Anda di halaman 1dari 3

Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif.

Tahap ini merupakan awal menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan


berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik
biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu
operasi. Keperawatan pre operatif dalam penanganan bedah jantung diperlukan tindakan
pengkajian yang cukup. Bedah jantung adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk
melakukan koreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung. Pengakajian secara integral dari

fungsi pasien meliputi fungsi fisik, biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk
keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.
B. PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATAN
I. PERSIAPAN FISIK
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu :
a. Persiapan di unit perawatan
b. Persiapan di ruang operasi
Berbagai persiapan yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara
lain :
a. Status kesehatan fisik
identitas klien, riwayat penyakit, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik
lengkap, karena merupakan landasan sebagai pembanding pasca operasi. Status
fungsional sistem kardiovaskuler ditentukan dengan mengamati simptomologi
pasien. Pengalaman sekarang atau dahulu tentang adanya nyeri dada, susah
nernapas (dispnu), nyeri tungkai setelah terjadi perjalanan, ortopnu. Dispnu
nokturnal paroksismal, edema perifer dan klaudikasio intermiten. Karena perubahan
curah jantung dapat mempengaruhi fungsi ginjal, serta pernapasan.
Permeriksaan fisik lengkap dengan penekanan khusus pada parameter berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Keadaan umum dan tingkah laku


Tanda-tanda vital
Status nutrisi dan cairan, berat badan dan tinggi badan
Inspeksi dan palpasi jantung, mencatat frekuensi nadi serta keadaannya.
Tekanan vena jugularis
Denyut nadi perifer
Edema perifer

b. Pengkajian psikososial
persiapan pembedahan jantung merupakan sumber stres yang berat bagi pasien
dan keluarganya. Kecemasan mereka akan bertambah saat pasien dirawat di rumah
sakit dan segera dilakukan operasi. Pengkajian beratnya kecemasan sangat penting.
Bila ringan, mungkin merupakan penolakan. Bila berat, perlu diajarkan pemakaian
mekanisme koping secara efektif melalui penyuluhan praoperatif.
Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain :
1. Usia

Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai
resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah
sangat menurun . sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena
belum matur-nya semua fungsi organ.
2. Nutrisi
Kondisi malnutris dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan
dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase
penyembuhan. Pada orang malnutisi maka orang tersebut mengalami defisiensi
nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi
tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin
A, Vitamin K, zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein).
Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak,
terutama sekali sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan
permasalahan teknik dan mekanik. Oleh karenanya dehisiensi dan infeksi luka,
umum terjadi. Pasien obes sering sulit dirawat karena tambahan beraat badan;
pasien bernafas tidak optimal saat berbaaring miring dan karenanya mudah
mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pascaoperatif. Selain itu, distensi
abdomen, flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit biliari terjadi
lebih sering pada pasien obes.
3. Penyakit Kronis
Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan
insufisiensi ginjal menjadi lebih sukar terkait dengan pemakian energi kalori untuk
penyembuhan primer. Dan juga pada penyakit ini banyak masalah sistemik yang
mengganggu sehingga komplikasi pembedahan maupun pasca pembedahan sangat
tinggi.
4. Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin
Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi endokrin, seperti dibetes mellitus
yang tidak terkontrol, bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan
pembedahan adalah terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama
pembiusan akibat agen anstesi. Atau juga akibat masukan karbohidrat yang tidak
adekuart pasca operasi atau pemberian insulin yang berlebihan. Bahaya lain yang
mengancam adalah asidosis atau glukosuria. Pasien yang mendapat terapi
kortikosteroid beresiko mengalami insufisinsi adrenal. Pengguanaan oabat-obatan
kortikosteroid harus sepengetahuan dokter anastesi dan dokter bedahnya.
5. Merokok
Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler,
terutama terjadi arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan
darah sistemiknya.
6. Alkohol dan obat-obatan
Individu dengan riwayat alkoholic kronik seringkali menderita malnutrisi dan
masalah-masalah sistemik, sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan
meningkatkan resiko pembedahan. Pada kasus kecelakaan lalu lintas yang
seringkali dialami oleh pemabuk. Maka sebelum dilakukan operasi darurat perlu

dilakukan pengosongan lambung untuk menghindari asprirasi dengan pemasangan


NGT.

Anda mungkin juga menyukai