan dari PLTA Ubrug tahun 20032007 didapatkan potensi ketersediaan air permukaan di DAS Cicatih ratarata adalah 23.752 liter/detik. Sedangkan ketersediaan air mata air di DAS
Cicatih berdasarkan informasi DISTAMBEN sebanyak 5.624 liter/detik,
diasumsikan mengalir sepanjang tahun (konstan).
3. Diperkirakan kebutuhan air domestik (penduduk) mencapai 274.717
liter/detik pada tahun 2025 dengan jumlah penduduk sebesar 1.083.817
jiwa. Pada tahun yang sama, kebutuhan air untuk industri kecil sebanyak
123 buah adalah 25.939 liter/detik. Sedangkan untuk pertanian (irigasi)
13.037 ha lahan padi sawah membutuhkan 45.233 liter/detik.
4. Hasil optimasi pada tahun-tahun proyeksi kebutuhan air untuk penduduk
dapat dipenuhi oleh mata air, sedangkan industri oleh air permukaan.
Adapun pertanian dapat dipenuhi baik oleh air permukaan maupun mata
air.
5. Banyaknya lahan irigasi yang mendapatkan alokasi yang berkurang setiap
tahun proyeksinya karena adanya peningkatan konversi lahan pertanian
menjadi non pertanian.jumlah penduduk dan industri kecil.
6. Secara umum, ketersediaan air di DAS Cicatih berdasarkan hasil
penelitian ini masih mampu mencukupi kebutuhan pada 2010, 2015, 2020
dan 2025. Akan tetapi, perubahan kondisi daerah resapan air dan iklim
perlu juga diwaspadai karena akan berdampak pada ketersediaan air di
masa mendatang.

B. SARAN
1. Pemanfaatan air secara efisien dan bijaksana perlu dilakukan oleh berbagai
pihak pengguna air. Karena air merupakan sumber kehidupan yang
diperlukan oleh semua makhluk hidup.
2. Menggiatkan gerakan hemat air, seperti tidak membuang air secara
berlebihan. Penggunaan kembali air dari limbah rumah tangga untuk
pertanian setelah melalui suatu teknologi pengolahan air sederhana.
3. Usaha eksploratif air yang juga diimbangi dengan usaha konservasi air,
agar kelestarian air dapat terjaga.
4. Adanya suatu standar besarnya penggunaan air oleh berbagai pihak
terutama ketiga sektor utama, seperti domestik, industri dan pertanian.
5. Diperlukannya perundang-undangen mengenai perlindungan sumberdaya
air dan hak guna atas air.

DAFTAR PUSTAKA
Ananda, R. D. 2003. Model Pendugaan Kebutuhan Air Kawasan Pemukiman dan
Industri Di Cilegon, Banten. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian, IPB,
Bogor.
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sukabumi. 2007. Kabupaten Sukabumi
Dalam Angka 2007. Sukabumi.
Departemen PU. 1986. Standar Perencanaan Irigasi (KP-01). Direktorat Jenderal
Pengairan Departemen PU. CV. Galang Persada, Jakarta.
Hariyanto. 1987. Penerapan Program Linier pada Air Irigasi Di daerah Irigasi
Logung, Kab. Kudus Propinsi Jawa Tengah. Skripsi. Jurusan Mekanisasi
Pertanian, IPB, Bogor.
Kartiwa, B. dan P. Rejekiningrum. 2007. Analisis Hidrometeorologi Dan
Pengelolaan Sumberdaya Air Untuk Menunjang Pertanian Berkelanjutan
Di DAS Cicatih-Cimandiri. Departemen GFM-IPB dan BALITKLIMAT,
Bogor.
Linsley, R.K., M.A. Kohler and J.L.H. Paulus. 1990. Hidrologi Untuk Insinyur
(Terjemahan). Erlangga, Jakarta.
Manan, S. 1976. Pengaruh Hutan Dan Manajemen Daerah Aliran Sungai. IPB,
Bogor.
Miadah. 2006. Optimasi Pemanfaatan Air Baku Dengan Menggunakan Linear
programming (LP) di Daerah Aliran Sungai Cidanau, Banten. Skripsi.
Departemen Teknik Pertanian, IPB, Bogor.
Notohadiprawiro, T. 2006. Rasionalisasi Penggunaan Sumberdaya Air Di
Indonesia. Ilmu Tanah Universitas Gajah Mada.
Pawitan, H. 2003. Mengantisipasi Krisis Air Di Indonesia Memasuki Abad 21
dalam Peluang dan Tantangan Pengelolaan Sumberdaya Air di Indonesia
(hal 54-72).
Pawitan, H.. B. I. Setiawan, B. Kartiwa, K. Subagyono, dan P. Rejekiningrum.
2008. Model Pengelolaan Air Partisipatif Berbasis Kearifan Lokal Untuk
Keberlanjutan Pengembangan Sumberdaya Air DAS. Laporan Hasil
Kegiatan. LPPM-IPB dan Balitbang Pertanian, Bogor.
Perrin, C. 2000. Towards an improvement of a lumped rainfall-runoff model
through a comparative approach (in french). Ph.D thesis, Universit
Joseph Fourier, Grenoble.

Perrin, C., C. Michel, and V. Andrassian. 2001. Does a large number of


parameters enhance model performance? Comparative assessment of
common catchment model structures on 429 catchments. Journal of
Hydrology, 242, 275-301.
Purwanto, MYJ. 1995. Water Demand for Industry, Village and City. Seminar on
Water Demand in Developing Country. Tokyo, Japan.
Sanim, B. 2003. Ekonomi Sumberdaya Air dan Manajemen Pengembangan
Sektor Air Bersih Bagi Kesejahteraan Publik. Orasi Ilmiah Guru Besar
Tetap Bidang Ilmu Sumberdaya & Lingkungan Fakultas Pertanian Bogor,
pada 27 September 2003.
Sari, N.Y. 2004. Optimasi Pola Tanam Berdasarkan Ketersediaan Debit Air
Irigasi Di daerah Irigasi Sitibala Kab. Bogor-Jabar. Skripsi. Departemen
teknik Pertanian.
Seyhan, E. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Terjemahan. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Shiklomanov, I.A. 1990?. The world water resources. Unesco Publication, Paris.
Sosiawan, H dan K. Subagyono. 2007. Pembagian Air Secara Proporsional Untuk
Keberlanjutan Pemanfaatan Air. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol.1 No.4. p.
15-24.
Winrock Intl. 1992. Strategy Options for Water Resources Development in
Indonesia. I. Main Report. II. Annexes. Prepared for Bappenas and Usaid,
Jakarta.
Winston, W. L. 2004. Operation Research Applications and Algorithms. Thomson
Brooks/Cole, USA.

Lampiran 1. Lokasi DAS Cicatih

Lampiran 2. DAS Cicatih dan Sub-DASnya

Lampiran 3. Peta Administrasi DAS Cicatih, Kabupaten Sukabumi

Lampiran 4. Lokasi AWS dan AWLR di Sub DAS Cibojong Yang Terletak di Sub DAS Cicatih Hulu

Lampiran 5. Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm/bulan)


Bulan
Tahun

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

Sept

Okt

Nov

Des

2002

436

132,25

321,5

195,5

166,5

95

152,3

74,5

35,5

97

249

166

2003

372

134

331,4

256,7

187,8

41

33,5

86,2

163,8

200,8

290

2004

200,8 178,8

265,3

403,8

259,8

86,5

64,3

176,8

98

144

2005

197,7 245,3

262,7

157,7

195,6

216

124,7

130,6

126,5

225,8

296

326,8

2006

187,7 154,3

122,7

249

126,2

87

16

69

179

470,3

Rata-rata

278,8 168,9

260,7

252,5

187,2

105,2

89,2

79,5

85,0

130,7

213,8

313,3

Sumber : BPSDA Cisadea - Cimandiri

Lampiran 6. Debit Sungai Cibojong Tahun 2007


Tgl
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Jan
*
*
*
*
*
169,85
172,30
159,10
159,10
157,94
154,47
155,62
151,04
155,62
152,18
152,18
151,04
146,55
145,44
144,34
151,04
206,09

Feb
153,32
157,94
938,46
653,11
713,36
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*

Mar
*
*
*
*
*
*
*
*
286,92
273,66
334,58
318,19
340,16
392,92
515,30
482,20
422,14
432,90
374,81
384,81
459,38
372,83

Apr
374,81
382,79
399,07
332,73
300,57
479,89
661,52
601,39
498,58
598,74
510,48
527,45
459,38
432,90
411,56
401,14
364,98
327,23
359,15
577,80
549,76
522,56

Mei
452,67
428,58
386,83
357,22
403,21
463,89
372,83
357,22
338,29
300,57
286,92
329,06
407,37
363,03
430,73
388,85
390,88
361,09
378,79
382,79
343,90
353,39

Jun
248,28
252,92
246,75
293,70
259,20
237,65
228,77
319,99
234,67
221,53
213,02
203,36
196,63
213,02
203,36
191,34
191,34
181,03
195,30
268,79
256,05
214,43

Jul
176,01
172,30
165,02
156,78
156,78
177,25
173,53
177,25
161,45
152,18
154,47
146,55
143,24
139,97
162,64
188,73
257,62
263,96
162,64
154,47
153,32
157,94

Agust
127,37
126,35
127,37
129,42
132,53
124,33
137,82
143,24
129,42
128,39
132,53
132,53
130,45
127,37
122,33
120,35
111,68
98,99
88,03
89,66
119,37
128,39

Sep
90,49
94,68
92,99
96,39
92,15
80,13
78,61
73,41
80,90
83,24
87,22
86,41
85,61
81,68
81,68
90,49
94,68
89,66
88,03
85,61
82,45
80,90

Okt
68,43
66,37
73,41
77,10
78,61
78,61
98,99
105,22
133,58
95,53
86,41
92,99
97,25
98,99
95,53
92,99
86,41
83,24
83,24
105,22
109,81
93,83

Nop
156,78
122,33
100,74
105,22
112,63
160,28
126,35
138,90
147,67
217,25
217,25
202,00
199,30
193,97
272,03
338,29
302,31
203,36
144,34
133,58
128,39
115,49

Des
125,34
134,63
159,10
174,76
120,35
118,39
200,65
162,64
122,33
220,10
517,71
355,30
260,78
259,20
221,53
382,79
213,02
239,15
220,10
202,00
236,16
496,22

Lanjutan
Tgl
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Ave
Max
Min

Jan
Feb
Mar
Apr
181,03
*
323,60 409,46
159,10
*
305,80 378,79
187,43
*
305,80 491,52
196,63
*
314,62 475,28
162,64
*
321,79 650,32
159,10
*
305,80 687,14
151,04
342,03 572,64
155,62
403,21 461,63
154,47
309,31
161,19 523,24 361,86 473,38
206,09 938,46 515,30 687,14
144,34 153,32 273,66 300,57

Keterangan : *

= AWLR rusak.

Mei
329,06
288,61
262,37
246,75
245,22
236,16
252,92
305,80
265,57
345,50
463,89
236,16

Jun
190,03
184,85
172,30
171,07
178,51
208,85
184,85
182,30

Jul
146,55
142,15
142,15
146,55
141,06
133,58
138,90
133,58
126,35
218,13 161,45
319,99 263,96
171,07 126,35

Agust
113,57
100,74
91,32
88,84
81,68
81,68
78,61
80,13
84,82
113,20
143,24
78,61

Sep
88,03
79,37
77,10
74,87
72,69
71,25
69,13
*

Okt
197,96
225,86
153,32
202,00
136,75
167,42
131,49
116,45
102,52
83,79 110,82
96,39 225,86
69,13 66,37

Nop
110,75
101,63
100,74
98,11
103,41
103,41
109,81
121,34

Des
323,60
292,00
213,02
233,19
215,84
357,22
272,03
239,15
252,92
156,25 243,27
338,29 517,71
98,11 118,39

Lampiran 7. Debit Rata-rata Bulanan PLTA Ubrug (m3/detik)

Bulan

Tahun
2003

2004

2005

2006

2007

Rata-rata

Jan

23,49

26,01

25,35

36,37

16,53

25,55

Feb

27,29

31,19

36,92

33,47

26,15

31,00

Mar

38,48

32,97

33,47

19,88

26,14

30,19

Apr

33,28

43,34

29,45

31,73

38,84

35,33

Mei

32,11

43,05

30,87

18,47

24,88

29,88

Jun

10,82

18,47

27,86

15,57

18,44

18,23

Jul

10,76

15,40

21,93

10,95

14,38

14,68

Agust

9,43

8,63

16,13

10,08

11,41

11,14

Sep

11,99

14,53

17,94

7,99

8,06

12,10

Okt

26,55

13,19

23,99

8,11

18,84

18,14

Nop

23,97

30,88

36,75

14,32

23,71

25,93

Des

35,99

44,16

16,53

34,41

33,22

32,86

Lampiran 8. Jumlah Penduduk 15 Kecamatan di DAS Cicatih Tahun 1971-2000


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Kecamatan
Warungkiara
Cikembar
Kadudampit
Cisaat
Cibadak
Cicantayan
Caringin
Nagrak
Cicurug
Cidahu
Parakansalak
Parungkuda
Bojonggenteng
Kalapanunggal
Cikidang
Jumlah

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi

1971
40460
40448
27030
83120
31873
20493
25760
57828
40039
18020
10910
40011
25937
53300
31174
548373

Jumlah Penduduk (orang)


1980
1990
58377
71271
59255
62415
35516
37192
93932
136046
38616
61327
23905
37964
29421
46725
74422
89998
55684
74126
29841
35390
11020
26628
42330
55306
33259
43455
56457
57058
38482
52717
682497
889608

2000
82325
67283
44081
144024
73486
45491
55989
98762
89316
49689
33858
56121
43309
58857
55300
999891

Lampiran 9. Jumlah Industri Besar, Sedang dan Kecil di DAS Cicatih

Jumlah Industri

Tahun
Besar

Sedang

Kecil

2004

17

48

2005

18

47

2006

15

58

2007

15

59

2008

15

60

Sumber : BPSDA Cisadea - Cimandiri

Lampiran 10. Luas Areal Irigasi Padi Sawah di DAS Cicatih

Tahun
Luas lahan irigasi (Ha)
Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi
1990
17805
1995

16807

2000

16398

2005

15635

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi

Lampiran 11. Penghitungan Kebutuhan Air Irigasi Untuk Optimasi


Kegiatan

Lama
(hari)

Jumlah air yang


dibutuhkan

Jumlah air yang dibutuhkanperhari

Ket

Penyiapan lahan
Evapotranspirasi
selama
penyemaian

2
20

170 mm
66 mm (MH)
130 mm (MK)
Rataan 98 mm

85 mm
4,9 mm

Pemberian air dilakukan


selama 128 hari.

Perkolasi

140 (20
hari
pembibit
an + 120
hari
umur
masak
pertanam
an padi)
120

7 mm/hari atau 980


mm

7 mm

Evapotranspirasi
sejak pemindah
bibitan sampai
dengan panen

= (85 + 4,9 + 7 + 4,95)mm


(128 x 3600 x 24)dtk
= 101,85 mm x 10.000m2
11.059.200 dtk
=

1.018.500 ltr
11.059.200 dtk
= 0,09 ltr/dtk

4.4 mm/ hari atau 528


mm (MH)
5.5 mm/hari atau 660
mm (MK)
Rataan 4,95 mm

4,95 mm

Lampiran 12. Program Optimasi Alokasi Air tahun 2010


!Alokasi air pada tahun 2010 ;
!Fungsi Objektif;
MAX=0.125*x11+2.500*x12+0.100*x13+0.125*x21+2.257*x22+0.100*x23;
!Kendala Kapasitas;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=25553;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=31002;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=30189;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=35330;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=29876;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=18232;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=14683;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=11135;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=12102;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=18137;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=25925;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=32863;
0.08*0.000694*x21+0.1*0.58*x22+0.82*0.09*x23<=5624;
x11+x21<=1053891;
x12+x22<=69;

Output :
Global optimal solution found at iteration:
Objective value:
Variable
X11
X12
X13
X21
X22
X23
Row
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Value
0.000000
69.00000
150826.5
1053891.
0.000000
75413.12
Slack or Surplus
154532.8
14418.00
19867.00
19054.00
24195.00
18741.00
7097.000
3548.000
0.000000
967.0000
7002.000
14790.00
21728.00
0.000000
0.000000
0.000000

4
154532.8

Reduced Cost
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.2430000
0.000000
Dual Price
1.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
1.355014
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
1.355014
0.1249248
2.421409

Lampiran 13. Program Optimasi Alokasi Air tahun 2015


!Alokasi air pada tahun 2015;
!Fungsi Objektif;
MAX=0.125*x11+2.500*x12+0.100*x13+0.125*x21+2.257*x22+0.100*x23;
!Kendala Kapasitas;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=25553;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=31002;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=30189;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=35330;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=29876;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=18232;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=14683;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=11135;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=12102;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=18137;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=25925;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=32863;
0.08*0.000694*x21+0.1*0.58*x22+0.82*0.09*x23<=5624;
x11+x21<=1061294;
x12+x22<=87;

Output:
Global optimal solution found at iteration:
Objective value:
Variable
X11
X12
X13
X21
X22
X23
Row
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Value
0.000000
87.00000
150812.4
1061294.
0.000000
75407.55
Slack or Surplus
155501.2
14418.00
19867.00
19054.00
24195.00
18741.00
7097.000
3548.000
0.000000
967.0000
7002.000
14790.00
21728.00
0.000000
0.000000
0.000000

4
155501.2

Reduced Cost
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.2430000
0.000000
Dual Price
1.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
1.355014
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
1.355014
0.1249248
2.421409

Lampiran 14. Program Optimasi Alokasi Air tahun 2020


!Alokasi air pada tahun 2020 ;
!Fungsi Objektif;
MAX=0.125*x11+2.500*x12+0.100*x13+0.125*x21+2.257*x22+0.100*x23;
!Kendala Kapasitas;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=25553;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=31002;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=30189;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=35330;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=29876;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=18232;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=14683;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=11135;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=12102;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=18137;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=25925;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=32863;
0.08*0.000694*x21+0.1*0.58*x22+0.82*0.09*x23<=5624;
x11+x21<=1068749;
x12+x22<=105;
Output:
Global optimal solution found at iteration:
Objective value:
Variable
X11
X12
X13
X21
X22
X23
Row
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Value
0.000000
105.0000
150798.2
1068749.
0.000000
75401.94
Slack or Surplus
156476.1
14418.00
19867.00
19054.00
24195.00
18741.00
7097.000
3548.000
0.000000
967.0000
7002.000
14790.00
21728.00
0.000000
0.000000
0.000000

4
156476.1

Reduced Cost
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.2430000
0.000000
Dual Price
1.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
1.355014
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
1.355014
0.1249248
2.421409

Lampiran 15. Program Optimasi Alokasi Air tahun 2025


!Alokasi air pada tahun 2025 ;
!Fungsi Objektif;
MAX=0.125*x11+2.500*x12+0.100*x13+0.125*x21+2.257*x22+0.100*x23;
!Kendala Kapasitas;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=25553;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=31002;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=30189;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=35330;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=29876;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=18232;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=14683;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=11135;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=12102;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=18137;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=25925;
0.08*0.000694*x11+0.1*0.58*x12+0.82*0.09*x13<=32863;
0.08*0.000694*x21+0.1*0.58*x22+0.82*0.09*x23<=5624;
x11+x21<=1083817;
x12+x22<=123;
Output:
Global optimal solution found at iteration:
Objective value:
Variable
X11
X12
X13
X21
X22
X23
Row
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Value
0.000000
123.0000
150784.1
1083817.
0.000000
75390.60
Slack or Surplus
158402.1
14418.00
19867.00
19054.00
24195.00
18741.00
7097.000
3548.000
0.000000
967.0000
7002.000
14790.00
21728.00
0.000000
0.000000
0.000000

4
158402.1

Reduced Cost
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.2430000
0.000000
Dual Price
1.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
1.355014
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
1.355014
0.1249248
2.421409

Anda mungkin juga menyukai