Anda di halaman 1dari 19

Radiasi Pengion Terhadap Sistem Biologik, di

dalam Fisika Kesehatan/ Biological Systems


Against Ionizing Radiation, at the Health
Physics
Radiasi Pengion Terhadap Sistem Biologik, di dalam Fisika Kesehatan
(Sumber/ source: Hani, Ahmadi Ruslan.2007. Fisika Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendika Press.)
Radiasi pengion adalah radiasi sinar X atau sinar gamma. Untuk mengetahui efek radiasi pengion ini perlu
mengetahui beberapa satuan yang digunakan dalam radiasi.
Satuan Dosis dalam radiasi Pengion. Mula dosis yang digunakan dalam radiasi pengion adalah dosis erithema, yaitu
banyaknya radiasi sinar X yang menyebabkan kulit kemerahan. Starting (1939) melakukan radiasi terhadap
penderita kemudian diukur dalam satuan Roegen disingkat r, kurang lebih tahun 1960 r diganti dengan Roentgen
(R). Roentgen (R0 adalah satuan dari pada banyaknya radiasi (unit of exposure). Definisi 1 Roentgen adalah:
banyaknya radiasi sinar X atau sinar gamma yang menimbulkan ionisasi di udara pada 0,001293 gram udara
sebanyak satuan muatan elektrostatis. Radiasi sinar X maupun sinar gamma yagn mengenai suatu areal tertentu
dikenal dengan nama satuan rap (roentgen area product), di mana rap sama dengan radiasi 100 R pada setiap cm 2,
maka: 1 rap=100 Rcm2. Satuan Roentgen ini hanya berdasarkan ionisasi yang terjadi di udara dan hanya berlaku
bagi sinar X dan sinar gamma saja serta tidak menunjukkan jumlah banyaknya absorbsi lagi sembarang radiasi. Satu
rad didefinisikan sebagai dosis penyerapan energi radiasi sebanyak 100 erg bagi setiap gram benda/ jaringan. 1
raad=100 erg/g=0,01 Joule/ Kg jaringan. Untuk sinar X dan sinar gamma, dosis terbesar 1 rad hampir sama dengan
dosis 1 R per gram air dan akan memberikan dosis rad yang lebih besar, misalnya 1 R sinar X pada tulagn= 4 rad.
Untuk energi radiasi yang tinggi pada penggunaan radioterapi perbandingan antara rad dan Roentgen mendekati 1
baik untuk tulang maupun untuk jaringan. Pada tahun 1975, international Commission on Radiological Unit (ICRU)
memakai Gray (Gy) sebagai dosis satuan international (SI). Pemakaian satuan Gy ini untuk menghormati tuan
Harold Gray, seorang ahli fisika kedokteran berkebangsaan Inggris yang menemukan efek Oksigen pada sel yang
diradiasikan. Satu Gy adalah dosis radiasi apa saja yang menyebabkan penyerapan energi 1 joule pada 1 Kg zat
penyerap, maka: 1 Gy= 1 J/ Kg=107 erg/kg=100 rad. Hubungan antara rad dan Roentgen adalah: Rad=R0,87F.
F=Faktor yang nilainya tergantung pada energi radiasi. Selain satuan rad, Roentgen (R), rap dan Gy, ada pula satuan
lain yang lebih menekankan pada efek biologis daripada radiasi pengion, yaitu RBE (Relative Biological
Effectiveness) dan Rem (rad Equivalent Man), dan Reb (Rad Equivalent Biological).
a) RBE (Relative Biological Effectiveness). Berbagai radiasi memberikan efek biologis yang tidak sama. Dengan
perkataan lain berbagai radiasi mempunyai RBE yang berlainan. Definisi RBE ialah perbandingan dosis sinar X 250
KV dengan dosis radiasi lain yang memberikan efek biologis yang sama, atau :RBE= dosis sinar X, 250 KV yang
memberikan efek biologis tertentu/ dosis suatu radiasi lain yang memberikan efek biologis yang sama. Misalnya
efek biologis dari 100 rad suatu radiasi sama dengan 300 rad 250 KV sinar X, maka RBE suatu radiasi adalah 3.
b) REM (Rad Equivalent Man) merupakan suatu unit untuk menyatakan banyaknya ekivalen dosis. Ekivalen dosis
didefinisikan sebagai= rad factor kualitas dari radiasi, sedangkan faktor kualitas berkaitan dengan RBE, maka: Dosis
dalam REM=dosis dalam rad RBE. Suatu REM dipakai pada proteksi radiasi sedangkan RBE pada radioterapi.

MAKALAH FISIKA RADIASI

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Setiap

aktivitas

yang

kita

lakukan

atau

suatu

alat

yang

kita

gunakan membutuhkan energy. Energy yang ditimbulkan dari sebuah alat


mengandung

unsure-unsur

radiasi.

Radiasi

adalah

setiap

proses

di

mana energi bergerak melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya
diserap oleh benda lain. Radiasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan
manusia. Dalam dunia kedokteran, radiasi dimanfaatkan sebagai bahan
untuk mendiagnosa. Seperti sinar X untuk keperluan radiologi, cahaya
tampak untuk tindakan endoskopi, sinar ultraviolet untuk sterilisasi
dan masih banyak yang lainnya.
Selain mempunyai manfaat seperti yang telah dipaparkan diatas,
radiasi juga memiliki beberapa efek atau dampak yang ditimbulkan bagi
manusia. Tetapi manusia jarang sekali memperhatikan dan mempedulikan
dampak yang ditimbulkan oleh adanya radiasi tersebut. Dalam makalah
kali ini, akan membahas radiasi dan bahaya-bahaya yang ditimbulkan
agar mahasiswa dan masyarakat lebih tau tentang radiasi.
B.

Rumusan masalah

1.

Apa yang dimaksud dengan radiasi?

2.

Apa saja klasifikasi dan sumber radiasi?

3.

Apa saja jenis-jenis sinar radiasi?

4.

Apa yang dimaksud radiasi interna dan eksterna?

5.

Apa efek biologi radiasi?

6.

Apa efek biologi pada system jaringan dan organ ?

7.

Apa saja penyakit akibat radiasi?

C.
1.

Tujuan
Tujuan umum
Mahasiswa menguasai konsep radiasi.

2.
a.
b.
c.
d.

Tujuan khusus
Mahasiswa mengetahui apa itu radiasi.
Mahasiswa mengetahui klasifikasi dan sumber radiasi
Mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis-jenis radiasi.
Mahasiswa dapat mengetahui tentang radiasi interna dan eksterna.

e.

Mahasiswa dapat mengetahui Efek biologi radiasi

f.

Mahasiswa dapat mengetahui efek genetic, somatic, stokastik, non


stokastik, teratogenik, dan hoemesis

g.

Mahasiswa dapat mengetahui efek biologi pada system jaringan dan


organ.

h.

Mahasiswa dapat memahami penyakit akibat radiasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Pengertian radiasi
Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk
partikel atau gelombang. Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu
materi

atau

ruang

dalam

elektromagnetik/cahaya
gelombang

atau

bentuk

(foton)

partikel

panas,

dari

berenergi

partikel

sumber
tinggi

atau

radiasi.
yang

gelombang

Radiasi

berasal

dari

adalah
sumber

alami atau sumber yang sengaja dibuat oleh manusia (buatan).Radiasi


adalah setiap proses di manaenergi bergerak melalui media atau melalui
ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain.

B.

Sumber radiasi
Sumber

radiasi

terbagi

menjadi

dua

yaitu

sumber

radiasi

alam,

dimana sumber radiasi alam sudah ada sejak alam semesta terbentuk, dan
radiasi yang dipancarkan oleh sumber alam ini disebut radiasi latar
belakang, contoh sumber radiasi alam adalah sumber radiasi kosmik,
sumber radiasi terestrial (primordial), dan sumber radiasi dari dalam
tubuh manusia. Sumber radiasi buatan, yang baru diproduksi di abad 20,
tetapi

telah

memberikan

paparan

secara

signifikan

kepada

manusia.

Contohnya adalah radionuklida buatan, pesawat sinar-X, reaktor nuklir,


akselerator.

Ada

dua

sumber

radiasi pengion dan non pengion.

C.
1.

Jenis-jenis sinar radiasi


Radiasi pengion

radiasi

buatan

manusia

yaitu

sumber

Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses


ionisasi

(terbentuknya

berinteraksi

dengan

ion

sebuah

positif
materi.

dan

ion

Contoh

negative)

radiasi

apabila

yang

termasuk

radiasi pengion yaitu: partikel alpha, partikel beta,, sinar gamma,


sinar X dan neutron.
a.

Partikel Alpha
Mempunyai ukuran (volume) dan muatan listrik positif yang besar
dan tersusun dari dua proton dan dua neutron, sehingga identik dengan
inti atom helium. Daya ionisasi partikel alpha sangat besar, kurang
lebih

100

kali

daya

ionisasi

partikel

beta

dan

10.000

kali

daya

ionisasi sinar gamma. Karena mempunyai muatan listrik yang besar maka
partikel alpha tidak mampu menembus pori-pori kulit kita pada lapisan
yang paling luar sekalipun karena mempunyai ukuran yang besar.
b.

Partikel Beta
Mempunyai

ukuran

dan

muatan

listrik

lebih

kecil

dari

partikel

alpha. Daya ionisasi di udara 1/100 kali daya ionisasi partikel alpha.
Partikel beta mempunyai daya tembus lebih besar dari partikel alpha
karena ukurannya lebih kecil.
c.

Sinar Gamma
Sinar
sehingga

gamma

tidak

dikelompokkan

mempunyai

besaran

kedalam

volume

gelombang

dan

muatan

listrik

elektromagnetik.

Daya

ionisasinya dalam medium sangat kecil. Tidak terbelokkan oleh medan


listrik yang ada disekitarnya, sehingga daya tembusnya sangat besar
dibandingkan dengan daya tembus partikel alpha atau beta.
d.

Sinar-X
Mempunyai

kemiripan

dengan

sinar

gamma,

yaitu

dalam

hal

daya

jangkau pada suatu media dan pengaruhnya oleh medan listrik. Yang
membedakan

antara

keduanya

adalah

proses

terjadinya.

Sinar

gamma

dihasilkan dari proses peluruhan zat radioaktif yang terjadi pada inti
atom,

sedangkan

sinar-X

dihasilkan

pada

waktu

electron

berenergi

tinggi yang menumbuk suatu target logam


e.

Partikel neutron
Partikel neutron mempunyai ukuran kecil dan tidak mempunyai muatan
listrik,

serta

memiliki

daya

tembus

yang

tinggi.

Partikel

neutron

dapat dihasilkan dari reaksi nuklir antara satu unsure tertentu dengan
unsure lainnya.

2.

Radiasi non-pengion
Radiasi
menyebabkan

non-pengion
efek

adalah

ionisasi

jenis

apabila

radiasi

bereaksi

yang

dengan

tidak

akan

materi.

Yang

termasuk dalam jenis radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang


radio,

gelombang

mikro

(yang

digunakan

dalam

microwave

oven

dan

transmisi seluler handphone), sinar inframerah (yang memberikan energy


dalam

bentuk

panas),

cahaya

tampak,

sinar

ultra

violet

(yang

dipancarkan matahari).
a.

Sinar inframerah
Inframerah

adalah radiasi

elektromagnetik dari panjang

gelombanglebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari


radiasi gelombang
yaitu:

tidak

radio.
dapat

menembus materi yang


komponen
memiliki

yang

tidak

Sinar

inframerah

dilihat
tembus

oleh
pandang,

menghasilkan panas,Panjang

hubungan

yang

memiliki

berlawanan

karakteristik,

manusiatidak
dapat

ditimbulkan

gelombang pada
atau

dapat

berbanding

oleh

inframerah
terbalik

dengan suhu. Ketika suhu mengalami kenaikan, maka panjang gelombang


mengalami penurunan.

b.

Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet adalah radiasi elektromagnetis terhadap panjang
gelombangyang

lebih

pendek

dari

daerah

dengan

sinar

tampak,

namun

yang

berasal

dari

sumber

lebih panjang dari sinar-Xyang kecil.

D.

Radiasi Interna dan Radiasi Eksterna

1.

Radiasi interna
Radiasi

interna

adalah

penyinaran

radiasi yang terletak di dalam tubuh manusia, sedang radiasi eksterna


berasal

dari

sumber

yang

terletak

di

luar

tubuh

manusia.

Radiasi

interna terjadi karena masuknya radionuklida ke dalam tubuh manusia


melalui pernafasan, saluran pencernaan, luka terbuka di kulit maupun
menembus kulit dan juga melalui sirkulasi darah (suntikan). Radiasi
interna

yang

lebih

berbahaya

adalah

radiasi

yang

lebih

banyak

menimbulkan ionisasi di dalam jaringan tubuh, sehingga sinar alpha


lebih

berbahaya

dari

pada

sinar-X

dan

sinar

gamma

sebagai

sumber

radiasi interna.
2.

Radiasi eksterna
Pada radiasi eksterna, maka radiasi dapat mengenai seluruh tubuh
(penyinaran

total)

atau

pub

mengenai

sebagian

tubuh

(penyinaran

partial). Pada penyinaran ini sinar alpha, electron yang berasal dari
konversi internal, dan sinat beta yang energinya , 65 keV tidak cukup
kuat untuk menembus kulit. Karena itu ketiga jenis radiasi ini tidak
menimbulkan bahaya pada penyinaran luar. Sinar-X, sinar gamma, neutron
dan

sinar

menyinari

beta

yang

jaringan

radiasi eksterna.

energinya

dalam

tubuh,

65

keV

sehingga

dapat

menembus

berbahaya

kulit

sebagai

dan

sumber

E.

Efek biologi radiasi


Kemungkinan terjadinya efek biologis akibat interaksi radiasi dan
jaringan

tubuh

manusia

(terlepas

dari

berat

atau

ringannya

akibat

biologis tersebut), berbanding selaras dengan besarnya dosis radiasi


yang

mengenai

jaringan

tersebut.

Semua

dosis

radiasi,

besar

atau

kecil, bisa mengakibatkan pengaruh terhadap jaringan tubuh atau sel.


Pengaruh dosis hanya diasosiasikan dengan besarnya kemungkinan bahwa
akan

terjadi

suatu

perubahan

dalam

suatu

sel

atau

jaringan

yang

terkena radiasi tersebut, yang biasa disebut dengan efek stokastik.


Efek

stokastik

ini

biasanya

mempunyai

kelainan

dari

organ

yang

bersifat kronis yang biasanya dihubungkan dengan terjadinya perubahanperubahan genetik dalam sel-sel tersebut. Selain dikenal dengan efek
stokastik, juga dikenal dengan efek deterministik atau non-stokastik,
yaitu jika sel dalam organ atau jaringan banyak yang mati atau tidak
dapat lagi bereproduksi dan berfungsi secara normal, fungsi organ akan
hilang. Hilangnya fungsi itu akan semakin parah bila jumlah sel yang
menderita akibat bertambah.
Beberapa efek biologi pada tubuh manusia :
1.

Efek genetik
Efek biologi dari radiasi ionisasi pada generasi yang belum lahir disebut
efek genetik. Efek ini timbul karena kerusakan molekul DNA pada sperma atau
ovarium akibat radiasi. Atau, bila radiasi berinteraksi dengan makro molekul
DNA, dapat memodifikasi struktur molekul ini dengan cara memecah kromosom atau
mengubah

jumlah

DNA

yang

terdapat

dalam

sel

melalui

perubahan

informasi

genetik sel. Tipe ini dapat menimbulkan penyakit genetik yang diteruskan ke
generasi berikutnya.
2.

Efek somatik
Bila organisme (seperti manusia) yang terkena radiasi mengalami kerusakan
biologi sebagai akibat penyinaran, efek penyinaran tersebut diklasifikasikan

sebagai efek somatik. Efek ini tergantung pada lamanya terkena radiasi sampai
pertama

timbulnya

gejala

kerusakan

radiasi.

Selanjutnya

diklasifikasikan

sebagai efek somatik jangka pendek atau jangka panjang.


3.

Efek stokastik
Efek stokastik adalah efek radiasi yang kebolehjadian timbulya merupakan
fungsi

dosis

radiasi

dan

diperkirakan

tidak

mengenal

dosis

ambang.

Efek

stokastik memiliki cirri-ciri:


a.
b.
c.
d.
e.

Tidak mengenal dosis ambang.


Timbul seteolah melalui masa tenang yang lama.
Keparahannya tidak tergantung pada dosis radiasi.
Tidak ada penyembuhan spontan.
Contoh : kanker, leukemia (efek somatic), dan penyakit keturunan (efek
genetic)

4.

Efek Non Stokastik


Efek

Non

Stokastik

adalah

efek

radiasi

yang

kualitas

keparahannya

bervariasi menurut dosis dan hanya timbul bila dosis ambang dilampaui. Efek
non stokastik memiliki ciri-ciri:
a.
b.
c.
d.
e.

Mempunyai dosis ambang


Umumnya timbul beberapa saat setelah terkena radiasi
Adanya penyembuhan spontan (tergantung tingkat keparahannya)
Keparahannya tergantung besarnya dosis radiasi.
Efek non stokastik ini meliputi beberapa efek somatic seperti luka bakar,
sterilitas (kemandulan), katarak, kelainan congenital (setelah iradiasi dalam
rahim).

Efek genetic adalah efek stokastik, sedangkan efek somatic dapat stokastik
(leukemia, kanker) maupun non stokastik.
5.

Efek teratogenik
Efek teratogenik adalah efek timbulnya cacat bawaan, karena penyinaran
yang terjadi sewaktu janin berada dalam kandungan. Efek ini dapat berupa
kematian dalam kandungan atau kematian segera setelah bayi lahir, kemunduran
pertumbuhan, maupun kelainan bawaan, tergantung saat penyinaran terjadi. Pada
usai kurang dari 15 hari umur kehailan, maka hasil konsepsi biasanya mengalami
kematian. Apabila penyinaran terjadi pada usia kehamilan antara 15 hari sampai
50 hari, maka pada umumnya terjadi kelainan bawaan. Sedangkan penyinaran
setelah usia kehamilan 50 hari dapat berakibat gangguan pertumbuhan janin
dalam kandungan.

F.

Efek biologi pada system jaringan dan organ


Respon dari berbagai jaringan dan organ tubuh terhadap radiasi pengion
sangat bervariasi. Selain bergantung pada sifat fisik radiasi juga bergantung
pada karakteristik biologi dari sel penyusun jaringan/organ tubuh terpajan.
Tingkat

sensitivitas

dari

jaringan

penyusun

organ

berbeda-beda

bergantung

antara lain pada tingkatproliferasi (pembelahan) dan diferensiasi (kematangan)


sel yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat sensitivitas dari organ terhadap
pajanan radiasi. Berikut ini adalah efek radiasi pada sebagian organ tubuh
akibat pajanan radiasi eksterna (dari luar tubuh) yang terjadi secara akut.

1.

Sistem pembentukan darah


Sumsum tulang adalah organ sasaran dari sistem pembentukan darah karena
pajanan radiasi dosis tinggi akan mengakibatkan kematian dalam waktu beberapa
minggu. Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan jumlah sel basal pada
sumsum tulang secara tajam. Komponen sel darah terdiri dari sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (limfosit dan granulosit) dan sel keping darah
(trombosit).

Dosis sekitar 0,5 Gy pada sumsum tulang sudah dapat menyebabkan penekanan
proses pembentukan komponen sel darah sehingga jumlahnya mengalami penurunan.
Jumlah sel limfosit menurun dalam waktu beberapa jam pasca pajanan radiasi,
sedangkan jumlah granulosit dan trombosit juga menurun tetapi dalam waktu yang
lebih lama, beberapa hari atau minggu. Sementara penurunan jumlah eritrosit
terjadi lebih lambat, beberapa minggu kemudian. Penurunan jumlah sel limfosit
absolut/total

dapat

digunakan

untuk

memperkirakan

tingkat

keparahan

yang

mungkin diderita seseorang akibat pajanan radiasi akut.


Pada

dosis

yang

lebih

tinggi,

individu

terpajan

mengalami

kematian

sebagai akibat dari infeksi karena menurunan jumlah sel darah putih (limfosit
dan

granulosit)

atau

dari

pendarahan

yang

tidak

dapat

dihentikan

karena

menurunnya jumlah trombosit.


Efek stokastik pada sumsum tulang adalah leukemia dan kanker sel darah
merah. Berdasarkan pengamatan pada para korban bom atom di Hiroshima dan
Nagasaki, leukemia merupakan efek stokastik tertunda pertama yang terjadi
setelah pajanan radiasi seluruh tubuh dengan masa laten sekitar 2 tahun dengan
puncaknya setelah 6 7 tahun.

2.

Kulit
Efek deterministik pada kulit bervariasi dengan besarnya dosis. Pajanan
radiasi sekitar 2-3 Gy dapat menimbulkan efek kemerahan (eritema) sementara
yang timbul dalam waktu beberapa jam. Beberapa minggu kemudian, eritema akan
kembali muncul sebagai akibat dari hilangnya sel-sel basal pada epidermis.
Dosis sekitar 3 8 Gy menyebabkan terjadinya kerontokan rambut (epilasi) dan
pengelupasan kering (deskuamasi kering) dalam waktu 3 6 minggu setelah
pajanan radiasi. Pada dosis yang lebih tinggi, 12 20 Gy, akan mengakibatkan
terjadinya pengelupasan kulit disertai dengan pelepuhan dan bernanah (blister)
serta peradangan akibat infeksi pada lapisan dalam kulit (dermis) sekitar 4
6

minggu

kemudian.

Kematian

jaringan

(nekrosis)

dalam

waktu

10

minggu

pemajanan radiasi dengan dosis lebih besar dari 20 Gy, sebagai akibat dari
kerusakan yang parah pada pembuluh darah. Bila dosis yang di terima sekitar 50

Gy, nekrosis akan terjadi dalam waktu yang lebih singkat yaitu sekitar 3
minggu.

3.

Mata
Mata terkena pajanan radiasi baik akibat dari radiasi lokal (akut atau
protraksi) maupun pajanan radiasi seluruh tubuh. Lensa mata merupakan bagian
dari struktur mata yang paling sensitif terhadap radiasi. Terjadinya kekeruhan
atau hilangnya sifat transparansi lensa mata sudah mulai dapat dideteksi
setelah pajanan radiasi yang relatif rendah yaitu sekitar 0,5 Gy dan bersifat
akumulatif.

Dengan

demikian

tidak

seperti

efek

deterministik

pada

organ

lainnya, katarak tidak akan terjadi beberapa saat setelah pajanan, tetapi
setelah masa laten antara 6 bulan sampai 35 tahun, dengan rerata sekitar 3
tahun.

4.

Organ reproduksi
Efek deterministik pada organ reproduksi atau gonad adalah sterilitas
atau

kemandulan.

Pajanan

radiasi

pada

testis

akan

mengganggu

proses

pembentukan sel sperma yang akhirnya akan mempengaruhi jumlah sel sperma yang
akan dihasilkan. Dosis radiasi 0,15 Gy merupakan dosis ambang terjadinya
sterilitas

yang

bersifat

sementara

karena

sudah

mengakibatkan

terjadinya

penurunan jumlah sel sperma selama beberapa minggu. Sedangkan dosis ambang
sterilitas yang permanen berdasarkan ICRP 60 adalah 3,5 6 Gy. Semakin besar
dosis yang di terima testis, semakin banyak jumlah penurunan sel sperma dan
semakin lama waktu pulih kembali normal, selama belum mencapai dosis ambang
kemandulan permanen.
Pengaruh radiasi pada sel telur sangat bergantung pada usia. Semakin tua
usia, semakin sensitif terhadap radiasi karena semakin sedikit sel telur yang
masih tersisa dalam ovarium. Selain sterilitas, radiasi dapat menyebabkan
menopuse dini sebagai akibat dari gangguan hormonal sistem reproduksi. Dosis
ambang sterilitas menurut ICRP 60 adalah 2,5 6 Gy. Pada usia yang lebih muda
(20-an),

sterilitas

mencapai 12 15 Gy.

permanen

terjadi

pada

dosis

yang

lebih

tinggi

yaitu

Efek stokastik pada sel germinal lebih dikenal dengan efek pewarisan yang
terjadi karena mutasi pada gen atau kromosom sel pembawa keturunan (sel sperma
dan sel telur). Perubahan kode genetik akan diwariskan pada keturunan individu
terpajan. Penelitian pada hewan dan tumbuhan menunjukkan bahwa efek yang
terjadi bervariasi dari ringan hingga kehilangan fungsi atau kelainan anatomik
yang parah bahkan kematian prematur.

5.

Paru
Paru dapat terkena pajanan radiasi secara eksterna dan interna. Efek
deterministik berupa pneumonitis biasanya mulai timbul setelah beberapa minggu
atau bulan. Efek utama adalah pneumonitis interstisial yang dapat diikuti
dengan

terjadinya

fibrosis

sebagai

akibat

dari

rusaknya

sel

sistim

vaskularisasi kapiler dan jaringan ikat, yang dapat berakhir dengan kematian.
Kerusakan sel yang mengakibatkan terjadinya peradangan akut paru ini biasanya
terjadi pada dosis 5 15 Gy. Perkembangan tingkat kerusakan sangat bergantung
pada volume paru yang terkena radiasi dan laju dosis. Hal ini juga dapat
terjadi setelah inhalasi partikel radioaktif dengan aktivitas tinggi dan waktu
paro pendek.
Efek stokastik berupa kanker paru. Keadaan ini banyak dijumpai pada para
penambang uranium. Selama melakukan aktivitasnya, para pekerja menginhalasi
gas Radon-222 secara berkesinambungan sebagai hasil luruh dari uranium. Di
dalam paru, radon selama proses peluruhannya sampai mencapai bentuk stabil
yaitu timbal, akan melepaskan partikel alpa yang sangat berbahaya sebagai
sumber pajanan radiasi interna.

6.

Sistem Pencernaan
Bagian dari sistim ini yang paling sensitif terhadap radiasi adalah usus
halus. Kerusakan pada saluran pencernaan menimbulkan gejala mual, muntah,
diare, dan gangguan sistem pencernaan dan penyerapan makanan. Dosis radiasi
yang tinggi dapat mengakibatkan kematian karena dehidrasi akibat muntah dan
diare yang parah. Efek stokastik yang timbul berupa kanker pada epitel saluran
pencernaan.

G.
1.

Penyakit akibat radiasi


Radiodermatitis
Radiodermatitis adalah peradangan kulit yang terjadi akibat penyinaran
local dengan dosis tinggi. Dimulai dengan tanda kemerahan pada kulit yang
terkena radiasi, kemudian diikuti oleh masa tenang beberapa hari sampai 3
minggu

baru

kemudian

muncul

gejala

yang

khas

tergantung

dari

dosis

yang

diterima.

2.

Katarak
Katarak terjadi pada penyinaran mata dengan dosis diatas 1,5 Gray (Gy),
dengan masa tenang antara 5 10 tahun.

3.

Sterilitas (kemandulan)
Sterilitas dapat terjadi karena akibat penyinaran pada kelenjar kelamin.
Efek berupa pengurangan kesuburan sampai kemandulan. Sel sperma yang muda
lebih peka dari pada sel tua. Aktivitas pembentukan sperma dapat mulai menurun
pada dosis beberapa senti Gray (cGy).

4.

Sindrom Rasiasi Akut


Sindrom

Radiasi

Akut

dapat

terjadi

setelah

penyinaran

seluruh

tubuh

dengan dosis lebih dari 1 Gy yang diterima secara sekaligus dengan laju dosis
yang cukup tinggi oleh radiasi yang berdaya tembus besar.
Gejala diawali dengan gejala tidak khas seperti mual dan muntah, demam,
rasa lelah, sakit kepala serta diare, kemudian diikuti masa tenang selama 2
sampai 3 minggu. Pada masa ini gejala mereda, setelah masa tenang lewat, maka
timbul nyeri perut, diare, perdarahan, anemia, infeksi bahkan kematian.

PENUTUP

Demikian

yang

dapat

kami

paparkan

mengenai

materi

yang

menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak


kekurangan dan kelemahannya,karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya

rujukan

atau

referensi

yang

ada

hubungannya

dengan

judul makalah ini.


Penulis

banyak

berharap

para

pembaca

yang

budiman

sudi

memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi


sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
http://istimoanja.blogspot.com/2011/12/fisika-radiasi.html(12/11/2013; 11:07)
http://yosainto.wordpress.com/2011/11/21/efek-radiasi-bagi-tubuh/ (12/11/2013;
11:15)

http://www.guntara.com/2012/10/pengertian-dan-klasifikasi-radiasi.html (14/11/
2013; 9:02)
http://ss-radiology.blogspot.com/2008/08/efek-radiasi.html (14/11/2013; 9:03)
http://yosainto.wordpress.com/2011/11/20/beberapa-penyakit-akibat-radiasi/
(14/11/2013; 9:04)

Efek Radiasi Pengion Terhadap Manusia


Posted on September 25, 2009 by Ajunk

Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru dan lainnya. Setiap organ tubuh tersusun atas
jaringan yang merupakan kumpulan sel yang mempunyai fungsi dan struktur yang sama. Sel sebagai unit fungsional
terkecil dari tubuh dapat menjalankan fungsi hidup secara lengkap dan sempurna seperti pembelahan, pernafasan,
pertumbuhan dan lainnya. Sel terdiri dari dua komponen utama, yaitu sitoplasma dan inti sel (nucleus). Sitoplasma
mengandung sejumlah organel sel yang berfungsi mengatur berbagai fungsi metabolisme penting sel. Inti sel
mengandung struktur biologic yang sangat kompleks yang disebut kromosom yang mempunyai peranan penting
sebagai tempat penyimpanan semua informasi genetika yang berhubungan dengan keturunan atau karakteristik
dasar manusia. Kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang merupakan suatu
rantai pendek dari DNA (Deooxyribonucleic acid) yang membawa suatu kode informasi tertentu dan spesifik.
Interaksi antara radiasi dengan sel hidup merupakan proses yang berlangsung secara bertahap. Proses ini diawali
dengan tahap fisik dan diakhiri dengan tahap biologik. Ada empat tahapan interaksi, yaitu :
1. Tahap Fisik
Tahap Fisik berupa absorbsi energi radiasi pengion yang menyebabkan terjadinya eksitasi dan ionisasi pada molekul
atau atom penyusun bahan biologi. Proses ini berlangsung sangat singkat dalam orde 10-16 detik. Karena sel
sebagian besar (70%) tersusun atas air, maka ionisasi awal yang terjadi di dalam sel adalah terurainya molekul air
menjadi ion positif H2O+ dan e sebagai ion negatif. Proses ionisasi ini dapat ditulis dengan :
H2O + radiasi pengion > H2O+ + e
2. Tahap Fisikokimia
Tahap fisikokimia dimana atom atau molekul yang tereksitasi atau terionisasi mengalami reaksi-reaksi sehingga
terbentuk radikal bebas yang tidak stabil. Tahap ini berlangsung dalam orde 10-6 detik. Karena sebagian besar tubuh
manusia tersusun atas air, maka peranan air sangat besar dalam menentukan hasil akhir dalam tahap fisikokimia ini.
Efek langsung radiasi pada molekul atau atom penyusun tubuh selain air hanya memberikan sumbangan yang kecil
bagi akibat biologi akhir dibandingkan dengan efek tak langsungnya melalui media air tersebut. Ion-ion yang
terbentuk pada tahap pertama interaksi akan beraksi dengan molekul air lainnya sehingga menghasilkan beberapa
macam produk , diantaranya radikal bebas yang sangat reaktif dan toksik melalui radiolisis air, yaitu OH dan H+.
Reaksi kimia yang terjadi dalam tahap kedua interaksi ini adalah:
H2O+ -> H+ + OH
H2 O + e

>

H2O

H2O > OH + H+
Radikal bebas OH dapat membentuk peroksida (H2O2 ) yang bersifat
oksidator kuat melalui reaksi berikut :
OH + OH + > H2O2
3. Tahap Kimia Dan Biologi
Tahap kimia dan biologi yang berlangsung dalam beberapa detik dan ditandai dengan terjadinya reaksi antara radikal
bebas dan peroksida dengan molekul organik sel serta inti sel yang terdiri atas kromosom. Reaksi ini akan
menyebabkan terjadinya kerusakan-kerusakan terhadap molekul-molekul dalam sel. Jenis kerusakannya bergantung
pada jenis molekul yang bereaksi. Jika reaksi itu terjadi dengan molekul protein, ikatan rantai panjang molekul akan
putus sehingga protein rusak. Molekul yang putus ini menjadi terbuka dan dapat melakukan reaksi lainnya. Radikal

bebas dan peroksida juga dapat merusak struktur biokimia molekul enzim sehingga fungsi enzim terganggu.
Kromosom dan molekul DNA di dalamnya juga dapat dipengaruhi oleh radikal bebas dan peroksida sehingga terjadi
mutasi genetik.
4. Tahap Biologis
Tahap biologis yang ditandai dengan terjadinya tanggapan biologis yang bervariasi bergantung pada molekul penting
mana yang bereaksi dengan radikal bebas dan peroksida yang terjadi pada tahap ketiga. Proses ini berlangsung
dalam orde beberapa puluh menit hingga beberapa puluh tahun, bergantung pada tingkat kerusakan sel yang terjadi.
Beberapa akibat dapat muncul karena kerusakan sel, seperti kematian sel secara langsung, pembelahan sel
terhambat atau tertunda serta terjadinya perubahan permanen pada sel anak setelah sel induknya membelah.
Kerusakan yang terjadi dapat meluas dari skala seluler ke jaringan, organ dan dapat pula menyebabkan kematian.
Dilihat dari interaksi biologi tadi di atas, maka secara biologis efek radiasi dapat dibedakan atas :
1. Berdasarkan jenis sel yang terkena paparan radiasi
Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetic adalah sel telur pada perempuan dan
sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh.
Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas :

Efek Genetik (non-somatik) atau efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu
yang terkena paparan radiasi.

Efek Somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi. Waktu yang
dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi sehingga dapat dibedakan atas :
o

Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam waktu
singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema
(memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam
waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi.

Efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah


(bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker.

waktu

yang

lama

2. Berdasarkan dosis radiasi


Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi dibedakan atas efek
stokastik dan efek deterministic (non-stokastik).
i. Efek Stokastik adalah efek yang penyebab timbulnya merupakan fungsi dosis radiasi dan diperkirakan tidak
mengenal dosis ambang. Efek ini terjadi sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya
perubahan pada sel. Radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada
sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel
tetapi mengubah sel, sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari
sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau
transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang
dan baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang
terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel
yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada
turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut

dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya,
akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker.
Maka dari itu dapat disimpulkan ciri-ciri efek stokastik a.l :

Tidak mengenal dosis ambang

Timbul setelah melalui masa tenang yang lama

Keparahannya tidak bergantung pada dosis radiasi

Tidak ada penyembuhan spontan

Efek ini meliputi : kanker, leukemia (efek somatik), dan penyakit keturunan

(efek genetik).

ii. Efek Deterministik (non-stokastik) adalah efek yang kualitas keparahannya bervariasi menurut dosis dan hanya
timbul bila dosis ambang dilampaui. Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang
mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada
seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold
dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan
meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada
dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah
nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.
Adapun ciri-ciri efek non-stokastik a.l :

Mempunyai dosis ambang

Umumnya timbul beberapa saat setelah radiasi

Adanya penyembuhan spontan (tergantung keparahan)

Tingkat keparahan tergantung terhadap dosis radiasi

Efek ini meliputi : luka bakar, sterilitas / kemandulan, katarak (efek somatik)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan :


*Efek Genetik merupakan efek stokastik, sedangkan Efek Somatik dapat berupa stokastik maupun deterministik
(non-stokastik)

Anda mungkin juga menyukai