Anda di halaman 1dari 24

TAHAP PENURUNAN AL QURAN

UNTUK MEMENUHI TUGAS UAS


MATAKULIAH ULUMUL QURAN
DOSEN PENGAMPUH Dra siti nur janah MAG

Disusun oleh :
NAMA : ANANDA PAHMIL HUDA

KELAS : E

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
JURAI SIWO METRO

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah rabbal alamin Tuhan pemberi taufiq hidayah dan
inayah bagi kami melalui ilmu-Nya Yang Maha Luas dan tak terkira sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ulumul quran ini. Shalawat dan salam
mudah-mudahan selalu tercurah kepada rasulullah Muhammad saw sebagai
nabi penutup dan rasul pemungkas serta pemimpin umat sampai akhir
zaman.
Makalah akuntansi manajemen yang berjudul aspek sejarahturunnya
al quran ini merupakan sedikit ulasan Walaupun pembahasan kami
belumlah lengkap, namun kami telah berusaha semampu kami dalam
menyusun makalah ini dan kami berharap makalah ini dapat menjadi
pedoman bagi para pembaca
Akhirnya, meskipun kami telah berusaha sejauh kemampuan yang ada,
tetapi ada sebuah kata klasik menyebutkan tak ada gading yang tak retak.
Kami menyadari hal, itu tegur sapa yang konstruktif teristimewa yang

berkaitan dengan makalah ini untuk selanjutnyaadalah merupakan sebuah


penantian dari penulis.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................

KATA PENGANTAR...............................................

ii

DAFTAR ISI.........................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................
B. Rumusan Masalah...................................................
C. Tujuan Makalah.......................................................
BAB II PEMBAHASAN

A. MENJELANG TURUNNYA AL,QURAN


B.
C.
D.
E.

NUZUL AL-QURAN (TURUNNY ALQURAN)


NABI DAN PENERIMAAN WAHYU
RUANG LINGKUP KAJIAN NUZUL ALQURAN
PERIODE PENURUNAN ALQURAN

4
4

A LATAR BELAKANG
alasan atau hikmah mengapa alquran di turunkan di jazirah arab; dimana terlihat bahwa wilayah
ini merupakan lahan yang masih subur dan siap menerima Alqran kecintaan mereka kepada
kejujuran dan kepolosan mereka membuat mudahnya mereka menerima ajaran islam. Selain itu,
di tambah pula dengan bahasa Arab, yang menjadi bahasa mereka sehari-hari, lebih mapan jika
di bandingkan dengan bahasa lainnya. Nasir Omar (2001) mengatakan, Di antara hikmah
mengapa Alquran diturunkan dalam bahasa Arab adalah karena bahasa ini lebih mapan dari
bahasa lainnya,tidak mengalami banyak perubahan. Bandingkan, misalnya bahasa Alquranyang di turunkan ribuan tahun yang lalu- dengan bahasa fusha yang di gunakan di jazirah arab
saat ini; terlihat tidak ada perbedaan. Berbeda dengan bahasa lainnya, banyak mengalami
perubahan bahkan ada bahasa yang mati
B RUMUASAN MASALAH
A kapan al quran di turunkan
B. di mana al quran di turunkan
c. pada siapa al quran di turunkan
C. TUJUAN MAKALAH
A. untuk mengetahi kapan turunnya al quran
B. utung mengetahui bagai mana al di turunkan

BAB II
ASPEK SEJARAH ALQURAN

A. MENJELANG TURUNNYA ALQURAN

Menjelang di utusnya Muhammad SAW dan turunnya Alquran, di belahan dunia


timur dan barat terdapat dua kerajaan adidaya, yaitu romawi dan persia. Kerajaan romawi
meliputi wilayah bagian barat seperti benua eropa dan sebagian afrika, termasuk di
antaranya mesir. Sedangkan kerajaan persia meliputi wilayah bagian timur, seperti iran,
irak, afganistan, dan daerah di sekitarnya. Kedua kerajaan adidaya ini mempunyai
kebudayaan yang berbeda; romawi di dominasi oleh agama kristen, sedangkan persia di
dominasi oleh budaya agama zoroaster.
Kedua kerajaan ini sangat kacau dan biadab. Masyarakat kerajaan romawi suka
berfoya-foya, dan melakukan kekerasan. Bahkan para pembesar mereka gemar kepada
segala sesuatu yang cabul dan berbuat kejahatan.1 Kekacauan ini di tambah lagi dengan
pertikaian dalam kehidupan beragama.
Demikian pula masyarakat kerajaan persia, pada abad ke-5 di wilayah ini muncul
suatu aliran mazdak, yang menghalalkan harta benda dan wanita dengan bebas. An-nadwi
dengan mengutip buku manatan sarah, mengatakan, seluruh kehormatan telah ternodai.
Terjadi pemerkosaan terhadap gadis-gadis perawan dimana-mana. Generasi yang tumbuh
di masa itu adalah suatu generasi yang bobrok yang tidak mempunyai program hidup.
1 Abu Al-Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi. As-Sirah An-Nabawiyah (terjemah bey Arifin) Surabaya: Bina
ilmu, 1989, hlm.9.

Mereka sma sekali tidak pernah memikirkan nasib bangsanya. Pada umumnya mereka itu
lebih suka berlaku jahat, seperti menghasut, berbuat kejih, mengadu orang, dan
memfitnah.
Jazirah arab, dimana Muhammad SAW di lahirkan dan Alquran di turunkan,
berada di luar kedua kerajaan besar tersebut. Daerah ini tidak pernah masuk dalam
wilayah kekuasaan salah satu kedua kerajaan adidaya itu, walaupun daerah ini selalu
menjadi sasaran ekspansi keduanya. Namun, daerah ini tidak pernah mereka kuasai. Di
antara sebabnya adalah jauhnya daerah ini dari pusat kerajaan, baik romawi maupun
persia.
Di sebabkan jauhnya jazirah arab dari pusat kerajaan romawi dan persia, di
tambah dengan tidak pernahnya wilayah ini mereka kuasai, maka tentu pengaruh dan
kebobrokan budaya kedua kerajaan adidaya tersebut tidak banyak pengaruhnya terhadap
masyarakat arab. Apalagi budaya nenek moyang mereka, ibrahim AS, masih melekat dan
sangat mereka cintai, kendatipun telah telah terjadi penyelewengan ajaran. Hal ini
tergambar pada sikap mereka masih mencintai kejujuran dan keterbukaan menerima
kebenaran. Mereka kagum kepada Muhammad SAW, misalnya, karna kejujuran beliau
sehingga mereka gelari dengan sebutan al-amin.
Ini salah satu alasan atau hikmah mengapa alquran di turunkan di jazirah arab;
dimana terlihat bahwa wilayah ini merupakan lahan yang masih subur dan siap menerima
Alqran kecintaan mereka kepada kejujuran dan kepolosan mereka membuat mudahnya
mereka menerima ajaran islam. Selain itu, di tambah pula dengan bahasa Arab, yang
menjadi bahasa mereka sehari-hari, lebih mapan jika di bandingkan dengan bahasa
lainnya. Nasir Omar (2001) mengatakan, Di antara hikmah mengapa Alquran diturunkan
dalam bahasa Arab adalah karena bahasa ini lebih mapan dari bahasa lainnya,tidak
mengalami banyak perubahan. Bandingkan, misalnya bahasa Alquran- yang di turunkan
ribuan tahun yang lalu- dengan bahasa fusha yang di gunakan di jazirah arab saat ini;
terlihat tidak ada perbedaan. Berbeda dengan bahasa lainnya, banyak mengalami
perubahan bahkan ada bahasa yang mati.
Sebelum Alquran di turunkan, di tengah-tengah masyarakat arab terdapat budaya,
adat, dan tradisi, seperti sistem perkawinan, hukuman atas pelaku kejahatan, sistem waris,
dan kebiasaan dalam keluarga. Bahkan mereka juga menganut suatu sistem kepercayaan
dan ibadah yang mereka warisi dari nenek moyang, termasuk di antaranya hal-hal yang
berasal dari Nabi Ibrahim. Akan tetapi, telah terjadi banyak penyimpangan dan
perubahan.
Alquran turun merespon sistem kebudayaan dan kepercayaan tersebut; ia
meluruskan penyimpangan-penyimpangan, menghapuska tradisi yang tidak manusiawi,

melakukan perubahan terhadap suatu sistem, dan atau menerima suatu tradisi yang di
anggap baik.
B. NUZUL AL-QURAN (TURUNNY ALQURAN)
1. Pengertian
Secara bahasa, ungkapan nuzul al-quran terdiri dari dua kata, yaitu nuzul dan
al-quran. Nuzul artinya turun, maka ilmu nuzul al-quran secara harfiah berarti ilmu
tentang turunnya Alquran. Akan tetapi, apakah yang di maksud dengan turun di sini
turun(nuzul) mempunyai dua arti; pertama perpindahan tempat dari atas ke bawah,
seperti sesorang turun dari lantai dua ke lantai satu. Makna kedua adalahperubahan
keadaan sesuatu dari yang berkualitas menjadi yang kurang berkualitas seperti nilai ujian
mahasiswa turun dari A menjadi B. Jika turun yang seperti ini yang di maksud dengan
nuzul al-quran, dan al-quran di yakini kalam Allah yang qadim,justru itu ia tidak
mempunyai tempat. Apalagi turun dalam makna kedua; sebab tidak mungkin keadaan
kalam Allah yang qadim itu berubah, karena perubahan itu bertentangan dengan sifat
qadim-nya. Kedua, pengertian turun ini mendeskripsikan kalam Alah itu jisim, ini jelas
mustahil.
Az-zarkani menlak kedua makna di atas Alquran. Menurutnya, kedua makna ini
tidak layak digunakan terhadap Alquran, baik dalam pengertian Allah menurunkan
Alquran dari tempat yang tinggi kepada tempat yang rendah ataupun dalam makna
perubahan kualitas. Sebab hal ini membuat pengertian bahwa Alquran itu berasal dari
suatu tempat,jisim atau penurunan kualitas. Oleh sebab itu, Az-Zarqani melihat kata
nuzulitu sebagai majaz dalam arti ilam (pemberitahuan). 2 Maka kata nuzul alquran, menurutnya, berarti pemberitahuan alquran atau pemberitahian Allah kepada
manusia yang di sampaikan melalui alquran.
Secara istilah, ilmu nuzul al-quran adalah suatau ilmu yang mengkaji tentang
turunnya al-qur;an, berasal dari Allah yang maha mulya dan transenden, kepada
manusia- dalam hal ini Nabi- yang penuh dengan sifat kemanusiaannya dan suasana
manusiawi pula. Maka kadang-kadang Alquran itu di terima Nabi ketika ia berada di
2 Az-Zarqani, Manahil Al-Irfan Fi Ulum Al-Quran, Jilid I , Beirut: Dar Al-Fikr, 1988,hlm.43.

mekah atau madinah, ketika dalam perjalanan atau sedang berada di tempat tinggalnya,
dan di siang atau di malam hari.

2. Tahap Penurunan Alquran

Alquran itu sampai kepada Nabi melalui tiga tahap; pertama menyampaikan Alquran dari Allah
kepada lawh al-mahfuzh. Maksudnya, sebelum Alquran disampaikan kepada Rasulullah, sebagai
utusan Allah terhadap manusia, ia terlebih dahulu disampaikan kepada lawh al-mahfuzh, yaitu
suatu lembaran yang terpelihara dimana Alquran pertama kalinya ditulis pada lembaran tersebut.
Allah menjelaskan berikut ini,

(22) ( 21)

Tetapi ia (yang didustakan mereka) adalah Al Qur'an yang mulia, yang (tersimpan)
dalam lawh Lauh Mahfuzh.(Qs.Al-Buruj (85):21-22)
Tidak ada manusia yang tahu bagimana cara penyampaian Alquran dari Allah kelawh almahfuzh. Dan manusia tidak wajib mengetahuinya, tetapi wajib mempercayainya karena begitu
yang dikatakan Allah.

16Studi Alquran

Tahap kedua adalahturunnya Alquran ke langit pertama dengan sekaligus. Di langit


pertama itu, ia disimpan pada bayt al-izzah. Peurunan tahap kedua ini bertepatan dengan malam
qadar, seperti yang dijelaskan dalam surah Al-Qadar (97) ayat 1, Ad-Dukhan (44) ayat 3, dan AlBaqarah (2) ayat 185. Ibnu Abbas juga mengatakan, sebagaimna yang dikutip oleh Az-Zarqani,
Alquran diturunkan secara sekaligus kelangit dunia pada malam qadar. Setelah itu, ia
diturunkan kepada Nabi secara berangsur-angsur selama 20 tahun. 3
Tahap ketiga adlah turunnya Al-quran dari bayt al-izzah secara berangsur-angsur kepada
Nabi Muhammad melalui Jibril selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, atau selama 23 tahun. 4 Jibril
menyampaikan wahyu itu disampaikan beliau langsung menghafalnya. Alquran dalam surah AlBaqarah (2) ayat 97 menyebut hal tersebut, yaitu

,

Katakanlah : Siapa saja yang bermusuhan dengan Jibril , maka sesungguhnya Jibril itu telah
menurunkannya (Alquran) ke dalam hatimu dengan izin Allah , (ia) membenarkan kitab yang
ada dihadapannya dan (ia) merupakan petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang
mukmin.

3Para mufasir mengkaji hikmah penurunan Alquran ke langit pertama. Fakhruddin Ar-Razi, misalnya
mengatakan bahwa hikmah diturunkannya Alquran ke langit dunia adalah untuk kemaslahatan,yaitu agar
ia tidak jauh, baik dari Rasul maupun Malaikat, terutama Jibril sebagai penyampai wahyu kepada
Nabi.Pendapat Ar-Razi ini di komentari oleh Al-Hijazi. Dia mengatakan ; hal ini merupakan rahasia
Allah. Masalah tersebut lebih tinggi dari itu semua, di mana manusia sulit mengetahuinya(Mahmud
Hijazi, Al-Wihdah, Al-Mawdhuiyyahfi Al-Quran Al-Karim. Kairo . Matbaah Al-Madani,1970,hlm,74)
4Para ulama tidak
sepakat mengenai masa penurunan Alquran dari bayt al-izzah ini kepada Nabi
Muhammad;sebagian mereka berpendapat penurunan Alquran itu secara berangsur-angsur dalam tempo 25 tahun,
yang lain berpendapat 23 tahun, sebagian lagi berpendapat 22 tahun 2 bulan 22 hari, dan ada pula yang mengatakan
20 tahun.

Klasiikasi terhadap penurunan Alquran di atas didasarkan atas penyampaian Alquran dari
Allah kepada Nabi Muhammad. Apabila klasifikasi tersebut didasarkan pada periodik
penyampaian dakwah Islam dan penanaman serta pertumbuhan ajaran islam, maka penurunan
Alquran dpat di klasifikasikan pula kepada periodik Mekah dan Madinah. Periode Mekah
berlangsung lebih kurang 13 tahun dan periode Madinah lebih kurang selama 10 tahun. Dalam
kajian ulum Alquran, hal ini disebut dengan ilmu al-makkiyah wa al-madaniyah. Jumlah
surahyang diturunkan pada periode mekah lebih banyak dari jumlah surah yang diturunkan pada
periode Madinah.surah yang diturukann pada periode pertama dalah berjumlah 86 surah,
sedangkan periode kedua berjumlah 28 surah. Perbedaan antara kedua periode ini ditandai
dengan perjalanan dakwah Islam oleh Rasul, yaitu yang terdiri dari sebelum hijrahyang disebut
dengan periode mekah -dan setelah hijrah-yang disebut dengan periode Madinah.

Seperti yang telah digambarkan di atas, Alquran itu diturunkan kepada Nabi tidak dengan
sekaligus, tetapi secara berangsur-angsur. Hal ini pernah mendapat ejekan dan kritikan dari kaum
kafir; mereka mempertanyakan,Kenapa Alquran tidak diturunkan sekaligus.Kitab-kitab
sebelum Alquran diturunkan dengan sekaligus, seperti Turat Musa, Injil Isa, dan Zabur Dawud.
Maka Alquran Menjawab kritikan dan protes kaum kafir ini. Allah berfirman:


Orang-orang kafir itu berkata, kenapa Alquran tidak diturunkandengan sekaligus? Demikian itu
(berguna) agar Kami menetapkan hatimu dengannya, dan Kami membacanya secara tartil
(teratur dan benar). (Qs.Al-Furqan (25):32)

Dalam surah Al-Isra(17) ayat 106 dijelaskan pula:

Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya
perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.

Paling tidak ada empat hikmah atau tujuan kenapa Alquran diturunkan secara berangsurangsur, yaitu sebagai berikut.
a. Menetapkan atau menguatkan hati Nabi, seperti yang digambarkan dalam ayta diatas.
Dengan turunya Alquran secara berangsur-angsur, maka berarti Nabi akan selalu
berjumpa dengan Jibril dan menerima Alquran. Hal ini secara psikologis akan
berpengaruh kepada Nabi dalam menyampaikan risalah ilahi; ia akan menjadi tegar dan
kuat. Berbeda dengan turunya secara sekaligus, berjumpa dan mendapatkan seluruh ayat
kemudian tidak muncul lagi.
b. Berangsur-angsur dalam mendidik umat yang sedang tumbuh ini untuk menanamkan
ilmu dan amal. Hal ini dapat memberikan kemudahan kepada para sahabat dalam
memahami dan menghafal setiap ayat yang diturunkan, terlebih dulu mengamalkannya.
Betapa sulitnya memahami dan menghafal ayat-ayat yang begitu banyak jika ia
diturunkan sekaligus. Dan bahkan lebih sulit lagi mengamalkannya, karena perintah dan
larangan yang begitu banyak muncul secara bersamaan. Maka untuk itulah Allah
menurunkan ayta-ayat tersebut dengan berangsur-angsur.
c. Menyesuaikan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa itu. Pling tidak ada
dua hal yang menyebabkan perlunya menyesuian penurunan ayat dengan peristiwa yang
sedang terjadi; pertamaakan menimbulkan kesan yang mendalam sehingga umat islam
benar-benar merasa betapa butuhnya kepada Alquran. Bagaikan orang yang sedang sakit,
kemudian diberikan obat yang langsung menyebuhkan.5
5

Sebagai contoh, bagaimana Alquran benar-benar dirasakan sebagai penawar yang sanggat dibutuhkan,
dapat dilihat dalam asbab nuzul surah Al-Mujadilah (58) ayat 1-4, yaitu Khulah binti Tsalabah telah
dizihar oleh suaminya. Ia datang menghadap Rasulullah dengan harapan ada kelonggaran, agar ia menjadi
halal bagi suaminya kembali sehingga terjadilah dialog antara Nabi degannya, yaitu sebagai
berikut.Khulah: Ya Nabiyallah, bapak anakku, Aus bin As-Samit-orang yang paling aku cintai-telah
mengucapkan ungkapan zihar. Akan tetapi, demi Tuhan ia tidak mrnyebut talak. Ia hanya
berkata:Punggungmu menurutku seperti punggung ibuku.

Nabi

: Kamu telah haram baginya.

Dan kedua adalah berguna untukmenjawab pertanyaan-pertanyaan para sahabat secara


langsung dengan wahyu yang diturunkan ketika itu juga atau menunggu beberapa lama.
Hal ini selain menimbulkan kesan yang dalam kepada penanya, juga dapat menambah
keyakinan mereka

bahwa Alquran benar-benar datang dari Allah, sehingga harus

menunggu turunnya ayat berkenaan.


d. Memberikan isyarat yang nyata kepada musuh-musuh islam, bahwa Alquran adalah
kalam Tuhan yang datang dari Allah, bukan perkataan Nabi. Jika ia kalam Muhammad
maka ia dapat menggungkapkannya kapan dan dimana saja, tidak perlu menunggu.
3. Ayat yang Pertama dan Terakhir Turun
Alquran pertama kalinya diturunkan kepada Nabi Muhammad pada 17 Ramadhan tahun pertama
kenabian atau di waktu Muhammad telah di angkat menjdai Nabi. Sampai saat ini, tanggal
tersebut diperingati oleh umat Islam Indonesia setiap tahun sebagaia malam peringatan nuzulul
quran. Surah yang pertama turun adalah Al-Alaq (96) ayat 1-56, yaitu

6Khulah: Jangan berkata demikian ya NabiyallahKhulah terus-menerus datang kepada Rasul sambil berdoa, yaitu
Ya Allah, hari ini aku mengadu kepadamu tentang kesulitan dan kesendirianku. Betapa sakitnya aku berpisah
dengannya. Ya Allah, turunkanlah kepada lisan Nabi-Mu.
Allahmendengar Tanya jawab antara Rasul dengan Khulah ini, maka akhirnya turunlah ayat 1-4 Surah Al-Mujadilah
(58) tersebut sebagai kelonggaran yang diberikan Allah
Kepada Khulah. Betapa leganya hati Khulah menerima ayat ini. Tentu perasaan Khulah akan berbeda dengan apa
yang ia rasakan jika ayat itu sudah ada sebelum ia bertanya.
Sebenarnya para ulama mengenai ini tidak sependapat. Ada tiga pendapat, selin yang dijelaskan di atas, mengenai
ayat atau surah yang pertama kali turun, yaitu ada yang mengatakan surah Al-Fatihah (1), Al-Muddatstsir (74), dan

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan Yang Menciptakan.Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar manusia
(dengan perantara) qalam. Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.

Hal ini berdasarkan hadis riwayat Al-Bukhari, yang diterima dari Aisyah ra., ia
mengatakan:
Wahyu yang pertama sampai kepada Nabi dimulai dengan mimpi yang benara, yaitu
datang kepadanya seperti cahaya di waktu pagi. Kemudian Nabi melakukan khalwat di Gua Hira
untuk beribadah. Kemudian kembali kerumah, selanjutnya pergi lagi dengan diberi bekal oleh
Khadijah,sehingga

pada

suatu

ketika

datang

kepadanya

seorang

malaikat

seraya

berkata:Bacalah!: Aku menjawab, Saya tidak pandai membaca. Hal ini ia lakukan sampai
tiga kali. Akhirnya ia berkata:

ada pula yang menyatakan Basmallah. Akan tetapi pendapat yang paling kuat adalah pendapat diatas. Semua
pendapat ini masing-masing mempunyai alasan. Pendapat yang mengatakan bahwa ayat yang pertama turun adalah
Al-Maddatstsir (74) berhujah dengan hadis riwayat Asy-Syaikhani, yang diterima dari Abi Salamah bin
Abdurrahman. Ia berkata, Saya bertanya kepada Jabir bin Abdullah, Ayat apa yang turun sebelum segalanya?
Maka Ia

Al-Baihaqi juga meriwayatkan, yang diterima dari Aisyah ra.,ia berkata: Surah Alquran
yang pertama turun adalaha Iqrabismi rabbikal-ladzi khalaq.

Sedangkan ayat yang terakhir turun adalah surah Al-Baqarah (2) ayat 281,8 yaitu




Dan peliharalah diri kalian dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kalian
semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna
terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak didzalimi.(Al
Baqarah : 281)

7Menjawab:Ya ayyuhal mudahtstsir.Kemudian aku berkata,Atau iqra bismi rabbik? Jabir berkata,saya
ceritakan kepadamu apa yang telah diceritakan oleh Rasul kepada kami. Rasul berkata: Aku mengasingkan diri
drai Gua Hira, setelah habis aku pun turun ke lembah. Kemudian aku dipanggil oleh seorang, maka aku menoleh
kedepan, ke belakang, ke kanan ,dan ke kiri (tetapi tiada siapa-siapa). Selanjutnya aku melihat ke atas, ternyata ada
Jibril. Kemudian aku menggigil, aku lalu datang kepada Khadijah. Aku menyuruh orang-orang menyelimutiku.
Maka Allah menurunkan ayat ya ayyuhal muddatstsir qum fa andzir.Demikian pula pendapat-pendapat yang lain,
yang masing-masing didukung oleh hadis. Akan tetapi, jumhur ulama berpendapat bahwa ayat pertama turun ialah
awal surah Al-Alaq (96).

8Para ulama tidak sepakat mengenai ayat yang terakhir turun. Selain dari pendapat di atas, terdapat pula
pendapat lain, yaitu ada diantara mereka yang mengatakan bahwa ayat yang terakhir turun adalah Surah
Al-Baqarah (2) ayat 278, An-Nisa (4) yaat 176, At-Taubah (9) ayat 128-129, dan yang paling populer
adalah surah Al-Maidah (5) ayat 3. Akan tetapi, pendapat yang paling kuat adalah pendapat diatas, yaitu
surah Al-Baqarah (2) ayat 281. Masing-masing pendapat itu mempunyai alasan, tetapi alasan itu kurang
kuat jika dibandingkan dengan pendapat yang mengatakan bahwa yang terakhir turun tersebut surah AlBaqarah (2) ayat 281.

Saiid bin Al-Khudri, sebagaimana dikutip oleh As-sayuti, mengatakan, ayat ini turun
kepada Nabi sembilan hari menjelang beliau wafat. 9 Menurut Ibnu Abbas, ayat ini turun 81 hari
sebelum Rasul wafat.10
Jadi, inilah pendapat yang kuat dibandingkan dengan pendapat yang populer dikalangan
umat Islam, bahwa ayat yang terakhir turun adalah surah Al-Maidah (5) ayat 3. Ayat ini turun
dipadang Arafah ketika Rasulullah menunaikan haji terakhir, dan ia masih hidup beberapa bulan
lagi setelah itu. Sedangkan surah Al-Baqarah (2) ayat 281, turun 9 hari atau 81 hari menjelang
Rasul wafat.

C. NABI DAN PENERIMAAN WAHYU


Nabi Muhammad sebagai manusia biasa menerima bisikan dari Allah yang disebut dengan
wahyu. Bisikan itu berisi misi atau risalah ilahiah yang disampaikan kepadanya melalui Jibril.
Artinya, pewahyuan Alquran kepada Nabi menggambarkan terjadinya perjumpaan antara
makhluk material (jasmani), yaitu Nabi dengan makhluk immaterial (ruhani), yaitu Jibril. Dan
diterimanya wahyu oleh Nabi Muhammad dari Allah, berarti terjadinya interaksi antara makhluk
jasadi dengan Khaliq Yang Mahatinggi.
Alquran menyebutkan,ada tigacara penyampaian nilai ilahiah itu kepada para nabi dan rasul,
yaitu melalui wahyu, pembicaraan dibalik hijab, dan atau Allah mengirim seseorang utusannya.
Firman Allah dalam Surah Asy-Syura (420) ayat 5 menegaskan :

9Jalaludin abdurrahman As-Sayuti, Al-Itqan fi Ulum Quran, Jilid 1, Mesir: Al-Babi, AlHalabi,tt.,hlm.27.
10Ibid.

Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata dengannya kecuali dengan
perantaraan wahyu, atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat)
lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia
Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.11
Dari ketiga cara penyampaian misi ilahiah itu, dua diantaranya langsung dari Allah kepada Nabi
dan satu lainnya melalui perantara malaikat. Adapun yang langsung dari Allah kepada para Nabi
adalah melalui wahyu dan pembicaraan dibalik tabir.

Wahyu,menurut Al-Hijazi, berarti menyampaikan sesuatu kedalam hati, sama ada di


waktu bangun ataupun di waktu tidur.12 Menurut Az-Zarqani wahyu itu adalah pemberitahuan
Allah kepada hamba pilihannya mengenai segala macam hidayah dan ilmu yang ingin
disampaikan dengan cara tesembunyi dan tidak trjadi pada manusia biasa. 13 Definisi Al-Hijazi
merupakan wahyu dalam arti umum, bukan wahyu sebagai salah satu cara penyampaian hidayah
atau ilmu kepada para Nabi, sebagaimana yang tergambar dalam ayat di atas. Definisi yang
dibuat oleh Az-Zarqani lebih menggambarkan wahyu sebagai cara Allah, secara langsung,
11Surah Asy-Syura (42) ayat 51 ini diturunkan sehubungan dengan perkataan seorang Yahudi kepada Nabi.
Apakah Anda dapat berbicara dengan Allah dan melihat-Nya, jika memang Anda seorang Nabi, sebagaimana
Musa As, nabi kami, berbicara dan melihat-Nya? Sesungguhnya kami tidak akan beriman kepdamu sehingga kamu
melakukan hal demikian. Maka Nabi Muhammad menjawab, Musa tidak Melihat Allah.

12Hijazi, At-Tafsir Al-Wadhih,Jilid III,halm.37.


13Az-Zarqani,Manahil Al-Irfan,Jilid I,hlm.56.

menyampaikan hidayah dan ilmu kepada para nabi-Nya dengan membisikkan kedalam qalbu
mereka sehingga para nabi itu, dengan tanpa belajar dan membaca mengetahui apa-apa yang
tidak diketahui oleh orang lain. Dalam Surah An-Nisa (4) ayat 133 ditegaskan :

Allah telah menurunkan Alquran dan al-hikmah kepadamu, dan mengajarmu apa-apa yang
belum kamu ketahu. (Amat) besarlah karunia Allah Atasmu.
Pembicaraan dibalik tabir merupakan salah satu cara Allah menyampaikan risalah-Nya
kepada Nabi. Nabi tidak melihat Allah, tetapi ia dapat menerima hidayah atau risalah tersebut,
seperti yang di alami oleh Nabi Musa.
Cara lain adalah melalui perantara malaikat. Hal ini meliputi empat cara 14, yaitu sebagai
berikut.
1. Malaikat menyampaikan kedalam hati Nabi, di mana Nabi tidak melihatnya.
2. Malaikat datang kepada Nabi seperti seorang laki-laki dan lalu menyampaikan misi
ilahiah itu kepadanya.
3. Malaikat datang kepada Nabi seperti bunyi bel. Hal ini sangat susah bagi Nabi (asyyad

alayh), sehingga ia berkeringat walaupun pada saat cuaca dingin.


4. Malaikat datang kepada Nabi dalam bebtuk aslinya sebagai malaikat. Kemudian ia
menyampaikan misi ilahiah itu kepada Rasul sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.

Walaupun Nabi itu seorang manusia biasa, tetapi ia dapat berjumpa dengan jibril sebagai
sorang malaikat. Dan ia juga dapat menerima bisikan atau pengajaran dari Allah, karena para
Nabi itu telah dipersiapkan untuk itu. Untuk memahami semua ini, bagaimana mungkin seorang
manusia dapat berinteraksi dengan makhluk ruhani atau dengan Allah maka dpaat dilihat pada
14Sayyid Quthb.Fi Zhilal Al-Quran.Jilid V.Kairo: Da Asy-Syuruq,1998,hlm.3170

tori al-kasyaf Imam Al-Ghazali atau hal-hal yang dialami oleh supranatural. Hal ini dapat terjadi
pada manusia biasa, maka tentu bagi para nabi lebih mungkin lagi, karena mereka adalah orangorang yang dekat dengan Allah.
Adapun yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad adalah lafal dan makna. AlJuwaini, sebagaimana yang dikutip oleh As-Sayuti, mehgatakan bahwa ada dua macam kalam
Allah yang diturunkan kepada Nabi, yaitu sebagai berikut.
Pertama, Allah berfirman kepada Jibril; katakn kepada Nabi, di mana kamu diutus
kepadanya, sesungguhnya Allah berkata; buatlah ini dan itu. Jibril memahami apa yang Tuhan
katakan kepadanya. Kemudian, ia turun kepada Nabi menyampaikan apa yang Tuhan firmankan
itu. Dan ungkapkan yang disampaikan Nabi kepada umatnya tidak seperti yang ia terima dari
Malaikat tersebut.
Kedua, Allah berfirman kepada Jibril; bacakan Al-Kitab ini kepada Nabi. Maka Jibril turun
kepada Nabi dengan lafal dari Allah tanpa ada perubahan.
Hal yang pertama disebut dengan Alquran. Dengan demikian, sunnah juga termasuk wahyu
dari Allah. Berdasarkan ini, sunnah boleh diriwayatkan dengan makna, sedangkan Aquran harus
diriwayatkan dengan lafal.

D. RUANG LINGKUP KAJIAN NUZUL ALQURAN


Bahasa mengrnai nuzul Alquran mencangkup aspek, di antaranya aspek sosiologis historis
turunnya suatu ayat, yaitu sebagaimana situasi dan kondisi masyarakat Arab ketika
diturunkannya suatu ayat. Dalam kajian ulumul Alquran, hal ini disebut dengan asbab nuzul,
seperti yang akan dibahas kemudian.
Selain sosiologis historis, kajian nuzul Alquran mencangkupi pula keberadaan, situasi,
kondisi, dan iklim yang sedang dialami Rasulullah ketika menerima suatu ayat, yaitu apakah

Nabi ketika menerima suatu ayat berada dikediamannya atau dalam perjalanan, siang atau
malam, dan di musim dingin atau musim panas. Dalam kajian ulum Alquran, hal inilah yang
disebut dengan istilah ilmu al-hadhariwa as-safari, ilmu al-layali wa an-nahari, dan ilmu asysyita wa as-shayfi.
Al-hadhari berarti berada ditempat tinggal dan as-safariberarti sedang dalam perjalanan atau
sedang tidak berada ditempat tinggal. Penyampaian ayat-ayat Aquran kepada Nabi tidak terlepas
dari suasana ini; adakalanya sedangkan berada di tempat tinggalnya.
Di antara ayat yang diterima Nabi ketika dalam pejalanan adalah surah An-Nisa (4) ayat
102:


Ayat ini diturunkan ketika Nabi berada di Asafan. Termasuk juga ayat as-safariyah awal
Surah Al-Maidah (5), ia diturunkan ketika Nabi berada di Mina.15

Jadi, penurunan ayat-ayat Alquran dapat dikatergorikan berdasarkan kondisi Nabi yang
berada di tempat tinggal (al-hadhari) dan ketika beliau dalam perjalanan (as-safari). Disisi lain,
ia dapat dikelompokkan berdasarkan suasana hari, siang (an-nahari) dan malam (al-layli), serta
suasana musim, yaitu musim dingin (asy-syita) dan musim panas (ash-shayfi).
Di antara ayat yang diturunkan pada malam hari adalah surah Al-Fath (48) ayat 1:

15 Jalaluddin Abdurrahman As-Sayuti,Al-Itqani fi Ulum Al-Quran, hlm.19.


Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.
Al-Bukhari, sebagaimana yang dikutip oleh As-Sayuti menyebutkan, setelah turunnya ayat
ini umar berkata:Telah turun sebuah surah, di mana ia lebih aku sukai dari terbitnya matahari.
Ayat yang turun yang turun di musim dingin adalah penjelasan mengenai al-kalalah16yang
terdapat dalam Surah An-Nisa (4) ayat 113, sedangkan yang turundi musim panas juga ayat
mengenai al-kalalah yang terdapat dalam surah yang sama ayat 176.

)
Termasuk juga dalam kajian nuzul Alquran hal-hal yang menyangkut masa taau tempat
turunya Alquran; setelah Nabi hujrah ke Madinah atau sebelum hijrah ke Madinah. Inilah yang
disebut dengan istilah al-makkiyah wa al-madaniyah,seperti yang akan dibahas kemudian.

E. PERIODE PENURUNAN ALQURAN


Penyampaian Alquran kepada Nabi seiring dengan periode dakwah Nabi, yang mengikuti
periode Mekah dan periode Madinah. Yang pertama berlangsung selama lebih kurang 13 tahun,
sebelum Nabi hijrahke Madinah. Dan yang terakhir berlangsung lebih kurang selama 10 tahun,
setelah Nabi hijrah ke Madinah. Ayat atau surah Alquran yang di turunkan pada periode pertama
16Kata al-kalalah berasal dari kalla. Secara harfiah kata ini berarti lelah, letih, atau lesu. Akan tetapi, kata alkalalah dalam ayat tersebut bermakna orang yang meninggal dunia yang tidak meninggalkan orang tua dan anak.

disebut dengan ayat taau surah al-makiyah, dan pada periode kedua disebut dengan almadaniyah.
1. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
Kata al-makki berasal dari Mekah dan al-madani berasal dari kata Madinah. Kedua kata
tersebut telah dimasuki ya nisbah sehingga menjadi al-makkiy atau al-makkiyah dan almadaniy atau al-madaniyah. Secara harfiah, al-makki atau al-makkiyah berarti yang bersifat
Mekah atau yang berasal dari Mekah, sedangkan al-madaniy atau al-madaniyah berarti yang
bersifat Madinah atau yang berasal dari Madinah. Maka ayat atau surah yang turun di Mekah
disebut dengan al-makkiyah, dan yang diturunkan di Madinah disebut dengan al-madaniyah.
Secara istilah, al-makki wa al-madani berarti suatu ilmu yang membahas tentang tempat
dan periode turunnya surah atau ayat Alquran, baik Mekah ataupun Madinah. Ayat atau surah
yang turun pada periode Mekah disebutkan dengan ayat/surah makkiyah dan ayat/surah yang
turun pada periode Madinah disebut dengan ayat madaniyyah. Secara terperinci para mufassir
berbeda pendapat dalam mendefinisikan makkiyah dan madaniyah tersebut. Perbedaan itu adalah
sebagai berikut.
a. Al-Makki adalah surah taau ayat yang diturunkan di Mekah dan sekitarnya, walaupun
setelah hijrah. Sedangkan al-madaniadalah surah atau ayat yang turun di Madinah dan
sekitarnya.
b. Al-Makki adalah ayat-ayat yang dikhiabkan kepada penduduk Mekah, sedangkan almadani adalah ayat-ayat yang dikhitabkan kepada penduduk Madinah.
c. Al-Makki adalah surah atau ayat yang turun kepada Nabi sebe;um hijrah, sedangkan almadani, surah atau ayat yang turun kepada Nabi setelah hijrah. Berdasarkan definisi ini,
maka ayat yang turun di Mekah setelah Nabi hijrah ke Madinah dalam kategori ayat almadaniyah.

Perbedaan pendapat di atas dilatarbelakangi oleh berbedanya standar atau dasar berpijak
mereka dalam membuat definisi. Ada tiga standar yang dijadikan sebagai dasar,yaitu tempt
turunnya (makan an-nuzul) an individu atau masyarakat yang menjadi objek pembicaraan,
larangan atau perintah alquran ( al-asykhash,al-mukhathabin) dan periode penurunan
Alquran(zaman an-nuzul). Definisi pertama didasarkan atas tempat turunnya surah atau ayat
Alquran, yang meliputi Mekah dan sekitarnya serta Madinah dan sekitarnya. Definisi kedua
didasarkan atas isi kandungan suatu ayat, yang meliputi berita, perimtah dan larangan; kepada
siapa berita itu-secara langsung-ditunjukkan dan kepada siapa perintah dan larangan itu di
arahkan. Jika ia ditunjukkan kepada penduduk Mekah maka berarti ayatnya disebut makkiyah.
Demikian pula sebaliknya.
Definisi ketiga didsarkan atas periode penurunan Alquran , yang seiring dengan periode
pertumbuhan dan perkembangan Islam di masa Nabi; di mana periode itu dikelompokkan kepada
sebelum dan sesudah hijrah. Berdasarkan standar ini maka surah atau ayat yang diturunkan
setelah hijrah termasuk dalam kategorin ayat al-madaniyah walaupun turunnya di Mekah.
Diantara ketiga definisi di atas, yang paling mashur adalah definisi terakhir, yaitu al-makki surah
atau ayat yang diturunkan sebelum hijrah dan al-madani surah atau ayat yang diturunkan setelah
hujrah walaupun turunnya di Mekah.17 Sebab , hal itu sesuai dengan kegunaan ilmu al-makki wa
al-madani ini dipelajari, yaitu untuk mengetahui an-nasikh dan mansukh. Dalam kajian nasikh
dan mansukh, yang paling diutamamkan adalah mengetahui waktu turnnya ayat; ayat yang turun
lebih dahulu tidak dapat me-nasakh-kan ayat yang turun kemudian.
Maka ayat al-madaniyah sajalah yang me-nasakh-kan ayat al-madaniyah, tidak sebaliknya.
Kegunaan ini sulit didapatkan dalam definisi pertama dan kedua.Berdasarkan definisi diatas,
maka ayat-ayat Alquran itu dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu pertama yang
diturunkan sebelum hijrah yang disebut dengn ayat atu surah al-makkiyah, dan kedua surah atau
ayat yang diturunkan setelah hijrah yang disebut dengan al-madaniyah.
17 Adan Muhammad Zarzur.Ulum Alquran;Madkhal Tafsir Al-Quran wa Bayan Ijazih. T.tp,
Al-Maktab Al-Islami,1981,hlm.138.

2. Kegunaan Ilmu Al-Makki dan Madani

Ilmu al-makki wa al-madani adalah suatu ilmu yang harus ikuasai seorang mufassir dan mujtahid
dalam meng-istinbath-kan hukum dari Alquran. Sebab, ilmu ini dapat membantu dan
menghindarkannya dari kesalahan memahami Alquran. Az-Zarqani menyebutkan tiga manfaat
dan kegunaan ilmu al-makki dan al-madani, yaitu sebagai berikut.
a. Menentukan ayat nasikh dan mansukh. Jika seorang mufassir atau mujtahid menemui
umat ini berbeda dengan ayaua yat yang kontradiktif (taarudh), dan ia mengetahui
bahwa sala satu di antaranya ayat al-madaniyah dan yang al-makkiyah, maka ia dapat
menetapkan bahwa ayat al-makkiyah itu telah di-nasakh-kan oleh ayat al-madaniyah.
b. Mengetahui sejarah syariat. Ia dibebankan kepada umat secara berangsur-angsur. Terlihat,
misalnya, nuansa bimbingan ayat-ayat al-makkiyah kepada umat ini berbeda dengan ayatayat al-madaniyah. Sebab, periode sebelum hijrah merupakan tahap pertumbuhan karena
itu perlu diberikan secara perlahan-lahan dan tidak merasa diberatkan. Karena itu umat
sudah siap menerima segala yang datang dari Allah. Dengan cara demikian, tidak ada
para sahabat yang menentang ajaran islam; mereka sepenuhnya tunduk kepada perintah
Nabi. Hal ini perlu dipelajari oleh para tokoh masyarakat dalam mendidik dan
membimbing bangsa ini ke jalan yang benar.

c. Menanamkan keyakinan kepada umat, dari sudut sejarah, mengenai keabsahan Alquran.
Ia datang dari Tuhan, bersih dari penyimpangan, dan perubahan. Para ulama sangat
besar perhatiannya kepada Alquran sehingga mereka tidak hanya mengetahui, mencatat,
dan mengkaji ayat-ayat saja, tetapi juga mengetahui dan memelajari ayat-ayat yang turun
setelah dan sebelum hijrah, ayat yang turun di siang hari, malam hari, ditempat Nabi
tinggal, dalam perjalanan, pda musim panas, musim dingin dan lain sebagainya. Hal ini,
misalnya, tergambar dalam ungkapan Ibnu Masud. Ia mengatakan, Demi Allah, tiada
Tuhan selain Dia. Tidak satu pun surah Alquran yang turun kecuali aku tahu di mana ia
diturunkan. Tidak ada ayat yang turun, kecuali aku mengetahui mengenai apa ia
diturunkan . jika ada seorang yang lebih mengetahui tentang Kitab Allah daripadaku, dan
tempat tinggalnya dapat dicapai dengan unta, maka aku akan pergi ketempat itu.

Anda mungkin juga menyukai