Iufd
Iufd
PENDAHULUAN
kualitas perawatan medis yang tersedia di negara bersangkutan dan definisi yang
digunakan untuk mengelompokkan kematian janin. Underreporting in developing
nations is common, which makes comparisons even more difficult.Angka
insidensi ini pun belum termasuk yang terdapat di negara-negara berkembang,
dimana resiko kematian maternal dan janinnya lebih tinggi dibandingkan dengan
negara-negara yang kaya maupun sudah maju. Hal ini dipersulit dengan
kurangnya data pelaporan dan survei penelitian yang memadai tentang kuantitas,
kualitas dan karakteristik angka insidensi IUFD di negara-negara berkembang,
khususnya di Indonesia.In 2009, the estimated global number of stillbirths was
2.64 million (uncertainty range, 2.14-3.82 million). The worldwide stillbirth rate
declined by 14.5% from 22.1 stillbirths per 1000 births in 1995 to 18.9 stillbirths
per 1000 births in 2009.
B.
Perumusan Masalah
Apa saja karakteristik ibu hamil dengan Intra Uterine Fetal Death (IUFD) di
kamar bersalin RS Margono Soekarjo periode Januari Desember 2010? Berapa
saja proporsi setiap faktor resiko tersebut?
C. Tujuan Penelitian
a) Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu hamil dengan Intra Uterine
Fetal Death (IUFD) di kamar bersalin RS Margono Soekarjoperiode Januari
Desember 2010.
b) Tujuan Khusus
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
A.1. Karakteristik Ibu Hamil
Karakterikstik ibu hamil adalah suatu informasi biologis yang berkaitan
dengan keadaan ibu pada saat hamil mencakup usia ibu, usia kehamilan ibu,
jumlah anak yang dimiliki (paritas), riwayat penyakit dalam kehamilan serta
kesehatan ibu dan janin yang ada di dalam kandungannya.
umbilical cord, atau gerakan yang berarti dari otot-otot volunter. Detak jantung
dibedakan berdasarkan penyebab dari faktor janin, maternal dan patologi dari
plasenta (Cunningham, 2005).
a. Faktor Ibu
1. Ketidakcocokan Rh darah Ibu dengan janin
2. Ketidakcocokan golongan darah Ibu dengan janin
3. Berbagai penyakit pada ibu hamil (hipertensi, preeklampsia, eklampsia,
diabetes mellitus tidak terkontrol, lupus eritematosus sistemik)
4. Trauma saat hamil
5. Infeksi pada ibu hamil
6. Prolonged Pregnancy (kehamilan diatas 42 minggu)
7. Hamil pada usia lanjut
8. Ruptur uteri
9. Kematian Ibu
b. Faktor Janin
1. Gerakan Sangat Berlebihan
2. Kelainan kromosom
3. Kelainan bawaan bayi
4. Malformasi janin
5. Kehamilan multipel
6. Intra Uterine Growth Restriction
7. Infeksi (parvovirus B19, CMV, listeria)
8. Insufisiensi plasenta yang idiopatik
c. Faktor Plasenta
6
1.
Perlukaan cord
2.
3.
4.
Vasa Previa
dan aktivasi endotel disertai dengan adanya kombinasi antara hipertensi dan
proteinuria yang nyata selama kehamilan. Bila pre-eklampsia tidak segera
ditangani dengan baik, akan menimbulkan stadium pre-eklampsia berat yang
akhirnya mengakibatkan eklampsia. Eklampsia adalah terjadinya kejang
grand mal pada seorang wanita dengan preeklampsia yang tidak dapat
disebabkan oleh hal lain (Roeshadi, 2006).
Hipertensi kehamilan sejatinya mengakibatkan vasospasme dan
iskemia dalam pembuluh darah ibu. Pada hipertensi gestasional, terjadi
peningkatan curah jantung yang bermakna. Hal ini mengakibatkan adanya
peningkatan afterload jantung. Hal ini akan semakin parah bila mencapai
tahap pre-eklampsia, dimana terjadi peningkatan resistensi perifer akibat
vasospasme yang berlebihan dan berakibat pada penurunan mencolok curah
jantung. Bila keadaan ini terus dibiarkan, maka akan mengganggu perfusi
utero-plasenta dan mengakibatkan hipoksia janin. Hal ini akan berakibat
pada kematian janin (Rambulangi, 2003 , Utama, 2009).
Gejala dan tanda untuk masing-masing tipe hipertensi kehamilan
hampir mempunyai gambaran yang sama, terutama pada keluhan nyeri
kepala dan epigastrium. Pada hipertensi gestasional, dapat dikenali adanya
nyeri kepala, nyeri epigastrium, dan peningkatan tekanan darah yang nyata.
Pre-eklampsia berat ditegakkan dengan adanya ekskresi protein urin dalam
24 jam sebesar 2 gram atau lebih, dan proteinuria 2+ atau lebih yang
menetap. Sedangkan pre-eklampsia ringan ditemukan proteinuria 1+ atau
tidak ada sama sekali, dan merupakan kelanjutan dari hipertensi gestasional
13
(Utama, 2009). Oleh karena itu, pada pre-eklampsia, pembedaan antara preeklampsia ringan dengan pre-eklampsia berat adalah sesuatu yang sangat
vital karena berhubungan dengan tekanan onkotik dan volume cairan tubuh
yang terganggu (POGI, 2006).
Diabetes mellitus tipe 2 lebih merupakan faktor penyulit medis
tersering pada kehamilan. Pasien dipisahkan menjadi golongan yang
mengidap diabetes sebelum hamil (overt), dan yang mengidap saat hamil
(gestasional). Diabetes gestasional mengisyaratkan bahwa gangguan ini
dipicu oleh kehamilan, yang mungkin terjadi akibat perubahan-perubahan
fisiologis pada metabolisme glukosa. Keadaan ini dapat menimbulkan efek
bagi ibu dan janin. Efek yang akan dialami janin adalah makrosomia disertai
trauma lahir karena distosia bahu. Hal ini disebabkan oleh karena
pengendapan lemak yang berlebihan di bahu dan badan. Hiperinsulinemia
janin yang disebabkan oleh hiperglikemia ibu pun akhirnya akan
merangsang pertumbuhan somatik yang berlebihan. Berkaitan dengan
kematian janin, dugaan kematian janin oleh karena diabetes gestasional
masih merupakan permasalahan yang belum ditemukan secara pasti
bagaimana teori terjadinya. Kemungkinan paling besar adalah adanya trauma
janin saat lahir akibat distosia bahu atau diabetes dipandang sebagai pemicu
hipertensi pada kehamilan yang akhirnya menimbulkan pre-eklampsia dan
eklampsia (Rambulangi, 2003 , Utama, 2009).
Ruptur uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat
dilampauinya daya regang miometrium. Penyebab ruptur uteri ini antara lain
14
adanya diproporsi janin dan panggul, partus macet, atau adanya partus
traumatik, dimana terjadi trauma mekanis yang kuat yang dapat merobek
miometrium uterus (Suparman, 2003). Penilaian klinis pada rupture uterine
ini berbeda antara pada uterus normal dengan pada uterus bekas sectio
caesarea. Penilaian klinis rupture uteri pada uterus normal diawali oleh
adanya lingkaran konstriksi (balds ring) hingga umbilicus atau diatasnya,
nyeri hebat pada perut bagian bawah, hilangnya kontraksi uterus gravidus
yang normal, perdarahan pervaginam, dan syok (Cunningham, 2005).
Biasanya, penyebab utama dari ruptura uteri pada uterus normal adalah
karena partus yang macet, trauma atau kecelakaan pada ibu, dan lain-lain
(Weiss, 2001). Sedangkan pada uterus bekas sectio caesarea, terjadi gejala
nyeri yang khas, perdarahan bertambah sedikit dari normal, dan bradikardia
pada janin. Ruptur tersebut terjadi sebelum atau pada fase laten persalinan,
dan pada fase aktif / kala II bila insisi transversal SBR. Adanya ruptura uteri
ini secara otomatis akan mengakibatkan adanya perdarahan mendadak pada
ibu dan trans-plasenta, sehingga berakibat pada perdarahan janin yang masif
dan kematian janin (Nybo-Andersen, 2004).
3. Kausa Plasenta
Kasus kematian janin yang dikaitkan dengan kausa plasenta relatif
bersifat dependent, tidak bisa berdiri sendiri, atau tergantung dari adanya
penyebab yang lainnya. Kasus-kasus yang sering menyebabkan kematian
janin antara lain solusio plasenta, infeksi plasenta dan ketuban, infark
plasenta, dan perdarahan janin ke ibu (French, 2005).
15
dengan bagian janin masih teraba. Solusio plasenta sedang terjadi sakit perut
terus menerus, nyeri tekan, bagian janin sukar diraba, BJA sukar diraba
dengan stetoskop biasa, dan terjadi kelainan pembekuan darah (French,
2005). Solusio plasenta berat merupakan gejala terberat dengan pelepasan
solusio plasenta lebih dari duapertiga luas, uterus tegang seperti papan, nyeri
hebat, dan ibu-janin tiba-tiba mengalami syok hingga meninggal.
Infark plasenta merupakan kelainan plasenta yang tersering. Infark
plasenta terjadi karena akibat dari sumbatan pasokan vaskuler ibu, yaitu
sirkulasi antarvilus. Secara histopatologis terdapat gambaran degenerasi
fibrinoid trofoblas, kalsifikasi, dan infark iskemik akibat oklusi arteri spiralis
(French, 2005). Secara umum, etiologi dari infark plasenta ini terjadi karena
penuaan trofoblas yang mengalami perubahan, dan gangguan sirkulasi
uteroplasenta. Sinsisium yang mengalami penuaan mengalami degenerasi
sinsisium. Sinsisium yang terurai tersebut kemudian langsung terpajan
dengan darah ibu, sehingga menyebabkan bekuan darah pada vilus-vilus.
Dari sini, terbentuklah trombosis arteri vilus pada janin dan bahkan berakibat
pada kalsifikasi plasenta. Pembentukan trombosis dan kalsifikasi ini
mengakibatkan gangguan sirkulasi darah ke janin yang berakibat kematian
janin (French, 2005). Gambaran infark plasenta ini dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan Patologi Anatomi dan Ultrasonografi.
A.5. Diagnosis Intra Uterine Fetal Death(IUFD)
Pada anamnesis ibu hamil tidak merasakan ada pergerakan janin dan
hilangnya tanda-tanda dan gejala kehamilan.
17
18
19
kateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena berisiko infeksi
(POGI, 2006).
Mekanisme kerja kateter Foley adalah untuk membantu mematangkan
serviks. Secara teknis, kateter Foley ukuran no.18 dimasukkan hingga ke Ostium
Uteri Internum, mengembangkan baln kateter dengan aquadest 30 mL, dan
mempertahankan selama 8 12 jam. Dari sini, akan terjadi pemisahan antara
selaput ketuban dengan Segmen Bawah Rahim. Hal ini akan menimbulkan
pelepasan lisosom oleh desidua basalis dan pelepasan enzim lithik fosfolipase A
yang akan membentuk asam arakhidonat. Asam arakhidonat ini akan
meningkatkan pembentukan prostaglandin, sehingga serviks menjadi matang
(Suparman, 2003 ; Nicholson, 2009). Efek samping dari kateter Foley ini adalah
demam intrapartum atau postpartum, perdarahan per vaginam pasca pemasangan
kateter, KPD, prolapsus tali pusat, dan lain-lain (Nicholson, 2009).
Persalinan dengan sectio cesare merupakan alternatif terakhir. Jika
persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks
belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol: Tempatkan misoprostol
25 mcg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah 6 jam (Gomes, 2003).
Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis
menjadi 50mcg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap kali dan
jangan melebihi 4 dosis. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika. Jika tes
pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspada
koagulopati (Dickinson, 2003). Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya
untuk melihat dan melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
20
Tali pusat
Malformasi
Prolaps
Noda kulit
Lilitan leher
Derajat maserasi
Jumlah pembuluh
Selaput ketuban
Panjang
Ternoda
Menebal
Cairan amnion
Warna: mekonium, darah
Konsistensi
Volume
Tabel 1. Protokol untuk pemeriksaan bayi lahir mati
Penanganan terhadap hasil konsepsi adalah penting untuk menyarankan
kepada pasien dan keluarganya bahwa bukan suatu kegawatan dari bayi yang
sudah meninggal :
21
22
23
24
B. Kerangka Teori
25
Faktor
Risiko
C. Kerangka Konsep
Faktor Maternal
Gambaran kejadian IUFD pada pasien-pasien yang dirawati di Kamar Bersalin RS Margo
Faktor Fetal
Intra Uterine Fetal Death
Faktor Plasenta
Faktor
Risiko Lainnya
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional deskriptif dengan
rancangan penelitian retrospektif.
B. Populasi Penelitian
1. Populasi
a. Populasi target
27
2.
3.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat
Intra Uterine Fetal Death (IUFD) pada Kamar Bersalin RS Margono
Soekarjo per Januari Desember 2010
2. Variabel Bebas
Karakteristik Intra Uterine Fetal Death (IUFD)berdasarkan etiologi terjadinya
Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
D. Batasan Operasional
1. Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
Janin yang mati dalam Rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih
atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
2. Faktor Maternal
Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyebab ibu hamil yang
mengalami IUFD (usia ibu hamil, usia kehamilan, paritas, infeksi ibu,
preeklampsia, eklampsia, sindrom nefrotik, riwayat asma, penyakit jantung,
polihidramnion, dll)
28
3. Faktor Fetal
Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyebab janin mati dalam
rahim (kehamilan multipel, kelainan letak janin, IUGR, kelainan genetik,
kelainan kongenital, hidrops, infeksi, dll)
4. Faktor Plasenta
Faktor-faktor yang menyebabkan janin mati dalam rahim akibat kelainan
pada plasenta (perlukaan tali pusat, KPD, vasa previa, perdarahan
fetomaternal, insufisiensi plasenta, solutio plasenta, dll)
5. Faktor Risiko
Faktor-faktor lainnya yang memiliki prediksi rendah untuk terjadinya
IUFD (ras, riwayat IUFD, infertilitas maternal, berat bayi lahir, small
gestastion of age, riwayat SGA, obesitas, partus prematurus, partus imaturus,
partus patologis, riwayat SCTP/laparotomi, paternal age, dll).
E. Definisi Operasional
No.
Variabel
Definisi Operasional
Alat
Hasil Ukur
Ukur
1.
Skala
Ukur
Terikat
Intra Uterine
Rekam
Fetal Death
medik
IUFD negatif
(IUFD)
29
kehamilan 20 minggu
atau lebih
2.
Bebas
Riwayat Maternal
Faktor-faktor yang
Rekam
berhubungan dengan
medik
IUFD tersebut
Usia ibu hamil yang
Usia kehamilan
IUFD
medik
Usia kehamilan ibu hamil Rekam
Paritas
yang IUFD
Jumlah kehamilan yang
medik
Rekam
< 20;
20-35;
>35 tahun
>20-<27;
37-42;
>42 minggu
Nullipara;
medik
Primipara;
Rekam
Multipara;
Grandemulti
Rekam
para
Positif;
gestasional
medik
Negatif
Preeklampsia
kehamilan
Hipertensi yang timbul
Rekam
Positif;
setelah 20 minggu
medik
Negatif
Diabetes mellitus
kehamilan disertai
30
Ordinal
Ordinal
Nominal
Nominal
Nominal
Eklampsia
Sindroma lupus
eritomatosus
dengan proteinuria
Preeklampsia yang
Rekam
Positif;
medik
Negatif
koma
Penyakit autoimun
Rekam
Positif;
menahun yang
medik
Negatif
persendian
Gangguan pada sistem
Rekam
Positif;
medik
Negatif
janin
kolonisasi yang
Rekam
Positif;
medik
Negatif
Nominal
Nominal
menimbulkan
peradangan dan dapat
menyerang organ-organ
tubuh, kulit, dan
Sindroma
antifosfolipid
Nominal
dapat menyebabkan
trombosis pada arteri dan
vena serta dapat
menyebabkan gangguan
pada kehamilan yang
berujung pada kematian
Infeksi
31
Nominal
membahayakan maternal
Hemoglobinopati
Rekam
Positif;
medik
Negatif
Rekam
Positif;
medik
Negatif
Rekam
Positif;
medik
Negatif
hiperkoagulabilitas
Penyakit obstruksi
Rekam
Positif;
medik
Negatif
Rekam
Positif;
kontraktilitas jantung
medik
Negatif
Nominal
kelainan struktur Hb
Inkompatibilitas
Rh
Sindrom nefrotik
Nominal
Nominal
proteinuria masif
(>3,5g/1,73 m2 luas
permukaan tubuh per
hari), hipoalbuminemia,
edema, hiperlipidemia,
lipiduria,
Asma
Nominal
diakibat hipersensitivitas
Decompensatio
cordis
32
Nominal
jantung
Gangguan pembekuan
Rekam
Positif;
herediter
medik
Negatif
genetik bawaan
Diskontinuitas dinding
Rekam
Positif;
rahim akibat
medik
Negatif
Polihidramnion
regang miometrium
Volume air ketuban lebih
Rekam
Positif;
dari 2 liter
Faktor-faktor yang
medik
Rekam
Negatif
Faktor fetal
berhubungan dengan
medik
Ruptura uterus
Nominal
Nominal
dilampauinya daya
3.
Nominal
infeksi, dll)
Kehamilan dengan 2
Rekam
Positif;
Nominal
multiple
b. Malpresentasi
medik
Rekam
Negatif
Positif;
Nominal
medik
Negatif
33
belakang kepala
Pertumbuhan janin dalam Rekam
Positif;
Nominal
d. Infeksi
rahim terhambat
kolonisasi yang
medik
Rekam
Negatif
Positif;
Nominal
medik
Negatif
fetal
Kelainan pada bagian
Rekam
Positif;
medik
Negatif
Nominal
pemeriksaan USG
Kelainan genetik pada
Rekam
Positif;
Nominal
genetic
g. Hidrops
janin
Akumulasi abnormal
medik
Rekam
Negatif
Positif;
Nominal
medik
Negatif
bagianorgan janin,
termasuk asites, efusi
pleura, efusi perikardial,
4.
Faktor plasenta
Rekam
medik
34
dll)
Tali pusat berada di
Rekam
Positif;
medik
Negatif
Nominal
menumbung sebelum/
setelah selaput ketuban
b.KPD
pecah
Pecahnya selaput ketuban Rekam
Positif;
Nominal
c. Vasa previa
sebelum persalinan
Insersi tali pusat pada
medik
Rekam
Negatif
Positif;
Nominal
medik
Negatif
internum
Kebocoran sel darah fetal
Rekam
Positif;
kedalam sirkulasi
medik
Negatif
maternal
Gangguan fungsi
Rekam
Positif;
medik
Negatif
35
Nominal
Nominal
5.
Faktor risiko
Faktor-faktor lainnya
yang memiliki prediksi
rendah untuk terjadinya
IUFD (ras, riwayat
IUFD, infertilitas
maternal, berat bayi lahir,
small gestastion of age,
riwayat SGA, obesitas,
partus prematurus, partus
imaturus, partus
patologis, riwayat
SCTP/laparotomi,
a. Ras Afrika
Rekam
Positif;
Nominal
Amerika
b.Riwayat IUFD
Amerika
Pernah mengalami IUFD
medik
Rekam
Negatif
Positif;
Nominal
c. Infertilitas
medik
Keadaan di mana seorang Rekam
Negatif
Positif;
Nominal
medik
Negatif
Rekam
<500;
maternal
utuh
Ukuran timbangan berat
36
Ordinal
medik
lahir
500-<1000;
1000-<1500;
1500-<2500;
2500-4000;
e. Riwayat Small of
Gestational Age
Rekam
>4000 gram
Positif;
medik
Negatif
Rekam
Positif;
medik
Negatif
keluar
Seorang pria yang
Rekam
Positif;
medik
Negatif
Rekam
Positif;
Nominal
Nominal
akibat
ketidakseimbangan
antara energi yang masuk
dengan energi yang
g.Paternal age
Nominal
konsepsi
Persalinan yang terjadi
37
Nominal
medik
Negatif
37 minggu
Gangguan saat persalinan Rekam
Positif;
medik
Negatif
Nominal
dan psikologis
Riwayat persalinan
Rekam
Positif;
Nominal
laparotomi
k.Ante partum
melalui abdomen
Yang terjadi atau ada
medik
Rekam
Negatif
Positif;
Nominal
medik
Negatif
kehamilan)
Yang terjadi selama
Rekam
Positif;
medik
Negatif
l. Intra partum
Nominal
persalinan
F. Pengumpulan Data
1. Alat dan Bahan Pengumpul Data
Rekam medik
2. Jenis data yang digunakan
a) Data sekunder (pengambilan kelompok sampel penelitian berdasarkan
data yang telah tersedia)
3.
38
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Jumlah total responden yang merupakan pasien hamil dengan IUFD di kamar
bersalin RS Margono Soekarjo dari periode 1januari 31Desember 2010 adalah 78
pasien.
Jumlah
sampel
yang
digunakan
adalah
berdasarkan
Jumlah (orang)
(tahun)
<20
20-35
>35
6
53
16
40
data
yang
Diagram 1 Pasien hamil dengan IUFD berdasarkan usia ibu periode 1 Januari 31 Desember 2010
<20 20 - 35 >35
8%
21%
71%
Berdasarkan usia ibu dengan IUFD didapatkan 6 pasien dengan usia kurang dari
20 tahun, 53 pasien dengan usia 20 sampai 35 tahun, dan 16 pasien dengan usia lebih
dari 35 tahun. Insidensi ibu hamil dengan IUFD di kamar bersalin RS Margono
Soekarjo periode 1 Januari sampai 31 Desember 2010, terbanyak pada ibu hamil
dengan usia 20 sampai 53 tahun.
Jumlah
(minggu)
>20-<37
37- 42
>42
(orang)
58
15
2
41
20%
37-42
>42
3%
77%
Berdasarkan usia kehamilan ibu dengan IUFD didapatkan 58 pasien dengan usia
kehamilan lebih dari 20 minggu sampai kurang dari 37 minggu, 15 pasien dengan
usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu, dan 2 pasien dengan usia kehamilan
lebih dari 42minggu.Insidensi ibu hamil dengan IUFD di kamar bersalin RS Margono
Soekarjo periode 1 Januari sampai 31 Desember 2010, terbanyak pada ibu dengan
usia kehamilan 20 sampai 37 minggu.
Jumlah
Nulipara
Primipara
Multipara
Grandemultipara
(orang)
37
16
21
1
42
Primipara
Multipara
Grandemultipara
1%
28%
49%
21%
43
Jumlah
(orang)
2
0
0
0
1
10
3
0
16
0
0
0
0
1
1
1
2
44
eklampsia; 5%
UK > 42; 8%
preeklampsia; 3%
hipertensi; 3%
infeksi; 44%
Berdasarkan faktor maternal pada ibu hamil dengan IUFD didapatkan 2 orang
dengan usia kehamilan lebih dari 42 minggu, 16 orang dengan usia lebih dari 35
tahun, 1 orang dengan infeksi toxoplasma, 10 orang dengan preeklampsia, 3 orang
dengan eklampsia, 2 orang dengan polihidramnion, 1 orang dengan asma, 1 orang
dengan decompensasi cordis, dan 1 orang dengan sindrom nefrotik.Insidensi ibu
hamil dengan IUFD di kamar bersalin RS Margono Soekarjo periode 1 Januari
sampai 31 Desember 2010, terbanyak diakibatkan oleh ibu hamil dengan usia lebih
dari 35 tahun, dimana pada usia tersebut merupakan kehamilan risiko tinggi.
45
Jumlah
Kehamilan multipel
Malpresentasi
IUGR
Kelainan kongenital
Kelainan genetik
Infeksi fetal
Hidrops
(orang)
0
9
0
1
0
1
1
Diagram 5. Pasien hamil dengan IUFD berdasarkan faktor fetal periode 1 Januari 31 Desember 2010
kelainan kongenital; 8%
presbo; 8%
Berdasarkan faktor fetal pada ibu hamil dengan IUFD didapatkan 9 orang
dengan malpresentasi, 1 orang dengan kelainan kongenital pada janinnya, 1 orang
dengan infeksi toxoplasma pada janinnya, 1 orang dengan preeklampsia, 3 orang
dengan eklampsia, 2 orang dengan polihidramnion, 1 orang dengan asma, dan 1 orang
dengan hidrops (edema) pada janinnya.Insidensi ibu hamil dengan IUFD berdasarkan
faktor fetal di kamar bersalin RS Margono Soekarjo periode 1 Januari 31 Desember
46
2010, terbanyak diakibatkan oleh ibu hamil dengan malpresentasi pada janinnya,
dimana malpresentasi meningkatkan risiko kematian janin dalam rahim.
Tabel 7Pasien hamil dengan IUFD berdasarkan faktor plasenta
periode 1Januari 31Desember 2010
Faktor plasenta
Jumlah
(orang)
0
2
0
0
0
Berdasarkan faktor plasenta pada ibu hamil dengan IUFD di kamar bersalin
RS Margono Soekarjo periode 1 Januari sampai 31 Desember 2010, didapatkan 2
orang yang mengalami ketuban pecah dini. Pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini
dapat meningkatkan risiko terjadinya IUFD diakibat ketidakseimbangan cairan di
dalam rahim.
Tabel 8Pasien hamil dengan IUFD berdasarkan faktor risiko
periode 1Januari 31Desember 2010
Faktor risiko
Jumlah
47
(orang)
21
1
0
0
0
0
0
58
1
2
Diagram 7. Pasien hamil dengan IUFD berdasarkan faktor risiko periode 1 Januari 31 Desember 2010
sga; 12%
obesitas; 1%
Berdasarkan faktor risiko pada ibu hamil dengan IUFD didapatkan 21 orang
dengan small of gestational age, 1 orang dengan obesitas, 58 orang dengan partus
prematurus, 1 orang dengan riwayat sectio cesarea/ laparotomy, 11 orang dengan
keadaan IUFD intrapartum, dan 2 orang dengan partus patologis.Insidensi ibu hamil
dengan IUFD berdasarkan faktor risiko di kamar bersalin RS Margono Soekarjo
periode 1 Januari sampai 31 Desember 2010 terbanyak, pada ibu hamil dengan partus
prematurus.
48
B. Pembahasan
Angka kejadian pasien hamil dengan IUFD di kamar bersalin RS Margono
Soekarjo dari periode 1 Januari 31Desember 2010 adalah 78 kasus, dengan data
yang memenuhi kriteria didapatkan 75 kasus pasien hamil dengan IUFD. Dengan
rata-rata kasus IUFD per bulan berkisar 6-7 pasien. Angka ini termasuk lebih tinggi
bila dibandingkan dengan jumlah kasus ibu dengan IUFD di RS Cipto
Mangunkusumo, Jakarta, pada bulan Desember 2007 Februari 2008. Jumlah kasus
IUFD di RS Cipto Mangunkusumo berkisar antara 3-4 kasus (Rahayu, 2008). Dari
Depkes RI (POGI, 2006 , Rahayu, 2008) pun disebutkan bahwa tingkat mortalitas
perinatal di Indonesia berkisar antara 24 dari 1.000 kehamilan. Hal tersebut menjadi
tantangan bersama bagi para praktisi kesehatan untuk dapat menekan angka kejadian
IUFD tersebut.
Berdasarkan usia ibu dengan IUFD didapatkan 6 kasus dengan usia kurang
dari 20 tahun, 53 kasus dengan usia 20 sampai 35 tahun, dan 16 kasus dengan usia
lebih dari 35 tahun. Terdapat perbedaansignifikan yang berkaitan dengan referensi
yang tersedia, dimana ibu hamil dengan usia yang lanjut (terutama di atas 40 tahun)
lebih beresiko mengalami kematian janin atau IUFD (Rahayu, 2008). Berdasarkan
usia kehamilan ibu dengan IUFD didapatkan 58 kasus dengan usia kehamilan 20 - 37
minggu, 15 kasus dengan usia kehamilan 37 - 42 minggu, dan 2 kasus dengan usia
kehamilan lebih dari 42 minggu. Hal ini cukup sejalan dengan teori yang ada, dimana
usia kehamilan yang preterm beresiko menimbulkan terjadinya IUFD karena adanya
49
kekurangmatangan fungsi organ vital dari janin, dan vaskularisasi plasenta yang
menurun sebelum waktunya (Korteweg, 2010).
Dapat kita lihat, insidensi ibu hamil dengan IUFD berdasarkan faktor risiko di
kamar bersalin RS Margono Soekarjo periode 1 Januari sampai 31 Desember 2010
terbanyak adalah pada ibu hamil dengan partus prematurus. Hal ini dijumpai dengan
adanya 58 kasus IUFD karena partus prematurus dibanding 75 kasus IUFD secara
keseluruhan.Secara teoritis, partus prematurus termasuk dalam golongan faktor resiko
IUFD kausa janin. Cunningham (2005) menyatakan bahwa 25 40% kasus kematian
janin dan lahir mati disebabkan oleh karena faktor janin. Secara patologis, partus
prematurus menimbulkan adanya ketidakmatangan perkembangan organ janin, yang
menyebabkan ketidakmampuan janin untuk hidup secara normal (POGI, 2006 ,
Silver, 2007). Hal ini semakin berat karena partus prematurus pun menyebabkan
adanya pemisahan plasenta secara prematur. Dari hal tersebut, dapat dikatakan bahwa
partus prematurus layak untuk dikatakan sebagai faktor resiko utama adanya
kematian janin atau IUFD.
Berdasarkan paritas ibu hamil dengan IUFD didapatkan 37 orang nulipara, 16
orang primipara, 21 orang multipara, dan 1 orang grande multipara. Berdasarkan
literatur dari Cunningham (2005), kehamilan multipara memiliki resiko yang dekat
dengan IUFD.Dari hasil survey ini terlihat bahwa referensi tersebut berseberangan
dengan hasil survey IUFD di Kamar Bersalin RSMS, dimana pasien nulipara lebih
banyak mengalami IUFD dibanding dengan pasien ibu hamil yang multipara.Walau
demikian, IUFD memiliki banyak faktor resiko yang bisa saling mempengaruhi.
50
Faktor maternal pada hasil survei ini tergolong memiliki jumlah kasus yang
lebih sedikit. Hal tersebut didapatkan 2 orang dengan usia kehamilan lebih dari 42
minggu, 16 orang dengan usia lebih dari 35 tahun, 1 orang dengan infeksi
toksoplasma, 10 orang dengan preeklampsia, 3 orang dengan eklampsia, 2 orang
dengan polihidramnion, 1 orang dengan asma, 1 orang dengan decompensasi cordis,
dan 1 orang dengan sindrom nefrotik. Insidensi ibu hamil dengan IUFD di kamar
bersalin RS Margono Soekarjo periode 1 Januari sampai 31 Desember 2010,
terbanyak diakibatkan oleh ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun, dimana pada
usia tersebut merupakan kehamilan risiko tinggi.
Berdasarkan faktor plasenta pada ibu hamil dengan IUFD di kamar bersalin
RS Margono Soekarjo periode 1 Januari sampai 31 Desember 2010, didapatkan 2
orang yang mengalami ketuban pecah dini. Pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini
dapat meningkatkan risiko terjadinya IUFD diakibat ketidakseimbangan cairan di
dalam rahim (Korteweg, 2009).
Sisa dari faktor-faktor resiko lainnya pada ibu hamil dengan IUFD didapatkan
21 orang dengan small of gestational age, 1 orang dengan obesitas, 1 orang dengan
riwayat sectio cesarea/laparotomy, 11 orang dengan keadaan IUFD intrapartum, dan
2 orang dengan partus patologis.
BAB V
KESIMPULAN
51
Angka kejadian pasien ibu hamil dengan IUFD di kamar bersalin RS Margono
Soekarjo dari periode 1 Januari 31Desember 2010 yang memenuhi kriteria
sampai 35 tahun.
Berdasarkan usia kehamilan ibu dengan IUFD, didapatkan kasus terbanyak
lebih sedikit.
Faktor plasenta yang berkaitan dengan IUFD hanya didapatkan kriteria
52
DAFTAR PUSTAKA
ACOG Committee opinion. 1995. Perinatal and infant mortality statistics. Committee
on Obstetric Practice : Number 167.. American College of Obstetricians and
Gynecologists. Int J Gynaecol Obstetry (on-line).Diakses pada 28 Mei 2011.
Barfield WD, et al. 2002. Contribution of late fetal deaths to US perinatal mortality
rates in 1995-1998. Semin Perinatology;26(1): pg.17-24 (on-line). Diakses pada
29 Mei 2011.
Cousens S, Blencowe H, Stanton C, et al. 2011. National, Regional, and Worldwide
Estimates of Stillbirth Rates in 2009 with Trends since 1995, a systematic
analysis. Lancet ; 377(9774):1319-30 (on-line). Diakses pada 29 Mei 2011.
Cunningham, F.G., etc. 2005. Kematian Janin. Obstetri Williams vol. 2, edisi 21.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, hlm. 1200-20.
Flenady V, et al. 2011. Major risk factors for stillbirth in high-income countries: a
systematic review and meta-analysis. Lancet;377(9774):1331-40 (on-line).
Diakses pada 29 Mei 2011.
French AE, Gregg VH, Newberry Y, et al. 2005. Umbilical cord stricture: a cause of
recurrent fetal death. Obstet Gynecol;105(5 Pt 2):1235-9(on-line). Diakses pada
29 Mei 2011.
53
Gomez Ponce de Leon R, Wing DA. 2009. Misoprostol for termination of pregnancy
with intrauterine fetal demise in the second and third trimester of pregnancy - a
systematic review. Contraception ; 79(4):259-71 (on-line). Diakses pada 29 Mei
2011.
Khashoghi, T.Y., 2005. Epidemiology of Intrauterine Fetal Death in Saudi Arabia,
KKUH experience. Biomedial Journal Research; 16 (1) : 59 64 (on-line).
Diakses pada 22 Mei 2011.
Korteweg, F.J., etc. 2009. Diverse Placental Pathologies as the Main Causes of Fetal
Death.Obstet Gynecol ; 114 (4) : 809-17 (on-line). Diakses pada 24 Mei 2011.
Lembar, S., etc. 2009.Hubungan Sindrom Antifosfolipid dengan Gangguan
Kehamilan.Majalah Kedokteran Damianus vol. 8, no.1, Departemen Patologi
Klinik FK Unika Atmajaya (on-line).Diakses pada 5 Juni 2011.
Maroef, S., etc. 2003. Toksoplasmosis Ibu Hamil di Indonesia. Cermin Dunia
Kedokteran no.139, edisi Kebidanan dan Kandungan (on-line).Diakses pada 22
Mei 2011.
MacDorman, M.F., etc. 2009. Fetal and Perinatal Mortality. National Vital Statistic
Reproduction ; 57 (8) ; 1-19 (on-line). Diakses pada 26 Mei 2011.
Nicholson JM, Caughey AB, Stenson MH, Cronholm P, Kellar L, Bennett I, et
al.2009. The active management of risk in multiparous pregnancy at term:
association between a higher preventive labor induction rate and improved birth
54
55
Sumatera Utara, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Kebidanan
dan Kandungan (on-line). Diakses pada 27 Mei 2011.
Silver RM. 2007. Fetal death. Obstet Gynecol. Jan 2007;109(1):153-67. Diakses pada
29 Mei 2011.
Smith, G., etc. 2004. Second-Trimester Maternal Serum Levels of Alpha-Fetoprotein
and the Subsequent Risk of Suddent Infant Death Syndrome. The New England
Journal of Medicine : 351 ; 978-86 (on-line). Diakses pada 28 Mei 2011.
Suparman, E., etc. 2003. Management of Placental Abruption and Incomplet Uterine
Ruptue caused by Accidental Trauma of Abdomen. Cermin Dunia Kedokteran,
no.139, edisi Kebidanan dan Kandungan (on-line). Diakses pada 22 Mei 2011.
Utama, S.Y. 2008. Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia
Berat pada Ibu Hamil di RS Raden Mattaher Jambi tahun 2007.Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi vol. 8, no. 2, Juli 2008 (on-line).Diakses pada 5
Juni 2011.
Weiss HB, Songer TJ, Fabio A. 2001. Fetal deaths related to maternal
injury.JAMA;286(15):1863-8 (on-line). Diakses pada 27 Mei 2011.
56