Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias PDF
Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias PDF
DEMENSI RONAKON
bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Keberadaan infrastruktur prasarana transportasi yang handal akan dapat mendukung
perkembangan dan pertumbuhan pada suatu wilayah. Kehandalan jaringan jalan sebagai
bagian dari prasarana transportasi akan menjadi dasar yang baik untuk mendukung aktifitas
masyarakat, ekonomi wilayah serta perkembangan wilayah yang serta merta akan
memberikan dampak pada kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
Secara makro, keberadaan sistem jaringan jalan dan sistem transportasi merupakan bagian
dari perencanaan regional wilayah. Keberadaan jaringan
jalan yang merupakan
penghubung pusat-pusat pertumbuhan wilayah sebagai komponen utama di dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) dari Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias selatan yang terletak
pada satu daratan Pulau Nias. Adapun komponen-komponen utama dalam RTRW yang erat
hubungannya dengan sistem jaringan jalan ini adalah:
1. Fungsi yang menghubungkan Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) sesuai dengan
hirarki/orde menurut andalan wilayahnya dan komoditas unggulan yang dimilikinya, baik
sebagai Kawasan Andalan Nasional, Propinsi maupun Kabupaten/Kota;
2. Keberadaan jalan propinsi, kabupaten, dan lainnya) dalam Rencana Alokasi
Pemanfaatan Ruang daerah di dalam propinsi maupun regional antar kabupaten dalam
satu pulau;
3. Pembangunan dan pemeliharaan jalan dan bangunan pelengkapnya dalam indikasi
program jangka menengah pembangunan daerah.
Disamping itu juga perkembangan ekonomi disuatu daerah sangat ditunjang oleh jenis,
kualitas dan kuantitas kegiatan yang terdapat di daerah tersebut beserta ketersediaan
sarana dan prasarananya. Pertumbuhan ekonomi yang baik memerlukan juga ketersediaan
akan prasarana dan sarana yang dapat mendistribusikan hasil/produk kegiatan tersebut dari
daerah produksi menuju daerah yang membutuhkannya.
Sistem prasarana jalan yang baik adalah sistem prasarana yang mampu mendistribusikan
segala bentuk barang dan jasa ke tempat/wilayah yang memerlukannya. Pendistribusian
yang Jika ditunjang oleh kualitas dari transportasi itu sendri yang dapat menyalurkan barang
secara cepat dari suatu wilayah produksi ke wilayah konsumsi atau dari suatu daerah
penghasil bahan dasar ke daerah produksi.
Kabupaten Nias yang merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Utara yang wilayahnya
terdiri dari beberapa pulau. Pulau utama pada kabupaten ini adalah Pulau Nias. Pada tahun
2003, Kabupaten Nias mengalami pemekaran menjadi 2 Kabupaten yaitu Kab. Nias dan
Kab. Nias Selatan.
Daerah Nias merupakan suatu daerah yang tertinggal dibandingkan daerah lain di Sumatera
Utara. Ketertinggalan ini diperparah dengan kurangnya sarana dan prasarana terutama
transportasi. Kendala utama saat ini adalah tidak terdapatnya jaringan jalan yang cukup baik
untuk menunjang kegiatan perekonomian yang terdapat pada wilayah lersebut. Salah satu
kendala yang ada saat ini antara lain adalah terbatasnya kapasitas jaringan jalan antara
Lahewa, Gunung Sitoli dan Teluk Dalam yang diakibatkan belum optimalnya fungsi jalan
tersebut. Dengan adanya sarana dan prasarana yang baik diharapkan perekonomian yang
terdapat diwilayah Nias akan tumbuh dan menstimulasi pertumbuhan perekonomian lainnya.
LAPORAN AKHIR
I-1
1.3
Ruang Lingkup
Ruang lingkup Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias di Propinsi Sumatera
Utara adalah seperti berikut:
Lokasi Studi
Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Pulau Nias ini difokuskan pada jaringan jalan
yang menghubungkan bagian utara Pulau Nias yaitu daerah Lahewa dengan bagian utara
Pulau Nias yaitu Teluk Dalam. Untuk dapat menjadikan kajian yang komperehensif, maka
dilakukan kajian dalam studi kelayakan ini diperluas untuk menganalisis rencana
pengembangan jaringan jalan di seluruh Pulau Nias. Lokasi studi tersebut digambarkan pada
Gambar 1.1.
LAPORAN AKHIR
I-2
Gbr 1.1
LOKASI STUDI
Silima Banua
KEC.TUHEMBERUA
Toyolawa
Lahewa
Lotu
KEC.LAHEWA
Idanogawo KEC.LOTU
KEC. AFULU
Awa`ai
KEC.NAMOHALU ESIWA
Iraonolase
Namohalu
KEC.GUNUNGSITOLI
Afulu
GUNUNG SITOLI
Afulu
Fadoro Lauru
Ombolata
Faecheo
Miga
KEC. ALASA
P. WUNGA
KEC.HILIDUHO
Botom Bawo
KEC.GIDO
Tetehasi I
Hiliweto
KEC. MANDREHE
Lolofitu
Hili Sebuadunia
Tetehosi
Fadoro
Bosihona
KEC.IDANO GAWO
Letehosi
KEC.LOLOFITU MOI
KEC.SIROMBU
Holi
Tetesua
Bawolato
Hiliotalua
KEC.BAWOLATO
KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA
Lolowa'u
Orahili
KEC.GOMO
Gomo
KEC.LAHUSA
Amandraya
Helezalulu
Hilisimaetano
KEC.AMANDRAYA
Hiliaru dua
Bawolalusa
Bawaluo
KEC.TELUK DALAM
Bawodo Bara
LAPORAN AKHIR
I-3
1.5
I.
PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang studi, maksud dan tujuan studi, ruang lingkup dan
sistematika penyajian laporan.
II.
III.
IV.
PRESENTASI DATA
Bab ini menjabarkan data mengenai kondisi eksisting jarigan jalan yang dikumpulkan dari
kegiatan survey lapangan.
V.
VI.
VII.
LAPORAN AKHIR
I-4
2.1
Profil Wilayah
Secara administratif, Pulau Nias (Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan) termasuk
dalam wilayah Propinsi Sumatera Utara, berada disebelah Barat Pulau Sumatera yang
berjarak 92 mil laut dari Kota Sibolga/ Kabupaten Tapanuli Tengah.
Sebelum pemekaran Kabupaten Nias menjadi dua kabupaten, wilayah administrasi
Kabupaten Nias terdiri dari 22 kecamatan dan 657 desa. Setelah terbentuknya Kabupaten
Nias Selatan berdasarkan Keputusan DPRD kabupaten Nias Nomor 02/KPTS/2000 tanggal
1 Mei 2000 tentang persetujuan pemekaran Kabupaten Nias menjadi dua kabupaten,
Keputusan DPRD Provinsi Sumatera Utara Nomor 19/K/2002 tanggal 25 Agustus 2002,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2002 tanggal 25 Pebruari 2003 tentang
Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, wilayah administrasi Kabupaten Nias menjadi terdiri
dari 14 wilayah kecamatan, 4 kelurahan dan 439 desa. Sedangkan wilayah administrasi
Kabupaten Nias Selatan terdiri dari 8 wilayah kecamatan, 2 kelurahan dan 213 desa.
Lokasi pekerjaan Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias ini meliputi jaringan jalan
antara Lahewa, Gunung Sitoli dan Teluk Dalam, dimana jaringan jalan tersebut berada di
wilayah administrasi Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan.
LAPORAN AKHIR
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Kec. Hiliduho
Kec. Alasa
Kec. Namohalu Esiwa
Kec. Lahewa
Kec. Afulu
Kec. Tuhemberua
Kec. Lotu
II - 1
GAMBAR 2.1
ORIENTASI PULAU NIAS
Silima Banua
KEC.TUHEMBERUA
Toyolawa
Lahewa
Lotu
KEC.LAHEWA
Idanogawo KEC.LOTU
KEC. AFULU
Awa`ai
KEC.NAMOHALU ESIWA
Iraonolase
Namohalu
KEC.GUNUNGSITOLI
Afulu
GUNUNG SITOLI
Afulu
Fadoro Lauru
Ombolata
Faecheo
Miga
KEC. ALASA
P. WUNGA
KEC.HILIDUHO
Botom Bawo
KEC.GIDO
Tetehasi I
Hiliweto
KEC. MANDREHE
Lolofitu
Hili Sebuadunia
Tetehosi
Fadoro
Bosihona
KEC.IDANO GAWO
Letehosi
KEC.LOLOFITU MOI
KEC.SIROMBU
Holi
Tetesua
Bawolato
Hiliotalua
KEC.BAWOLATO
KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA
Lolowa'u
Orahili
KEC.GOMO
Gomo
KEC.LAHUSA
Amandraya
Helezalulu
Hilisimaetano
KEC.AMANDRAYA
Hiliaru dua
Bawolalusa
Bawaluo
KEC.TELUK DALAM
Bawodo Bara
LAPORAN AKHIR
II - 2
GAMBAR 2.2
PETA ADMINISTRASI PULAU NIAS
Silima Banua
KEC.TUHEMBERUA
Toyolawa
Lahewa
Lotu
KEC.LAHEWA
Idanogawo KEC.LOTU
KEC. AFULU
Awa`ai
KEC.NAMOHALU ESIWA
Iraonolase
Namohalu
KEC.GUNUNGSITOLI
Afulu
GUNUNG SITOLI
Afulu
Fadoro Lauru
Ombolata
Faecheo
Miga
KEC. ALASA
P. WUNGA
KEC.HILIDUHO
Botom Bawo
KEC.GIDO
Tetehasi I
Hiliweto
KEC. MANDREHE
Lolofitu
Hili Sebuadunia
Tetehosi
Fadoro
Bosihona
KEC.IDANO GAWO
Letehosi
KEC.LOLOFITU MOI
KEC.SIROMBU
Holi
Tetesua
Bawolato
Hiliotalua
KEC.BAWOLATO
KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA
Lolowa'u
Orahili
KEC.GOMO
Gomo
KEC.LAHUSA
Amandraya
Helezalulu
Hilisimaetano
KEC.AMANDRAYA
Hiliaru dua
Bawolalusa
Bawaluo
KEC.TELUK DALAM
Bawodo Bara
LAPORAN AKHIR
II - 3
2.1.2 Topografi
Pulau Nias terdiri dari daerah-daerah perbukitan dan dataran. Daerah perbukitan mempunyai
ketinggian 50-800 m dpal, dengan kemiringan lereng 9% - lebih besar dari 40%. Daerah
perbukitan ini dijumpai di bagian Tengah Pulau Nias yang memanjang searah dengan
bentuk pulau, dan menempati sekitar setengah Pulau Nias. Daerah dataran dijumpai di
sekitar pantai barat dan pantai timur Pulau Nias dengan kemiringan 0-8% dengan ketinggian
50 m dpal. Uraian lebih terinci akan kemiringan lahan di Kabupaten Nias adalah sebagai
berikut:
1. Kemiringan 0-4% seluas 243.076 ha (43,21%) terdapat di semua kecamatan, terutama
di tepi pantai.
2. Kemiringan 4-8% seluas 54.348 ha (9,66%) juga terdapat diseluruh kecamatan,
terutama Kecamatan Teluk Dalam, Kecamatan Idanogawo, dan lain-lain.
3. Kemiringan 8-15% seluas 77.350 ha (13,75%) terdapat diseluruh kecamatan, terutama
Kecamatan Alasa, Kecamatan Mandrehe dan lain-lain.
4. Kemiringan 15-25% seluas 92.935 ha (16,52%) terdapat diseluruh kecamatan.
5. Kemiringan 25-40% seluas 35.780 ha (6,36%) terdapat di Kecamatan Idanogawo,
Kecamatan Lolowau, kecamatan Gomo, Kecamatan Teluk Dalam, Kecamatan Lahusa
dan lain-lain.
6. Kemiringan >40% seluas 59.011 ha (10,49%) juga terdapat diseluruh kecamatan. Lihat
gambar 2.3
LAPORAN AKHIR
II - 4
GAMBAR 2.3
PETA KEMIRINGAN LAHAN
TUHEMBERUA
Silima Banua
KEC.TUHEMBERUA
Lahewa
LAHEWA
KEC.LAHEWA
Lotu
KEC.LOTU
KEC.NAMOHALU ESIWA
KEC. AFULU
Namohalu
GUNUNG SITOLI
Afulu
Fadoro Lauru
P. INDRA
KEC.GUNUNGSITOLI
Ombolata
KEC. ALASA
P. WUNGA
KEC.HILIDUHO
Hiliweto
KEC.GIDO
Lolofitu
KEC. MANDREHE
Fadoro
KEC.LOLOFITU MOI
Tetesua
TETESEUA
KEC.SIROMBU
Tetehosi
KEC.IDANO GAWO
KEC.BAWOLATO
Bawolato
Hiliotalua
P. ASU
P. HERUANGA
Lolowa'u
P. BUGI
P. BUGI
P. IMAMA
KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA
Orahili
P. HAMUTALA
P. BAWA
KEC.GOMO
KEC.LAHUSA
Helezalulu
Amandraya
KEC.AMANDRAYA
KEC.TELUK DALAM
LAPORAN AKHIR
II - 5
Tabel 2.1
Curah Hujan, Hari Hujan dan Penyinaran Matahari
Tahun 2003
Bulan
Curah Hujan
Hari Hujan
(mm)
Penyinaran Matahari
(%)
[1]
[2]
[3]
[4]
Januari
284
25
51
Pebruari
180
19
63
Maret
283
22
66
April
323
27
51
M e i
207
12
59
Juni
137
20
62
Juli
252
23
55
Agustus
313
25
46
September
315
20
40
Oktober
360
27
40
Nopember
364
27
22
Desember
269
24
41
Jumlah
3287
271
596
274
22
50
LAPORAN AKHIR
II - 6
GAMBAR 2.4
PETA HIDROLOGI
Silima Banua
43.921 JIWA
KEC.TUHEMBERUA
Lahewa
12.389 JIWA
KEC.LAHEWA
Lotu
KEC.LOTU
23.353 JIWA
KEC.NAMOHALU ESIWA
KEC. AFULU
Namohalu
8.892 JIWA
13.975 JIWA
GUNUNG SITOLI
Afulu
74.203 JIWA
28.531 JIWA
P. INDRA
Fadoro Lauru
KEC.GUNUNGSITOLI
Ombolata
31.943 JIWA
KEC. ALASA
P. WUNGA
KEC.HILIDUHO
KEC.GIDO
Hiliweto
46.233 JIWA
49.243 JIWA
Lolofitu
KEC. MANDREHE
Fadoro
KEC.LOLOFITU MOI
Tetehosi
37.666 JIWA
30.154 JIWA
Tetesua
KEC.SIROMBU
KEC.IDANO GAWO
KEC.BAWOLATO
20.956 JIWA
Bawolato
P. ASU
P. HERUANGA
Lolowa'u
19.715 JIWA
KEC.LOLOMATUA
P. BUGI
P. BUGI
P. IMAMA
Hiliotalua
34.655 JIWA
Orahili
28.603 JIWA
P. HAMUTALA
P. BAWA
KEC.LOLOWAU
50.203 JIWA
KEC.GOMO
KEC.LAHUSA
KEC.LAHUSA
Helezalulu
Amandraya
29.276 JIWA
KEC.AMANDRAYA
29.173 JIWA
KEC.TELUK DALAM
76.750 JIWA
LAPORAN AKHIR
II - 7
Tabel 2.2
Temperatur Udara Tahun 2003
Bulan
Suhu Rata-rata
Rata-rata
Maksimum
Rata-rata
Minimum
[1]
[2]
[3]
[4]
Januari
26.1
30.6
22.7
Pebruari
26.3
30.8
22.3
Maret
26.4
31.2
23.2
April
26.5
30.5
9.0
M e i
26.1
31.0
22.0
Juni
26.5
31.2
22.4
Juli
25.2
29.8
22.4
Agustus
25.6
29.9
21.7
September
25.4
29.7
22.1
Oktober
25.5
29.7
22.2
Nopember
25.6
29.5
22.6
Desember
25.5
29.9
22.0
Jumlah
310.7
363.8
254.6
25.9
30.3
21.2
LAPORAN AKHIR
II - 8
Tabel 2.3
Perbandingan Rata-rata Kelembaban Udara
Bulan
2000
2001
2002
2003
[1]
[4]
[5]
[6]
[7]
Januari
89
90
87
89
Pebruari
88
91
87
89
Maret
90
91
90
89
April
91
92
89
91
M e i
89
93
86
89
Juni
90
92
88
89
Juli
89
92
89
90
Agustus
90
91
87
91
September
89
92
91
92
Oktober
91
93
90
89
Nopember
91
92
90
90
Desember
92
92
89
89
1,079
1,101
1,063
1,077
90
92
89
90
Jumlah
Rata-rata per Bulan
LAPORAN AKHIR
II - 9
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan tingkat Kepadatan
di Kabupaten Nias dan Nias Selatan Tahun 2003
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Laki-laki
I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
II
1
2
3
4
5
6
7
8
Kab Nias
Idano Gawo
Bawolato
Sirombu
Mandrehe
Gido
Lolofitu Moi
GunungSitoli
Hiliduho
Alasa
Namohalu Esiwa
Lahewa
Afulu
Tuhemberua
Lotu
JUMLAH
Kab Nias Selatan
Pulau Pulau Batu
Hibala
Teluk Dalam
Amandraya
Lahusa
Gomo
Lolowau
Lolomatua
JUMLAH
Total
15,010
9,812
10,362
22,771
24,676
17,933
37,182
15,588
14,195
6,953
11,550
4,398
21,680
6,114
218,224
Wanita
15,144
9,903
10,594
23,462
24,567
19,733
37,021
16,355
14,336
7,022
11,803
4,494
22,241
6,275
222,950
Total
Luas
(Km2)
Kepadatan
(Jiwa/Km2)
30,154
19,715
20,956
46,233
49,243
37,666
74,203
31,943
28,531
13,975
23,353
8,892
43,921
12,389
441,174
363.5
207
223.8
293.2
338.58
236.52
230.8
221.65
459.4
176
446.05
159.55
317.25
126.5
3,799.80
83
95
94
158
145
159
321
144
62
79
52
56
138
98
116
17,465
9,374
76,750
29,173
29,276
50,203
34,655
28,603
275,499
716,623
121.05
54.25
490
183
334
158.6
295.6
188.6
1,825.10
5,625.00
144
173
157
159
88
317
117
152
151
127
LAPORAN AKHIR
II - 10
GAMBAR 2.5
PENYEBARAN PENDUDUK
Silima Banua
43.921 JIWA
KEC.TUHEMBERUA
Lahewa
12.389 JIWA
KEC.LAHEWA
Lotu
KEC.LOTU
23.353 JIWA
KEC.NAMOHALU ESIWA
KEC. AFULU
Namohalu
8.892 JIWA
13.975 JIWA
GUNUNG SITOLI
Afulu
74.203 JIWA
28.531 JIWA
P. INDRA
Fadoro Lauru
KEC.GUNUNGSITOLI
Ombolata
KEC. ALASA
31.943 JIWA
P. WUNGA
KEC.HILIDUHO
KEC.GIDO
Hiliweto
46.233 JIWA
49.243 JIWA
Lolofitu
KEC. MANDREHE
Fadoro
KEC.LOLOFITU MOI
Tetehosi
37.666 JIWA
30.154 JIWA
Tetesua
KEC.SIROMBU
KEC.IDANO GAWO
KEC.BAWOLATO
20.956 JIWA
Bawolato
P. ASU
P. HERUANGA
Lolowa'u
19.715 JIWA
KEC.LOLOMATUA
P. BUGI
P. BUGI
P. IMAMA
Hiliotalua
34.655 JIWA
Orahili
28.603 JIWA
P. HAMUTALA
P. BAWA
KEC.LOLOWAU
50.203 JIWA
KEC.GOMO
KEC.LAHUSA
KEC.LAHUSA
Helezalulu
Amandraya
29.276 JIWA
KEC.AMANDRAYA
29.173 JIWA
KEC.TELUK DALAM
76.750 JIWA
LAPORAN AKHIR
II - 11
Tabel 2.5
Jenis Tanaman, Luas Lahan dan Jumlah Produksi Perkebunan di Nias
No.
Jenis
Tanaman
L u a s (Ha)
Produksi (Ton)
2000
2001
2002
2000
2001
2002
Karet
27,128
27,258
Kelapa
48,338
48,481
KopI
1,616
1,437
1,763
808.0
772.0
788.0
Cengkeh
1,964
1,699
1,699
132.0
89.0
89.0
Pala
121
121
191
14.0
15.0
31.0
Nilam
2,631
2,177
2,456
371.0
273.0
312.0
Kapulaga
Kakao
2,609
3,050
4,379
354.0
392.0
846.0
LAPORAN AKHIR
II - 12
Tabel 2.6
Jenis Tanaman, Luas Panen dan Jumlah Produksi Pertanian Tanaman di Nias
Luas Panen (Ha)
No.
Jenis Tanaman
2000
2001
2002
2000
2001
2002
Padi sawah
29,835
27,158
28,760
108,493
98,999
108,538
Padi Ladang
1,418
845
2,585
2,741
1,655
5,227
Jagung
302
384
629
429
557
966
Ketela Pohon
1,822
1,608
1,253
16,159
14,604
11,286
Ketela Rambat
157
1,466
1,231
13,869
13,296
11,232
Kacang Kedele
40
20
37
45
25
51
Kacang Tanah
176
193
212
184
221
257
Kacang Hijau
181
127
138
181
136
161
LAPORAN AKHIR
II - 13
GAMBAR 2.6
PENGGUNAAN LAHAN
Silima Banua
KEC.TUHEMBERUA
Toyolawa
Lahewa
Lotu
KEC.LAHEWA
Idanogawo KEC.LOTU
KEC. AFULU
Awa`ai
KEC.NAMOHALU ESIWA
Iraonolase
Namohalu
KEC.GUNUNGSITOLI
Afulu
GUNUNG SITOLI
Afulu
Fadoro Lauru
Ombolata
Faecheo
Miga
KEC. ALASA
P. WUNGA
KEC.HILIDUHO
Botom Bawo
KEC.GIDO
Tetehasi I
Hiliweto
KEC. MANDREHE
Lolofitu
Hili Sebuadunia
Tetehosi
Fadoro
Bosihona
KEC.IDANO GAWO
Letehosi
KEC.LOLOFITU MOI
KEC.SIROMBU
Holi
Tetesua
Bawolato
Hiliotalua
KEC.BAWOLATO
KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA
Lolowa'u
Orahili
KEC.GOMO
Gomo
KEC.LAHUSA
Amandraya
Helezalulu
Hilisimaetano
KEC.AMANDRAYA
Hiliaru dua
Bawolalusa
Bawaluo
KEC.TELUK DALAM
Bawodo Bara
LAPORAN AKHIR
II - 14
Tabel 2.7
Jumlah Wisatawan Yang Berkunjung
Tahun 2000-2004
Wisatawan
Bulan
Jumlah
Asing
Domestik
Januari
70
780
850
Februari
107
557
664
Maret
244
288
532
April
395
219
614
Mei
483
139
622
Juni
598
196
794
Juli
533
1,570
2,103
Agustus
488
1,422
1,910
September
386
266
652
Oktober
137
285
462
Nopember
96
649
747
Desember
26
2,321
2,347
3,563
8,692
12,297
Jumlah
LAPORAN AKHIR
II - 15
Tabel 2.8
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Nias Tahun Dasar 1993
(Juta Rupiah)
Tahun
[1]
[2]
[3]
1993
599.309,31
599.309,31
1994
741.457,17
682.524,46
19 9 5
878.450,11
754.144,70
1996
1.008.447,35
807.989,09
1997
1.145.386,64
834.873,21
1998
1.715.119,11
751.349,14
1999
1.966.163,23
801.294,00
2000
2.241.959,10
831.204,36
2 0 0 1*)
2.418.769,36
833.146,30
2 0 0 2 **)
2.624.266,13
860.390,85
LAPORAN AKHIR
II - 16
Tabel 2.9
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Sumatera Utara dan Kab. Nias
1994 - 2002
Tahun
Kab Nias
Sumatera
Indonesia
1994
13.89
9.48
7.54
19 9 5
10.49
9.09
8.22
1996
7.14
9.01
7.82
1997
3.33
5.70
4.91
1998
(0.37)
(10.50)
(13.13)
1999
6.65
2.59
0.85
2000
3.73
4.83
4.84
2 0 0 1 *)
0.15
3.65
3.32
2 0 0 2 *)
3.27
4.05
3.38
LAPORAN AKHIR
II - 17
Tabel 2.10
Ruas Jalan Propinsi Sumatera Utara
Di Kabupaten Nias dan Nias Selatan
NO.
NOMOR
LINK
STA
PANJANG
(KM)
075.1
000 039
39,00
075.2
Tetehosi Lahusa
039 080
41,00
075.3
080 108
28,00
076
Miga Lolowau
006 065
55,84
077
065 120
62,90
078
Lolowau Sirombu
065 090
25,25
079
G. Sitoli Tuhemberua
000 035
35,00
079.1
Tuhemberua Lahewa
035 087
52,00
079.3
Lahewa Afulu
087 109
22,00
10
103
109 Sirombu
66,00
JURUSAN / RUAS
426,99
LAPORAN AKHIR
II - 18
GAMBAR 2.7
PETA JARINGAN JALAN PROPINSI
Silima Banua
KEC.TUHEMBERUA
Toyolawa
Lahewa
Lotu
KEC.LAHEWA
Idanogawo KEC.LOTU
KEC. AFULU
Awa`ai
KEC.NAMOHALU ESIWA
Iraonolase
Namohalu
KEC.GUNUNGSITOLI
Afulu
GUNUNG SITOLI
Afulu
Fadoro Lauru
Ombolata
Faecheo
Miga
KEC. ALASA
P. WUNGA
KEC.HILIDUHO
Botom Bawo
KEC.GIDO
Tetehasi I
Hiliweto
KEC. MANDREHE
Lolofitu
Hili Sebuadunia
Tetehosi
Fadoro
Bosihona
KEC.IDANO GAWO
Letehosi
KEC.LOLOFITU MOI
KEC.SIROMBU
Holi
Tetesua
Bawolato
Hiliotalua
KEC.BAWOLATO
KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA
Lolowa'u
Orahili
KEC.GOMO
Gomo
KEC.LAHUSA
Amandraya
Helezalulu
Hilisimaetano
KEC.AMANDRAYA
Hiliaru dua
Bawolalusa
Bawaluo
KEC.TELUK DALAM
Bawodo Bara
LAPORAN AKHIR
II - 19
Tabel 2.11
Jumlah Penumpang dan Bongkar Muat Barang Melaui Pelabuhan
di Nias Th 1998 - 2002
Nama
Pelabuhan
1. Pulau Tello
Penumpang
2001
- Datang
2,781
1,515
- Berangkat
1,632
933
7,294
4,342
5,971 - Muat
5,961
6,025
7,031 - Bongkar
- Datang
- Berangkat
- Berangkat
4. G.Sitoli
5. Lahewa
2002
Barang
2000
3. Sirombu
Tahun
Tahun
2000
2001
2002
- - Muat
7,588
6,509
- - Bongkar
7,937
5,691
10,222
7,760
8,409
9,335
9,985
10,065
- - Muat
175
747
- - Bongkar
343
71
*
31,816
- Datang
27,608
31,057
- Berangkat
80,955
97,764 101,448
- Datang
2,025
612
- Berangkat
1,452
1,422
Jumlah
153 - Muat
7,322
3,965
1,922
557 - Bongkar
6,021
3,022
1,672
LAPORAN AKHIR
II - 20
Tabel 2.12
Jumlah Penumpang dan Keluar Masuk Barang Melaui
Bandara Binaka Gunung Sitoli Th 2002
Bulan
Penumpang
Datang Berangkat
Barang Masuk
Bagasi Cargo
Barang Keluar
Bagasi Cargo
Januari
219
285
1,855
663
2,103
809
Pebruari
190
187
1,585
397
1,635
395
Maret
234
239
2,020
583
1,556
489
April
177
217
1,460
662
1,674
643
Mei
247
298
2,741
828
3,091
790
Juni
213
222
2,359
670
1,532
473
Juli
227
275
1,773
615
2,429
438
Agustus
281
283
2,696
348
2,591
326
September
246
310
1,836
595
2,367
477
Oktober
299
307
2,170
800
2,692
587
Nopember
212
215
1,580
1,117
1,692
471
Desember
236
272
1,947
297
2,152
447
2,781
3,110
24,022
7,575
25,514
6,345
Jumlah
LAPORAN AKHIR
II - 21
2.2
Pengembangan Wilayah
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (PP No. 47 Tahun 1997), Pulau Nias
merupakan kawasan andalan. Dalam hal ini, kawasan andalan adalah bagian dari kawasan
budidaya yang berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan
kawasan di sekitarnya. Sektor unggulan yang terdapat di Pulau Nias adalah perkebunan dan
pariwisata. Penggunaan lahan di Pulau Nias didominasi oleh perkebunan. Selain itu, potensi
alam di Pulau berupa keindahan alam dan pantainya merupakan potensi unggulan yang
dimiliki oleh daerah tersebut. Begitu juga, dengan suku budaya yang unik menambah daya
tarik Pulau Nias untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Dalam
rencana tersebut, Pulau Nias memiliki Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Gunung Sitoli yang
berada di bagian timur laut Pulau Nias. Pusat kegiatan wilayah adalah kota sebagai pusat
jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten. Apabila
dilihat kondisi saat ini, Gunung Sitoli memiliki fasilitas skala regional yaitu dengan adanya
pelabuhan dan bandara yang menghubungkan Pulau Nias dengan Pulau Sumatera.
Selain itu, tercantum pula Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Pulau Nias yaitu Teluk Dalam yang
berada di bagian selatan Pulau Nias. Pusat kegiatann lokal adalah kota sebagai pusat jasa,
pusat pengolahan dan simpul transpotasi yang mempunyai pelayanan satu kabupaten atau
beberapa kecamatan.
Didalam RTRWN disebutkan bahwa pulau dianggap sebagai entity yang sangat penting
dalam pengembangan wilayah. Wilayah pulau dipandang sebagai representasi dari suatu
wilayah, penduduk, dan pola pergerakan secara nasional maupun di dalam intrapulau
tersebut. Arahan pengembangan wilayah pulau akan memberikan arahan lebih mendalam
terhadap Indonesia dan wilayahnya, pola pergerakan, pola interaksi kewilayahan, potensi
sumber daya alam dan manusianya, kawasan-kawasan andalan kawasan lindung, budidaya
dan kawasan tertentu lainnya. Pada tingkatan pulau ini pengembangan kewilayahan
dilakukan, maka dengan demikian potensi daerah akan berkembang jauh lebih besar.
Penentuan pusat kegiatan nasional akan didasarkan pada strategis pulau, termasuk dalam
hal ini penentuan pusat kegiatan wilayah dan lokal. Potensi sumber daya alam dan manusia,
kawasan andalan, pola pergerakan akan digambarkan lebih mendalam guna pengembangan
wilayah berbasis pulau. Karakteristik pengembangan pulau akan ditentukan oleh beberapa
kawasan andalan yang dimiliki oleh pulau nias.Kebijaksanaan dasar Pulau Nias yang
berkaitan dengan pengembangan jaringan transportasi ditujukan untuk meningkatkan
kesatuan pengembangan kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan pengembangan prasarana
wilayah dengan memperhatikan kemampuan daya dukung wilayah.
2.3
LAPORAN AKHIR
II - 22
Pensupply bahan baku untuk kegiatan agroindustri, terutama bahan baku karet.
Kawasan pengumpul hasil perkebunan maupun pertanian dan kecamatankecamatan lainnya denga potensi pelabuhan bongkar muat barang setelah Gunung
Sitoli.
Kawasan yang memberi daya tarik wisatawan untuk berkunjung, dengan potensi
wisata berupa keindahan alam, rumah tradisionil, benda-benda kuno, tempat
bersejarah, gua dan mata air panas.
Pengumpul dan pendistribusi hasil perkebunan dan pertanian dari daerah belakang
(hinterland).
Permasalahan utama dalam pengembangan SWP V ini adalah sarana transportasi laut,
dimana sering terkendala dengan badai pada bulan-bulan tertentu dan tidak masuk
dalam kajian studi yang dilaksanakan.
LAPORAN AKHIR
II - 23
GAMBAR 2.8
PEMBAGIAN SWP PULAU NIAS
Silima Banua
KEC.TUHEMBERUA
Toyolawa
Lahewa
Lotu
KEC.LAHEWA
Idanogawo KEC.LOTU
KEC. AFULU
Iraonolase
Afulu
Awa`ai
KEC.NAMOHALU ESIWA
Namohalu
SW P I
Afulu
KEC.GUNUNGSITOLI
GUNUNG SITOLI
Fadoro Lauru
Ombolata
KEC. ALASA
P. WUNGA
KEC.HILIDUHO
Faecheo
Miga
SW P I I
Botom Bawo
KEC.GIDO
Tetehasi I
Hiliweto
KEC. MANDREHE
Lolofitu
Hili Sebuadunia
Tetehosi
Fadoro
SW P I I I
Bosihona
KEC.IDANO GAWO
Letehosi
KEC.LOLOFITU MOI
KEC.SIROMBU
Holi
Tetesua
Bawolato
Hiliotalua
KEC.BAWOLATO
KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA
Lolowa'u
Orahili
KEC.GOMO
Gomo
SW P I V
Amandraya
KEC.LAHUSA
Helezalulu
Hilisimaetano
KEC.AMANDRAYA
Hiliaru dua
Bawolalusa
Bawaluo
KEC.TELUK DALAM
Bawodo Bara
SW P V
LAPORAN AKHIR
II - 24
3.1
Pendekatan Penanganan
Pendekatan yang dilakukan untuk melaksanakan kegiatan Studi Kelayakan Jalan Lintas
Utara-Selatan Nias diawali dengan melakukan identifikasi terhadap sasaran/tujuan yang
hendak dicapai dari pekerjaan ini. Langkah berikut setelah diketahui sasaran/tujuan yang
hendak dicapai, dilakukan identifikasi kebutuhan data lapangan yang dilakukan melalui
survai data sekunder.
Suatu konsep akan menentukan arah dan tujuan yang hendak dicapai dalam menyelesaikan
masalah. 0leh sebab itu, untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan Studi
Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias digunakan dasar pertimbangan, yaitu:
a. Arah Pembangunan Sistem Tranportasi Nasional
b. Kebijakan Daerah dalam Pengembangan Sistem Transportasi
c. Konsep Pengembangan Sistem Transportasi
Lepas dari pendekatan yang digunakan, Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias
akan ditujukan untuk:
a. Mendukung potensi daerah dan perkembangan wilayah-wilayah andalan perekonomian
Pulau Nias.
b. Mendukung perkembangan industri dan sektor perekonomian bagi Pulau Nias.
c. Memenuhi kebutuhan pengembangan transportasi jalan raya Pulau Nias di masa
mendatang.
d. Memberikan kemudahan akses bagi pemerintah dan masyarakat untuk melaksanakan
fungsi-fungsi sosial, administrasi dan pertahanan keamanan.
e. Sebagai moda angkutan masa mendatang
Kebutuhan data guna menunjang analisis untuk aspek lalu lintas, kondisi jalan, geometrik
jalan, struktur jalan, daya dukung tanah, maupun kebutuhan pembebasan lahan akan
dilakukan pengumpulan data dengan melakukan survai Investigasi/lapangan.
Data yang terkumpul akan digunakan untuk membuat pemodelan transportasi dengan
mempertimbangkan sosial ekonomi masyarakat. Pemedolen dilakukan untuk melakukan
peramalan permintaan transportasi pada masa mendatang dengan melakukan berbagai
asumsi-asumsi.
Pengembangan jaringan jalan akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan multi
kriteria dengan mempertimbangkan seluruh aspek yang akan dipertimbangkan termasuk
evaluasi ekonomi.
Hasil proses multi kriteria akan dilakukan proses prioritas dengan memberikan penilaian
pembobotan untuk mengetahui perankingan pada masing-masing alternatif. Alternatif yang
mendapatkan skala prioritas, akan dilakukan penyusunan program pentahapan
pembangunannya.
LAPORAN AKHIR
III - 1
Gambar 3.1
Pendekatan Penanganan Pekerjaan
Sasaran / Tujuan
Survai Lapangan:
a. Jaringan Jalan
b. Lalu lintas
c. Tanah
d. Topografi
Kajian Kondisi
Lingkungan
Identifikasi Masalah
Kondisi
Sosial Ekonomi
Skenario Pengembangan
Jaringan Jalan
Biaya Transportasi
Evaluasi Ekonomi
Program Prioritas
Pentahapan Program
Pembangunan
LAPORAN AKHIR
III - 2
3.2
Metode Pelaksanaan
Secara umum pekerjaan dibagi menjadi 4 (empat) tahap. Tahap-tahap tersebut
menunjukkan urutan waktu serta lingkup aktivitas yang harus dikerjakan. Setiap tahapan
memiliki target pekerjaan yang harus diselesaikan. Dengan memperhatikan keterbatasan
waktu yang diberikan serta karakteristik dari pekerjaan yang harus dilakukan, maka targettarget tersebut dapat dicapai secara paralel tanpa mengurangi kualitas hasil pekerjaan.
RTRW, RURTK, RIK (Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten, Rencana Induk
Kecamatan);
Pada tahap ini juga dilakukan kegiatan-kegiatan mobilisasi tenaga ahli, persiapan fasilitas
perkantoran, menyusun program kerja, persiapan survai lapangan dan menyelesaikan
masalah teknis dan administratip.
LAPORAN AKHIR
III - 3
kondisi topografi/geologi/hidrologi;
utilitas bawah tanah yang ada;
statistik regional;
tata guna lahan; dan data terkait lainnya.
Berdasarkan hasil survai pendahuluan, Konsultan akan melakukan evaluasi singkat data
sekunder yang terkumpul serta menyusun langkah-langkah selanjutnya untuk tahap analisa
lebih lanjut. Uraian ringkas akan disajikan di dalam Laporan Pendahuluan yang melaporkan
mengenai kondisi umum lokasi proyek dan metodologi tahapan-tahapan pekerjaan di dalam
Studi Kelayakan.
3.2.2.1 Survai Lalu Lintas
Survai Lalu lintas akan dilaksanakan berdasarkan hal-hal berikut ini:
- Perhitungan lalu-lintas selama 1 x 16 jam pada lokasi yang diusulkan oleh konsultan dan
disetujui oleh Pemberi Kerja
- Survai Inventarisasi / kondisi jalan
- Survai terkait lainnya yang diperlukan untuk menyiapkan Desain Teknis Awal (Preliminary
Engineering Desin) di dalam Studi Kelayakan ini.
a. Survai Perhitungan Lalu lintas (LHR)
Suvai ini dilakukan untuk mendapatkan data lalulintas (LHR) pada ruas jalan/jembatan
yang disurvai, yaitu pada lokasi yang diusulkan oleh konsultan dan disetujui oleh
Pemberi Kerja. Data yang diperoleh dari pelaksanaan survai tersebut meliputi:
- Volume kendaraan
- Klasifikasi kendaraan
- Frekuensi kendaraan
- Arah perjalanan
Perhitungan lalu lintas dilakukan dengan cara mencacah/menghitung kendaraan yang
lewat pada pos-pos survai yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Pengelompokan jenis kendaraan dalam pelaksanaan survai lalu lintas meliputi jenis
kendaraan yang dijabarkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Pembagian Jenis Kendaraan
No
1.
Jenis
Mobil
Penumpang
2.
3.
4.
Truck Sedang
5.
Truck
6.
Sepeda Motor
LAPORAN AKHIR
Deskripsi
Kendaraan bermotor beroda empat yang dipergunakan
sebagai angkutan penumpang dengan maksimum 10 orang
termasuk pengemudi, seperti sedan, stasion wagon, jeep,
combi.oplet, mini bus dan suburban.
Yang termasuk golongan ini adalah semua kendaraan yang
digunakan sebagai angkutan penumpang dengan jumlah
tempat duduk yang disediakan untuk 20 orang atau lebih
termasuk supir.
Yang termasuk golongan ini adalah semua kendaraan
bermotor roda empat (kecuali Truck) yang dipakai untuk
angkutan barang berat total < 2,5 Ton
Yang termasuk golongan ini adalah semua kendaraan
bermotor roda empat (kecuali Truck) yang dipakai sebagai
angkutan barang dengan tonase < 2,5 Ton
Yang termasuk golongan ini adalah semua kendaraan
bermotor roda empat atau lebih dengan tonase > 2,5 Ton
(Truck dengan 2 as, 3 as, dan truk tangki) .
Adalah kendaraan bermotor roda 2 (dua)
III - 4
lingkungan
yang
berpotensi
LAPORAN AKHIR
III - 5
3.2.3
LAPORAN AKHIR
III - 6
Gambar 3.2
Bagan Alir Pemodelan Transportasi Empat Tahap
Data jaringan
jalan
Biaya perjalanan
antar zona
( k
ibilit )
Model bangkitan
perjalanan
Produksi perjalanan
(trip ends) per zona
Model sebaran
perjalanan
MAT antar zona
Karakteristik moda
Karakteristik pelaku
perjalanan
Model pemilihan
moda perjalanan
MAT setiap moda
Karakteristik rute/ruas
Model pemilihan
rute perjalanan
Indikator lalu lintas
Kemantapan Jalan
Dalam hal ini Departemen Kimpraswil memiliki definisi mengenai tujuan penanganan
jalan yakni 100 % jalan mantap. Tingkat kemantapan jalan ditentukan oleh dua
kriteria, yakni mantap secara konstruksi dan mantap dalam layanan lalulintas.
Adapun definisi dari masing-masing istilah kemantapan jalan tersebut adalah
sebagai berikut:
(1) Kemantapan Konstruksi Jalan
a. Jalan Mantap Konstruksi adalah jalan dengan kondisi konstruksi di dalam
koridor mantap yang mana untuk penanganannya hanya membutuhkan
pemeliharaan berkala dan bertujuan tidak untuk menambah nilai rutin atau
maksimum struktur konstruksi yang ada.
LAPORAN AKHIR
III - 7
b. Jalan Tak Mantap Konstruksi adalah jalan dengan kondisi di luar koridor
mantap yang mana untuk penanganan minimumnya adalah pemeliharaan
berkala dan maksimum peningkatan jalan dengan tujuan untuk menambah
nilai struktur konstruksi.
(2) Kemantapan Layanan Lalulintas Jalan
a. Jalan Mantap Layanan adalah jalan dengan kondisi lalulintas dalam koridor
mantap yang mana untuk penanganannya tidak diperlukan penambahan
lebar jalan.
b. Jalan Tak Mantap Layanan adalah jalan dengan kondisi lalulintas di luar
konridor mantap yang mana untuk penanganannya diperlukan penambahan
lebar jalan.
A.2
No.
Bidang
Pelayanan
Cakupan
Standar Pelayanan
Kuantitas
Konsumsi/Produksi
Kualitas
Keterangan
1. Jaringan Jalan
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
A. Aspek
Aksesibilitas
B. Aspek
Mobilitas
seluruh
jaringan
seluruh
jaringan
C. Aspek
Kecelakaan
seluruh
jaringan
Indeks
Aksesibilitas
>5
>1.5
>0.5
>0.15
>0.05
Panjang jalan/luas
(km/km2)
Indeks Mobilitas
>5
>2
>1
>0.5
>0.2
Indeks
Kecelakaan 1
Indeks
Kecelakaan 2
panjang jalan/
1000 penduduk
Kecelakaan/
100.000 km. kend.
kecelakaan/
km/
Tahun
Ruas Jalan
Lebar Jalan
Min.
A. Kondisi Jalan
LAPORAN AKHIR
2x7m
7m
6m
4.5m
Kondisi Jalan
sedang; iri < 6; rci
> 6.5
sedang; iri < 6; rci
> 6.5
sedang; iri < 8; rci
> 5.5
sedang; iri < 8; rci
> 5.5
III - 8
No.
Bidang
Pelayanan
B. Kondisi
Pelayanan
Cakupan
Standar Pelayanan
Kuantitas
Konsumsi/Produksi
Kualitas
Fungsi Jalan
Pengguna Jalan
arteri primer
kolektor primer
Lokal primer
arteri sekunder
kolektor
sekunder
Lokal sekunder
Kecepatan
Tempuh Min
25 km/jam
20 km/jam
20 km/jam
25 km/jam
25 km/jam
20 km/jam
Keterangan
SPM di bidang jalan ini dikembangkan dalam sudut pandang publik sebagai
pengguna jalan, dimana ukurannya merupakan common indicator yang diinginkan
oleh pengguna. Basis SPM dikembangkan dari 3 keinginan dasar para pengguna
jalan, yakni:
(1) kondisi jalan yang baik (tidak ada lubang)
(2) tidak macet (lancar sepanjang waktu), dan
(3) dapat digunakan sepanjang tahun (tidak banjir waktu musim hujan)
Dalam kaitan ini penyelenggara jalan harus mengakomodir tuntutan publik terhadap
SPM dengan mengikuti norma/kaidah/aspek di bidang investasi jalan, yang meliputi
aspek: efisiensi, efektifitas, ekonomi investasi, dan aspek kesinambungan.
Pada dasarnya item dalam SPM jalan hampir sama dengan kriteria kemantapan
jalan di mana tujuannya adalah memelihara jalan minimal dalam kondisi fisik yang
sedang (indikator IRI), tidak macet (VCR < 0,8), lebar cukup, dan jumlah panjang
jaringan jalan yang mencukupi (aspek aksesibilitas dan mobilitas).
A.3
LAPORAN AKHIR
III - 9
(b) Ruas jalan yang saat ini dalam kondisi sedang ditangani dengan pemeliharaan
berkala,
(c) Ruas jalan yang saat ini dalam kondisi rusak ditangani dengan peningkatan
struktur perkerasan jalan (restructuring), dan
(2) Untuk mencapai target 100% jalan mantap layanan lalulintas, maka ruas jalan
yang saat ini dalam kondisi macet ditangani dengan peningkatan kapasitas atau
pelebaran jalan.
(3) Sedangkan untuk kebutuhan pembangunan jalan baru ditentukan oleh tingkat
aksesibilitas dan mobilitas wilayah dan prediksi kebutuhan jaringan jalan untuk
pengembangan wilayah.
Untuk menentukan kondisi konstruksi jalan Ditjen Bina Marga memanfaatkan
parameter IRI (International Roughness Index) seperti yang disampaikan pada
Tabel 3.3. Sedangkan untuk menentukan kondisi layanan lalulintas, maka kebutuhan
pelebaran jalan hanya diperlukan untuk ruas jalan dengan VCR > 0,8 yang merupakan
batas maksimum di mana lalulintas dapat dikatakan dalam kondisi normal dan stabil.
IRI (m/km)
IRI rata-rata < 4,5
Kebutuhan penanganan
Pemeliharaan rutin
Sedang
Pemeliharaan berkala
Rusak
Peningkatan/Pembangunan jalan
Peningkatan/Pembangunan jalan
Rusak Berat
Macet
Pelebaran jalan
C.2
LAPORAN AKHIR
III - 10
LAPORAN AKHIR
III - 11
Gambar 3.3
Proses Analisis Multi Kriteria
Aspirasi Daerah
(Kab./Kota)
Rencana
pengem-bangan
Analisis SPM dan
kemantapan jalan
Model
transportasi
Expert judgement
Indikator kinerja
Penilaian kinerja
Bobot antar
kriteria
Analisis multi
kriteria (AMK)
Hasil analisis:
Rangking/prioritas pengembangan jaringan jalan
LAPORAN AKHIR
III - 12
Kriteria
Keterangan
Kandidat Variabel
1.a. Kapasitas jalan (smp/jam)
1.b. Volume lalulintas jalan
(kend/hari)
1.c. Efektifitas suplai jalan
(Volume/Capacity)
2.a. Keterpaduan fungsi dan
status jalan (ex: A/K/L,
N/P/K)
2.b. Fungsi penghubung dalam
sistem inter-moda
(kualitatif)
4.a. Sumbangan ruas jalan bagi
aksesibilitas wilayah
(km/km2)
4.b. Sumbangan ruas jalan bagi
mobilitas (km/1000
penduduk)
5.a. Biaya pembangunan jalan
(Rp)
5.b. Biaya pemeliharaan jalan
(Rp)
6.a. Biaya transportasi
pengguna jalan
(Rp/ton/km, Rp/km/pnp)
6.b. PDRB/unit panjang jalan
(Rp/km)
6.c. Kawasan andalan/hirarki
kota (I,II,III) yang
dihubungkan
Fungsi Arus
Pengakomodasian
terhadap kebutuhan
perjalanan orang/barang
Keterpaduan
Jaringan
Keterpaduan dalam
hirarki sistem jaringan
jalan dan dalam jaringan
antar moda
Fungsi
Aksesibilitas
dan mobilitas
Pemerataan
aksesibilitas, koneksitas,
dan mobilitas antar
daerah
Aspek biaya
Ekonomi dan
pengembangan
wilayah
Efisiensi biaya
transportasi jalan dan
dukungan bagi rencana
pengembangan wilayah
LAPORAN AKHIR
III - 13
3.2.4
LAPORAN AKHIR
III - 14
PRESENTASI DATA
4.1
Umum
Data primer yang dikumpulkan dalam studi ini diantaranya adalah data volume lalu lintas
terklasifikasi, data wawancara asal-tujuan angkutan barang, data kondisi jalan. Data ini akan
dapat memberikan gambaran karakteristik lalu lintas, karakteristik kondisi jalan dan kondisi
alternatif lokasi trase jalan dan jembatan akan dibangun. Sesuai dengan arahan untuk kajian
lintasan angkutan barang maka data- data ini akan menjadi dasar yang menunjukkan
besarnya kebutuhan jaringan jalan dan angkutan barang, yang ditunjukkan oleh volume
angkutan barang pada masing masing lokasi.
Survey kondisi jalan telah dilaksanakan pada beberapa jaringan jalan di Kabupaten Nias dan
Nias Selatan, berdasar data survey ini dapat memberikan gambaran karakteristik kondisi
jalan secara umum sebagai bagian jaringan prasarana angkutan barang, kondisi ini perlu
diketahui selain kondisi angkutan barang sendiri dan jenis barang yang akan diangkut.
Sesuai dengan standart survey jalan yang ada Data yang dapat dikumpulkan adalah data
penampang melintang jalan, vertical alignment dan horizontal alignment.
4.2
Sedangkan Sub-Link 079.3 (Lahewa-Afulu), dalam studi ini dikategorikan sebagai bagian
dari Jalan Lintas Barat Pulau Nias.
Dari hasil survey kondisi jalan yang telah dilakukan pada koridor Lahewa Gunung Sitoli
tersebut di atas (Km 0+000 dari Gunung Sitoli), dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut:
1. Sub-Link 079.1: G. Sitoli Tuhemberua (KM O+000 35+000)
Km 0+000 s/d Km 4+500: Lapis permukaan Hot Mix baru/baik dengan lebar bervariasi
antara 6,0 sampai dengan 7,0 meter. Posisi jalan termasuk dalam wilayah kota
Gunung Sitoli, sehingga kiri/kanan jalan ditempati bangunan-bangunan, mulai dari
perkantoran (termasuk Pelabuhan Gunung Sitoli), pertokoan dan rumah-rumah
penduduk. Alinyemen vertikal jalan relatif datar (0, -7%) Ujung ruas jalan adalah
sambungan/peralihan antara Lapis permukaan Hot Mix (lebar 6,0 m) dengan Lapen
(lebar 4,7 m).
LAPORAN AKHIR
IV - 1
Km 4+500 s/d Km 17+000: Lapis Permukaan Lapen, kondisi baik, lebar antara 4,0
sampai dengan 4,7 meter. Lebar bahu kiri/kanan bervariasi antara 0,5 sampai dengan
1,2 meter. Kiri/kanan jalan adalah perkampungan, kebun kelapa, coklat. Alinyemen
vertikal jalan relatif datar.
Km 17+000 s/d Km 21+000: Lapis Permukaan Lapen, kondisi rusak, lebar 4,0 meter.
Lebar bahu kiri/kanan bervariasi antara 0,5 sampai dengan 1,2 meter. Kiri/kanan jalan
adalah perkampungan, kebun kelapa, coklat. Alinyemen vertikal jalan relatif datar.
Ujung ruas jalan adalah persimpangan antara jalan arah Tuhemberua dengan jalan
Kabupaten arah Lotu.
Km 21+000 s/d Km 35+000: Lapis Permukaan Lapen, kondisi baik dan rusak (sedang
dalam perbaikan), lebar antara 3,5 sampai dengan 4,0 meter. Lebar bahu kiri/kanan
bervariasi antara 0,5 sampai dengan 1,2 meter. Kiri/kanan jalan adalah
perkampungan, kebun kelapa, coklat. Alinyemen vertikal jalan relatif datar. Diujung
ruas jalan sebelah kanan terdapat pasar Tuhemberua.
2. Sub-Link 079.2: Tuhemberua Lahewa (KM 35+000 87+000)
Km 35+000 s/d Km 39+000: Lapis permukaan Lapen, bagus, lebar bervariasi antara
3,5 sampai dengan 3,9 meter. Kiri/kanan jalan ditempati pasar, rumah/perkampungan,
kebun. Alinyemen vertikal jalan relatif datar.
Km 39+000 s/d Km 87+000: Lapis permukaan Lapen, kondisi rusak ringan/berat,
lebar antara 3,0 sampai dengan 3,5 meter. Lebar bahu kiri/kanan bervariasi antara 0,0
sampai dengan 1,2 meter. Kiri/kanan jalan adalah perkampungan, kebun kelapa,
coklat. Alinyemen vertikal jalan relatif cukup baik.
4.2.1.2 Jenis Perkerasan
Dari hasil pengamatan secara visual, jenis perkerasan yang terdapat di sepanjang ruas jalan
ini adalah perkerasan lentur/aspal yang terdiri dari konstruksi aggegate sub base dan base
dengan lapis permukaan Lapen. Terlihat retak-retak permukaan dan lubang-lubang pada
permukaan badan jalan.
4.2.2 Koridor Gunung Sitoli Teluk Dalam
4.2.2.1 Kondisi Badan Jalan
Koridor Gunung Sitoli Teluk Dalam merupakan ruas jalan propinsi yang merupakan lintas
timur nias yang menghubungkan ibu Kota kabupaten Nias dengan Kabupaten Nias Selatan
(Teluk Dalam). Panjang ruas jalan ini adalah 108 km, dengan peranannya sebagai jalan
arteri.
Koridor Gunung Sitoli Teluk Dalam (Lintas Timur) dengan Nomor Link 075 ini, terbagi
menjadi tiga sub-link sebagai berikut:
Sub-Link 075.1
Sub-Link 075.2
Sub-Link 075.3
Dari hasil survey kondisi jalan yang telah dilakukan pada koridor jalan tersebut di atas (Km
0+000 dari Gunung Sitoli), dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut:
1. Sub-Link 075.1: Gunung Sitoli Tetehosi (KM O+000 39+000)
Km 0+000 s/d Km 3+000: Lapis permukaan Hot Mix baru/baik dengan lebar bervariasi
antara 5,0 sampai dengan 7,0 meter. Posisi jalan termasuk dalam wilayah kota
Gunung Sitoli, sehingga kiri/kanan jalan ditempati bangunan-bangunan, mulai dari
perkantoran, pertokoan dan rumah-rumah penduduk. Alinyemen vertikal jalan relatif
datar Ujung ruas jalan adalah sambungan/peralihan antara Lapis permukaan Hot Mix
dengan Lapen.
LAPORAN AKHIR
IV - 2
Km 3+000 s/d Km 7+500: Lapis Permukaan Lapen, kondisi baik, lebar antara 4,0
sampai dengan 5,0 meter. Lebar bahu kiri/kanan bervariasi antara 1,0 sampai dengan
1,5 meter. Kiri/kanan jalan adalah perkampungan, kebun/kebun kelapa. Alinyemen
vertikal jalan relatif datar. Kurang-lebih pada Km 6+000 (Miga/kota kecamatan),
terdapat simpang tiga arah ke Tetehosi dan arah ke Lolowau/Teluk Dalam (Koridor
Tengah).
Km 7+500 s/d Km 16+000: Lapis Permukaan Lapen, kondisi secara umum baik, lebar
antara 4,0 sampai dengan 4,5 meter. Kiri/kanan jalan adalah laut, perkampungan,
kebun/kebun kelapa. Alinyemen vertikal jalan relatif datar Pada Km 7+500 s/d 7+950,
jalan melalui pinggir pantai dengan kiri jalan adalah laut dan kanan jalan adalah
tebing/bukit cadas terjal, tidak ada bahu. Kondisi jalan lubang-lubang, Alinyemen
vertical memiliki grid antara 2-6%.
Km 16+000 s/d Km 18+000: Lapis Permukaan Lapen, kondisi rusak/lubang-lubang,
lebar 4,0 meter. Lebar bahu kiri/kanan bervariasi antara 0,0 sampai dengan 1,2 meter.
Kiri/kanan jalan adalah rumah, kebun kelapa. Alinyemen vertikal jalan relatif datar.
Km 18+000 s/d Km 20+000: Lapis Permukaan Lapen, kondisi baik, lebar 4,0 meter.
Lebar bahu kiri/kanan bervariasi antara 0,0 sampai dengan 1,2 meter. Kiri/kanan jalan
adalah rumah, kebun kelapa. Alinyemen vertikal jalan relatif datar.
Km 20+000 s/d Km 30+500: Lapis Permukaan Lapen, kondisi rusak/lubang-lubang,
lebar 4,0 meter, tidak ada bahu. Kiri/kanan jalan adalah rumah, kebun kelapa, bukit.
Alinyemen vertikal jalan relatif datar.
Km 30+500 s/d Km 36+000: Lapis Permukaan Hot Mix baru/baik, lebar 4,0 meter.
Lebar bahu kiri/kanan bervariasi antara 0,8 sampai dengan 1,2 meter. Kiri/kanan jalan
adalah rumah, kebun, kebun kelapa. Alinyemen vertikal jalan relatif datar/baik (grid
antara 1%-7%). Diujung ruas jalan ini terdapat Jembatan Gawo (rangka baja) dengan
kondisi salah satu pilarnya roboh akibat gempa.
Km 36+000 s/d Km 39+000: Lapis Permukaan Lapen, kondisi rusak/lubang-lubang,
lebar 4,0 meter, Lebar bahu kiri/kanan bervariasi antara 0,0 sampai dengan 1,2 meter.
Kiri/kanan jalan adalah rumah, kebun, kebun kelapa. Alinyemen vertikal jalan relatif
datar. Menjelang akhir ruas jalan ini, lapis Permukaan Hot Mix baru/baik, lebar 4,0
meter.
2. Sub-Link 075.2: Tetehosi Lahusa (KM 39+000 82+000)
Dominasi lapis permukaan Hot Mix baru/baik, lebar 4,0 meter. Lebar bahu kiri/kanan
bervariasi antara 0,8 sampai dengan 1,2 meter. Kiri/kanan jalan adalah perkampungan,
pasar, kebun (pisang, kopi kelapa), sawah. Alinyemen vertikal jalan relatif datar.
3. Sub-Link 075.3: Lahusa Teluk Dalam (KM 82+000 118+000)
Km 82+000 s/d Km 108+000: Dominasi lapis permukaan Hot Mix baru/baik, lebar 5,0
meter. Lebar bahu kiri/kanan bervariasi antara 0,0 sampai dengan 1,0 meter.
Kiri/kanan jalan adalah laut, kebun. tebing. Trace jalan melalui kaki bukit, berkelokkelok dengan grid 4-8%.
Km 108+000 s/d Km 118+000 (Tugu Kota Teluk Dalam): Lapis Permukaan Lapen,
kondisi baik, lebar antara 4,0 sampai dengan 5,0 meter. Lebar bahu kiri/kanan
bervariasi antara 1,0 sampai dengan 1,5 meter. Kiri/kanan jalan adalah
perkampungan, kebun/kebun kelapa, rumah, pertokoan. Alinyemen vertikal jalan relatif
datar.
4.2.2.2 Jenis Perkerasan
Dari hasil pengamatan secara visual, jenis perkerasan yang terdapat di sepanjang ruas jalan
ini adalah perkerasan lentur/aspal yang terdiri dari konstruksi aggegate sub base dan base
dengan lapis permukaan Lapen dan pada beberapa segmen terlihat lapis permukaan Hot
Mix baru.
LAPORAN AKHIR
IV - 3
LAPORAN AKHIR
IV - 4
Daftar ruas jalan Propinsi dan Jembatan di Pulau Nias seperti terlihat dalam tabel-tabel
berikut:
Tabel 4.2
DAFTAR RUAS JALAN PROPINSI SUMATERA UTARA
DI KABUPATEN NIAS DAN NIAS SELATAN
NO.
NOMOR
LINK
STA
PANJANG
(KM)
075.1
000 - 039
39,00
075.2
Tetehosi Lahusa
039 - 080
41,00
075.3
080 - 108
28,00
076
Miga - Lolowau
006 - 065
55,84
077
065 - 120
62,90
078
Lolowau Sirombu
065 - 090
25,25
079
G. Sitoli - Tuhemberua
000 - 035
35,00
079.1
Tuhemberua - Lahewa
035 - 087
52,00
079.3
Lahewa Afulu
087 - 109
22,00
10
103
109 - Sirombu
66,00
JURUSAN / RUAS
426,99
Tabel 4.3
KONDISI JALAN PROPINSI DI KABUPATEN NIAS DAN NIAS SELATAN
PASCA GEMPA BUMI 28 MARET 2005
(Terhitung mulai bulan Januari 2006)
NO.
NOMOR
LINK
075.1
JURUSAN / RUAS
KONDISI (STA)
BAIK
RUSAK RINGAN
RUSAK BERAT
012+000 - 037+000
000+000 - 012+000
075.2
Tetehosi - Lahusa
037+000 - 080+000
075.3
080+000 - 010+500
000+000 - 012+000
076
Miga - Lolowau
006+000 - 008+200
000+000 - 012+000
028+200 - 012+000
077
065+000 - 072+000
078
Lolowau - Sirombu
065+000 - 061+200
061+200 - 090+000
079
G. Sitoli - Tuhemberua
000+000 - 010+000
010+000 - 035+000
079.1
Tuhemberua - Lahewa
035+000 - 059+700
059+700 - 087+000
079.3
Lahewa - Afulu
087+000 - 090+000
090+000 - 109+000
10
103
LAPORAN AKHIR
IV - 5
Tabel 4.4
DAFTAR RUAS JALAN PROPINSI
YANG SUDAH/SEDANG/AKAN DILAKSANAKAN BRR
PEMBANGUNAN FISIK T.A 2005 & 2006
NO.
I.
1.1
Jln. Diponegoro
1.2
Jln. Sudirman
STA
LINK
EFEKTIF
(M)
KETERANGAN
076
000+575 002+000
1,425
002+000 003+500
1,500
000+000 000+050
50
000+050 000+550
500
1.3
Jln. Gomo
000+000 000+450
450
1.4
Jln. Sirao
000+000 000+075
75
000+075 000+550
475
4,365
1.5
008+200 089+800
065+050 066+500
077
7,000
079
8,000
081+200 081+800
083+500 083+500
090+800 090+900
095+100 095+300
098+200 098+300
120+000 120+200
123+100 123+500
126+850 130+000
130+000 (+500)
3
000+000 000+300
000+300 001+550
001+550 001+600
001+600 004+500
021+100 024+550
II.
O79
078
(Multi Year)
Struktur Beton
Struktur Beton
Sumber: Kantor BRR Jl. Dipenogoro 273 dan Kantor BRR Km-1 (G. Sitoli-Lahewa), G. Sitoli Kab. Nias
LAPORAN AKHIR
IV - 6
Tabel 4.5
DAFTAR JEMBATAN
RUAS JALAN GUNUNG SITOLI TELUK DALAM
(LINK 075 / LINTAS TIMUR)
NO.
NAMA JEMBATAN
KM
BANGUNAN ATAS
KM 00+600
Beton Bertulang
KM 05+900
Beton Bertulang
KM 06+070
Beton Bertulang
KM 06+400
Gelagar Besi
KM 11+380
Rangka Baja
KM 12+400
Gelagar Besi
KM 15+100
Gelagar Besi
KM 16+700
Box Culvert
KM 20+200
Beton Bertulang
10
KM 24+900
Beton Bertulang
11
KM 29+500
Beton Bertulang
12
KM 30+600
Rangka Baja
13
KM 33+900
Box Culvert
14
KM 35+600
Beton Bertulang
15
KM 36+150
Rangka Baja
16
KM 38+500
Rangka Baja
17
KM 39+030
Rangka Baja
18
KM 48+500
Rangka Baja
19
KM 49+500
Rangka Baja
20
KM 51+500
Beton Bertulang
21
KM 54+250
Beton Bertulang
22
KM 56+100
Beton Bertulang
23
KM 56+250
Beton Bertulang
24
KM 59+600
Beton Bertulang
25
KM 63+000
Beton Bertulang
26
KM 67+500
Rangka Baja
27
KM 70+225
Beton Bertulang
28
KM 79+500
Rangka Baja
29
KM 87+500
Rangka Baja
30
KM 96+500
Rangka Baja
31
KM 102+000
Bailey
32
KM 106+500
Gelagar Besi
KET
LAPORAN AKHIR
IV - 7
Tabel 4.6
DAFTAR JEMBATAN
RUAS JALAN GUNUNG SITOLI KM 6+00 LOLOWAU KM 65+00
(LINK 076 / LINTAS TENGAH)
NO.
NAMA JEMBATAN
KM
BANGUNAN ATAS
KM 10+500
Beton Bertulang
KM 30+100
Beton Bertulang
KM 30+800
Bailey
KM 31+150
Beton Bertulang
KM 31+300
Beton Bertulang
KM 31+800
Beton Bertulang
KM 32+400
Gelagar Besi
KM 32+600
Gelagar Besi
KM 33+900
Beton Bertulang
10
KM 54+100
11
KM 62+250
Bailey
KET
Tabel 4.7
DAFTAR JEMBATAN
RUAS JALAN LOLOWAU KM 65+00 TELUK DALAM
(LINK 077 / LINTAS BARAT)
NO.
NAMA JEMBATAN
KM
BANGUNAN ATAS
KM 69+600
Gelagar Besi
KM 70+168
Gelagar Besi
KM 73+165
Bailey
KM 73+611
Gelagar Besi
KM 76+250
Bailey
KM 80+169
Gelagar Besi
KM 86+587
Gelagar Besi
KM 89+600
Gelagar Besi
KM 90+788
Gelagar Besi
10
KM 91+986
Gelagar Besi
11
KM 93+398
Gelagar Besi
12
KM 95+809
Gelagar Besi
13
KM 99+768
Bailey
LAPORAN AKHIR
KET
IV - 8
NO.
NAMA JEMBATAN
KM
BANGUNAN ATAS
14
KM 103+150
Gelagar Besi
15
KM 103+320
Gelagar Besi
16
KM 105+850
Bailey
17
KM 107+001
Bailey
18
KM 108+573
Gelagar Besi
19
KM 108+791
Beton Bertulang
20
KM 112+081
Beton Bertulang
21
KM 112+181
Gelagar Besi
22
KM 114+000
Beton Bertulang
23
KM 114+800
Gelagar Besi
24
KM 115+100
Gelagar Besi
25
KM 117+000
Beton Bertulang
KET
Tabel 4.8
DAFTAR JEMBATAN
RUAS JALAN LOLOWAU KM 65+00 SIROMBU
(LINK 078 / LINTAS BARAT)
NO.
NAMA JEMBATAN
KM
BANGUNAN ATAS
KM 69+720
Bailey
KM 70+547
Gelagar Besi
KM 74+151
Gelagar Besi
KM 75+550
Gelagar Besi
KM 76+522
Gelagar Besi
KM 77+790
Gelagar Besi
KM 79+289
Gelagar Besi
KM 83+833
Bailey
KM 86+000
Kayu
10
KM 87+000
Beton Bertulang
KET
LAPORAN AKHIR
IV - 9
Tabel 4.9
DAFTAR JEMBATAN
RUAS JALAN GUNUNG SITOLI LAHEWA AFULU
(LINK 079 / LINTAS UTARA)
NO.
NAMA JEMBATAN
KM
BANGUNAN ATAS
KM 00+760
Beton Bertulang
KM 04+000
Beton Bertulang
KM 06+770
Gelagar Besi
KM 09+900
Beton Bertulang
KM 11+000
Gelagar Besi
KM 12+600
Beton Bertulang
KM 14+010
Gelagar Besi
KM 15+687
Gelagar Besi
KM 16+350
Gelagar Besi
10
KM 16+777
Box Culvert
11
KM 18+970
Gelagar Besi
12
KM 20+930
Rangka Baja
13
KM 24+451
Beton Bertulang
14
KM 25+687
Gelagar Besi
15
KM 26+900
Gelagar Besi
16
KM 27+700
Gelagar Besi
17
KM 28+000
Gelagar Besi
18
KM 32+815
Gelagar Besi
19
KM 33+150
Gelagar Besi
20
KM 34+990
Gelagar Besi
21
KM 36+779
Gelagar Besi
22
KM 36+820
Gelagar Besi
23
KM 37+305
Gelagar Besi
24
KM 38+120
Gelagar Besi
25
KM 38+900
Gelagar Besi
26
KM 40+345
Gelagar Besi
27
KM 42+455
28
KM 54+380
Gelagar Besi
29
KM 57+170
Bailey
30
KM 63+380
Bailey
31
KM 64+820
Box Culvert
32
KM 67+680
Bailey
LAPORAN AKHIR
KET
IV - 10
NO.
NAMA JEMBATAN
KM
BANGUNAN ATAS
33
KM 68+420
Bailey
34
KM 70+500
Gelagar Besi
35
KM 72+190
Bailey
36
KM 75+860
Bailey
37
KM 81+394
Bailey
38
KM 86+200
Kayu
39
KM 86+500
Gelagar Besi
40
KM 86+800
Kayu
41
KM 93+200
Gelagar Besi
42
KM 93+400
Gelagar Besi
43
KM 93+600
Gelagar Besi
44
KM 93+800
Gelagar Besi
45
KM 93+900
Gelagar Besi
46
KM 94+095
Gelagar Besi
47
KM 95+095
Gelagar Besi
KET
4.3
Arah
1.
Masuk
2.
Keluar
Pick
Up
Truk
Sedang
Truk
Besar
Kend.
Pribadi
Sepeda
Motor
Angkot
Bis
Sedang
28
31
11
25
78
14
21
24
32
54
12
Total
Total
LAPORAN AKHIR
IV - 11
No
Arah
1.
Masuk
2.
Keluar
Pick
Up
Truk
Sedang
Truk
Besar
Kend.
Pribadi
Sepeda
Motor
Angkot
Bis
Sedang
52
31
18
27
78
21
38
32
32
54
18
Total
Total
No
Arah
1.
Masuk
2.
Keluar
Pick
Up
Truk
Sedang
Truk
Besar
Kend.
Pribadi
Sepeda
Motor
Angkot
Bis
Sedang
28
31
11
25
37
21
24
32
48
12
Total
Total
LAPORAN AKHIR
IV - 12
4.4
4.5
LAPORAN AKHIR
IV - 13
5.1
LAPORAN AKHIR
V-1
LAPORAN AKHIR
V-2
5.2
Alternatif Trase
Berdasarkan pada pengamatan lapangan serta kondisi eksisting jaringan jalan yang ada,
rencana jalan lintas utara-selatan Pulau Nias dikembangkan dengan beberapa alternatif
jaringan jalan. Alternatif jaringan lintas utara-selatan ini dikembangkan dari beberapa kriteria.
Kriteria-kriteria tersebut antara lain:
Mengakomodir pertumbuhan wilayah yang ada di Pulau Nias;
Memaksimalkan fungsi jalan sebagai prasarana penghubung serta meningkatkan
aksesibilitas bagi masyarakat;
Memaksimalkan jaringan jalan yang telah ada khususnya pada trase jalan yang telah ada;
Menimimalisasi penambahan jaringan jalan yang merupakan duplikasi dari jaringan yang
telah ada;
Terdapat tiga alternatif lintas utara-selatan yang dapat dikembangkan yaitu:
a. Alternatif Lintas 1: Lahewa Lotu Silima Banua Tuhemberua Gunung Sitoli
Hiliweto Gido Tetehosi Idano Gawo Helezalulu Bawodo Bara Teluk Dalam;
b. Alternatif Lintas 2: Lahewa Lotu Silima Banua Tuhemberua Gunung Sitoli
Lolofitomui Lolowau Tuindaro Amandraya Teluk Dalam;
c.
LAPORAN AKHIR
V-3
Gambar 5.1
Alternatif Trase Jalan Lintas Utara - Selatan
A
Silima Banua
KEC.TUHEMBERUA
Toyolawa
Lahewa
Lotu
KEC.LAHEWA
Idanogawo KEC.LOTU
KEC. AFULU
Awa`ai
KEC.NAMOHALU ESIWA
Iraonolase
Namohalu
KEC.GUNUNGSITOLI
Afulu
GUNUNG SITOLI
Afulu
Fadoro Lauru
Ombolata
Faecheo
Miga
KEC. ALASA
P. WUNGA
KEC.HILIDUHO
Botom Bawo
KEC.GIDO
59k
m
KEC. MANDREHE
Tetehasi I
Hiliweto
Lolofitu
Hili Sebuadunia
Fadoro
Tetehosi
Bosihona
KEC.IDANO GAWO
Letehosi
KEC.LOLOFITU MOI
KEC.SIROMBU
Holi
Tetesua
Bawolato
Hiliotalua
KEC.BAWOLATO
KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA
Lolowa'u
Orahili
KEC.GOMO
Gomo
KEC.LAHUSA
Amandraya
Helezalulu
Hilisimaetano
KEC.AMANDRAYA
Hiliaru dua
Bawolalusa
Bawaluo
KEC.TELUK DALAM
Bawodo Bara
Dari ketiga alernatif trase jalan lintas diatas, masing-masng alternatif mempunyai
karakteristik yang berbeda dan kelebihan serta kekurangan yangdapat menjadi
pertimbangan dalam pengembangan jaringa jalan lintas.
Pertimbangan penetapan alternatif trase yang terbaik dijabarkan pada Tabel 5.1 berikut.
LAPORAN AKHIR
V-4
Komponen
Alternatif 1
1
2
3
Segmen
Panjang (km)
Kota Besar
Potensi
Kondisi Eksisting
Jalan dengan
perkerasan aspal,
beberapa lokasi
jembatan rusak
Kondisi Umum
Topografi
Jenis Penanganan
Jalan
Merupakan daerah
pesisir timur
Peningkatan jalan
dan pembangunan
jembatan
A-B
205
Lahewa, Gunung
Sitoli, Teluk Dalam
Lahewa Lotu
Silima Banua
Tuhemberua
Gunung Sitoli
Hiliweto Gido
Tetehosi Idano Gawo
Helezalulu
Bawodo Bara
Teluk Dalam;
Peningkatan
aksesibilitas jaringan
jalan bagian timur
Alternatif 2
Alternatif 3
AC-E
187
Lahewa, Gunung
Sitoli, Teluk Dalam
Lahewa Lotu
Silima Banua
Tuhemberua
Gunung Sitoli
Lolofitomui
Lolowau Tuindaro
Amandraya Teluk
Dalam;
D-E
168
Lahewa, Teluk
Dalam
Lahewa Afulu
Tetesua
Lolofitomui
Lolowau Tuindaro
Amandraya Teluk
Dalam
Peningkatan
aksesibilitas jaringa
tengah dan pesisir
barat
Jalan dengan
perkerasan aspal,
beberapa lokasi
merupakan jalan
yang terjal/curam
Memotong daerah
pegunungan
Peningkatan jalan
dan pembangunan
jembatan
Pemicu
pertumbuhan
wilayah di pesisir
barat Pulau Nias
Jalan terputus,
trase yang ada
hanya dapat dilalui
dengan sepeda
motor
Merupakan daerah
pesisir barat
Pembangunan
jalan dan
pembangunan
jembatan
Dari perbandingan yang dilakukan diatas, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan yaitu:
Berdasar pada keterhubungan dengan Gunung Sitoli dan penanganan yang lebih ringan
maka alternatif 1 lebih baik dari kedua alternatif lainnya;
Berdasar pada pengembangan wilayah dan promoting sektor pada wilayah yang berlum
berkembang maka alternatif 3 lebih baik dari kedua alternatif lainnya;
Berdasar pada pengembangan wilayah dan tetap mempertahankan keterhubungan
dengan Gunung Sitoli sebagai Pusat Kegiatan, maka alternatif 2 merupakan pilihan yang
lebih baik dari kedua pilihan lainnya.
5.3
Perhitungan Manfaat
LAPORAN AKHIR
V-5
lebih peka dibandingkan dengan perhitungan biaya yang merupakan aspek teknis dan
engineering.
Manfaat pembangunan jalan dibagi atas dua bagian:
1. Manfaat yang dapat dikuantifikasikan besarnya. Karena manfaat ini dapat dihitung
secara kuantitatif, maka dapat dijadikan masukan bagi perhitungan kelayakan ekonomi,
diantaranya meliputi :
Peningkatan kinerja jaringan jalan
Dengan dibangunnya jalan, maka diharapkan akan terjadi penambahan panjang atau
luas jalan, yang berarti perbaikan terhadap supply jaringan. Sehingga pengguna jalan
akan merasakan peningkatan kinerja lalu lintas (misalnya penurunan waktu tempuh).
Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi.
Laju pertumbuhan produksi suatu jenis komoditi akan bertambah, karena sarana
transportasi yang membaik. Manfaat pembangunan jalan dapat dihitung berdasarkan
surplus produsen.
Penurunan harga barang konsumsi.
Dengan penurunan biaya transportasi barang yang cukup signifikan dengan adanya
jalan lintas, maka akan menyebabkan menurunnya harga barang yang dikonsumsi
oleh masyarakat Pulau Nias. Manfaat pembangunan jalan dapat dihitung dari
penurunan harga yang dirasakan oleh masyarakat khususnya pada barang konsumsi
sehari-hari.
Berubahnya pola angkutan barang.
Barang-barang yang semula diangkut melalui moda angkutan laut (khususnya pada
jalur distribusi utara-selatan), akan berubah dengan (seluruh/sebagian) ke moda jalan.
Manfaat yang diperoleh berupa pengurangan biaya operasi kendaraan dan waktu
perjalanan.
2. Manfaat yang tidak dapat dikuantifikasikan besarnya. Meskipun manfaat ini juga
merupakan hal yang penting, namun seringkali sangat sulit untuk diperhitungkan secara
kuantitatif, sehingga hanya dapat dikaji secara kualitatif. Manfaat tersebut misalnya:
Peningkatan aksesibilitas masyarakat.
Dengan dibangunnya jalan, maka akan lebih mudah bagi masyarakat untuk mencapai
fasilitas-fasilitas sosial, seperti sekolah, rumah sakit/puskesmas, lokasi wisata, dan
lain-lain yang berada di daerah utara (Lahewa dsk.), daerah selatan (Teluk Dalam
dsk.) serta daerah sepanjang rencana jalan lintas utara-selatan Nias.
Interkoneksi jaringan jalan.
Dengan pembangunan jalan akan menjadi bagian dari sistem jaringan secara
menyeluruh dalam konsep kewilayahan Kab. Nias dan Kab. Nias Selatan ataupun
Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, pembangunan jalan aksesnya tersebut
memberikan pemerataan jalan pada daerah-daerah yang saat ini masih terisolasi.
Pertahanan dan keamanan negara.
Dari segi politik dan pertahanan keamanan, adanya jaringan jalan dan jembatan jelas
memberikan dampak positif mengingat dengan adanya jalan dan jembatan maka
pengawasan atas kedaulatan dapat dilakukan dengan lebih baik, dengan
keterhubungan seluruh wilayah di Pulau Nias.
5.3.2 Manfaat bagi Produser (Produser Surplus)
Analisis produser surplus merupakan salah satu parameter penilai/evaluasi kelayakan
proyek. Dalam hal ini kriteria keuntungan (benefit) yang digunakan ialah semua surplus
yang dinikmati oleh produsen barang dan jasa yang dijual dan tercakup dalam daerah
pengaruh proyek.
LAPORAN AKHIR
V-6
Pendekatan ini mengacu pada keadaan dimana volume lalu lintas rendah yang
mengakibatkan kurangnya justifikasi surplus konsumen. Keuntungan akibat perubahan
volume dan biaya transport sangat bergantung pada besarnya keuntungan akibat perubahan
harga produk (pertanian) di lokasi produksi. Pendekatan surplus produsen dilakukan dengan
memperhatikan sektor tertentu (misalnya pertanian dan produk tertentu). Bagi produk
tersebut perlu diperhatikan berbagai data produksi, faktor-faktor produksi dan harga jualnya
dari tahun ke tahun.
Beberapa asumsi yang digunakan adalah:
Dengan adanya proyek pembangunan jalan, mengakibatkan peningkatan luas areal tanam
atau peningkatan tingkat produksi;
Biaya transportasi berkurang karena aksesibilitasnya yang lebih baik dari investasiinvestasi lainnya.;
Produk dijual dengan harga seragam di lokasi yang berjarak tertentu yang sama (rata-rata)
dari seluruh wilayah tinjauan;
Tambahan produksi tidak akan mengakibatkan jatuhnya harga pasar, harga jual tetap,
sehingga produsen dapat menjual hasilnya sebanyak mungkin;
Konsumsi rumah tangga tetap dan tidak dipengaruhi oleh produksi;
Biaya transportasi dan produksi sama untuk semua produsen.
Konsep perhitungan manfaat produser surplus yang ditimbulkan oleh pembangunan jalan
yang dirasakan oleh produsen digambarkan sebagai berikut
Gambar 5.2
Konsep Perhitungan Manfaat dalam Produsen Surplus
St
C4
S t
C 3
Sf
C3
C2
C 2
C1
Q1
Q2
C2
LAPORAN AKHIR
V-7
Dengan adanya jalan baru, maka unit transport cost turun dari C2 menjadi C2, sehingga
dengan harga jual yang sama petani dapat memproduksi komoditas yang lebih banyak
jumlahnya dan komponen-komponen lainnya adalah sebagai berikut:
Total Revenue (pendapatan total)
: TR2
= C4 . Q2
: FR2
= C3 . Q2
: FC2
= 0,5(C1+C3)Q2
: FS2
= FR2 FC2
= C3Q2 - 0,5(C1+C3)Q2
: FS2 FS1
: TS2
= 0,5(C4 C2)
: TsS2 TrS1
Adapun dasar dari pemikiran yang digunakan dalam menentukan kriteria surplus adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan utilitas dari suatu kegiatan. Penilaian akan
utilitas, dalam hal ini berhubungan dengan nilai proyek yang bersangkutan. Nilai suatu
proyek bisa berarti dua hal, yaitu nilai dalam penggunaan atau nilai pertukaran. Nilai
pertukaran pada dasarnya adalah harga pasar (market price) dari objek tersebut, sedangkan
nilai dalam penggunaan merupakan kapasitas dari suatu objek untuk memuaskan suatu
keinginan.
Konsep pendekatan producer surplus menetapkan kriteria keuntungan (benefit) yang
digunakan adalah berupa semua surplus yang dinikmati oleh produsen barang dan jasa
yang dijual dan tercakup dalam daerah pengaruh proyek. Pendekatan ini mengacu pada
keadaan dimana volume lalu lintas rendah yang mengakibatkan kurangnya justifikasi surplus
konsumen. Keuntungan akibat perubahan volume dan biaya transportasi sangat bergantung
pada besarnya keuntungan akibat perubahan harga produk (pertanian) di lokasi produksi.
Pada kajian ini nilai manfaat yang diperoleh oleh sektor produksi adalah bertambahnya
permintaan barang akibat adanya perbaikan akses dan menurunnya biaya transportasi.
Khusus pada studi ini penambahan produksi lebih banyak diakibatkan oleh menurunnya
biaya transportasi, yaitu ditiadakannya biaya angkutan penyeberangan sungai yang relatif
sangat tinggi. Untuk menilai manfaat yang diperoleh dari sektor ini perlu diidentifikasikan
komoditas unggulan apa saja yang menjadi potensi utama daerah hinterland yang mendapat
dampak dari pembangunan jalan lintas.
Perhitungan komponen manfaat dan juga komponen biaya pada sektor ini dilakukan dengan
membandingkan kondisi tanpa proyek (eksisting) dan kondisi dengan proyek (dalam hal ini
adalah pembangunan jalan lintas). Seluruh komponen manfaat akan dihitung untuk rentang
waktu masa layan jalan yaitu selama 20 tahun.
LAPORAN AKHIR
V-8
Dari data literatur yang tersedian komoditas unggulan dari Kab. Nias dan Kab. Nias Selatan
adalah sebagai berikut:
Potensi Pertanian (Komoditi pertanian utama adalah padi sawah)
Potensi Perkebunan (Komoditi perkebunan utama adalah: karet, kelapa, nilam, kako,
kopi, cengkeh)
Potensi Perikanan (utamanya perikanan laut)
Potensi perkebunan dan pertanian di Kab. Nias dan Kab. Nias Selatan saat ini belum
termanfaatkan secara optimal. Hal ini disebabkan karena akses untuk pemasaran komoditi
ini terhambat oleh biaya transportasi yang tinggi. Manfaat yang bisa diperoleh akibat
pembangunan jalan lintas, adalah bangkitan surplus produksi perkebunan. Surplus adalah
selisih antara produksi dan konsumsi lokal, sehingga apabila pertumbuhan jumlah produksi
mengalami peningkatan maka otomatis nilai surplus tersebut akan semakin besar.
Perhitungan komponen manfaat pada sektor pertanian dan perkebunan meliputi tahap-tahap
sebagai berikut :
Asumsi
satuan
Tingkat Produksi
(eksisting)
Tingkat Produksi
(intensifikasi)
Konsumsi Lokal
Harga Produsen
ton/ha
Padi
Sawah
3,750
ton/ha
Ton/kapita
1000 Rp/ton
2
3
4
Karet
Kelapa
Perikanan
0.52
0.879
14.993*
0,031
0.32
0.38
0,025*
0.01
4500
0.02
7500
0.001
6000
0,025
10.000
*: ton
Sumber: diolah dari Kab. Nias dalam Angka 2004 dan Kab. Nias Selatan dalam Angka 2004
LAPORAN AKHIR
V-9
5.3.2.3
Tahap selanjutnya dalam analisis manfaat ini adalah menentukan biaya produksi. Biaya
produksi pertanian dan perkebunan terdiri dari variabel biaya produksi (dengan pola tanam
tradisional maupun dengan intensifikasi), biaya investasi atas tanaman baru dengan
intensifikasi dan biaya penyiapan lahan tanpa intensifikasi. Biaya produksi dengan
intensifikasi adalah fungsi dari biaya tanam dan total peningkatan lahan tanam. Biaya
investasi tanaman baru tergantung pada harga satuan investasi dan total peningkatan lahan
tanam. Terakhir, biaya pembersihan lahan tanpa intensifikasi ditentukan oleh biaya satuan
pelaksanaannya (biasanya lump sum).
5.3.2.4
Pada tahap ini akan ditentukan besarnya bangkitan perjalanan untuk kedua jenis moda
(seperti disebutkan pada tahap 3). Untuk menghitung besarnya jumlah perjalanan per tahun
untuk tiap moda transportasi maka diperlukan data-data jumlah total komoditi per jenisnya
yang akan diangkut (diperoleh dari tahap 2), jumlah armada moda transportasi, kapasitas
angkut dan load factor dari moda tersebut (diperoleh dari tahap 3). Perhitungan dilakukan
untuk waktu analisis selama 20 tahun dan terhadap kondisi tanpa proyek dan dengan
proyek. Maka bangkitan perjalanan per tahun merupakan selisi jumlah perjalanan kendaraan
dengan proyek dengan tanpa proyek. Apabila terdapat nilai negatif pada nilai bangkitan
perjalanan ini berarti terjadi pengurangan jumlah bangkitan perjalanan pada saat proyek
dibuka.
5.3.2.5
Tarif angkut per ton-km ditentukan dengan mempertimbangkan harga angkut per ton-nya
terhadap panjang perjalanan rata-rata yang dilakukan. Dari hasil ini dapat dilihat batas
keuntungan yang akan diperoleh, yaitu dengan mengurangkan tarif angkut per ton-km
dengan BOK rata-rata, baik untuk kondisi tanpa proyek dan dengan proyek. Besaran tarif
angkutan ini menggunakan harga yang berlaku pada wilayah studi.
5.3.2.6
Pada saat ini ada 2 jenis moda transportasi (dalam hal ini adalah untuk angkutan barang)
yaitu angkutan darat (truk) dan angkutan laut (kapal dan sejenisnya). Pada saat proyek
dibuka, diperkirakan angkutan barang akan beralih seluruhnya ke angkutan darat. Hal ini
didasarkan pada perbedaan biaya transportasi serta waktu yang sangat signifikan antara
kedua jenis transportasi tersebut, dengan asumsi prasarana angkutan tersedia dengan
cukup.
Nilai manfaat, baik untuk kondisi tanpa proyek maupun dengan proyek, terdiri dari dua
komponen, yaitu komponen pendapatan dan komponen total biaya. Komponen pendapatan
diperoleh dari hasil perkalian antara surplus yang diperoleh dari masing-masing komoditi,
tarif angkut per ton-km, dan panjang perjalanan rata-rata. Sedangkan komponen total biaya
diperoleh dari hasil perkalian antara surplus yang diperoleh dari masing-masing komoditi,
BOK rata-rata dan panjang perjalanan rata-rata.
Baik komponen pendapatan maupun total biaya dihitung untuk waktu analisis 20 tahun, dan
di akhir perhitungan akan ditotal pendapatan dan total biaya untuk kedua jenis moda
transportasi (truk dan kapal).
5.3.2.7 Resume Seluruh Biaya Produksi dan Peningkatan Produksi
Tahap ini merupakan resume dari tahap-tahap sebelumnya. Pada tahap ini dapat diketahui
apakah akan terdapat manfaat peningkatan produksi (dalam ton), peningkatan biaya
produksi (dalam rupiah) dan peningkatan biaya transportasi (dalam rupiah) apabila proyek
jadi dibangun. Dengan menjumlahkan biaya produksi dan biaya transportasi akan diperoleh
total biaya pertanian. Apabila total biaya pertanian merupakan nilai negatif menunjukkan
bahwa terjadi penurunan biaya (cost), yang berartii merupakan keuntungan bagi produsen.
LAPORAN AKHIR
V - 10
Harga (Price)
Kurva Demand
Perubahan surplus akibat
P turun menjadi P
P
N
P
M
Q1
Q2
Volume (Quantity)
Masih rendahnya volume pergerakan di jalan (LHR) menjadikan perhitungan manfaat dari
sisi consumer menjadi lebih rendah. Namun demikian, tetap akan diperhitungkan dalam
perhitungan manfaat dimana dimungkinkan adanya pertumbuhan pergerakan baru
(generated traffic), peralihan ke moda darat (diverted traffic) dan pergerakan yang tadinya
tidak terselenggara karena belum adanya prasarana jalan (suppresed demand).
Turunnya biaya transportasi akan menyebabkan perubahan pola penyebaran lalu lintas.
Manfaat proyek merupakan selisih harga barang kebutuhan pokok sebelum dan setelah
adanya proyek, dan juga peningkatan jumlah permintaan kebutuhan barang pokok tersebut
akibat adanya penurunan harga.
Kriteria penentuan barang barang pokok apa saja yang menjadi komponen manfaat pada
kajian kelayakan ini adalah:
Barang pokok dengan selisih harga cukup tinggi dibandingkan dengan harga rata-rata di
Propinsi Sumatera Utara. Barang pokok dengan selisih harga rendah diasumsikan sudah
dapat dipenuhi oleh produksi lokal (Swasembada), sehingga jumlah pengadaan yang
berasal dari luar daerah tidak memberikan perubahan harga yang signifikan.
LAPORAN AKHIR
V - 11
Barang pokok yang sudah dihitung nilai manfaatnya pada produser surplus, tidak
dihitung lagi dimana hal ini untuk menghindari terjadinya pehitungan berganda (double
counting).
Barang konsumsi yang terbukti dari pengamatan lapangan secara kontinyu
diseberangkan melalui jaringan laut dari utara ke selatan Nias ataupun sebaliknya.
Nilai manfaat ini didapatkan dengan menghitung penurunan harga kebutuhan pokok setelah
pembangunan jalan. Asumsi harga yang berlaku adalah sama dengan harga rata-rata
barang kebutuhan pokok tersebut di Pulau Nias.
5.3.4 Manfaat bagi Pengelola Angkutan (Operator Transportasi)
Dari sisi lain, pengelola angkutan juga memperoleh keuntungan dengan menurunnya biaya
operasi kendaraan akibat peningkatan kinerja jaringan jalan, sementara tarif angkutan tetap.
Pengelola angkutan yang mendapat manfaat dari pembangunan jalan lintas ini adalah moda
angkutan barang (truk, dsb) sedangkan untuk angkutan laut, pengaruh terhadap mereka
adalah berkurangnya pendapatan karena beralihnya pergerakan ke moda darat.
5.3.5 Manfaat bagi Pemerintah Daerah
Keuntungan bagi pemerintah daerah akibat adanya pembangunan jalan lintas utara-selatan
adalah meningkatnya pendapatan pajak seiring dengan baertambahnya jumlah transaksi
perdagangan di Pulau Nias. Turunnya harga kebutuhan barang pokok dan naiknya
pendapatan penduduk dengan berkembangnya sentra-sentra produksi pertanian,
perkebunan, industri dan pariwisata memberikan dampak yang positif terhadap pendapatan
per kapita daerah.
Pertumbuhan sektor produksi yang bertambah pesat dapat memberikan lowongan pekerjaan
yang lebih luas, sehingga pendapatan daerah daerah dari sisi pajak dapat meningkat pula.
Secara kualitatif tingkat inflasi daerah akan menurun pula, dimana tingkat konstribusi sektorsektor yang menjadi urat nadi perekonomian daerah terhadap PDRB per kapita akan
meningkat secara signifikan. Dari sisi sosial budaya, dengan makin mudahnya akses ke luar
daerah maka tingkat interaksi antar budaya akan semakin tinggi, yang memungkinkan
penyerapan teknologi/pendidikan yang lebih cepat lagi.
Analisis kelayakan ekonomi dalam studi ini pada dasarnya merupakan kajian terhadap
manfaat yang akan timbul dan dirasakan oleh masyarakat dengan adanya pembangunan
jalan lintas utara-selatan khususnya bagi pengguna jaringan jalan maupun bagi aktivitas
perekonomian wilayah Kab. Nias dan Kab. Nias Selatan yang terpengaruh (service area)
dan membandingkanya dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk pembangunan jalan.
Dari komponen manfaat dan komponen biaya tersebut selanjutnya dilakukan perhitungan
parameter-parameter kelayakan ekonomi. Komponen biaya yang diperhitungkan dalam
pembangunan jembatan dan jalan aksesnya telah dibahas di bab sebelumnya.
5.4
LAPORAN AKHIR
V - 12
Kriteria dasar pengukuran adalah dengan pengukuran dengan dan tanpa (with and without)
test. Dengan demikian manfaat yang timbul bisa dibandingkan bila jumlah tersebut tidak
dibangun. Untuk membandingkan biaya-biaya dan manfaat tersebut didiskon dengan titik
tolak waktu pembayaran yang pertama kali.
Beberapa cara untuk mengukur biaya dan manfaat, diantaranya dengan nilai netto net (net
worth) dari proyek dan tingkat hasil internal (internal rate of return). Nilai neto adalah selisih
antara biaya dan manfaat selama umur ekonomi yang dihitung dengan tingkat diskon
(discounted factor) yang besarya sama. Tingkat hasil internal adalah tingkat tingkat diskon
yang besarnya sedemikian hingga biaya dan manfaat menjadi sama besarnya.
5.5
LAPORAN AKHIR
V - 13
Perhitungan biaya dan keuntungan dilakukan dengan memberikan faktor diskon sesuai
dengan tingkat bunga yang berlaku:
Bt
Bn =
t =0
(1+ i)
dan
Ct
t =0
(1+ i)
Cn =
Proyek layak jika BCR > 1 dan sebaliknya tidak layak jika BCR < 1.
5.5.2 Net Present Value (NPV)
Dengan menggunakan tingkat bunga untuk memperkirakan selisih antara biaya dan manfaat
yang ada saat ini dan masa mendatang, maka suatu proyek yang dapat diterima memiliki
nilai akhir yang lebih besar dari nol. NPV pada akhir umur rencana harus lebih besar dari nol.
NPV = (B0 C0 ) +
Proyek layak jika NPV > 0 dan sebaliknya tidak layak jika NPV < 0.
Bt
t =0
(1+ i)
=
t =0
Ct
(1+i)n
Dengan proses iterasi maka akan dapat diperoleh nilai discount rate.
5.6
V - 14
dibandingkan kondisi tanpa proyek dengan kondisi dengan proyek. Namun demikian, secara
total pendapatan pertanian dan budidaya perikanan ini bernilai positif, apabila dibandingkan
antara kondisi tanpa proyek dan dengan proyek, dikarenakan total nilai produksi perikanan
yang terus meningkat pada saat kondisi dengan proyek dan bisa menutupi kekurangan
pendapatan transportasi apabila dibandingkan dengan kondisi tanpa proyek.
5.6.3 Perhitungan Komponen Biaya
Komponen biaya meliputi biaya pembangunan jalan dan biaya pemeliharaan pada tahuntahun berikutnya. Biaya pembangunan ini meliputi komponen-komponen : biaya
pembebasan tanah dan bangunan, biaya pembangunan jalan pendekat dan jembatan serta
biaya desain dan supervisi. Harga satuan untuk memprediksi besarnya biaya pembangunan
menggunakan harga satuan yang digunakan dalam perencanaan/desain jalan.
Selanjutnya, setelah jalan selesai selesai dibangun (diperkirakan dalam waktu 1 tahun),
maka selama umur layannya (dalam studi ini akan dihitung selama waktu 20 tahun) jalan ini
akan memerlukan pemeliharaan, yang secara garis besar terbagi menjadi 2 jenis
pemeliharaan, yaitu biaya pemeliharaan rutin atau tahunan (year maintenance cost) dan
biaya pemeliharaan periodik atau berkala (periodic maintenance cost). Biaya pemeliharaan
periodik ini diberlakukan setiap selang waktu 3 (tiga) tahun.
Di akhir tahap ini, dihitung pula manfaat bersih yang akan diperoleh apabila proyek
dibangun, yaitu dengan mengurangkan total pendapatan yang akan diperoleh dengan total
biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat. Manfaat bersih ini, dari ketiga komoditi
unggulan, ada yang bernilai negatif terlebih dahulu dan kemudian akan bernilai positif
setelah beberapa tahun, pada saat jumlah produksi semakin meningkat seiring dengan
semakin dipercayanya angkutan darat untuk mengangkut komoditi unggulan tersebut
dengan menggantikan angkutan laut.
Hasil rinci perhitungan analisis kelayakan ekonomi dapat dilihat pada Tabel 5.3.
LAPORAN AKHIR
V - 15
Tabel 5.3 Perhitungan Parameter Kelayakan Ekonomi Pembangunan Jalan Lintas Utara-Selatan (dalam Rp. Juta)
Cash Flow
No.
Year
Cost
Operator
Saving
C1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
LAPORAN AKHIR
301,178.9
9,035.4
9,035.4
9,035.4
9,035.4
15,058.9
9,035.4
9,035.4
9,035.4
9,035.4
15,058.9
9,035.4
9,035.4
9,035.4
9,035.4
15,058.9
9,035.4
9,035.4
9,035.4
9,035.4
9,035.4
1,558.1
2,581.1
887.3
1,765.7
2,711.6
3,705.8
4,702.4
5,649.8
6,495.7
7,192.2
7,701.1
7,997.4
8,070.4
7,924.0
7,574.9
7,049.1
6,379.1
5,600.8
4,750.1
3,861.6
Benefit
Consumer Produser
Saving
Saving
10,856.2
11,253.7
11,660.3
12,075.9
12,500.4
12,933.8
13,375.9
13,826.7
14,285.9
14,753.4
15,229.0
15,712.6
16,203.8
16,702.6
17,208.6
17,721.5
18,241.2
18,767.1
19,299.2
19,836.9
11,404.8
15,456.3
20,255.2
26,516.9
32,901.5
39,834.9
47,135.5
54,578.6
61,915.0
68,894.0
75,286.7
80,906.6
85,622.6
89,364.9
92,122.6
93,936.4
94,887.4
95,085.4
94,656.2
93,732.7
10%
Total
23,819.0
29,291.0
32,802.8
40,358.4
48,113.6
56,474.5
65,213.8
74,055.1
82,696.6
90,839.5
98,216.8
104,616.5
109,896.8
113,991.6
116,906.1
118,707.0
119,507.7
119,453.3
118,705.5
117,431.3
Cost
301,178.9
8,214.0
7,467.2
6,788.4
6,171.3
9,350.4
5,100.2
4,636.6
4,215.1
3,831.9
5,805.9
3,166.8
2,878.9
2,617.2
2,379.3
3,605.0
1,966.4
1,787.6
1,625.1
1,477.4
1,343.0
385,606.6
21,653.7
24,207.5
24,645.2
27,565.3
29,874.7
31,878.4
33,465.0
34,547.3
35,071.4
35,022.6
34,424.4
33,334.0
31,833.2
30,017.5
27,986.4
25,834.1
23,644.0
21,484.7
19,409.3
17,455.4
563,354.1
V - 16
301,178.9
7,856.8
6,832.0
5,940.9
5,166.0
7,487.0
3,906.2
3,396.7
2,953.7
2,568.4
3,722.3
1,942.1
1,688.8
1,468.5
1,277.0
1,850.7
965.6
839.6
730.1
634.9
552.1
362,958.2
20,712.2
22,148.2
21,568.3
23,075.0
23,920.9
24,415.5
24,516.3
24,208.7
23,507.5
22,454.1
21,111.0
19,553.6
17,861.3
16,110.3
14,367.1
12,685.6
11,105.4
9,652.4
8,340.9
7,175.1
368,489.6
301,178.9
7,529.5
6,274.6
5,228.8
4,357.3
6,051.9
3,025.9
2,521.6
2,101.3
1,751.1
2,432.1
1,216.1
1,013.4
844.5
703.7
977.4
488.7
407.3
339.4
282.8
235.7
348,961.9
19,849.2
20,341.0
18,983.1
19,463.0
19,335.8
18,913.2
18,200.0
17,222.8
16,027.2
14,671.1
13,218.8
11,733.4
10,271.4
8,878.4
7,587.8
6,420.6
5,386.6
4,486.8
3,715.6
3,063.1
257,768.8
Tabel 5.4
Discount Rate
10%
15%
20%
177,747.5
5,531.4
-91,193.1
1.46
1.02
0.74
15,22%
Dari hasi tersebut terlihat bahwa nilai NPV > 0, BCR > 1 dan nilai IRR cukup baik. Oleh karena itu,
konsultan merekomendasikan bahwa pembangunan Jalan lintas utara-selatan ini layak secara
ekonomi untuk dilaksanakan.
LAPORAN AKHIR
V - 17
6.1
Umum
Penilaian rencana pengembangan sistem jaringan jalan di Pulau Nias yang pada saat ini
sedang dalam proses recovery dari bencana alam yang cukup besar, idealnya dipandang
sebagai suatu strategi promoting-sector, di mana penyediaan akses diharapkan akan
mampu memulihkan dan mendorong perkembangan ekonomi masyarakat. Dalam
terminologi perencanaan pembangunan strategi ini umum disebut sebagai trade follow the
ship strategy, di mana kegiatan ekonomi diharapkan timbul dengan adanya pemicu dari
penyediaan infrastruktur transportasi.
Sebagai sistem infrastruktur, jaringan jalan akan memiliki multiplier effect yang sangat besar,
baik secara langsung terhadap pengurangan biaya transportasi pengguna jalan, maupun
secara tidak langsung terhadap perkembangan ekonomi wilayah.
Dengan strategi tersebut, maka idealnya penilaian suatu rencana pengembangan jaringan
jalan di wilayah yang sedang berkembang tidak hanya ditetapkan dari nilai kelayakan secara
ekonomi belaka, misalnya melalui besaran NPV, BCR, ataupun IRR. Diperlukan kriteria lain
yang lebih komprehensif untuk mengkaji usulan/rencana pengembangan jaringan jalan
dalam kerangka pembangunan wilayah secara keseluruhan.
Sesuai dengan sifat kemultian dari sistem transportasi, maka kriteria pengembangan
jaringan jalan akan juga terdiri dari serangkaian variabel yang harus diperhitungkan dengan
melibatkan persepsi dari pihak Propinsi maupun Kabupaten yang masing-masing memiliki
latar belakang kepentingan yang berbeda-beda.
Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengembangan kriteria perencanaan jaringan jalan di
Pulau Nias. Usulan kriteria sudah disampaikan pada bab Metodologi sehingga dalam bab ini
bahasan akan lebih banyak mengarah kepada proses spesfikasi lebih lanjut terhadap kriteria
dan variabel yang digubakan, serta bagaimana untuk memperoleh bobot kenetingan antar
kriteria yang diperoleh dari survey persepsi kepada para pengambil keputusan dalam
pengembangan jaringan transportasi di Pulau Nias.
6.2
LAPORAN AKHIR
VI - 1
Peraturan terkini yang terkait dengan penyelenggaraan jaringan jalan adalah UU No. 38
Tahun 2004 tentang Jalan, di mana pada pasal 3 disebutkan bahwa:
Pengaturan penyelenggaraan jalan bertujuan untuk:
a. mewujudkan ketertiban dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan jalan;
b. mewujudkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan;
c. mewujudkan peran penyelenggara jalan secara optimal dalam pemberian layanan
kepada masyarakat;
d. mewujudkan pelayanan jalan yang andal dan prima serta berpihak pada kepentingan
masyarakat;
e. mewujudkan sistem jaringan jalan yang berdaya guna dan berhasil guna untuk
mendukung terselenggaranya sistem transportasi yang terpadu; dan
f. mewujudkan pengusahaan jalan tol yang transparan dan terbuka.
Dalam hal lain parameter kinerja suatu jaringan jalan dilakukan dengan melibatkan faktorfaktor yang terkait dan saling mempengaruhi dengan sistem penyelenggaraan jaringan jalan
tersebut. Dalam kajian makro aspek evaluasi dilakukan di setiap tahap penyelenggaraan
sistem jaringan jalan sesuai dengan urutan siklusnya adalah: input, output, outcome,
benefit/impact. Gambar 6.1 memberikan visualisasi mengenai konsep pengembangan
kriteria perencanaan jaringan jalan yang dilihat dari sisi proses evaluasi dalam setiap tahap
penyenggaraan jalan.
INDIKATOR
FOKUS
PROSES
Gambar 6.1
Proses, Fokus, dan Indikator Kegiatan Penyelenggaraan Jalan
INPUT
OUTPUT
OUTCOME
BENEFIT
Investasi jaringan
jalan
Penyediaan
jaringan jalan
Pemanfaatan
jaringan jalan
Manfaat
penyediaan
jaringan jalan
1. Biaya
jalan
penanganan
1. Indeks aksesibilitas
2. Indeks mobilitas
3. Fungsional
jaringan
dan antar moda
1. Kapasitas efektif
2. Arus lalulintas
3. V/C
1. Biaya transportasi
2. Produktifitas ekonomi
3. Pengembangan
wilayah
LAPORAN AKHIR
VI - 2
LAPORAN AKHIR
VI - 3
Tabel 6.1 Proses Spesifikasi Variabel Kriteria Pengembangan Jaringan Jalan di Pulau Nias
No
1.
2.
3.
4.
5.
Fungsi Arus
Keterpaduan
Jaringan
Fungsi
Aksesibilitas
dan mobilitas
Aspek biaya
Ekonomi dan
pengembangan
wilayah
LAPORAN AKHIR
Kandidat
Kriteria
Variabel
Jenis Data
1.a.
Kuantitatif
1.b.
Kuantitatif
1.c.
Kuantitatif
2.a.
Kualitatif
Kualitatif
Kuantitatif
Kuantitatif
4.a.
Kuantitatif
Kuantitatif
5.a.
Kuantitatif
Kuantitatif
5.c.
Kualitatif
Dinamika Data
Tidak berubah jika tidak
pelebaran atau perubahan
gangguan samping
Selalu berubah tergatung
kondisi ekonomi
Rekomendasi
Kemudahan
pengumpulan data
Relevansi
VI - 4
Tidak digunakan
Digunakan
Tidak digunakan
Digunakan
Digunakan
Digunakan
Tidak Digunakan
6.3
Pembobotan Kriteria
Keterpaduan
Jaringan
1
2
3
2
3
2
2
Akses &
Mobilitas
5
3
2
4
4
1
3
Aspek
Biaya
2
5
5
5
2
5
4
Ekonomi &
Wilayah
4
1
1
2
1
3
5
Terlihat bahwa Kriteria 1 Fungsi Arus umumya ditempatkan oleh responden di peringkat 1
dan 2 dalam urutan tingkat kepentingannya dibandingkan dengan kriteria lainnya. Untuk
Kriteria 2 Keterpaduan Jaringan dan kriteria 3 Fungsi Aksesibilitas dan Mobilitas umumnya
ditempatkan pada urutan 1 s.d 3, dan selanjutnya untuk kriteria lainnya. Secara umum
kriteria yang paling banyak dipilih sebagai rangking 1 oleh para responden adalah kriteria 5
Dampak Pengembangan Ekonomi dan Wilayah.
Dengan distribusi rangking seperti di atas, maka kemungkinan besar bahwa bobot tingkat
kepentingan antar kriteria yang dihasilkan akan cukup merata, di mana tidak akan ada
kriteria yang bobotnya sangat dominan.
LAPORAN AKHIR
VI - 5
Kriteria
Ratarata
Fungsi Arus
0.148
0.250
0.222
0.261
0.146
0.143 0.231
0.200
Keterpaduan Jaringan
0.071
0.125
0.222
0.130
0.438
0.286 0.231
0.215
0.213
0.250
0.222
0.087
0.219
0.143 0.154
0.184
Aspek Biaya
0.051
0.125
0.111
0.261
0.109
0.286 0.231
0.168
0.517
0.250
0.222
0.261
0.088
0.143 0.154
0.234
Dari hasil pembobotan tersebut dapat disimpulkan bahwa bobot tingkat kepentingan antar
kriteria pengembangan jaringan jalan di Pulau Nias adalah sebagai berikut:
(1) Kriteria terpenting pertama adalah Kriteria Ekonomi dan Pengembangan Wilayah
dengan bobot kepentingan relatif sebesar 0,234;
(2) Kriteria terpenting kedua adalah Kriteria Keterpaduan Jaringan dengan bobot
kepentingan relatif sebesar 0,215;
(3) Kriteria terpenting ketiga adalah Kriteria Fungsi Arus dengan bobot kepentingan relatif
sebesar 0,200;
(4) Kriteria terpenting ketiga adalah Kriteria Fungsi Aksesibilitas dan Mobilitas dengan bobot
kepentingan relatif sebesar 0,184;
(5) Kriteria terpenting ketiga adalah Kriteria Aspek Biaya dengan bobot kepentingan relatif
sebesar 0,168;
LAPORAN AKHIR
VI - 6
6.4
6.4.1 Pengantar
Analisis kinerja penyediaan dan pengoperasian jaringan jalan di Pulau Nias ini pada
dasarnya dilakukan dalam konteks untuk:
a. Mengetahui kondisi penyediaan dari jaringan jalan yang ada di Pulau Nias, yang terkait
dengan kuantitas jalan (indeks aksesibilitas dan indeks mobilitas jaringan jalan) serta
kualitas jalan (lebar jalan dan kondisi perkerasan jalan).
b. Mengetahui kondisi operasional jaringan jalan di Pulau Nias, yang terkait dengan
besaran kapasitas, arus lalulintas, kecepatan, dan biaya perjalanan pengguna jalan).
c. Memprediksi perubahan kondisi jaringan jalan di masa datang, sesuai dengan
pertumbuhan permintaan perjalanan dan tren perubahan kondisi fisik dan operasional
jalan.
Analisis dari butir a s/d c di atas diperlukan sebagai dasar atau masukan untuk menyusun
daftar kebutuhan pembangunan dan pemeliharaan jalan, di samping beberapa komitmen
daerah untuk pengembangan ekonomi dan kewilayahan setempat.
Untuk mengetahui kondisi penyediaan, operasional, dan prediksinya dimasa datang
diperlukan serangkaian analisis untuk mengeluarkan indikator-indikator yang akan
memperlihatkan permasalahan eksisting dan kemungkinan adanya masalah di masa datang.
Dalam studi ini analisis dilakukan dalam 2 pokok bagian, yakni:
a. Analisis pencapaian SPM (Standar Pelayanan Minimum Jalan), sebagai basis untuk
mengetahui kondisi eksisting penyediaan jaringan jalan,
b. Analisis sistem hirarki jaringan jalan yang akan menghasilkan rekomendasi ideal
pengembangan sistem jaringan jalan dari sisi fungsional jalan serta kebutuhan
pembangunan dan/atau perubahan status jalan sesuai dengan pemekaran wilayah dan
pengembangan sistem kota.
c. Analisis kebutuhan transportasi jalan, sebagai langkah untuk mengetahui tingkat
kebutuhan penggunaan dan penyediaan jaringan jalan di masa yang akan datang.
d. Penelaahan rencana pengembangan jaringan jalan sebagai usulan/program dari
Daerah, disesuaikan dengan rekomendasi sistem jaringan pada butir (2) dan kebutuhan
perjalanan pada butir (3).
LAPORAN AKHIR
VI - 7
Seperti telah disampaikan pada metodologi bahwa secara umum item dalam SPM jalan
hampir sama dengan kriteria kemantapan jalan (sebagai tujuan dari pengelolaan jaringan
jalan di Depkimpraswil selama ini) di mana tujuannya adalah memelihara jalan minimal
dalam kondisi fisik yang sedang (indikator IRI), tidak macet (VCR < 0,8), lebar cukup, dan
jumlah panjang jaringan jalan yang mencukupi (aspek aksesibilitas dan aspek mobilitas).
6.4.2.2 Pencapaian SPM Jaringan Jalan
Tabel 6.5 menyampaikan hasil analisis SPM jaringan jalan yang dicapai oleh Pulau Nias
sampai saat ini. Terlihat bahwa dari sisi penyediaan jalan dibandingkan dengan luas wilayah
dan jumlah penduduk untuk Pulau Nias belum dapat dikatakan mencukupi, dimana untuk
semua wilayah, penyediaan jaringan jalannya rata-rata masih berada di bawah syarat
minimum dalam SPM.
Tabel 6.4 Karakteristik Pulau Nias
No
Kecamatan
Luas
Penduduk
Kepadatan penduduk
(km )
(jiwa)
(jiwa/km2)
KAB. NIAS
1
Idano Gawo
334.38
33,517
100.24
Bawolato
190.42
20,421
107.24
Sirombu
205.87
17,394
84.49
Mandrehe
269.71
46,787
173.47
Gido
311.46
47,285
151.82
Lolofitu Moi
217.57
32,812
150.81
Gunungsitoli
212.31
76,616
360.87
Hiliduho
203.89
29,529
144.83
Alasa
422.60
28,445
67.31
10
Namohalu Esiwa
161.90
13,499
83.38
11
Lahewa
410.32
24,618
60.00
12
Afulu
146.77
9,134
62.23
13
Tuhemberua
291.83
41,032
140.60
14
Lotu
116.37
12,261
105.36
121.05
17,345
143.29
Hibala
54.25
9,224
170.03
Teluk Dalam
490.00
74,681
152.41
Amandraya
183.10
27,302
149.11
Lahusa
334.00
28,233
84.53
Gomo
158.60
48,320
304.67
Lolowa'u
295.60
33,907
114.71
Lolomatua
188.60
27,580
146.24
LAPORAN AKHIR
VI - 8
Syarat SPM
Pemenuhan SPM
Kecamatan
Aksesibilitas
Mobilitas
Aksesibilitas
Mobilitas
Aksesibilitas
Mobilitas
1 Idano Gawo
0,16
42,16
>0,15
>1
Memenuhi
Memenuhi
2 Bawolato
0,17
18,32
>0,15
>1
Memenuhi
Memenuhi
3 Sirombu
0,05
8,29
>0,05
>1
Tdk Memenuhi
Memenuhi
4 Mandrehe
0,08
16,88
>0,15
>1
Tdk Memenuhi
Memenuhi
5 Gido
0,04
14,25
>0,15
>1
Tdk Memenuhi
Memenuhi
6 Lolofitu Moi
0,05
5,20
>0,15
>1
Tdk Memenuhi
Memenuhi
7 Gunungsitoli
3,06
26,88
>0,15
>1
Memenuhi
Memenuhi
8 Hiliduho
0,03
13,07
>0,15
>1
Tdk Memenuhi
Memenuhi
9 Alasa
0,08
11,98
>0,05
>1
Memenuhi
Memenuhi
10 Namohalu Esiwa
0,09
10,32
>0,05
>1
Memenuhi
Memenuhi
11 L a h e w a
1,06
18,08
>0,05
>1
Memenuhi
Memenuhi
12 Afulu
0,04
3,29
>0,05
>1
Tdk Memenuhi
Memenuhi
13 Tuhemberua
0,07
5,93
>0,15
>1
Tdk Memenuhi
Memenuhi
14 Lotu
0,06
6,43
>0,15
>1
Tdk Memenuhi
Memenuhi
0,08
10,80
>0,15
>1
Tdk Memenuhi
Memenuhi
2 Hibala
0,13
12,20
>0,15
>1
Tdk Memenuhi
Memenuhi
3 Teluk Dalam
0,18
14,80
>0,15
>1
Memenuhi
Memenuhi
4 Amandraya
0,07
10,23
>0,15
>1
Tdk Memenuhi
Memenuhi
5 Lahusa
0,08
9,19
>0,05
>1
Tdk Memenuhi
Memenuhi
6 Gomo
0,05
11,88
>0,15
>1
Tdk Memenuhi
Memenuhi
7 Lolowa'u
0,14
8,54
>0,15
>1
Tdk Memenuhi
Memenuhi
8 Lolomatua
0,13
7,24
>0,15
>1
Tdk Memenuhi
Memenuhi
KAB. NIAS
Dapat disimpulkan dari tabel diatas, bahwa jaringan jalan di Pulau Nias bila dinilai dengan
kriteria yang ditetapkan oleh SPM, maka sebagian besar tidak memenuhi persyaratan SPM
dari sisi aksesibilitas dan cukup banyak (sebagian besar) yang telah dapat memenuhi aspek
mobilitas.
LAPORAN AKHIR
VI - 9
Tabel 6.6 Resume Hasil Analisis SPM Ruas Jalan N/P di Pulau Nias
TOTAL RUAS JALAN
SATUAN
MEMENUHI
(m)
TIDAK MEMENUHI
(%)
0%
25,29%
9,13%
(m)
426,99
318,99
387,99
(%)
100%
74.71%
90.97%
Tabel 6.7 Hasil Analisis SPM Ruas Jalan N/P di Pulau Nias
SYARAT SPM
No.
No.
Link
AADT
75.1
1326
75.2
PEMENUHAN SPM
fungsi
pjg (km)
lebar
(m)
IRI
Speed
LEBAR
MIN
IRI
MAX
KEC.
MIN
LEBAR
IRI
KECEPATAN
K2
39.00
6.7
25
4.5
20
Tdk Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
352
Tetehosi - Lahusa
K2
41.00
7.2
20
4.5
20
Tdk Memenuhi
Memenuhi
Tdk Memenuhi
75.3
103
K2
28.00
7.6
20
4.5
20
Tdk Memenuhi
Memenuhi
Tdk Memenuhi
76
282
Miga - Lolowau
K2
55.84
11.2
20
4.5
20
Tdk Memenuhi
Tdk Memenuhi
Tdk Memenuhi
77
109
K2
62.90
3.5
8.6
20
4.5
20
Tdk Memenuhi
Tdk Memenuhi
Tdk Memenuhi
78
17
Lolowau - Sirombu
K2
25.25
3.5
10.4
20
4.5
20
Tdk Memenuhi
Tdk Memenuhi
Tdk Memenuhi
79
1116
G. Sitoli - Tuhemberua
K2
35.00
3.5
12
20
4.5
20
Tdk Memenuhi
Tdk Memenuhi
Tdk Memenuhi
79.1
15
Tuhemberua - Lahewa
K2
52.00
3.5
14.2
20
4.5
20
Tdk Memenuhi
Tdk Memenuhi
Tdk Memenuhi
79.3
15
Lahewa - Afulu
K2
22.00
3.5
11.4
20
4.5
20
Tdk Memenuhi
Tdk Memenuhi
Tdk Memenuhi
10
103
12
K2
66.00
3.5
10.8
20
4.5
20
Tdk Memenuhi
Tdk Memenuhi
Tdk Memenuhi
LAPORAN AKHIR
JURUSAN / RUAS
VI - 10
Kondisi Jalan
Biaya Satuan(Rp/km,
lebar=4m)
Baik
Pemeliharaan rutin
201,132,000
Sedang
Pemeliharaan berkala
960,000,000
Rusak/Berat
Peningkatan jalan
2,013,000,000
Kurang lebar
Pelebaran jalan
1,470,000,000
Terdapat beberapa skenario pendanaan penanganan jalan yang umumnya dapat dipakai
sebagai bench-mark kebutuhan dana penanganan jalan, yakni:
Skenario Maksimum: yakni jumlah kebutuhan dana penanganan jalan dengan asumsi
semua kebutuhan penanganan jalan untuk memenuhi SPM ruas jalan dilakukan
sebagaimana mestinya pada tahun pertama.
Skenario Minimum: yakni jumlah kebutuhan dana penanganan jalan dengan asumsi
semua ruas jalan hanya ditangani dengan pemeliharaan rutin apapun kondisi jalannya.
Skenario Minimum untuk Mempertahankan Kemantapan Jalan: yakni jumlah kebutuhan
dana penanganan jalan dengan asumsi bahwa jalan yang sudah mantap saat ini (kondisi
baik dan sedang) ditangani sebagaimana mestinya (pemeliharaan rutin dan berkala)
sedangkan ruas jalan yang rusak hanya ditangani dengan pemeliharaan rutin
(penunjangan).
Untuk skenario pada jalan nasional dan propinsi, Tabel 6.8 menyampaikan resume
kebutuhan dana penanganan jalan. dan pada Tabel 6.9 disampaikan detail kebutuhan dana
penanganan jalan untuk setiap ruas jalan N/P di Pulau Nias. Secara umum untuk jalan
Nasional (N) saat ini hampir semuanya berada dalam kondisi rusak (ringan dan berat) yang
diakibatkan oleh tsunami dan gempa yang terjadi.
Tabel 6.9 Resume Kebutuhan Dana Penanganan Jalan Nasional dan Propinsi di Pulau Nias
Jalan
Nasional/Propinsi
No
1.
2.
Jalan Kabupaten
Total
58,00
48.4500
106,45
1.b.Pemeliharaan berkala
20,00
162.9000
182,90
220,00
272.8000
492,80
1.d. Pelebaran
0,00
0.00
0,00
11,665,656,000
8,389,718,550
20,055,374,550
2.b.Pemeliharaan berkala
19,200,000,000
237,594,175,000
256,794,175,000
738,100,000,000
718,255,175,000
1,456,355,175,000
2.d. Pelebaran
0.00
0.00
0.00
Total
768,965,656,000
964,239,068,550
1,733,204,724,550
LAPORAN AKHIR
VI - 11
Dengan prediksi kebutuhan pendanaan untuk jalan Nasional dan Propinsi di atas, perlu
dilakukan penyesuaian dengan alokasi dana yang telah direncanakan tetapi dengan tetap
memperhatikan kesesuaikan dengan program pengembangan jaringan jalan yang telah
ditetapkan.
6.5
LAPORAN AKHIR
VI - 12
Gambar 6.2
Pola Pengembangan Jaringan Jalan Pulau Nias
Silima Banua
KEC.TUHEMBERUA
Toyolawa
Lahewa
Lotu
KEC.LAHEWA
Idanogawo KEC.LOTU
KEC. AFULU
Awa`ai
KEC.NAMOHALU ESIWA
Iraonolase
Namohalu
KEC.GUNUNGSITOLI
Afulu
GUNUNG SITOLI
Afulu
Fadoro Lauru
Ombolata
Faecheo
Miga
KEC. ALASA
P. WUNGA
KEC.HILIDUHO
Botom Bawo
KEC.GIDO
Tetehasi I
Hiliweto
KEC. MANDREHE
Lolofitu
Hili Sebuadunia
Tetehosi
Fadoro
Bosihona
KEC.IDANO GAWO
Letehosi
KEC.LOLOFITU MOI
KEC.SIROMBU
Holi
Tetesua
Bawolato
Hiliotalua
KEC.BAWOLATO
KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA
Lolowa'u
Orahili
KEC.GOMO
Gomo
KEC.LAHUSA
Amandraya
Helezalulu
Hilisimaetano
KEC.AMANDRAYA
Hiliaru dua
Bawolalusa
Bawaluo
KEC.TELUK DALAM
Bawodo Bara
LAPORAN AKHIR
VI - 13
Gambar 6.3
Pola Pengembangan Jaringan Jalan Pulau Nias
Silima Banua
KEC.TUHEMBERUA
Toyolawa
Lahewa
Lotu
KEC.LAHEWA
Idanogawo KEC.LOTU
KEC. AFULU
Awa`ai
KEC.NAMOHALU ESIWA
Iraonolase
Namohalu
KEC.GUNUNGSITOLI
Afulu
GUNUNG SITOLI
Afulu
Fadoro Lauru
Ombolata
Faecheo
Miga
KEC. ALASA
P. WUNGA
KEC.HILIDUHO
Botom Bawo
KEC.GIDO
Tetehasi I
Hiliweto
KEC. MANDREHE
Lolofitu
Hili Sebuadunia
Tetehosi
Fadoro
Bosihona
KEC.IDANO GAWO
Letehosi
KEC.LOLOFITU MOI
KEC.SIROMBU
Holi
Tetesua
Bawolato
Hiliotalua
KEC.BAWOLATO
KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA
Lolowa'u
Orahili
KEC.GOMO
Gomo
KEC.LAHUSA
Amandraya
Helezalulu
Hilisimaetano
KEC.AMANDRAYA
Hiliaru dua
Bawolalusa
Bawaluo
KEC.TELUK DALAM
Bawodo Bara
LAPORAN AKHIR
VI - 14
Gambar 6.4
Pengembangan Jaringan Jalan di Pulau Nias
Silima Banua
KEC.TUHEMBERUA
Toyolawa
Lahewa
Lotu
KEC.LAHEWA
Idanogawo KEC.LOTU
KEC. AFULU
Awa`ai
KEC.NAMOHALU ESIWA
Iraonolase
Namohalu
KEC.GUNUNGSITOLI
Afulu
GUNUNG SITOLI
Afulu
Fadoro Lauru
Ombolata
Faecheo
Miga
KEC. ALASA
P. WUNGA
KEC.HILIDUHO
Botom Bawo
KEC.GIDO
Tetehasi I
Hiliweto
KEC. MANDREHE
Lolofitu
Hili Sebuadunia
Tetehosi
Fadoro
Bosihona
KEC.IDANO GAWO
Letehosi
KEC.LOLOFITU MOI
KEC.SIROMBU
Holi
Tetesua
Bawolato
Hiliotalua
KEC.BAWOLATO
KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA
Lolowa'u
Orahili
KEC.GOMO
Gomo
KEC.LAHUSA
Amandraya
Helezalulu
Hilisimaetano
KEC.AMANDRAYA
Hiliaru dua
Bawolalusa
Bawaluo
KEC.TELUK DALAM
Bawodo Bara
LAPORAN AKHIR
VI - 15
Dari pola pengembangan jaringan jalan yang digambarkan pada Gambar 6.3 diatas dapat didetailkan rencana pengembangan jaringan jalan yang
dijabarkan pada Tabel 6.10 Komponen rencana pengembangan seperti rencana waktu dan estimasi biaya merupakan resume dari analisis dan diskusi
yang dilakukan dengan pemangku hak (stakeholder) terkait dalam pengembangan jaringan jalan serta badan terkait dalam rekonstruksi dan rehabilitasi
Nias akibat bencana tsunami dan gempa.
Tabel 6.10 Detail Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Pulau Nias
No
1
2
3
Ruas
Gunung Sitoli Tetehosi
Tetehosi Lahusa
Lahusa Teluk Dalam
Miga Lolowau
Deskripsi Ruas
G. Sitoli - Miga-HiliwetoHilisesuadunia
Tetehosi-Bawolato-Lahusa
Lahusa- Bawolalusa- Bawodo BaraTeluk Dalam
Miga-Botombawo-Fadoro
Pjg
(km)
37
43
28
Fungsi/
Kelas
Kolektor
Kolektor
Kolektor
59
Kolektor
Lolowau-Amandraya-Bawaluo-Teluk
Dalam
62
Kolektor
Lolowau Sirombu
Lolowau Sirombu
25
Kolektor
G. Sitoli Tuhemberua
G. Sitoli-Awaai-Tuhemaberua
35
Kolektor
Tuhemberua Lahewa
Tuhemberua-Lotu-IdagnogawoLahewa
52
Kolektor
9
10
Lahewa Afulu
Afulu Faighunaa
Sirombu
Sirombu Lolowau
Lolowau - Hiliotalua
Tetehosi
Lahewa Afulu
Afulu-Mandrehe-FaighunaaSirombu
Sirombu-Lolofitumoi-Lolowau
Lolowau - Hiliotalua-Holi-Tetehosi
22
65
Kolektor
Kolektor
30
32
Lokal
Lokal
11
12
Tindakan/ Penanganan
Peningkatan perkerasan jalan,
pembangunan jembatan
Peningkatan perkerasan jalan,
pembangunan jembatan
Peningkatan perkerasan jalan,
pembangunan jembatan
Peningkatan perkerasan jalan,
perbaikan alinyemen jalan,
penanganan longsoran
pembangunan jembatan
Peningkatan perkerasan jalan,
penanganan longsoran
pembangunan jembatan
Peningkatan perkerasan jalan,
penanganan longsoran,
pembangunan jembatan
Peningkatan perkerasan jalan,
perbaikan alinyemen jalan,
pembangunan jembatan
Peningkatan perkerasan jalan,
perbaikan alinyemen jalan
pembangunan jembatan
Peningkatan perkerasan jalan
Pembangunan jalan, pembangunan
jembatan
Peningkatan jalan
Peningkatan jalan
Estimasi
Biaya (Juta
Rp.)
Tinggi
67.949
Tinggi
82.126
Tinggi
51.010
Tinggi
130.021
Tinggi
122.058
Tinggi
58.767
Tinggi
79.702
Tinggi
122.235
32.322
124.145
44.075
47.013
LAPORAN AKHIR
VI - 16
Prioritas
Penanganan
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
No
13
Ruas
Deskripsi Ruas
Pjg
(km)
20
Fungsi/
Kelas
15
16
17
Mandrehe - Ombolata
Botombawo
Bawaruo - Hiliaru Dua Bawolalusa
Holi Gomo
Amandraya Gomo
Lulufitumoi Hiliweto
Holi-Orahili-Gomo
Amandraya Gomo
Lulufitumoi-Hilisebuadunia-Hiliweto
25
18
20
Lokal
Lokal
Lokal
18
Hiliotalua Gomo
Hiliotalua-Gomo
32
Lokal
14
19
20
22
Faecheo Holi
LAPORAN AKHIR
Lokal
Tindakan/ Penanganan
Estimasi
Biaya (Juta
Rp.)
Peningkatan jalan
Prioritas
Penanganan
Sedang
29.383
Bawaruo - Hiliaru Dua Bawolalusa
Bawareo-Bawodo Bara
Idanogawo-Namohalu-HiliduoBotombawu
Faecheo-Hilisebuadunia-Holi
16
Lokal
10
35
Lokal
Lokal
33
Lokal
Peningkatan jalan
Peningkatan jalan
Peningkatan jalan
Peningkatan jalan, perbaikan
alinyemen, penanganan longsor
Peningkatan jalan, perbaikan
alinyemen, penanganan longsor
Peningkatan jalan
Peningkatan jalan, perbaikan
alinyemen, penanganan longsor
Peningkatan jalan, perbaikan
alinyemen
VI - 17
Sedang
23.507
36.729
26.445
Sedang
Rendah
Rendah
39.668
Rendah
63.468
14.692
Rendah
Rendah
69.418
Rendah
58.179
7.1
Kajian Lingkungan
Rencana pembangunan jalan lintas utara-selatan Pulau Nias harus melakukan kegiatan
Rencana Kelola Lingkungan/Upaya Pemantauan Lingkungan (RKL/UPL) yang merupakan
bagian pada tahap perencanaan. Dasar hukum pelaksanaan RKP/UPL adalah Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 148/KPTS/1995, tentang Petunjuk Teknis Penyusunan
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan.
Pada studi kelayakan ini, studi RKL/UPL yang dianalisis pada derah studi meliputi:
1. Mengidentifikasi dampak-dampak potensial secara umum (langsung atau tidak
langsung) yang mungkin akan timbul pada pembangunan jalan lintas utara-selatan yang
direncanakan.
2. Mengidentifikasi lebih lanjut dampak pada sepanjang rencana jalan lintas utara-selatan
terpilih, yang akan difokuskan pada komponen lingkungan yang terkena dampak perlu
dikaji lebih mendalam pada tahapan studi AMDAL berikutnya.
Selain itu dalam merumuskan kegiatan RKL juga mencakup hal-hal sebagai berikut:
Besar kecilnya volume sumber dampak dan tingkat dampak serta jenis dampak yang
timbul.
Kegiatan RKL menjadi bagian dari kegiatan proyek, baik pada tahap pra-konstruksi,
konstruksi maupun pasca konstruksi dan dicantumkan dalam kontrak.
Kegiatan RKL merupakan kegiatan yang applicable dan mampu dilaksanakan oleh
personel dalam organisasi proyek.
LAPORAN AKHIR
VII - 1
Selain itu dalam merumuskan kegiatan UPL juga mencakup hal-hal berikut.
Pendekatan pelaksanaan UPL:
Kegiatan UPL juga merupakan kegiatan-kegiatan pengawasan proyek, baik pada tahap prakonstruksi, konstruksi maupun pasca konstruksi. Semua kegiatan UPL dibuat applicable dan
mampu dilaksanakan oleh personel dalam organisasi proyek.
7.2
VII - 2
7.3
VII - 3
Dengan kondisi Topografi yang demikian berakibat sulit membuat jalan-jalan lurus dan lebar.
Oleh karena itu Kota-kota utama terletak di tepi pantai. Disamping struktur batuan dan
susunan tanah yang labil mengakibatkan seringnya banjir Bandang yang mengakibatkan
patahan jalan-jalan aspal dan longsor di sana sini, bahkan sering terjadi daerah aliran sungai
yang berpindah-pindah
Luas Kabupaten Nias adalah 3.495,39 Km2, sebagian besar berada di pulau daratan Nias
dan sebagian berada di beberapa pulau-pulau kecil. Kondisi alamnya/topografi berbukit-bukit
sempit dan terjal serta pegunungan tingginya diatas permukaan laut bervariasi antara 0-800
m, terdiri dari dataran rendah sampai bergelombang mencapai 24 %, dari tanah
bergelombang sampai berbukit-bukit 28,8 % dan dari berbukit sampai pegunungan 51,2 %
dari keseluruhan luas daratan.
7.3.2 Kondisi Iklim dan Curah Hujan
Pulau Nias terletak di Daerah Katulistiwa maka curah hujannyapun tinggi. Rata-rata curah
hujan pertahun 3145,1 mm dan banyaknya hari hujan dalam setahun 273 hari atau rata-rata
23 hari perbulan pada tahun 2000. Akibat banyaknya curah hujan maka kondisi alamnya
sangat lembab dan basah. Musim kemarau dan silih berganti dalam setahun.
Keadaan iklim dipengaruhi oleh Samudera Hindia. Suhu udara berkisar antara 14,3-30,4
dengan kelembaban sekitar 80-90 % dan kecepatan angin antara 5-6 Knot/jam. Curah hujan
tinggi dan relatif turun hujan sepanjang tahun dan sering kali dibarengi dengan badai besar.
Musim badai laut biasanya berkisar antara bulan september sampai Nopember, tetapi
kadang terjadi badai pada bulan Agustus, jadi cuaca bisa berubah secara mendadak.
Berdasar pada data tahun 2003 (dalam angka 2004), iklim di Pulau Nias merupakan iklim
dengan curah hujan cukup tinggi. Suhu rata-rata sebesar 25,90C dengan kisaran suhu antara
21,20C 30,30C. Rata-rata curah hujan sebesar 3.287mm dan banyaknya hari hujan dalam
setahun sebanyal 271 hari. Banyaknya curah hujan menjadikan kondisi alam menjadi sangat
lembab dan basah.
7.3.3 Kondisi Hidrologi
Secara hidrologi Pulau Nias dialiri oleh beberapa sungai besar, sungai sedang dan sungai
kecil. Sungai besar dengan lebar lebih dari 20m sebanyak 12 sungai dengan total panjang
367km, sungai sedang (lebar 10-20m) sebanyak 24 sungai sungai dengan total panjang
306km dan sungai kecil (lebar >10m) sebanyal 56 sungai dengan panjang 322km.
7.4
Identifikasi Dampak
Hasil survei dan data sekunder yang diperoleh telah yang teridentifikasi isu lingkungan yang
akan berpotensi menimbulkan dampak lingkungan, apabila rencana kegiatan pembangunan
jalan dilaksanakan. Dampak - dampak tersebut merupakan dampak yang umum terjadi pada
pelaksanaan konstruksi pada umumnya. Dampak lingkungan yang diidentifikasi akan timbul
pada pelaksanaan konstruksi jalan antara lain :
LAPORAN AKHIR
VII - 4
LAPORAN AKHIR
VII - 5
Secara umum, potensi dampak yang kemungkinan akan timbul sebagai akibat rencana
kegiatan pembangunan jalan lintas masih terindentifikasi secara kualitatif. Secara spesifik,
kuatifikasi dampak yang kemungkinan akan timbul belum dikaji, terutama berkaitan dengan
besarnya dampak, lamanya dampak, dan sifat dampak. Atas pertimbangan tersebut pada
bagian kajian dampak lingkungan untuk pelaksanaan konstruksi jalan diarahkan untuk
menentukan komponen lingkungan yang memerlukan pengkajian lebih lanjut pada tahap
studi AMDAL.
7.4.6 Pengembangan Quarry
Pengembangan quarry merupakan kegiatan pendukung dalam rangka pembanguan
jembatan dan jalan akses. Lokasi quarry yang direncanakan berada pada daerah-daerah
yang memiliki kadnungan material yang cukup besar yang terdekat dengan ruas jalan akan
ditingkatkan tersebut. Dampak pengembangan quarry ini, adalah peningkatan tingkat erosi
yang akan terjadi pada lokasi quarry. Dalam hal ini perlu diketahui tingkat erosi atau
erodiblitas lahan lokasi quarry yang direncanakan, mengingat curah hujan yang tinggi. Dalam
hal ini perlu dilakukan pengkajian yang lebih khsus mengenai karakterisktik geologi lokasi
quarry, dan kefungsian lokasi quarry tersebut secara kawasan.
Ringkasan kajian dampak dan komponen lingkungan yang perlu mendapatkan kajian lebih
lanjut dapat dilihat pada Tabel 7.1 pada halaman berikut.
LAPORAN AKHIR
VII - 6
Tabel 7.1 Ringkasan Kajian Awal Dampak Lingkungan Pada Rute Jalur Yang Terpilih
Isu Lingkungan yang
Teridentifikasi
Mitigasi
Perubahan Aksesibilitas
Pengembangan quary
LAPORAN AKHIR
VII - 7
quary,
8.1
Kesimpulan
Didasarkan pada analisis yang telah dilakukan yang meliputi analisis biaya konstruksi,
analisis manfaat dan kelayakan ekonomi yang dikombinasikan dengan realita yang terjadi di
lapangan, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan antara lain:
1. Pembangunan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias akan memberikan manfaat-manfaat
antara lain:
Pembangunan jalan Lintas Utara-Selatan marupakan jaringan utama di Pulau Nias
yang menghubungkan wilayah-wilayah pengembangan utama (SWP, PKL, dll) seperti
Lahewa, Gunung Sitoli, Teluk Dalam.
Meningkatkan aksesibilitas dari/ke dari wialyah bagian utara ke bagian selatan
maupun sebaliknya.
Meningkatkan aksesibilitas hubungan antar wilayah yaitu serta pemicu
pengembangan wilayah khususnya pada wilayah-wilayah yang berlum berkembang
seperti di wilayah pesisir barat dan wilayah tengah.
Ketersediaan jaringan jalan akan serta merta berimplikasi pada peningkatan
produksi, pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan pendapatan perkapita.
Pembangunan jalan lintas akan memberikan pengaruh yang sangat signifikan
terhadap penghematan waktu dari kondisi eksisting yang menggunakan jaringan
transportasi laut.
2. Hasil perhitungan analisis kelayakan ekonomi Pembangunan Jalan Lintas Utara-Selatan
Nias dengan menggunakan parameter NPV dan EIRR adalah sebagai berikut:
Net Present Value NPV pada tingkat bunga 15% sebesar Rp. 5,53 Milyar, tingkat
bunga 20% sebesar Rp. - 91,19 Milyar.
Benefit Cost Ratio BCR pada tingkat bunga 15% sebesar 1,02 dan pada tingkat
bunga 20% sebesar 0,74.
Economic Internal Rate of Return EIRR sebesar 15,22%.
Dari perhitungan diatas, di atas terlihat nilai NPV > 0, BCR > 1 serta nilai EIRR yang
diatas suku bunga saat ini, maka dapat dikatakan bahwa Pembangunan Jalan Lintas
Utara - Selatan ini ini Layak Secara Ekonomis untuk dilaksanakan.
3. Pengembangan jalan lintas merupakan bagian dari pengembangan sistem transportasi
di Pulau Nias yang memerlukan perencanan yang mengarah ke pemenuhan kebutuhan
akan prasarana transportasi dan sebagai pemiicu pengembangan kewilayahan.
Keterpaduan dalam sistem jaringan yang ada lebih dikhususkan pada jaringan jalan
yang dijadikan sebagai dasar pengembangan jaringan transportasi.
LAPORAN AKHIR
VIII - 1
Beberapa hal yang menjadi penekanan atau perhatian khusus dalam pengembangan sistem
jaringan jalan di Pulau Nias antara lain adalah:
Restrukturisasi hirarki jaringan jalan yang ada yang meliputi jaringan jalan arteri, kolektor
dan lokal dengan memperhatikan rencana hirarki kota-kota yanga telah ditetapkan.
Keterhubungan kota-kota dan pusat kegiatan dengan jaringan jalan, khususnya dengan
ibukota kabupaten (Gunung Sitoli dan Teluk Dalam) yang belum terhubung antara lain
antara daerah pesisir barat (Mandrehe, Sirombu, dsk.) dan daerah Tengah (Hilidou,
Lolofitu Moi, Lolmatua). Keterhubungan dengan wilayah-wilayah tersebut menjadi
prioritas untuk pembangunan/peningkatan jalan.
Pengembangan jaringan jalan berdasarkan sistem koridor yaitu koridor melingkar antara
Lahewa-Tuhemberua-Gunung Sitoli-Tetehosi-Lahusa-Teluk Dalam-Amandraya-SirombuAlasa-Afulu-Lahewa dan koridior penhubung antar koridor melingkar tersebut seperti
Alasa-Hiliduo-Gunung Sitoli, Sirombu-Lolofituo Moi-Gido, Lolowau-Lolofituo Moi-Idang
Gawo-Tetehosim dan sebagainya.
Pemanfaatan jaringan jalan yang telah terbentuk sejak dahulu, termasuk jalan yang
dibangun oleh Belanda dapat menjadi alternatif untuk pembangunan jaringan jalan yang
baru. Namun hal ini harus disertai dengan perencanaan yang cukup baik mengingat
batasan alinyemen jalan dan standar perencanaan jalan lainnya.
Jalur angkutan umum pedesaan perlu dikembangkan dengan memanfaatkan
ketersediaan jalan eksisting dan secara bertahap diubah rutenya sesuai dengan kondisi
jalan terbaru yang ada. Angkutan umum ini penting untuk dikembangkan di Kabupaten ini
karena tingkat utilitasnya yang sangat tinggi bagi masyarakat khususnya kalangan
menengah ke bawah.
Pengembangan jaringan angkutan laut dikhususkan pada pengembangan pelabuhan
Teluk Dalam sebagai node untuk penghubung ke kepulauan di bagian selatan seperti
Pulau-Pulau Batu, Kepulauan Hinako dan sekitarnya.
Pengembangan jaringan jalan haruslah sejalan dengan rencana pengembangan jaringan
prasarana transportasi lainnya seperti Rencana pengembangan Bandara Binaka dan
Pelabuhan Laut (Gunung Sitoli, Lahewa dan Teluk Dalam).
8.2
Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diusulkan beberapa kegiatan pengembangan
jaringan jalan di Pulau Nias. Secara prinsip untuk mengembangkan sistem jaringan
transportasi direkomendasikan untuk menggunakan prioritas sebagai berikut:
1. Prioritas utama untuk dilakukan dalam pengembangan jaringan transportasi adalah
pengembangan jaringan jalan sebagai jalur utama yang door-to-door melayani
kebutuhan perjalanan masyarakat dan paling aksesible oleh semua masyarakat.
Sedangkan dalam hal kegiatan pengembangan jaringan jalan terdapat kebutuhan
pembangunan, pemeliharaan, dan peningkatan jalan. Prioritasi untuk setiap jenis
kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mengutamakan kegiatan pemeliharaan kondisi jaringan jalan yang ada yang saat ini
masih dalam kondisi baik (dengan pemeliharaan rutin) dan dalam kondisi sedang
(dengan pemeliharaan berkala).
b. Melakukan peningkatan kondisi perkerasan jalan terutama untuk:
Ruas jalan yang terputus akibat jembatan yang rusak, longsor pada badan jalan;
Ruas-ruas jalan yang telah ada namun belum dikembangkan yang
menghubungkan ibukota kecamatan yang saat ini belum dihubungkan dengan baik
melalui jaringan jalan dengan sistem wilayah lainnya;
LAPORAN AKHIR
VIII - 2
Ruas jalan yang kondisi perkerasan aspalnya masih rusak dan jalan-jalan yang
direncanakan sebagai jalan arteri dan kolektor yang masih belum diperkeras
dengan aspal.
c. Kegiatan pembangunan jalan baru khususnya untuk membuka isolasi wilayah dan
mengembangkan jaringan jalan primer yang menghubungkan seluruh ibukota
kecamatan dan wilayah pengembangan strategis di Kabupaten Nias dan Kabupaten
Nias Selatan.
2. Prioritas kedua yang perlu untuk dilakukan adalah menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap moda-moda transportasi yang sifatnya murah dan dapat digunakan secara
massal, yakni:
a. Mengembangkan jaringan angkutan umum perdesaan ke seluruh wilayah kecamatan
dan lokasi permukiman utama di Pulau Nias dengan maksud memberikan akses bagi
kegiatan ekonomi masyarakat secara merata.
b. Mengoptimalkan dan mengefisienkan peran jaringan angkutan sungai dan
penyeberangan yang ada sehingga biayanya terjangkau oleh masyarakat dan
mampu memberikan akses yang cepat dan kontinyu.
3. Prioritas ketiga adalah pengembangan jaringan transportasi yang sifatnya berupa
dukungan bagi pengembangan ekonomi wilayah dalam skala besar dan berdampak luas
seperti pariwisata, perikanan, perkebunan dan industri pengolahan.
LAPORAN AKHIR
VIII - 3