Anda di halaman 1dari 2

Nama

Nosis

:
:
Curi Tiga Bebek, Tiga Anak Dihukum

PURBALINGGA Pengadilan Negeri (PN) Purbalingga dinilai tidak mengindahkan


perdamaian keluarga dan saran Balai Pemasyarakatan (Bapas) dengan menjatuhkan vonis
hukuman pada tiga anak di bawah umur, pada 11 Februari 2014 lalu. Ketiga anak itu adalah
ADC (16), NC (16), warga Desa Tetel, Kecamatan Pendagedan, dan RM (14), warga Desa
Tegalpingen, Kecamatan Pengadegan.
Mereka diputus hukuman penjara dua bulan 15 hari setelah terbukti melakukan tindak pidana
pencurian tiga ekor bebek. Kriminolog Undip Budi Witjaksan menyatakan, pihaknya setuju
kasus tersebut tidak dipidanakan. Dikembalikan ke orang tua masing- masing alangkah lebih
baik dari pada ketiga remaja tersebut dipenjarakan bersama para narapidana lain.
Dikhawatirkan, setelah keluar dari penjara, lanjut dia, bukan menjadikan tiga remaja tersebut
jera, namun bisa jadi mereka semakin liar dan akrab dengan tindak kriminalitas. Menurut
Budi, penjara seperti universitas kejahatan di mana para narapidana bisa saling menukar
pengalaman dan berbagi ilmu dalam melakukan tindak kriminal. Terkait keputusan hakim,
Budi tidak menyalahkan tentang langkah yang sudah dilakukan.
Sebab, apa yang dilakukan memang sesuai dengan aturan yang berlaku. Namun begitu, meski
tidak bisa menolak kasus tersebut dan terus berjalan hingga keputusan diambil, tapi tersangka
bisa tidak dipidana. Memang mereka bersalah tapi di sisi lain ada undang-undang
perlindungan anak yang meringankan mereka, ujarnya.
Budi membeberkan, terkait jalan damai yang sudah ditempuh oleh korban dan pelaku hingga
korban memaafkan tindakan pelaku.Namun perdamaian itu tidak mengikat. Kalau sudah
proses secara materiil memang tidak boleh dihentikan, jelasnya. Dalam website Mahkamah
Agung (MA) yang dilansir Kamis (27/8) menyebutkan, kasus pencurian tersebut terjadi pada
14 Desember 2013 di Sungai Gintung, Desa Tegalpingen, Kecamatan Pegadegan.
Saat mereka mandi, datang segerombolan bebek di pinggir sungai. Dua dari mereka mengejar
dan menangkap tiga ekor, yang satunya mengawasi situasi. Bebek itu lalu dicekik hingga
mati dan dibakar di rumah salah satu dari mereka dan dimakan ramai-ramai. Sore harinya
pemilik bebek, Mad Suheni, warga Desa Tegalpingen, Kecamatan Pengadegan melaporkan
kehilangan ternak kepada Polsek Pengadegan.
Sehari kemudian, ketiga anak tersebut ditangkap. Dari keterangan keluarga, mereka sudah
meminta kepada pemilik bebek untuk memaafkan perbuatan anak-anak tersebut, namun dia
tetap menginginkan kasus itu dilanjutkan ke pengadilan. Akhirnya ketiga anak itu ditahan dan
diproses.
Oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU), ketiga terdakwa didakwa dengan Pasal 362 KUHPtentang
pencurian biasa dengan tuntutan penjara 5 bulan. Selama proses persidangan, Balai
Kemasyarakatan (Bapas) Purwokerto pada 3 Januari 2014 menyarankan ketiganya untuk
dilakukan tindakan dikembalikan ke orang tua masing-masing.

Hal ini sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 huruf a UU Perlindungan Anak. Pemilik ternak juga
akhirnya memaafkan ketiga anak tersebut. Saat pembacaan putusan pada 11 Februari 2014,
ketiga terdakwa terbukti melakukan tindak pidana pencurian. Hakim tunggal Ivonne Tiurma
Rismauli memutuskan mereka dihukum 2 bulan 15 hari. Hukuman itu lebih ringan 2 bulan 15
hari dari tuntutan JPU.
Langsung Bebas
Sementara itu, Ketua PN Purbalingga, Totok Sapto Indarto, Rabu (27/8) malam mengatakan,
vonis tersebut sudah sesuai dengan aturan hukum yang berlaku dan hukuman paling ringan.
Sebab saat begitu divonis, mereka langsung bebas karena sudah dipotong masa tahanan mulai
dari kepolisian, kejaksaan hingga pengadilan.
DipikirMasak-Masak
Hakim sudah memikirkan masak-masak. Kalau dibebaskan, malah hakim yang menyalahi
ketentuan yang berlaku. Jadi begitu diketok palu, para terdakwa langsung bebas, katanya.
Menurutnya, saat persidangan itu, PN masih menggunakan UU No 3 Tahun 1997 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, dimana anak bisa diajukan ke persidangan minimal usia 14
tahun.
Adapun ketiga terdakwa saat itu sudah memenuhi unsur undang-undang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai