BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap
aktivitas
yang
kita
lakukan
atau
suatu
alat
yang
kita
unsure-unsur
radiasi.
Radiasi
adalah
setiap
proses
di
mana energi bergerak melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya
diserap oleh benda lain. Radiasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan
manusia. Dalam dunia kedokteran, radiasi dimanfaatkan sebagai bahan
untuk mendiagnosa. Seperti sinar X untuk keperluan radiologi, cahaya
tampak untuk tindakan endoskopi, sinar ultraviolet untuk sterilisasi
dan masih banyak yang lainnya.
Selain mempunyai manfaat seperti yang telah dipaparkan diatas,
radiasi juga memiliki beberapa efek atau dampak yang ditimbulkan bagi
manusia. Tetapi manusia jarang sekali memperhatikan dan mempedulikan
dampak yang ditimbulkan oleh adanya radiasi tersebut. Dalam makalah
kali ini, akan membahas radiasi dan bahaya-bahaya yang ditimbulkan
agar mahasiswa dan masyarakat lebih tau tentang radiasi.
B.
Rumusan masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
C.
1.
Tujuan
Tujuan umum
Mahasiswa menguasai konsep radiasi.
2.
a.
b.
c.
d.
Tujuan khusus
Mahasiswa mengetahui apa itu radiasi.
Mahasiswa mengetahui klasifikasi dan sumber radiasi
Mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis-jenis radiasi.
Mahasiswa dapat mengetahui tentang radiasi interna dan eksterna.
e.
f.
g.
h.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian radiasi
Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk
partikel atau gelombang. Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu
materi
atau
ruang
dalam
elektromagnetik/cahaya
gelombang
atau
bentuk
(foton)
partikel
panas,
dari
berenergi
partikel
sumber
tinggi
atau
radiasi.
yang
gelombang
Radiasi
berasal
dari
adalah
sumber
B.
Sumber radiasi
Sumber
radiasi
terbagi
menjadi
dua
yaitu
sumber
radiasi
alam,
dimana sumber radiasi alam sudah ada sejak alam semesta terbentuk, dan
radiasi yang dipancarkan oleh sumber alam ini disebut radiasi latar
belakang, contoh sumber radiasi alam adalah sumber radiasi kosmik,
sumber radiasi terestrial (primordial), dan sumber radiasi dari dalam
tubuh manusia. Sumber radiasi buatan, yang baru diproduksi di abad 20,
tetapi
telah
memberikan
paparan
secara
signifikan
kepada
manusia.
Ada
dua
sumber
C.
1.
radiasi
buatan
manusia
yaitu
sumber
(terbentuknya
berinteraksi
dengan
ion
sebuah
positif
materi.
dan
ion
Contoh
negative)
radiasi
apabila
yang
termasuk
Partikel Alpha
Mempunyai ukuran (volume) dan muatan listrik positif yang besar
dan tersusun dari dua proton dan dua neutron, sehingga identik dengan
inti atom helium. Daya ionisasi partikel alpha sangat besar, kurang
lebih
100
kali
daya
ionisasi
partikel
beta
dan
10.000
kali
daya
ionisasi sinar gamma. Karena mempunyai muatan listrik yang besar maka
partikel alpha tidak mampu menembus pori-pori kulit kita pada lapisan
yang paling luar sekalipun karena mempunyai ukuran yang besar.
b.
Partikel Beta
Mempunyai
ukuran
dan
muatan
listrik
lebih
kecil
dari
partikel
alpha. Daya ionisasi di udara 1/100 kali daya ionisasi partikel alpha.
Partikel beta mempunyai daya tembus lebih besar dari partikel alpha
karena ukurannya lebih kecil.
c.
Sinar Gamma
Sinar
sehingga
gamma
tidak
dikelompokkan
mempunyai
besaran
kedalam
volume
gelombang
dan
muatan
listrik
elektromagnetik.
Daya
Sinar-X
Mempunyai
kemiripan
dengan
sinar
gamma,
yaitu
dalam
hal
daya
jangkau pada suatu media dan pengaruhnya oleh medan listrik. Yang
membedakan
antara
keduanya
adalah
proses
terjadinya.
Sinar
gamma
dihasilkan dari proses peluruhan zat radioaktif yang terjadi pada inti
atom,
sedangkan
sinar-X
dihasilkan
pada
waktu
electron
berenergi
Partikel neutron
Partikel neutron mempunyai ukuran kecil dan tidak mempunyai muatan
listrik,
serta
memiliki
daya
tembus
yang
tinggi.
Partikel
neutron
dapat dihasilkan dari reaksi nuklir antara satu unsure tertentu dengan
unsure lainnya.
2.
Radiasi non-pengion
Radiasi
menyebabkan
non-pengion
efek
adalah
ionisasi
jenis
apabila
radiasi
bereaksi
yang
dengan
tidak
akan
materi.
Yang
gelombang
mikro
(yang
digunakan
dalam
microwave
oven
dan
bentuk
panas),
cahaya
tampak,
sinar
ultra
violet
(yang
dipancarkan matahari).
a.
Sinar inframerah
Inframerah
adalah radiasi
tidak
radio.
dapat
yang
tidak
Sinar
inframerah
dilihat
tembus
oleh
pandang,
menghasilkan panas,Panjang
hubungan
yang
memiliki
berlawanan
karakteristik,
manusiatidak
dapat
ditimbulkan
gelombang pada
atau
dapat
berbanding
oleh
inframerah
terbalik
b.
Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet adalah radiasi elektromagnetis terhadap panjang
gelombangyang
lebih
pendek
dari
daerah
dengan
sinar
tampak,
namun
yang
berasal
dari
sumber
D.
1.
Radiasi interna
Radiasi
interna
adalah
penyinaran
dari
sumber
yang
terletak
di
luar
tubuh
manusia.
Radiasi
yang
lebih
berbahaya
adalah
radiasi
yang
lebih
banyak
berbahaya
dari
pada
sinar-X
dan
sinar
gamma
sebagai
sumber
radiasi interna.
2.
Radiasi eksterna
Pada radiasi eksterna, maka radiasi dapat mengenai seluruh tubuh
(penyinaran
total)
atau
pub
mengenai
sebagian
tubuh
(penyinaran
partial). Pada penyinaran ini sinar alpha, electron yang berasal dari
konversi internal, dan sinat beta yang energinya , 65 keV tidak cukup
kuat untuk menembus kulit. Karena itu ketiga jenis radiasi ini tidak
menimbulkan bahaya pada penyinaran luar. Sinar-X, sinar gamma, neutron
dan
sinar
menyinari
beta
yang
jaringan
radiasi eksterna.
energinya
dalam
tubuh,
65
keV
sehingga
dapat
menembus
berbahaya
kulit
sebagai
dan
sumber
E.
tubuh
manusia
(terlepas
dari
berat
atau
ringannya
akibat
mengenai
jaringan
tersebut.
Semua
dosis
radiasi,
besar
atau
terjadi
suatu
perubahan
dalam
suatu
sel
atau
jaringan
yang
stokastik
ini
biasanya
mempunyai
kelainan
dari
organ
yang
bersifat kronis yang biasanya dihubungkan dengan terjadinya perubahanperubahan genetik dalam sel-sel tersebut. Selain dikenal dengan efek
stokastik, juga dikenal dengan efek deterministik atau non-stokastik,
yaitu jika sel dalam organ atau jaringan banyak yang mati atau tidak
dapat lagi bereproduksi dan berfungsi secara normal, fungsi organ akan
hilang. Hilangnya fungsi itu akan semakin parah bila jumlah sel yang
menderita akibat bertambah.
Beberapa efek biologi pada tubuh manusia :
1.
Efek genetik
Efek biologi dari radiasi ionisasi pada generasi yang belum lahir disebut
efek genetik. Efek ini timbul karena kerusakan molekul DNA pada sperma atau
ovarium akibat radiasi. Atau, bila radiasi berinteraksi dengan makro molekul
DNA, dapat memodifikasi struktur molekul ini dengan cara memecah kromosom atau
mengubah
jumlah
DNA
yang
terdapat
dalam
sel
melalui
perubahan
informasi
genetik sel. Tipe ini dapat menimbulkan penyakit genetik yang diteruskan ke
generasi berikutnya.
2.
Efek somatik
Bila organisme (seperti manusia) yang terkena radiasi mengalami kerusakan
biologi sebagai akibat penyinaran, efek penyinaran tersebut diklasifikasikan
sebagai efek somatik. Efek ini tergantung pada lamanya terkena radiasi sampai
pertama
timbulnya
gejala
kerusakan
radiasi.
Selanjutnya
diklasifikasikan
Efek stokastik
Efek stokastik adalah efek radiasi yang kebolehjadian timbulya merupakan
fungsi
dosis
radiasi
dan
diperkirakan
tidak
mengenal
dosis
ambang.
Efek
4.
Non
Stokastik
adalah
efek
radiasi
yang
kualitas
keparahannya
bervariasi menurut dosis dan hanya timbul bila dosis ambang dilampaui. Efek
non stokastik memiliki ciri-ciri:
a.
b.
c.
d.
e.
Efek genetic adalah efek stokastik, sedangkan efek somatic dapat stokastik
(leukemia, kanker) maupun non stokastik.
5.
Efek teratogenik
Efek teratogenik adalah efek timbulnya cacat bawaan, karena penyinaran
yang terjadi sewaktu janin berada dalam kandungan. Efek ini dapat berupa
kematian dalam kandungan atau kematian segera setelah bayi lahir, kemunduran
pertumbuhan, maupun kelainan bawaan, tergantung saat penyinaran terjadi. Pada
usai kurang dari 15 hari umur kehailan, maka hasil konsepsi biasanya mengalami
kematian. Apabila penyinaran terjadi pada usia kehamilan antara 15 hari sampai
50 hari, maka pada umumnya terjadi kelainan bawaan. Sedangkan penyinaran
setelah usia kehamilan 50 hari dapat berakibat gangguan pertumbuhan janin
dalam kandungan.
F.
sensitivitas
dari
jaringan
penyusun
organ
berbeda-beda
bergantung
1.
Dosis sekitar 0,5 Gy pada sumsum tulang sudah dapat menyebabkan penekanan
proses pembentukan komponen sel darah sehingga jumlahnya mengalami penurunan.
Jumlah sel limfosit menurun dalam waktu beberapa jam pasca pajanan radiasi,
sedangkan jumlah granulosit dan trombosit juga menurun tetapi dalam waktu yang
lebih lama, beberapa hari atau minggu. Sementara penurunan jumlah eritrosit
terjadi lebih lambat, beberapa minggu kemudian. Penurunan jumlah sel limfosit
absolut/total
dapat
digunakan
untuk
memperkirakan
tingkat
keparahan
yang
dosis
yang
lebih
tinggi,
individu
terpajan
mengalami
kematian
sebagai akibat dari infeksi karena menurunan jumlah sel darah putih (limfosit
dan
granulosit)
atau
dari
pendarahan
yang
tidak
dapat
dihentikan
karena
2.
Kulit
Efek deterministik pada kulit bervariasi dengan besarnya dosis. Pajanan
radiasi sekitar 2-3 Gy dapat menimbulkan efek kemerahan (eritema) sementara
yang timbul dalam waktu beberapa jam. Beberapa minggu kemudian, eritema akan
kembali muncul sebagai akibat dari hilangnya sel-sel basal pada epidermis.
Dosis sekitar 3 8 Gy menyebabkan terjadinya kerontokan rambut (epilasi) dan
pengelupasan kering (deskuamasi kering) dalam waktu 3 6 minggu setelah
pajanan radiasi. Pada dosis yang lebih tinggi, 12 20 Gy, akan mengakibatkan
terjadinya pengelupasan kulit disertai dengan pelepuhan dan bernanah (blister)
serta peradangan akibat infeksi pada lapisan dalam kulit (dermis) sekitar 4
6
minggu
kemudian.
Kematian
jaringan
(nekrosis)
dalam
waktu
10
minggu
pemajanan radiasi dengan dosis lebih besar dari 20 Gy, sebagai akibat dari
kerusakan yang parah pada pembuluh darah. Bila dosis yang di terima sekitar 50
Gy, nekrosis akan terjadi dalam waktu yang lebih singkat yaitu sekitar 3
minggu.
3.
Mata
Mata terkena pajanan radiasi baik akibat dari radiasi lokal (akut atau
protraksi) maupun pajanan radiasi seluruh tubuh. Lensa mata merupakan bagian
dari struktur mata yang paling sensitif terhadap radiasi. Terjadinya kekeruhan
atau hilangnya sifat transparansi lensa mata sudah mulai dapat dideteksi
setelah pajanan radiasi yang relatif rendah yaitu sekitar 0,5 Gy dan bersifat
akumulatif.
Dengan
demikian
tidak
seperti
efek
deterministik
pada
organ
lainnya, katarak tidak akan terjadi beberapa saat setelah pajanan, tetapi
setelah masa laten antara 6 bulan sampai 35 tahun, dengan rerata sekitar 3
tahun.
4.
Organ reproduksi
Efek deterministik pada organ reproduksi atau gonad adalah sterilitas
atau
kemandulan.
Pajanan
radiasi
pada
testis
akan
mengganggu
proses
pembentukan sel sperma yang akhirnya akan mempengaruhi jumlah sel sperma yang
akan dihasilkan. Dosis radiasi 0,15 Gy merupakan dosis ambang terjadinya
sterilitas
yang
bersifat
sementara
karena
sudah
mengakibatkan
terjadinya
penurunan jumlah sel sperma selama beberapa minggu. Sedangkan dosis ambang
sterilitas yang permanen berdasarkan ICRP 60 adalah 3,5 6 Gy. Semakin besar
dosis yang di terima testis, semakin banyak jumlah penurunan sel sperma dan
semakin lama waktu pulih kembali normal, selama belum mencapai dosis ambang
kemandulan permanen.
Pengaruh radiasi pada sel telur sangat bergantung pada usia. Semakin tua
usia, semakin sensitif terhadap radiasi karena semakin sedikit sel telur yang
masih tersisa dalam ovarium. Selain sterilitas, radiasi dapat menyebabkan
menopuse dini sebagai akibat dari gangguan hormonal sistem reproduksi. Dosis
ambang sterilitas menurut ICRP 60 adalah 2,5 6 Gy. Pada usia yang lebih muda
(20-an),
sterilitas
mencapai 12 15 Gy.
permanen
terjadi
pada
dosis
yang
lebih
tinggi
yaitu
Efek stokastik pada sel germinal lebih dikenal dengan efek pewarisan yang
terjadi karena mutasi pada gen atau kromosom sel pembawa keturunan (sel sperma
dan sel telur). Perubahan kode genetik akan diwariskan pada keturunan individu
terpajan. Penelitian pada hewan dan tumbuhan menunjukkan bahwa efek yang
terjadi bervariasi dari ringan hingga kehilangan fungsi atau kelainan anatomik
yang parah bahkan kematian prematur.
5.
Paru
Paru dapat terkena pajanan radiasi secara eksterna dan interna. Efek
deterministik berupa pneumonitis biasanya mulai timbul setelah beberapa minggu
atau bulan. Efek utama adalah pneumonitis interstisial yang dapat diikuti
dengan
terjadinya
fibrosis
sebagai
akibat
dari
rusaknya
sel
sistim
vaskularisasi kapiler dan jaringan ikat, yang dapat berakhir dengan kematian.
Kerusakan sel yang mengakibatkan terjadinya peradangan akut paru ini biasanya
terjadi pada dosis 5 15 Gy. Perkembangan tingkat kerusakan sangat bergantung
pada volume paru yang terkena radiasi dan laju dosis. Hal ini juga dapat
terjadi setelah inhalasi partikel radioaktif dengan aktivitas tinggi dan waktu
paro pendek.
Efek stokastik berupa kanker paru. Keadaan ini banyak dijumpai pada para
penambang uranium. Selama melakukan aktivitasnya, para pekerja menginhalasi
gas Radon-222 secara berkesinambungan sebagai hasil luruh dari uranium. Di
dalam paru, radon selama proses peluruhannya sampai mencapai bentuk stabil
yaitu timbal, akan melepaskan partikel alpa yang sangat berbahaya sebagai
sumber pajanan radiasi interna.
6.
Sistem Pencernaan
Bagian dari sistim ini yang paling sensitif terhadap radiasi adalah usus
halus. Kerusakan pada saluran pencernaan menimbulkan gejala mual, muntah,
diare, dan gangguan sistem pencernaan dan penyerapan makanan. Dosis radiasi
yang tinggi dapat mengakibatkan kematian karena dehidrasi akibat muntah dan
diare yang parah. Efek stokastik yang timbul berupa kanker pada epitel saluran
pencernaan.
G.
1.
baru
kemudian
muncul
gejala
yang
khas
tergantung
dari
dosis
yang
diterima.
2.
Katarak
Katarak terjadi pada penyinaran mata dengan dosis diatas 1,5 Gray (Gy),
dengan masa tenang antara 5 10 tahun.
3.
Sterilitas (kemandulan)
Sterilitas dapat terjadi karena akibat penyinaran pada kelenjar kelamin.
Efek berupa pengurangan kesuburan sampai kemandulan. Sel sperma yang muda
lebih peka dari pada sel tua. Aktivitas pembentukan sperma dapat mulai menurun
pada dosis beberapa senti Gray (cGy).
4.
Radiasi
Akut
dapat
terjadi
setelah
penyinaran
seluruh
tubuh
dengan dosis lebih dari 1 Gy yang diterima secara sekaligus dengan laju dosis
yang cukup tinggi oleh radiasi yang berdaya tembus besar.
Gejala diawali dengan gejala tidak khas seperti mual dan muntah, demam,
rasa lelah, sakit kepala serta diare, kemudian diikuti masa tenang selama 2
sampai 3 minggu. Pada masa ini gejala mereda, setelah masa tenang lewat, maka
timbul nyeri perut, diare, perdarahan, anemia, infeksi bahkan kematian.
PENUTUP
Demikian
yang
dapat
kami
paparkan
mengenai
materi
yang
rujukan
atau
referensi
yang
ada
hubungannya
dengan
banyak
berharap
para
pembaca
yang
budiman
sudi
DAFTAR PUSTAKA
http://istimoanja.blogspot.com/2011/12/fisika-radiasi.html(12/11/2013; 11:07)
http://yosainto.wordpress.com/2011/11/21/efek-radiasi-bagi-tubuh/ (12/11/2013;
11:15)
http://www.guntara.com/2012/10/pengertian-dan-klasifikasi-radiasi.html (14/11/
2013; 9:02)
http://ss-radiology.blogspot.com/2008/08/efek-radiasi.html (14/11/2013; 9:03)
http://yosainto.wordpress.com/2011/11/20/beberapa-penyakit-akibat-radiasi/
(14/11/2013; 9:04)
Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru dan lainnya. Setiap organ tubuh tersusun atas
jaringan yang merupakan kumpulan sel yang mempunyai fungsi dan struktur yang sama. Sel sebagai unit fungsional
terkecil dari tubuh dapat menjalankan fungsi hidup secara lengkap dan sempurna seperti pembelahan, pernafasan,
pertumbuhan dan lainnya. Sel terdiri dari dua komponen utama, yaitu sitoplasma dan inti sel (nucleus). Sitoplasma
mengandung sejumlah organel sel yang berfungsi mengatur berbagai fungsi metabolisme penting sel. Inti sel
mengandung struktur biologic yang sangat kompleks yang disebut kromosom yang mempunyai peranan penting
sebagai tempat penyimpanan semua informasi genetika yang berhubungan dengan keturunan atau karakteristik
dasar manusia. Kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang merupakan suatu
rantai pendek dari DNA (Deooxyribonucleic acid) yang membawa suatu kode informasi tertentu dan spesifik.
Interaksi antara radiasi dengan sel hidup merupakan proses yang berlangsung secara bertahap. Proses ini diawali
dengan tahap fisik dan diakhiri dengan tahap biologik. Ada empat tahapan interaksi, yaitu :
1. Tahap Fisik
Tahap Fisik berupa absorbsi energi radiasi pengion yang menyebabkan terjadinya eksitasi dan ionisasi pada molekul
atau atom penyusun bahan biologi. Proses ini berlangsung sangat singkat dalam orde 10-16 detik. Karena sel
sebagian besar (70%) tersusun atas air, maka ionisasi awal yang terjadi di dalam sel adalah terurainya molekul air
menjadi ion positif H2O+ dan e sebagai ion negatif. Proses ionisasi ini dapat ditulis dengan :
H2O + radiasi pengion > H2O+ + e
2. Tahap Fisikokimia
Tahap fisikokimia dimana atom atau molekul yang tereksitasi atau terionisasi mengalami reaksi-reaksi sehingga
terbentuk radikal bebas yang tidak stabil. Tahap ini berlangsung dalam orde 10-6 detik. Karena sebagian besar tubuh
manusia tersusun atas air, maka peranan air sangat besar dalam menentukan hasil akhir dalam tahap fisikokimia ini.
Efek langsung radiasi pada molekul atau atom penyusun tubuh selain air hanya memberikan sumbangan yang kecil
bagi akibat biologi akhir dibandingkan dengan efek tak langsungnya melalui media air tersebut. Ion-ion yang
terbentuk pada tahap pertama interaksi akan beraksi dengan molekul air lainnya sehingga menghasilkan beberapa
macam produk , diantaranya radikal bebas yang sangat reaktif dan toksik melalui radiolisis air, yaitu OH dan H+.
Reaksi kimia yang terjadi dalam tahap kedua interaksi ini adalah:
H2O+ -> H+ + OH
H2 O + e
>
H2O
H2O > OH + H+
Radikal bebas OH dapat membentuk peroksida (H2O2 ) yang bersifat
oksidator kuat melalui reaksi berikut :
OH + OH + > H2O2
3. Tahap Kimia Dan Biologi
Tahap kimia dan biologi yang berlangsung dalam beberapa detik dan ditandai dengan terjadinya reaksi antara radikal
bebas dan peroksida dengan molekul organik sel serta inti sel yang terdiri atas kromosom. Reaksi ini akan
menyebabkan terjadinya kerusakan-kerusakan terhadap molekul-molekul dalam sel. Jenis kerusakannya bergantung
pada jenis molekul yang bereaksi. Jika reaksi itu terjadi dengan molekul protein, ikatan rantai panjang molekul akan
putus sehingga protein rusak. Molekul yang putus ini menjadi terbuka dan dapat melakukan reaksi lainnya. Radikal
bebas dan peroksida juga dapat merusak struktur biokimia molekul enzim sehingga fungsi enzim terganggu.
Kromosom dan molekul DNA di dalamnya juga dapat dipengaruhi oleh radikal bebas dan peroksida sehingga terjadi
mutasi genetik.
4. Tahap Biologis
Tahap biologis yang ditandai dengan terjadinya tanggapan biologis yang bervariasi bergantung pada molekul penting
mana yang bereaksi dengan radikal bebas dan peroksida yang terjadi pada tahap ketiga. Proses ini berlangsung
dalam orde beberapa puluh menit hingga beberapa puluh tahun, bergantung pada tingkat kerusakan sel yang terjadi.
Beberapa akibat dapat muncul karena kerusakan sel, seperti kematian sel secara langsung, pembelahan sel
terhambat atau tertunda serta terjadinya perubahan permanen pada sel anak setelah sel induknya membelah.
Kerusakan yang terjadi dapat meluas dari skala seluler ke jaringan, organ dan dapat pula menyebabkan kematian.
Dilihat dari interaksi biologi tadi di atas, maka secara biologis efek radiasi dapat dibedakan atas :
1. Berdasarkan jenis sel yang terkena paparan radiasi
Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetic adalah sel telur pada perempuan dan
sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh.
Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas :
Efek Genetik (non-somatik) atau efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu
yang terkena paparan radiasi.
Efek Somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi. Waktu yang
dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi sehingga dapat dibedakan atas :
o
Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam waktu
singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema
(memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam
waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi.
waktu
yang
lama
dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya,
akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker.
Maka dari itu dapat disimpulkan ciri-ciri efek stokastik a.l :
Efek ini meliputi : kanker, leukemia (efek somatik), dan penyakit keturunan
(efek genetik).
ii. Efek Deterministik (non-stokastik) adalah efek yang kualitas keparahannya bervariasi menurut dosis dan hanya
timbul bila dosis ambang dilampaui. Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang
mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada
seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold
dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan
meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada
dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah
nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.
Adapun ciri-ciri efek non-stokastik a.l :
Efek ini meliputi : luka bakar, sterilitas / kemandulan, katarak (efek somatik)