Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PERANG KHANDAQ
Untuk memenuhi Salah Satu Tugas dari Ibu Susi Susilawati, S.Pd.I
Selaku Guru Mata Pelajaran PAI

Disusun Oleh:
Ceceng Sutriana
Repa Apriansyah
Devin Ridwan Fauzi
Fitriyani
Sifa
Puji Pauzia Latif
M Surya

Kelas X tkj

SMK ALFARIZI BANTARUJEG


2016

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
tentang Perang Khandaq.
Sholawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
junjungan kita nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya dan para shahabatnya
semoga kita mendapat syafaatnya kelak di hari kiamat, amin.!
Selanjutnya kami ucapkan terimakasih kepada pembina dan teman-teman
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik, dan
kami sangat menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kami membutuhkan keritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kelancaran tugas-tugas selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan dan kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi pembaca khususnya.

Bantarujeg,
Penyusun

Mei 2016

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1

Latar Belakang..........................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3

Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1

Perang Khandaq........................................................................................3

2.2

Rasulullah Mengadakan Musyawarah untuk Menyusun Strategi.............4

2.3

Tanda-tanda Nubuwah...............................................................................5

2.4

Perang Terjadi............................................................................................8

2.5

Pengkhianatan Yahudi Bani Quraizhah...................................................11

BAB III KESIMPULAN......................................................................................20


DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perang Khandaq ini terjadi pada tahun 5H pada bulan syawal. Ini
menurut pendapat yang lebih kuat. Orang-orang musyrik mengepung
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam dan orang-orang muslim selama
sebulan penuh atau mendekati itu. Dengan mengompromosikan beberapa
buku rujukan, dapat diambil kesimpulan bahwa prmulaan pengepungan pada
bulan Syawal dan berakhir pada bulan Dzulqa'dah. Menurut riwayat Ibnu
Sa'd, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam kembali dari Khandaq pada hari
Rabu, seminggu sebelum habisnya bulan Dzulqa'dah.
Setelah pecah beberapa peperangan dan manuver militer selama lebih
dari satu tahun, Jazirah Arab menjadi tenteram kembali. Hanya saja orangorang Yahudi yang harus menelan beberapa kehinaan dan pelecehan karena
ulah mereka sendiri yang berkhianat, berkonspirasi dan melakukan makar,
tidak mau terima begitu saja. Setelah lari ke Khaibar, mereka menunggununggu apa yang akan menimpa orang-orang muslim sebagai akibat
bentrokan fisik dengan para paganis Quraisy. Hari demi hari terus berlalu
membawa keuntungan bagi kaum Muslimin, pamor dan kekuasaan mereka
semakin mantap. Oleh karena itu, orang-orang Yahudi semakin dibakar
marah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Rasulullah Mengadakan Musyawarah untuk Menyusun
Strategi Menghadapi Musuh?
2. Apa Saja Tanda-Tanda Nubuwah?
3. Kapan Perang Khandaq terjadi?
4. Bagaimana Pengkhianatan Yahudi Bani Quraizhah?

1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.

Mengetahui Strategi Rosulullah dalam Menghadapi Musuh


Mengetahui Tanda-Tanda Nubuwah
Mengetahui Kapan Terjadinya Perang Khandaq
Mengetahui Penghianatan Yahudi Bani Quraizah

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perang Khandaq
Perang Khandaq ini terjadi pada tahun 5H pada bulan syawal. Ini
menurut pendapat yang lebih kuat. Orang-orang musyrik mengepung
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam dan orang-orang muslim selama
sebulan penuh atau mendekati itu. Dengan mengompromosikan beberapa
buku rujukan, dapat diambil kesimpulan bahwa prmulaan pengepungan pada
bulan Syawal dan berakhir pada bulan Dzulqa'dah. Menurut riwayat Ibnu
Sa'd, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam kembali dari Khandaq pada hari
Rabu, seminggu sebelum habisnya bulan Dzulqa'dah.
Setelah pecah beberapa peperangan dan manuver militer selama lebih
dari satu tahun, Jazirah Arab menjadi tenteram kembali. Hanya saja orangorang Yahudi yang harus menelan beberapa kehinaan dan pelecehan karena
ulah mereka sendiri yang berkhianat, berkonspirasi dan melakukan makar,
tidak mau terima begitu saja. Setelah lari ke Khaibar, mereka menunggununggu apa yang akan menimpa orang-orang muslim sebagai akibat
bentrokan fisik dengan para paganis Quraisy. Hari demi hari terus berlalu
membawa keuntungan bagi kaum Muslimin, pamor dan kekuasaan mereka
semakin mantap. Oleh karena itu, orang-orang Yahudi semakin dibakar
marah.
Mereka kembali merancang konspirasi baru terhadap orang-orang
muslim dengan menghimpun pasukan, sebagai persiapan untuk memukul
orang-orang muslim, agar tidak memiliki sisa kehidupan setelah itu. Karena
belum berani menyerang orang-orang muslim secara langsung, maka mereka
merancang dan melaksanakan langkah ini secara sembunyi-sembunyi dan
hati-hati.
Ada dua puluh pemimpin dan pemuka Yahudi dari Bani Nadhir yang
mendatangi Quraisy di Makkah. Mereka mendorong orang-orang Quraisy
agar menyerang Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam dan berjanji akan
membantu rencana ini dan mendukungnya. Quraisy menyambutnya dengan

senang hati, apalagi sebelumnya mereka tidak berani memenuhi janji


diPerang Badar untuk kedua kalinya. Maka mereka melihat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk mengembalikan pamor.
Dua puluh orang pemuka Yahudi itu juga pergi ke Ghathafan dan
mengajak mereka seperti ajakan yang diserukan kepada orang-orang Quraisy.
Ajakan ini mendapat sambutan yang baik. Kemudian para utusan Yahudi itu
berkeliling ke berbagai kabilah Arab dengan ajakan yang sama, dan semuanya
memberi respon. Satu langkah yang dirancang orang-orang Yahudi dengan
menghimpun orang-orang kafir untuk menyerang Rasulullah shallallahu'alahi
wasallam dan membungkam dakwah Islam dapat berjalan mulus.
Akhirnya, secara serempak dari arah selatan mengalir pasukan yang
terdiri dari Quraisy, Kinanah dan sekutu-sekutu mereka dari penduduk
Tihamah, dibawah komando Abu Sufyan. Jumlah mereka ada empat ribu
prajurit. Bani Sulaim dari Marr Azh-Zhahran juga ikut bergabung bersma
mereka. Sedangkan dari arah timur ada kabilah-kabilah Ghathafan, yang
terdiri dari Bani Fazarah yang dipimpin Uyainah bin Hishn, Bani Murah yang
dipimpin Al-Harits bin Auf, Bani Asyja' yang dipimpin Mis'ar bih Rukhailah,
Bani As'ad dan lain-lainnya.
Semua golongan ini bergerak ke arah Madinah secara serentak seperti
yang telah mereka sepakati bersama. Dalam beberapa hari saja, disekitar
Madinah sudah berhimpun pasukan musuh yang besar, jumlahnya mencapai
sepuluh ribu prajurit. Itulah gelar pasukan yang jumlahnya lebih banyak
daripada seluruh penduduk Madinah, termasuk wanita, anak-anak dan orang
tua.
2.2 Rasulullah Mengadakan Musyawarah untuk Menyusun Strategi
Jika pasukan yang sedang berhimpun disekitar Madinah tersebut
melakukan serangan secara tiba-tiba dan serentak, maka sulit dibayangkan
apa yang akan terjadi dengan eksistensi kaum muslimin. Bahkan, bisa terjadi
mereka akan tercabut hingga akar-akarnya. Tetapi model kepemimpinan
Madinah tak pernah terpejam sekejap pun. Segala faktor dipertimbangkan
sedemikian rupa secara masak dan segala pergerakan tak lepas dari pantauan.

Sebelum pasukan musuk beranjak dari tempatnya, informasi tentang rencana


mereka pun sudah tercium di Madinah.
Maka berdasarkan informasi

ini,

Rasulullah

shallallahu'alaihi

wasallam segera menyelenggarakan majelis tinggi permusyawaratan untuk


menampung rencana pertahanan di Madinah. Setelah berdiskusi panjang lebar
diantara anggota majelis, mereka sepakat melaksanakan usulan yang
disampaikan seorang sahabat yang cerdik, Salman Al-Farisi. Dalam hal ini
Salman berkata, "Wahai Rasulullah, dulu jika kami orang-orang Persi sedang
dikepung musuh, maka kami membuat parit disekitar kami." Ini merupakan
langkah yang amat bijaksana, yang sebelumnya tidak dikenal bangsa Arab.
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam segera melaksanakan rencana itu.
Setiap sepuluh orang laki-laki diberi tugas untuk menggali parit sepanjang
empat puluh hasta.
Dengan giat dan penuh semangat orang-orang muslim menggali
sebuah parit yang panjang. Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam terus
memompa semangat mereka dan terjun langsung di lapangan. Di dalam
Shahih Al-Bukhari disebutkan dari Sahl bin Sa'd, dia berkata, "Kami bersama
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam di dalam parit. Sementara orang-orang
sedang giat menggalinya, kami mengusung tanah di pundak kami." Beliau
bersabda, "Tidak ada kehidupan selain kehidupan akhirat. Ampunilah dosa
orang-orang Muhajirin dan Anshar."
2.3 Tanda-tanda Nubuwah
Anas meriwayatkan, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam pergi ke
parit pada pagi hari yang amat dingin, sementara orang-orang Muhajirin dan
Anshar sedang menggali parit. Mereka tidak mempunyai seseorang yang bisa
diupah untuk pekerjaan ini. Beliau tahu perut mereka kosong dan juga letih.
Oleh karena itu beliau bersabda, "Ya Allah, sesungguhnya kehidupan yang
lebih baik adalah kehidupan akhirat, maka ampunilah orang-orang Muhajirin
dan Anshar." Mereka menjawab, "Kamilah yang telah berbaiat kepada
Muhammad, siap berjihad selagi kami masih hidup."
Dari Al-Barr' bin Azib, dia berkata, "Kulihat beliau mengangkut tanah
galian parit, hingga banyak debu yang menempel di kulit perut beliau yang

banyak bulunya. Sampat pula kudengar beliau melantunkan syair-syairnya


Ibnu Rawahah. Sambil mengangkut tanah, beliau bersabda, "Ya Allah,
andaikan bukan karena Engkau, tentu kami tidak akan mendapat petunjuk,
tidak bersedekah dan tidak shalat. Turunkanlah ketentraman kepada kami dan
kokohkanlah pendirian kami jika kami berperang. Sesungguhnya para kerabat
banyak sewenang-wenang kepada kami. Jika mereka menghendaki cobaan,
kami tidak menginginkannya."
Orang-orang muslim bekerja dengan giat dan penuh semangat
sekalipun mereka didera dengan rasa lapar. Anas berkata, "Masing-masing
orang yang sedang menggali parit diberi tepung gandum sebanyak satu
genggam

tangan,

lalu

dicampuri

dengan

minyak

sebagai

adonan.

Kerongkongan mereka jarang tersentuh makanan, sehingga dari mulut mereka


keluar bau yang tidak sedap." Abu Thalhah berkata, "Kami mengadukan rasa
lapar kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam. Lalu kami mengganjal
perut kami dengan batu. Beliau juga mengganjal perut dengan dua buah
batu."
Selama penggalian parit ini terjadi beberapa tanda nubuwah yang
berkaitan dengan rasa lapar yang mendera mereka. Jabir bin Abdullah melihat
Rasulullah yang benar-benar tersiksa karena lapar. Lalu Jabir menyembelih
seekor hewan dan istrinya menanak satu sha' tepung gandum. Setelah masak,
Jabir membisiki Rasulullah secara pelan-pelan agar datang ke rumahnya
bersama beberapa sahabat saja. Tetapi Rasulullah justru berdiri di hadapan
semua orang yang sedang menggali parit yang jumlahnya ada seribu orang,
lalu mereka melahap makanan yang tak seberapa banyak itu hingga mereka
kenyang. Bahkan masih ada sisa dagingnya, begitu pula adonan tepung untuk
roti.
Saudara perempuan An-Nu'man bin Basyir datang ke tampat
penggalian parit sambil membawa kurma setangkup tangan untuk diberikan
kepada ayah dan pamannya. Ketika itu pula Rasulullah shallallahu'alaihi
wasallam lewat didekatnya dan meminta kurma tersebut, lalu beliau
meletakkannya di atas selembar kain. Setelah itu beliau memanggil semua
orang dan mereka pun memakannya. Setelah semua orang yang menggali

parit memakannya, ternyata kurma yang hanya setangkup tangan itu masih
tersisa dan bahkan jumlahnya lebih banyak, sehingga sebagian ada yang
tercecer keluar dari hamparan kain.
Yang lebih besar dari gambaran ini adalah yang diriwayatkan oleh AlBukhari, dari Jabir, dia berkata, "Saat kami menggali parit, ada sebongkah
tanah yang amat keras. Mereka mendatangi Rasulullah seraya berkata, "Ini
ada tanah keras yang teronggok di tengah parit."
"Kalau begitu aku akan turun ke bawah," sabda beliau.
Setelah turun, beliau berdiri tegak dan terlihat perut beliau yang diganjal batu.
Sebelumnya kami bertiga sudah mencoba untuk mengatasinya, namun tidak
mampu. Lalu beliau mengambil cangkul dan memukul onggokan tanah yang
keras itu hingga hancur berkeping-keping menjadi pasir."
Al-Barra' berkata, "Saat menggali parit, di beberapa tempat kami terhalang
oleh tanah yang sangat keras dan tidak bisa digali dengan cangkul. Kami
melaporkan hal ini kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam. Beliau
datang, mengambil cangkul dan bersabda, "Bismillah..." Kemudian
menghantam tanah yang keras itu dengan sekali hantaman. Beliau bersabda,
"Allah Mahabesar, aku diberi tanah Persi. Demi Allah saat ini pun aku bisa
melihat Istana Mada'in yang bercat putih." Kemudian beliau menghantam
untuk ketiga kalinya, dan bersabda, "Bismillah.." Maka hancurlah tanah yang
masih tersisa. Kemudian beliau bersabda, "Allah Mahabesar, aku diberi
kunci-kunci Yaman. Demi Allah dari tempatku ini aku bisa melihat pintupintu gerbang Shan'a."
Ibnu Ishaq juga meriwayatkan yang serupa dengan ini dari Salman AlFarisi radhiallahu'anhu.
Orang-orang muslim terus menggali parit tanpa henti sepanjang siang,
baru sore harinya mereka pulang ke rumah menemui keluarga hingga
penggalian parit selesai seperti rencana semula sebelum pasukan paganis
yang tidak terkira banyaknya tiba di pinggiran Madinah.
2.4 Perang Terjadi
Pasukan Quraisy yang berkekuatan 4000 personil tiba di Mujtama'ul
Asyal di kawasan Rumat, tepatnya antara Juruf dan Za'abah. Sedangkan

Kabilah Ghathafan dan penduduk Najd yang kekuatan 6000 personil itu tiba
di Dzanab di dekat Uhud. Firman Allah,


"Dan, tatkala orang-orang Mukmin melihat golongan-golongan yang
bersektutu itu, mereka berkata, 'Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya
kepada kita, dan benarlah Allah dan Rasul-Nya'. Dan, yang demikian itu
tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.'"(AlAhzab:22)
Tetapi orang-orang munafik dan orang-orang yang jiwanya lemah,
langsung menggigil ketakukan saat melihat pasukan yang besar ini. Firman
Allah,


"Dan ingatlah, ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit
dalam hatinya berkata, 'Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami
melainkan tipu daya.'" (Al-Ahzab:2)
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam keluar rumah dengan kekuatan
3000 personil. Dibelakang punggung mereka ada Gunung Sal'un dan dapat
dijadikan pelindung. Sedangkan parit membatasi posisi mereka dengan
pasukan musuh. Madinah diwakilkan kepada Ibnu Ummi Maktum. Para
wanita dan anak-anak ditempatkan dirumah khusus sebagai perlindungan
bagi mereka.
Pada saat orang-orang musyrik hendak melancarkan serbuan ke arah
orang-orang mukmin dan menyerang Madinah. ternyata mereka harus
berhadapan dengan parit. Karena itu mereke memutuskan untuk mengepung
orang-orang muslim. Padahal tatkala keluar dari rumah, mereka tidak siap
untuk melakukan pengepungan. Menurut mereka, penggalian parit ini
sebagai siasat perang yang sama sekali tidak dikenal masyarakat Arab. Oleh
karena itu mereka juga tidak pernah memperhatikannya sama sekali. Orangorang musyrik hanya bisa berputar-putar didekat parit dengan amarah yang

menggelegar. Mereka terus mencari-cari titik lemah yang bisa dimanfaatkan.


Sementara orang-orang muslim terus-menerus mengawasi gerakan orangorang musyrik yang berputar-putar diseberang parit dan juga melontarkan
anak panah agar mereka tidak sampai mendekati parit apalagi melewatinya
ataupun menimbunnya dengan tanah lalu menjadikannya sebagai jalur
penyeberangan.
Para penunggang kuda dari pasukan Quraisy merasa jengkel karena
hanya bisa diam disekitar parit tanpa ada kejelasan bagaimana kelanjutan
dari pengepungan ini. Cara seperti ini sama sekali bukan kebiasaan mereka.
Lalu muncul sekelompok orang diantara mereka, seperti Amr bin Abdi
Wudd, Ikrimah bin Abi Jahl, Dhirar bin Al-Khattab dan lain-lainnya yang
mendapatkan lubang parit yang lebih sempit. Mereka terjun melewati
bagian parit itu, lalu memutar kuda mereka ke arah bagian yang lebih
lembab, antara parit dan Gunung Sal'un. Ali bin Abi Thalib bersama
beberapa orang Muslim langsung mengepung daerah yang dapat dilewati
beberapa orang musyrik itu. Amr bin Abi Wudd menantang untuk adu
tanding, satu lawan satu. Tantangan ini diladeni Ali bin Abi Thalib, dan Ali
juga melontarkan perkataan yang membuat Amr sangat marah. Amr yang
termasuk salah seorang prajurit musyrikin yang pemberani dan pahlawan
mereka, turun dari kuda sambil mengumpat kudanya sendiri dan
menempeleng mukanya. Kemudian dia siap berhadapan dengan Ali bin Abi
Thalib. Keduanya berputar-putar lalu bertanding dengan seru, hingga Ali
dapat membunuhnya. Sementara yang lain juga merasa terdesak lalu mereka
terjun ke parit dan melarikan diri. Mereka benar-benar ketakutan, sampaisampai Ikrimah bin Abi jahl meninggalkan tombaknya.
Beberapa hari sudah berlalu dan orang-orang musyrik terus berusaha
untuk melewati parit atau membuat jalur penyeberangan. Tetapi orang-orang
muslim tidak berhenti melakukan perlawanan dan menyerang mereka
dengan anak panah, sehingga mereka gagal memuluskan usaha ini.
Karena terlalu sibuk melakukan serangan balik terhadap orang-orang
musyrik yang berusaha menyeberang parit. akibatnya ada beberapa shalat

yang tak sempat dikerjakan Rasulullah dan orang-orang muslim.


Didalam Ashahihain disebutkan dari Jabir, bahwa Umar bin Khattab muncul
pada waktu Perang Khandaq, lalu dia terus-menerus mengolok-olok orangorang kafir Quraisy. Lalu dia berkata: "Wahai Rasulullah, hampir saja aku
lupa mengerjakan shalat (ashar), padahal matahari hampir tenggelam."
"Aku pun belum sempat mengerjakannya," sabda beliau.
Lalu kami turun membawa alat pembuat tepung. Beliau wudhu' dan
kami pun wudhu'. Beliau shalat ashar setelah matahari tenggelam, setelah
itu langsung disusul dengan shalat maghrib.
Nabi shallallahu'alaihi wasallam merasa menyesal karena beberapa
shalat yang tertinggal. Sampai-sampai beliau mendo'akan kemalangan bagi
orang-orang musyrik. Karena gara-gara merekalah shalat beliau tidak
sempat dilaksanakan. Didalam riwayat Al-Bukhari, dari Ali dari Nabi
shallallahu'alaihi wasallam, beliau bersabda pada waktu Perang Khandaq,
"Allah memenuhi rumah-dan kuburan mereka dengan api, sebagaimana
mereka telah membuat kita sibuk dan tidak sempat melaksanakan shalat
ashar hingga matahari terbenam."
Didalam Musnad Ahmad dan Asy-Syafi'i disebutkan bahwa orangorang musyrik itu membuat mereka sibuk hingga tak sempat melaksanakan
shalat zhuhur, ashar, maghrib dan isya'. Lalu Rasulullah mengerjakan shalat
secara sekaligus. An-Nawawi menuturkan, "Cara mengompromikan
beberapa riwayat ini, bahwa Perang Khandaq berjalan selama beberapa hari.
Memang pada sebagian hari ada acara menjama' shalat seperti yang pertama
dan sebagian hari yang lain ada cara menjama' yang kedua."
Dari sini dapat disimpulkan bahwa upaya yang dilakukan oleh orangorang musyrik untuk menyeberangi parit dan serangan orang-orang Muslim
berjalan hingga beberapa hari. Karena ada parit yang menghalangi kedua
pasukan, maka tidak sampai terjadi pertempuran dan adu senjata secara
langsung. Peperangan terbatas hanya dengan melepaskan anak panah.
Sekalipun begitu, ada beberapa orang dari masing-masing pihak menjadi
korban, yaitu enam orang dari Muslimin dan sepuluh orang dari musyrikin.

10

Disamping itu ada satu dua orang yang terbunuh karena terkena tebasan
perang.
Dalam usaha melakukan serangan dengan melepaskan anak panah itu,
Sa'd bin Mu'az ra juga terkena hujaman anak panah hingga memutuskan
urat di lengannya. Yang melepaskan anak panah hingga mengenainya adalah
seorang laki-laki dari Quraisy yang bernama Hibban bin Qais bin Al-Ariqah.
Saat itu pula Sa'd memanjatkan do'a, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu
bahwa tak ada yang lebih kucintai daripada aku berjihad karena-Mu,
melawan orang-orang yang mendustakan Rasul-Mu dan yang telah
mengusirnya. Ya Allah, aku mengira Engkau telah menghentikan
peperangan antara kami dengan mereka. Jika memang Engkau masih
menyisakan sedikit peperangan melawan orang-orang Quraisy, maka
berikanlah sisa kehidupan kepadaku untuk menghadapi mereka agar aku
bisa memerangi mereka karena Engkau. Jika memang Engkau sudah
menghentikan peperangan, maka kobarkanlah lagi peperangan itu agar aku
bisa mati dalam peperangan." Pada akhir do'anya, dia berkata, "Janganlah
Engkau mematikan aku hingga aku merasa senang setelah memerangi Bani
Quraizhah."

2.5 Pengkhianatan Yahudi Bani Quraizhah


Pada saat orang-orang Muslim menghadapi situasi perang yang amat
keras ini, ular-ular berbisa yang biasa melakukan konspirasi dan berkhianat
sedang menggeliat didalam lubangnya, bersiap menyemburkan bisanya ke
tubuh orang-orang Muslim. Tokoh penjahat Bani Nadhir (Huyai bin Akhthab)
datang ke perkampungan Bani Quraizhah. Dia menemui Ka'b bin Asad AlQurazi, pemimpin Bani Quraizhah, sekutu dan rekannya. Padahal dia sudah
membuat perjanjian dengan Rasulullah untuk tidak menolong siapa pun yang
hendak memerangi belaiu. Huyai menggedor pintu benteng Ka'b, tetapi Ka'b

11

tidak mau membukakan pintu. Setelah Huyai mendesak terus menerus, pintu
pun dibukakan.
Huyai berkata, "Aku menemuimu wahai Ka'b dengan membawa
kejayaan masa lalu dan lautan yang mempesona. Aku datang kepadamu
bersama Quraisy, pemimpin dan pemuka mereka, hingga aku menyuruh
mereka bermarkas di Majma'ul Asyal di bilangan Rumat. Sedangkan
Ghathafan dengan semua pemimpinnya kusuruh bermarkas di Dzanab
Naqami dekat Uhud. Mereka semua sudah berjanji dan bersumpah kepadaku
untuk tidak pulang sebelum membinasakan Muhammad dan para
pengikutnya."
Ka'b menjawab," Demi Allah, engkau datang kepadaku sambil
membawa kebinasaan masa lalu dan awan yang kering. Awan itu
mengeluarkan klat dan suara petir, tetapi kosong melompong. Celaka kamu
wahai Huyai! Tinggalkan aku dan urusanku! Aku tidak melihat diri
Muhammad melainkan sosok yang jujur dan menepati janji."
Huyai terus menerus membujuk dan merayu Ka'b, hingga akhirnya
Huyai bersumpah atas nama Allah dan berjanji, "Jika orang-orang Quraisy
dan Ghathafan mundur, mereka tidak jadi menyerang Muhammad, maka aku
akan bergabung denganmu didalam bentengmu, dan aku siap menanggung
akibatnya bersamamu." Jadilah Ka'b bin As'ad melanggar perjanjian yang
telah disepakatinya. Dia sudah melepaskan ikatan dengan orang-orang
Muslim. Dia bergabung dengan orang-orang musyrik untuk memerangi
orang-orang Muslim.
Ketika itu pula orang-orang Yahudi bangkit untuk memerangi orangorang Muslim. Ibnu Ishaq menuturkan, "Shafiyah binti Abdul Muthalib
berada dalam satu bilik benteng yang dikhususkan bagi para wanita
Muslimah dan anak-anak, yang dijaga Hassan bin Tsabit. Shafiyah berkata
menuturkan kejadian waktu itu, "Ada seorang laki-laki Yahudi melewati
tampat kami, lalu mengelilingi benteng. Sementara semua Yahudi Bani
Quraizhah maju untuk berperang dan melanggar perjanjian yang sudah
disepakati dengan Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam. Tidak ada orangorang Muslim yang menjaga kami, karena Rasulullah dan semua orang-orang

12

Muslim sedang berhadapan dengan musuh. Tidak mungkin mereka mundur


ketempat kami dan meninggalkan pos mereka jika ada orang yang menyerang
kami. Kukatakan kepada Hassan, "Wahai Hassan, seperti yang engkau lihat,
orang Yahudi ini mengitari benteng. Demi Allah, aku merasa tidak aman jika
dia menunjukkan titik kelemahan kita dari arah belakang ini kepada orangorang Yahudi. Sementara Rasulullah dan para sahabat tidak sempat lagi
mengurus kita. Maka hampirilah orang itu dan bunuh dia."
"Demi Allah, engkau tahu sendiri aku bukanlah orang yang mahir
dalam masalah bunuh-membunuh," jawab Hassan.
Syafiyah berkata, "Lalu kuikat pinggangku dan kuambil sepotong
tiang penyangga, lalu aku turun dari benteng untuk menghampiri orang
Yahudi itu. Potongan tiang itu kupukulkan ke tubuhnya hingga mati. Setelah
itu aku kembali lagi ke benteng. Kukatakan kepada Hassan, "Wahai Hassan,
turunlah dari benteng dan ikatlah dia. Kalau bukan karena dia seorang lakilaki tentu sudah kuikat sendiri."
Hassan bin Tsabit berkata, "Kurasa aku tak perlu lagi mengikatnya."
Tindakan yang berani dari bibi Rasulullah ini mempunyai pengaruh
yang amat mendalam untuk menjaga para wanita dan anak-anak Muslimin.
Sebab selama itu orang-orang Yahudi menduga rumah penampungan dan
benteng bagi para wanita dan anak-anak dijaga ketat pasukan Muslimin.
Padahal nyatanya sama sekali tidak terjaga. Karena dugaan itu mereka
tidak berani melakukan serangan ke benteng itu. Mereka juga tidak berani
terang-terangan melakukan serangan terhadap orang-orang Muslim. Mereka
hanya mengulurkan bantuan kepada pasukan kafir dengan memasok bahan
makanan. Tetapi pasokan itu juga bisa diambil orang-orang Muslim, sebanyak
dua puluh onta.
Kabar tentang tindakan orang-orang Yahudi didengar oleh Rasulullah
shallallahu'alaihi wasallam dan orang-orang Muslim. Maka seketika itu pula
beliau ingin mengecek kebenarannya. Untuk itu beliau meminta keterangan
langusng dari Bani Quraizhah, agar dapat segera diambil tindakan secara
militer. Beliau mengutus Sa'd bin Mu'adz, Sa'd bin Ubadah, Abdullah bin
Ruwahah dan Khawwat bin Jubair. Beliau bersabda kepada para utusan ini,
"Pergilah kesana dan cari tahu apakah benar kabar yang kita dengar dari

13

mereka ini ataukah tidak? Jika kabar itu benar, beritahukan kepadaku hanya
dengan melalui isyarat saja, agar tidak mematahkan semangat orang-orang.
Jika mereka masih menepati janjinya, bolehlah kalian memberitahukan
kepada orang-orang."
Setiba disana para utusan itu mendapatkan keadaan yang sangat jauh
lebih jahat dari gambaran semula. Orang-orang Yahudi itu secara terangterangan mencemooh dan memperlihatkan permusuhan, bahkan mereka juga
mengejek Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam. "Siapa itu Rasul Allah?
Tidak ada perjanjian antara kami dan Muhammad dan juga tidak ada ikatan
apa-apa," kata mereka. Para utusan itu pulang, lalu mengisyaratkan keadaan
mereka kepada Rasulullah dengan berkata, "Adhal dan Qarah." Artinya
orang-orang Yahudi itu seperti Bani Adhal dan Qarah yang melanggar
perjanjian. Sekalipun para utusan itu sudah berusaha menyembunyikan
kenyataan yang sebenarnya, toh sebagian Muslimin ada yang menangkapnya
sehingga mereka merasa bahwa keadaan benar-benar amat gawat.
Itu merupakan situasi yang sangat rawan yang pernah dihadapi kaum
Muslimin. Antara posisi mereka dan posisi Yahudi Bani Quraizhah tidak ada
penghalang sedikit pun andaikan mereka memukul dari belakang. Sementara
dihadapan mereka ada segelar pasukan musuh yang tidak mungkin
ditinggalkan. Sementara tempat penampungan para wanita dan anak-anak
tidak jauh dari posisi Bani Quraizhah yang berkhianat. Apalagi tempat itu
tanpa pasukan yang menjaga. Keadaan mereka telah digambarkan Allah
dalam firman-Nya,
"Yaitu ketika mereka datang kepada kalian dari atas dan dari bawah, dan
ketika tidak tetap lagi penglihatan (kalian) dan hati kalian naik menyesak
sampai tenggorokan dan kalian menyangka terhadap Allah dengan
bermancam-macam prasangka. Di situlah diuji orang-orang Mukmin dan
diguncangkan (hatinya) dengan guncangan yang dahsyat." (Al-Ahzab:10-11)
Kemunafikan orang-orang munafik juga mulai muncul ke permukaan.
Sebagian diantara mereka ada yang berkata, "Kemarin Muhammad berjanji
kepada kami bahwa kami akan mengambil harta simpanan Kisra dan Qaishar.
Sementara pada hari ini tak seorang pun diantara kami yang merasa aman

14

terhadap dirinya, sekalipun hanya untuk buang hajat." Yang lain lagi ada yang
berkata kepada sekumpulan kaumnya, "Rumah kami akan menjadi sasaran
musuh. Maka izinkan kami untuk pergi dari sini dan pulang ke rumah kami.
Karena rumah kami berada di luar Madinah."
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman tentang mereka ini,
"Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang
berpenyakit dalam hatinya berkata, 'Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan
kepada kami melainkan tipu daya'. Dan, sebagian dari mereka meminta izin
kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata, 'Sesungguhnya rumahrumah kami terbuka (tidak ada penjaga). Dan rumah-rumah itu sekali-kali
tidak terbuka, mereka tidak lain hanyalah hendak lari." (Al-Ahzab:12-13)
Setelah mendengar pengkhianatan Bani Quraizhah, Rasulullah
menggelar kainnya lalu tidur telentang, diam sekian lama, hingga kaum
Muslimin mendapat ujian yang cukup berat. Namun tak lama kemudian
membersit harapan. Beliau bangkit sambil berseru, "Allahu Akbar,
Bergembiralah wahai orang-orang Muslim dengan kemenangan dan
pertolongan Allah."
Kemudian beliau merancang beberapa strategi untuk menghadapi
situasi yang sangat rawan ini. Salah satu strategi yang beliau canangkan ialah
dengan mengutus beberapa penjaga ke Madinah untuk menjaga para wanita
dan anak-anak. Tetapi sebelumnya harus ada upaya untuk mengacaukan
pasukan musuh. Untuk memuluskan rencana ini, beliau hendak membuat
perjanjian dengan Uyainah bin Hishn dan Al-Harits bin Auf, dua pemimpin
Ghathafan, bahwa beliau akan menyerahkan sepertiga hasil panen kurma di
Madinah kepada mereka, asal mereka berdua mau mengundurkan diri dari
kancah bersama kaumnya, lalu membiarkan beliau menghantam Quraisy dan
menghancurkan kekuatan mereka. Terjadi tawar menawar yang cukup alot.
Lalu beliau meminta pendapat Sa'd bin Mu'adz dan Sa'd bin Ubaidah tentang
rencana ini.
Keduanya berkata, "Wahai Rasulullah, jika Allah memerintahkan
engkau untuk mengambil keputusan seperti itu, maka kami akan tunduk dan
patuh. Tetapi jika ini merupakan keputusan yang hendak engkau ambil bagi
kami, maka kami tidak membutuhkannya. Dulu kami dan mereka adalah
15

orang-orang yang sama menyekutukan Allah dan menyembah berhala. Dulu


mereka tidak berhasrat memakan sebuah kurma pun dari Madinah kecuali
lewat jual beli atau bila sedang dijamu. Setelah Allah memuliakan kami
dengan Islam dan memberi petunjuk Islam serta menjadi jaya bersama
engkau, mengapa kami harus memberikan harta kami kepada mereka? Demi
Allah, kami tidak akan memberikan kepada mereka kecuali pedang."
Rasulullah membenarkan pendapat mereka berdua, dan bersabda, "Ini
adalah pendapatku sendiri. Sebab aku melihat semua orang Arab sedang
menyerang kalian dengan satu busur."
Kemudian Allah membuat satu keputusan dari sisi-Nya yang mampu
menghinakan

musuh,

mengacaukan

semua

barisan

mereka

serta

menceraiberaikan persatuan mereka. Diantara langkah permulaannya, ada


seseorang dari Ghathafan yang bernama Nu'aim bin Mas'ud bin Amir AlAsyja'i yang menemui Rasulullah seraya berkata, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya aku telah masuk Islam. Sementara kaumku tidak mengetahui
tentang keislamanku ini. Maka perintahkanlah kepadaku apapun yang engkau
kehendaki."
"Engkau

adalah

orang

satu-satunya,"

sabda

beliau,

"berilah

pertolongan kepada kami menurut kesanggupanmu karena peperangan ini


adalah tipu muslihat."
Seketika itu pula Nu'aim pergi menemui Bani Quraizhah, yang
menjadi temah karibnya semasa Jahiliyah. Dia menemui mereka dan berkata,
"Kalian sudah tahu cintaku kepada kalian, khususnya antara diriku dan
kalian."
"Engkau benar," kata mereka.
Nu'aim berkata, "Orang-orang Quraisy tidak bisa disamakan dengan
kalian. Negeri ini adalah negeri milik kalian. Disini ada harta benda, anakanak dan istri-istri kalian. Kalian tidak akan sanggup meninggalkan negeri ini
untuk pindah ketempat lain. Sementara Quraisy dan Ghathafan datang kesini
untuk

memerangi

Muhammad

dan

rekan-rekannya.

Lalu

kalian

menampakkan dukungan kepada mereka. Padahal negeri, harta dan wanitawanita mereka berada ditempat lain. Jika mereka merasa mendapat
kesempatan, tentu kesempatan itu akan mereka pergunakan sebaik-baiknya.

16

Jika tidak, mereka pun akan kembali ke negeri mereka dan meninggalkan
kalian bersama Muhammad yang akan melampiaskan dendam kepada
kalian."
"Lalu bagaimana baiknya wahai Nu'aim?" Tanya mereka.
"Kalian tidak perlu berperang bersama mereka kecuali setelah mereka
memberikan jaminan kepada kalian," jawab Nu'aim.
"Engkau telah memberikan jawaban yang sangat tepat," jawab
mereka.
Setelah itu Nu'aim langsung menemui Quraisy dan berkata kepada
mereka, "Kalian sudah tahu cintaku kepada kalian dan nasihat-nasihat yang
pernah kusampaikan."
"Begitulah," jawab mereka.
Dia berkata lagi, "Rupa-rupanya orang Yahudi merasa menyesal
karena telah melanggar perjanjian dengan Muhammad dan rekan-rekannya.
Secara diam-diam mereka telah mengirim utusan untuk menemui Muhammad
bahwa mereka hendak meminta jaminan kepada kalian. Lalu jaminan itu akan
mereka serahkan kepada Muhammad, yang tentu saja mereka berpaling dari
kalian. Jika mereka meminta jaminan, kalian tidak perlu memberikannya
kepada mereka."
Kemudian Nu'aim menemui orang-orang Ghathafan dan berkata
seperti pula kepada mereka.
Tepatnya malam Sabtu, bulah Syawal 5H, orang-orang Quraisy
mengirimkan utusan untuk menemui orang-orang Yahudi, menyampaikan
pesan, "Kami tidak mungkin berlama-lama disini. Apabila kondisi unta dan
kuda kami sudah banyak merosot. Maka bangkitlah saat ini pula bersama
kami untuk menghabisi Muhammad." Orang-orang Yahudi mengirim utusan
kepada orang-orang Quraisy seraya menyampaikan pesan, "Hari ini adalah
hari Sabtu. Kalian sudah tahu akibat yang manimpa orang-orang sebelum
kami karena mereka berperang pada hari ini. Disamping itu, kami tidak mau
berperang bersama kalian kecuali setelah kalian menyampaikan jaminan
kepada kami."
Setelah tahu apa yang disampaikan utusan Yahudi, orang-orang
Quraisy dan Ghathafan berkata, "Demi Allah, benar apa yang dikatakan
Nu'aim kepada kalian." Lalu mereka mengirimkan utusan lagi kepada orang-

17

orang Yahudi, menyampaikan pesan, "Demi Allah, kami tidak akan mengirim
seorang pun kepada kalian. Bergabunglah bersama kami untuk menghabisi
Muhammad." Orang Quraizhah berkata, "Demi Allah, benar apa yang
dikatakan

Nu'iam

kepada

kalian."

Dengan

begitu

Nu'aim

mampu

memperdayai kedua belah pihak dan menciptakan perpecahan di barisan


musuh, sehingga semangat mereka menjadi turun drastis.
Sementara kaum Muslimin selalu berdo'a kepada Allah, "Ya Allah
tutupilah kelemahan kami dan amankanlah kegundahan kami." Rasulullah
shallallahu'alaihi wasallam juga berdo'a untuk kemalangan musuh, "Ya Allah
yang menurunkan Al-Kitab dan yang cepat hisabnya, kalahkanlah pasukan
musuh. Ya Allah, kalahkanlah dan guncangkanlah mereka."
Allah Subhanahu Wa Ta'ala mendengar do'a Rasulnya dan orangorang Muslim. Setelah muncul perpecahan dibarisan orang-orang musyrik
dan mereka bisa diperdayai, Allah mengirimkan pasukan berupa angin taufan
kepada mereka, sehingga kemah-kemah mereka porak poranda. Tidak ada
sesuatu yang tegak melainkan pasti ambruk, tidak ada yang menancap
melainkan pasti tercabut dan tidak ada sesuatu pun yang bisa berdiri tegar
ditempatnya. Allah juga mengirim pasukan yang terdiri dari para malaikat
yang membuat mereka menjadi gentar dan kacau menyusupkan ketakukan
kedalam hati mereka.
Pada malam yang dingin dan menusuk tulang itu, Rasulullah
mengutus Khudzaifah bin Al-Yaman untuk menemui orang-orang Quraisy
dan kembali lagi membawa kabar tentang keadan mereka yang seperti itu.
Bahkan mereka sudah bersiap-siap untuk kembali ke Makkah. Khudzaifah
bin Al-Yaman menemui beliau dan mengabarkan niat mereka untuk kembali
ke Makkah. Pada keesokan harinya beliau mendapatkan musuh sudah diusir
Allah dan hengkang dari tempatnya, tanpa membawa keuntungan apa-apa.
Cukuplah Allah yang memerangi mereka, memenuhi janjinya, memuliakan
pasukan-Nya, menolong hamban-Nya dan hanya menimpakan kekalahan
kepada pasukan musuh. Setelah itu Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam dan
pasukan Muslim kembali ke Madinah.

18

Perang Khandaq atau Ahzab bukan merupakan peperangan yang


menimbulkan kerugian, tetapi merupakan perang urat syaraf. Disini tidak ada
pertempuran yang seru. Tetapi dalam catatan sejarah Islam, ini merupakan
peperangan yang sangat menegangkan, yang berakhir dengan pelecehan di
pihak pasukan musyrikin dan memberi kesan bahwa kekuatan sebesar apapun
yang ada di Arab tidak akan sanggup melumatkan kekuatan lebih kecil yang
sedang mekar di Madinah. Sebab bangsa Arab tidak sanggup menghimpun
kekuatan yang lebih besar daripada pasukan Ahzab ini. Oleh karena itu
Rasulullah bersabda, tatkala Allah Subhanahu Wa Ta'ala sudah mengalahkan
pasukan musuh,"Sekarang kitalah yang ganti menyerang mereka dan mereka
tidak akan menyerang kita. Kitalah yang akan mendatangi mereka."

19

BAB III
KESIMPULAN

Perang Khandaq adalah perang umat Islam melawan pasukan sekutu yang
terdiri dari Bangsa Quraisy, Yahudi, dan Gatafan. Perang ini melibatkan strategi
perang yang begitu apik oleh kaum Muslimin terutama srategi pembuatan parit
atas usulan dari sahabat Salman al-Farisi, sehingga perang ini disebut perang parit
(khandaq). Perang Khandaq disebut juga Perang Ahzab, yang artinya Perang
Gabungan. Proses penggalian parit dilakukan dengan perjuangan keras seluruh
kaum Muslimin di Madinah, juga melibatkan kaum non-Muslim di Madinah
meskipun mereka kemudian meninggalkan secara diam-diam sebelum selesai
penggalian. Berkat strategi parit tersebut, dengan sangat kecewa dan menahan
marah, serangan sekutu yang menyerbu kaum Muslimin di Madinah tidak dapat
mencapai pasukan muslimin, serta menyeberangi parit besar tersebut. Dalam masa
penyerbuan Khandaq ini, terjadi penghianatan Bani Qurayzhah yakni melanggar
perjanjian dan membantu musuh-musuh islam untuk menghancurkn kaum
Muslimin.
Selain, menggunakan strategi parit dari sahabat Salman, peristiwa ini juga
menggunakan Strategi dari Nuaym bin Masud, seorang yang baru memeluk
agama Islam dan tak ada seorangpun yang mengetahui keislamannya, dengan tipu
muslihat yang sangat sempurna untuk memecah belah ketiga pihak suku dari
sekutu. Kaum sekutu pun semakin mengalami kemunduran, apalagi dengan
terpaan angin badai serta cuaca yang dingin, membuat mereka kembali pulang ke
rumah, sementara Bani Quraizhah harus menerima hukuman dari kaum Muslimin
karena telah melakukan penghianatan. Sehingga pada akhirnya perang ini berakhir
tanpa terjadinya perang besar.

20

DAFTAR PUSTAKA

Buku Sirah Nabawiyah, karangan: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri,


penerbit: Pustaka Al-Kautsar Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai