Anda di halaman 1dari 11

A.

Judul Percobaan

Ekstraksi Kafein

B. Tujuan Percobaan
Mengenal ekstraksi kontinyu dengan perantaraan panas

C. Landasan Teori
Bahan-bahan alam hayati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan
mikroorganisme telah digunakan oleh umat manusia untuk memenuhi berbagai
keperluan hidup seperti pangan, sandang, papan, energi, wangi-wangian, zat warna,
insektisida, hebisida dan obat-obatan. Keanekaragaman hayati (Biodiversity) dapat
diartikan sebagai keanekaragaman kimiawi (Chemodiversity) yang merupakan
keanekaragaman senyawa-senyawa metabolit sekunder (Achmad, 2000). Senyawa
metabolit sekunder mempunyai lebih dari satu gugus fungsi sehingga tumbuhan
tersebut memiliki banyak kegunaan dan bioaktivitas karena dapat berinteraksi lebih
dari satu molekul target. Senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada makhluk
hidup khususnya tumbuhan merupakan ciri adaptasi yang dibentuk atau
dimodifikasi oleh seleksi alam selama evolusi. Menurut analisis filogenetik dan
sistematik yang didasarkan pada karakter makroskopi dan mikroskopi menyatakan
bahwa senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam satu anggota famili
tumbuhan mempunyai stuktur senyawa yang hampir sama (Wink, 2003).
Salah satu senyawa metabolit sekunder adalah senyawa alkaloid dengan
keanekaragaman struktur, penyebarannya di alam serta mempunyai aktvitas
biologis yang sangat penting. Alkaloid adalah senyawa siklik yang mengandung
atom nitrogen yang penyebarannya terbatas pada organisme hidup. Efek fisiologis
yang kuat dan selektivitas senyawa alkaloid menyebabkan senyawa alkaloid
tersebut sangat bermanfaat dalam pengobatan (Marek, 2007). Menurut Achmad
(1986: 47), alkoloid adalah seatu golongan senyawa organik yang terbanyak
ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling
sedikit sebuah atom nitrogen yang biasanya bersifat basa, dan dalam sebagian
besarnya atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Batasan
mengenai alkaloid seperti dinyatakan diatas perlu digunakan secara hati-hati,
karena banyak senyawa heterosiklik nitrogen lain, yang ditemukan di alam, yang
bukan termasuk alkaloid. Misalnya, senyawa-senyawa pirimidin, pteridin dan asam
nukleat yang tidak pernah dinyatakan sebagai alkaloid. Alkaloid dapat ditemukan
dalam berbagai bagian tumbuhan, seperti biji, daun, ranting dan kulit kayu.
Seringkali kadar alkaloid dalam jaringan tumbuhan ini kurang dari 1%. Akan tetapi,
kulit kayu dari tumbuhan tahunavkadang-kadang mengandung 5-10% alkaloid
seperti kulit kina yang mengandung sekitar 10% kuinin. Jadi dapat disimpulkan
bahwa contoh senyawa metabolit sekunder yaitu golongan senyawa alkaloid.
Senyawa alkaloid adalah senyawa organik yang berstruktur heterosiklik yang
banyak terdapat ditumbuhan dimana struktunya terdapat sata atau lebih atom
nitrogen. Tetapi tidak semua senyawa heterosiklik nitrogen merupakan alkaloid.
Alkaloid, sekitar 5500 telah diketahui, merupakan golongan zat tumbuhan
yang terbesar. Tidak ada satupun istilah alkaloid yang memuaskan, tetapi pada
umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik.
Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan
fisiologi yang menonjol; jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan.
Alkaloid biasanya tanwarna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk
kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar.
Prazat alkaloid paling umum adalah asam amino, meskipun sebenarnya biosintesis
kebanyakan alkaloid lebih rumit. Ia berkisar dari senyawa sederhana seperti
koniina, yaitu alkaloid utama Conium maculatum, sampai ke struktur pentasiklik
seperti strikhina yaitu racun kulit Strycnos. Amina tumbuhan (misalnya meskalina)
dan basa purina dan pirimidina (misalnya kafeina) kadang-kadang digolongkan
sebagai alkaloid dalam arti umum. (Harborne, 1973; 234-236).
Alkaloid, seperti golongan senyawa organik bahan alam lainnya, tidak
mempunyai sistematik. Oleh karena itu, suatu alkaloid dinyatakan dengan nama
trivial, misalnya kuinin, morfin dan striknin. Hampir semua nama trivial ini diberi
akhiran in yang mencirikan alkoloid, sama seperti akhiran -osa yang mencirikan
karbohidrat. Alkaloid mempunyai struktur yang banyak jenisnya. Oleh karena itu,
klasifikasi alkaloid yang didasarkan pada strukturnya, dan dengan tegas dapat
membedakan suatu jenis tertentu dari jenis lainnya sukar dilakukan. Oleh karena
itu pula, dewasa ini belum ada suatu klasifikasi alkaloid yang digunakan secara
seragam. Suatu cara untuk mengklasifikasikan alkaloid adalah cara yang didasarkan
pada jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur
molekul. Menurut klasifikasi ini, alkoloid dapat dibedakan atas beberapa jenis,
seperti alkaloid pirolidin, alkaloid piperidin, alkaloid isokuinolin, alkaloid indol,
alkaloid kuinolin dan sebagainya.

N
N
H
H
pirolidin piperidin

H
N

N
N
isokuinolin kuinolin indol

(Achmad, 1986: 48).

Klasifikasi alkaloid adalah kompleks dan mungkin diikuti oleh seperangkat


aturan yang memperhitungkan struktur dan fitur kimia lainnya seperti molekul
alkaloid, asal biologis, serta asal biogenetis mana diketahui. Sebagai contoh, di
mana jalur biosintesis dari sebuah alkaloid tidak diketahui, hal itu dapat
dikelompokkan berdasarkan kesamaan struktur dengan senyawa yang diketahui,
termasuk senyawa non-nitrogen, atau oleh organisme dimana alkaloid diisolasi.
Tabel kelompok senyawa alkoloid
Kelompok Contoh senyawa
Piridin Piperin, coniin, trigonelina, arecolin, arecaidin, guvacin, sitisin,
lobelin, nikotin, anabasin, spartein, pelletierin.
Pirolidin Higrin, cuscohigrin, nikotin.
Indolizidin Senecionin, swainsonin.
Tropan Atropin, kokain, ecgonin, skopolamin, catuabin
Quinolin Kina, quinidin, dihidroquinin, dihidroquinidin, strichnin,
brusin, veratrin, sevadin.
Isoquinolin: -Alkaloid opium:
(papaverin, narcotin, narcein), pancratistatin, sanguinarin,
hidrastin, berberin, emetin, berbamin,oxiacanthin.
-Alkaloid fenantrena:
Opium alkaloid (morfin, codein, thebain, oripavin)
Purin Xanthines, kafein, theobromin, teofilin.
Terpenoid: -Aconitum alkaloid: aconitine.
-Alkaloid steroid: (mengandung kerangka steroid dalam
struktur mengandung nitrogen)
-Solanum alkaloid (misalnya kentang dan tomat): (solanidin,
solanin,kakonin) veratrum alkaloid: (veratramin, siklo pamin,
sikloposin, jervin, muldamin)
-Senyawa surfaktan: muscarin, kolin, neurin.
Phenethylamin Mescalin, efedrin, dopamin.
(Kakhia, 1999: 8-9)
Jenis alkaloid yang mempunyai lingkar purin atau lingkar imidazopirimidin
adalah lingkar senyawa heterosiklik majemuk yang merupakan kondensasi antara
lingkar imidazol dan lingkar pirimidin. Alkaloid yang mempunyai lingkar purin
antara lain kafein, teobromin dan teofilin.

O CH3
CH3 O
H3C HO H
N N H3C N
N N
HN
O N N
N O N N
N
O
CH3
H3C H3C

kafein teobromin teofilin


Kafein, kofein atau fein terdapat dalam biji-biji kopi dan daun teh. Kristal kafein
berbentuk jarum-jarum berwarna putih, tidak berbau dan berasa pahit. Kafein yang
tidak mengandung air kristal mencair pada suhu 238o C. Kafein larut dalam pirol
dan tetrahidroturan. Kelarutan kafein dalam air berkurang dengan adanya asam-
asam organik (Sumardjo, 2009: 447). Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang
banyak terdapat di daun teh (Camellia sinensis), biji kopi (Coffea arabica) dan biji
coklat (Theobroma cacao). Kafein memiliki efek farmakologis yang bermanfaat
secara klinis seperti menstimulasi susunan saraf, relaksasi otot polos terutama otot
polos bronkus dan stimulus otot jantung. Efek samping dari penggunaan kafein
secara berlebihan (overdosis) dapat menyebabkan gugup, gelisah, insomnia, muak
dan kejang (Rizky, dkk, 2015: 41-42). Jadi dapat disimpulkan bahwa salah satu
jenis alkaloid yang memiliki lingkar purin yaitu kafein, teobromin dan teofilin.
Untuk kafein, biasanya terdapat di biji kopi, daun teh dan biji coklat. Kristal kafein
berwarna putih, tidak berbau dan berasa pahit. Manfaat kafein yaitu menstimulasi
susunan saraf otot. Apabila seseorang overdosis kafein, akan mengakibatkan
gugup, gelisah, insomnia muak dan kejang.
Kafein yang memiliki nama IUPAC 3,7-dihidro-1,3,7-trimetil-1H-purin-
2,6-dion digunakan sebagai bahan tambahan dalam minuman, makanan, dan obat-
obatan. Kafein dapat menyebabkan efek negatif pada tubuh manusia apabila dosis
kafein dalam tubuh lebih dari 10 g atau 170 mg per kg berat badan dan batas
konsumsi kafein yaitu 38-400 mg per hari. Oleh karena itu, pengukuran kafein
dalam suatu produk perlu dilakukan untuk mengecek kadar kafein sebenarnya.
Biasanya metode yang digunakan dalam penentuan kafein yaitu kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKT) dan spektrometer UV-Vis. Metode ini efektif namun tidak
cepat. Kafein dapat dianalisis dengan menggunakan metode elektrokimia, salah
satunya amperometri menggunakan elektroda karbon screen-printed (SPCE).
Kafein adalah senyawa yang dapat dioksidasi pada potensial yang sangat positif.
SPCE adalah elektroda yang dapat digunakan sekali pakai, dapat digunakan untuk
pengukuran volume mikro inert, dan berpori yang dapat mempermudah molekul
menempel di permukaan (Mulyasuryani, dkk, 2014: 112-113).
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Neraca analitik 1 buah
b. Soxlet dengan perlengkapannya 1 buah
c. Corong kaca 1 buah
d. Cawan porselin 1 buah
e. Statif dan klem 2 buah
f. Gelas kimia 250 ml 1 buah
g. Termometer 110oC 1 buah
h. Sendok 1 buah
i. Botol semprot 1 buah
j. Labu bundar 500 ml 1 buah
k. Labu destilasi 500 ml 1 buah
l. Alat destilasi 1 buah
m. Sikat tabung 1 buah
n. Batang pengaduk 1 buah
o. Penangas air 1 buah
p. Batu didih 3 buah
q. Gelas kimia 100 ml 1 buah
r. Batang pengaduk 2 buah
s. Spatula 1 buah
t. Bunsen 2 buah
u. Kaki tiga dan kasa asbes 2 buah
v. Gelas ukur 25 ml 1 buah
w. Penjepit tabung 2 buah
x. Pipet tetes 5 buah
y. Corong pisah 1 buah
z. Staf dan klem 1 buah

2. Bahan
a. Sampel teh
b. Etanol (C2H5OH)
c. Aquades (H2O)
d. Magnesium oksida (MgO)
e. Natrium Hidroksida (NaOH) padat
f. Kloroform
g. Penguji meyer
h. Penguji wagner
i. Asam sulfat (H2SO4)
j. Aluminium foil
k. Label
l. Kertas saring
m. Tisu
n. Korek gas
o. Batu didih

E. Prosedur Kerja
1. Sebanyak 20 gram sampel (teh) ditimbang menggunakan neraca analitik.
2. Sampel yang telah ditimbang dan dibungkus dengan kertas saring
dimasukkan ke dalam soxlet kemudian ditambahkan etanol sebagai pelarut
hingga garis batasnya.
3. Sampel kemudian dipanaskan sampai terjadi 4 kali sirkulasi.
4. Sampel kemudian didestilasi dengan menggunakan alat destilasi
5. Sampel yang diperoleh kemudian dicampurkan dengan suspensi MgO
sebanyak 17,5 gram.
6. Sampel kemudian dieksak dengan 125 ml air panas.
7. Sampel kemudian dieksak dengan 25 ml H2SO4.
8. Sampel kemudian diuapkan dari volume 150 ml menjadi 80 ml.
9. Sampel kemudian ditambahkan NaOH padat.
10. Sampel kemudian diekstaksi dengan kloroform 15 ml sebanyak 3 kali
dengan menggunakan corong pisah.
11. Sampel kemudian dipisahkan, dengan mengambil lapisan atas, dan lapisan
bawah dibuang.
12. Sampel kemudian diuji dengan penyuji meyer dan penguji wagner.

F. Hasil Pengamatan
Aktivitas Hasil pengamatan
Teh ditimbang 20 gram
Dibungkus dengan kertas saring Terbungkus
Dimasukkan ke dalam soxlet Larutan berwarna kuning
kemudian dilarutkan dengan etanol
Larutan di soxletasi sebanyak 4 kali Sirkulasi pertama : 34 menit
sirkulasi Sirkulasi kedua : 26 menit
Sirkulasi ketiga : 25 menit
Sirkulasi keempat : 25 menit
Larutan kemudian di destilasi Keluar destilat
MgO ditimbang 17,5 gram
MgO dilarutkan dengan aquades Terbentuk suspensi MgO
Destilat dicampurkan dengan MgO Terbentuk 2 lapisan, lapisan pertama
adalah destilat, sedangkan lapisan
kedua adalah lapisan MgO
Bubuk di ekstrak dengan air panas Larutan berwarna cokelat pekat
sebanyak 125 ml
Hasil ekstraksi ditambahkan dengan Larutan berwarna cokelat namun
25 ml H2SO4 agak encer
Larutan diuapkan menjadi 1/3 dari 80 ml
volume awal
Larutan ditambahkan NaOH padat Larutan menjadi panas
Larutan diekstraksi dengan 15 ml Terbentuk 2 lapisan, lapisan atas
kloroform sebanyak 3 kali berwarna cokelat dan lapisan bawah
tak berwarna (bening)
Lapisan berwarna cokelat diuji Pada penguji meyer, terbentuk
dengan menggunakan penguji meyer endapan hitam, begitupula dengan
dan penguji wagner pengujian dengan penguji wagner

G. Pembahasan
Pada percobaan ini, dilakukan ekstraksi kafein. Kafein merupakan salah
satu senyawa jenis alkoloid yang merupakan senyawa heterosiklik berupa purin
yang merupakan kondensasi antara lingkar imidazol dan lingkar pirimidin. Sampel
yang digunakan dalam percobaan ini yaitu teh. Langkah awal yang dilakukan yaitu
membungkus teh yang telah ditimbah dan masukkan kedalam soxklet. Dalam
proses soxletasi, pelarut yang digunakan adalah etanol. Etanol digunakan karena
memilik titik didih yang rendah agar proses sirkulasiberlangsung cepat, dan etanol
juga memiliki kesamaan terhadap kafein yaitu bersifat polar. Pada proses ini,
dimasukkan beberapa butir batu didih agar tidak terjadi letupan. Soxletasi dilakukan
empat kali sirkulasi, dimana pada sirkulasi pertama terjadi pada menit ke 34,
sirkulasi kedua berlangsung pada menit ke 26, sirkulasi ketiga pada menit ke 25 dan
pada sirkulasi keempat pada menit ke 25.
Setelah proses soxletasi, larutan seelanjutnya didestilasi. Destilasi
dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol, dengan suhu berkisar antara 78-80oC
yang dimana pada suhu tersebut merupakan suhu titik didih etanol (78,37oC).
Setelah proses destilasi yang mengeluarkan etonol, lanjutnya larutan teh tersebut
dicuci dengan suspensi MgO. Fungsi penambahan MgO yaitu untuk mengikat
kafein. Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan air panas yang berfungsi untuk
mengikat air yang masih terikat dalam MgO. Hal ini dapat terjadi karena air panas
mempunyai daya tumbukan. Kemudian larutan ditambahkan H2SO4 encer.
Penambahan ini berjutuan yang bertujuan agar kafein tidak larut dalam kloroform
pada proses ekstraksiselanjutnya larutan diuapkan hingga tersisa 1/3 dari volume
semula. Larutan yang diperoleh sebanyak 80 mL. Lalu larutan tersebut disaring
menggunaka kertas saring. Filtrat yang diperoleh yaitu berwarna merah kecoklatan.
Larutan kemudian ditambahkan NaOH padat lalu diekstraksi dengan kloroform di
dalam corong pisah. Fungsi penambahan kloroform yaitu mengikat zat zat
pengotor yang bersifat nonpolar yang terdapat pada larutan. Kemudian larutan
dikocok lalu didiamkan dan terbentuk dua lapisan. Lapisan atas berwarna coklat
dan lapisan bahah bening. Ekstraksi dengan kloroform dilakukan sebanyak 3 kali
yang bertujuan agar zat pengotor habis terikat dengan kloroform. Selanjutnya
lapisan atas dipanaskan lalu ditambahkan larutan penguji mayer dan terbentuk
endapan. Kemudian larutan ditambhkan denganpenguji wabner dan terbentuk
endapan hitam. Larutan yang diperoleh tidak terdapat kristal kafein melainkan
hanya zat pengotor.

H. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa:
a. Ekstraksi kontinyu dengan perantaraan panas merupakan ekstraksi
berkelanjutan (beberapa kali sirkulasi) dalam pada temperatur tinggi untuk
mengadsorbsi atau mengikat komponen yang terkandung pada suatu zat
b. Dari hasil percobaan tidak diperoleh kristal kafein
2 . Saran
Untuk praktikan selanjutnya diharapkan agar lebih berhati-hati dan lebih
giat dalam menunggu segala proses ekstraksinya dan untuk memperoleh hasil yang
lebih baik, gunakanlah teh yang tanpa tersentuh oleh pabrik modern.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Prof. Dr. Sjamsul A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jarakta :
Karunika
Harborne. J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB
Kakhia, Tarek I. 1999. Alkaloids and Alkaloids Plants. Turkey : Adana University
Lenny, sovia. Barus. Sitopu. 2010. Isolasi Senyawa Alkalod dari Daun Sidaguri
(Sida rhombifolia L.) Leaver. Jurnal Kimia Mulawarman Vol. 8 no. 1 ISSN
1693-5616.
Mulyasuriani,Ani. Setiorini. Fardiyah. 2014. Penentuan Kafein secara
Amperometri Denyut menggunakan Elektroda Karbon Screen-Printed. Kimia
Student Journal. Vol. 1 no. 1 pp. 112-118
Sumartjo, Drs. D. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran Program Strata satu Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Perpustakaan
nasional

Anda mungkin juga menyukai