Anda di halaman 1dari 99

PT.

DEMENSI RONAKON
bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Keberadaan infrastruktur prasarana transportasi yang handal akan dapat mendukung
perkembangan dan pertumbuhan pada suatu wilayah. Kehandalan jaringan jalan sebagai
bagian dari prasarana transportasi akan menjadi dasar yang baik untuk mendukung aktifitas
masyarakat, ekonomi wilayah serta perkembangan wilayah yang serta merta akan
memberikan dampak pada kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
Secara makro, keberadaan sistem jaringan jalan dan sistem transportasi merupakan bagian
dari perencanaan regional wilayah. Keberadaan jaringan
jalan yang merupakan
penghubung pusat-pusat pertumbuhan wilayah sebagai komponen utama di dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) dari Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias selatan yang terletak
pada satu daratan Pulau Nias. Adapun komponen-komponen utama dalam RTRW yang erat
hubungannya dengan sistem jaringan jalan ini adalah:
1. Fungsi yang menghubungkan Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) sesuai dengan
hirarki/orde menurut andalan wilayahnya dan komoditas unggulan yang dimilikinya, baik
sebagai Kawasan Andalan Nasional, Propinsi maupun Kabupaten/Kota;
2. Keberadaan jalan propinsi, kabupaten, dan lainnya) dalam Rencana Alokasi
Pemanfaatan Ruang daerah di dalam propinsi maupun regional antar kabupaten dalam
satu pulau;
3. Pembangunan dan pemeliharaan jalan dan bangunan pelengkapnya dalam indikasi
program jangka menengah pembangunan daerah.
Disamping itu juga perkembangan ekonomi disuatu daerah sangat ditunjang oleh jenis,
kualitas dan kuantitas kegiatan yang terdapat di daerah tersebut beserta ketersediaan
sarana dan prasarananya. Pertumbuhan ekonomi yang baik memerlukan juga ketersediaan
akan prasarana dan sarana yang dapat mendistribusikan hasil/produk kegiatan tersebut dari
daerah produksi menuju daerah yang membutuhkannya.
Sistem prasarana jalan yang baik adalah sistem prasarana yang mampu mendistribusikan
segala bentuk barang dan jasa ke tempat/wilayah yang memerlukannya. Pendistribusian
yang Jika ditunjang oleh kualitas dari transportasi itu sendri yang dapat menyalurkan barang
secara cepat dari suatu wilayah produksi ke wilayah konsumsi atau dari suatu daerah
penghasil bahan dasar ke daerah produksi.
Kabupaten Nias yang merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Utara yang wilayahnya
terdiri dari beberapa pulau. Pulau utama pada kabupaten ini adalah Pulau Nias. Pada tahun
2003, Kabupaten Nias mengalami pemekaran menjadi 2 Kabupaten yaitu Kab. Nias dan
Kab. Nias Selatan.
Daerah Nias merupakan suatu daerah yang tertinggal dibandingkan daerah lain di Sumatera
Utara. Ketertinggalan ini diperparah dengan kurangnya sarana dan prasarana terutama
transportasi. Kendala utama saat ini adalah tidak terdapatnya jaringan jalan yang cukup baik
untuk menunjang kegiatan perekonomian yang terdapat pada wilayah lersebut. Salah satu
kendala yang ada saat ini antara lain adalah terbatasnya kapasitas jaringan jalan antara
Lahewa, Gunung Sitoli dan Teluk Dalam yang diakibatkan belum optimalnya fungsi jalan
tersebut. Dengan adanya sarana dan prasarana yang baik diharapkan perekonomian yang
terdapat diwilayah Nias akan tumbuh dan menstimulasi pertumbuhan perekonomian lainnya.

LAPORAN AKHIR

I-1

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Keberhasilan program pembangunan di Indonesia ditandai dengan peningkatan standar


kehidupan masyarakat. Pengaruhnya pada sektor transportasi, terutama jalan raya adalah
pada peningkatan pergerakan yang berakibat pada kebutuhan jalan dan jembatanbaru.
Untuk mengembangkan dan pembuatan jalan baru diperlukan suatu studi untuk melakukan
studi kelayakan dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan jalan. Dengan adanya studi
kelayakan diharapkan diperoleh semua analisis yang berhubungan dengan teknis, dan
ekonomi serta pekerjaan yang berhubungan dalam rangka melakukan studi dan perencaan.
Hasil keluaran studi ini adalah untuk suatu rencana penanganan/pembangunan berdasarkan
strategi pelaksanaan yang paling sesuai dari sisi teknis dan ekonomi.
1.2

Maksud dan Tujuan


Maksud dari kegiatan studi kelayakan ini merupakan suatu studi yang bertujuan untuk
menganalisa pengembangan jaringan jalan di Pulau Nias khususnya pada Jalan lintas Utara
dan Selatan Nias ditinjau dari berbagai aspek dan kepentingan.
Tujuan dari studi kelayakan itu adalah untuk mengkaji kemungkinan pembangunan suatu
ruas jalan yang dapat menghubungkan jaringan jalan yang ada dengan sarana yang
tersedia/akan dibuat. Kajian yang dilakukan meliputi kelayakan teknis, ekonomi dan
ketersinambungan (interkoneksi) jaringan.

1.3

Ruang Lingkup
Ruang lingkup Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias di Propinsi Sumatera
Utara adalah seperti berikut:

1.3.1 Lingkup Wilayah Kajian


Lingkup wilayah dari Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias di Propinsi Sumatera
Utara adalah seluruh wilayah di Pulau Nias, yang terletak pada Kabupaten Nias dan
Kabupaten Nias Selatan.
1.3.2 Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang nantinya akan dilakukan oleh konsultan sebagai tahapan dalam
menyusun studi tersebut adalah:
a. Menginventarisir dan mengumpulkan data-data yang merupakan data primer dan
sekunder yang akan digunakan dalam proses analisis.
b. Mendeteksi permasalahan awal jaringan dan kondisi eksisting badan jalan serta
kebutuhan angkutan barang dan penumpang berupa analisis kondisi wilayah, analisis
pergerakan barang.
c. Deteksi permasalahan awal angkutan barang ini dapat menggunakan data spasial yang
kemudian dikompilasikan dengan data lain, misal: kepadatan lalu lintas, kelas jalan dan
lain-lain.
d. Melakukan pengembangan trace/jaringan jalan alternatif yang meliputi pemilihan
alternatif lintas terhadap trase jalan awal awal dan identifikasi kebutuhan simpul
sehingga diharapkan para pengembang dan pengelola dapat memaksimalkan potensi
jalan yang ada.
e. Melakukan penilaian analisa manfaat proyek yang meliputi aspek kinerja lalu lintas,
ekonomi dan lingkungan.
1.4

Lokasi Studi
Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Pulau Nias ini difokuskan pada jaringan jalan
yang menghubungkan bagian utara Pulau Nias yaitu daerah Lahewa dengan bagian utara
Pulau Nias yaitu Teluk Dalam. Untuk dapat menjadikan kajian yang komperehensif, maka
dilakukan kajian dalam studi kelayakan ini diperluas untuk menganalisis rencana
pengembangan jaringan jalan di seluruh Pulau Nias. Lokasi studi tersebut digambarkan pada
Gambar 1.1.

LAPORAN AKHIR

I-2

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Gbr 1.1
LOKASI STUDI

Silima Banua

KEC.TUHEMBERUA

Toyolawa
Lahewa

Lotu

KEC.LAHEWA

Idanogawo KEC.LOTU
KEC. AFULU

Awa`ai

KEC.NAMOHALU ESIWA

Iraonolase

Namohalu

KEC.GUNUNGSITOLI

Afulu

GUNUNG SITOLI

Afulu
Fadoro Lauru
Ombolata

Faecheo

Miga

KEC. ALASA

P. WUNGA

KEC.HILIDUHO

Botom Bawo
KEC.GIDO

Tetehasi I

Hiliweto
KEC. MANDREHE

Lolofitu
Hili Sebuadunia

Tetehosi

Fadoro

Bosihona

KEC.IDANO GAWO

Letehosi

KEC.LOLOFITU MOI
KEC.SIROMBU

Holi

Tetesua

Bawolato

Hiliotalua

KEC.BAWOLATO

KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA

Lolowa'u

Orahili
KEC.GOMO

Gomo
KEC.LAHUSA

Amandraya

Helezalulu
Hilisimaetano

KEC.AMANDRAYA

Hiliaru dua

Bawolalusa

Bawaluo
KEC.TELUK DALAM

Bawodo Bara

PASAR TELUK DALAM

LAPORAN AKHIR

I-3

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

1.5

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Sistematika Penyajian Laporan


Untuk menguraikan laporan interim Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias, maka
laporan ini disusun menjadi 7 (tujuh) bab/bagian yang terdiri atas:

I.

PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang studi, maksud dan tujuan studi, ruang lingkup dan
sistematika penyajian laporan.

II.

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI


Bab ini berisi tentang profil wilayah studi yang meliputi kondisi geografi, topografi, iklim dan
cuaca, administrasi dan kependudukan, serta potensi wilayah dan kependudukan. Pada bab
ini dibahas juga mengenai pengembangan wilayah serta arah pembangunan daerah.

III.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Bab ini berisi tentang pendekatan penanganan yang dilakukan untuk melaksanakan kegiatan
studi; metode pelaksanaan yang akan diterapkan mulai dari tahap persiapan studi, survey
pengumpulan data, analisis data, sampai dengan pelaporan.

IV.

PRESENTASI DATA
Bab ini menjabarkan data mengenai kondisi eksisting jarigan jalan yang dikumpulkan dari
kegiatan survey lapangan.

V.

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN


Dalam bab ini dijabarkan kriteria yang digunakan dalam menilai kelayakan pemgembangan
jaringan jalan khususnya pada jalan lintas utara-selatan Pulau Nias ini. Dalam bab ini juga
dijabarkan analisis kelayakan pengembangan jaringan jalan sesuai dengan kriteria yang
dikembangkan. Sebagai hasil akhir dari analisis yang dilakukan, dijabarkan program aksi
sebagai panduan dalam rencana pengembangan jaringan jalan Pulau Nias.

VI.

ANALISA PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN


Bab ini menjabarkan mengenai rencana pengembangan jaringan jalan yang dikembangkan
dari data jaringan jalan, diskusi dengan stakeholder terkait, serta strategi pengembangan
jaringan jalan.

VII.

KAJIAN AWAL LINGKUNGAN


Bab ini mengidentifikasi dampak-dampak potensial secara umum (langsung atau tidak
langsung) yang mungkin akan timbul pada pembangunan jalan lintas utara-selatan yang
direncanakan, serta mengidentifikasi lebih lanjut dampak pada sepanjang rencana jalan
lintas utara-selatan terpilih, yang akan difokuskan pada komponen lingkungan yang terkena
dampak perlu dikaji lebih mendalam pada tahapan studi AMDAL berikutnya.

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Bab ini menjabarkan kesimpulan dari keseluruhan kajian dan analisis yang dilakukan juga
rekomendasi mengenai pengembangan jaringan jalan di Pulau Nias khususnya pada
jaringan jalan lintas Utara-selatan.

LAPORAN AKHIR

I-4

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

2.1

Profil Wilayah
Secara administratif, Pulau Nias (Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan) termasuk
dalam wilayah Propinsi Sumatera Utara, berada disebelah Barat Pulau Sumatera yang
berjarak 92 mil laut dari Kota Sibolga/ Kabupaten Tapanuli Tengah.
Sebelum pemekaran Kabupaten Nias menjadi dua kabupaten, wilayah administrasi
Kabupaten Nias terdiri dari 22 kecamatan dan 657 desa. Setelah terbentuknya Kabupaten
Nias Selatan berdasarkan Keputusan DPRD kabupaten Nias Nomor 02/KPTS/2000 tanggal
1 Mei 2000 tentang persetujuan pemekaran Kabupaten Nias menjadi dua kabupaten,
Keputusan DPRD Provinsi Sumatera Utara Nomor 19/K/2002 tanggal 25 Agustus 2002,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2002 tanggal 25 Pebruari 2003 tentang
Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, wilayah administrasi Kabupaten Nias menjadi terdiri
dari 14 wilayah kecamatan, 4 kelurahan dan 439 desa. Sedangkan wilayah administrasi
Kabupaten Nias Selatan terdiri dari 8 wilayah kecamatan, 2 kelurahan dan 213 desa.
Lokasi pekerjaan Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias ini meliputi jaringan jalan
antara Lahewa, Gunung Sitoli dan Teluk Dalam, dimana jaringan jalan tersebut berada di
wilayah administrasi Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan.

2.1.1 Kondisi Geografis


2.1.1.1 Kabupaten Nias
Secara geografis, Kabupaten Nias terletak antara 9659 BT - 9754 BT dan 133 LU - 047
LU, berbatasan dengan:
Sebelah Utara dengan Pulau-pulau banyak Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Nias Selatan
Sebelah Timur dengan Pulau-pulau Mursala Kabupaten
Kabupaten Mandailing Natal.

Tapanuli Tengah dan Natal

Sebelah Barat dengan Samudera Hindia.


Kabupaten Nias mempunyai luas wilayah 3.799,80 Km2 yang terdiri dari 14 wilayah
kecamatan, 4 kelurahan dan 439 desa. Ibukota Kabupaten Nias terletak di Pulau Nias, yaitu
Gunungsitoli.
Ke-14 Kecamatan tersebut adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kec. Idano Gawo


Kec. Bawolato
Kec. Sirombu
Kec. Mandrehe
Kec. Gido
Kec. Lolofitu Moi
Kec. Gunungsitoli

LAPORAN AKHIR

8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Kec. Hiliduho
Kec. Alasa
Kec. Namohalu Esiwa
Kec. Lahewa
Kec. Afulu
Kec. Tuhemberua
Kec. Lotu
II - 1

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

GAMBAR 2.1
ORIENTASI PULAU NIAS

Silima Banua

KEC.TUHEMBERUA

Toyolawa
Lahewa

Lotu

KEC.LAHEWA

Idanogawo KEC.LOTU
KEC. AFULU

Awa`ai

KEC.NAMOHALU ESIWA

Iraonolase

Namohalu

KEC.GUNUNGSITOLI

Afulu

GUNUNG SITOLI

Afulu
Fadoro Lauru
Ombolata

Faecheo

Miga

KEC. ALASA

P. WUNGA

KEC.HILIDUHO

Botom Bawo
KEC.GIDO

Tetehasi I

Hiliweto
KEC. MANDREHE

Lolofitu
Hili Sebuadunia

Tetehosi

Fadoro

Bosihona

KEC.IDANO GAWO

Letehosi

KEC.LOLOFITU MOI
KEC.SIROMBU

Holi

Tetesua

Bawolato

Hiliotalua

KEC.BAWOLATO

KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA

Lolowa'u

Orahili
KEC.GOMO

Gomo
KEC.LAHUSA

Amandraya

Helezalulu
Hilisimaetano

KEC.AMANDRAYA

Hiliaru dua

Bawolalusa

Bawaluo
KEC.TELUK DALAM

Bawodo Bara

PASAR TELUK DALAM

LAPORAN AKHIR

II - 2

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

GAMBAR 2.2
PETA ADMINISTRASI PULAU NIAS

Silima Banua

KEC.TUHEMBERUA

Toyolawa
Lahewa

Lotu

KEC.LAHEWA

Idanogawo KEC.LOTU
KEC. AFULU

Awa`ai

KEC.NAMOHALU ESIWA

Iraonolase

Namohalu

KEC.GUNUNGSITOLI

Afulu

GUNUNG SITOLI

Afulu
Fadoro Lauru
Ombolata

Faecheo

Miga

KEC. ALASA

P. WUNGA

KEC.HILIDUHO

Botom Bawo
KEC.GIDO

Tetehasi I

Hiliweto
KEC. MANDREHE

Lolofitu
Hili Sebuadunia

Tetehosi

Fadoro

Bosihona

KEC.IDANO GAWO

Letehosi

KEC.LOLOFITU MOI
KEC.SIROMBU

Holi

Tetesua

Bawolato

Hiliotalua

KEC.BAWOLATO

KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA

Lolowa'u

Orahili
KEC.GOMO

Gomo
KEC.LAHUSA

Amandraya

Helezalulu
Hilisimaetano

KEC.AMANDRAYA

Hiliaru dua

Bawolalusa

Bawaluo
KEC.TELUK DALAM

Bawodo Bara

PASAR TELUK DALAM

LAPORAN AKHIR

II - 3

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

2.1.1.2 Kabupaten Nias Selatan


Secara geografis, Kabupaten Nias Selatan terletak antara 9727 BT - 9851 BT dan 102
LU - 003 LU, berbatasan dengan:
Sebelah Utara dengan Kabupaten Nias.
Sebelah Selatan dengan Kepulauan Mentawai
Sebelah Timur dengan Samudera Hindia.
Sebelah Barat dengan Samudera Hindia.
Kabupaten Nias mempunyai luas wilayah 1.825,10 Km2 yang terdiri dari 8 wilayah
kecamatan, 2 kelurahan dan 213 desa. Ibukota Kabupaten Nias Selatan terletak di Pulau
Nias, yaitu Teluk Dalam.
Ke-8 Kecamatan tersebut adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kec. Pulau-Pulau Batu


Kec. Hibala
Kec. Teluk Dalam
Kec. Amandraya
Kec. Lahusa
Kec. Gomo
Kec. Lolowau
Kec. Lolomatua

2.1.2 Topografi
Pulau Nias terdiri dari daerah-daerah perbukitan dan dataran. Daerah perbukitan mempunyai
ketinggian 50-800 m dpal, dengan kemiringan lereng 9% - lebih besar dari 40%. Daerah
perbukitan ini dijumpai di bagian Tengah Pulau Nias yang memanjang searah dengan
bentuk pulau, dan menempati sekitar setengah Pulau Nias. Daerah dataran dijumpai di
sekitar pantai barat dan pantai timur Pulau Nias dengan kemiringan 0-8% dengan ketinggian
50 m dpal. Uraian lebih terinci akan kemiringan lahan di Kabupaten Nias adalah sebagai
berikut:
1. Kemiringan 0-4% seluas 243.076 ha (43,21%) terdapat di semua kecamatan, terutama
di tepi pantai.
2. Kemiringan 4-8% seluas 54.348 ha (9,66%) juga terdapat diseluruh kecamatan,
terutama Kecamatan Teluk Dalam, Kecamatan Idanogawo, dan lain-lain.
3. Kemiringan 8-15% seluas 77.350 ha (13,75%) terdapat diseluruh kecamatan, terutama
Kecamatan Alasa, Kecamatan Mandrehe dan lain-lain.
4. Kemiringan 15-25% seluas 92.935 ha (16,52%) terdapat diseluruh kecamatan.
5. Kemiringan 25-40% seluas 35.780 ha (6,36%) terdapat di Kecamatan Idanogawo,
Kecamatan Lolowau, kecamatan Gomo, Kecamatan Teluk Dalam, Kecamatan Lahusa
dan lain-lain.
6. Kemiringan >40% seluas 59.011 ha (10,49%) juga terdapat diseluruh kecamatan. Lihat
gambar 2.3

LAPORAN AKHIR

II - 4

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

GAMBAR 2.3
PETA KEMIRINGAN LAHAN

TUHEMBERUA
Silima Banua
KEC.TUHEMBERUA

Lahewa
LAHEWA

KEC.LAHEWA
Lotu

KEC.LOTU

KEC.NAMOHALU ESIWA

KEC. AFULU

Namohalu

GUNUNG SITOLI
Afulu
Fadoro Lauru
P. INDRA

KEC.GUNUNGSITOLI

Ombolata

KEC. ALASA
P. WUNGA

KEC.HILIDUHO

Hiliweto

KEC.GIDO

Lolofitu

KEC. MANDREHE
Fadoro

KEC.LOLOFITU MOI

Tetesua

TETESEUA

KEC.SIROMBU

Tetehosi

KEC.IDANO GAWO

KEC.BAWOLATO
Bawolato

Hiliotalua

P. ASU
P. HERUANGA

Lolowa'u
P. BUGI
P. BUGI

P. IMAMA

KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA

Orahili

P. HAMUTALA
P. BAWA

KEC.GOMO

KEC.LAHUSA

Helezalulu

Amandraya

KEC.AMANDRAYA

KEC.TELUK DALAM

Pasar Teluk Dalam

LAPORAN AKHIR

II - 5

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

2.1.3 Iklim dan Cuaca


Kondisi iklim di wilayah ini menunjukkan iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi
serta hari hujan yang relatif bervariasi. Berdasarkan data tahun 2003 yang didapat, curah
hujan rata-rata tiap tahun adalah berkisar antara 2000 3000 mm/tahun dan curah hujan
terbanyak terjadi pada bulan Oktober sebesar 360 mm/bulan dan terendah pada bulan Juni
yakni sebesar 137 mm/bulan. Jumlah hari hujan terbesar terjadi pada bulan Oktober yakni
sebanyak 27 hari dan terendah pada bulan Juni yakni sebanyak 20 hari.
Kelembaban udara relatif rata-rata tahunan adalah sekitar 90% dengan penyebaran merata
sepanjang tahun. Temperatur bulanan selama satu tahun menunjukkan bahwa temperatur
rata-rata berkisar antara 25,2o26,5oC, temperatur maksimum berkisar antara 29,5o31,2oC
dan temperatur minimum antara 9,4o23,2oC. Lama penyinaran matahari rata-rata sebesar
50%. Lama penyinaran maksimum terjadi pada bulan Maret sebesar 66%, sedangkan lama
penyinaran minimum terjadi pada bulan Nopember yakni sebesar 22%.

Tabel 2.1
Curah Hujan, Hari Hujan dan Penyinaran Matahari
Tahun 2003
Bulan

Curah Hujan

Hari Hujan

(mm)

Penyinaran Matahari
(%)

[1]

[2]

[3]

[4]

Januari

284

25

51

Pebruari

180

19

63

Maret

283

22

66

April

323

27

51

M e i

207

12

59

Juni

137

20

62

Juli

252

23

55

Agustus

313

25

46

September

315

20

40

Oktober

360

27

40

Nopember

364

27

22

Desember

269

24

41

Jumlah

3287

271

596

Rata-rata per Bulan

274

22

50

Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Binaka Gunungsitoli, tahun 2003

LAPORAN AKHIR

II - 6

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

GAMBAR 2.4
PETA HIDROLOGI

Silima Banua

43.921 JIWA
KEC.TUHEMBERUA

Lahewa

12.389 JIWA

KEC.LAHEWA
Lotu

KEC.LOTU
23.353 JIWA
KEC.NAMOHALU ESIWA

KEC. AFULU

Namohalu

8.892 JIWA

13.975 JIWA

GUNUNG SITOLI

Afulu

74.203 JIWA
28.531 JIWA
P. INDRA

Fadoro Lauru

KEC.GUNUNGSITOLI

Ombolata

31.943 JIWA

KEC. ALASA
P. WUNGA

KEC.HILIDUHO

KEC.GIDO

Hiliweto

46.233 JIWA

49.243 JIWA

Lolofitu

KEC. MANDREHE
Fadoro

KEC.LOLOFITU MOI

Tetehosi

37.666 JIWA
30.154 JIWA
Tetesua

KEC.SIROMBU

KEC.IDANO GAWO

KEC.BAWOLATO

20.956 JIWA

Bawolato
P. ASU
P. HERUANGA

Lolowa'u

19.715 JIWA

KEC.LOLOMATUA

P. BUGI
P. BUGI

P. IMAMA

Hiliotalua

34.655 JIWA
Orahili

28.603 JIWA

P. HAMUTALA
P. BAWA

KEC.LOLOWAU

50.203 JIWA
KEC.GOMO

KEC.LAHUSA
KEC.LAHUSA
Helezalulu

Amandraya

29.276 JIWA
KEC.AMANDRAYA
29.173 JIWA

KEC.TELUK DALAM
76.750 JIWA

Pasar Teluk Dalam

LAPORAN AKHIR

II - 7

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Tabel 2.2
Temperatur Udara Tahun 2003
Bulan

Suhu Rata-rata

Rata-rata
Maksimum

Rata-rata
Minimum

[1]

[2]

[3]

[4]

Januari

26.1

30.6

22.7

Pebruari

26.3

30.8

22.3

Maret

26.4

31.2

23.2

April

26.5

30.5

9.0

M e i

26.1

31.0

22.0

Juni

26.5

31.2

22.4

Juli

25.2

29.8

22.4

Agustus

25.6

29.9

21.7

September

25.4

29.7

22.1

Oktober

25.5

29.7

22.2

Nopember

25.6

29.5

22.6

Desember

25.5

29.9

22.0

Jumlah

310.7

363.8

254.6

Rata-rata per Bulan

25.9

30.3

21.2

Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Binaka Gunungsitoli, tahun


2003

LAPORAN AKHIR

II - 8

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Tabel 2.3
Perbandingan Rata-rata Kelembaban Udara

Bulan

2000

2001

2002

2003

[1]

[4]

[5]

[6]

[7]

Januari

89

90

87

89

Pebruari

88

91

87

89

Maret

90

91

90

89

April

91

92

89

91

M e i

89

93

86

89

Juni

90

92

88

89

Juli

89

92

89

90

Agustus

90

91

87

91

September

89

92

91

92

Oktober

91

93

90

89

Nopember

91

92

90

90

Desember

92

92

89

89

1,079

1,101

1,063

1,077

90

92

89

90

Jumlah
Rata-rata per Bulan

Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Binaka Gunungsitoli, tahun 2003

2.1.4 Administrasi dan Kependudukan


Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan dengan luas masing-masing wilayah berturutturut adalah 3.799,80 Km2 dan 5.625,00 Km2 (luas total wilayah sebesar 5.625 Km2),
berpenduduk masing-masing sebanyak 441.174 jiwa dan 275.499 jiwa (total 716.623 jiwa),
dengan tingkat kepadatan berturut-turut adalah 116 jiwa/Km2 dan 152 jiwa/Km2. Atau
dengan luas total wilayah sebesar 5.625 Km2 dan jumlah total penduduk sebanyak 716.623
jiwa, memiliki tingkat kepadatan sebesar 151 jiwa/Km2.
Mata pencaharian pada umumnya kegiatan pertanian/agricultural dan pariwisata. Laju
pertumbuhan penduduk sangat rendah yaitu berkisar 0.011%.

LAPORAN AKHIR

II - 9

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Tabel 2.4
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan tingkat Kepadatan
di Kabupaten Nias dan Nias Selatan Tahun 2003

No

Kecamatan

Jumlah Penduduk
Laki-laki

I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
II
1
2
3
4
5
6
7
8

Kab Nias
Idano Gawo
Bawolato
Sirombu
Mandrehe
Gido
Lolofitu Moi
GunungSitoli
Hiliduho
Alasa
Namohalu Esiwa
Lahewa
Afulu
Tuhemberua
Lotu
JUMLAH
Kab Nias Selatan
Pulau Pulau Batu
Hibala
Teluk Dalam
Amandraya
Lahusa
Gomo
Lolowau
Lolomatua
JUMLAH
Total

15,010
9,812
10,362
22,771
24,676
17,933
37,182
15,588
14,195
6,953
11,550
4,398
21,680
6,114
218,224

Wanita
15,144
9,903
10,594
23,462
24,567
19,733
37,021
16,355
14,336
7,022
11,803
4,494
22,241
6,275
222,950

Total

Luas
(Km2)

Kepadatan
(Jiwa/Km2)

30,154
19,715
20,956
46,233
49,243
37,666
74,203
31,943
28,531
13,975
23,353
8,892
43,921
12,389
441,174

363.5
207
223.8
293.2
338.58
236.52
230.8
221.65
459.4
176
446.05
159.55
317.25
126.5
3,799.80

83
95
94
158
145
159
321
144
62
79
52
56
138
98
116

17,465
9,374
76,750
29,173
29,276
50,203
34,655
28,603
275,499
716,623

121.05
54.25
490
183
334
158.6
295.6
188.6
1,825.10
5,625.00

144
173
157
159
88
317
117
152
151
127

Sumber: BPS Kabupaten Nias / BAPPEDA Kabupaten Nias

LAPORAN AKHIR

II - 10

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

GAMBAR 2.5
PENYEBARAN PENDUDUK

Silima Banua

43.921 JIWA
KEC.TUHEMBERUA

Lahewa

12.389 JIWA

KEC.LAHEWA
Lotu

KEC.LOTU
23.353 JIWA
KEC.NAMOHALU ESIWA

KEC. AFULU

Namohalu

8.892 JIWA

13.975 JIWA

GUNUNG SITOLI

Afulu

74.203 JIWA
28.531 JIWA
P. INDRA

Fadoro Lauru

KEC.GUNUNGSITOLI

Ombolata

KEC. ALASA

31.943 JIWA

P. WUNGA

KEC.HILIDUHO

KEC.GIDO

Hiliweto

46.233 JIWA

49.243 JIWA

Lolofitu

KEC. MANDREHE
Fadoro

KEC.LOLOFITU MOI

Tetehosi

37.666 JIWA
30.154 JIWA
Tetesua

KEC.SIROMBU

KEC.IDANO GAWO

KEC.BAWOLATO

20.956 JIWA

Bawolato
P. ASU
P. HERUANGA

Lolowa'u

19.715 JIWA

KEC.LOLOMATUA

P. BUGI
P. BUGI

P. IMAMA

Hiliotalua

34.655 JIWA
Orahili

28.603 JIWA

P. HAMUTALA
P. BAWA

KEC.LOLOWAU

50.203 JIWA
KEC.GOMO

KEC.LAHUSA
KEC.LAHUSA
Helezalulu

Amandraya

29.276 JIWA
KEC.AMANDRAYA
29.173 JIWA

KEC.TELUK DALAM
76.750 JIWA

Pasar Teluk Dalam

LAPORAN AKHIR

II - 11

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

2.1.5 Potensi Wilayah dan Perekonomian


2.1.5.1 Potensi Perkebunan
Perkembangan produksi tanaman perkebunan sepuluh tahun terakhir di kabupaten Nias
rata-rata mengalami perkembangan yang fluktuatif. Komoditi hasil perkebunan yang selama
ini menjadi primadona seperti kelapa, karet, kopi dan nilam, cenderung masih mendominasi
produk-produk hasil perkebunan rakyat. Komoditi baru seperti kakao mengalami
perkembangan yang cukup pesat dan rata-rata diusahakan oleh rumah tangga petani di
kabupaten Nias. Umur tanaman yang relatif cepat menghasilkan dan harga produk yang
cukup bersaing di pasar, menjadi daya tarik tersendiri semakin luasnya pengelolaan
tanaman perkebunan kakao.
Ancaman dan gangguan hama penyakit tanaman perkebunan dan sebagian besar tanaman
perkebunan berumur tua menjadi tantangan ke depan untuk mengoptimalkan produksi
tanaman perkebunan. Di samping itu tingkat penerapan teknologi yang masih rendah dimana
sebagian besar komoditi tanaman perkebunan dijual dalam produk setengah jadi
menyebabkan nilai jual produk relatif rendah.
Luas lahan yang cukup tersedia untuk tanaman perkebunan dan ragam potensi komoditas
hasil perkebunan yang melimpah, sangat prospektif untuk industri pengolahan hasil
pertanian. Bahan baku yang cukup tersedia dengan harga yang relatif bersaing serta tingkat
ketersediaan tenaga kerja, diharapkan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya
di sektor ini.

Tabel 2.5
Jenis Tanaman, Luas Lahan dan Jumlah Produksi Perkebunan di Nias

No.

Jenis
Tanaman

L u a s (Ha)

Produksi (Ton)

2000

2001

2002

2000

2001

2002

Karet

27,128

27,258

28,955 14,238.0 14,090.0 17,486.0

Kelapa

48,338

48,481

48,769 42,820.0 42,892.0 43,817.0

KopI

1,616

1,437

1,763

808.0

772.0

788.0

Cengkeh

1,964

1,699

1,699

132.0

89.0

89.0

Pala

121

121

191

14.0

15.0

31.0

Nilam

2,631

2,177

2,456

371.0

273.0

312.0

Kapulaga

Kakao

2,609

3,050

4,379

354.0

392.0

846.0

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Nias

LAPORAN AKHIR

II - 12

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

2.1.5.2 Potensi Pertanian


Perkembangan produksi tanaman padi di kabupaten Nias sepuluh tahun terakhir mengalami
peningkatan, dimana peningkatan ini dibarengi dengan peningkatan produktifitas dan luas
panen. Kondisi luas lahan yang tersedia disatu sisi mengalami perubahan fungsi dimana
beberapa areal lahan untuk padi sawah dan ladang berubah fungsi menjadi lahan
perumahan seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk. Di sisi lain, kondisi
sosilologi masyarakat petani di kabupaten Nias, dimana profesi sebagai petani ditinggalkan
beralih kepada profesi lainnya.
Di samping itu etos kerja petani yang masih rendah, pola usaha tani yang bersifat tradisional,
dan penerapan teknologi pemakaian benih dan pupuk yang sangat rendah, serta
terbatasnya sarana dan prasarana pengairan menjadi kendala bagi peningkatan produktifitas
petani dimasa mendatang.
Perkembangan produksi palawija sepuluh tahun terakhir menunjukkan suatu kondisi yang
bervariasi antara komoditas dengan luas tanam yang berfluktuasi. Beberapa komoditas
menunjukan peningkatan produksi antara lain jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Hal ini
mengindikasikan bahwa sistem pengelolaannya masih sangat sederhana, dimana pasar
produksi yang tidak terjamin dan agroindustri pengolah hasil masih belum tumbuh
berkembang.
Perkembangan luas panen, produktifitas dan produksi tanaman sayuran sepuluh tahun
terakhir menunjukkan perkembangan yang fluktuatif, bila dibandingkan antara luas panen
dan tingkat produktifitas.
Prospek tanaman sayuran ke depan cukup menjanjikan bila dilihat dari tingginya permintaan
pasar terhadap produksi sayuran dari luar daerah. Kondisii topografi dan klimatologi wilayah
kabupaten Nias untuk beberapa komoditi tanaman sayuran sangat potensial untuk
dikembangkan dimasa mendatang.

Tabel 2.6
Jenis Tanaman, Luas Panen dan Jumlah Produksi Pertanian Tanaman di Nias
Luas Panen (Ha)
No.

Jumlah Produksi (Ton)

Jenis Tanaman
2000

2001

2002

2000

2001

2002

Padi sawah

29,835

27,158

28,760

108,493

98,999

108,538

Padi Ladang

1,418

845

2,585

2,741

1,655

5,227

Jagung

302

384

629

429

557

966

Ketela Pohon

1,822

1,608

1,253

16,159

14,604

11,286

Ketela Rambat

157

1,466

1,231

13,869

13,296

11,232

Kacang Kedele

40

20

37

45

25

51

Kacang Tanah

176

193

212

184

221

257

Kacang Hijau

181

127

138

181

136

161

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Nias

LAPORAN AKHIR

II - 13

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

GAMBAR 2.6
PENGGUNAAN LAHAN

Silima Banua

KEC.TUHEMBERUA

Toyolawa
Lahewa

Lotu

KEC.LAHEWA

Idanogawo KEC.LOTU
KEC. AFULU

Awa`ai

KEC.NAMOHALU ESIWA

Iraonolase

Namohalu

KEC.GUNUNGSITOLI

Afulu

GUNUNG SITOLI

Afulu
Fadoro Lauru
Ombolata

Faecheo

Miga

KEC. ALASA

P. WUNGA

KEC.HILIDUHO

Botom Bawo
KEC.GIDO

Tetehasi I

Hiliweto
KEC. MANDREHE

Lolofitu

Hili Sebuadunia

Tetehosi

Fadoro

Bosihona

KEC.IDANO GAWO
Letehosi
KEC.LOLOFITU MOI
KEC.SIROMBU

Holi

Tetesua

Bawolato

Hiliotalua

KEC.BAWOLATO

KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA

Lolowa'u

Orahili
KEC.GOMO

Gomo
KEC.LAHUSA

Amandraya

Helezalulu
Hilisimaetano

KEC.AMANDRAYA

Hiliaru dua

Bawolalusa

Bawaluo
KEC.TELUK DALAM

Bawodo Bara

PASAR TELUK DALAM

LAPORAN AKHIR

II - 14

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

2.1.5.3 Potensi Pariwisata


Pembangunan di bidang pariwisata di Kabupaten Nias terus dikembangkan secara bertahap
mengingat potensi yang cukup besar. Hal ini ditandai dengan kunjungan wisatawan manca
negara maupun domestik untuk menikmati berbagai objek wisata seperti objek wisata alam,
bahari, wisata budaya, serta objek wisata lainnya. Jumlah kunjungan wisata dalam kurun
waktu sepuluh tahun terakhir (1995-2004) tercatat 37.495 orang wisatawan mancanegara
dan 89.675 orang wisatawan domestik.
Kondisi pembangunan pariwisata dalam kurun waktu 10 tahun terakhir menunjukkan
penataan objek wisata yang belum optimal, rendahnya pemahaman masyarakat tentang
pembangunan pariwisata, banyaknya sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana
alam, belum optimalnya fungsi kelembangaa/organisasi budaya dan kesenian dalam
mendukung upaya pembangunan keparawisataan, investor yang menangani objek wisata
belum ada, pengamanan dan pemeliharaan benda benda cagar budaya belum optimal,
belum optimalnya promosi dan pemasaran pariwisata, dan terbatasnya sumber daya
manusia dalam pengelolaan pariwisata.
Pembangunan pariwisata secara umum, yang sangat dipengaruhi oleh arus informasi dan
nilai-nilai budaya asing, hal ini diharapkan dapat diselaraskan dengan penetapan kebijakan
di bidang pembangunan pariwisata sehingga potensi pariwisata yang dimiliki selain
menghasilkan pemasukan bagi pendapatan asli daerah, juga sekaligus melestarikan nilainilai budaya yang dimiliki.

Tabel 2.7
Jumlah Wisatawan Yang Berkunjung
Tahun 2000-2004
Wisatawan
Bulan

Jumlah
Asing

Domestik

Januari

70

780

850

Februari

107

557

664

Maret

244

288

532

April

395

219

614

Mei

483

139

622

Juni

598

196

794

Juli

533

1,570

2,103

Agustus

488

1,422

1,910

September

386

266

652

Oktober

137

285

462

Nopember

96

649

747

Desember

26

2,321

2,347

3,563

8,692

12,297

Jumlah

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias

LAPORAN AKHIR

II - 15

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

2.1.5.4 Produk Domenstik Regional Bruto (PDRB)


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu indikator makro tentang
perkembangan perekonomian Kabupaten Nias melalui tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat
pendapatan perkapita dan tingkat kontribusi masing-masing jenis lapangan usaha.
PDRB kabupaten Nias kurun waktu 10 tahun terakhir mengalami penurunan secara
bertahap. Pada tahun 1995 PDRB atas dasar Harga Berlaku sebesar Rp. 878.450,11 dan
pada tahun 2004 menjadi sebesar Rp. 2.093.675,48. Demikian juga halnya PDRB atas dasar
Harga Konstan di mana pada tahun 1995 sebesar Rp. 754.144,70 dan pada tahun 2004
menjadi sebesar Rp. 536.753,16.
Lapangan usaha yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan
PDRB kabupaten Nias adalah sektor Pertanian, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Jasajasa dan Bangunan. Sektor-sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap pembentukan
PDRB kabupaten Nias dalam kurun waktu 10 tahun terakhir masih memiliki potensi untuk
lebih dikembangkan dimasa yang akan datang. Demikian juga halnya sektor-sektor yang lain
yang selama ini belum memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap PDRB, perlu
untuk lebih dioptimalkan melalui berbagai kebijakan-kebijakan strategis, dalam upaya
menggairahkan aktivitas perekonomian. PDRB Kabupaten Nias sejak 1993 s/d 2002 ,seperti
tabel di bawah ini.

Tabel 2.8
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Nias Tahun Dasar 1993
(Juta Rupiah)

Tahun

Menurut Harga Berlaku

Menurut Harga Konstan

[1]

[2]

[3]

1993

599.309,31

599.309,31

1994

741.457,17

682.524,46

19 9 5

878.450,11

754.144,70

1996

1.008.447,35

807.989,09

1997

1.145.386,64

834.873,21

1998

1.715.119,11

751.349,14

1999

1.966.163,23

801.294,00

2000

2.241.959,10

831.204,36

2 0 0 1*)

2.418.769,36

833.146,30

2 0 0 2 **)

2.624.266,13

860.390,85

Keterangan : *) Angka Perbaikan/Revised


**) Angka Sementara/Preliminary Figures
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias / BAPPEDA Kabupaten Nias

LAPORAN AKHIR

II - 16

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

2.1.5.5 Pertumbuhan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi kabupaten Nias kurun waktu lima tahun terakhir menunjukkan trend
positif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nias sebesar
3,73 dan pada tahun 2004 sebesar 5,83. Kondisi pertumbuhan ekonomi tidak jauh berbeda
dengan kondisi perekonomian nasional. Pada tahun 1997 pada saat krisis ekonomi melanda
Indonesia, dampaknya sangat terasa terhadap aktivitas perekonomian di kabupaten Nias.
Namun secara umum dapat dikatakan, seiring dengan pulihnya krisis ekonomi secara
Nasional, maka beberapa sektor perekonomian di kabupaten Nias juga mengalami
perkembangan yang menggembirakan, sehingga sangat prospektif untuk dikembangkan di
masa yang akan datang.

Tabel 2.9
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Sumatera Utara dan Kab. Nias
1994 - 2002

Tahun

Kab Nias

Sumatera

Indonesia

1994

13.89

9.48

7.54

19 9 5

10.49

9.09

8.22

1996

7.14

9.01

7.82

1997

3.33

5.70

4.91

1998

(0.37)

(10.50)

(13.13)

1999

6.65

2.59

0.85

2000

3.73

4.83

4.84

2 0 0 1 *)

0.15

3.65

3.32

2 0 0 2 *)

3.27

4.05

3.38

Keterangan : *) Angka Sementara/Preliminary Figures


Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias
Sumber :

LAPORAN AKHIR

II - 17

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

2.1.6 Kondisi Transportasi


2.1.6.1 Transportasi Darat
Prasarana jalan merupakan prasarana yang penting dalam menunjang kegiatan
perekonomian, sehingga memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas
barang serta jasa dari satu daerah ke daerah lain. Pembangunan infrastruktur di kabupaten
Nias terutama dititikberatkan pada pembangunan sarana prasarana jalan dan jembatan
untuk membuka keterisoliran wilayah kabupaten Nias serta mengembangkan akses terhadap
sentra-sentra produksi masyarakat.
Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana jalan dan jembatan masih belum optimal
sebagaimana yang diharapkan mengingat panjangnya ruas jalan kabupaten yang harus
ditangani dan terbatasnya alokasi dana untuk membiayai pembangunan jalan dan jembatan.
Namun demikian secara bertahap pembangunan jalan dan jembatan kabupaten selama ini
telah mampu meningkatkan aksesbilitas masyarakat dalam berbagai aktivitas perekonomian.
Tantangan utama yang dihadapi untuk menghasilkan pembangunan jalan dan jembatan
yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi wilayah kabupaten Nias yang
sangat labil dan rawan bencana tanah longsor. Selain itu, faktor konstruksi dan partisipasi
masyarakat dalam pemeliharaan jalan dan jembatan, juga menjadi faktor penentu yang
menyebabkan pembangunan jalan yang dihasilkan tidak memiliki umur penggunaan yang
lama. Prasarana jalan di Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan Propinsi Sumatera
Utara hingga tahun 2003 mencapai panjang 426,99 km yang terdiri atas ruas2 jalan seperti
pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.10
Ruas Jalan Propinsi Sumatera Utara
Di Kabupaten Nias dan Nias Selatan

NO.

NOMOR
LINK

STA

PANJANG
(KM)

075.1

Gunung Sitoli Tetehosi

000 039

39,00

075.2

Tetehosi Lahusa

039 080

41,00

075.3

Lahusa Teluk Dalam

080 108

28,00

076

Miga Lolowau

006 065

55,84

077

Lolowau Teluk Dalam

065 120

62,90

078

Lolowau Sirombu

065 090

25,25

079

G. Sitoli Tuhemberua

000 035

35,00

079.1

Tuhemberua Lahewa

035 087

52,00

079.3

Lahewa Afulu

087 109

22,00

10

103

109 Sirombu

66,00

JURUSAN / RUAS

Afulu Faighunaa Sirombu


JUMLAH

426,99

Sumber: Kantor BRR Km-1 (G. Sitoli-Lahewa), G. Sitoli - Kabupaten Nias

LAPORAN AKHIR

II - 18

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

GAMBAR 2.7
PETA JARINGAN JALAN PROPINSI

Silima Banua

KEC.TUHEMBERUA

Toyolawa
Lahewa

Lotu

KEC.LAHEWA

Idanogawo KEC.LOTU
KEC. AFULU

Awa`ai

KEC.NAMOHALU ESIWA

Iraonolase

Namohalu

KEC.GUNUNGSITOLI

Afulu

GUNUNG SITOLI

Afulu
Fadoro Lauru
Ombolata

Faecheo

Miga

KEC. ALASA

P. WUNGA

KEC.HILIDUHO

Botom Bawo
KEC.GIDO

Tetehasi I

Hiliweto
KEC. MANDREHE

Lolofitu
Hili Sebuadunia

Tetehosi

Fadoro

Bosihona

KEC.IDANO GAWO

Letehosi

KEC.LOLOFITU MOI
KEC.SIROMBU

Holi

Tetesua

Bawolato

Hiliotalua

KEC.BAWOLATO

KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA

Lolowa'u

Orahili
KEC.GOMO

Gomo
KEC.LAHUSA

Amandraya

Helezalulu
Hilisimaetano

KEC.AMANDRAYA

Hiliaru dua

Bawolalusa

Bawaluo
KEC.TELUK DALAM

Bawodo Bara

PASAR TELUK DALAM

LAPORAN AKHIR

II - 19

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

2.1.6.2 Transportasi Laut


Sebagai daerah yang dikelilingi oleh laut dan terdiri pulau-pulau, transportasi laut sangat
menunjang sekali dalam pergerakan yang terjadi di Kabupaten Nias yang terdapat lima
pelabuhan laut yaitu Pelabuhan Laut Gunung Sitoli, Lahewa, Teluk Dalam, Sirombu dan
P.Tello.
Kelima pelabuhan laut tersebut berfungsi menghubungkan antar kecamatan yang ada di
wilayah ini. Selain dari pelabuhan-pelabuhan laut diatas, masih terdapat pelabuhanpelabuhan kecil seperti pelabuhan Helezelulu di Kecamatan Lahusa, Pelabuhan Seke di
Kecamatan Lolowau dan Pelabuhan Salonaka di Kecamatan Alasa, yang mana pelabuhanpelabuhan ini berfungsi sebagai pelabuhan pembantu yang menghubungkan desa-desa di
sepanjang pantai.
Jadi pola pergerakan manusia dan barang yang terjadi di Kabupaten Nias yang keluar dari
wilayah ini setelah dihimpun melalui jalan darat ke pelabuhan terdekat sebagian besar terus
mengalir ke Pulau Sumatera melalui Pelabuhan Sibolga akan tetapi sebagian lagi ada yang
melewati pelabuhan-pelabuhan yang ada di kecamatan ke Pelabuhan Gunung Sitoli yang
ada di ibukota kecamatan, baru selanjutnya menuju ke Pulau Sumatera melewati Pelabuhan
Sibolga. Dan pergerakan manusia dan barang yang masuk ke Kabupaten Nias pada
umumnya langsung mengalir dari Pulau Sumatera melewati Pelabuhan Sibolga ke masingmasing pelabuhan besar di wilayah ini.

Tabel 2.11
Jumlah Penumpang dan Bongkar Muat Barang Melaui Pelabuhan
di Nias Th 1998 - 2002

Nama
Pelabuhan
1. Pulau Tello

Penumpang

2001

- Datang

2,781

1,515

- Berangkat

1,632

933

7,294

4,342

5,971 - Muat

5,961

6,025

7,031 - Bongkar

- Datang

- Berangkat

- Berangkat

4. G.Sitoli

5. Lahewa

2002

Barang

2000

2. Teluk Dalam - Datang

3. Sirombu

Tahun

Tahun
2000

2001

2002

- - Muat

7,588

6,509

- - Bongkar

7,937

5,691

10,222

7,760

8,409

9,335

9,985

10,065

- - Muat

175

747

- - Bongkar

343

71

*
31,816

- Datang

92,731 110,802 119,726 - Muat

27,608

31,057

- Berangkat

98,977 116,733 119,780 - Bongkar

80,955

97,764 101,448

- Datang

2,025

612

- Berangkat

1,452

1,422

Jumlah

153 - Muat

7,322

3,965

1,922

557 - Bongkar

6,021

3,022

1,672

212,853 242,384 253,218

157,505 166,571 155,332

Sumber : Adpel (diolah)

LAPORAN AKHIR

II - 20

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

2.1.6.3 Transportasi Udara


Untuk memasuki Kabupaten Nias melalui jalan udara, harus melewati Lapangan Terbang
Binaka yang berjarak 19 km dari Gunung Sitoli. Pergerakan melalui udara hanya merupakan
pergerakan manusia yang masuk dan keluar saja, dimana aliran yang keluar melewati
lapangan terbang Polonia dan dari Binaka menuju lapangan terbang Sibolga dan di ibukota
Kabupaten/Kota Sibolga, sedangkan pola pergerakan manusia yang masuk ke daerah ini
dari ibukota propinsi melalui pelabuhan udara Polonia atau pelabuhan udara Sibolga menuju
lapangan udara Binaka Gunung Sitoli. Secara umumnya pada tahun-tahun terakhir ini jumlah
kunjungan pesawat terbang terus bertambah.

Tabel 2.12
Jumlah Penumpang dan Keluar Masuk Barang Melaui
Bandara Binaka Gunung Sitoli Th 2002

Bulan

Penumpang
Datang Berangkat

Barang Masuk
Bagasi Cargo

Barang Keluar
Bagasi Cargo

Januari

219

285

1,855

663

2,103

809

Pebruari

190

187

1,585

397

1,635

395

Maret

234

239

2,020

583

1,556

489

April

177

217

1,460

662

1,674

643

Mei

247

298

2,741

828

3,091

790

Juni

213

222

2,359

670

1,532

473

Juli

227

275

1,773

615

2,429

438

Agustus

281

283

2,696

348

2,591

326

September

246

310

1,836

595

2,367

477

Oktober

299

307

2,170

800

2,692

587

Nopember

212

215

1,580

1,117

1,692

471

Desember

236

272

1,947

297

2,152

447

2,781

3,110

24,022

7,575

25,514

6,345

Jumlah

Sumber : Kantor Pelabuhan Udara Binaka Gunungsitoli (diolah)

LAPORAN AKHIR

II - 21

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

2.2

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Pengembangan Wilayah
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (PP No. 47 Tahun 1997), Pulau Nias
merupakan kawasan andalan. Dalam hal ini, kawasan andalan adalah bagian dari kawasan
budidaya yang berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan
kawasan di sekitarnya. Sektor unggulan yang terdapat di Pulau Nias adalah perkebunan dan
pariwisata. Penggunaan lahan di Pulau Nias didominasi oleh perkebunan. Selain itu, potensi
alam di Pulau berupa keindahan alam dan pantainya merupakan potensi unggulan yang
dimiliki oleh daerah tersebut. Begitu juga, dengan suku budaya yang unik menambah daya
tarik Pulau Nias untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Dalam
rencana tersebut, Pulau Nias memiliki Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Gunung Sitoli yang
berada di bagian timur laut Pulau Nias. Pusat kegiatan wilayah adalah kota sebagai pusat
jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten. Apabila
dilihat kondisi saat ini, Gunung Sitoli memiliki fasilitas skala regional yaitu dengan adanya
pelabuhan dan bandara yang menghubungkan Pulau Nias dengan Pulau Sumatera.
Selain itu, tercantum pula Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Pulau Nias yaitu Teluk Dalam yang
berada di bagian selatan Pulau Nias. Pusat kegiatann lokal adalah kota sebagai pusat jasa,
pusat pengolahan dan simpul transpotasi yang mempunyai pelayanan satu kabupaten atau
beberapa kecamatan.
Didalam RTRWN disebutkan bahwa pulau dianggap sebagai entity yang sangat penting
dalam pengembangan wilayah. Wilayah pulau dipandang sebagai representasi dari suatu
wilayah, penduduk, dan pola pergerakan secara nasional maupun di dalam intrapulau
tersebut. Arahan pengembangan wilayah pulau akan memberikan arahan lebih mendalam
terhadap Indonesia dan wilayahnya, pola pergerakan, pola interaksi kewilayahan, potensi
sumber daya alam dan manusianya, kawasan-kawasan andalan kawasan lindung, budidaya
dan kawasan tertentu lainnya. Pada tingkatan pulau ini pengembangan kewilayahan
dilakukan, maka dengan demikian potensi daerah akan berkembang jauh lebih besar.
Penentuan pusat kegiatan nasional akan didasarkan pada strategis pulau, termasuk dalam
hal ini penentuan pusat kegiatan wilayah dan lokal. Potensi sumber daya alam dan manusia,
kawasan andalan, pola pergerakan akan digambarkan lebih mendalam guna pengembangan
wilayah berbasis pulau. Karakteristik pengembangan pulau akan ditentukan oleh beberapa
kawasan andalan yang dimiliki oleh pulau nias.Kebijaksanaan dasar Pulau Nias yang
berkaitan dengan pengembangan jaringan transportasi ditujukan untuk meningkatkan
kesatuan pengembangan kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan pengembangan prasarana
wilayah dengan memperhatikan kemampuan daya dukung wilayah.

2.3

Arah Pengembangan Daerah


Untuk mencapai tingkat kemajuan dan kesejahteraan yang diinginkan dan dalam rangka
pengentasan kemiskinan, maka arah pembangunan jangka panjang mendatang adalah
dilaksanakan dengan mempertimbangkan potensi sumber daya alam dengan menetapkan
Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) sebagai berikut:
1. Satuan Wilayah Pembangunan I (SWP I)
Dengan pusat pembangunan Lahewa, meliputi: Kecamatan Lahewa, Kecamatan
Lahewa Timur, Kecamatan Afulu, Kecamatan Alasa, Kecamatan Tuhemberua,
Kecamatan Sawo, Kecamatan Sitolu Ori, Kecamatan Lotu, Kecamatan Namohalu.
Dalam pengembangan yang akan datang diharapkan peran dan fungsi wilayah ini
sebagai:

Kawasan kunjungan wisatawan, dimana kawasan ini mempunyai potensi wisata


yang tergolong lengkap, wisata alam, wisata bahari, wisata budaya dan wisata
pantai.

LAPORAN AKHIR

II - 22

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Penyedia bahan baku dalam pengembangan agroindustri dan industri kecil.

Kawasan budidaya perikanan, produksi hasil tangkap laut.

2. Satuan Wilayah Pembangunan II (SWP II)


Dengan pusat pengembangan Gunungsitoli, meliputi: Kecamatan Gunungsitoli,
Kecamatan Gunungsitoli Utara, Kecamatan Gunungsitoli Alooa, Kecamatan
Gunungsitoli Selatan, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, Kecamatan Hiliduho, Kecamatan
Alasa Talu Muzoi, Kecamatan Boto Muzoi, Kecamatan Hili Serangkai, Kecamatan Gido,
Kecamatan Mau, Kecamatan Somolo-molo, Kecamatan Idanogawo, Kecamatan Ulu
Gawo, Kecamatan Bawolato.
Dalam pengembangan dimasa yang akan datang, diharapkan dapat melakukan peran
sebagai:

Kawasan pengumpul hasil pertanian dan perkebunan dari daerah belakangnya


kemudian didistribusikan ke daerah lain dengan memanfaatkan potensi pelabuhan
laut di Gunungsitoli.

Kawasan penyalur kebutuhan primer, sekunder maupun penyediaan fasilitas bagi


SWP lainnya.

3. Satuan Wilayah Pembangunan III (SWP III)


Dengan pusat pengembangan Tetesua (Kecamatan Sirombu), meliputi: Kecamatan
Sirombu, Kecamatan Lahomi, Kecamatan Moi, Kecamatan Mandrehe, Mandrehe Utara,
Mandrehe Barat, Kecamatan Moroo, Kecamatan Ulu Moroo.
Dalam pengembangannya dimasa yang akan datang dapat berperan sebagai:

Pensupply bahan baku untuk kegiatan agroindustri, terutama bahan baku karet.

Penggerak pembangunan untuk wilayah Kabupaten Nias bagian barat.

4. Satuan Wilayah Pembangunan IV (SWP IV)


Dengan pusat pengembangan Teluk Dalam, meliputi Kecamatan Teluk Dalam,
Kecamatan Gomo dan Kecamatan Lahusa.
Dengan potensi yang dimiliki pada kawasan ini diharapkan dimasa yang akan datang
melakukan peran sebagai:

Kawasan pengumpul hasil perkebunan maupun pertanian dan kecamatankecamatan lainnya denga potensi pelabuhan bongkar muat barang setelah Gunung
Sitoli.

Kawasan yang memberi daya tarik wisatawan untuk berkunjung, dengan potensi
wisata berupa keindahan alam, rumah tradisionil, benda-benda kuno, tempat
bersejarah, gua dan mata air panas.

Pengumpul dan pendistribusi hasil perkebunan dan pertanian dari daerah belakang
(hinterland).

5. Satuan Wilayah Pembangunan V (SWP V)


Dengan pusat pengembangan Pulau Tello, meliputi Kecamatan Pulau-pulau Batu yang
terdiri dari lebih kurang 10 buah pulau (tidak termasuk pulau kecil).
Dengan potensi yang dimiliki ini diharapkan dapat berperan sebagai:

Pengekspor hasil perikanan laut.


Kawasan obyek wisata bahari terutama untuk diving dan surfing.

Permasalahan utama dalam pengembangan SWP V ini adalah sarana transportasi laut,
dimana sering terkendala dengan badai pada bulan-bulan tertentu dan tidak masuk
dalam kajian studi yang dilaksanakan.

LAPORAN AKHIR

II - 23

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

GAMBAR 2.8
PEMBAGIAN SWP PULAU NIAS

Silima Banua

KEC.TUHEMBERUA

Toyolawa
Lahewa

Lotu

KEC.LAHEWA

Idanogawo KEC.LOTU
KEC. AFULU

Iraonolase
Afulu

Awa`ai

KEC.NAMOHALU ESIWA

Namohalu

SW P I
Afulu

KEC.GUNUNGSITOLI
GUNUNG SITOLI

Fadoro Lauru
Ombolata
KEC. ALASA

P. WUNGA

KEC.HILIDUHO

Faecheo

Miga

SW P I I
Botom Bawo
KEC.GIDO

Tetehasi I

Hiliweto
KEC. MANDREHE

Lolofitu

Hili Sebuadunia

Tetehosi

Fadoro

SW P I I I

Bosihona

KEC.IDANO GAWO

Letehosi

KEC.LOLOFITU MOI

KEC.SIROMBU

Holi

Tetesua

Bawolato

Hiliotalua

KEC.BAWOLATO

KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA

Lolowa'u

Orahili
KEC.GOMO

Gomo

SW P I V
Amandraya

KEC.LAHUSA

Helezalulu
Hilisimaetano

KEC.AMANDRAYA

Hiliaru dua

Bawolalusa

Bawaluo
KEC.TELUK DALAM

Bawodo Bara

PASAR TELUK DALAM

SW P V

LAPORAN AKHIR

II - 24

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

3.1

Pendekatan Penanganan
Pendekatan yang dilakukan untuk melaksanakan kegiatan Studi Kelayakan Jalan Lintas
Utara-Selatan Nias diawali dengan melakukan identifikasi terhadap sasaran/tujuan yang
hendak dicapai dari pekerjaan ini. Langkah berikut setelah diketahui sasaran/tujuan yang
hendak dicapai, dilakukan identifikasi kebutuhan data lapangan yang dilakukan melalui
survai data sekunder.
Suatu konsep akan menentukan arah dan tujuan yang hendak dicapai dalam menyelesaikan
masalah. 0leh sebab itu, untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan Studi
Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias digunakan dasar pertimbangan, yaitu:
a. Arah Pembangunan Sistem Tranportasi Nasional
b. Kebijakan Daerah dalam Pengembangan Sistem Transportasi
c. Konsep Pengembangan Sistem Transportasi
Lepas dari pendekatan yang digunakan, Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias
akan ditujukan untuk:
a. Mendukung potensi daerah dan perkembangan wilayah-wilayah andalan perekonomian
Pulau Nias.
b. Mendukung perkembangan industri dan sektor perekonomian bagi Pulau Nias.
c. Memenuhi kebutuhan pengembangan transportasi jalan raya Pulau Nias di masa
mendatang.
d. Memberikan kemudahan akses bagi pemerintah dan masyarakat untuk melaksanakan
fungsi-fungsi sosial, administrasi dan pertahanan keamanan.
e. Sebagai moda angkutan masa mendatang
Kebutuhan data guna menunjang analisis untuk aspek lalu lintas, kondisi jalan, geometrik
jalan, struktur jalan, daya dukung tanah, maupun kebutuhan pembebasan lahan akan
dilakukan pengumpulan data dengan melakukan survai Investigasi/lapangan.
Data yang terkumpul akan digunakan untuk membuat pemodelan transportasi dengan
mempertimbangkan sosial ekonomi masyarakat. Pemedolen dilakukan untuk melakukan
peramalan permintaan transportasi pada masa mendatang dengan melakukan berbagai
asumsi-asumsi.
Pengembangan jaringan jalan akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan multi
kriteria dengan mempertimbangkan seluruh aspek yang akan dipertimbangkan termasuk
evaluasi ekonomi.
Hasil proses multi kriteria akan dilakukan proses prioritas dengan memberikan penilaian
pembobotan untuk mengetahui perankingan pada masing-masing alternatif. Alternatif yang
mendapatkan skala prioritas, akan dilakukan penyusunan program pentahapan
pembangunannya.

LAPORAN AKHIR

III - 1

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Gambar 3.1
Pendekatan Penanganan Pekerjaan

Sasaran / Tujuan

Survai Lapangan:
a. Jaringan Jalan
b. Lalu lintas
c. Tanah
d. Topografi

Kajian Kondisi
Lingkungan
Identifikasi Masalah

Pembangunan Model Jaringan


dan Peramalan Kebutuhan
Jaringan
Kinerja Jaringan
Jalan

Kondisi
Sosial Ekonomi
Skenario Pengembangan
Jaringan Jalan

Biaya Transportasi

Evaluasi Ekonomi

Proses Multi Kriteria

Program Prioritas

Pentahapan Program
Pembangunan

LAPORAN AKHIR

III - 2

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

3.2

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Metode Pelaksanaan
Secara umum pekerjaan dibagi menjadi 4 (empat) tahap. Tahap-tahap tersebut
menunjukkan urutan waktu serta lingkup aktivitas yang harus dikerjakan. Setiap tahapan
memiliki target pekerjaan yang harus diselesaikan. Dengan memperhatikan keterbatasan
waktu yang diberikan serta karakteristik dari pekerjaan yang harus dilakukan, maka targettarget tersebut dapat dicapai secara paralel tanpa mengurangi kualitas hasil pekerjaan.

3.2.1 Tahap I: Persiapan


Langkah pertama didalam melaksanakan pekerjaan ini adalah mengadakan pertemuan awal
untuk membahas koordinasi kerja. Jadwal pelaksanaan pekerjaan, koordinasi dan diskusi
penting sebelum konsultan melaksanakan pekerjaannya lebih lanjut.
Konsultan akan mengkaji laporan-laporan studi terdahulu dan mengumpulkan bahan-bahan
serta informasi tambahan, mengenai data sekunder yang akan dilaksanakan selama
pelaksanaan pekerjaan ini. Oleh karena itu, Konsultan pada tahap persiapan ini akan
melaksanakan pengumpulan data mencakup kegiatan-kegiatan data sekunder, review dan
klarifikasi data dan studi yang terkait, antara lain:

PROPEDA (Program Pembangunan Daerah);

RTRW, RURTK, RIK (Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten, Rencana Induk
Kecamatan);

Peta Topografi skala terbesar;

Peta Geologi skala terbesar;

Peta Tata Guna Lahan;

Data Perhitungan Lalu Lintas / LHR;

Data Survey Asal Tujuan /OD, baik Nasional maupun Lokal;

Laporan studi / proyek-proyek sejenis yang definitif.

Pada tahap ini juga dilakukan kegiatan-kegiatan mobilisasi tenaga ahli, persiapan fasilitas
perkantoran, menyusun program kerja, persiapan survai lapangan dan menyelesaikan
masalah teknis dan administratip.

3.2.2 Tahap II: Survey Pengumpulan Data


Bertujuan mengumpulkan data awal dengan melakukan Survey Pendahuluan kelapangan
dan kunjungan ke instansi terkait agar memperoleh gambaran labih jelas mengenai keadaan
wilayah studi.
Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam survai pendahluan ini, meliputi :
Tinjauan ulang semua data yang ada yang berkaitan dengan usulan proyek tersebut
termasuk aspek teknik, sosial ekonomi dan lingkungan.
Pengumpulan data fisik, ekonomi dan sistem pengoperasian yang diperlukan untuk
mendukung kesimpulan pra studi kelayakan tersebut.
Melakukan indikasi awal adanya manfaat dari usulan proyek tersebut, baik terhadap
pengguna jalan/jembatan berupa peningkatan aksesibilitas, penurunan biaya transport
serta manfaat bagi lingkungan yang lebih baik.
Paralel dengan survai pendahuluan, Konsultan akan mengumpulkan data sekunder berupa:

data jaringan jalan yang ada dan rencana pengembangannya;


kondisi jaringan jalan;
data sosial-ekonomi dan sosial budaya;
volume lalu lintas;
pengangkutan barang-barang;

LAPORAN AKHIR

III - 3

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

kondisi topografi/geologi/hidrologi;
utilitas bawah tanah yang ada;
statistik regional;
tata guna lahan; dan data terkait lainnya.

Berdasarkan hasil survai pendahuluan, Konsultan akan melakukan evaluasi singkat data
sekunder yang terkumpul serta menyusun langkah-langkah selanjutnya untuk tahap analisa
lebih lanjut. Uraian ringkas akan disajikan di dalam Laporan Pendahuluan yang melaporkan
mengenai kondisi umum lokasi proyek dan metodologi tahapan-tahapan pekerjaan di dalam
Studi Kelayakan.
3.2.2.1 Survai Lalu Lintas
Survai Lalu lintas akan dilaksanakan berdasarkan hal-hal berikut ini:
- Perhitungan lalu-lintas selama 1 x 16 jam pada lokasi yang diusulkan oleh konsultan dan
disetujui oleh Pemberi Kerja
- Survai Inventarisasi / kondisi jalan
- Survai terkait lainnya yang diperlukan untuk menyiapkan Desain Teknis Awal (Preliminary
Engineering Desin) di dalam Studi Kelayakan ini.
a. Survai Perhitungan Lalu lintas (LHR)
Suvai ini dilakukan untuk mendapatkan data lalulintas (LHR) pada ruas jalan/jembatan
yang disurvai, yaitu pada lokasi yang diusulkan oleh konsultan dan disetujui oleh
Pemberi Kerja. Data yang diperoleh dari pelaksanaan survai tersebut meliputi:
- Volume kendaraan
- Klasifikasi kendaraan
- Frekuensi kendaraan
- Arah perjalanan
Perhitungan lalu lintas dilakukan dengan cara mencacah/menghitung kendaraan yang
lewat pada pos-pos survai yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Pengelompokan jenis kendaraan dalam pelaksanaan survai lalu lintas meliputi jenis
kendaraan yang dijabarkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Pembagian Jenis Kendaraan
No
1.

Jenis
Mobil
Penumpang

2.

Mini Bus & Bus

3.

Pick Up & Mobil


Hantaran

4.

Truck Sedang

5.

Truck

6.

Sepeda Motor

LAPORAN AKHIR

Deskripsi
Kendaraan bermotor beroda empat yang dipergunakan
sebagai angkutan penumpang dengan maksimum 10 orang
termasuk pengemudi, seperti sedan, stasion wagon, jeep,
combi.oplet, mini bus dan suburban.
Yang termasuk golongan ini adalah semua kendaraan yang
digunakan sebagai angkutan penumpang dengan jumlah
tempat duduk yang disediakan untuk 20 orang atau lebih
termasuk supir.
Yang termasuk golongan ini adalah semua kendaraan
bermotor roda empat (kecuali Truck) yang dipakai untuk
angkutan barang berat total < 2,5 Ton
Yang termasuk golongan ini adalah semua kendaraan
bermotor roda empat (kecuali Truck) yang dipakai sebagai
angkutan barang dengan tonase < 2,5 Ton
Yang termasuk golongan ini adalah semua kendaraan
bermotor roda empat atau lebih dengan tonase > 2,5 Ton
(Truck dengan 2 as, 3 as, dan truk tangki) .
Adalah kendaraan bermotor roda 2 (dua)

III - 4

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Survai perhitungan lalulintas dilakukan selama 1 x 16 jam. Periode waktu pengamatan


sebagai berikut :
Periode I
Periode II

: Jam 06.00 14.00


: Jam 14.00 22.00

b. Survai Inventarisasi / Kondisi Jalan


Survai
Inventarisasi/Kondisi
Jalan
dilakukan
untuk
mengidentifikasi
dan
menginformasikan kondisi jalan eksisting, terutama mengenai geometrik jalan, struktur
perkerasan, lapisan permukaan, bahu, saluran samping, dan lain sebagainya.
Kegiatan survey ini akan dilengkapi dengan foto dokumentasi jalan yang diambil sesuai
dengan kebutuhan informasi.
c. Survai Kecepatan Perjalanan
Survai ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan menginformasikan kecepatan perjalanan,
dengan demikian maka dapat diketahui kelancaran pergerakan lalu lintas pada suatu
kota. Dengan melihat kolerasi terhadap volume lalu lintas, dapat diketahui tingkat
pelayanan jalan/jembatan yang merupakan informasi mendasar perlunya langkah
pengembangan sistem jaringan jalan/jembatan.
3.2.2.2 Survai Topografi
Survai topografi dilakukan terhadap lokasi yang masih terbatas jaringan jalannya dengan
menggunakan peta skala 1:25.000 dan akan diperbesar menjadi skala 1:5.000.
3.2.2.3 Survai Tanah dan Material
Survai tanah dan material dilakukan untuk mengetahui kondisi tanah disekitar lokasi
rencana jaringan jalan dan untuk mengetahui lokasi sumber material yang ada disekitar
lokasi proyek beserta perkiraan jumlahnya.
3.2.2.4 Survai Lingkungan
Survai lingkungan difokuskan pada data komponen
menimbulkan dampak negatif terhadap proyek, meliputi:

lingkungan

yang

berpotensi

a. Survai Inventarisasi Penggunaan Lahan


Sasaran survai inventarisasi penggunaan lahan adalah untuk memperjelas penggunaan
lahan yang sekarang dan Daerah Milik Jalan (Damija) yang ada untuk menghitung area
dan biaya untuk pembebasan lahan sesuai kebutuhan potongan melintang yang
diperlukan untuk Preliminary Engineering Design.
b. Survai Sosial-Budaya
Survai Sosial Budaya dilaksanakan dengan wawancara dan penelitian untuk
memperoleh informasi berikut tetapi tidak terbatas pada:
- kepekaan hidup masyarakat terhadap gangguan adanya kegiatan proyek jalan,
- masyarakat dan ekonomi lokal,
- persepsi masyarakat lokal terhadap perencanaan proyek jalan, dan
- nilai ekonomi yang mungkin berkurang dengan adanya pelaksanaan proyek jalan.

LAPORAN AKHIR

III - 5

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

3.2.3

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Tahap III: Analisis


Tahap ini terdiri dari beberapa bagian, yakni: analisis awal, prediksi permintaan perjalanan,
penyusunan rencana pengembangan jaringan transportasi jalan Pulau Nias, dan
penyusunan rekomendasi. Berikut disampaikan detail bahasan untuk setiap item yang
termasuk dalam tahapan ini.
3.2.3.1 Analisis Awal
Analisis awal merupakan kegiatan untuk menginterpretasi sejumlah data yang diperoleh
dari survey. Kegiatan ini dilakukan untuk:
(1) Memverifikasi kualitas dan jenis data yang diperoleh; sebagai awal untuk memodelkan
sistem jaringan jalan di Pulau Nias;
(2) Mengidentifikasi sejumlah permasalahan yang ada di dalam sistem jaringan jalan di
Pulau Nias, yang dituangkan dalam bentuk numerik, uraian, ataupun visual/gambar;
(3) Membentuk basis data yang operatif untuk digunakan dalam proses pemodelan dan
analisis;
(4) Melakukan pre-analisis untuk membentuk konsep pengembangan jaringan jalan di
Pulau Nias.
3.2.3.2 Prediksi Permintaan Transportasi Jalan di Pulau Nias
Untuk menyusun rencana jaringan jalan di Pulau Nias, salah satu pertimbangan adalah
besarnya jumlah permintaan perjalanan yang diprediksi akan menggunakan jaringan
tersebut pada kurun waktu mendatang. Pola permintaan perjalanan di suatu wilayah
umumnya tergantung dari skenario tata ruang (RTRW) yang akan dikembangkan dan
tingkat ekonomi di wilayah tersebut.
Untuk mengaitkan berbagai faktor pengaruh dalam interaksi transportasi umumnya
digunakan model untuk merepresentasikan kondisi saat ini dan prediksinya di masa yang
akan datang. Dalam berbagai studi umumnya digunakan model perencanaan transportasi
empat tahap, karena selain kemudahannya juga kemampuannya dalam menggambarkan
berbagai interaksi antara sistem transportasi dan tata ruang di wilayah studi. Secara umum
model ini merupakan gabungan dari beberapa seri submodel yang masing-masing harus
dilakukan secara berurutan, yakni: bangkitan perjalanan, sebaran perjalanan, pemilihan
moda, pemilihan rute. Struktur umum konsep model perencanaan transportasi empat
tahap ini disajikan pada Gambar 3.2
Data jaringan jalan dan data sistem zona merupakan masukan utama dalam model
transportasi empat tahap. Data jaringan jalan merepresentasikan suplai dan kinerja
jaringan jalan di wilayah studi, sedangkan data sistem zona merepresentasikan
karakteristik tata ruang di wilayah studi dan karakteristik sosio-ekonomi populasi yang ada
di dalam tata ruang tersebut. Interaksi antara kedua sistem tersebut akan menjadi bagian
utama yang dianalisis dalam model.
Aspek multi-moda secara umum akan dipisahkan pemodelannya setelah tahap pemilihan
moda, di mana proses pemilihan rute untuk setiap moda (jalan, rel, udara, dan air) memiliki
karakteristik yang berbeda. Sedangkan dalam proses analisis selanjutnya, moda-moda
tersebut akan dilihat keterpaduannya secara kualitatif dan kuantitaf melalui besaran kinerja
yang ditetapkan. Hasil pemodelan jaringan jalan berupa indikator lalulintas (arus lalulintas,
kecepatan, waktu perjalanan, V/C) dianalisis lebih lanjut dengan model biaya dan model
nilai waktu untuk mendapatkan besaran ekonomi berupa biaya perjalanan, penggunaan
nilai waktu, dan biaya operasi kendaraan.
Selanjutnya indikator lalu lintas dan indikator ekonomi ini akan dianalisis lebih lanjut dalam
konteks efisiensi dan efektifitas kinerja sistem jaringan transportasi yang diusulkan. Setiap
usulan pengembangan sistem transportasi dari daerah akan diperiksa kinerjanya secara
teknis dengan model perencanaan transportasi ini.

LAPORAN AKHIR

III - 6

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Gambar 3.2
Bagan Alir Pemodelan Transportasi Empat Tahap
Data jaringan
jalan

Biaya perjalanan
antar zona
( k
ibilit )

Model bangkitan
perjalanan
Produksi perjalanan
(trip ends) per zona

Data sistem zona


wilayah studi
Karakteristik populasi
dan tata ruang zona

Model sebaran
perjalanan
MAT antar zona

Karakteristik moda

Karakteristik pelaku
perjalanan

Model pemilihan
moda perjalanan
MAT setiap moda
Karakteristik rute/ruas
Model pemilihan
rute perjalanan
Indikator lalu lintas

3.2.3.3 Penyusunan Kebutuhan Penanganan Jaringan Jalan


A. Tujuan Kegiatan Penanganan Jaringan Jalan
Tujuan penanganan jalan adalah untuk menjaga kinerja jalan sehingga fungsinya
dalam sistem infrastruktur jalan (atau lebih dikenal sebagai jaringan jalan) dapat
berjalan sebagai mana mestinya. Dengan kata lain, secara lebih spesifik dapat
dikatakan bahwa tujuan penanganan jalan adalah untuk menjaga kondisi fisik dan
operasional dari jaringan jalan agar tetap dalam kondisi baik sehingga dapat
dioperasikan atau memberikan pelayanan sebagaimana mestinya.
A.1

Kemantapan Jalan
Dalam hal ini Departemen Kimpraswil memiliki definisi mengenai tujuan penanganan
jalan yakni 100 % jalan mantap. Tingkat kemantapan jalan ditentukan oleh dua
kriteria, yakni mantap secara konstruksi dan mantap dalam layanan lalulintas.
Adapun definisi dari masing-masing istilah kemantapan jalan tersebut adalah
sebagai berikut:
(1) Kemantapan Konstruksi Jalan
a. Jalan Mantap Konstruksi adalah jalan dengan kondisi konstruksi di dalam
koridor mantap yang mana untuk penanganannya hanya membutuhkan
pemeliharaan berkala dan bertujuan tidak untuk menambah nilai rutin atau
maksimum struktur konstruksi yang ada.

LAPORAN AKHIR

III - 7

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

b. Jalan Tak Mantap Konstruksi adalah jalan dengan kondisi di luar koridor
mantap yang mana untuk penanganan minimumnya adalah pemeliharaan
berkala dan maksimum peningkatan jalan dengan tujuan untuk menambah
nilai struktur konstruksi.
(2) Kemantapan Layanan Lalulintas Jalan
a. Jalan Mantap Layanan adalah jalan dengan kondisi lalulintas dalam koridor
mantap yang mana untuk penanganannya tidak diperlukan penambahan
lebar jalan.
b. Jalan Tak Mantap Layanan adalah jalan dengan kondisi lalulintas di luar
konridor mantap yang mana untuk penanganannya diperlukan penambahan
lebar jalan.
A.2

Standar Pelayanan Minimum (SPM) Jalan


Untuk menjamin tersedianya pelayanan publik bagi masyarakat, maka dalam PP No.
25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom, pada pasal 3 butir (3) disebutkan bahwa Daerah wajib
melaksanakan pelayanan minimal. Dalam hal ini standar pelayanan minimal
merupakan kewenangan dari pemerintah pusat (pasal 2 ayat 4 butir b.). Untuk
bidang jalan, Dep. PU telah mengeluarkan draft Standar Pelayanan Minimum bidang
Jalan seperti yang disampaikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Standar Pelayanan Minimal Jalan

No.

Bidang
Pelayanan

Cakupan

Standar Pelayanan
Kuantitas
Konsumsi/Produksi

Kualitas

Keterangan

1. Jaringan Jalan
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
A. Aspek
Aksesibilitas

B. Aspek
Mobilitas

seluruh
jaringan

seluruh
jaringan

sangat tinggi >5000


tinggi > 1000
sedang > 500
rendah > 100
Sangat rendah < 100
PDRB per kapita
(juta rp/kap/th)
sangat tinggi >10
tinggi > 5
sedang > 2
rendah > 1
sangat rendah < 1
pemakai jalan

C. Aspek
Kecelakaan

seluruh
jaringan

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)


sangat tinggi >5000
tinggi > 1000
sedang > 500
rendah > 100
Sangat rendah < 100

Indeks
Aksesibilitas
>5
>1.5
>0.5
>0.15
>0.05

Panjang jalan/luas
(km/km2)

Indeks Mobilitas
>5
>2
>1
>0.5
>0.2
Indeks
Kecelakaan 1

Indeks
Kecelakaan 2

panjang jalan/
1000 penduduk

Kecelakaan/
100.000 km. kend.

kecelakaan/
km/
Tahun

Ruas Jalan
Lebar Jalan
Min.

A. Kondisi Jalan

LAPORAN AKHIR

Volume Lalulintas (kend/hari)

2x7m

lhr > 20000

7m

8000 > lhr > 20000

6m

3000 >l hr > 8000

4.5m

lhr < 3000

Kondisi Jalan
sedang; iri < 6; rci
> 6.5
sedang; iri < 6; rci
> 6.5
sedang; iri < 8; rci
> 5.5
sedang; iri < 8; rci
> 5.5

III - 8

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

No.

Bidang
Pelayanan

B. Kondisi
Pelayanan

Cakupan

Standar Pelayanan
Kuantitas
Konsumsi/Produksi

Kualitas

Fungsi Jalan

Pengguna Jalan

arteri primer
kolektor primer
Lokal primer
arteri sekunder
kolektor
sekunder
Lokal sekunder

lalu lintas regional jarak jauh


lalu lintas regional jarak sedang
Lalu lintas lokal
lalu lintas kota jarak jauh

Kecepatan
Tempuh Min
25 km/jam
20 km/jam
20 km/jam
25 km/jam

lalu lintas kota jarak sedang

25 km/jam

lalu lintas lokal kota

20 km/jam

Keterangan

SPM di bidang jalan ini dikembangkan dalam sudut pandang publik sebagai
pengguna jalan, dimana ukurannya merupakan common indicator yang diinginkan
oleh pengguna. Basis SPM dikembangkan dari 3 keinginan dasar para pengguna
jalan, yakni:
(1) kondisi jalan yang baik (tidak ada lubang)
(2) tidak macet (lancar sepanjang waktu), dan
(3) dapat digunakan sepanjang tahun (tidak banjir waktu musim hujan)
Dalam kaitan ini penyelenggara jalan harus mengakomodir tuntutan publik terhadap
SPM dengan mengikuti norma/kaidah/aspek di bidang investasi jalan, yang meliputi
aspek: efisiensi, efektifitas, ekonomi investasi, dan aspek kesinambungan.
Pada dasarnya item dalam SPM jalan hampir sama dengan kriteria kemantapan
jalan di mana tujuannya adalah memelihara jalan minimal dalam kondisi fisik yang
sedang (indikator IRI), tidak macet (VCR < 0,8), lebar cukup, dan jumlah panjang
jaringan jalan yang mencukupi (aspek aksesibilitas dan mobilitas).
A.3

Akomodasi terhadap Pengembangan Wilayah


Namun demikian untuk menetapkan kebutuhan pembangunan dan pengembangan
jaringan jalan tidak hanya didasarkan kepada kebutuhan untuk mencapai 100% jalan
mantap ataupun SPM jalan, namun juga terkait dengan kebutuhan jalan bagi
pengembangan wilayah, dukungan bagi sektor dan kawasan andalan, prediksi
kebutuhan lalulintas di masa yang akan datang.

B. Jenis Kebutuhan Penanganan Jaringan Jalan


Dalam terminologi umum, maka jenis penanganan jalan di Indonesia yang harus
dilakukan meliputi kegiatan:
Pemeliharaan kerusakan jalan yang diakibatkan oleh pengaruh cuaca, waktu, dan
kelelahan akibat beban lalulintas.
Penyesuaian lebar jalan untuk memenuhi peningkatan volume lalulintas.
Penyesuaian kekuatan struktur jalan untuk memenuhi tuntutan perkembangan
beban lalulintas dan teknologi kendaraan angkutan barang.
Pembuatan jalan baru untuk meningkatkan aksesibilitas untuk wilayah yang
berkembang cepat maupun untuk daerah yang masih terisolir.
Dalam menyusun kebutuhan penanganan jalan untuk semua ruas jalan Propinsi
secara umum terdapat kaidah penentuannya, yakni:
(1) Untuk mencapai target 100% jalan mantap konstruksi maka:
(a) Ruas jalan yang saat ini berada dalam kondisi baik ditangani dengan
pemeliharaan rutin,

LAPORAN AKHIR

III - 9

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

(b) Ruas jalan yang saat ini dalam kondisi sedang ditangani dengan pemeliharaan
berkala,
(c) Ruas jalan yang saat ini dalam kondisi rusak ditangani dengan peningkatan
struktur perkerasan jalan (restructuring), dan
(2) Untuk mencapai target 100% jalan mantap layanan lalulintas, maka ruas jalan
yang saat ini dalam kondisi macet ditangani dengan peningkatan kapasitas atau
pelebaran jalan.
(3) Sedangkan untuk kebutuhan pembangunan jalan baru ditentukan oleh tingkat
aksesibilitas dan mobilitas wilayah dan prediksi kebutuhan jaringan jalan untuk
pengembangan wilayah.
Untuk menentukan kondisi konstruksi jalan Ditjen Bina Marga memanfaatkan
parameter IRI (International Roughness Index) seperti yang disampaikan pada
Tabel 3.3. Sedangkan untuk menentukan kondisi layanan lalulintas, maka kebutuhan
pelebaran jalan hanya diperlukan untuk ruas jalan dengan VCR > 0,8 yang merupakan
batas maksimum di mana lalulintas dapat dikatakan dalam kondisi normal dan stabil.

Tabel 3.3 Penentuan Kondisi Ruas Jalan dan Kebutuhan Penanganannya


Kondisi jalan
Baik

IRI (m/km)
IRI rata-rata < 4,5

Kebutuhan penanganan
Pemeliharaan rutin

Sedang

4,5 < IRI rata-rata < 8,0

Pemeliharaan berkala

Rusak

8,0 < IRI rata-rata < 12,0

Peningkatan/Pembangunan jalan

IRI rata-rata > 12,0

Peningkatan/Pembangunan jalan

Rusak Berat
Macet

VCR > 0,8

Pelebaran jalan

C. Penyusunan Rencana Pengembangan Jaringan Jalan


C.1

Lingkup Penyusunan Rencana


Penyusunan Rencana Jaringan Jalan Propinsi memiliki lingkup kegiatan dan
pertimbangan yang secara menyeluruh menggabungkan beberapa konsep
perencanaan pengembangan wilayah dalam kerangka yang luas. Hasil dari kegiatan
ini adalah diperolehnya daftar prioritas dari kebutuhan pengembangan jaringan jalan
di Pulau Nias.
Usulan kebutuhan pengembangan jaringan jalan ini perlu dikembangkan lebih lanjut
untuk dapat menyusun program pencapaiannya. Hal ini sangat penting dilakukan
mengingat dengan keterbatasan dana yang ada, kemungkinan besar tidak semua
kebutuhan pengembangan jaringan transportasi jalan dapat terlaksana dalam satu
tahun anggaran. Dengan kata lain diperlukan adanya prioritasi untuk menemukan
solusi pentahapan pencapaian jaringan transportasi jalan sesuai dengan idealisasi
yang disusun dalam Rencana Pengembangan Jaringan Jalan.

C.2

Penyusunan Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi Jalan


Dalam menyusun rencana pengembangan jaringan transportasi jalan di Pulau Nias,
berbagai pertimbangan perlu ditelaah secara mendalam agar dapat disusun suatu
rencana dan pentahapan pelaksanaan kegiatan pengembangan jaringan yang
realistis sesuai kebutuhan dan kemampuan, serta tetap memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi masyarakat dan mampu mendorong perekonomian wilayah
sesuai rencana yang tertuang dalam RTRWP Pulau Nias.

LAPORAN AKHIR

III - 10

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Berbagai kriteria perlu dikembangkan untuk menyeleksi dan menyusun usulan/daftar


kebutuhan pengembangan jaringan transportasi jalan sedemikan sehingga diperoleh
prioritas pengembangan yang optimal ditinjau dari berbagai aspek. Salah satu cara
untuk menyelesaikan masalah penyusunan program/pengambilan keputusan yang
kompleks dengan menyertakan banyak variabel/kriteria yang dipertimbangkan
adalah dengan pendekatan Analisis Multi Kriteria (AMK).

3.2.3.4 Analisis Multi Kriteria (AMK)


A. Konsep AMK
Pengambilan keputusan dalam perencanaan sistem transportasi jalan akan
dihadapkan kepada sejumlah variabel yang kompleks sesuai sifat ke-multi-an dari
sistem transportasi jalan itu sendiri. Setidaknya keputusan yang diambil harus mampu
mencerminkan adanya kompromi, di mana kehendak (aspirasi) masyarakat, Daerah
(Kabupaten/Kota) harus dipadukan dengan kebutuhan Propinsi untuk menyelaraskan
aspirasi tersebut secara lintas daerah dan lintas sektoral. Hal ini menjadi lebih
kompleks karena Propinsi mengemban tugas dari pusat untuk mengkoordinasikan
pengembangan sistem transportasi di daerah sehingga menjalin sistem jaringan jalan
di Propinsi yang terpadu.
Selain batasan normatif di atas terdapat juga batasan teknis yang harus
dipertimbangkan seperti kebutuhan perjalanan, biaya penyediaan/konstruksi/operasi,
dan besarnya manfaat ekonomi yang ditimbulkan dari usulan-usulan pengembangan
yang diajukan. Di samping itu, dalam konteks pengembangan wilayah, sistem
transportasi harus pula dilihat kinerjanya dalam mendukung pengembangan kawasan
andalan dan core business yang ditetapkan.
Analisis Multi Kriteria (Multi Criteria Analysis) merupakan alternatif teknik yang mampu
menggabungkan sejumlah kriteria dengan besaran yang berbeda (multi-variable) dan
dalam persepsi pihak terkait yang bermacam-macam (multi-facet). Dalam penelitian ini
teknik analisis multi kriteria digunakan untuk menganalisis dan melakukan prioritasi
terhadap sejumlah usulan pengembangan sistem transportasi yang digali dari daerah.
Bagan alir analisis multi kriteria ini disampaikan pada Gambar 3.3.
Alternatif usulan pengembangan diperoleh dari hasil survey ke Daerah Kab/Kota,
Masyarakat, dan Propinsi, yang kemudian dengan model transportasi akan
diperkirakan kinerjanya sepanjang waktu tinjauan. Tampilan kinerja tersebut akan
dinilai oleh para pakar (expert judgement) terhadap kriteria pengembangan yang
disarikan dari konsep pengembangan jaringan jalan, seperti dari SISTRANAS, RTRW,
dan kebijakan lainnya. Kriteria pengembangan dipersepsikan kepada para pengambil
keputusan di daerah untuk menghasilkan bobot relatif tingkat kepentingan antar
kriteria. Melalui proses analisis multi kriteria akan diperoleh perangkingan antar
prioritas sesuai dengan kemampuannya dalam memenuhi tingkat kepentingan kriteria
yang dikembangkan. Lebih detail setiap tahap dalam model analisis multi kriteria ini
disampaikan pada beberapa sub bab berikut ini.

LAPORAN AKHIR

III - 11

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Gambar 3.3
Proses Analisis Multi Kriteria

Aspirasi Daerah
(Kab./Kota)
Rencana
pengem-bangan
Analisis SPM dan
kemantapan jalan

Konsep pengembangan jaringan


jalan

Alternatif usulan, program


penanganan dan pengembangan jaringan jalan

Model
transportasi

Kriteria2 pengembangan jaringan


jalan

Expert judgement

Indikator kinerja

Penilaian kinerja

Bobot antar
kriteria

Analisis multi
kriteria (AMK)

Persepsi pihak terkait


(wawancara)

Hasil analisis:
Rangking/prioritas pengembangan jaringan jalan

B. Kriteria Pengembangan Jaringan Jalan


Kriteria pengembangan sistem jaringan jalan dapat dispesifikasi dari sasaran
pengembangan sistem tersebut. Dalam hal ini, sasaran pengembangan sistem
jaringan jalan di Pulau Nias adalah untuk menciptakan sistem transportasi yang
terpadu, efisien dan efektif dalam menunjang perkembangan wilayah.
Dalam sasaran tersebut kata terpadu dapat diartikan sebagai keterpaduan antarmoda, antar-daerah, antar-institusi penyelenggara dalam hirarki yang sesuai. Kata
efisien dapat diterjemahkan menjadi biaya penyediaan dan operasional yang murah
namun kapasitas tetap mencukupi kebutuhan perjalanan saat ini dan masa yang akan
datang. Sedangkan efektif dalam menunjang perkembangan wilayah diterjemahkan
dalam konteks pemerataan aksesibiltas/koneksitas ke seluruh wilayah, menunjang
pengembangan kawasan andalan dan core business.
Dari sasaran tersebut dapat dikembangan sejumlah kriteria yang berkenaan dengan
pengembangan sistem jaringan jalan di Pulau Nias, seperti yang disampaikan pada
Tabel 3.4.

LAPORAN AKHIR

III - 12

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Tabel 3.4 Kriteria Pengembangan Jaringan Jalan di Pulau Nias


No

Kriteria

Keterangan

Kandidat Variabel
1.a. Kapasitas jalan (smp/jam)
1.b. Volume lalulintas jalan
(kend/hari)
1.c. Efektifitas suplai jalan
(Volume/Capacity)
2.a. Keterpaduan fungsi dan
status jalan (ex: A/K/L,
N/P/K)
2.b. Fungsi penghubung dalam
sistem inter-moda
(kualitatif)
4.a. Sumbangan ruas jalan bagi
aksesibilitas wilayah
(km/km2)
4.b. Sumbangan ruas jalan bagi
mobilitas (km/1000
penduduk)
5.a. Biaya pembangunan jalan
(Rp)
5.b. Biaya pemeliharaan jalan
(Rp)
6.a. Biaya transportasi
pengguna jalan
(Rp/ton/km, Rp/km/pnp)
6.b. PDRB/unit panjang jalan
(Rp/km)
6.c. Kawasan andalan/hirarki
kota (I,II,III) yang
dihubungkan

Fungsi Arus

Pengakomodasian
terhadap kebutuhan
perjalanan orang/barang

Keterpaduan
Jaringan

Keterpaduan dalam
hirarki sistem jaringan
jalan dan dalam jaringan
antar moda

Fungsi
Aksesibilitas
dan mobilitas

Pemerataan
aksesibilitas, koneksitas,
dan mobilitas antar
daerah

Aspek biaya

Biaya penyediaan jalan


yang murah

Ekonomi dan
pengembangan
wilayah

Efisiensi biaya
transportasi jalan dan
dukungan bagi rencana
pengembangan wilayah

C. Prioritasi dan Penyusunan Program Pengembangan Jaringan Jalan


Dengan menggunakan kriteria-kriteria tersebut, beberapa usulan pengembangan
jaringan jalan di Pulau Nias dapat dinilai kinerjanya secara komprehensif. Penilaian
dilakukan dengan memberikan nilai untuk masing-masing usulan terhadap kriteria
tersebut. Penilaian ini diberikan oleh beberapa pakar (expert) yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman dalam perencanaan dan dianggap mampu memberikan
penilaian secara obyektif.
Adapun perbandingan bobot relatif (relative weighting) antar kriteria dihasilkan dari
survey wawancara kepada wakil dari instansi-instansi terkait dengan perencanaan
wilayah dan sistem transportasi di tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota yang ada di
Pulau Nias.

LAPORAN AKHIR

III - 13

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

3.2.3.5 Analisis Lanjutan


Tujuan dari analisis lanjut ini adalah menyediakan tampilan hasil analisis dan perhitungan
ke dalam format yang komunikatif dan mengarah kepada penyusunan rekomendasi sesuai
dengan maksud dan tujuan dari studi. Bentuk penyajian dapat berupa tabel dan gambar,
serta sejumlah uraian mengenai temuan yang diperoleh.
Dalam analisis lanjutan ini akan dibahas keterkaitan antara beberapa variabel yang
diperoleh sebelumnya, khususnya dalam kaitannya dengan penyediaan data dan tampilan
grafis mengenai:
a. Analisis fungsi simpul kegiatan dan struktur tata ruang
b. Perkiraan dampak pengembangan tata ruang terhadap ekonomi dan sistem jaringan
jalan
c. Prediksi kebutuhan pergerakan/perjalanan di masa datang sesuai dengan skenario
pengembangan wilayah dan trend perkembangan yang ada.
d. Analisis kapasitas dan pembebanan lalu lintas jaringan jalan dikaitkan dengan
kebutuhan yang diprediksi dari butir c.
e. Analisis kebutuhan penanganan dan pengembangan sistem jaringan jalan.

3.2.4

Tahap IV: Finalisasi Studi


Tahap ini merupakan tahap akhir dari studi penyusunan Rencana Pengembangan
Jaringan Jalan Pulau Nias, di mana berbagai masukan dari sejumlah pihak dari rangkaian
presentasi yang dilakukan akan menjadi masukan untuk melakukan perbaikan pelaporan
dan menyusun kesimpulan serta rekomendasi hasil studi ini.
Diharapkan rekomendasi yang dihasilkan dapat digunakan/dimanfaatkan sebagai
pegangan untuk arahan kebijakan pengembangan Jaringan Jalan di Pulau Nias,
khususnya untuk untuk instansi-instansi seperti Bappeda, Dinas Perhubungan, Pemda
Kabupaten, Dinas Pekerjaan Umum maupun Badan/Organisasi yang berkaitan dengan
rehabilitasi prasarana di Pulau Nias akibat tsunami dan gempa.
Penyusunan rekomendasi dilakukan khususnya untuk menyusun recana program
pengembangan sistem jaringan jalan di Pulau Nias. Penyusunan program ini didasarkan
kepada hasil analisis yang menunjukkan prioritas program sesuai tingkat kepentingannya.
Selain itu, disusun juga sejumlah saran yang dibutuhkan untuk menyusun kebijakan
pendukung bagi pelaksanaan program pengembangan sistem jaringan jalan yang
diprioritaskan tersebut, termasuk kebijakan manajemen prasarana jalan, sistem dan pola
pendanaan, serta pengoperasian jalan.

LAPORAN AKHIR

III - 14

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

PRESENTASI DATA

4.1

Umum
Data primer yang dikumpulkan dalam studi ini diantaranya adalah data volume lalu lintas
terklasifikasi, data wawancara asal-tujuan angkutan barang, data kondisi jalan. Data ini akan
dapat memberikan gambaran karakteristik lalu lintas, karakteristik kondisi jalan dan kondisi
alternatif lokasi trase jalan dan jembatan akan dibangun. Sesuai dengan arahan untuk kajian
lintasan angkutan barang maka data- data ini akan menjadi dasar yang menunjukkan
besarnya kebutuhan jaringan jalan dan angkutan barang, yang ditunjukkan oleh volume
angkutan barang pada masing masing lokasi.
Survey kondisi jalan telah dilaksanakan pada beberapa jaringan jalan di Kabupaten Nias dan
Nias Selatan, berdasar data survey ini dapat memberikan gambaran karakteristik kondisi
jalan secara umum sebagai bagian jaringan prasarana angkutan barang, kondisi ini perlu
diketahui selain kondisi angkutan barang sendiri dan jenis barang yang akan diangkut.
Sesuai dengan standart survey jalan yang ada Data yang dapat dikumpulkan adalah data
penampang melintang jalan, vertical alignment dan horizontal alignment.

4.2

Suevey Inventarisasi Jalan

4.2.1 Koridor Lahewa Gunung Sitoli


4.2.1.1 Kondisi Badan Jalan
Ruas jalan Lahewa Sawo Tuhemberua - Gunung Sitoli merupakan bagian ruas jalan
propinsi. Pada studi kelayakan ini, ruas jalan tersebut dikelompokan kedalam bagian Jalan
Lintas Timur Pulau Nias, menghubungkan kecamatan Lahewa, Lotu, Sawo dan kecamatan
Gunung Sitoli dengan panjang 87 km. Sepanjang koridor ini kondisi konstruksi badan jalan
pada umumnya kurang baik.
Koridor Lahewa Gunung Sitoli dengan Nomor Link 079 ini, terbagi menjadi dua sub-link
sebagai berikut:
Sub-Link 079.1
Sub-Link 079.2

: Gunung Sitoli Tuhemberua


: Tuhemberua Lahewa

Sedangkan Sub-Link 079.3 (Lahewa-Afulu), dalam studi ini dikategorikan sebagai bagian
dari Jalan Lintas Barat Pulau Nias.
Dari hasil survey kondisi jalan yang telah dilakukan pada koridor Lahewa Gunung Sitoli
tersebut di atas (Km 0+000 dari Gunung Sitoli), dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut:
1. Sub-Link 079.1: G. Sitoli Tuhemberua (KM O+000 35+000)
Km 0+000 s/d Km 4+500: Lapis permukaan Hot Mix baru/baik dengan lebar bervariasi
antara 6,0 sampai dengan 7,0 meter. Posisi jalan termasuk dalam wilayah kota
Gunung Sitoli, sehingga kiri/kanan jalan ditempati bangunan-bangunan, mulai dari
perkantoran (termasuk Pelabuhan Gunung Sitoli), pertokoan dan rumah-rumah
penduduk. Alinyemen vertikal jalan relatif datar (0, -7%) Ujung ruas jalan adalah
sambungan/peralihan antara Lapis permukaan Hot Mix (lebar 6,0 m) dengan Lapen
(lebar 4,7 m).
LAPORAN AKHIR

IV - 1

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Km 4+500 s/d Km 17+000: Lapis Permukaan Lapen, kondisi baik, lebar antara 4,0
sampai dengan 4,7 meter. Lebar bahu kiri/kanan bervariasi antara 0,5 sampai dengan
1,2 meter. Kiri/kanan jalan adalah perkampungan, kebun kelapa, coklat. Alinyemen
vertikal jalan relatif datar.
Km 17+000 s/d Km 21+000: Lapis Permukaan Lapen, kondisi rusak, lebar 4,0 meter.
Lebar bahu kiri/kanan bervariasi antara 0,5 sampai dengan 1,2 meter. Kiri/kanan jalan
adalah perkampungan, kebun kelapa, coklat. Alinyemen vertikal jalan relatif datar.
Ujung ruas jalan adalah persimpangan antara jalan arah Tuhemberua dengan jalan
Kabupaten arah Lotu.
Km 21+000 s/d Km 35+000: Lapis Permukaan Lapen, kondisi baik dan rusak (sedang
dalam perbaikan), lebar antara 3,5 sampai dengan 4,0 meter. Lebar bahu kiri/kanan
bervariasi antara 0,5 sampai dengan 1,2 meter. Kiri/kanan jalan adalah
perkampungan, kebun kelapa, coklat. Alinyemen vertikal jalan relatif datar. Diujung
ruas jalan sebelah kanan terdapat pasar Tuhemberua.
2. Sub-Link 079.2: Tuhemberua Lahewa (KM 35+000 87+000)
Km 35+000 s/d Km 39+000: Lapis permukaan Lapen, bagus, lebar bervariasi antara
3,5 sampai dengan 3,9 meter. Kiri/kanan jalan ditempati pasar, rumah/perkampungan,
kebun. Alinyemen vertikal jalan relatif datar.
Km 39+000 s/d Km 87+000: Lapis permukaan Lapen, kondisi rusak ringan/berat,
lebar antara 3,0 sampai dengan 3,5 meter. Lebar bahu kiri/kanan bervariasi antara 0,0
sampai dengan 1,2 meter. Kiri/kanan jalan adalah perkampungan, kebun kelapa,
coklat. Alinyemen vertikal jalan relatif cukup baik.
4.2.1.2 Jenis Perkerasan
Dari hasil pengamatan secara visual, jenis perkerasan yang terdapat di sepanjang ruas jalan
ini adalah perkerasan lentur/aspal yang terdiri dari konstruksi aggegate sub base dan base
dengan lapis permukaan Lapen. Terlihat retak-retak permukaan dan lubang-lubang pada
permukaan badan jalan.
4.2.2 Koridor Gunung Sitoli Teluk Dalam
4.2.2.1 Kondisi Badan Jalan
Koridor Gunung Sitoli Teluk Dalam merupakan ruas jalan propinsi yang merupakan lintas
timur nias yang menghubungkan ibu Kota kabupaten Nias dengan Kabupaten Nias Selatan
(Teluk Dalam). Panjang ruas jalan ini adalah 108 km, dengan peranannya sebagai jalan
arteri.
Koridor Gunung Sitoli Teluk Dalam (Lintas Timur) dengan Nomor Link 075 ini, terbagi
menjadi tiga sub-link sebagai berikut:
Sub-Link 075.1
Sub-Link 075.2
Sub-Link 075.3

: Gunung Sitoli Tetehosi


: Tetehosi Lahusa
: Lahusa Teluk Dalam

Dari hasil survey kondisi jalan yang telah dilakukan pada koridor jalan tersebut di atas (Km
0+000 dari Gunung Sitoli), dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut:
1. Sub-Link 075.1: Gunung Sitoli Tetehosi (KM O+000 39+000)
Km 0+000 s/d Km 3+000: Lapis permukaan Hot Mix baru/baik dengan lebar bervariasi
antara 5,0 sampai dengan 7,0 meter. Posisi jalan termasuk dalam wilayah kota
Gunung Sitoli, sehingga kiri/kanan jalan ditempati bangunan-bangunan, mulai dari
perkantoran, pertokoan dan rumah-rumah penduduk. Alinyemen vertikal jalan relatif
datar Ujung ruas jalan adalah sambungan/peralihan antara Lapis permukaan Hot Mix
dengan Lapen.
LAPORAN AKHIR

IV - 2

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Km 3+000 s/d Km 7+500: Lapis Permukaan Lapen, kondisi baik, lebar antara 4,0
sampai dengan 5,0 meter. Lebar bahu kiri/kanan bervariasi antara 1,0 sampai dengan
1,5 meter. Kiri/kanan jalan adalah perkampungan, kebun/kebun kelapa. Alinyemen
vertikal jalan relatif datar. Kurang-lebih pada Km 6+000 (Miga/kota kecamatan),
terdapat simpang tiga arah ke Tetehosi dan arah ke Lolowau/Teluk Dalam (Koridor
Tengah).
Km 7+500 s/d Km 16+000: Lapis Permukaan Lapen, kondisi secara umum baik, lebar
antara 4,0 sampai dengan 4,5 meter. Kiri/kanan jalan adalah laut, perkampungan,
kebun/kebun kelapa. Alinyemen vertikal jalan relatif datar Pada Km 7+500 s/d 7+950,
jalan melalui pinggir pantai dengan kiri jalan adalah laut dan kanan jalan adalah
tebing/bukit cadas terjal, tidak ada bahu. Kondisi jalan lubang-lubang, Alinyemen
vertical memiliki grid antara 2-6%.
Km 16+000 s/d Km 18+000: Lapis Permukaan Lapen, kondisi rusak/lubang-lubang,
lebar 4,0 meter. Lebar bahu kiri/kanan bervariasi antara 0,0 sampai dengan 1,2 meter.
Kiri/kanan jalan adalah rumah, kebun kelapa. Alinyemen vertikal jalan relatif datar.
Km 18+000 s/d Km 20+000: Lapis Permukaan Lapen, kondisi baik, lebar 4,0 meter.
Lebar bahu kiri/kanan bervariasi antara 0,0 sampai dengan 1,2 meter. Kiri/kanan jalan
adalah rumah, kebun kelapa. Alinyemen vertikal jalan relatif datar.
Km 20+000 s/d Km 30+500: Lapis Permukaan Lapen, kondisi rusak/lubang-lubang,
lebar 4,0 meter, tidak ada bahu. Kiri/kanan jalan adalah rumah, kebun kelapa, bukit.
Alinyemen vertikal jalan relatif datar.
Km 30+500 s/d Km 36+000: Lapis Permukaan Hot Mix baru/baik, lebar 4,0 meter.
Lebar bahu kiri/kanan bervariasi antara 0,8 sampai dengan 1,2 meter. Kiri/kanan jalan
adalah rumah, kebun, kebun kelapa. Alinyemen vertikal jalan relatif datar/baik (grid
antara 1%-7%). Diujung ruas jalan ini terdapat Jembatan Gawo (rangka baja) dengan
kondisi salah satu pilarnya roboh akibat gempa.
Km 36+000 s/d Km 39+000: Lapis Permukaan Lapen, kondisi rusak/lubang-lubang,
lebar 4,0 meter, Lebar bahu kiri/kanan bervariasi antara 0,0 sampai dengan 1,2 meter.
Kiri/kanan jalan adalah rumah, kebun, kebun kelapa. Alinyemen vertikal jalan relatif
datar. Menjelang akhir ruas jalan ini, lapis Permukaan Hot Mix baru/baik, lebar 4,0
meter.
2. Sub-Link 075.2: Tetehosi Lahusa (KM 39+000 82+000)
Dominasi lapis permukaan Hot Mix baru/baik, lebar 4,0 meter. Lebar bahu kiri/kanan
bervariasi antara 0,8 sampai dengan 1,2 meter. Kiri/kanan jalan adalah perkampungan,
pasar, kebun (pisang, kopi kelapa), sawah. Alinyemen vertikal jalan relatif datar.
3. Sub-Link 075.3: Lahusa Teluk Dalam (KM 82+000 118+000)
Km 82+000 s/d Km 108+000: Dominasi lapis permukaan Hot Mix baru/baik, lebar 5,0
meter. Lebar bahu kiri/kanan bervariasi antara 0,0 sampai dengan 1,0 meter.
Kiri/kanan jalan adalah laut, kebun. tebing. Trace jalan melalui kaki bukit, berkelokkelok dengan grid 4-8%.
Km 108+000 s/d Km 118+000 (Tugu Kota Teluk Dalam): Lapis Permukaan Lapen,
kondisi baik, lebar antara 4,0 sampai dengan 5,0 meter. Lebar bahu kiri/kanan
bervariasi antara 1,0 sampai dengan 1,5 meter. Kiri/kanan jalan adalah
perkampungan, kebun/kebun kelapa, rumah, pertokoan. Alinyemen vertikal jalan relatif
datar.
4.2.2.2 Jenis Perkerasan
Dari hasil pengamatan secara visual, jenis perkerasan yang terdapat di sepanjang ruas jalan
ini adalah perkerasan lentur/aspal yang terdiri dari konstruksi aggegate sub base dan base
dengan lapis permukaan Lapen dan pada beberapa segmen terlihat lapis permukaan Hot
Mix baru.
LAPORAN AKHIR

IV - 3

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

4.2.3 Koridor Miga Km6 Lolowau


4.2.3.1 Kondisi Badan Jalan
Untuk ruas jalan Gunung Sitoli Km 6 (Miga) - Lolowau Km 65 (Nomor Link 076) merupakan
ruas jalan lintas tengah Nias yang menghubungi lintas Barat Nias dengan lintas Timur Nias.
Trase badan jalan melintasi daerah perbukitan, banyak terlihat pada badan jalan terjadi
longsoran yang cukup membahayakan pemakai jalan bila tidak segera diatasi. Penanganan
saat ini hanya sebatas pemasangan beronjong sebagai penahan tanah. Panjang ruas jalan
ini berdasarkan patok Km yang ada 59 Km.
Dari hasil survey kondisi jalan yang telah dilakukan pada koridor jalan tersebut di atas, dapat
diuraikan hal-hal sebagai berikut:
Lapis permukaan Lapen dengan kondisi secara keseluruhan cukup bagus, lebar bervariasi
antara 3,5 sampai dengan 4,0 meter.
Trase jalan pada koridor ini secara keseluruhan terletak di kaki bukit, berkelok-kelok tajam
dan pada beberapa segmen jalan dijumpai tanjakan tinggi/turunan tajam (grid >10%).
Perlu perbaikan alinyemen vertical dan horizontal sehingga memenuhi persyaratan
geometrik.
Pada umumnya posisi oprit jembatan tidak sesuai dengan persyaratan geometrik.
Dibeberapa lokasi banyak ditemukan longsoran, baik pada tebing, bahu jalan, saluran
samping/drainase maupun badan jalan. Terkesan penyebabnya adalah disamping tanah
disekitarnya labil/mudah longsor juga karena sistem drainase yang kurang baik
4.2.3.2 Jenis Perkerasan
Dari hasil pengamatan secara visual jenis perkerasan yang terdapat sepanjang ruas jalan ini
adalah perkerasan lentur/aspal yang terdiri dari konstruksi aggegate sub base dan base
dengan lapis permukaan Lapen dengan lebar perkerasan bervariasi 3,8 m - 4 m. Pada saat
survey kondisi perkerasan badan jalan masih cukup baik. cukup banyak retak-retak
permukaan dan lubang-lubang pada permukaan badan jalan.
4.2.4 Koridor Lahewa - Afulu
Koridor Lahewa Afulu (Nomor Link 079.3) dalam studi ini dikategorikan sebagai bagian dari
Jalan Lintas Barat Nias (Lahewa Afulu Sirombu Lolowau Teluk Dalam). Panjang jalan
koridor ini 22,0 Km, sebagian jalan (13 Km) telah diperbaiki.
4.2.5 Koridor Afulu - Sirombu
Koridor Afulu Sirombu (Nomor Link 103) dalam studi ini dikategorikan sebagai bagian dari
Jalan Lintas Barat Nias (Lahewa Afulu Sirombu Lolowau Teluk Dalam). Panjang jalan
koridor ini belum terukur, diperkirakan 40 Km lebih, belum ada badan jalan (masih jalan
setapak).
4.2.6 Koridor Sirombu Lolowau
Koridor Sirombu Lolowau (Nomor Link 078) dalam studi ini dikategorikan sebagai bagian
dari Jalan Lintas Barat Nias (Lahewa Afulu Sirombu Lolowau Teluk Dalam). Panjang
jalan koridor ini 25 Km, secara keseluruhan kondisi jalan koridor ini rusak berat.
4.2.7 Koridor Lolowau Teluk Dalam
Koridor Lolowau Teluk Dalam (Nomor Link 077) dalam studi ini dikategorikan sebagai
bagian dari Jalan Lintas Barat Nias (Lahewa Afulu Sirombu Lolowau Teluk Dalam).
Panjang jalan koridor ini 63 Km, secara keseluruhan kondisi jalan koridor ini rusak,
dibeberapa segmen jala telah dan sedang diperbaiki.

LAPORAN AKHIR

IV - 4

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Daftar ruas jalan Propinsi dan Jembatan di Pulau Nias seperti terlihat dalam tabel-tabel
berikut:
Tabel 4.2
DAFTAR RUAS JALAN PROPINSI SUMATERA UTARA
DI KABUPATEN NIAS DAN NIAS SELATAN

NO.

NOMOR
LINK

STA

PANJANG
(KM)

075.1

Gunung Sitoli - Tetehosi

000 - 039

39,00

075.2

Tetehosi Lahusa

039 - 080

41,00

075.3

Lahusa - Teluk Dalam

080 - 108

28,00

076

Miga - Lolowau

006 - 065

55,84

077

Lolowau - Teluk Dalam

065 - 120

62,90

078

Lolowau Sirombu

065 - 090

25,25

079

G. Sitoli - Tuhemberua

000 - 035

35,00

079.1

Tuhemberua - Lahewa

035 - 087

52,00

079.3

Lahewa Afulu

087 - 109

22,00

10

103

109 - Sirombu

66,00

JURUSAN / RUAS

Afulu - Faighunaa - Sirombu


JUMLAH

426,99

Sumber: Kantor BRR Km-1 (G. Sitoli-Lahewa), G. Sitoli - Kabupaten Nias

Tabel 4.3
KONDISI JALAN PROPINSI DI KABUPATEN NIAS DAN NIAS SELATAN
PASCA GEMPA BUMI 28 MARET 2005
(Terhitung mulai bulan Januari 2006)

NO.

NOMOR
LINK

075.1

JURUSAN / RUAS

KONDISI (STA)
BAIK

RUSAK RINGAN

RUSAK BERAT

Gunung Sitoli - Tetehosi

012+000 - 037+000

000+000 - 012+000

075.2

Tetehosi - Lahusa

037+000 - 080+000

075.3

Lahusa - Teluk Dalam

080+000 - 010+500

000+000 - 012+000

076

Miga - Lolowau

006+000 - 008+200

000+000 - 012+000

028+200 - 012+000

077

Lolowau - Teluk Dalam

065+000 - 072+000

078

Lolowau - Sirombu

065+000 - 061+200

061+200 - 090+000

079

G. Sitoli - Tuhemberua

000+000 - 010+000

010+000 - 035+000

079.1

Tuhemberua - Lahewa

035+000 - 059+700

059+700 - 087+000

079.3

Lahewa - Afulu

087+000 - 090+000

090+000 - 109+000

10

103

Afulu - Faighunaa - Sirombu

Sumber: Kantor BRR Km-1 (G. Sitoli-Lahewa), G. Sitoli - Kabupaten Nias

LAPORAN AKHIR

IV - 5

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Tabel 4.4
DAFTAR RUAS JALAN PROPINSI
YANG SUDAH/SEDANG/AKAN DILAKSANAKAN BRR
PEMBANGUNAN FISIK T.A 2005 & 2006
NO.

NAMA RUAS JALAN /


JEMBATAN

I.

TAHUN ANGGARAN 2005

G. Sitoli - Lolowau - Sirombu

1.1

Jln. Diponegoro

1.2

Jln. Sudirman

STA

LINK

EFEKTIF
(M)

KETERANGAN

076
000+575 002+000

1,425

002+000 003+500

1,500

000+000 000+050

50

000+050 000+550

500

1.3

Jln. Gomo

000+000 000+450

450

1.4

Jln. Sirao

000+000 000+075

75

000+075 000+550

475
4,365

1.5

Jln. Lintas Tengah

008+200 089+800

Lolowau - Teluk Dalam

065+050 066+500

077

7,000

079

8,000

081+200 081+800
083+500 083+500
090+800 090+900
095+100 095+300
098+200 098+300
120+000 120+200
123+100 123+500
126+850 130+000
130+000 (+500)
3

G.Sitoli - Lahewa Afulu

000+000 000+300
000+300 001+550
001+550 001+600
001+600 004+500
021+100 024+550

II.

TAHUN ANGGARAN 2006

Pkt BRR G. Sitoli - Tuhemberua -

O79

Lahewa (Multi Year)


2

Pkt BRR Moi - Lolowau - Sirombu

Hot Mix, Ag. klas A & B,


Pas. batu dengan Mortal

078

Hot Mix, Ag. klas A & B,

(Multi Year)

Pas. batu dengan Mortal

Pkt BRR Moi - Mandrehe -

Hot Mix, Ag. klas A & B,

Sirombu (Jln Kab / Multi Year)

Pas. batu dengan Mortal

Pkt BRR Jembatan Pkt I (satu T.A)

Struktur Beton

Pkt BRR Jembatan Pkt II (satu T.A)

Struktur Beton

Sumber: Kantor BRR Jl. Dipenogoro 273 dan Kantor BRR Km-1 (G. Sitoli-Lahewa), G. Sitoli Kab. Nias
LAPORAN AKHIR

IV - 6

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Tabel 4.5
DAFTAR JEMBATAN
RUAS JALAN GUNUNG SITOLI TELUK DALAM
(LINK 075 / LINTAS TIMUR)
NO.

NAMA JEMBATAN

KM

BANGUNAN ATAS

Jemb. Idano NOU

KM 00+600

Beton Bertulang

Jemb. Idano MIGA SEBUA

KM 05+900

Beton Bertulang

Jemb. Idano MIGA SIITE

KM 06+070

Beton Bertulang

Jemb. Idano LAELU

KM 06+400

Gelagar Besi

Jemb. Idano IDANOI

KM 11+380

Rangka Baja

Jemb. Idano NDRA HUMENE

KM 12+400

Gelagar Besi

Jemb. Idano NGARO

KM 15+100

Gelagar Besi

Jemb. Idano FOA

KM 16+700

Box Culvert

Jemb. Idano GIDO SIITE

KM 20+200

Beton Bertulang

10

Jemb. Idano GIDO SEBUA

KM 24+900

Beton Bertulang

11

Jemb. Idano MUA

KM 29+500

Beton Bertulang

12

Jemb. Idano LAURI

KM 30+600

Rangka Baja

13

Jemb. Idano SINIZI

KM 33+900

Box Culvert

14

Jemb. Idano MALIWAA

KM 35+600

Beton Bertulang

15

Jemb. Idano GAWO

KM 36+150

Rangka Baja

16

Jemb. Idano MOAWU

KM 38+500

Rangka Baja

17

Jemb. Idano MEZAWA

KM 39+030

Rangka Baja

18

Jemb. Idano MOLA

KM 48+500

Rangka Baja

19

Jemb. Idano SOGURO

KM 49+500

Rangka Baja

20

Jemb. Idano HOU

KM 51+500

Beton Bertulang

21

Jemb. Idano SUANI

KM 54+250

Beton Bertulang

22

Jemb. Idano MARA

KM 56+100

Beton Bertulang

23

Jemb. Idano SONIRII

KM 56+250

Beton Bertulang

24

Jemb. Idano NALAWO

KM 59+600

Beton Bertulang

25

Jemb. Idano FANA

KM 63+000

Beton Bertulang

26

Jemb. Idano SUSUA

KM 67+500

Rangka Baja

27

Jemb. Idano TAWAI

KM 70+225

Beton Bertulang

28

Jemb. Idano MASIO

KM 79+500

Rangka Baja

29

Jemb. Idano MEZAYA

KM 87+500

Rangka Baja

30

Jemb. Idano GEWA

KM 96+500

Rangka Baja

31

Jemb. Idano SAUA

KM 102+000

Bailey

32

Jemb. Idano NANEWA

KM 106+500

Gelagar Besi

KET

Sumber: Dinas PU Bina Marga Propinsi (di Nias)

LAPORAN AKHIR

IV - 7

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Tabel 4.6
DAFTAR JEMBATAN
RUAS JALAN GUNUNG SITOLI KM 6+00 LOLOWAU KM 65+00
(LINK 076 / LINTAS TENGAH)
NO.

NAMA JEMBATAN

KM

BANGUNAN ATAS

Jemb. Idano SIE

KM 10+500

Beton Bertulang

Jemb. Idano DOIA

KM 30+100

Beton Bertulang

Jemb. Idano TANO SARURU

KM 30+800

Bailey

Jemb. Idano SOHAHAU

KM 31+150

Beton Bertulang

Jemb. Idano MBOMBO SEBUA

KM 31+300

Beton Bertulang

Jemb. Idano SULUMAWA

KM 31+800

Beton Bertulang

Jemb. Idano HILIUSO

KM 32+400

Gelagar Besi

Jemb. Idano BOGARAWI

KM 32+600

Gelagar Besi

Jemb. Idano MOI

KM 33+900

Beton Bertulang

10

Jemb. Idano OYO

KM 54+100

Gelagar Besi + Bailey

11

Jemb. Idano SIWALAWA I

KM 62+250

Bailey

KET

Sumber: Dinas PU Bina Marga Propinsi (di Nias)

Tabel 4.7
DAFTAR JEMBATAN
RUAS JALAN LOLOWAU KM 65+00 TELUK DALAM
(LINK 077 / LINTAS BARAT)
NO.

NAMA JEMBATAN

KM

BANGUNAN ATAS

Jemb. Idano MATUHO

KM 69+600

Gelagar Besi

Jemb. Idano EKHOLO

KM 70+168

Gelagar Besi

Jemb. Idano OOU

KM 73+165

Bailey

Jemb. Idano TUGALA

KM 73+611

Gelagar Besi

Jemb. Idano MBOMBO


HUMENE

KM 76+250

Bailey

Jemb. Idano MUALE

KM 80+169

Gelagar Besi

Jemb. Idano SALEMA

KM 86+587

Gelagar Besi

Jemb. Idano TAGAWE

KM 89+600

Gelagar Besi

Jemb. Idano FANUWU

KM 90+788

Gelagar Besi

10

Jemb. Idano BOHOLU

KM 91+986

Gelagar Besi

11

Jemb. Idano MALIZIMBO

KM 93+398

Gelagar Besi

12

Jemb. Idano ENOU

KM 95+809

Gelagar Besi

13

Jemb. Idano EHO

KM 99+768

Bailey

LAPORAN AKHIR

KET

IV - 8

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

NO.

NAMA JEMBATAN

KM

BANGUNAN ATAS

14

Jemb. Idano INDANAU

KM 103+150

Gelagar Besi

15

Jemb. Idano JALA

KM 103+320

Gelagar Besi

16

Jemb. Idano OTUA

KM 105+850

Bailey

17

Jemb. Idano SORAKE

KM 107+001

Bailey

18

Jemb. Idano ENDROO

KM 108+573

Gelagar Besi

19

Jemb. Idano WALOMBOU

KM 108+791

Beton Bertulang

20

Jemb. Idano MBOMBO I

KM 112+081

Beton Bertulang

21

Jemb. Idano MBOMBO II

KM 112+181

Gelagar Besi

22

Jemb. Idano LUAHA GUNDRE

KM 114+000

Beton Bertulang

23

Jemb. Idano BODALI

KM 114+800

Gelagar Besi

24

Jemb. Idano HELENDRAWA

KM 115+100

Gelagar Besi

25

Jemb. Idano HILI GEHO

KM 117+000

Beton Bertulang

KET

Sumber: Dinas PU Bina Marga Propinsi (di Nias)

Tabel 4.8
DAFTAR JEMBATAN
RUAS JALAN LOLOWAU KM 65+00 SIROMBU
(LINK 078 / LINTAS BARAT)
NO.

NAMA JEMBATAN

KM

BANGUNAN ATAS

Jemb. Idano SIWALAWA

KM 69+720

Bailey

Jemb. Idano LOTU

KM 70+547

Gelagar Besi

Jemb. Idano LIKA

KM 74+151

Gelagar Besi

Jemb. Idano LAHUSA

KM 75+550

Gelagar Besi

Jemb. Idano MANGELA

KM 76+522

Gelagar Besi

Jemb. Idano WAJI

KM 77+790

Gelagar Besi

Jemb. Idano HARUNA

KM 79+289

Gelagar Besi

Jemb. Idano LAHOMI

KM 83+833

Bailey

Jemb. Idano LAMAYO

KM 86+000

Kayu

10

Jemb. Idano LUAHA SEBUA

KM 87+000

Beton Bertulang

KET

Sumber: Dinas PU Bina Marga Propinsi (di Nias)

LAPORAN AKHIR

IV - 9

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Tabel 4.9
DAFTAR JEMBATAN
RUAS JALAN GUNUNG SITOLI LAHEWA AFULU
(LINK 079 / LINTAS UTARA)
NO.

NAMA JEMBATAN

KM

BANGUNAN ATAS

Jemb. Idano BOGALITO

KM 00+760

Beton Bertulang

Jemb. Idano MOAWO

KM 04+000

Beton Bertulang

Jemb. Idano GAMO

KM 06+770

Gelagar Besi

Jemb. Idano OLORA

KM 09+900

Beton Bertulang

Jemb. Idano BOUSO

KM 11+000

Gelagar Besi

Jemb. Idano TAMBALOU

KM 12+600

Beton Bertulang

Jemb. Idano AFIA

KM 14+010

Gelagar Besi

Jemb. Idano LAWU-LAWU

KM 15+687

Gelagar Besi

Jemb. Idano BOE

KM 16+350

Gelagar Besi

10

Jemb. Idano BOE SIDE-SIDE

KM 16+777

Box Culvert

11

Jemb. Idano BAWA TELE

KM 18+970

Gelagar Besi

12

Jemb. Idano SOWU

KM 20+930

Rangka Baja

13

Jemb. Idano LAKHA

KM 24+451

Beton Bertulang

14

Jemb. Idano FINO KAWA

KM 25+687

Gelagar Besi

15

Jemb. Idano SINALI

KM 26+900

Gelagar Besi

16

Jemb. Idano HAO

KM 27+700

Gelagar Besi

17

Jemb. Idano HALERA

KM 28+000

Gelagar Besi

18

Jemb. Idano LADARA

KM 32+815

Gelagar Besi

19

Jemb. Idano LAEHUWA

KM 33+150

Gelagar Besi

20

Jemb. Idano FOFOLA

KM 34+990

Gelagar Besi

21

Jemb. Idano MAUSO

KM 36+779

Gelagar Besi

22

Jemb. Idano LATOI

KM 36+820

Gelagar Besi

23

Jemb. Idano TAULI

KM 37+305

Gelagar Besi

24

Jemb. Idano LAGOLOU

KM 38+120

Gelagar Besi

25

Jemb. Idano FINO

KM 38+900

Gelagar Besi

26

Jemb. Idano BULUNIO

KM 40+345

Gelagar Besi

27

Jemb. Idano SAWO

KM 42+455

Gelagar Besi + Bailey

28

Jemb. Idano LUZAMANU

KM 54+380

Gelagar Besi

29

Jemb. Idano NALUA

KM 57+170

Bailey

30

Jemb. Idano EHAU

KM 63+380

Bailey

31

Jemb. Idano HUMANGA

KM 64+820

Box Culvert

32

Jemb. Idano MUZOI

KM 67+680

Bailey

LAPORAN AKHIR

KET

IV - 10

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

NO.

NAMA JEMBATAN

KM

BANGUNAN ATAS

33

Jemb. Idano TOTOI

KM 68+420

Bailey

34

Jemb. Idano SOLAGASI

KM 70+500

Gelagar Besi

35

Jemb. Idano BATOTE

KM 72+190

Bailey

36

Jemb. Idano TALIWAA

KM 75+860

Bailey

37

Jemb. Idano LAFAU

KM 81+394

Bailey

38

Jemb. Idano MOAWO

KM 86+200

Kayu

39

Jemb. Idano LAHEWA

KM 86+500

Gelagar Besi

40

Jemb. Idano BOLIA

KM 86+800

Kayu

41

Jemb. Idano BANUA SIBOHOU

KM 93+200

Gelagar Besi

42

Jemb. Idano SOKARA

KM 93+400

Gelagar Besi

43

Jemb. Idano BARIAHE

KM 93+600

Gelagar Besi

44

Jemb. Idano SOROMA ASI

KM 93+800

Gelagar Besi

45

Jemb. Idano SOLATO

KM 93+900

Gelagar Besi

46

Jemb. Idano MBOMBO I

KM 94+095

Gelagar Besi

47

Jemb. Idano MBOMBO II

KM 95+095

Gelagar Besi

KET

Sumber: Dinas PU Bina Marga Propinsi (di Nias)

4.3

Volume Lalu Lintas Terklasifikasi


Volume lalu lintas terklasifikasi telah dilaksanakan di 3 (tiga) lokasi yang diharapkan dapat
memberikan gambaran dan mewakili kondisi lalu lintas pada ruas Jalan Utara-Selatan Nias.
Survey volume lalu lintas terklasifikasi di samping mendapatkan karakteristik lalu lintas, juga
untuk mengetahui karakteristik kendaraan barang yang beroperasi, sebagai dalam rangka
untuk kajian lintasan angkutan barang. Hasil survey lalu lintas masing masing lokasi adalah
sebagai berikut:

4.3.1 Koridor Gunung Sitoli Lahewa


Volume lalu lintas di ruas jalan Gunung Sitoli Lahewa dibedakan secara umum menjadi
dua kelompok yaitu angkutan barang dan angkutan selain kendaraan barang. Angkutan
barang yang terdapat dipulau Nias dibedakan atas pick up, truk kecil, truk sedang, truk
besar. Kendaraan selain kendaraan angkutan barang juga dibedakan atas kendaraan
pribadi, sepeda motor, mobil penumpang, bis sedang dan kendaraan tidak bermotor. Volume
lalu lintas untuk kendaraan barang dan selain kendaraan barang adalah sebagai berikut.
Tabel 4.10
Volume Kendaraan Ruas Gunung Sitoli - Lahewa
(kendaraan/hari)
No

Arah

1.

Masuk

2.

Keluar

Pick
Up

Truk
Sedang

Truk
Besar

Kend.
Pribadi

Sepeda
Motor

Angkot

Bis
Sedang

28

31

11

25

78

14

21

24

32

54

12

Total

Total
LAPORAN AKHIR

IV - 11

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

4.3.2 Koridor Gunung Sitoli Teluk Dalam


Volume lalu lintas di ruas jalan Gunung Sitoli Teluk Dalam dibedakan secara umum
menjadi dua kelompok yaitu angkutan barang dan angkutan selain kendaraan barang.
Angkutan barang yang terdapat dipulau Nias dibedakan atas pick up, truk kecil, truk sedang,
truk besar. Kendaraan selain kendaraan angkutan barang juga dibedakan atas kendaraan
pribadi, sepeda motor, mobil penumpang, bis sedang dan kendaraan tidak bermotor. Volume
lalu lintas untuk kendaraan barang dan selain kendaraan barang adalah sebagai berikut.
Tabel 4.11
Volume Kendaraan Ruas Gunung Sitoli - Teluk Dalam
(kendaraan/hari)

No

Arah

1.

Masuk

2.

Keluar

Pick
Up

Truk
Sedang

Truk
Besar

Kend.
Pribadi

Sepeda
Motor

Angkot

Bis
Sedang

52

31

18

27

78

21

38

32

32

54

18

Total

Total

4.3.3 Koridor Teluk Dalam - Lolowau


Volume lalu lintas di ruas jalan Teluk Dalam - Lolowau dibedakan secara umum menjadi
dua kelompok yaitu angkutan barang dan angkutan selain kendaraan barang. Angkutan
barang yang terdapat dipulau Nias dibedakan atas pick up, truk kecil, truk sedang, truk
besar. Kendaraan selain kendaraan angkutan barang juga dibedakan atas kendaraan
pribadi, sepeda motor, mobil penumpang, bis sedang dan kendaraan tidak bermotor.
Volume lalu lintas untuk kendaraan barang dan selain kendaraan barang adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.12
Volume Kendaraan Ruas Teluk Dalam Lolowau
(kendaraan/hari)

No

Arah

1.

Masuk

2.

Keluar

Pick
Up

Truk
Sedang

Truk
Besar

Kend.
Pribadi

Sepeda
Motor

Angkot

Bis
Sedang

28

31

11

25

37

21

24

32

48

12

Total

Total

LAPORAN AKHIR

IV - 12

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

4.4

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Pengujian Kondisi Tanah Dasar


Pengujian tanah dasar pada jaringan jalan di Pulau Nias dilakukan dengan menggunakan
metode pengujian Dynamic Cone Penetrometer (DCP) yang merepresentasikan kekuatan
tanah dasar dengan nilai persentase CBR (California Bearing Ratio).
Berdasarkan pada uji lapangan di sepanjang ruas jalan di Pulau Nias, didapatkan nilai CBR
rata-rata sebesar 4,2 4,5 %. Nilai ini memberikan informasi bahwa kondisi tanah dasar
yang secara umum cukup baik. Pada beberapa segmen jalan yang mengalami kerusakan,
diperlukan adanya perbaikan tanah dasar untuk meningkatkan kekuatan tanah dasar yang
ada.
Rekapitulai nilai CBR hasl survey lapangan yang diperoleh dari DCP test disajikan pada
lampiran laporan ini.

4.5

Survey Lokasi Alternatif Trase Jalan Baru


Survey ini dilaksanakan dalam rangka menyiapkan informasi yang dibutuhkan dalam
penetapan lokasi jalan alternatif di Pulau nias, kriteria penetapan lokasi yang digunakan
diantaranya rencana umum tata ruang lokasi, jaringan jalan, kondisi topografi, ketersediaan
lahan. Survey telah dilaksanakan pada ruas jalan Afulu - Tetesua (Lintas Barat Nias).

LAPORAN AKHIR

IV - 13

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

ANALISIS KELAYAKAN JALAN LINTAS UTARA-SELATAN NIAS

5.1

Konsep Analisis Kelayakan


Secara umum, untuk dapat mengetahui kelayakan pembangunan suatu prasrana
infrastruktur, termasuk jalan, dua komponen besar yang perlu diperhitungkan adalah
komponen biaya dan komponen manfaat. Kedua komponen inilah yang akan
diperbandingkan untuk dapat menperhitungkan indikator-indikator kelayakan seperti BCR,
NPV dan IRR.
Pengembangan jalan lintas utara selatan di Pulau Nias dimaksudkan untuk dapat menjadi
bagian dari prasarana transportasi yang mendukung pengembangan wilayah dan
pertumbuhan ekonomi secara makro. Dengan demikian, pendekatan yang digunakan dalam
analisis kelayakan adalah analisis kelayakan ekonomi. Analisis kelayakan finansial kurang
tepat digunakan karena tidak adanya penerimaan manfaat langsung dari jalan yang
dibangun berupa manfaat finansial. Dalam analisis kelayakan ekonomi, pertimbangan
kelayakan lebih difokuskan pada manfaat tidak langsung akibat adanya pengembangan
jaringan jalan (multiplier effect). Manfaat ini antara lain berupa peningkatan ekonomi pada
sektor lain seperti peningkatan produksi pertanian, perkebunan dan perkebunan;
pertumbuhan pergerakan; penerimaan pajak; peningkatan kualitas hidup dan sebagainya.
Pada umumnya, perhitungan manfaat pembangunan jalan dan jembatan dilakukan dengan
menghitung langsung dari pengguna jalan pada jalan-jalan dengan volume tinggi khususnya
pada wilayah yang telah berkembang, yaitu pengurangan biaya operasi kendaraan (BOK),
nilai waktu dan kecelakaan yang diperhitungkan dari perbedaan dengan proyek dan tanpa
proyek, berdasarkan volume lalu lintas yang ada (JICA, 1986), Canmark (IBRD, WP-241,
1976) juga menyatakan hal yang sama untuk metodologi konvensional. Namun demikian,
metode tersebut hanya sesuai untuk keadaan dimana lalu lintas normal mempunyai jumlah
yang cukup dan keuntungan akibat pengurangan BOK merupakan ukuran yang handal dan
dapat dipercaya.
Selain komponen langsung pada kendaraan/ prasarana transportasi yang digunakan,
perhitungan dapat juga dilakukan pada manfaat yang dirasakan konsumen/masyarakat di
daerah hinterland (service area) yang dilayani oleh jalan yang akan dibangun. Perhitungan
manfaat diatas umumnya diklasifikasikan sebagai metode pendekatan consumer surplus.
Pada jalan-jalan dengan volume yang rendah dan pada wilayah yang belum berkembang
atau pada wilayah-wilayah yang akan dibuka, metode tersebut harus dimodifikasi untuk
dapat memberikan justifikasi adanya manfaat dari pembangunan/peningkatan jalan.
Pendekatan yang biasa digunakan untuk menghitung manfaat tersebut adalah
memperhitungkan manfaat tidak langsung pada pengguna jalan berupa peningkatan
produksi (alam maupun industri) pada daerah-daerah yang termasuk hinterland
jalan/jembatan yang akan dibangun. Metode perhitungan ini diklasifikasikan sebagai metode
pendekatan produser surplus.
Untuk kasus pengembangan jalan lintas utara-selatan Pulau Nias ini, kedua pendekatan
tersebut diatas dapat digunakan dimana potensi produksi dan ekonomi yang tergantung
pada penyediaan jaringan jalan cukup pbesar khususnya produksi pertanian, perkebunan
dan perikanan serta kondisi lalu lintas yang telah cukup berkembanga khususnya yang
menghubungkan daerah wisata dapat menjadi dasar untuk menggunakan konsep manfaat

LAPORAN AKHIR

V-1

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

pada sisi pengguna jalan. Pendekatan produser surplus memperhitungkan peningkatan


produksi sektor pertanian khususnya pada komoditas karet, kopi dan kelapa. Sedangkan
pada pendekatan consumer surplus memperhitungkan manfaat penurunan harga barang
konsumsi akibat menurunnya biaya transportasi.
Metoda pendekatan penilaian manfaat pembangunan jalan lintas utara-selatan Nias ini
adalah menggunakan tinjauan kajian Multipplier Effect, yang menyebutkan bahwa
pembangunan sebuah infrastruktur umum akan berpengaruh minimal pada 3 sektor
strategis yaitu sektor produksi (Produser), sektor pengguna (Consumer) dan Pemerintah
Daerah sebagai penyelenggara infrastruktur wilayah.
Data primer yang dikumpulkan dalam studi ini diantaranya adalah data volume lalu lintas
terklasifikasi, data wawancara asal-tujuan angkutan barang, data kondisi jalan. Data ini akan
dapat memberikan gambaran karakteristik lalu lintas, karakteristik kondisi jalan dan kondisi
alternatif lokasi trase jalan dan jembatan akan dibangun. Sesuai dengan arahan untuk kajian
lintasan angkutan barang maka data- data ini akan menjadi dasar yang menunjukkan
besarnya kebutuhan jaringan jalan dan angkutan barang, yang ditunjukkan oleh volume
angkutan barang pada masing masing lokasi.
Survey kondisi jalan telah dilaksanakan pada beberapa jaringan jalan di Kabupaten Nias dan
Nias Selatan, berdasar data survey ini dapat memberikan gambaran karakteristik kondisi
jalan secara umum sebagai bagian jaringan prasarana angkutan barang, kondisi ini perlu
diketahui selain kondisi angkutan barang sendiri dan jenis barang yang akan diangkut.
Sesuai dengan standart survey jalan yang ada Data yang dapat dikumpulkan adalah data
penampang melintang jalan, vertical alignment dan horizontal alignment.

5.1.1 Komponen Manfaat Kualitatif Pembangunan Jalan


Manfaat secara kualitatif dari pembangunan jalan lintas utara-selatan Nias dapat dilihat
dalam kaitannya terutama dengan:
 Pengembangan wilayah di Pulau Nias
 Peningkatan pemerataan jaringan jalan
Dari sisi pengembangan wilayah, dengan semakin baiknya akses utara selatan akan serta
merta menjadi pemicu berkembanganya wilayah-wilayah yang dilalui jalan lintas tersebut
juga semakian berkembangnya pusat-pusat pemukiman dan kegiatan disekitar jalan.

5.1.2 Komponen Manfaat Kuantitatif Pembangunan Jalan


Komponen manfaat yang menjadi dasar analisis adalah biaya transportasi yang selanjutnya
akan berpengaruh pada biaya-biaya (harga-harga) lainnya seperti komoditas yang dihasilkan
daerah tersebut dan dijual keluar daerah maupun komoditas yang didatangkan dari luar
daerah.
Secara lebih luas dilihat dari segi volume pengangkutan komoditi ekonomi yang lebih
kompetitif, keberadaan jalan lintas utara-selatan Nias diharapkan menjadi jaringan utama
distribusi komoditi ekonomi yang ada di Pulau Nias. Pengalihan dari angkutan laut,
khususnya pada jalur distribusi utara-selatan diharapkan akan beralih (diverted) ke moda
darat yang melalui jalan lintas utara-selatan Nias dengan pertimbangan pengurangan biaya
transportasi dan waktu perjalanan serta kepraktisan pengangkutan. Selain itu volume dan
frekuensi angkutan dapat ditingkatkan secara maksimal dimana tidak ada lagi kendala
kondisi arus laut dan keterbatasan kapasitas pelabuhan/dermaga.

LAPORAN AKHIR

V-2

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

5.2

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Alternatif Trase
Berdasarkan pada pengamatan lapangan serta kondisi eksisting jaringan jalan yang ada,
rencana jalan lintas utara-selatan Pulau Nias dikembangkan dengan beberapa alternatif
jaringan jalan. Alternatif jaringan lintas utara-selatan ini dikembangkan dari beberapa kriteria.
Kriteria-kriteria tersebut antara lain:
Mengakomodir pertumbuhan wilayah yang ada di Pulau Nias;
Memaksimalkan fungsi jalan sebagai prasarana penghubung serta meningkatkan
aksesibilitas bagi masyarakat;
Memaksimalkan jaringan jalan yang telah ada khususnya pada trase jalan yang telah ada;
Menimimalisasi penambahan jaringan jalan yang merupakan duplikasi dari jaringan yang
telah ada;
Terdapat tiga alternatif lintas utara-selatan yang dapat dikembangkan yaitu:
a. Alternatif Lintas 1: Lahewa Lotu Silima Banua Tuhemberua Gunung Sitoli
Hiliweto Gido Tetehosi Idano Gawo Helezalulu Bawodo Bara Teluk Dalam;
b. Alternatif Lintas 2: Lahewa Lotu Silima Banua Tuhemberua Gunung Sitoli
Lolofitomui Lolowau Tuindaro Amandraya Teluk Dalam;
c.

Alternatif Lintas 3: Lahewa Afulu Tetesua Lolofitomui Lolowau Tuindaro


Amandraya Teluk Dalam;

Ketiga altenatif jalan lintas ini digambarkan pada Gambar 5.1.

LAPORAN AKHIR

V-3

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Gambar 5.1
Alternatif Trase Jalan Lintas Utara - Selatan

A
Silima Banua

KEC.TUHEMBERUA

Toyolawa
Lahewa

Lotu

KEC.LAHEWA

Idanogawo KEC.LOTU
KEC. AFULU

Awa`ai

KEC.NAMOHALU ESIWA

Iraonolase

Namohalu

KEC.GUNUNGSITOLI

Afulu

GUNUNG SITOLI

Afulu
Fadoro Lauru
Ombolata

Faecheo

Miga

KEC. ALASA

P. WUNGA

KEC.HILIDUHO

Botom Bawo
KEC.GIDO

59k
m

KEC. MANDREHE

Tetehasi I

Hiliweto
Lolofitu

Hili Sebuadunia

Fadoro

Tetehosi
Bosihona

KEC.IDANO GAWO

Letehosi

KEC.LOLOFITU MOI
KEC.SIROMBU

Holi

Tetesua

Bawolato

Hiliotalua

KEC.BAWOLATO

KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA

Lolowa'u

Orahili
KEC.GOMO

Gomo
KEC.LAHUSA

Amandraya

Helezalulu
Hilisimaetano

KEC.AMANDRAYA

Hiliaru dua

Bawolalusa

Bawaluo
KEC.TELUK DALAM

Bawodo Bara

PASAR TELUK DALAM

Dari ketiga alernatif trase jalan lintas diatas, masing-masng alternatif mempunyai
karakteristik yang berbeda dan kelebihan serta kekurangan yangdapat menjadi
pertimbangan dalam pengembangan jaringa jalan lintas.
Pertimbangan penetapan alternatif trase yang terbaik dijabarkan pada Tabel 5.1 berikut.

LAPORAN AKHIR

V-4

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Tabel 5.1 Perbandingan alternatif Trase Lintas Utara-Selatan


No

Komponen

Alternatif 1

1
2
3

Segmen
Panjang (km)
Kota Besar

Daerah yang dilalui

Potensi

Kondisi Eksisting

Jalan dengan
perkerasan aspal,
beberapa lokasi
jembatan rusak

Kondisi Umum
Topografi
Jenis Penanganan
Jalan

Merupakan daerah
pesisir timur
Peningkatan jalan
dan pembangunan
jembatan

A-B
205
Lahewa, Gunung
Sitoli, Teluk Dalam
Lahewa Lotu
Silima Banua
Tuhemberua
Gunung Sitoli
Hiliweto Gido
Tetehosi Idano Gawo
Helezalulu
Bawodo Bara
Teluk Dalam;
Peningkatan
aksesibilitas jaringan
jalan bagian timur

Alternatif 2

Alternatif 3

AC-E
187
Lahewa, Gunung
Sitoli, Teluk Dalam
Lahewa Lotu
Silima Banua
Tuhemberua
Gunung Sitoli
Lolofitomui
Lolowau Tuindaro
Amandraya Teluk
Dalam;

D-E
168
Lahewa, Teluk
Dalam
Lahewa Afulu
Tetesua
Lolofitomui
Lolowau Tuindaro
Amandraya Teluk
Dalam

Peningkatan
aksesibilitas jaringa
tengah dan pesisir
barat
Jalan dengan
perkerasan aspal,
beberapa lokasi
merupakan jalan
yang terjal/curam
Memotong daerah
pegunungan
Peningkatan jalan
dan pembangunan
jembatan

Pemicu
pertumbuhan
wilayah di pesisir
barat Pulau Nias
Jalan terputus,
trase yang ada
hanya dapat dilalui
dengan sepeda
motor
Merupakan daerah
pesisir barat
Pembangunan
jalan dan
pembangunan
jembatan

Dari perbandingan yang dilakukan diatas, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan yaitu:
Berdasar pada keterhubungan dengan Gunung Sitoli dan penanganan yang lebih ringan
maka alternatif 1 lebih baik dari kedua alternatif lainnya;
Berdasar pada pengembangan wilayah dan promoting sektor pada wilayah yang berlum
berkembang maka alternatif 3 lebih baik dari kedua alternatif lainnya;
Berdasar pada pengembangan wilayah dan tetap mempertahankan keterhubungan
dengan Gunung Sitoli sebagai Pusat Kegiatan, maka alternatif 2 merupakan pilihan yang
lebih baik dari kedua pilihan lainnya.

5.3

Perhitungan Manfaat

5.3.1 Konsep Pendekatan


Kelayakan ekonomis didefinisikan sebagai kelayakan bagi semua pihak yang
memanfaatkan, baik langsung maupun tidak langsung dari suatu pembangunan jalan. Dalam
kaitannya dengan analisis ekonomi, manfaat yang diperoleh semestinya lebih besar
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu perhitungan manfaat
pembangunan jalan merupakan faktor utama dalam memutuskan apakah suatu rencana
pembangunan jalan disebut layak untuk dilaksanakan. Perhitungan manfaat jalan juga dinilai

LAPORAN AKHIR

V-5

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

lebih peka dibandingkan dengan perhitungan biaya yang merupakan aspek teknis dan
engineering.
Manfaat pembangunan jalan dibagi atas dua bagian:
1. Manfaat yang dapat dikuantifikasikan besarnya. Karena manfaat ini dapat dihitung
secara kuantitatif, maka dapat dijadikan masukan bagi perhitungan kelayakan ekonomi,
diantaranya meliputi :
Peningkatan kinerja jaringan jalan
Dengan dibangunnya jalan, maka diharapkan akan terjadi penambahan panjang atau
luas jalan, yang berarti perbaikan terhadap supply jaringan. Sehingga pengguna jalan
akan merasakan peningkatan kinerja lalu lintas (misalnya penurunan waktu tempuh).
Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi.
Laju pertumbuhan produksi suatu jenis komoditi akan bertambah, karena sarana
transportasi yang membaik. Manfaat pembangunan jalan dapat dihitung berdasarkan
surplus produsen.
Penurunan harga barang konsumsi.
Dengan penurunan biaya transportasi barang yang cukup signifikan dengan adanya
jalan lintas, maka akan menyebabkan menurunnya harga barang yang dikonsumsi
oleh masyarakat Pulau Nias. Manfaat pembangunan jalan dapat dihitung dari
penurunan harga yang dirasakan oleh masyarakat khususnya pada barang konsumsi
sehari-hari.
Berubahnya pola angkutan barang.
Barang-barang yang semula diangkut melalui moda angkutan laut (khususnya pada
jalur distribusi utara-selatan), akan berubah dengan (seluruh/sebagian) ke moda jalan.
Manfaat yang diperoleh berupa pengurangan biaya operasi kendaraan dan waktu
perjalanan.
2. Manfaat yang tidak dapat dikuantifikasikan besarnya. Meskipun manfaat ini juga
merupakan hal yang penting, namun seringkali sangat sulit untuk diperhitungkan secara
kuantitatif, sehingga hanya dapat dikaji secara kualitatif. Manfaat tersebut misalnya:
Peningkatan aksesibilitas masyarakat.
Dengan dibangunnya jalan, maka akan lebih mudah bagi masyarakat untuk mencapai
fasilitas-fasilitas sosial, seperti sekolah, rumah sakit/puskesmas, lokasi wisata, dan
lain-lain yang berada di daerah utara (Lahewa dsk.), daerah selatan (Teluk Dalam
dsk.) serta daerah sepanjang rencana jalan lintas utara-selatan Nias.
Interkoneksi jaringan jalan.
Dengan pembangunan jalan akan menjadi bagian dari sistem jaringan secara
menyeluruh dalam konsep kewilayahan Kab. Nias dan Kab. Nias Selatan ataupun
Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, pembangunan jalan aksesnya tersebut
memberikan pemerataan jalan pada daerah-daerah yang saat ini masih terisolasi.
Pertahanan dan keamanan negara.
Dari segi politik dan pertahanan keamanan, adanya jaringan jalan dan jembatan jelas
memberikan dampak positif mengingat dengan adanya jalan dan jembatan maka
pengawasan atas kedaulatan dapat dilakukan dengan lebih baik, dengan
keterhubungan seluruh wilayah di Pulau Nias.
5.3.2 Manfaat bagi Produser (Produser Surplus)
Analisis produser surplus merupakan salah satu parameter penilai/evaluasi kelayakan
proyek. Dalam hal ini kriteria keuntungan (benefit) yang digunakan ialah semua surplus
yang dinikmati oleh produsen barang dan jasa yang dijual dan tercakup dalam daerah
pengaruh proyek.

LAPORAN AKHIR

V-6

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Pendekatan ini mengacu pada keadaan dimana volume lalu lintas rendah yang
mengakibatkan kurangnya justifikasi surplus konsumen. Keuntungan akibat perubahan
volume dan biaya transport sangat bergantung pada besarnya keuntungan akibat perubahan
harga produk (pertanian) di lokasi produksi. Pendekatan surplus produsen dilakukan dengan
memperhatikan sektor tertentu (misalnya pertanian dan produk tertentu). Bagi produk
tersebut perlu diperhatikan berbagai data produksi, faktor-faktor produksi dan harga jualnya
dari tahun ke tahun.
Beberapa asumsi yang digunakan adalah:
Dengan adanya proyek pembangunan jalan, mengakibatkan peningkatan luas areal tanam
atau peningkatan tingkat produksi;
Biaya transportasi berkurang karena aksesibilitasnya yang lebih baik dari investasiinvestasi lainnya.;
Produk dijual dengan harga seragam di lokasi yang berjarak tertentu yang sama (rata-rata)
dari seluruh wilayah tinjauan;
Tambahan produksi tidak akan mengakibatkan jatuhnya harga pasar, harga jual tetap,
sehingga produsen dapat menjual hasilnya sebanyak mungkin;
Konsumsi rumah tangga tetap dan tidak dipengaruhi oleh produksi;
Biaya transportasi dan produksi sama untuk semua produsen.
Konsep perhitungan manfaat produser surplus yang ditimbulkan oleh pembangunan jalan
yang dirasakan oleh produsen digambarkan sebagai berikut

Gambar 5.2
Konsep Perhitungan Manfaat dalam Produsen Surplus

St

C4

S t

C 3
Sf
C3
C2

C 2
C1
Q1

Q2

Keterangan Gambar 5.1 adalah sebagai berikut:


C1

= Unit harga produksi (marginal cost)

C2

= Unit harga produksi dan unit biaya transportasi sebelum adanya


jembatan baru

LAPORAN AKHIR

V-7

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

C2 = Unit harga produksi dan unit biaya transportasi setelah adanya


jembatan baru
C3

= Biaya produksi untuk jumlah Q1 (harga petani)

C3 = Biaya produksi untuk jumlah Q2 (harga petani)


C4

= Biaya produksi dan biaya transportasi = Harga Jual

Dengan adanya jalan baru, maka unit transport cost turun dari C2 menjadi C2, sehingga
dengan harga jual yang sama petani dapat memproduksi komoditas yang lebih banyak
jumlahnya dan komponen-komponen lainnya adalah sebagai berikut:
 Total Revenue (pendapatan total)

: TR2

= C4 . Q2

 Farmers Revenue (pendapatan petani)

: FR2

= C3 . Q2

 Farmers Total Cost (pengeluaran total petani)

: FC2

= 0,5(C1+C3)Q2

 Farmers Surplus (surplus petani)

: FS2

= FR2 FC2
= C3Q2 - 0,5(C1+C3)Q2

 Peningkatan Surplus Petani karena jembatan baru

: FS2 FS1

 Produser surplus total

: TS2

 Transporter Surplus (surplus pengelola transportasi)

: TrS2 = TPS2 FS2

= 0,5(C4 C2)

 Peningkatan surplus pengelola transportasi setelah


Ada Jalan baru

: TsS2 TrS1

Adapun dasar dari pemikiran yang digunakan dalam menentukan kriteria surplus adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan utilitas dari suatu kegiatan. Penilaian akan
utilitas, dalam hal ini berhubungan dengan nilai proyek yang bersangkutan. Nilai suatu
proyek bisa berarti dua hal, yaitu nilai dalam penggunaan atau nilai pertukaran. Nilai
pertukaran pada dasarnya adalah harga pasar (market price) dari objek tersebut, sedangkan
nilai dalam penggunaan merupakan kapasitas dari suatu objek untuk memuaskan suatu
keinginan.
Konsep pendekatan producer surplus menetapkan kriteria keuntungan (benefit) yang
digunakan adalah berupa semua surplus yang dinikmati oleh produsen barang dan jasa
yang dijual dan tercakup dalam daerah pengaruh proyek. Pendekatan ini mengacu pada
keadaan dimana volume lalu lintas rendah yang mengakibatkan kurangnya justifikasi surplus
konsumen. Keuntungan akibat perubahan volume dan biaya transportasi sangat bergantung
pada besarnya keuntungan akibat perubahan harga produk (pertanian) di lokasi produksi.
Pada kajian ini nilai manfaat yang diperoleh oleh sektor produksi adalah bertambahnya
permintaan barang akibat adanya perbaikan akses dan menurunnya biaya transportasi.
Khusus pada studi ini penambahan produksi lebih banyak diakibatkan oleh menurunnya
biaya transportasi, yaitu ditiadakannya biaya angkutan penyeberangan sungai yang relatif
sangat tinggi. Untuk menilai manfaat yang diperoleh dari sektor ini perlu diidentifikasikan
komoditas unggulan apa saja yang menjadi potensi utama daerah hinterland yang mendapat
dampak dari pembangunan jalan lintas.
Perhitungan komponen manfaat dan juga komponen biaya pada sektor ini dilakukan dengan
membandingkan kondisi tanpa proyek (eksisting) dan kondisi dengan proyek (dalam hal ini
adalah pembangunan jalan lintas). Seluruh komponen manfaat akan dihitung untuk rentang
waktu masa layan jalan yaitu selama 20 tahun.

LAPORAN AKHIR

V-8

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Dari data literatur yang tersedian komoditas unggulan dari Kab. Nias dan Kab. Nias Selatan
adalah sebagai berikut:
 Potensi Pertanian (Komoditi pertanian utama adalah padi sawah)
 Potensi Perkebunan (Komoditi perkebunan utama adalah: karet, kelapa, nilam, kako,
kopi, cengkeh)
 Potensi Perikanan (utamanya perikanan laut)
Potensi perkebunan dan pertanian di Kab. Nias dan Kab. Nias Selatan saat ini belum
termanfaatkan secara optimal. Hal ini disebabkan karena akses untuk pemasaran komoditi
ini terhambat oleh biaya transportasi yang tinggi. Manfaat yang bisa diperoleh akibat
pembangunan jalan lintas, adalah bangkitan surplus produksi perkebunan. Surplus adalah
selisih antara produksi dan konsumsi lokal, sehingga apabila pertumbuhan jumlah produksi
mengalami peningkatan maka otomatis nilai surplus tersebut akan semakin besar.
Perhitungan komponen manfaat pada sektor pertanian dan perkebunan meliputi tahap-tahap
sebagai berikut :

5.3.2.1 Penentuan Pola Produksi


Asumsi pengembangan penggunaan lahan akibat penurunan biaya transportasi setelah
pembangunan jembatan didasarkan kepada komoditas pertanian/perkebunan yang
merupakan unggulan daerah hinterland, kesesuaian lahan serta rencana pengembangan
kabupaten yang tertuang dalam RTRW Kab. Nias dan Kab. Nias Selatan.
Pertumbuhan ekonomi di kedua kabupaten ini yang terlihat dari aktifitas ekonomi yang ada di
tiga kota utama yaitu Gunung Sitoli, Teluk Dalam dan Lahewa menunjukkan pekembangan
yang cukup rendah khususnya pada pemenuhan kebutuhan pokok yang sebagian besarnya
didatangkan dari luar wilayah (Sibolga). Hal ini disebabkan oleh kurang termanfaatkannya
lahan yang ada untuk perkebunan dan pertanian.
5.3.2.2 Penentuan Jumlah Produksi
Perhitungan ini mempertimbangkan scenario dengan proyek dan tanpa proyek. Produksi
yang dihitung adalah hasil panen dari lahan tanam yang meningkat secara berkala baik pada
lahan eksisting maupun pada lahan dengan intensifikasi. Surplus hasil produksi diperoleh
dari total produksi dari areal lahan eksisting dan tambahan areal lahan baru, dikurangi
dengan total produksi yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat. Sehingga, nilai total
produksi untuk suatu komoditi tertentu adalah surplus produksi komoditi tersebut dikalikan
dengan harga petani untuk komoditi tersebut.

Tabel 5.2 Asumsi Perhitungan Produksi


No

Asumsi

satuan

Tingkat Produksi
(eksisting)
Tingkat Produksi
(intensifikasi)
Konsumsi Lokal
Harga Produsen

ton/ha

Padi
Sawah
3,750

ton/ha
Ton/kapita
1000 Rp/ton

2
3
4

Karet

Kelapa

Perikanan

0.52

0.879

14.993*

0,031

0.32

0.38

0,025*

0.01
4500

0.02
7500

0.001
6000

0,025
10.000

*: ton
Sumber: diolah dari Kab. Nias dalam Angka 2004 dan Kab. Nias Selatan dalam Angka 2004

LAPORAN AKHIR

V-9

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

5.3.2.3

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Perhitungan Biaya Produksi

Tahap selanjutnya dalam analisis manfaat ini adalah menentukan biaya produksi. Biaya
produksi pertanian dan perkebunan terdiri dari variabel biaya produksi (dengan pola tanam
tradisional maupun dengan intensifikasi), biaya investasi atas tanaman baru dengan
intensifikasi dan biaya penyiapan lahan tanpa intensifikasi. Biaya produksi dengan
intensifikasi adalah fungsi dari biaya tanam dan total peningkatan lahan tanam. Biaya
investasi tanaman baru tergantung pada harga satuan investasi dan total peningkatan lahan
tanam. Terakhir, biaya pembersihan lahan tanpa intensifikasi ditentukan oleh biaya satuan
pelaksanaannya (biasanya lump sum).
5.3.2.4

Penentuan Kebutuhan Perjalanan

Pada tahap ini akan ditentukan besarnya bangkitan perjalanan untuk kedua jenis moda
(seperti disebutkan pada tahap 3). Untuk menghitung besarnya jumlah perjalanan per tahun
untuk tiap moda transportasi maka diperlukan data-data jumlah total komoditi per jenisnya
yang akan diangkut (diperoleh dari tahap 2), jumlah armada moda transportasi, kapasitas
angkut dan load factor dari moda tersebut (diperoleh dari tahap 3). Perhitungan dilakukan
untuk waktu analisis selama 20 tahun dan terhadap kondisi tanpa proyek dan dengan
proyek. Maka bangkitan perjalanan per tahun merupakan selisi jumlah perjalanan kendaraan
dengan proyek dengan tanpa proyek. Apabila terdapat nilai negatif pada nilai bangkitan
perjalanan ini berarti terjadi pengurangan jumlah bangkitan perjalanan pada saat proyek
dibuka.
5.3.2.5

Penentuan Tarif Angkutan untuk Pertanian dan Perkebunan

Tarif angkut per ton-km ditentukan dengan mempertimbangkan harga angkut per ton-nya
terhadap panjang perjalanan rata-rata yang dilakukan. Dari hasil ini dapat dilihat batas
keuntungan yang akan diperoleh, yaitu dengan mengurangkan tarif angkut per ton-km
dengan BOK rata-rata, baik untuk kondisi tanpa proyek dan dengan proyek. Besaran tarif
angkutan ini menggunakan harga yang berlaku pada wilayah studi.
5.3.2.6

Penentuan Manfaat Bagi Pelaku Angkutan

Pada saat ini ada 2 jenis moda transportasi (dalam hal ini adalah untuk angkutan barang)
yaitu angkutan darat (truk) dan angkutan laut (kapal dan sejenisnya). Pada saat proyek
dibuka, diperkirakan angkutan barang akan beralih seluruhnya ke angkutan darat. Hal ini
didasarkan pada perbedaan biaya transportasi serta waktu yang sangat signifikan antara
kedua jenis transportasi tersebut, dengan asumsi prasarana angkutan tersedia dengan
cukup.
Nilai manfaat, baik untuk kondisi tanpa proyek maupun dengan proyek, terdiri dari dua
komponen, yaitu komponen pendapatan dan komponen total biaya. Komponen pendapatan
diperoleh dari hasil perkalian antara surplus yang diperoleh dari masing-masing komoditi,
tarif angkut per ton-km, dan panjang perjalanan rata-rata. Sedangkan komponen total biaya
diperoleh dari hasil perkalian antara surplus yang diperoleh dari masing-masing komoditi,
BOK rata-rata dan panjang perjalanan rata-rata.
Baik komponen pendapatan maupun total biaya dihitung untuk waktu analisis 20 tahun, dan
di akhir perhitungan akan ditotal pendapatan dan total biaya untuk kedua jenis moda
transportasi (truk dan kapal).
5.3.2.7 Resume Seluruh Biaya Produksi dan Peningkatan Produksi
Tahap ini merupakan resume dari tahap-tahap sebelumnya. Pada tahap ini dapat diketahui
apakah akan terdapat manfaat peningkatan produksi (dalam ton), peningkatan biaya
produksi (dalam rupiah) dan peningkatan biaya transportasi (dalam rupiah) apabila proyek
jadi dibangun. Dengan menjumlahkan biaya produksi dan biaya transportasi akan diperoleh
total biaya pertanian. Apabila total biaya pertanian merupakan nilai negatif menunjukkan
bahwa terjadi penurunan biaya (cost), yang berartii merupakan keuntungan bagi produsen.

LAPORAN AKHIR

V - 10

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

5.3.3 Manfaat bagi Konsumen (Consumer Surplus)


Konsep pendekatan consumer surplus adalah dengan adanya pengurangan harga yang
dikeluarkan oleh konsumen untuk memperoleh/menggunakan produk tertentu. Selisih harga
awal dengan harga baru yang harus dikeluarkan merupakan penghematan (savings) bagi
konsumen, sementara itu sesuai dengan fungsi (kurva) demand-nya maka akan terdapat
penambahan volume. Sehingga manfaat total adalah perkalian jumlah volume baru dengan
selisih harga yang terjadi. Konsep consumen surplus ini digambarkan pada gambar berikut.
Gambar 5.3
Konsep Perhitungan Manfaat dalam Consumer Surplus

Harga (Price)

Kurva Demand
Perubahan surplus akibat
P turun menjadi P

P
N
P
M

Q1

Q2

Volume (Quantity)

Masih rendahnya volume pergerakan di jalan (LHR) menjadikan perhitungan manfaat dari
sisi consumer menjadi lebih rendah. Namun demikian, tetap akan diperhitungkan dalam
perhitungan manfaat dimana dimungkinkan adanya pertumbuhan pergerakan baru
(generated traffic), peralihan ke moda darat (diverted traffic) dan pergerakan yang tadinya
tidak terselenggara karena belum adanya prasarana jalan (suppresed demand).
Turunnya biaya transportasi akan menyebabkan perubahan pola penyebaran lalu lintas.
Manfaat proyek merupakan selisih harga barang kebutuhan pokok sebelum dan setelah
adanya proyek, dan juga peningkatan jumlah permintaan kebutuhan barang pokok tersebut
akibat adanya penurunan harga.
Kriteria penentuan barang barang pokok apa saja yang menjadi komponen manfaat pada
kajian kelayakan ini adalah:
 Barang pokok dengan selisih harga cukup tinggi dibandingkan dengan harga rata-rata di
Propinsi Sumatera Utara. Barang pokok dengan selisih harga rendah diasumsikan sudah
dapat dipenuhi oleh produksi lokal (Swasembada), sehingga jumlah pengadaan yang
berasal dari luar daerah tidak memberikan perubahan harga yang signifikan.
LAPORAN AKHIR

V - 11

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

 Barang pokok yang sudah dihitung nilai manfaatnya pada produser surplus, tidak
dihitung lagi dimana hal ini untuk menghindari terjadinya pehitungan berganda (double
counting).
 Barang konsumsi yang terbukti dari pengamatan lapangan secara kontinyu
diseberangkan melalui jaringan laut dari utara ke selatan Nias ataupun sebaliknya.
Nilai manfaat ini didapatkan dengan menghitung penurunan harga kebutuhan pokok setelah
pembangunan jalan. Asumsi harga yang berlaku adalah sama dengan harga rata-rata
barang kebutuhan pokok tersebut di Pulau Nias.
5.3.4 Manfaat bagi Pengelola Angkutan (Operator Transportasi)
Dari sisi lain, pengelola angkutan juga memperoleh keuntungan dengan menurunnya biaya
operasi kendaraan akibat peningkatan kinerja jaringan jalan, sementara tarif angkutan tetap.
Pengelola angkutan yang mendapat manfaat dari pembangunan jalan lintas ini adalah moda
angkutan barang (truk, dsb) sedangkan untuk angkutan laut, pengaruh terhadap mereka
adalah berkurangnya pendapatan karena beralihnya pergerakan ke moda darat.
5.3.5 Manfaat bagi Pemerintah Daerah
Keuntungan bagi pemerintah daerah akibat adanya pembangunan jalan lintas utara-selatan
adalah meningkatnya pendapatan pajak seiring dengan baertambahnya jumlah transaksi
perdagangan di Pulau Nias. Turunnya harga kebutuhan barang pokok dan naiknya
pendapatan penduduk dengan berkembangnya sentra-sentra produksi pertanian,
perkebunan, industri dan pariwisata memberikan dampak yang positif terhadap pendapatan
per kapita daerah.
Pertumbuhan sektor produksi yang bertambah pesat dapat memberikan lowongan pekerjaan
yang lebih luas, sehingga pendapatan daerah daerah dari sisi pajak dapat meningkat pula.
Secara kualitatif tingkat inflasi daerah akan menurun pula, dimana tingkat konstribusi sektorsektor yang menjadi urat nadi perekonomian daerah terhadap PDRB per kapita akan
meningkat secara signifikan. Dari sisi sosial budaya, dengan makin mudahnya akses ke luar
daerah maka tingkat interaksi antar budaya akan semakin tinggi, yang memungkinkan
penyerapan teknologi/pendidikan yang lebih cepat lagi.
Analisis kelayakan ekonomi dalam studi ini pada dasarnya merupakan kajian terhadap
manfaat yang akan timbul dan dirasakan oleh masyarakat dengan adanya pembangunan
jalan lintas utara-selatan khususnya bagi pengguna jaringan jalan maupun bagi aktivitas
perekonomian wilayah Kab. Nias dan Kab. Nias Selatan yang terpengaruh (service area)
dan membandingkanya dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk pembangunan jalan.
Dari komponen manfaat dan komponen biaya tersebut selanjutnya dilakukan perhitungan
parameter-parameter kelayakan ekonomi. Komponen biaya yang diperhitungkan dalam
pembangunan jembatan dan jalan aksesnya telah dibahas di bab sebelumnya.

5.4

Konsep Pendekatan Analisis


Kelayakan ekonomis didefinisikan sebagai kelayakan bagi semua pihak yang
memanfaatkan, baik langsung maupun tidak langsung dari suatu pembangunan jembatan.
Dalam kaitannya dengan analisis ekonomi, manfaat yang diperoleh semestinya lebih besar
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu perhitungan manfaat
pembangunan jembatan merupakan faktor vital dalam memutuskan apakah suatu rencana
pembangunan jembatan disebut layak untuk dilaksanakan. Perhitungan manfaat jalan juga
dinilai lebih peka dibandingkan dengan perhitungan biaya yang merupakan aspek teknis dan
engineering.

LAPORAN AKHIR

V - 12

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Kriteria dasar pengukuran adalah dengan pengukuran dengan dan tanpa (with and without)
test. Dengan demikian manfaat yang timbul bisa dibandingkan bila jumlah tersebut tidak
dibangun. Untuk membandingkan biaya-biaya dan manfaat tersebut didiskon dengan titik
tolak waktu pembayaran yang pertama kali.
Beberapa cara untuk mengukur biaya dan manfaat, diantaranya dengan nilai netto net (net
worth) dari proyek dan tingkat hasil internal (internal rate of return). Nilai neto adalah selisih
antara biaya dan manfaat selama umur ekonomi yang dihitung dengan tingkat diskon
(discounted factor) yang besarya sama. Tingkat hasil internal adalah tingkat tingkat diskon
yang besarnya sedemikian hingga biaya dan manfaat menjadi sama besarnya.

5.5

Paramer Kelayakan Ekonomi


Pada studi ini, analisis ekonomi dilakukan dengan membandingkan dua skenario:
 Kondisi tanpa proyek (dengan asumsi semua angkutan komoditi adalah melalui laut)
 Kondisi dengan proyek (dengan asumsi terjadi pindahan angkutan komoditi dari moda
sungai ke moda jalan, yaitu menjadi penggunaan moda laut 20% dan angkutan jalan/truk
80% pada jenis komoditi pertanian dan penggunaan moda truk 30% serta angkutan
jalan/truk 70% untuk jenis komoditi budidaya pertanian)
Dari kedua skenario tersebut yang dibandingkan adalah:
 Komponen biaya pembangunan jalan beserta biaya pemeliharaannya;
 Komponen manfaat bagi angkutan komoditi unggulan;
 Komponen manfaat akibat penurunan harga barang pokok.
Parameter yang digunakan sebagai keluaran analisis ekonomi di atas adalah Net Present
Value (NPV) pada nilai diskonto 10%, 15% dan 20%, Benefit Cost Ratio (BCR) serta
Economic Internal rate of Return (EIRR).
Perhitungan kelayakan pembangunan dan peningkatan jalan dilakukan dengan menghitung
beberapa parameter yaitu:
 Benefit Cost Ratio (BCR);
 Net Present Value (NPV);
 Economic Internal Rate of Return (EIRR).
Pada prinsipnya perhitungan kelayakan pembangunan jalan mengacu pada perbandingan
antara kondisi/skenario tanpa dan dengan proyek, sehingga diketahui keuntungan yang
timbul karena adanya pembangunan jalan. Selain itu perhitungan dilakukan atas dasar
penyesuaian nilai rupiah pada tahun dasar. Tiga skenario tingkat bunga diuji masing-masing
merefleksikan kondisi ekonomi makro. Tingkat bunga tersebut adalah sebesar 10%, 15%,
20% pertahun. Estimasi Perencanaan yang digunakan adalah 20 tahun, dengan harapan
agar selama umur tersebut, keuntungan yang dihasilkan dapat menutup biaya yang
dikeluarkan.

5.5.1 Benefit Cost Ratio (BCR)


Metoda BCR secara ringkas membandingkan besarnya keuntungan dengan biaya yang
dikeluarkan pada akhir umur rencana. BCR dengan nilai lebih besar dari 1 menunjukkan
bahwa program pembangunan/peningkatan jalan akan menguntungkan, sebaliknya BCR
kurang dari 1 menunjukkan bahwa proyek tersebut tidak feasible.

LAPORAN AKHIR

V - 13

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Perhitungan biaya dan keuntungan dilakukan dengan memberikan faktor diskon sesuai
dengan tingkat bunga yang berlaku:

Bt

Bn =

t =0

(1+ i)

dan

Ct

t =0

(1+ i)

Cn =

Proyek layak jika BCR > 1 dan sebaliknya tidak layak jika BCR < 1.
5.5.2 Net Present Value (NPV)
Dengan menggunakan tingkat bunga untuk memperkirakan selisih antara biaya dan manfaat
yang ada saat ini dan masa mendatang, maka suatu proyek yang dapat diterima memiliki
nilai akhir yang lebih besar dari nol. NPV pada akhir umur rencana harus lebih besar dari nol.

NPV = (B0 C0 ) +

(B1 - C1) + (B1 + C1) + ... + (B1 - C1)


(1 + i)
(1+i)2
(1+i)n

Proyek layak jika NPV > 0 dan sebaliknya tidak layak jika NPV < 0.

5.5.3 Economic Internal Rate of Return (EIRR)


Economic Internal Rate of Return digunakan untuk mengetahui tingkat pada kondisi NPV =
0, sehingga dengan mengetahui tingkat bunga saat ini dan juga kecenderungannya di masa
mendatang maka dapat diambil keputusan untuk mengimplementasikan suatu kegiatan.
Besarnya EIRR harus lebih besar dari tingkat bunga yang digunakan saat ini. Apabila EIRR
lebih rendah maka dapat dikatakan bahwa biaya pelaksanaan akan lebih menguntungkan
bila diinvestasikan di tempat lain untuk kegiatan yang lain.
n

Bt

t =0

(1+ i)

=
t =0

Ct

(1+i)n

Dengan proses iterasi maka akan dapat diperoleh nilai discount rate.

5.6

Perhitungan Kelayakan Ekonomi

5.6.1 Konsep Dasar


Melihat peranan serta kemungkinan pengaruh terhadap pengembangan wilayah yang akan
ditimbulkan oleh pembangunan jalan lintas utara-selatan maupun pengembangan jaringan
jalan di Pulau Nias, maka tinjauan kelayakan ekonomi jalan lintas utara-selatan ini dilakukan
terhadap sudut pandang kelayakan ekonomi. Sudut pandang ini didifokuskan pada tinjauan
pengembangan wilayah, yaitu meninjau kemungkinan berkembangnya lahan di sekitar ruas
jalan dan jembatan, sesuai dengan kecocokan serta peruntukan lahannya. Dalam
perhitungan manfaatnya digunakan metoda produser surplus, yaitu memperhitungkan
keuntungan produsen penggarap lahan, pengusaha angkutan pertanian, perkebunan,
pariwisata menjadi pengguna jalan lintas ini.
5.6.2 Perhitungan Komponen Manfaat
Pada tahap ini akan dilakukan rekapitulasi dari semua manfaat yang bisa diperoleh oleh
masyarakat, yaitu yang berupa nilai produksi pertanian dan budidaya pertanian dan dari
pendapatan transportasi pertanian dan budidaya pertanian (dengan adanya perubahan
distribusi kendaraan pengangkut komoditi pertanian dan budidaya pertanian pada saat
kondisi tanpa proyek dan kondisi dengan proyek). Nilai yang negatif dari pendapatan
transportasi menunjukkan bahwa terdapat penurunan pendapatan transportasi apabila
LAPORAN AKHIR

V - 14

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

dibandingkan kondisi tanpa proyek dengan kondisi dengan proyek. Namun demikian, secara
total pendapatan pertanian dan budidaya perikanan ini bernilai positif, apabila dibandingkan
antara kondisi tanpa proyek dan dengan proyek, dikarenakan total nilai produksi perikanan
yang terus meningkat pada saat kondisi dengan proyek dan bisa menutupi kekurangan
pendapatan transportasi apabila dibandingkan dengan kondisi tanpa proyek.
5.6.3 Perhitungan Komponen Biaya
Komponen biaya meliputi biaya pembangunan jalan dan biaya pemeliharaan pada tahuntahun berikutnya. Biaya pembangunan ini meliputi komponen-komponen : biaya
pembebasan tanah dan bangunan, biaya pembangunan jalan pendekat dan jembatan serta
biaya desain dan supervisi. Harga satuan untuk memprediksi besarnya biaya pembangunan
menggunakan harga satuan yang digunakan dalam perencanaan/desain jalan.
Selanjutnya, setelah jalan selesai selesai dibangun (diperkirakan dalam waktu 1 tahun),
maka selama umur layannya (dalam studi ini akan dihitung selama waktu 20 tahun) jalan ini
akan memerlukan pemeliharaan, yang secara garis besar terbagi menjadi 2 jenis
pemeliharaan, yaitu biaya pemeliharaan rutin atau tahunan (year maintenance cost) dan
biaya pemeliharaan periodik atau berkala (periodic maintenance cost). Biaya pemeliharaan
periodik ini diberlakukan setiap selang waktu 3 (tiga) tahun.
Di akhir tahap ini, dihitung pula manfaat bersih yang akan diperoleh apabila proyek
dibangun, yaitu dengan mengurangkan total pendapatan yang akan diperoleh dengan total
biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat. Manfaat bersih ini, dari ketiga komoditi
unggulan, ada yang bernilai negatif terlebih dahulu dan kemudian akan bernilai positif
setelah beberapa tahun, pada saat jumlah produksi semakin meningkat seiring dengan
semakin dipercayanya angkutan darat untuk mengangkut komoditi unggulan tersebut
dengan menggantikan angkutan laut.
Hasil rinci perhitungan analisis kelayakan ekonomi dapat dilihat pada Tabel 5.3.

LAPORAN AKHIR

V - 15

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Tabel 5.3 Perhitungan Parameter Kelayakan Ekonomi Pembangunan Jalan Lintas Utara-Selatan (dalam Rp. Juta)
Cash Flow
No.

Year

Cost
Operator
Saving

C1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027

LAPORAN AKHIR

301,178.9
9,035.4
9,035.4
9,035.4
9,035.4
15,058.9
9,035.4
9,035.4
9,035.4
9,035.4
15,058.9
9,035.4
9,035.4
9,035.4
9,035.4
15,058.9
9,035.4
9,035.4
9,035.4
9,035.4
9,035.4

1,558.1
2,581.1
887.3
1,765.7
2,711.6
3,705.8
4,702.4
5,649.8
6,495.7
7,192.2
7,701.1
7,997.4
8,070.4
7,924.0
7,574.9
7,049.1
6,379.1
5,600.8
4,750.1
3,861.6

Benefit
Consumer Produser
Saving
Saving
10,856.2
11,253.7
11,660.3
12,075.9
12,500.4
12,933.8
13,375.9
13,826.7
14,285.9
14,753.4
15,229.0
15,712.6
16,203.8
16,702.6
17,208.6
17,721.5
18,241.2
18,767.1
19,299.2
19,836.9

11,404.8
15,456.3
20,255.2
26,516.9
32,901.5
39,834.9
47,135.5
54,578.6
61,915.0
68,894.0
75,286.7
80,906.6
85,622.6
89,364.9
92,122.6
93,936.4
94,887.4
95,085.4
94,656.2
93,732.7

10%
Total

23,819.0
29,291.0
32,802.8
40,358.4
48,113.6
56,474.5
65,213.8
74,055.1
82,696.6
90,839.5
98,216.8
104,616.5
109,896.8
113,991.6
116,906.1
118,707.0
119,507.7
119,453.3
118,705.5
117,431.3

Cost
301,178.9
8,214.0
7,467.2
6,788.4
6,171.3
9,350.4
5,100.2
4,636.6
4,215.1
3,831.9
5,805.9
3,166.8
2,878.9
2,617.2
2,379.3
3,605.0
1,966.4
1,787.6
1,625.1
1,477.4
1,343.0
385,606.6

Present Value at Discount Rate


15%
20%
Benefit
Cost
Benefit
Cost
Benefit

21,653.7
24,207.5
24,645.2
27,565.3
29,874.7
31,878.4
33,465.0
34,547.3
35,071.4
35,022.6
34,424.4
33,334.0
31,833.2
30,017.5
27,986.4
25,834.1
23,644.0
21,484.7
19,409.3
17,455.4
563,354.1

V - 16

301,178.9
7,856.8
6,832.0
5,940.9
5,166.0
7,487.0
3,906.2
3,396.7
2,953.7
2,568.4
3,722.3
1,942.1
1,688.8
1,468.5
1,277.0
1,850.7
965.6
839.6
730.1
634.9
552.1
362,958.2

20,712.2
22,148.2
21,568.3
23,075.0
23,920.9
24,415.5
24,516.3
24,208.7
23,507.5
22,454.1
21,111.0
19,553.6
17,861.3
16,110.3
14,367.1
12,685.6
11,105.4
9,652.4
8,340.9
7,175.1
368,489.6

301,178.9
7,529.5
6,274.6
5,228.8
4,357.3
6,051.9
3,025.9
2,521.6
2,101.3
1,751.1
2,432.1
1,216.1
1,013.4
844.5
703.7
977.4
488.7
407.3
339.4
282.8
235.7
348,961.9

19,849.2
20,341.0
18,983.1
19,463.0
19,335.8
18,913.2
18,200.0
17,222.8
16,027.2
14,671.1
13,218.8
11,733.4
10,271.4
8,878.4
7,587.8
6,420.6
5,386.6
4,486.8
3,715.6
3,063.1
257,768.8

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

5.6.4 Resume Kelayakan Ekonomi


Hasil perhitungan analisis kelayakan ekonomi Jalan lintas utara-selatan menggunakan
parameter NPV, BCR dan IRR dapat dilihat pada Table 5.4.

Tabel 5.4

Hasil Perhitungan Analisis Kelayakan Ekonomi Jalan lintas utara-selatan Nias


dengan Parameter NPV, BCR Dan IRR

Measures of Economic Feasibility


Net Present Value NPV (RP. Billion)
Benefit Cost Ratio BCR
Economic Internal Rate of Return - EIRR (%)

Discount Rate
10%

15%

20%

177,747.5

5,531.4

-91,193.1

1.46

1.02

0.74

15,22%

Dari hasi tersebut terlihat bahwa nilai NPV > 0, BCR > 1 dan nilai IRR cukup baik. Oleh karena itu,
konsultan merekomendasikan bahwa pembangunan Jalan lintas utara-selatan ini layak secara
ekonomi untuk dilaksanakan.

LAPORAN AKHIR

V - 17

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

ANALISIS PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN

6.1

Umum
Penilaian rencana pengembangan sistem jaringan jalan di Pulau Nias yang pada saat ini
sedang dalam proses recovery dari bencana alam yang cukup besar, idealnya dipandang
sebagai suatu strategi promoting-sector, di mana penyediaan akses diharapkan akan
mampu memulihkan dan mendorong perkembangan ekonomi masyarakat. Dalam
terminologi perencanaan pembangunan strategi ini umum disebut sebagai trade follow the
ship strategy, di mana kegiatan ekonomi diharapkan timbul dengan adanya pemicu dari
penyediaan infrastruktur transportasi.
Sebagai sistem infrastruktur, jaringan jalan akan memiliki multiplier effect yang sangat besar,
baik secara langsung terhadap pengurangan biaya transportasi pengguna jalan, maupun
secara tidak langsung terhadap perkembangan ekonomi wilayah.
Dengan strategi tersebut, maka idealnya penilaian suatu rencana pengembangan jaringan
jalan di wilayah yang sedang berkembang tidak hanya ditetapkan dari nilai kelayakan secara
ekonomi belaka, misalnya melalui besaran NPV, BCR, ataupun IRR. Diperlukan kriteria lain
yang lebih komprehensif untuk mengkaji usulan/rencana pengembangan jaringan jalan
dalam kerangka pembangunan wilayah secara keseluruhan.
Sesuai dengan sifat kemultian dari sistem transportasi, maka kriteria pengembangan
jaringan jalan akan juga terdiri dari serangkaian variabel yang harus diperhitungkan dengan
melibatkan persepsi dari pihak Propinsi maupun Kabupaten yang masing-masing memiliki
latar belakang kepentingan yang berbeda-beda.
Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengembangan kriteria perencanaan jaringan jalan di
Pulau Nias. Usulan kriteria sudah disampaikan pada bab Metodologi sehingga dalam bab ini
bahasan akan lebih banyak mengarah kepada proses spesfikasi lebih lanjut terhadap kriteria
dan variabel yang digubakan, serta bagaimana untuk memperoleh bobot kenetingan antar
kriteria yang diperoleh dari survey persepsi kepada para pengambil keputusan dalam
pengembangan jaringan transportasi di Pulau Nias.

6.2

Spesifikasi Kriteria dan Variabel Kriteria

6.2.1 Spesifikasi Kriteria


Pengembangan kriteria perencanaan jaringan jalan secara komprehensif tentu saja tidak
dapat dilepaskan dari tujuan penyelenggaraan jaringan jalan itu sendiri. Dalam hal ini
terdapat setidaknya 2 dasar konseptual yang harus diacu dalam mengembangkan kriteria
perencanaan, yakni:
1. Peraturan terkait dengan konsepsi penyelenggaraan jaringan jalan, dan
2. Parameter kinerja dalam setiap tahapan penyelenggaraan jaringan jalan.

LAPORAN AKHIR

VI - 1

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Peraturan terkini yang terkait dengan penyelenggaraan jaringan jalan adalah UU No. 38
Tahun 2004 tentang Jalan, di mana pada pasal 3 disebutkan bahwa:
Pengaturan penyelenggaraan jalan bertujuan untuk:
a. mewujudkan ketertiban dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan jalan;
b. mewujudkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan;
c. mewujudkan peran penyelenggara jalan secara optimal dalam pemberian layanan
kepada masyarakat;
d. mewujudkan pelayanan jalan yang andal dan prima serta berpihak pada kepentingan
masyarakat;
e. mewujudkan sistem jaringan jalan yang berdaya guna dan berhasil guna untuk
mendukung terselenggaranya sistem transportasi yang terpadu; dan
f. mewujudkan pengusahaan jalan tol yang transparan dan terbuka.
Dalam hal lain parameter kinerja suatu jaringan jalan dilakukan dengan melibatkan faktorfaktor yang terkait dan saling mempengaruhi dengan sistem penyelenggaraan jaringan jalan
tersebut. Dalam kajian makro aspek evaluasi dilakukan di setiap tahap penyelenggaraan
sistem jaringan jalan sesuai dengan urutan siklusnya adalah: input, output, outcome,
benefit/impact. Gambar 6.1 memberikan visualisasi mengenai konsep pengembangan
kriteria perencanaan jaringan jalan yang dilihat dari sisi proses evaluasi dalam setiap tahap
penyenggaraan jalan.

INDIKATOR

FOKUS

PROSES

Gambar 6.1
Proses, Fokus, dan Indikator Kegiatan Penyelenggaraan Jalan

INPUT

OUTPUT

OUTCOME

BENEFIT

Investasi jaringan
jalan

Penyediaan
jaringan jalan

Pemanfaatan
jaringan jalan

Manfaat
penyediaan
jaringan jalan

1. Biaya
jalan

penanganan

1. Indeks aksesibilitas
2. Indeks mobilitas
3. Fungsional
jaringan
dan antar moda

1. Kapasitas efektif
2. Arus lalulintas
3. V/C

1. Biaya transportasi
2. Produktifitas ekonomi
3. Pengembangan
wilayah

Dengan berlandaskan kepada 2 konsepsi dasar pengembangan kriteria perencanaan


tersebut di atas maka, seperti telah disampaikan pada metodologi, usulan kriteria yang
digunakan dalam studi ini terdiri dari 5 kriteria, yakni:
1. Kriteria Fungsi Arus yang menggambarkan tingkat pengakomodasian jaringan jalan
terhadap kebutuhan perjalanan orang/barang.
2. Kriteria Keterpaduan Jaringan yang menggambarkan tingkat fungsional suatu ruas
jalan untuk memadukan sistem hirarki secara intern dalam sistem jaringan jalan dan
secara keseluruhan dalam sistem jaringan antar moda.
3. Kriteria Fungsi Aksesibilitas dan Mobilitas yang menggam-barkan peran jalan dalam
memberikan pemerataan aksesibilitas, koneksitas, dan mobilitas antar daerah.
4. Kriteria Aspek Biaya yang menggambarkan tingkat kebutuhan akan biaya penyediaan
dan pengoperasian dari rencana pengembangan jalan.

LAPORAN AKHIR

VI - 2

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

5. Kriteria Ekonomi dan Pengembangan Wilayah yang menggambarkan dampak jalan


terhadap efisiensi biaya transportasi jalan dan dukungan bagi rencana pengembangan
wilayah dan kegiatan ekonomi wilayah.
Kriteria yang diusulkan ini secara umum telah mengakomodasi semua fungsi dari suatu
jaringan jalan dalam konteks kewilayahan. Pada dasarnya masih ada kriteria lain, seperti:
dampak lingkungan, dampak sosial, dan kondisi jalan. Namun demikian kriteria dampak
lingkungan dan dampak sosial sampai saat ini masih minor, sedangkan kriteria kondisi jalan
akan digunakan secara terpisah karena hal ini menyangkut konsepsi yang berbeda dalam
melakukan prioritas penanganan dan pengembangan jaringan jalan.

6.2.2 Spesifikasi Variabel Kriteria


Variabel kriteria merupakan suatu representasi terukur dari kriteria pengembangan jaringan
jalan yang dikembangkan untuk Pulau Nias ini. Variabel kriteria inilah yang akan menentukan
tingkat kinerja suatu rencana atau usulan penanganan ataupun pengembangan jaringan
jalan yang diusulkan.
Untuk memenuhi kebutuhan konseptual kriteria perencanaan dan operasionalisasinya, maka
terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh variabel kriteria antara lain adalah:
a. Variabel yang dipakai idealnya mampu mewakili karakteristik jaringan/jalan yang penting
sebagai gambaran yang layak mengenai tingkat kepentingan dari usulan penanganan
pengembangan jaringan jalan jalan yang diperbandingkan.
b. Variabel yang digunakan untuk menilai kinerja jaringan jalan sebaiknya berupa variabel
kuantitatif, sehingga obyektifitas penilaian variabel dapat dipertahankan.
c. Data variabel mudah dikumpulkan dan selalu dapat diperbarui setiap tahunnya, sehingga
dapat dengan mudah direplikasi untuk kepeluan, waktu, dan lokasi yang berbeda.
Dalam Tabel 6.1 berikut disampaikan proses spesifikasi variabel kriteria yang dilakukan
untuk studi ini. Dengan demikian untuk setiap kriteria akan digunakan satu atau beberapa
variabel yang dapat dipakai sebagai representasi tingkat kepentingan dari suatu ruas jalan
yang diusulkan untuk dibangun atau ditangani, baik secara fungsional maupun operasional.
Variabel kriteria tersebut untuk selanjutnya dipakai untuk membentuk matriks kinerja yang
akan digunakan dalam menilai kelayakan atau urgensi dari rencana pengembangan jaringan
jalan yang diusulkan. Proses penilaian kinerja dan pengambilan keputusan investasi untuk
jaringan jalan.

LAPORAN AKHIR

VI - 3

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Tabel 6.1 Proses Spesifikasi Variabel Kriteria Pengembangan Jaringan Jalan di Pulau Nias

No
1.

2.

3.

4.

5.

Fungsi Arus

Keterpaduan
Jaringan

Fungsi
Aksesibilitas
dan mobilitas

Aspek biaya

Ekonomi dan
pengembangan
wilayah

LAPORAN AKHIR

Pertimbangan Seleksi Variabel Kriteria

Kandidat

Kriteria

Variabel

Jenis Data

1.a.

Kapasitas jalan (smp/jam)

Kuantitatif

1.b.

Volume lalulintas jalan


(kend/hari)

Kuantitatif

1.c.

Efektifitas suplai jalan


(Volume/Capacity)

Kuantitatif

Variabel turunan variabel (1.a)


dan (1.b)

2.a.

Keterpaduan fungsi dan status


jalan (ex: A/K/L, N/P/K)

Kualitatif

Relatif tetap untuk jika tidak


ada perubahan fungsi dan
status jalan
Dapat berubah jika volume
pergerakan intermoda besar

2.b. Fungsi penghubung dalam sistem


inter-moda

Kualitatif

3.a. Sumbangan ruas jalan bagi


aksesibilitas wilayah (km/km2)

Kuantitatif

3.b. Sumbangan ruas jalan bagi


mobilitas (km/1000 penduduk)

Kuantitatif

4.a.

Kuantitatif

Biaya pembangunan jalan (Rp)

4.b. Biaya pemeliharaan jalan (Rp)

Kuantitatif

5.a.

Kuantitatif

Biaya transportasi pengguna


jalan (Rp/ton/km, Rp/km/pnp)

5.b. PDRB/unit panjang jalan (Rp/km)

Kuantitatif

5.c.

Kualitatif

Kawasan andalan/hirarki kota


(I,II,III) yang dihubungkan

Dinamika Data
Tidak berubah jika tidak
pelebaran atau perubahan
gangguan samping
Selalu berubah tergatung
kondisi ekonomi

Rekomendasi

Kemudahan
pengumpulan data

Relevansi

Mudah, dapat diperoleh


dari data sekunder
IRMS
Mudah, dapat diperoleh
dari data sekunder
IRMS
Mudah, dapat diperoleh
dari data sekunder
IRMS
Mudah, dapat diperoleh
dari IRMS

Kapasitas ruas jalan


tidak menunjukkan
pemanfaatan jalan
Relevan untuk memperlihatkan kondisi
pemanfaatan jalan
Tidak relevan jika kapasitas yang diperbandingkan tidak sama
Relevan dengan
kondisi kinerja operasi
jalan
Relevan untuk menunjukkan aspek multi
moda jaringan jalan

Sulit, dapat diperoleh


dari IRMS, Dinhub,
Operator

Berubah hanya jika terjadi


perubahan panjang jalan (ada
pembangunan jalan)
Berubah sesuai dengan
pertumbuhan penduduk

Mudah, dapat diperoleh


dari IRMS dan data BPS

Berubah sesuai jenis kegiatan,


tingkat harga dan volume
pekerjaan
Berubah sesuai jenis kegiatan,
tingkat harga dan volume
pekerjaan
Berubah sesuai kondisi jalan
dan lalulintasnya

Sedang, diperoleh dari


IRMS dan usulan proyek
Sedang, diperoleh dari
IRMS dan usulan proyek
Perlu diestimasi lebih
lanjut dari IRMS

Relevan untuk menunjukkan kebutuhan


pembangunan jalan
Relevan untuk menunjukkan kebutuhan
pembangunan jalan
Relevan untuk menunjukkan kebutuhan
investasi
Relevan untuk menunjukkan kebutuhan
investasi
Relevan untuk menunjukkan efisiensi biaya

Berubah sesuai dengan


perkembangan ekonomi
Tidak berubah sepanjang tidak
ada perubahan RTRW

Mudah, diperoleh dari


IRMS dan data BPS
Sedang, diperoleh dari
RTRW

Relevan untuk menunjukkan dampak jalan


Relevan untuk fungsi
strategis jalan

Mudah, dapat diperoleh


dari IRMS dan data BPS

VI - 4

Tidak digunakan

Digunakan

Tidak digunakan

Digunakan

Digunakan, variabel rute


angkutan umum dan
posisi jalan dengan
fasilitas transport lainnya
Digunakan

Digunakan

Digunakan, untuk rencana


pembangunan jalan
Digunakan, untuk rencana
pembangunan jalan
Tidak Digunakan

Digunakan
Tidak Digunakan

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

6.3

Pembobotan Kriteria

6.3.1 Responden dan Pelaksanaan Survey


Untuk menyusun kriteria pengembangan jaringan jalan di Pulau Nias dipilih responden yang
berasal dari pejabat di instansi terkait dengan penyelenggaraan jaringan jalan, khususnya
Bapeda dan Dinas Pekerjaan Umum di tingkat Propinsi Sumut dan Pulau Nias. Selain itu,
didapatkan banyak masukan dari diskusi yang dilakukan dengan staf dari Badan Rehabilitasi
dan Rekonstruksi (BRR) untuk Pulau Nias.
Survey dilakukan dengan mendatangi responden di instansi masing-masing; dalam hal ini
survey dilakukan tidak hanya untuk keperluan memperoleh data persepsi mengenai kriteria
pengembangan tetapi juga mengenai usulan pengembangan wilayah dan jaringan
transportasi di wilayah studi.
Dari survey yang dilakukan sampai dengan Laporan ini disusun diperoleh beberapa
responden yang telah mengisi dan mengembalikan formulir wawancara kriteria yang
disampaikan. Sebagai catatan dalam hal ini kualitas survey tidak ditentukan oleh jumlah
responden yang berhasil diwawancarai, tetapi lebih kepada kualitas atau kapabilitas dari
responden yang bersangkutan. Sepanjang responden yang diwawancarai adalah para
pengambil keputusan yang secara konseptual dan operasional cukup berpengalaman dan
kompeten dengan pengelolaan jalan di wilayah studi, maka dengan sampel yang terbatas
sekalipun bobot kriteria pengembangan jaringan jalan yang tersusun dapat dikatakan valid
untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
6.3.2 Penyampaian Data Persepsi Kepentingan Kriteria
Dari hasil perangkingan yang dilakukan oleh para responden, Tabel 6.2 memberikan
resumenya.

Tabel 6.2 Resume Perangkingan Kriteria


Klasifikasi
Responden
1
2
3
4
5
6
7

Jumlah Responden yang Memilih Kriteria i sebagai Rangking KeFungsi


Arus
3
4
4
1
5
4
1

Keterpaduan
Jaringan
1
2
3
2
3
2
2

Akses &
Mobilitas
5
3
2
4
4
1
3

Aspek
Biaya
2
5
5
5
2
5
4

Ekonomi &
Wilayah
4
1
1
2
1
3
5

Terlihat bahwa Kriteria 1 Fungsi Arus umumya ditempatkan oleh responden di peringkat 1
dan 2 dalam urutan tingkat kepentingannya dibandingkan dengan kriteria lainnya. Untuk
Kriteria 2 Keterpaduan Jaringan dan kriteria 3 Fungsi Aksesibilitas dan Mobilitas umumnya
ditempatkan pada urutan 1 s.d 3, dan selanjutnya untuk kriteria lainnya. Secara umum
kriteria yang paling banyak dipilih sebagai rangking 1 oleh para responden adalah kriteria 5
Dampak Pengembangan Ekonomi dan Wilayah.
Dengan distribusi rangking seperti di atas, maka kemungkinan besar bahwa bobot tingkat
kepentingan antar kriteria yang dihasilkan akan cukup merata, di mana tidak akan ada
kriteria yang bobotnya sangat dominan.

LAPORAN AKHIR

VI - 5

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

6.3.3 Bobot Tingkat Kepetingan Antar Kriteria


Bobot tingkat kepentingan antar kriteria diperoleh dari hasil analisis jawaban responden
dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison).
Dengan merata-ratakan bobot kriteria untuk semua responden diperoleh rata-rata bobot
kriteria seperti yang disampaikan pada Tabel 6.3. Secara umum terlihat bahwa bobot tingkat
kepentingan antar kriteria relatif merata, dengan sebaran antara 0,168 sampai dengan 0,234.
Hal ini menunjukkan bahwa menurut persepsi para pengambil keputusan terkait di Pulau
Nias semua kriteria pengembangan yang diusulkan memiliki persaingan tingkat kepentingan
yang hampir sama, dalam tataran teknis hal ini dapat dinyatakan bahwa problem jaringan
jalan di Kabupaten ini cukup merata mulai dari masalah pendanaan jalan yang terbatas,
penyediaan jalan yang masih kurang, pemanfaatan dan manfaat kinerja jalan yang masih
sangat perlu ditingkatkan.

Tabel 6.3 Bobot Tingkat Kepentingan Antar Kriteria

Bobot Kriteria Per Respoden

Kriteria

Ratarata

Fungsi Arus

0.148

0.250

0.222

0.261

0.146

0.143 0.231

0.200

Keterpaduan Jaringan

0.071

0.125

0.222

0.130

0.438

0.286 0.231

0.215

Akses & Mobilitas

0.213

0.250

0.222

0.087

0.219

0.143 0.154

0.184

Aspek Biaya

0.051

0.125

0.111

0.261

0.109

0.286 0.231

0.168

Ekonomi & Wilayah

0.517

0.250

0.222

0.261

0.088

0.143 0.154

0.234

Dari hasil pembobotan tersebut dapat disimpulkan bahwa bobot tingkat kepentingan antar
kriteria pengembangan jaringan jalan di Pulau Nias adalah sebagai berikut:
(1) Kriteria terpenting pertama adalah Kriteria Ekonomi dan Pengembangan Wilayah
dengan bobot kepentingan relatif sebesar 0,234;
(2) Kriteria terpenting kedua adalah Kriteria Keterpaduan Jaringan dengan bobot
kepentingan relatif sebesar 0,215;
(3) Kriteria terpenting ketiga adalah Kriteria Fungsi Arus dengan bobot kepentingan relatif
sebesar 0,200;
(4) Kriteria terpenting ketiga adalah Kriteria Fungsi Aksesibilitas dan Mobilitas dengan bobot
kepentingan relatif sebesar 0,184;
(5) Kriteria terpenting ketiga adalah Kriteria Aspek Biaya dengan bobot kepentingan relatif
sebesar 0,168;

LAPORAN AKHIR

VI - 6

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

6.4

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Analisis Pengembangan Sistem Jaringan Jalan

6.4.1 Pengantar
Analisis kinerja penyediaan dan pengoperasian jaringan jalan di Pulau Nias ini pada
dasarnya dilakukan dalam konteks untuk:
a. Mengetahui kondisi penyediaan dari jaringan jalan yang ada di Pulau Nias, yang terkait
dengan kuantitas jalan (indeks aksesibilitas dan indeks mobilitas jaringan jalan) serta
kualitas jalan (lebar jalan dan kondisi perkerasan jalan).
b. Mengetahui kondisi operasional jaringan jalan di Pulau Nias, yang terkait dengan
besaran kapasitas, arus lalulintas, kecepatan, dan biaya perjalanan pengguna jalan).
c. Memprediksi perubahan kondisi jaringan jalan di masa datang, sesuai dengan
pertumbuhan permintaan perjalanan dan tren perubahan kondisi fisik dan operasional
jalan.
Analisis dari butir a s/d c di atas diperlukan sebagai dasar atau masukan untuk menyusun
daftar kebutuhan pembangunan dan pemeliharaan jalan, di samping beberapa komitmen
daerah untuk pengembangan ekonomi dan kewilayahan setempat.
Untuk mengetahui kondisi penyediaan, operasional, dan prediksinya dimasa datang
diperlukan serangkaian analisis untuk mengeluarkan indikator-indikator yang akan
memperlihatkan permasalahan eksisting dan kemungkinan adanya masalah di masa datang.
Dalam studi ini analisis dilakukan dalam 2 pokok bagian, yakni:
a. Analisis pencapaian SPM (Standar Pelayanan Minimum Jalan), sebagai basis untuk
mengetahui kondisi eksisting penyediaan jaringan jalan,
b. Analisis sistem hirarki jaringan jalan yang akan menghasilkan rekomendasi ideal
pengembangan sistem jaringan jalan dari sisi fungsional jalan serta kebutuhan
pembangunan dan/atau perubahan status jalan sesuai dengan pemekaran wilayah dan
pengembangan sistem kota.
c. Analisis kebutuhan transportasi jalan, sebagai langkah untuk mengetahui tingkat
kebutuhan penggunaan dan penyediaan jaringan jalan di masa yang akan datang.
d. Penelaahan rencana pengembangan jaringan jalan sebagai usulan/program dari
Daerah, disesuaikan dengan rekomendasi sistem jaringan pada butir (2) dan kebutuhan
perjalanan pada butir (3).

6.4.2 Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Jalan


6.4.2.1 Deskripsi SPM Jaringan Jalan
SPM merupakan salah satu penjabaran dari pelaksanaan otonomi daerah, di mana Daerah
didelegasikan kewajiban untuk menyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat. SPM
diadakan untuk menjamin tersedianya pelayanan masyarakat dalam kondisi yang paling
minimum. Dalam hal ini penyediaan jaringan jalan sebagai salah satu public-infrastructure
juga disusun SPM-nya oleh Departemen Teknis Terkait, yakni Depkimpraswil.
Dalam SPM jalan terdapat 2 bagian utama yang harus dipenuhi, yakni:
SPM Jaringan Jalan: yang terkait dengan penyediaan jumlah jaringan jalan secara
keseluruhan di suatu wilayah.
SPM Ruas Jalan : yang menyangkut kualitas fisik dan operasional secara spesifik untuk
setiap ruas jalan.

LAPORAN AKHIR

VI - 7

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Seperti telah disampaikan pada metodologi bahwa secara umum item dalam SPM jalan
hampir sama dengan kriteria kemantapan jalan (sebagai tujuan dari pengelolaan jaringan
jalan di Depkimpraswil selama ini) di mana tujuannya adalah memelihara jalan minimal
dalam kondisi fisik yang sedang (indikator IRI), tidak macet (VCR < 0,8), lebar cukup, dan
jumlah panjang jaringan jalan yang mencukupi (aspek aksesibilitas dan aspek mobilitas).
6.4.2.2 Pencapaian SPM Jaringan Jalan
Tabel 6.5 menyampaikan hasil analisis SPM jaringan jalan yang dicapai oleh Pulau Nias
sampai saat ini. Terlihat bahwa dari sisi penyediaan jalan dibandingkan dengan luas wilayah
dan jumlah penduduk untuk Pulau Nias belum dapat dikatakan mencukupi, dimana untuk
semua wilayah, penyediaan jaringan jalannya rata-rata masih berada di bawah syarat
minimum dalam SPM.
Tabel 6.4 Karakteristik Pulau Nias
No

Kecamatan

Luas

Penduduk

Kepadatan penduduk

(km )

(jiwa)

(jiwa/km2)

KAB. NIAS
1

Idano Gawo

334.38

33,517

100.24

Bawolato

190.42

20,421

107.24

Sirombu

205.87

17,394

84.49

Mandrehe

269.71

46,787

173.47

Gido

311.46

47,285

151.82

Lolofitu Moi

217.57

32,812

150.81

Gunungsitoli

212.31

76,616

360.87

Hiliduho

203.89

29,529

144.83

Alasa

422.60

28,445

67.31

10

Namohalu Esiwa

161.90

13,499

83.38

11

Lahewa

410.32

24,618

60.00

12

Afulu

146.77

9,134

62.23

13

Tuhemberua

291.83

41,032

140.60

14

Lotu

116.37

12,261

105.36

KAB. NIAS SELATAN


1

Pulau Pulau Batu

121.05

17,345

143.29

Hibala

54.25

9,224

170.03

Teluk Dalam

490.00

74,681

152.41

Amandraya

183.10

27,302

149.11

Lahusa

334.00

28,233

84.53

Gomo

158.60

48,320

304.67

Lolowa'u

295.60

33,907

114.71

Lolomatua

188.60

27,580

146.24

LAPORAN AKHIR

VI - 8

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Tabel 6.5 Pencapaian SPM Jaringan Jalan di Pulau Nias


Indeks Eksisting
No

Syarat SPM

Pemenuhan SPM

Kecamatan
Aksesibilitas

Mobilitas

Aksesibilitas

Mobilitas

Aksesibilitas

Mobilitas

1 Idano Gawo

0,16

42,16

>0,15

>1

Memenuhi

Memenuhi

2 Bawolato

0,17

18,32

>0,15

>1

Memenuhi

Memenuhi

3 Sirombu

0,05

8,29

>0,05

>1

Tdk Memenuhi

Memenuhi

4 Mandrehe

0,08

16,88

>0,15

>1

Tdk Memenuhi

Memenuhi

5 Gido

0,04

14,25

>0,15

>1

Tdk Memenuhi

Memenuhi

6 Lolofitu Moi

0,05

5,20

>0,15

>1

Tdk Memenuhi

Memenuhi

7 Gunungsitoli

3,06

26,88

>0,15

>1

Memenuhi

Memenuhi

8 Hiliduho

0,03

13,07

>0,15

>1

Tdk Memenuhi

Memenuhi

9 Alasa

0,08

11,98

>0,05

>1

Memenuhi

Memenuhi

10 Namohalu Esiwa

0,09

10,32

>0,05

>1

Memenuhi

Memenuhi

11 L a h e w a

1,06

18,08

>0,05

>1

Memenuhi

Memenuhi

12 Afulu

0,04

3,29

>0,05

>1

Tdk Memenuhi

Memenuhi

13 Tuhemberua

0,07

5,93

>0,15

>1

Tdk Memenuhi

Memenuhi

14 Lotu

0,06

6,43

>0,15

>1

Tdk Memenuhi

Memenuhi

1 Pulau Pulau Batu

0,08

10,80

>0,15

>1

Tdk Memenuhi

Memenuhi

2 Hibala

0,13

12,20

>0,15

>1

Tdk Memenuhi

Memenuhi

3 Teluk Dalam

0,18

14,80

>0,15

>1

Memenuhi

Memenuhi

4 Amandraya

0,07

10,23

>0,15

>1

Tdk Memenuhi

Memenuhi

5 Lahusa

0,08

9,19

>0,05

>1

Tdk Memenuhi

Memenuhi

6 Gomo

0,05

11,88

>0,15

>1

Tdk Memenuhi

Memenuhi

7 Lolowa'u

0,14

8,54

>0,15

>1

Tdk Memenuhi

Memenuhi

8 Lolomatua

0,13

7,24

>0,15

>1

Tdk Memenuhi

Memenuhi

KAB. NIAS

KAB. NIAS SELATAN

Dapat disimpulkan dari tabel diatas, bahwa jaringan jalan di Pulau Nias bila dinilai dengan
kriteria yang ditetapkan oleh SPM, maka sebagian besar tidak memenuhi persyaratan SPM
dari sisi aksesibilitas dan cukup banyak (sebagian besar) yang telah dapat memenuhi aspek
mobilitas.

6.4.3 Pencapaian SPM Ruas Jalan Nasional dan Propinsi


Tabel 6.6 menyampaikan resume hasil analisis SPM ruas jalan yang dicapai oleh Jalan
Nasional dan Jalan Propinsi (N/P) di Pulau Nias, sedangkan pada Tabel 6.7 disampaikan
detailnya. Secara umum dibandingkan dengan kondisi di Propinsi lainnya di Indonesia,
kondisi pemenuhan SPM ruas jalan di Pulau Nias belumlah mencukup

LAPORAN AKHIR

VI - 9

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Tabel 6.6 Resume Hasil Analisis SPM Ruas Jalan N/P di Pulau Nias
TOTAL RUAS JALAN

SATUAN

MEMENUHI

(m)

TIDAK MEMENUHI

PEMENUHAN SPM RUAS JALAN


LEBAR
IRI
SPEED
0
108,0
39,0

(%)

0%

25,29%

9,13%

(m)

426,99

318,99

387,99

(%)

100%

74.71%

90.97%

Tabel 6.7 Hasil Analisis SPM Ruas Jalan N/P di Pulau Nias
SYARAT SPM
No.

No.
Link

AADT

75.1

1326

75.2

PEMENUHAN SPM

fungsi

pjg (km)

lebar
(m)

IRI

Speed

LEBAR
MIN

IRI
MAX

KEC.
MIN

LEBAR

IRI

KECEPATAN

Gunung Sitoli - Tetehosi

K2

39.00

6.7

25

4.5

20

Tdk Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

352

Tetehosi - Lahusa

K2

41.00

7.2

20

4.5

20

Tdk Memenuhi

Memenuhi

Tdk Memenuhi

75.3

103

Lahusa - Teluk Dalam

K2

28.00

7.6

20

4.5

20

Tdk Memenuhi

Memenuhi

Tdk Memenuhi

76

282

Miga - Lolowau

K2

55.84

11.2

20

4.5

20

Tdk Memenuhi

Tdk Memenuhi

Tdk Memenuhi

77

109

Lolowau - Teluk Dalam

K2

62.90

3.5

8.6

20

4.5

20

Tdk Memenuhi

Tdk Memenuhi

Tdk Memenuhi

78

17

Lolowau - Sirombu

K2

25.25

3.5

10.4

20

4.5

20

Tdk Memenuhi

Tdk Memenuhi

Tdk Memenuhi

79

1116

G. Sitoli - Tuhemberua

K2

35.00

3.5

12

20

4.5

20

Tdk Memenuhi

Tdk Memenuhi

Tdk Memenuhi

79.1

15

Tuhemberua - Lahewa

K2

52.00

3.5

14.2

20

4.5

20

Tdk Memenuhi

Tdk Memenuhi

Tdk Memenuhi

79.3

15

Lahewa - Afulu

K2

22.00

3.5

11.4

20

4.5

20

Tdk Memenuhi

Tdk Memenuhi

Tdk Memenuhi

10

103

12

Afulu - Faighunaa - Sirombu

K2

66.00

3.5

10.8

20

4.5

20

Tdk Memenuhi

Tdk Memenuhi

Tdk Memenuhi

LAPORAN AKHIR

JURUSAN / RUAS

VI - 10

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

6.4.4 Kebutuhan Biaya Penanganan Pencapaian SPM Jalan


Dengan data pencapaian SPM jaringan dan ruas jalan di atas, maka untuk memenuhi Syarat
SPM jalan dibutuhkan sejumlah kegiatan penanganan jalan, baik pemeliharaan rutin,
berkala, dan peningkatan jalan (sebagai catatan dari hasil pemeriksaan pencapaian jaringan
jalan tidak diidentifikasi adanya kebutuhan pembangunan jalan). Tabel 6.8 menyampaikan
kondisi ruas jalan, kebutuhan penanganan, dan biaya satuan penanganannya.
Tabel 6.8 Kondisi Ruas Jalan dan Kebutuhan Penanganannya
Kebutuhan
Penanganan

Kondisi Jalan

Biaya Satuan(Rp/km,
lebar=4m)

Baik

Pemeliharaan rutin

201,132,000

Sedang

Pemeliharaan berkala

960,000,000

Rusak/Berat

Peningkatan jalan

2,013,000,000

Kurang lebar

Pelebaran jalan

1,470,000,000

Terdapat beberapa skenario pendanaan penanganan jalan yang umumnya dapat dipakai
sebagai bench-mark kebutuhan dana penanganan jalan, yakni:

Skenario Maksimum: yakni jumlah kebutuhan dana penanganan jalan dengan asumsi
semua kebutuhan penanganan jalan untuk memenuhi SPM ruas jalan dilakukan
sebagaimana mestinya pada tahun pertama.
Skenario Minimum: yakni jumlah kebutuhan dana penanganan jalan dengan asumsi
semua ruas jalan hanya ditangani dengan pemeliharaan rutin apapun kondisi jalannya.
Skenario Minimum untuk Mempertahankan Kemantapan Jalan: yakni jumlah kebutuhan
dana penanganan jalan dengan asumsi bahwa jalan yang sudah mantap saat ini (kondisi
baik dan sedang) ditangani sebagaimana mestinya (pemeliharaan rutin dan berkala)
sedangkan ruas jalan yang rusak hanya ditangani dengan pemeliharaan rutin
(penunjangan).

Untuk skenario pada jalan nasional dan propinsi, Tabel 6.8 menyampaikan resume
kebutuhan dana penanganan jalan. dan pada Tabel 6.9 disampaikan detail kebutuhan dana
penanganan jalan untuk setiap ruas jalan N/P di Pulau Nias. Secara umum untuk jalan
Nasional (N) saat ini hampir semuanya berada dalam kondisi rusak (ringan dan berat) yang
diakibatkan oleh tsunami dan gempa yang terjadi.
Tabel 6.9 Resume Kebutuhan Dana Penanganan Jalan Nasional dan Propinsi di Pulau Nias
Jalan
Nasional/Propinsi

No
1.

2.

Jalan Kabupaten

Total

Panjang jalan per jenis penanganan (km)


1.a. Pemeliharaan rutin

58,00

48.4500

106,45

1.b.Pemeliharaan berkala

20,00

162.9000

182,90

1.c. Peningkatan jalan

220,00

272.8000

492,80

1.d. Pelebaran

0,00

0.00

0,00

Kebutuhan dana per penanganan jalan (Rp)


2.a. Pemeliharaan rutin

11,665,656,000

8,389,718,550

20,055,374,550

2.b.Pemeliharaan berkala

19,200,000,000

237,594,175,000

256,794,175,000

2.c. Peningkatan jalan

738,100,000,000

718,255,175,000

1,456,355,175,000

2.d. Pelebaran

0.00

0.00

0.00

Total

768,965,656,000

964,239,068,550

1,733,204,724,550

LAPORAN AKHIR

VI - 11

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Dengan prediksi kebutuhan pendanaan untuk jalan Nasional dan Propinsi di atas, perlu
dilakukan penyesuaian dengan alokasi dana yang telah direncanakan tetapi dengan tetap
memperhatikan kesesuaikan dengan program pengembangan jaringan jalan yang telah
ditetapkan.

6.5

Pengembangan Jaringan Jalan

6.5.1 Dasar Analisis


Perkembangan wilayah di Pulau Nias tentu saja memerlukan dukungan dari penyediaan
jaringan jalan yang tidak hanya dari sisi jumlah/panjangnya yang mencukupi dan kondisinya
yang baik, tetapi secara fungsional memiliki struktur fungsional yang ideal dan sesuai
dengan kewenangan penanganannya.
Sistem hirarki jalan, terdiri dari hirarki secara status (Nasional dan Propinsi) maupun secara
fungsional (untuk studi ini dibatasi untuk sistem jaringan jalan primer, yang terdiri dari jalan
arteri primer, kolektor primer, dan lokal primer).
Hirarki status jalan primer ditentukan oleh jenis kota yang dihubungkan oleh jalan tersebut, di
mana jika jalan tersebut menghubungkan antar ibukota Propinsi idealnya berstatus jalan
Nasional dan jika jalan tersebut menghubungkan antar Ibukota Kab/Kota idealnya jalan
tersebut berstatus jalan Propinsi.
Analisis sistem hirarki jalan di Pulau Nias ini dibedakan antara sistem jaringan jalan
kabupaten (antar kecamatan) dengan sistem jaringan jalan perkotaan. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan pendalaman analisis pada jaringan jalan perkotaan pada Kota Tanjung
Redeb.
6.5.2 Skema Makro Jaringan Jalan
Secara umum, skema makro jaringan transportasi haruslah dapat mengamokodir kebutuhan
pergerakan yang ada (dan yang akan ada) serta dapat memberikan pelayanan yang handal
pada pergerakan tersebut. Minimalnya, seluruh wilayah dapat terlayani dengan jaringan
transportasi yang membetuk jaringan yang saling terhubung.
Jaringan jalan sebagai bagian dari sistem transportasi merupakan komponen yang
peranannya cukup besar untuk dapat membentuk sistem jaringan transportasi, namun
pergerakan tidak dapat hanya diakomodir oleh jaringan jalan karena adanya hambatan
seperti hambatan alam dan sebagainya. Dengan demikian, pengembangan jaringan jalan
haruslah dilihat sebagai bagian dalam pembentukan sistem jaringan transportasi. Secara
spesifik, pembentukan jaringan transportasi antar beberapa komponen jaringan umumnya
dibentuk dengan konsep multimoda (antarmoda).
Hal tersebut diatas dijadikan sebagai salah satu pegangan dalam pengembangan jaringan
jalan di Pulau Nias. Secara umum, perencanaan jaringan jalan tidak dapat berdiri sendiri
tanpa adanya keterkaitan dengan jaringan transportasi lainnya seperti transportasi laut.
Jaringan jalan di Pulau Nias yang membentuk jaringan melingkar di seluruh pulau dengan
melintasi kawasan-kawasan pemukiman dan produksi (produksi perikanan). Jaringan jalan
melingkar tersebut merupakan jaringan jalan Nasional/Propinsi yang dihubungkan oleh
jaringan jalan kabupaten yang membentuk pola grid. Secara umum, konsep pengembangan
jaringan jalan ini digambarkan pada Gambar 6.2 dan Gambar 6.3.

LAPORAN AKHIR

VI - 12

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Gambar 6.2
Pola Pengembangan Jaringan Jalan Pulau Nias

Silima Banua

KEC.TUHEMBERUA

Toyolawa
Lahewa

Lotu

KEC.LAHEWA

Idanogawo KEC.LOTU
KEC. AFULU

Awa`ai

KEC.NAMOHALU ESIWA

Iraonolase

Namohalu

KEC.GUNUNGSITOLI

Afulu

GUNUNG SITOLI

Afulu
Fadoro Lauru
Ombolata

Faecheo

Miga

KEC. ALASA

P. WUNGA

KEC.HILIDUHO

Botom Bawo
KEC.GIDO

Tetehasi I

Hiliweto
KEC. MANDREHE

Lolofitu
Hili Sebuadunia

Tetehosi

Fadoro

Bosihona

KEC.IDANO GAWO

Letehosi

KEC.LOLOFITU MOI
KEC.SIROMBU

Holi

Tetesua

Bawolato

Hiliotalua

KEC.BAWOLATO

KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA

Lolowa'u

Orahili
KEC.GOMO

Gomo
KEC.LAHUSA

Amandraya

Helezalulu
Hilisimaetano

KEC.AMANDRAYA

Hiliaru dua

Bawolalusa

Bawaluo
KEC.TELUK DALAM

Bawodo Bara

PASAR TELUK DALAM

LAPORAN AKHIR

VI - 13

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Gambar 6.3
Pola Pengembangan Jaringan Jalan Pulau Nias

Silima Banua

KEC.TUHEMBERUA

Toyolawa
Lahewa

Lotu

KEC.LAHEWA

Idanogawo KEC.LOTU
KEC. AFULU

Awa`ai

KEC.NAMOHALU ESIWA

Iraonolase

Namohalu

KEC.GUNUNGSITOLI

Afulu

GUNUNG SITOLI

Afulu
Fadoro Lauru
Ombolata

Faecheo

Miga

KEC. ALASA

P. WUNGA

KEC.HILIDUHO

Botom Bawo
KEC.GIDO

Tetehasi I

Hiliweto
KEC. MANDREHE

Lolofitu

Hili Sebuadunia

Tetehosi

Fadoro

Bosihona

KEC.IDANO GAWO

Letehosi

KEC.LOLOFITU MOI
KEC.SIROMBU

Holi

Tetesua

Bawolato

Hiliotalua

KEC.BAWOLATO

KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA

Lolowa'u

Orahili
KEC.GOMO

Gomo
KEC.LAHUSA

Amandraya

Helezalulu
Hilisimaetano

KEC.AMANDRAYA

Hiliaru dua

Bawolalusa

Bawaluo
KEC.TELUK DALAM

Bawodo Bara

PASAR TELUK DALAM

LAPORAN AKHIR

VI - 14

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

6.5.3 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan


Berdasar pada pola pengembangan yang digambarkan pada Gambar 6.2 diatas, rencana
pengembangan jaringan jalan dipolakan (superimpose) dengan pola jaringan eksisting.
Dengan superimpose tersebut, akan didapatkan pola jaringan yang ideal dengan
memaksimalkan jaringan jalan eksisting. Dari pola ini juga dapat didetailkan bagian jaringan
jalan mana yang perlu dikembangkan. Selanjutnya dapat didetailkan untuk dapat
menghasilkan semacam prioritas penanganan berdasar pada kriteria-kriteria yang
ditetapkan.

Gambar 6.4
Pengembangan Jaringan Jalan di Pulau Nias

Silima Banua

KEC.TUHEMBERUA

Toyolawa
Lahewa

Lotu

KEC.LAHEWA

Idanogawo KEC.LOTU
KEC. AFULU

Awa`ai

KEC.NAMOHALU ESIWA

Iraonolase

Namohalu

KEC.GUNUNGSITOLI

Afulu

GUNUNG SITOLI

Afulu
Fadoro Lauru
Ombolata

Faecheo

Miga

KEC. ALASA

P. WUNGA

KEC.HILIDUHO

Botom Bawo
KEC.GIDO

Tetehasi I

Hiliweto
KEC. MANDREHE

Lolofitu

Hili Sebuadunia

Tetehosi

Fadoro

Bosihona

KEC.IDANO GAWO

Letehosi

KEC.LOLOFITU MOI
KEC.SIROMBU

Holi

Tetesua

Bawolato

Hiliotalua

KEC.BAWOLATO

KEC.LOLOWAU
KEC.LOLOMATUA

Lolowa'u

Orahili
KEC.GOMO

Gomo
KEC.LAHUSA

Amandraya

Helezalulu
Hilisimaetano

KEC.AMANDRAYA

Hiliaru dua

Bawolalusa

Bawaluo
KEC.TELUK DALAM

Bawodo Bara

PASAR TELUK DALAM

LAPORAN AKHIR

VI - 15

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Dari pola pengembangan jaringan jalan yang digambarkan pada Gambar 6.3 diatas dapat didetailkan rencana pengembangan jaringan jalan yang
dijabarkan pada Tabel 6.10 Komponen rencana pengembangan seperti rencana waktu dan estimasi biaya merupakan resume dari analisis dan diskusi
yang dilakukan dengan pemangku hak (stakeholder) terkait dalam pengembangan jaringan jalan serta badan terkait dalam rekonstruksi dan rehabilitasi
Nias akibat bencana tsunami dan gempa.
Tabel 6.10 Detail Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Pulau Nias

No
1
2
3

Ruas
Gunung Sitoli Tetehosi
Tetehosi Lahusa
Lahusa Teluk Dalam

Miga Lolowau

Lolowau Teluk Dalam

Deskripsi Ruas
G. Sitoli - Miga-HiliwetoHilisesuadunia
Tetehosi-Bawolato-Lahusa
Lahusa- Bawolalusa- Bawodo BaraTeluk Dalam
Miga-Botombawo-Fadoro

Pjg
(km)
37
43
28

Fungsi/
Kelas
Kolektor
Kolektor
Kolektor

59

Kolektor

Lolowau-Amandraya-Bawaluo-Teluk
Dalam

62

Kolektor

Lolowau Sirombu

Lolowau Sirombu

25

Kolektor

G. Sitoli Tuhemberua

G. Sitoli-Awaai-Tuhemaberua

35

Kolektor

Tuhemberua Lahewa

Tuhemberua-Lotu-IdagnogawoLahewa

52

Kolektor

9
10

Lahewa Afulu
Afulu Faighunaa
Sirombu
Sirombu Lolowau
Lolowau - Hiliotalua
Tetehosi

Lahewa Afulu
Afulu-Mandrehe-FaighunaaSirombu
Sirombu-Lolofitumoi-Lolowau
Lolowau - Hiliotalua-Holi-Tetehosi

22
65

Kolektor
Kolektor

30
32

Lokal
Lokal

11
12

Tindakan/ Penanganan
Peningkatan perkerasan jalan,
pembangunan jembatan
Peningkatan perkerasan jalan,
pembangunan jembatan
Peningkatan perkerasan jalan,
pembangunan jembatan
Peningkatan perkerasan jalan,
perbaikan alinyemen jalan,
penanganan longsoran
pembangunan jembatan
Peningkatan perkerasan jalan,
penanganan longsoran
pembangunan jembatan
Peningkatan perkerasan jalan,
penanganan longsoran,
pembangunan jembatan
Peningkatan perkerasan jalan,
perbaikan alinyemen jalan,
pembangunan jembatan
Peningkatan perkerasan jalan,
perbaikan alinyemen jalan
pembangunan jembatan
Peningkatan perkerasan jalan
Pembangunan jalan, pembangunan
jembatan
Peningkatan jalan
Peningkatan jalan

Estimasi
Biaya (Juta
Rp.)

Tinggi
67.949
Tinggi
82.126
Tinggi
51.010
Tinggi

130.021
Tinggi
122.058
Tinggi
58.767
Tinggi
79.702
Tinggi
122.235
32.322
124.145
44.075

47.013
LAPORAN AKHIR

VI - 16

Prioritas
Penanganan

Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

No
13

Ruas

Deskripsi Ruas

Pjg
(km)

Mandrehe - Ombolata Botombawo

20

Fungsi/
Kelas

15
16
17

Mandrehe - Ombolata
Botombawo
Bawaruo - Hiliaru Dua Bawolalusa
Holi Gomo
Amandraya Gomo
Lulufitumoi Hiliweto

Holi-Orahili-Gomo
Amandraya Gomo
Lulufitumoi-Hilisebuadunia-Hiliweto

25
18
20

Lokal
Lokal
Lokal

18

Hiliotalua Gomo

Hiliotalua-Gomo

32

Lokal

14

19
20

Bawareo Bawodo Bara


Idanogawo - Botombawu

22

Faecheo Holi

LAPORAN AKHIR

Lokal

Tindakan/ Penanganan

Estimasi
Biaya (Juta
Rp.)

Peningkatan jalan

Prioritas
Penanganan
Sedang

29.383
Bawaruo - Hiliaru Dua Bawolalusa

Bawareo-Bawodo Bara
Idanogawo-Namohalu-HiliduoBotombawu
Faecheo-Hilisebuadunia-Holi

16

Lokal

10
35

Lokal
Lokal

33

Lokal

Peningkatan jalan
Peningkatan jalan
Peningkatan jalan
Peningkatan jalan, perbaikan
alinyemen, penanganan longsor
Peningkatan jalan, perbaikan
alinyemen, penanganan longsor
Peningkatan jalan
Peningkatan jalan, perbaikan
alinyemen, penanganan longsor
Peningkatan jalan, perbaikan
alinyemen

VI - 17

Sedang
23.507
36.729
26.445

Sedang
Rendah
Rendah

39.668
Rendah
63.468
14.692

Rendah
Rendah

69.418
Rendah
58.179

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

KAJIAN AWAL LINGKUNGAN

7.1

Kajian Lingkungan
Rencana pembangunan jalan lintas utara-selatan Pulau Nias harus melakukan kegiatan
Rencana Kelola Lingkungan/Upaya Pemantauan Lingkungan (RKL/UPL) yang merupakan
bagian pada tahap perencanaan. Dasar hukum pelaksanaan RKP/UPL adalah Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 148/KPTS/1995, tentang Petunjuk Teknis Penyusunan
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan.
Pada studi kelayakan ini, studi RKL/UPL yang dianalisis pada derah studi meliputi:
1. Mengidentifikasi dampak-dampak potensial secara umum (langsung atau tidak
langsung) yang mungkin akan timbul pada pembangunan jalan lintas utara-selatan yang
direncanakan.
2. Mengidentifikasi lebih lanjut dampak pada sepanjang rencana jalan lintas utara-selatan
terpilih, yang akan difokuskan pada komponen lingkungan yang terkena dampak perlu
dikaji lebih mendalam pada tahapan studi AMDAL berikutnya.

7.1.1 Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)


Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) merupakan pemandu utama pengelolaan
lingkungan, laporan ini disusun secara lengkap dan terinci yang langsung berkaitan dengan
setiap tahapan kegiatan proyek. Isi dokumen UKL meliputi beberapa hal seperti berikut:





Informasi tentang sumber dampak (jenis, volume dan waktu pelaksanaan)


Informasi tentang jenis dampak yang timbul
Informasi tentang teknologi yang akan digunakan untuk penanggulangan dampak
Informasi tentang rencana kerja dan jadwal pelaksanaan proyek.

Selain itu dalam merumuskan kegiatan RKL juga mencakup hal-hal sebagai berikut:

Pendekatan RKL dilakukan malalui pencegahan pengurangan atau penanggulangan


dampak negatif melalui pencantuman pengelolaan lingkungan kedalam kontrak kerja.

Besar kecilnya volume sumber dampak dan tingkat dampak serta jenis dampak yang
timbul.

Kegiatan RKL menjadi bagian dari kegiatan proyek, baik pada tahap pra-konstruksi,
konstruksi maupun pasca konstruksi dan dicantumkan dalam kontrak.

Kegiatan RKL merupakan kegiatan yang applicable dan mampu dilaksanakan oleh
personel dalam organisasi proyek.

7.1.2 Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)


Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) merupakan pemandu utama dalam pemantauan
lingkungan selama setelah pelaksanaan proyek. Laporan ini disusun dengan konsisten dan
berkaitan langsung dengan hal-hal yang dikemukakan dalam laporan RKL serta berisi
tentang ketentuan-ketentuan pokok pemantauan terhadap hasil pelaksanaan RKL.

LAPORAN AKHIR

VII - 1

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Isi dokumen ini antara lain meliputi:








Informasi tentang sumber dampak (jenis, volume dan waktu pelaksanaan


Informasi tentang jenis dampak yang timbul
Informasi tentang indikator yang digunakan untuk pemantauan
Informasi tentang standar dan baku mutu yang digunakan dalam pemantauan dampak
Informasi tentang rencana kerja dan jadwal pelaksanaan proyek.

Selain itu dalam merumuskan kegiatan UPL juga mencakup hal-hal berikut.
Pendekatan pelaksanaan UPL:

Cara pengawasan pelaksanaan


Pengujian di tempat
Pengambilan foto secara berkala

Kegiatan UPL juga merupakan kegiatan-kegiatan pengawasan proyek, baik pada tahap prakonstruksi, konstruksi maupun pasca konstruksi. Semua kegiatan UPL dibuat applicable dan
mampu dilaksanakan oleh personel dalam organisasi proyek.

7.2

Tahap Analisis RKL/UPL

7.2.1 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan berdasarkan pada tipe data yang akan dianalisis. Data yang
yang dikumpulkan untuk analisis awal lingkungan ini dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
A. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dikumpulkan langsung dilokasi studi dan dilakukan
pangkuran, pengamatan dan wawancara pada titik-titik lokasi yang mewakili. Data primer
yang dikumpulkan tersebut antara lain:
Data sosial ekonomi dan adat istiadat yang meliputi :
o Status kepemilikan lahan
o Perkiraan dampak yang langsung pada penduduk setempat
o Jumlah luas areal yang akan digunakan oleh proyek
o Jumlah popilasi penduduk yang mesti dipindahkan
Data mengenai jaringan jalan yang ada
Data volume lalu lintas
Kualitas udara dan kebisingan.
B. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data mengenai geografi wilayah, jumlah
penduduk, data sosial ekonomi, dan sebagainya yang dikumpulkan dari berbagai
sumber.
7.2.2 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan akan dikuantifikasi dan
dikualifikasi berdasarkan pendekatan analisis yang ditetapkan berdasarkan karaktersiatik
data yang telah dikumpulkan.
Secara umum ada dua metode pengolahan dan analisis data yaitu:
 Metode Analisis Data Kuantitas
 Metode Analisis Data Kualitas
Metode analisis kualitas tersebut diatas digunakan untuk mengolah dan analisis data yang
yang tidak dapat dikuantifikasi pada analisis data kuantitas. Caranya dengan melakukan
perangkingan data dan dikonversi menjadi data kuantitasd berdasarkan rangking tersebut.
LAPORAN AKHIR

VII - 2

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

7.2.3 Identifikasi dan Estimasi Dampak


Metode identifikasi dampak yang digunakan untuk analisis adalah pembentukan matriks
hubungan antara komponen aktifitas dengan komponen lingkungan dan kemudian di analisis
dampaknya terhadap lingkungan dengan mengacu pada Analisis Dampak Lingkungan yang
dikeluarkan oleh Dep. Pekerjaan Umum Bagian Jalan dan Jembatan.
Estimasi dampak yang telah dilakukan mengandung informasi bagaimana perubahan
kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh adanya proyek peningkatan jalan ini. Informasi
tersebiut meliputi kualitas dan kuantitas serta intesnditas dampak. Informasi tersebut akan
didapatkan dengan membandingkan parameter-parameter yang ada pada saat sebelum dan
sesudah proyek dilaksanakan.
Metode yang dilakukan untuk membandingkan kedua kondisi ini ada dua metode yaitu:
 Metode Formal yang didasarkan pada perhitungan matematika dan statistik dengan
persamaan empiris.
 Metode Informal yang didasarkan pada analogi pendekatan, standar kualitas lingkungan
dan professional judgement.
Pendekatan perhitungan yang dilakukan untuk mengevaluasi dampak ini mengacu pada
Keputusan Kepada BAPEDAL No. 054 tahun 1994 yang berisi kriteria pengiukuran dampak.
Berdasarkan pada keputusan tersbut, pengukuran dampak dapat dibagi menjadi 2 kategori
yaitu dampak kritis dan tidak kritis.
Dampak kritis yang diukur yang didasarkan pada Keputusan Kriteria Pengukuran Dampak
meliputi antara lain:

Jumlah populasi yang terkena dampak


Jumlah areal yang terkena penyebaran dampak
Jangka waktu terjadinya dampak
Intensitas dampak yang terjadi
Jumlah komponen yang terkena dampak
Karakteristik kumulatif dampak yang terjadi
Dampak yang berulang-ulang atau hanya sekali

7.2.4 Metode Prakiraan Dampak


Metoda yang digunakan dalam memprakirakan dampak adalah dengan membandingkan
hasil analisis kualitas lingkungan awal (tanpa kegiatan proyek) dengan kualitas lingkungan
setelah adanya kegiatan proyek.
Metoda prakiraan dampak yang digunakan meliputi:
 Metoda formal, berdasarkan perhitungan matematika dan statistik dengan
mempergunakan rumus-rumus empiris.
 Metoda non formal, berdasarkan atas pendekatan analogi, baku mutu lingkungan
ataupun penilaian para ahli (Professional Judgement).

7.3

Rona Lingkungan Singkat


Daerah yang merupakan wilayah yang harus dianalisis pada studi kelayakan pembangunan
jalan lintas utara-selatan ini meliputi keseluruhan wilayah di Pulau Nias yang diperkirakan
akan merasakan dampak langsung pembangunan Jalan lintas utara-selatan.

7.3.1 Kondisi Topografi


Kondisi alamnya/topografi berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan tingginya diatas
permukaan laut bervariasi antara 0-800 m, terdiri dari dataran rendah sampai bergelombang
mencapai 24 %, dari tanah bergelombang sampai berbukit-bukit 28,8 % dan dari berbukit
sampai pegunungan 51,2 % dari keseluruhan luas daratan.
LAPORAN AKHIR

VII - 3

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Dengan kondisi Topografi yang demikian berakibat sulit membuat jalan-jalan lurus dan lebar.
Oleh karena itu Kota-kota utama terletak di tepi pantai. Disamping struktur batuan dan
susunan tanah yang labil mengakibatkan seringnya banjir Bandang yang mengakibatkan
patahan jalan-jalan aspal dan longsor di sana sini, bahkan sering terjadi daerah aliran sungai
yang berpindah-pindah
Luas Kabupaten Nias adalah 3.495,39 Km2, sebagian besar berada di pulau daratan Nias
dan sebagian berada di beberapa pulau-pulau kecil. Kondisi alamnya/topografi berbukit-bukit
sempit dan terjal serta pegunungan tingginya diatas permukaan laut bervariasi antara 0-800
m, terdiri dari dataran rendah sampai bergelombang mencapai 24 %, dari tanah
bergelombang sampai berbukit-bukit 28,8 % dan dari berbukit sampai pegunungan 51,2 %
dari keseluruhan luas daratan.
7.3.2 Kondisi Iklim dan Curah Hujan
Pulau Nias terletak di Daerah Katulistiwa maka curah hujannyapun tinggi. Rata-rata curah
hujan pertahun 3145,1 mm dan banyaknya hari hujan dalam setahun 273 hari atau rata-rata
23 hari perbulan pada tahun 2000. Akibat banyaknya curah hujan maka kondisi alamnya
sangat lembab dan basah. Musim kemarau dan silih berganti dalam setahun.
Keadaan iklim dipengaruhi oleh Samudera Hindia. Suhu udara berkisar antara 14,3-30,4
dengan kelembaban sekitar 80-90 % dan kecepatan angin antara 5-6 Knot/jam. Curah hujan
tinggi dan relatif turun hujan sepanjang tahun dan sering kali dibarengi dengan badai besar.
Musim badai laut biasanya berkisar antara bulan september sampai Nopember, tetapi
kadang terjadi badai pada bulan Agustus, jadi cuaca bisa berubah secara mendadak.
Berdasar pada data tahun 2003 (dalam angka 2004), iklim di Pulau Nias merupakan iklim
dengan curah hujan cukup tinggi. Suhu rata-rata sebesar 25,90C dengan kisaran suhu antara
21,20C 30,30C. Rata-rata curah hujan sebesar 3.287mm dan banyaknya hari hujan dalam
setahun sebanyal 271 hari. Banyaknya curah hujan menjadikan kondisi alam menjadi sangat
lembab dan basah.
7.3.3 Kondisi Hidrologi
Secara hidrologi Pulau Nias dialiri oleh beberapa sungai besar, sungai sedang dan sungai
kecil. Sungai besar dengan lebar lebih dari 20m sebanyak 12 sungai dengan total panjang
367km, sungai sedang (lebar 10-20m) sebanyak 24 sungai sungai dengan total panjang
306km dan sungai kecil (lebar >10m) sebanyal 56 sungai dengan panjang 322km.
7.4

Identifikasi Dampak
Hasil survei dan data sekunder yang diperoleh telah yang teridentifikasi isu lingkungan yang
akan berpotensi menimbulkan dampak lingkungan, apabila rencana kegiatan pembangunan
jalan dilaksanakan. Dampak - dampak tersebut merupakan dampak yang umum terjadi pada
pelaksanaan konstruksi pada umumnya. Dampak lingkungan yang diidentifikasi akan timbul
pada pelaksanaan konstruksi jalan antara lain :

7.4.1 Perubahan Drainase Alami


Perubahan drainase alami terjadi karena kegiatan galian dan timbunan untuk badan jalan.
Penimbunan juga dilakukan karena pada beberapa bagian ruas jalan tersebut merupakan
tanah yang labil. Perubahan drainase alam akan berdampak kepada vegetasi hutan tanah
kering atau hutan yang mengalami perendaman secara periodik. Sebagai akibatnya akan
terbentuk dan terbentuk wilayah banjir (terendam) yang baru. Apabila wilayah rendaman
baru akan bagian hutan, maka akan menimbulkan kerusakan pada vegetasi hutan yang
terendam. Pada tahap awal akan mengganggu ekosistem hutan rawa air tawar dan hutan
nipah dan bakau. Luas dampak terhadap perubahan drainase alami belum diketahui saat ini.

LAPORAN AKHIR

VII - 4

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

7.4.2 Pembersihan Lahan dan Kepemilikan Lahan


Pembangunan jalan lintas direncanakan akan memerlukan pembersihan lahan (land
clearing), sekurang-kurangnya seluas badan jalan pada sepanjang koridor jalan yang
direncanakan. Vegetasi yang akan terkena adalah tanah ladang, semak belukar dan hutan.
Pembukaan hutan pada tahap awal kemungkinan akan berkembangnya populasi nyamuk
yang dapat menyebabkan penyakit malaria dan demam berdarah.
Hal lain yang menjadi dampak adalah sebagian besar tanah yang digunakan untuk
pembangunan jalan lintas merupakan tanah adat. Di wilayah Pulau Nias dikenal adanya
tanah adat ataupun hak rakyat. Pada umumnya lahan adat tersebut tidak mempunyai batas
yang jelas sehingga sering menimbulkan permasalahan dengan masyarakat setempat. Oleh
karenanya, perlu diketahui kepemilikan lahan khususnya pada jalur jalan. Perlu adanya
pendekatan sosial yang baik kepada pemilik lahan dengan upaya menjabarkan pada jalan
yang akan dibangun merupakan prasarana untuk kepentingan bersama.
7.4.3 Perubahan Aksesibilitas
Pembangunan jalan akan meningkatkan aksesibilitas penduduk dari wilayah utara ke wilayah
selatan ataupun sebaliknya serta daerah lainnya disepanjang koridor jalan lintas. Hal ini
merupakan dampak positif yang ditimbulkan dengan meningkatnya aksesibilitas. Di sisi lain,
rencana pembangunan transportasi akan meningkatkan pula aksesibilitas penduduk untuk
memanfaatkan sumber-sumber daya alam secara illegal, seperti pembukaan hutan secara
liar baik untuk kegiatan pertanian dan penebangan kayu secara illegal.
Dengan adanya jaringan jalan, akan terjadi peningkatan aksesibilitas masyarakat yang di
sekitar rute jalan tersebut untuk mencapai lokasi kegiatan ekonomi atau hiburan, kesehatan
dan sebagainya. Peningkatan aksesibilitas ini akan merangsang pertumbuhan ekonomi yang
terdapat di wilayah tersebut. Dalam hal ini pengkajian kemungkinan pengembangan sektor
kegiatan lain yang untuk mengoptimalkan prasarana jalan yang akan direncanakan.
7.4.4 Perubahan Pendapatan dari Sektor Transportasi Air
Pada saat ini, sebagian pelaku pergerakan menggunakan transportasi laut, baik untuk
lalulintas barang maupun orang. Transportasi laut dilakukan dengan menggunakan kapal
berukuran kecil sampai sedang. Usaha transportasi tersebut sebagian besar dilakukan oleh
masyarakat, baik secara kelompok maupun secara individual. Pembangunan jalan lintas
serta berkembangnya transportasi jalan akan serta merta menurunkan pendapatan
pengusaha transportasi air, terutama untuk angkutan penumpang dan barang dalam volume
yang kecil. Karena transportasi darat lebih kompetitif dibandingkan transportasi laut.
7.4.5 Perubahan Gaya Hidup
Pada umumnya adanya kehadiran pekerja pendatang dengan latar belakang budaya yang
berbeda ke suatu wilayah akan mengubah gaya hidup masyarakat tempatan. Dampak yang
ditimbulkan adalah kemungkinan masyarakat menjadi lebih konsumtif dari pada sebelumnya.
Akan tetapi di wilayah ini dampak yang ditimbulkan adanya kehadiran pendatang
kemungkinan tidak akan menimbulkan persoalan-persoalan sosial. Karena masyarakat di
wilayah ini di sebagian besar wilayah yang akan terhubungi melalui transportasi darat
tersebut telah biasa dengan kahadiran pendatang dari luar, dengan latar belakang budaya
yang berbeda.
Selain-selain dampak-dampak yang telah disebutkan di atas, beberapa kegiatan pendukung
yang berkaitan dengan pembangunan jalan lintas yang diperkirakan akan menimbulkan
dampak adalah sebagai berikut:
 Penyediaan batuan/tanah timbunan untuk badan jalan
 Pengangkutan batuan/tanah timbunan untuk badan jalan
 Beberapa dampak lain yang akan timbul pada saat kegiatan kegiatan pasca konstruksi
atau pada saat pengoperasian jalan yang terjadi di antaranya adalah peningkatan
kandungan hidrokarbon/debu pada saat pelaksanaan konstruksi dilaksanakan.

LAPORAN AKHIR

VII - 5

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Secara umum, potensi dampak yang kemungkinan akan timbul sebagai akibat rencana
kegiatan pembangunan jalan lintas masih terindentifikasi secara kualitatif. Secara spesifik,
kuatifikasi dampak yang kemungkinan akan timbul belum dikaji, terutama berkaitan dengan
besarnya dampak, lamanya dampak, dan sifat dampak. Atas pertimbangan tersebut pada
bagian kajian dampak lingkungan untuk pelaksanaan konstruksi jalan diarahkan untuk
menentukan komponen lingkungan yang memerlukan pengkajian lebih lanjut pada tahap
studi AMDAL.
7.4.6 Pengembangan Quarry
Pengembangan quarry merupakan kegiatan pendukung dalam rangka pembanguan
jembatan dan jalan akses. Lokasi quarry yang direncanakan berada pada daerah-daerah
yang memiliki kadnungan material yang cukup besar yang terdekat dengan ruas jalan akan
ditingkatkan tersebut. Dampak pengembangan quarry ini, adalah peningkatan tingkat erosi
yang akan terjadi pada lokasi quarry. Dalam hal ini perlu diketahui tingkat erosi atau
erodiblitas lahan lokasi quarry yang direncanakan, mengingat curah hujan yang tinggi. Dalam
hal ini perlu dilakukan pengkajian yang lebih khsus mengenai karakterisktik geologi lokasi
quarry, dan kefungsian lokasi quarry tersebut secara kawasan.
Ringkasan kajian dampak dan komponen lingkungan yang perlu mendapatkan kajian lebih
lanjut dapat dilihat pada Tabel 7.1 pada halaman berikut.

LAPORAN AKHIR

VII - 6

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Tabel 7.1 Ringkasan Kajian Awal Dampak Lingkungan Pada Rute Jalur Yang Terpilih
Isu Lingkungan yang
Teridentifikasi

Kajian lebih lanjut dalam Tahapan Studi AMDAL

Mitigasi

Perubahan Drainase Alami

 Karakteristik drainase alami pada trase jalan yang ada


 Luas lahan hutan yang terpengaruh oleh tinggi rendahnya
muka air atau yang terpengaruhi oleh pasang surut

 Penyelarasan rancangan teknik dengan


drainase alami
 Mempertahankan
drainase
alami
untuk
mengurangi kerusakan hutan

Perubahan Penutupan Lahan


(Pember-sihan Lahan)

 Luas lahan hutang produksi dan hutan nipah/bakau yang


akan terkena jalan
 Memfokuskan pula perairan, kemungkinan berkembang

Perubahan Aksesibilitas

 Pusat-pusat pertumbuhan atau kegiatan yang memungkin


penyebab terjadi perubahan
 Jenis vegetasi hutan yang terdapat sepanjang jalur koridor

 Menciptakan pusat-pusat pertum-buhan untuk


peningkatan mobilitas
 Mendorong pertumbuhan pada kegiatan sektor
pertanian/perikanan

Perubahan pendapatan dari


sektor tarnsportasi air

 Pendapatan yang diperoleh transportasi air. Jalur-jalur


transportasi air yang akan berkurang pemanfaatannya ketika
adanya transportasi darat

 Menghindari penggunaan lahan produktif .

Perubahan gaya hidup

 Mobilitas dan perilaku penduduk yang berdiam di sekitar rute


jalan yang akan dibangun

 Menciptakan pusat-pusat pertum-buhan untuk


peningkatan mobilitas

Pengembangan quary

 Karakteristik geologi lokasi quary yang direncanakan


 Keanekaragaman hayati quary yang direncanakan

 Merencanakan pemanfaatan lokasi


pada tahap pasca penambangan

Sumber: hasil analisis konsultan

LAPORAN AKHIR

VII - 7

quary,

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

8.1

Kesimpulan
Didasarkan pada analisis yang telah dilakukan yang meliputi analisis biaya konstruksi,
analisis manfaat dan kelayakan ekonomi yang dikombinasikan dengan realita yang terjadi di
lapangan, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan antara lain:
1. Pembangunan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias akan memberikan manfaat-manfaat
antara lain:
Pembangunan jalan Lintas Utara-Selatan marupakan jaringan utama di Pulau Nias
yang menghubungkan wilayah-wilayah pengembangan utama (SWP, PKL, dll) seperti
Lahewa, Gunung Sitoli, Teluk Dalam.
Meningkatkan aksesibilitas dari/ke dari wialyah bagian utara ke bagian selatan
maupun sebaliknya.
Meningkatkan aksesibilitas hubungan antar wilayah yaitu serta pemicu
pengembangan wilayah khususnya pada wilayah-wilayah yang berlum berkembang
seperti di wilayah pesisir barat dan wilayah tengah.
Ketersediaan jaringan jalan akan serta merta berimplikasi pada peningkatan
produksi, pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan pendapatan perkapita.
Pembangunan jalan lintas akan memberikan pengaruh yang sangat signifikan
terhadap penghematan waktu dari kondisi eksisting yang menggunakan jaringan
transportasi laut.
2. Hasil perhitungan analisis kelayakan ekonomi Pembangunan Jalan Lintas Utara-Selatan
Nias dengan menggunakan parameter NPV dan EIRR adalah sebagai berikut:
Net Present Value NPV pada tingkat bunga 15% sebesar Rp. 5,53 Milyar, tingkat
bunga 20% sebesar Rp. - 91,19 Milyar.
Benefit Cost Ratio BCR pada tingkat bunga 15% sebesar 1,02 dan pada tingkat
bunga 20% sebesar 0,74.
Economic Internal Rate of Return EIRR sebesar 15,22%.
Dari perhitungan diatas, di atas terlihat nilai NPV > 0, BCR > 1 serta nilai EIRR yang
diatas suku bunga saat ini, maka dapat dikatakan bahwa Pembangunan Jalan Lintas
Utara - Selatan ini ini Layak Secara Ekonomis untuk dilaksanakan.
3. Pengembangan jalan lintas merupakan bagian dari pengembangan sistem transportasi
di Pulau Nias yang memerlukan perencanan yang mengarah ke pemenuhan kebutuhan
akan prasarana transportasi dan sebagai pemiicu pengembangan kewilayahan.
Keterpaduan dalam sistem jaringan yang ada lebih dikhususkan pada jaringan jalan
yang dijadikan sebagai dasar pengembangan jaringan transportasi.

LAPORAN AKHIR

VIII - 1

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Beberapa hal yang menjadi penekanan atau perhatian khusus dalam pengembangan sistem
jaringan jalan di Pulau Nias antara lain adalah:
Restrukturisasi hirarki jaringan jalan yang ada yang meliputi jaringan jalan arteri, kolektor
dan lokal dengan memperhatikan rencana hirarki kota-kota yanga telah ditetapkan.
Keterhubungan kota-kota dan pusat kegiatan dengan jaringan jalan, khususnya dengan
ibukota kabupaten (Gunung Sitoli dan Teluk Dalam) yang belum terhubung antara lain
antara daerah pesisir barat (Mandrehe, Sirombu, dsk.) dan daerah Tengah (Hilidou,
Lolofitu Moi, Lolmatua). Keterhubungan dengan wilayah-wilayah tersebut menjadi
prioritas untuk pembangunan/peningkatan jalan.
Pengembangan jaringan jalan berdasarkan sistem koridor yaitu koridor melingkar antara
Lahewa-Tuhemberua-Gunung Sitoli-Tetehosi-Lahusa-Teluk Dalam-Amandraya-SirombuAlasa-Afulu-Lahewa dan koridior penhubung antar koridor melingkar tersebut seperti
Alasa-Hiliduo-Gunung Sitoli, Sirombu-Lolofituo Moi-Gido, Lolowau-Lolofituo Moi-Idang
Gawo-Tetehosim dan sebagainya.
Pemanfaatan jaringan jalan yang telah terbentuk sejak dahulu, termasuk jalan yang
dibangun oleh Belanda dapat menjadi alternatif untuk pembangunan jaringan jalan yang
baru. Namun hal ini harus disertai dengan perencanaan yang cukup baik mengingat
batasan alinyemen jalan dan standar perencanaan jalan lainnya.
Jalur angkutan umum pedesaan perlu dikembangkan dengan memanfaatkan
ketersediaan jalan eksisting dan secara bertahap diubah rutenya sesuai dengan kondisi
jalan terbaru yang ada. Angkutan umum ini penting untuk dikembangkan di Kabupaten ini
karena tingkat utilitasnya yang sangat tinggi bagi masyarakat khususnya kalangan
menengah ke bawah.
Pengembangan jaringan angkutan laut dikhususkan pada pengembangan pelabuhan
Teluk Dalam sebagai node untuk penghubung ke kepulauan di bagian selatan seperti
Pulau-Pulau Batu, Kepulauan Hinako dan sekitarnya.
Pengembangan jaringan jalan haruslah sejalan dengan rencana pengembangan jaringan
prasarana transportasi lainnya seperti Rencana pengembangan Bandara Binaka dan
Pelabuhan Laut (Gunung Sitoli, Lahewa dan Teluk Dalam).

8.2

Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diusulkan beberapa kegiatan pengembangan
jaringan jalan di Pulau Nias. Secara prinsip untuk mengembangkan sistem jaringan
transportasi direkomendasikan untuk menggunakan prioritas sebagai berikut:
1. Prioritas utama untuk dilakukan dalam pengembangan jaringan transportasi adalah
pengembangan jaringan jalan sebagai jalur utama yang door-to-door melayani
kebutuhan perjalanan masyarakat dan paling aksesible oleh semua masyarakat.
Sedangkan dalam hal kegiatan pengembangan jaringan jalan terdapat kebutuhan
pembangunan, pemeliharaan, dan peningkatan jalan. Prioritasi untuk setiap jenis
kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mengutamakan kegiatan pemeliharaan kondisi jaringan jalan yang ada yang saat ini
masih dalam kondisi baik (dengan pemeliharaan rutin) dan dalam kondisi sedang
(dengan pemeliharaan berkala).
b. Melakukan peningkatan kondisi perkerasan jalan terutama untuk:
Ruas jalan yang terputus akibat jembatan yang rusak, longsor pada badan jalan;
Ruas-ruas jalan yang telah ada namun belum dikembangkan yang
menghubungkan ibukota kecamatan yang saat ini belum dihubungkan dengan baik
melalui jaringan jalan dengan sistem wilayah lainnya;

LAPORAN AKHIR

VIII - 2

PT. DEMENSI RONAKON


bekerjasama dengan
CV. SUPERNOVA

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias

Ruas jalan yang kondisi perkerasan aspalnya masih rusak dan jalan-jalan yang
direncanakan sebagai jalan arteri dan kolektor yang masih belum diperkeras
dengan aspal.
c. Kegiatan pembangunan jalan baru khususnya untuk membuka isolasi wilayah dan
mengembangkan jaringan jalan primer yang menghubungkan seluruh ibukota
kecamatan dan wilayah pengembangan strategis di Kabupaten Nias dan Kabupaten
Nias Selatan.
2. Prioritas kedua yang perlu untuk dilakukan adalah menyediakan akses bagi masyarakat
terhadap moda-moda transportasi yang sifatnya murah dan dapat digunakan secara
massal, yakni:
a. Mengembangkan jaringan angkutan umum perdesaan ke seluruh wilayah kecamatan
dan lokasi permukiman utama di Pulau Nias dengan maksud memberikan akses bagi
kegiatan ekonomi masyarakat secara merata.
b. Mengoptimalkan dan mengefisienkan peran jaringan angkutan sungai dan
penyeberangan yang ada sehingga biayanya terjangkau oleh masyarakat dan
mampu memberikan akses yang cepat dan kontinyu.
3. Prioritas ketiga adalah pengembangan jaringan transportasi yang sifatnya berupa
dukungan bagi pengembangan ekonomi wilayah dalam skala besar dan berdampak luas
seperti pariwisata, perikanan, perkebunan dan industri pengolahan.

LAPORAN AKHIR

VIII - 3

Anda mungkin juga menyukai