Anda di halaman 1dari 7

BAHASA INDONESIA

PENGERTIAN MENULIS

Disusun Oleh :
Muhamad Bahaudin
1102415079

KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

A. Pengertian Menulis
Menulis itu dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)
dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan
yang terkandung dalam sebuah tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang
bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya.
Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat
yaitu:
Penulis sebagai penyampai pesan
Pesan atau isi tulisan
Saluran atau media berupa tulisan
Pembaca sebagai penerima pesan
Produk tulisan dapat berupa karya tulis fiksi dan non fiksi. Karya tulis fiksi dapat berbentuk
cerita, puisi, pantun, atau karya sastra lainnya, Sedangkan karya tulis non fiksi yang sering
juga disebut sebagai karya tulis ilmiah dapat berupa berita, reportase, artikel, feature, tinjauan
ilmiah, laporan penelitian, buku, dan sebagainya. Perbedaan paling nyata antara karya tulis
non fiksi bila dibandingkan dengan karya tulis fiksi adalah dalam hal penggunaan data
lapangan. Bila karya tulis fiksi dapat berupa karangan hasil imajinasi penulis yang
melibatkan emosi dan perasaan tanpa membutuhkan dukungan data yang riil dan dapat
dipertanggungjawabkan, maka dalam karya tulis non fiksi data keadaan lapangan yang valid
(tepat) sangat diperlukan. Penggunaan bahasa dan tata cara penulisannya juga harus
mengikuti aturan yang ada. Jadi tidak sebebas membuat karya tulis fiksi.
B. Hubungan Menulis dengan Ketrampilan Berbahasa
Menulis dan ketrampilan berbahasa memiliki keterkaitan yang sangat erat. Kemampuan
menulis tidak akan dapat dicapai tanpa ketrampilan berbahasa yang cukup.
Ketrampilan berbahasa ini mencakup empat komponen yaitu menyimak, berbicara, membaca
dan menulis.
1. Hubungan Menulis dengan Menyimak
Sewaktu menulis kita membutuhkan ispirasi, ide atau informasi untuk melahirkan sebuah
tulisan. Hal itu dapat kita peroleh dari berbagai sumber antara lain:
a. Sumber tercetak, seperti buku, majalah, surat kabar, jurnal atau laporan
b. Sumber tak tercetak, seperti radio, televisi, ceramah, pidato wawancara, diskusi, dan
obrolan.

Jika dari sumber tercetak, informasi itu diperoleh dengan membaca, maka dari sumber
tak tercetak perolehan informasi itu dilakukan dengan menyimak.
Melalui menyimak, penulis dapat memperoleh ide atau informasi untuk tulisannya, tetapi
juga menginspirasi tata saji dan struktur penyampaian lisan yang menarik hatinya, yang
akan berguna untuk aktivitas menulisnya.
2. Hubungan Menulis dengan Berbicara
Antara aktivitas menulis dan berbicara, keduanya merupakan ketrampilan berbahasa yang
bersifat aktif produktif. Artinya antara penulis dan pembicara berperan sebagai
penyampaian atau pengirim pesan kepada pihak lain. Keduanya harus menentukan topik,
tujuan, jenis informasi yang akan disampaikan.
Perbedaan mendasar antara menulis dan berbicara dapat dilihat pada tabel berikut:
Menulis Berbicara

1. Komunikasi terjadi tidak langsung, penulis dan pembaca tersekat ruang dan waktu
2. Penulis tampil setelah tulisanya dianggap siap. Dia memiliki waktu yang cukup leluasa untuk
menyiapkan tulisan sebaik-baiknya.
3. Tanggapan pembaca terhadap tulisannya tidak dapat diperoleh seketika.
4. Penulis tidak dapat memperbaiki kekurangan atau kesalahan tulisan yang telah dipublikasikan
dengan cepat.

1. Komunikasi terjadi secara langsung, pembicara dan yang diajak bicara (penyimak) saling
berhadapan
2. Pembicara tampil langsung dengan segala kelebihan dan kekurangannya
3. Tanggapan penyimak (paham /tidak paham, suka/tidak suka) dapat ditangkap secara langsung
saat itu juga.
4. Berdasarkan tanggapan itu, pembicara dapat secara langsung dapat segera mengubah atau
memperbaiki pembicaraannya.

3. Hubungan Menulis dengan Membaca


Menulis dan membaca adalah kegiatan berbahasa tulis. Pesan yang disampaikan penulis
dan diterima oleh pembaca dijembatani melalui lambang bahasa yang dituliskan. Baca
tulis merupakan suatu kegiatan yang menjadikan penulis sebagai pembaca dan pembaca
sebagai penulis.
C. Fase-fase Melahirkan Sebuah Tulisan
Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan
beberapa fase, yaitu fase pra penulisan (persiapan), penulisan (pengembangan isi), dan pasca
penulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan).
2. Tahap Pra Penulisan
Tahap ini merupakan fase persiapan menulis, seperti halnya pemanasan atau warming up
bagi orang yang berolahraga. Fase ini merupakan fase untuk mencari, menemukan dan
mengingat kembali pengetahuan atau pengalaman yang diperoleh dan diperlukan penulis.
Tujuannya untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lai
dalam menulis sehingga apa yang ingin ditulis dapat disajikan dengan baik.
Pada fase pra penulisan terdapat aktivitas memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran,
mengumpulkan bahan atau informasi pendukung, serta mengorganisasikan ide atau
gagasan dalam bentuk kerangka tulisan.
a. Menentukan Topik
Topik adalah pokok persoalan atau permasalahan yang menjiwai seluruh tulisan. Ada
pertanyaan pemicu yang dapat digunakan untuk menentukan topik, misalnya: Saya
mau menulis apa? Apa yang akan saya tulis? Tulisan saya akan berbicara tentang
apa?. Nah, jawaban atas pertanyaan tersebut berisi topik tulisan.
Topik harus dibedakan dengan tema, karena tema mencakup hal yang lebih umum.
Sementara topik sudah mengarah pada hal yang lebih khusus. Jadi akan lebih pas bila
topik tulisan disejajarkan dengan sub tema.
Masalah yang dihadapi dalam memilih dan menentukan topik tulisan adalah:
1. Sangat banyak topik yang harus dipilih, karena semua topik menarik. Untuk itu
pilihlah yang paling dikuasai.
2. Tidak memiliki ide sama sekali. Untuk itu banyaklah membaca buku atau
majalah/koran, berdiskusi dengan orang lain, melakukan pengamatan pada
persoalan-persoalan yang terjadi di lingkungan sekitar.

3. Terlalu ambisius sehingga jangkauan topik yang dipilih terlalu luas.


b. Menetapkan Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran penulisan harus diperhatikan agar tulisan dapat tersampaikan
dengan baik. Tujuan dan sasaran penulisan akan mempengaruhi corak dan bentuk
tulisan, gaya penyampaian dan tingkat kerincian isi tulisan.
Agar tulisan kita dapat dipahami oleh pembaca, kita harus memperhatikan siapa yang
akan membaca tulisan kita, bagaimana level pendidikannya, status sosialnya dan apa
yang diperlukannya?.
c. Mengumpulkan Bahan dan Informasi Pendukung
Ketika akan menulis, kita tidak selalu memiliki bahan atau informasi yag benar-benar
siap dan lengkap. Untuk itulah sebabnya, sebelum menulis kita perlu mencari,
mengumpulkan, dan memilih informasi yang dapat mendukung, memperluas,
memperdalam dan memperkaya tulisan kita.
Tanpa pengetahuan dan wawasan yang memadai, maka tulisan kita akan dangkal dan
kurang bermaka. Karena itulah, penelusuran dan pengumpulan informasi sebagai
bahan tulisan sangat diperlukan.
Mengumpulkan bahan dan informasi untuk mendukung tulisan dapat dilakukan
dengan berbagai cara:
1) Wawancara
2) Studi kepustakaan
3) Observasi
4) Diskusi kelompok
d. Mengorganisasikan Ide atau Gagasan
Mengorganisasikan ide atau gagasan penting dilakukan tulisan yang kita buat menjadi
saling bertaut, runtut dan padu.
Untuk mempermudah mengorganisasikan ide atau gagasan, maka sebelum menulis
kita perlu membuat kerangka tulisan. Kerangka tulisan ini memuat garis-garis besar
tulisan yang akan kita buat.
Secara umum, kerangka tulisan terdiri atas:
1) Pendahuluan atau pengantar, yang berisi mengapa dan untuk apa menulis topik

tertentu serta apa yang akan disajikan.


2) Isi, yang berisi butir-butir penting isi tulisan
3) Penutup.
2. Tahap Penulisan
Tahap penulisan merupakan tahap untuk menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk
tulisan. Pada tahap ini kita akan mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat
dalam kerangka tulisan dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah kita pilih
dan kita kumpulkan.
Dalam mengembangkan ide, kita harus memperhatikan kedalaman dan keluasan isi, jenis
informasi yang akan disajikan, pengembangan alinea, gaya dan cara pembahasan.
Yang perlu diperhatikan, menulis adalah suatu proses. Jadi kita jangan berharap, sekali
tulis langsung menjadi bagus. Artinya, menjadi seorang penulis haruslah sabar. Jangan
ingin sempurna hanya sekali tulis.
3. Tahap Pasca Penulisan
Fase ini merupakan tahap penghalusan atau atau penyempurnaan tulisan yang kita
hasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi). Penyuntingan
(editing) adalah pemeriksaan unsur mekanik tulisan seperti penerapan ejaan, kelengkapan
kata, pengkalimatan, pengalineaan, gaya bahasa, pencatatan kepustakaan, dan
sebagainya. Sedangkan perbaikan adalah pemeriksaan isi tulisan. Kegiatan perbaikan ini
dapat berupa penambahan, penggantian, penghilangan atau penyusunan kembali unsurunsur tulisan.
Penyuntingan dan perbaikan perlu dilakukan karena tulisan yang kita buat tidak dapat
langsung sempurna.
Selanjutnya agar penyuntingan dan perbaikan tulisan dapat efektif, maka kita perlu
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membaca seluruh tulisan
2) Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan bila ada hal-hal
yang harus diganti, ditambahkan dan disempurnakan.
3) Melakukan perbaikan sesuai dengan temuan.
Sumber : https://mardiya.wordpress.com/2010/11/29/menulis-sebagai-proses/

SOAL
1. Apabila anda ditakdirkan sebagai seorang penulis di masa depan, hal apa yang anda
lakukan agar karya tulis yang anda dapat diterima oleh masyarakat?
2. Coba anda analisis apa yang menjadi tantangan bagi para penulis saat ini dan di masa
yang akan datang?
3. Menurut pendapat anda, apakah menjadi seorang penulis saat ini merupakan pekerjaan
yang menjanjikan?
4. Sebutkan 3 penulis Indonesia dan salah satu karyanya?, lalu berikan penjelasan singkat
tentang penulis tersebut
5. Apakah anda memiliki cita-cita menjadi seorang penulis di masa depan? Berikan
alasannya

Anda mungkin juga menyukai