Pengarah
Hamid Muhammad (Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah)
Penanggung Jawab
M. Mustaghfirin Amin(Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan)
Editor
Chrismi Widjajanti (Kepala Seksi Program)
Anggota
Drs. Saiful Anam
Dipo Handoko
Mukti Ali
Arien T.W
Rauhanda Riyantama
Ahmad Fauzi Ramdani
Tri Haryani
Pipin Dwi Nugraheni
Meidhi Alkibzi
Desain Cover
Ari
Karin Faizah Tauristy
ISBN: 978-602-74778-9-6
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Gedung E Lt 12-13 Kompleks Kemdikbud Senayan
Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat - 10270
Email: program.psmk@kemdikbud.go.id
P
uji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah,
yang senantiasa melimpahkan rahmat, nikmat, dan karunia-
Nya kepada kita yang berkecimpung di dunia pendidikan dan
kebudayaan. Berkat rahmat, nikmat, dan kemurahan-Nya pula, buku ini
bisa selesai tepat waktu.
Sebagaimana saya sampaikan dalam berbagai kesempatan,
Presiden RI Joko Widodo telah mengamanatkan agar Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan tiga program prioritas,
yakni Program Indonesia Pintar (PIP) yang dilaksanakan melalui Kartu
Indonesia Pintar (KIP), penajaman pendidikan vokasi, dan penguatan
pendidikan karakter. Tiga Fokus tersebut perlu kita dorong agar dapat
terlaksana dengan tepat dan cepat.
Khusus terkait penajaman pendidikan vokasi, yang tugas pokoknya
diemban oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Presiden
telah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016
tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan Dalam Rangka
Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia.
Melalui Inpres tersebut, Presiden secara khusus menugaskan kepada
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk: a) membuat peta jalan
pengembangan SMK; b) menyempurnakan dan menyelaraskan
kurikulum SMK dengan kompetensi sesuai kebutuhan pengguna
lulusan (link and match); c) meningkatkan jumlah dan kompetensi bagi
pendidik dan tenaga kependidikan SMK; d) meningkatkan kerjasama
dengan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan dunia usaha/
industri; e) meningkatkan akses sertifikasi lulusan SMK dan akreditasi
SMK; f) membentuk Kelompok Kerja Pengembangan SMK. Keenam
tugas dari Presiden itu kini kita jadikan prioritas serius agar kita tidak
terlambat mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang
iv
terampil sehingga siap bersaing di pasar internasional.
Kita menyadari bahwa SMK menduduki posisi sangat strategis dalam menyiapkan tenaga kerja
terampil untuk menghadapi persaingan di era global dewasa ini. Pada tahun 2030, Indonesia
memerlukan 58 juta tenaga kerja terampil. Sedangkan di Asean, sampai tahun 2025 akan membuka
14 juta lapangan tenaga kerja. Ini merupakan peluang sekaligus tantangan. Oleh sebab itu, Nawacita
dari Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla secara explisit menyebut SMK sebagai salah
satu yang harus dipertajam dan diperkuat.
Berbahagialah anak-anak sekarang yang pada tahun 2045 nanti akan berusia relatif masih muda.
Tepat pada tahun itu kita akan memperingati satu abad kemerdekaan Republik Indonesia, dan anak-
anak kita sekarang ini akan berada pada puncak usia produktif.
Maka yang mendesak untuk dilakukan adalah segera beranjak dari zona nyaman. Jangan
cepat puas dengan keunggulan komparatif dari sumber daya alam kita. SMK harus bisa lebih
kerja keras lagi. Persoalan-persoalan keterbatasan jumlah dan kompetensi guru, minimnya sarana
dan prasarana, kurang sesuainya kondisi geografis dengan program keahlian yang dimiliki, tidak
selarasnya kompetensi lulusan SMK dengan dunia usaha dan dunia industri, harus segera diatasi.
Segala kekuatan harus kita kerahkan untuk menjamin penyiapan Generasi Emas yang unggul dan
kompetitif. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadi salah satu tumpuan harapan untuk
menyiapkan Generasi Emas di tahun 2045.
Jika semua tekad kita itu laksanakan, insya Allah pada tahun 2030 ekonomi kita akan masuk
peringkat 7 dunia dengan tambahan 58 juta pekerja yang handal (skilled workers). Potensi negeri kita
yang melimpah akan semakin maju pesat dengan prioritas pengembangan SMK terutama di bidang-
bidang kemaritiman, pariwisata, pertanian dan industri kreatif. Saya yakin dengan gotong royong
semua lapisan masyarakat kita akan dengan mudah mencapai semua harapan itu.
Saya menyampaikan penghargaan kepada Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
yang telah memprakarsai penerbitan buku ini. Semoga Tuhan yang Maha Kuasa senantiasa meridhoi
niat mulia kita. Amin.
Muhadjir Effendy
v
SAMBUTAN
Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah
P
uji syukur kita panjatkan ke hadlirat Tuhan Yang Maha
Kuasa, yang tak henti-hentinya melimpahkan rahmat,
nikmat, dan berbagai kemudahan kepada kita dalam
menjalankan tugas sehari-hari di bidang pendidikan dan
kebudayaan. Berkat rahmat dan kemudahan itu pula, buku yang
diterbitkan Direktorat Pembinaan SMK ini bisa sampai di tangan
pembaca.
Sebagaimana kita ketahui bersama, saat ini bangsa kita
tengah memasuki abad 21, yang antara lain bercirikan semakin
ketatnya kompetisi antar bangsa dalam berbagai bidang
kehidupan, termasuk dalam perebutan pasar kerja. Persaingan
tenaga kerja semakin terbuka seiring dengan pemberlakuan
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sejak 1 Januari 2016.
Dengan berlakunya MEA, maka persaingan antar negara
ASEAN dalam perebutan pasar kerja semakin meningkat. Seluruh
negara ASEAN didorong untuk membuka pintu seluas-luasnya
terhadap masuknya berbagai produk ekonomi maupun tenaga
kerja asing. Oleh karena itu, Indonesia harus memperkuat
posisinya dalam persaingan tersebut. Maka, tuntutan untuk
mencetak tenaga kerja siap pakai, terampil, dan profesional tidak
bisa ditunda lagi. Ini menjadi tugas, tantangan, sekaligus peluang
bagi SMK untuk menghasilkan lulusan yang terampil dan siap
kerja.
Terkait hal itu, maka tepat kiranya amanat Presiden RI Joko
Widodo agar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bawah
Mendikbud, Prof. Dr. H. Muhadjir Effendy, M.AP memprioritaskan
penguatan pendidikan vokasi sebagai salah satu dari tiga program
vi
prioritas, selain Program Indonesia Pintar (PIP) dan penguatan pendidikan karakter.
Bahkan khusus penguatan pendidikan vokasi ini, Presiden telah mengeluarkan
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah
Kejuruan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia
Indonesia.
Menindaklanjuti amanat Presiden tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
telah memulai langkah-langkah konkrit untuk memperkuat SMK, di antaranya
memperbaiki kurikulum SMK agar menekankan sistem pembelajaran yang
berorientasi kerja, memprioritaskan empat Bidang Keahlian (pariwisata, kemaritiman,
pertanian, dan industri kreatif) karena sektor-sektor itu mampu menyerap cukup
banyak tenaga kerja. Oleh karena itu peningkatan kualitas layanan SMK, pendidik dan
tenaga kependidikan, hingga lebih intensif menjalin kerjasama dengan dunia usaha/
dunia industri baik dalam rangka memperkuat praktek kerja maupun memasarkan
lulusan SMK mutlak diperlukan.
Hingga kini, Direktorat Pembinaan SMK, Ditjen Dikdasmen, telah melakukan
beragam cara untuk memperluas dan memeratakan akses, meningkatkan mutu
maupun memperkuat relevansi pendidikan SMK. Program pengembangan SMK
rujukan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan mutu, dengan menghadirkan
praktek-praktek terbaik (best practices) bagi sekolah-sekolah lain di sekitarnya. Kita
tentu berharap, SMK bisa menjadi solusi bagi penyediaan kebutuhan tenaga kerja
terampil sekaligus ikut berperan dalam mengurangi pengangguran usia produktif.
Saya menyambut baik terbitnya buku ini, sekaligus mengucapkan terima kasih
kepada Direktur Pembinaan SMK, tim penulis, dan pihak-pihak lain yang ikut terlibat.
Semoga buku ini dapat menjadi bagian dari upaya kita meningkatkan akses, mutu,
dan relevasi pendidikan SMK.
Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah
Hamid Muhammad
vii
pengantar
Direktur Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan
K
ita menyadari bahwa saat ini bangsa Indonesia tengah
memasuki persaingan sengit dalam perebutan pasar kerja,
terutama sejak berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) tanggal 1 Januari 2016. Oleh karena itu, sesuai arahan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, saat ini Direktorat Pembinaan
SMK terfokus pada pengembangan empat sektor unggulan, yakni
kemaritiman (mencakup perikanan dan kelautan), pertanian
(ketahanan pangan), pariwisata, dan industri kreatif. Sesuai
dengan nawa cita Presiden R.I, empat sektor ini diprioritaskan
karena menyerap banyak tenaga kerja.
Besarnya potensi Indonesia terutama di empat bidang
unggulan tersebut dapat diibaratkan seperti air di atas gunung.
Kalau tidak dialirkan untuk menggerakkan listrik, hal itu hanya akan
jadi sebatas potensi. Sama halnya dengan ikan di laut, meskipun
jumlahnya berlimpah kalau tidak ada yang bisa mengolah, ikannya
akan lari.
Selain empat sektor unggulan tersebut, Direktorat Pembinaan
SMK juga tetap mengembangkan SMK bidang keahlian teknologi
dan rekayasa. Juga memperluas dan memeratakan akses melalui
fasilitasi pendirian dan pengembangan SMK berbasis komunitas/
pondok pesantren.
Tantangan cukup berat yang dihadapi SMK saat ini antara lain
minimnya jumlah guru produktif. Saat ini, jumlah guru produktif
SMK baru sekitar 22% dari total jumlah guru SMK. Padahal, guru
produktif dengan jumlah dan kualitas yang memadai, menjadi kunci
penting bagi mutu lulusan SMK yang terampil dan kompeten. Oleh
viii
karena itu, Direktorat Pembinaan SMK, Ditjen Dikdasmen, bersama dengan Direktorat Pembinaan
Guru Pendidikan Menengah, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK),
menjalin kerjasama sinergis untuk bersama-sama meningkatkan jumlah dan kompetensi guru-guru
SMK.
Penerbitan buku profil SMK rujukan ini juga merupakan salah satu bagian dari upaya
meningkatkan mutu SMK. Dengan menampilkan tempat praktik-praktik terbaik (best practices) dan
hasil/produk terbaik dari SMK dalam berbagai program keahlian, diharapkan dapat menjadi acuan
bagi sekolah-sekolah lain dalam meningkatkan mutunya.
Pada buku ini, terdapat 10 SMK bidang keahlian pariwisata yang ditampilkan, yakni SMK Negeri
3 Denpasar (Bali), SMK Negeri 4 Banjarmasin (Kalimantan Selatan), SMK Negeri 2 Boyolangu (Jawa
Timur), SMK Negeri 4 Solo (Jawa Tengah), SMK Negeri 6 Surabaya (Jawa Timur), SMK Negeri 9
Bandung (Jawa Barat), SMK Negeri 6 Yogyakarta (DI Yogyakarta), SMK Negeri 27 Jakarta (DKI Jakarta),
SMK Negeri 1 Jayapura (Papua), dan SMK Negeri 9 Padang (Sumatera Barat).
Saya ucapkan terima kasih kepada tim penulis dan pihak-pihak lain yang ikut terlibat dalam
penyusunan buku ini. Semoga bermanfaat.
Mustaghfirin Amin
ix
Daftar Isi
Profil SMK Rujukan Pariwisata
Merangkai moZaik nusantara
iv 1
sambutan pendahuluan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
Prof. Dr. H. Muhadjir Effendy, M.AP
13
vi SMK negeri 3 denpasar
Kota Denpasar, Provinsi Bali
sambutan
Amati, Terapkan, & Modifikasi
Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah
Hamid Muhammad, Ph.D.
41
vii SMK negeri 4 banjarmasin
Kota Banjarmasin,
Provinsi Kalimantan Selatan
pengantar
Direktur Pembinaan Pertukaran Siswa dan Guru
Sekolah Menengah Kejuruan Hingga ke Luar Negeri
Drs. M. Mustaghfirin Amin, MBA
x 65
SMK negeri 2 boyolangu
daftar isi Kota Tulungagung,
Provinsi Jawa Timur
Ikhlas Mengabdi Sepenuh Hati
x
91 189
SMK negeri 4 solo SMK negeri 27 jakarta
Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah Kota Jakarta, Provinsi DKI Jakarta
Pemasok Lulusan Standard MEA Miliki Pastry Kitchen Super Canggih,
Satu-satunya di Indonesia
115 213
SMK negeri 6 SUrabaya
Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur SMK negeri 1 jayapura
Bekali Keterampilan Untuk Kota Jayapura, Provinsi Papua
ABK dan Anjal
Siapkan Siswa Asal Remote Area
Siap Kerja
143 233
SMK negeri 9 bandung
Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat SMK negeri 9 padang
Siswa dan Alumni Ditantang Kota padang,
Menjadi Pengelola Unit Usaha Provinsi Sumatera Barat
Siapkan Siswa Berjiwa Wirausaha
169
SMK negeri 6 yogyakarta
Kota Yogyakarta, Provinsi DI Yogyakarta
Oke di Akademis, Juga Well Groomed
xi
xii
PROFIL SMK RUJUKAN PARIWISATA
MERANGKAI
MOZAIK
NUSANTARA
1
Pendahuluan
K
ementerian Pendidikan dan Kebudayaan dewasa ini tengah
menggulirkan tiga program prioritas yang diamanatkan oleh Presiden
RI Joko Widodo, yakni percepatan Program Indonesia Pintar (PIP)
yang dilaksanakan melalui sarana Kartu Indonesia Pintar (KIP), penajaman
pendidikan vokasi, dan penguatan pendidikan karakter. Khusus terkait
program pendidikan vokasi, Presiden Joko Widodo bahkan telah menerbitkan
Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah
Menengah Kejuruan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing
Sumber Daya Manusia Indonesia.
Inpres tersebut menugaskan kepada sejumlah Menteri, Kepala Badan
Sertifikasi Profesi, dan para Gubernur untuk mengambil langkah-langkah
yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing untuk
merevitalisasi SMK guna meningkatkan kualitas dan daya saing sumber
daya manusia Indonesia. Selain itu, Presiden juga meminta mereka untuk
menyusun peta kebutuhan tenaga kerja bagi lulusan SMK sesuai tugas,
fungsi, dan kewenangan masing-masing dengan berpedoman pada peta jalan
pengembangan SMK.
Khusus kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Presiden Joko
Widodo menugaskan untuk: a) membuat peta jalan pengembangan SMK; b)
menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum SMK dengan kompetensi
sesuai kebutuhan pengguna lulusan (link and match); c) meningkatkan jumlah
dan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMK; d) meningkatkan
kerjasama dengan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan dunia
usaha/industri; e) meningkatkan akses sertifikasi lulusan SMK dan akreditasi
SMK; f) membentuk Kelompok Kerja Pengembangan SMK. Keenam tugas dari
Presiden itu kini dijadikan prioritas serius oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan agar tidak terlambat dalam mempersiapkan sumber daya manusia
Indonesia yang terampil sehingga siap bersaing di pasar internasional.
3
Jerman dalam pengembangan pendidikan kejuruan atau vokasi di Indonesia. Jerman
dianggap sebagai negara yang sangat bagus dalam mengembangkan sistem pendidikan
kejuruan, sehingga generasi mudanya memiliki keterampilan yang memadai sejak dini.Hal
itu pula yang membuat angka pengangguran di Jerman sangat rendah.
Saat kunjungan kerja di Jerman, Presiden Jokowi meninjau Pusat Pelatihan Pendidikan
Vokasi Profesional di Siemenstadt, yaitu semacam sekolah dan tempat pelatihan berbagai
bidang kejuruan yang sangat berkembang di Jerman. Di Siemenstadt, Presiden mendapatkan
informasi umum terkait pendidikan kejuruan dual training di Jerman. Pendidikan kejuruan
dual training adalah pendidikan yang berorientasi kerja dan mengharuskan para siswa/
peserta belajar di dua tempat pembelajaran, yaitu di sekolah dan di industri, sehingga terjadi
sinergi antara pembelajaran di sekolah dengan pembelajaran di industri.
Hingga kini, terjadi kesenjangan antara kebutuhan tenaga kerja dengan jumlah dan
kualitas output lulusan SK. Perbandingan kebutuhan dan lulusan SMK dapat dilihat pada
infografis berikut.
Karena terjadi kesenjangan yang cukup serius antara kebutuhan tenaga kerja dengan
lulusan SMK, maka Direktorat Pembinaan SMK merancang sejumlah kebijakan, program,
7
Bantuan Pengembangan SMK Pariwisata dilakukan dengan cara memberikan
bantuan dalam bentuk dana untuk pembangunan ruang dan/atau infrastruktur
serta peralatan bagi SMK Bidang Studi Keahlian lingkup Pariwisata yang ditunjuk.
e. Pengembangan Mutu melalui Cluster SMK Rujukan. SMK Rujukan adalah SMK
yang unggul dalam berbagai aspek sehingga bisa dijadikan acuan/rujukan/referensi
bagi SMK-SMK lain. SMK rujukan yang akan dikembangkan merupakan bagian
dari program peningkatan mutu pendidikan berbasis wilayah (propinsi, kab/kota).
SMK Rujukan juga akan menjadi leader dalam mengembangkan mutu SMK dan
setidaknya memiliki 3 SMK aliansi yang akan dibina. Setiap SMK Rujukan Menyusun
SDP (School Development Plan) dan dibina secara bertahap pencapaian SNP serta
memiliki fasilitas bersama yang meliputi bengkel unggul, sumber belajar/ materi ajar
online, website dan informasi kebekerjaan, perpustakaan termasuk e-library, jaringan
internet yang cukup, tempat pendampingan/ pelatihan guru, teaching factory, testing
center untuk kompetensi, produk dan jasa , serta ruang pamer produk/jasa SMK, dan
hubungan industri.
9
Foto: Mukti Ali
Penyelarasan kejuruan melalui aktifitas: a) pengembangan standar Pola
Penyelarasan Kejuruan di SMK; b) pembentukan Majelis Kemitraan
Pendidikan Kejuruan Indonesia (MKPI); dan c) pengembangan rumusan
KKNI kejuruan SMK
h. Standardisasi, Sertifikasi, dan Penjaminan Mutu Lulusan SMK. Strategi ini
dilaksanakan melalui aktifitas berikut:
Penyusunan SKL berdasar SKKNI
Pelatihan Assesor SMK
Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan, Proses Pembelajaran dan lulusan
i. Pemenuhan Guru Produktif melalui: a) kolaborasi dengan Lembaga Pendidik
dan Tenaga Kependidikan; b) Pengadaan Guru Produktif oleh Pemerintah
(Pusat+Daerah); dan c) Recognition Prior Learning (RPL).
j. Pengembangan SMK Berbasis Pesantren/Komunitas. Bantuan diberikan
kepada SMK yang berada di Pondok Pesatren/Komunitas dan memiliki
siswa yang bermukim di asrama Pesantren/ Komunitas. Pemanfaatan
dana ditujukan untuk: a) pengembangan/Pembangunan/rehabilitasi
gedung pembelajaran Teori/ Ruang Praktik Siswa beserta perabotnya; b)
pembangunan/ rehabilitasi asrama; c) pengadaan Peralatan Praktik; dan d)
Biaya perencanaan, pengawasan, dan pengelolaan administrasi.
k. Kemitraan Direktorat dengan Institusi/Lembaga terdiri dari: a) Kerjasama
dengan Kementerian/Institusi Dalam Negeri; b) Kemitraan dalam rangka
Pengembangan, Penguatan, dan Pendampingan Pembinaan SMK; c)
11
12 PROFIL SMK RUJUKAN PARIWISATA
SMKN 3
DENPASAR
KOTA DENPASAR, PROVINSI BALI
Setiap pagi, mulai jam setengah enam pagi, sekoalh ini mulai
berdenyut. Beberapa siswa yang tampaknya jauh sudah berdatangan,
hari masih cukup gelap. Dan sekitar jam 7 pagi, Agung didampingi
beberapa guru sudah bersiap menyambut siswa datang dan menyalami
satu persatu. Sekolah ini memberlakukan jam pelajaran dari jam 07.30
dan berakhir pukul 14.00 WITA. Itu jam formalnya, tetapi biasanya
anak-anak itu banyak yang suka pulang telat, kadang masih harus
menyelesaikan pekerjaannya, kadang juga sibuk mempersiapkan apa
gitu, pokoknya ada saja yang masih tinggal di sekolah. Sekolah ini baru
benar-benar sepi pada saat Ashar hingga Magrib, kata Bagus.
Sekolah ini juga menerapkan Jumat bersih pada hari Jumat. Pada
kegiatan ini seluruh siswa bahu membahu membersihakan kelas
dan lingkungan sekolah. dan sekali dalam sebulan juga diberlakukan
Purnama Tilem. Kegiatan ini untuk menghormati datangnya bulan
purnama, kegiatan rutinnya berupa sembahyang/berdoa bersama di
lapangan dengan menggunakan pakaian adat khas Bali.
Jumlah siswa di sekolah yang berdiri tahun 1976 ini berjumlah 1.369
anak, dan didukung 100 orang guru, 53 guru di antaranya berstatus
PNS. Guru PNS tersebut rata-rata guru produktif, sebagian kecil saja
yang guru normatif dan adaptif. Juga diperkuat tenaga administrasi
sekolah sebanyak 35 orang, 9 orang di antaranya tukang kebun dan 3
orang satpam.
Yenli Wijaya,
alumni sekaligus pegusaha Boutiq di Denpasar
Ni Made Rani,
alumni sekaligus pengusaha salon kecantikan
di kawasan Sanur
Lain Jurusan Perhotelan lain juga Jurusan Tata Boga. Ada Kadek Yudha
Wirandinata, siswa kelas XII. Dia sangat menyukai memasak, bahkan sejak
SMP dia sudah terbiasa di dapur membantu orangtua. Sejak SMP saya
terbiasa di dapur bikin makan sendiri, dri situlah saya kemudian ingin sekali
sekolah SMK dan senang bisa diterima di SMK Negeri 3 Denpasar, kata Yudha
panggilan akrbnya.
Selepas lulus nanti, Yudha ingin pergi ke Jepang, bekerja di restoran milik
pamannya. Bahkan tahun lalu ia pernh pergi ke sana selama dua minggu.
Senang di sana, dan membantu pekerjaan, makanya saya sudah dipesan
sama om kalau lulus kelak supaya segera ke Jepang, lanjut Yudha.
Selama di sekolah, Yudha paling suka memasak makanan jenis
kontinental. Lebih suka masakan kontinental karena menurut saya tidak ribet,
apalagi bumbu-bumbunya, kalau oriental sangat banyak dan kuat bumbu.
Saya kesulitan menghafalnya, katanya.
Namun Ni Made Dewi yang juga Jurusan Tata Boga lebih menyukai
masakan kue dan sejenisnya. Saya lebih suka masak patisery dan berbagai
macam cake. Di rumah juga biasanya membuat itu bersama kakak, katanya.
Saya sekolah dengan jurusan Tata Boga karena ingin membuka usaha sendiri
tanpa harus kehilangan waktu mengurus rumah tangga, hehe. Karena bikin
cake dan sebagainya itu kan bisa saya kerjakan di rumah, kata Dewi.
(Atas) Luh Komang Triyas Indah Saraswati, siswi kelas XII Jurusan Tata Kecantikan Rambut
(Tengah) Ni Komang Trisa Dewi, siswi kelas XII Jurusan Kecantikan Kulit
(Bawah) Ni Kadek Sari Purniati, siswi kelas XII Jurusan Tata Kecantikan Rambut
BERTAHAN UNGGUL
SMK Negeri 4 Banjarmasin saat ini dipimpin oleh Drs.
Syafruddin Noor, M.Pd., yang baru menjabat selama tujuh bulan.
Sebelumnya, ia mengajar di SMK Negeri 4 Banjarmasin sebagai
guru Bahasa Indonesia sekaligus kepala perpustakaan. Kini,
sejak didapuk mengepalai SMK Negeri 4 Banjarmasin, Syafruddin
Noor merasa siap untuk menjalankan visi dan misi SMK Negeri 4
Banjarmasin dengan berbagai strategi yang telah dirancang dan
disepakati bersama.
Ia mengatakan, salah satu kiat untuk menjaga kualitas prima
sekolah adalah dengan terus berkomitmen mencetak para
lulusan yang terampil dan siap kerja. Oleh karena itu, fasilitas
sekolah harus selalu menunjang visi dan misi sekolah. Misalnya,
kebutuhan peralatan praktek siswa harus selalu terpenuhi.
Sisi perwajahan sekolah pun menjadi unsur penting untuk
meningkatkan citra sekolah. Oleh karena itu, terutama setelah
mendapat dana sekolah rujukan dari Pemerintah, SMK Negeri 4
Banjarmasin berbenah diri, terutama merehabilitasi perwajahan
bagian depan sekolah sebagai satu hal yang dilakukan pertama
kali. Dengan gaya arsitektur minimalis, wajah SMK Negeri 4
Banjarmasin kini tampil semakin megah dengan modern.
GURU MAGANG
Unsur lain yang menunjang kualitas sekolah adalah
kualitas guru-gurunya. Saat ini, jumlah guru yang mengajar Praktek kecantikan kulit di
SMKN 4 Banjarmasin
di SMK Negeri 4 Banjarmasin sebanyak 116 orang, dengan
telah menggunakan teknologi yang canggih
58 guru PNS, dan sisanya adalah guru honorer. Menurut
Syafruddin, tak terlalu sulit menghimpun dan menahkodai
sekian banyak guru untuk berjalan bersama-sama beriringan
membangun visi dan misi sekolah. Terlebih karena iklim
kekeluargaan cukup kental di antara para guru, meski
profesionalisme tetap dijaga dan dijunjung tinggi.
Kualitas guru selalu menjadi prioritas utama di SMK
Negeri 4 Banjarmasin. Oleh karena itu, sekolah senantiasa
mendukung program peningkatan kompetensi guru dengan
memberikan kesempatan bagi para guru, misalnya untuk
mengikuti kegiatan bimbingan teknis (bimtek), baik itu
yang diadakan oleh Pusat ataupun Provinsi. Kesempatan-
kesempatan ini selalu ada setiap tahun bagi semua guru SMK
Negeri 4 Banjarmasin. Guru pun dimotivasi untuk aktif dalam
MGMP.
Motivasi lainnya dari sekolah adalah memberikan
apresiasi kepada guru-guru yang meraih keberhasilan, baik
itu dalam kompetisi maupun dalam pembinaan siswa-
siswanya. Salah satu bentuk apresiasi tersebut antara lain
mengikutsertakan guru sekaligus siswa berprestasi untuk
studi banding ke luar sekolah. Beberapa sekolah telah
dikunjungi tim dari SMK Negeri 4 Banjarmasin, baik itu yang
diluar Provinsi Kalimantan Selatan, luar pulau, bahkan ke luar
negeri.
Foto: Arien TW
Foto: Arien TW
SMK NEGERI 4 BANJARMASIN, KOTA BANJARMASIN, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 55
BUSINESS CENTER DAN TECHNOPARK
Unit produksi di SMK Negeri 4 Banjarmasin cukup berkembang,
terlebih karena sekolah memiliki Business Center dan Technopark, yang
terbuka untuk umum. Melalui Business Center, produk-produk siswa
dapat dikenalkan dan dipasarkan pada khalayak umum, sekaligus
sebagai sarana belajar bagi siswa. Tak melulu menyajikan produk,
bahkan acapkali Business Center pun memiliki program jasa atau
pelatihan yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum.
Salah satu unit produksi milik SMK Negeri 4 Banjarmasin yang
cukup berkembang adalah Edotel. Hotel edukasi ini adalah unit
produksi yang dikelola oleh Jurusan Hotel Akomodasi. Edotel telah
berdiri sejak 12 tahun lalu. Awalnya, hotel ini dikelola oleh pihak ketiga,
namun saat ini sudah murni dikelola oleh sekolah. Meski terletak di
dalam lingkungan sekolah, namun lokasi Edotel ini cukup strategis.
Berseberangan dengan kampus sebuah universitas membuat Edotel
selalu laris manis, terutama pada musim wisuda. Dengan total 20
kamar, ada 3 tipe kamar yang disediakan, yakni suit room dengan tarif
500 ribu, deluxe room dengan tarif 350 ribu, dan standard room dengan
tarif 175 ribu. Harapan ke depan, Edotel dapat lebih berkembang
setara hotel berbintang. Untuk operasionalnya, tak hanya siswa yang
dilibatkan, ada pula alumni yang memberikan kontribusi tenaganya
supaya jam operasional Edotel selalu siap sedia 24 jam, seperti
layaknya hotel-hotel pada umumnya.
Demikian pula dengan Jurusan Tata Boga pun memiliki unit
produksi unggulan yang bergerak di bidang catering, baik itu masakan
utama maupun kue kering ataupun roti, yang acapkali juga dijual di
lingkungan sekolah. Terutama menjelang lebaran, pesanan kue
kering atau makanan lainnya cukup banyak, baik dari lingkungan
sekolah atau dari masyarakat umum. Sementara Jurusan Seni
Musik Nonklasik pun tak mau kalah dalam hal pengembangan sisi
wirausaha, misalnya kerap mengisi acara-acara hiburan, baik di dalam
maupun di luar sekolah. Begitu pula dengan Jurusan Tata Kecantikan
dengan salonnya, Jurusan Usaha Perjalanan Wisata dengan jasa
ticketing-nya, maupun Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak dengan
jasa desainnya. Sedangkan untuk Jurusan Tata Busana, setiap tahun
ajaran baru, para siswa pun dilibatkan untuk pengadaan seragam
siswa baru.
Pengembangan unit produksi ini pun bertujuan untuk melatih
sisi kewirausahaan siswa, karena bagaimanapun, peluang kerja tak
hanya berada di dunia industri dengan bekerja di perusahaan saja,
melainkan juga dapat dapat berwirausaha mandiri. Dengan bekal
skill, kompetensi, maupun pengalaman, diharapkan sekolah mampu
mencetak wirausahawan yang handal, sesuai dengan salah satu misi
sekolah.
SEKOLAH ALIANSI
Dengan berbagai prestasi dan keunggulan SMK Negeri 4 Banjarmasin,
tak pelak sekolah ini pun layak ditetapkan sebagai sekolah SMK rujukan
sejak tahun 2015. Keberhasilan ini pun otomatis mengundang sekolah
lain ingin mengikuti jejak SMK Negeri 4 Banjarmasin. Oleh karena itu,
SMK Negeri 4 Banjarmasin pun membentuk Sekolah Aliansi sebagai
wadah untuk membina kerjasama demi membangun perubahan yang
lebih baik. Program ini telah dilaksanakan sejak tiga tahun lalu dan
telah menggandeng dua SMK lainnya. Pembinaan dan kerjasama pada
siap membantu agar siswa tersebut tetap dapat berangkat ke luar negeri.
Kita selalu mengusahakan kepada anak didik kami yang kurang mampu
namun memiliki prestasi mumpuni untuk selalu diberikan kesempatan
mengikuti OJT ke luar negeri. Masalah dana, sekolah selalu memiliki dana
santunan yang digalang bersama dengan komite sekolah, terang ibu dua
orang anak ini.
Satu hari berselang, siswa SMKN 2 Boyolangu mendapat kunjungan
dan wawancara langsung dari salah satu perusahaan di Malaysia. Kegiatan
ini untuk menjalin kerjasama yang dijembatani oleh Hospitality Education
Center(HEC).
Rendy.
Rendy termasuk industri mitra sekolah yang tak
pelit berbagi ilmu. Setiap anak PKL selalu didorong
mendapatkan apa yang diinginkannya. Misalnya
ketika baru masuk seminggu, sudah diminta
membuat desain. Seminggu berikutnya saya kejar
lagi, mampu bikin pola. Saya juga mendorong anak
berusaha benar-benar dapat membuat baju yang
tidak simpel. Anak PKL harus dapat sesuatu. Mereka
bebas memilih jenis busananya, katanya.
Rendy juga membuka pintu bagi karyawannya
yang ingin konsultasi. Misalnya ada karyawannya
yang lulusan SMKN 4, sudah mampu menerima
order sendiri. Dia dari gaji, menyisihkan untuk beli
mesin jahit, sehingga mampu mengerjakan jahitan di
rumah. Ketika dia dapat orderan, kadang tanya-tanya
ke saya, ujar Rendy.
Selama bermitra menerima siswa SMKN 4
menjalani PKL, tidak ada satupun yang sampai
dipulangkan. Secara kompetensi juga tidak ada yang
kurang. Ia justru heran ketika ada anak PKL calon
sarjana yang cenderung pendiam. Padahal anak
PKL, sebisa mungkin harus sering bertanya. Hasilnya
ternyata juga lebih bagus anak SMK, kata Rendy.
Rendy berharap kepada lulusan SMK, harus punya idealisme dalam dunia
yang akan ditekuninya. Dunia tata busana bukan ilmu pasti, namun perlu melihat,
berimajinasi dan menciptakan. Saya sendiri baru menemukan arah desain
setelah berproses. Ketika saya mengerjakan gaun untuk Miss Indonesia, saya juga
menawarkan kepada anak-anak siapa yang mau ikut. Biar anak juga mengetahui
proses, bagaimana di belakang panggung gemerlap Miss Indonesia, kata Rendy.
Pembelajaran TBQ ini dilakukan di dalam kelas, dimana akan ada dua guru yang
mendampingi anak-anak membaca Alquran, dan kegiatan tersebut dilakukan selama
satu jam pelajaran (45 menit) dan dua kali dalam seminggu. Latar belakang Siti
mengadakan budaya membaca Alquran bermula dari fakta bahwa ternyata masih ada
anak yang belum bisa membaca Alquran dengan baik. Jika mereka dapat membaca
Alquran dengan baik, ini juga akan memacu mereka supaya shalat semakin rajin,
jelasnya. Nyatanya, hal ini telah memberikan hasil yang cukup bagus. Setidaknya,
kesadaran religius anak-anak semakin tinggi. Hal ini dapat terlihat dari antrian shalat
dhuhur di sekolah yang kini semakin banyak.
Di SMK Negeri 6 Surabaya, sekolah berakhir pada pukul 15.30 wib. Usai jam
pelajaran sekolah, biasanya beberapa siswa masih ada yang melanjutkan aktivitas
dalam kegiatan ekstrakurikuler hingga pukul 17.00 wib. Pada hari Sabtu pun kegiatan
sekolah hanyalah kegiatan ekstrakurikuler, sehingga kegiatan belajar mengajar hanya
dilakukan pada hari Senin Jumat. Menurut Drs. Edy Prayitno, MM., wakil kepala
sekolah bidang kesiswaan, tersedia sekitar 19 kegiatan ekstra kurikuler yang bisa
dipilih oleh siswa, tergantung minat dan bakat mereka, mulai dari kegiatan seni hingga
olah raga. Sedangkan kegiatan Pramuka wajib diikuti oleh seluruh siswa kelas X. Yang
paling menonjol antara lain Paskibra, karena sering ikut kompetisi hingga ke tingkat
Provinsi dan pernah pula meraih juara I dalam Lomba Debat Paskibra. Ada juga ekskul
samroh khasidah, yang juga pernah meraih juara harapan III tingkat Provinsi, kata Edy.
Demi membina akhlak dan karakter siswa, tak segan sekolah juga bekerja sama
dengan pihak-pihak lain untuk melakukan berbagai pembinaan. Misalnya, untuk
pembinaan tentang bahaya narkoba, sekolah bekerja sama dengan BNN, kepolisian,
hingga dinas kesehatan. Begitu pula dengan sosialisasi bahaya merokok.
Menurut Endang, banyak anak lulusan Jasa Boga maupun Patiseri terserap ke
dunia usaha/industri, bahkan sejak sebelum mereka lulus sekolah. Tak heran jika
kedua jurusan ini menjadi jurusan favorit di SMK Negeri 6 Surabaya.
Meski demikian, tak mudah untuk mendeteksi apakah siswa yang masuk ke
Jurusan ini benar-benar siswa yang memiliki minat atau tidak. Menurut Endang,
dulu, sebelum adanya sistem PPDB online, sekolah benar-benar menjaring calon
siswa dengan melihat minat maupun bakat mereka, apakah sesuai dengan
jurusan yang dipilih atau tidak. Namun sejak PPDB online, salah satu strategi
sekolah untuk mengembangkan minat dan bakat siswa adalah memberikan
pembelajaran dan pengenalan dasar mengenai jurusan yang dipilihnya terlebih
dulu, yakni pada semester awal.
Sebagai guru, kami harus merangkul semua siswa. Kadang ada yang belum
paham tentang boga, oleh karena itu perlu kami berikan pengertian terlebih dahulu.
Mereka diberi wawasan, diajak pelan-pelan dan bersama-sama untuk belajar,
dari yang awalnya tidak mengenal bumbu, dan sebagainya. Tapi kalau anaknya
memang ternyata sama sekali tidak berminat, baru kami panggil orangtuanya,
kami beritahukan pula perkembangan anaknya. Pemantauan itu terus dilakukan
sejak anak duduk di bangku kelas X, terangnya.
Di jurusan Jasa Boga, siswa laki-laki justru lebih banyak daripada siswa
perempuan, karena untuk Jasa Boga, diperlukan pula fisik yang kuat. Di samping
itu, ketika terjun ke dunia usaha/industri, anak laki-laki lebih banyak diperlukan
untuk bekerja di hotel, restoran, ataupun kapal pesiar.
Jurusan Jasa Boga dan Jurusan Patiseri pun kerap menyumbang prestasi
untuk sekolah. Tahun 2016, SMK Negeri 6 Surabaya berhasil meraih juara II
dalam LKS Tingkat Nasional untuk Pastry. Di tingkat kota, siswa SMK Negeri 6
Surabaya pun berhasil mewakili Provinsi Surabaya di tingkat Nasional untuk LKS
Restoran Service.
Para siswa yang lulus dari SMK umumnya banyak bekerja di salon kecantikan sebagai
asisten. Bahkan sebelum mengantongi ijazah kelulusan, banyak para siswa yng telah ditarik
bekerja ke dunia usaha/industri. Para du/di kebanyakan sudah pesan ketika anak-anak
sedang ujian. Jadi mereka memilih, mencatat, untuk kemudian didekati. Jika anak berminat
dan orang tua mengijinkan, maka akan langsung bekerja, kata Penny. Ada pula salah
satu alumni yang memilih usaha mandiri dengan membuka salon kecantikan, kemudian
menampung adik-adik kelasnya untuk bekerja. Menurut Penny, Jurusan Kecantikan selalu
memiliki peluang untuk wirausaha mandiri, setidaknya dimulai dalam skala kecil terlebih
dahulu. Bahkan Jurusan Kecantikan Kulit maupun Kecantikan Rambut pun memiliki unit
produksi The Sixth Salon untuk melatih kecakapan siswa, terutama dalam menghadapi
tamu.
Anak-anak di Jurusan Kecantikan Rambut ataupun Kulit pun kerap menelurkan prestasi
yang membanggakan sekolah. Misalnya untuk kejuaraan LKS Tingkat Nasional Tahun 2016,
SMK Negeri 6 Surabaya berhasil menyabet juara III untuk Kecantikan Kulit. Tiap tahun,
untuk tingkat provinsi, kami selalu mendapat tempat, kata Penny. Salah satu strategi supaya
dapat senantiasa menjaring prestasi menurut Penny antara lain dengan menyiapkan kader
peserta lomba sejak dini, bahkan sejak kelas X. Di tiap kelas, guru terus memantau dan
saling melapor, siapa saja siswa yang paling menonjol. Guru di jenjang berikutnya akan terus
membina sampai dia benar-benar siap bertarung di ajang lomba, terang Penny.
Foto: Arien TW
Drs. Ontahari,
Kepala SMK Negeri 9 Bandung
Dari sisi kualifikasi akademik, sekolah mendorong para guru untuk melajutkan
pendidikan hingga jenjang S-2 bahkan S-3. Hal ini didukung dengan adanya
pemberian bantuan beasiswa dari Sekolah dan Dinas Pendidikan Kota Bandung.
Selain kepada para guru senior, sekolah juga memberikan motivasi bagi guru-
guru yang masih berusia muda.
Yanti, yang juga menangani bidang Sumber Daya Manusia di Kurikulum
menambahkan, sejalan dengan era Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) saat ini,
SMK Negeri 9 Bandung berusaha untuk meningkatkan kemampuan berbahasa
asing bagi para siswa untuk menyambut era pasar global, dengan melakukan
tes kemampuan bahasa Inggris. Oleh karenanya sebelum sekolah terlebih dahulu
memberikan pelatihan dan bimbingan, para guru yang akan menjadi pendamping
siswa yang bekerjasama dengan lembaga bahasa. Tapi kemarin, karena belum
ada kesepakatan waktu untuk melakukan penyaringan peserta didiknya. Karena
tahun sebelumnya kita belum mengadakan tes TOEIC untuk siswa, tapi kami
hanya menggunakan tes biasa. Insyaallah ini adalah target kami ke depannya.
ujar Yanti.
yang tidak bisa memenuhi syarat pemberian Kompetensi Dasar (KD) bagi
siswa, seperti jurusan tata busana. Maka untuk paket keahlian tersebut
pelaksanaan praktiknya tidak sepenuhnya dilakukan di perusahaan. Oleh
karenanya, sebagai gantinya sebelum melaksanakan PKL di perusahaan,
para siswa terlebih dahulu melakukan praktik di sekolah selama 3 bulan.
Hal ini karena sekolah sudah memiliki tujuh teaching factory sebagai
sarana praktik siswa, dan salah satunya untuk jurusan tata busana,
tambahnya.
Nawal memaparkan, sebelum dilepas ke lapangan, sekolah
memberikan pembekalan terlebih dahulu kepada para siswanya.
Kemudian sekolah juga melakukan dua kali monitoring terhadap siswa
ketika mereka sedang melaksanakan PKL. Selain itu oara siswa juga
diharuskan memiliki nomor kontak telpon pembimbingnya masing-
masing, supaya ketika ada masalah harus segera melapor. Jadi
biasanya apablia ada masalah yang dialami oleh siswa, pembimbinglah
yang biasanya pertama kali tau. Kadang-kadang dalam seminggu saja
sudah ada masalah, jadi kalau sudah itu nanti kita tinjau ke sana, ungkap
Nawal.
Kemudian jika terbukti ada pihak perusahaan yang nakal kepada
siswanya, seperti memperkerjakan hingga larut malam dan diluar batas
normal. Sekolah tak segan untuk memutus hubungan kemitraan dengan
pihak perusahaan tersebut. Kami juga memutus hubungan terhadap
industri yang melakukan tindakan pelecehan dan bullying terhadap siswa
kami. tambah Nawal.
MAGANG KE MALAYSIA
SMK Negeri 9 Bandung juga membuka kesempatan magang yang merupakan hal
terpenting agar para siswa siap memasuki dunia kerja. Oleh karenanya sejak 2006,
SMK NEGERI 9 Bandung mengembangkan peluang magang bagi siswa hingga ke
luar Negeri dengan membuat nota kesepahaman dengan 11 hotel dan restoran
di Kuala Lumpur, Malaysia. Siswa yang dikirim, sekitar 70% berasal dari jurusan
perhotelan, sedangkan sisanya dari jurusan jasa boga. Pada 2010, kami mundur dan
tak mengirimkan lagi siswa untuk PKL karena ada peraturan mengenai pembatasan
usia pekerja yang harus diatas 17 tahun. Tetapi, kami kemudian sekarang masuk lagi
karena ada beberapa provinsi di Malaysia, seperti ke Johor Baru dan Kuantan yang
masih memperbolehkan pekerja di bawah usia 17 tahun. tutur Nawal.
Menurutnya, tujuan dari sekolah memilih bekerja sama dengan Malaysia agar para
siswa tidak terlalu terkejut jika magang di negara yang memiliki kebudayaan yang
hampir sama. Sebenarnya untuk bekerja di luar Negeri kami ada banyak permintaan,
tapi kami terkendala oleh pengurusan visa dan paspor. Karena perusahaan tidak ikut
terlibat langsung untuk membantu pembuatan itu, tuturnya.
Pembelajaran di UPW juga amat disukai Aory dan teman-temannya, yang hanya ada
lima orang siswa laki-laki dari 32 anak. Guru-guru produktif kami mengajar dengan dinamis.
Sehingga kami sekelas terbiasa aktif. Ibu Sri Lestari termasuk guru terbaik kami. Beliau
mengajar jam pelajaran terbanyak di kelas UPW. Chemistry-nya juga sudah dapat banget
dengan kami, kata Aory.
Guru yang tegas, keras, dan disiplin justru disukai Aory dan teman-temnnya. Justru
dengan guru yang cenderung kalem, pendiam, dan kurang aktif siswa UPW tidak cocok.
Kami pernah protes ke Bapak Kepala Sekolah dua kali, karena diajar guru yang kurang aktif.
Beberapa guru normatif memang menyebut kami kelas ramai, terlalu aktif, terlalu banyak
bertanya dan kritis, kata Aory.
Kekompakkan kelas UPW bahkan mampu membawa perubahan satu sekolah. Ceritanya
mereka kompak menggunakan dasi setiap harinya. Seluruh sekolah pun membicarakan
kebiasaan baru itu. Sebab seragam di sana memang tidak menyeratakan dasi sebagai
pelengkap atribut seragam sekolah. Kami menggunakan dasi bukan untuk menyamakan
dengan anak SMA. Namun kami merasa lebih grooming (berpenampilan diri) yang bagus
dengan berdasi dan sepatu pantofel hitam, kata Aory. Ternyata gaya baru kelas UPW itu
diadopsi sekolah hingga keluar kebijakan mewajibkan semua siswa berdasi.
Aory berharap setamat nanti bisa melanjutkan kuliah di jurusan bahasa seperti yang
disarankan ibunya. Menurutnya, jika punya kemampuan berbahasa asing yang baik,
kapanpun bisa digunakan, selain untuk menunjang pekerjaan di pariwisata, juga bisa dipakai
untuk mengajar di lembaga bahasa atau bimbingan belajar. Semoga bisa kuliah di Jurusan
Bahasa Korea di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, katanya.
Sri Lestari dikenal sebagai guru yang tegas, keras dalam menetapkan
disiplin, namun juga guru yang banyak memberikan motivasi dan
semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Misalnya ada anak
yang tidak menggunakan sepatu sesuai aturan sekolah. Sri Lestari akan
meminta melepas dan selama seharian bertelanjang kaki di sekolah.
Di kelas X, saya selalu mengawali pembelajaran dengan memberikan
motivasi kepada anak, mengapa masuk di pariwisata. Saya berikan
gambaran tentang SMK, peluang kerja, kompetensi apa saja yang harus
dimiliki, semua harus dilandasi semangat dan motivasi yang tinggi,
katanya.
Sri Lestari juga memberi gambaran materi apa saja yang akan
disampaikan dari kelas X hingga kelas XII. Saya sampaikan bahwa
semboyan SMK Bisa! itu harus bisa apa saja, yakni bisa bekerja dan bisa
kuliah, katanya. Untuk memotiviasi siswanya, ia biasa menghadirkan
alumni SMKN 6 yang bekerja dan alumni yang melanjutkan kuliah.
Misalnya tempo hari saya menghadirkan lulusan UPW tahun 2014
yang sekarang sudah menjadi pegawai tetap di Hotel Phoenix Yogya.
Satu lagi alumni UPW yang kuliah di D3 Vokasi Pariwisata UGM.
Ternyata, kemampuan lulusan SMK lebih dari lulusan SMA. Siswa kami
yang kuliah itu sudah menjadi asisten dosen, ujar Sri Lestari bercerita
panjang lebar.
Lulusan UPW, menurut Sri Lestari, minimal harus memiliki empat kompetensi,
yakni menjadi guide, event organizer, tour planner, dan ticketing staf. Semua
harus dikuasai. Bukan hanya mampu memandu wisata, namun juga mampu
menyusun paket wisata, menawarkan, dan terjun langsung. Mereka juga harus
mampu memberikan pelayanan terbaik dalam menentukan perjalanan, katanya.
Anak UPW sudah mampu ketika ditanya tamu yang hanya punya waktu tiga
hari untuk mengunjungi wisata mana saja. Sebabmereka punya kompetensi
yang lebih banyak daripada siswa Akomodasi Perhotelan. Tak heran jika alumni
UPW banyak pula yang bekerja di perhotelan. Mereka mampu berkomunikasi,
menyusun event, juga touring hotel.
Meski sudah ada banyak aplikasi pelayanan perjalanan, Sri Lestari tak merasa
SDM UPW menjadi tersingkirkan. Sebab orang yang mem-booking hotel melalui
aplikasi tidak bisa memilih kamar. Sementara walking guest dapat berinteraksi
dengan orang, yang akan memberikan layanan dan membantu menentukan
pilihan terbaik. Di setiap hotel biasanya juga menyediakan kamar yang sengaja
dikosongkan untuk kebutuhan tamu-tamu penting, misalnya relasi perusahaan,
crew penerbangan yang tidak bisa diakses dari aplikasi pemesanan booking
online, ujarnya.
Sekolah juga harus mencermati perkembangan di DUDI agar juga diketahui
siswa. Misalnya ketika ada siswa PKL yang ditegur oleh industri, karena dianggap
berbeda dalam menyusun paket wisata. Ternyata setelah saya pelajari, cara
industri lebih instan, cepat, sementara di kelas kami mengajarkan lebih teoritis,
langkah demi langkah. Saya katakan kepada siswa, bahwa tidak ada yang salah,
hasilnya sama, namun prosesnya saja yang berbeda, katanya.
Oleh karena itu Sri Lestari telah memasukkan cara-cara di industri ke dalam pembelajaran
kelas. Cara industri boleh dipakai. Namun siswa tetap harus memahai cara teoritis yang
diajarkan di kelas. Misalnya, industri yang menghitung biaya variabel langsung dikalikan
jumlah peserta. Sementara di kelas, teorinya adalah dengan membagi biaya fix dengan
jumlah pax.
Namun tak semua cara instan bisa diterima Sri Lestari. Misalnya siswa yang cenderung
bergantung pada smarphone alias ponsel pintar, misalnya ketika harus memandu tamu yang
akan melakukan sebuah perjalanan wisata. Saya katakan, kalian harus lebih smart dari
smartphone. Seorang pemandu harus bisa menceritakan perjalanan ke lokasi wisata, ada
apa saja, segala hal menarik selama perjalanan, katanya.
Yang juga menjadi perhatian Sri Lestari dan juga guru-guru UPW adalah pemahaman
kepariwisataan yang kurang di jurusan lain. Menurut Kurikulum 2013, pelajaran Pengantar
Pariwisata harus diajarkan di program keahlian di SMK Pariwisata. Siswa tata boga, busana,
kencatikan, harus paham mengapa belajar Pengantar Pariwisata. Desainer, yang restoran
harus paham tentang pariwisata dan pendukungnya, seperti airport, dan geografi kota-kota
penting, katanya.
UPW sebagai program keahlian yang baru memiliki satu kelas, menurtu Sri Lestari,
membutuhkan ruangan khusus. Selama ini ruang belajar mereka masih berbagi dengan
dengan kelas juresan lain. Kami sebernanya menjual jasa, sehingga dengan kondisi apapun
berusaha mengadaptasi diri. Yang penting memberikan komunikasi baik, good performance.
Tempat praktek akhirnya bisa di mana saja. Namun jika ada ruang khusus bagi kelas UPW
juga akan lebih baik, katanya
AKOMODASI PERHOTELAN
Jurusan Akomodasi Perhotelan di SMK Negeri 27
Jakarta pun menjadi salah satu jurusan favorit. Sudah
tak diragukan lagi bahwa lulusan SMK Negeri 27 Jakarta
jurusan Akomodasi Perhotelan banyak menyasar di hotel-
hotel besar. Bahkan untuk kegiatan praktek kerja industri,
sekolah telah menggandeng banyak sekali hotel-hotel
bintang lima sebagai tempat siswa melaksanakan
aktivitas prakerin. Antara lain Hotel Borobudur Jakarta,
Hotel Indonesia Kempinsky, Hotel Arya Duta, Hotel
Sheraton Media, Grand Hyatt Hotel, Ritz Carlton Hotel,
Four Season Hotel, dan lain sebagainya.
SMK Negeri 27 Jakarta memang telah menjalin kerja sama dengan banyak sekali dunia
industri demi menyalurkan para siswa supaya dapat melakukan prakerin dan memperoleh
banyak tambahan ilmu dan keahlian dari dunia industri yang nyata. Sebagai sekolah
kejuruan yang telah memiliki nama besar sebagai jaminan, tak pelak banyak sekali dunia
industri bergengsi yang telah memiliki nama besar menjalin kerja sama dengan SMK Negeri
27 Jakarta dan memberi kesempatan para siswanya untuk melakukan prakerin. Kegiatan
prakerin dilaksanakan ketika siswa menginjak kelas XI. Para guru pun memiliki jadwal dalam
mengontrol para siswanya yang sedang melakukan prakerin.
Bintang Azriel Xavier, salah satu siswa di Jurusan Akomodasi Perhotelan merasa senang
dan tidak salah pilih dalam menentukan jurusan Akomodasi Perhotelan. Ia beralasan,
tujuannya masuk ke Akomodasi Perhotelan adalah supaya ketika lulus nanti, ia sudah
mendapat sertifikat yang bertaraf internasional yang memudahkannya untuk terjun ke dunia
pekerjaan di bidang akomodasi perhotelan. Saat ia mendapat kesempatan untuk melakukan
prakerin di Hotel Indonesia Kempinsky, ia mengaku tak mendapat banyak kesulitan berarti,
meski ia sempat merasakan bahwa dunia kerja yang profesional sangat berbeda dengan
dunia sekolah yang biasa ia temui. Hal-hal baru di hotel yang saya temui antara lain suasana
pekerjaan yang berbeda, karena kalau di sekolah kita bergaul dengan teman-teman, tapi
kalau di hotel, kita bersama para karyawan dan orang-orang yang sudah ahli, serta umur
mereka pun lebih tua dari kita. Pergaulannya juga berbeda, ceritanya.
Salah satu unit produksi jurusan Akomodasi Perhotelan di SMK Negeri 27 Jakarta adalah
sebuah hotel bernama Edotel Passer Baroe. Hotel ini masih berada di kawasan lingkungan
SMK Negeri 27 Jakarta, memiliki 18 kamar, mulai dari standard room, deluxe room, hingga
suite room. Bak hotel profesional pada umumnya, edOTEL ini pun dipersiapkan secara
profesional dan sangat nyaman. Setiap kamar dilengkapi dengan AC maupun televisi. Ada
juga ruang meeting, minibar, serta restoran. Para siswa di jurusan kompetensi Akomodasi
Perhotelan dapat melakukan praktek di hotel ini. Meski demikian, ada pula beberapa tenaga
yang diperbantukan secara full time, yang beberapa diambil dari para alumni maupun siswa
itu sendiri. Biasanya, mereka pun akan mendapat komisi atas pekerjaannya. Menurut Nuryati,
sejauh ini kamar-kamar di Edotel cukup laris. Para pelanggan umumnya adalah para pejabat
daerah atau para staf di kantor sekitar yang kebetulan sedang mengikuti acara di Jakarta.
Unit Produksi lainnya adalah Jasa Laundry, meski menurut Nuryati masih dalam skala
kecil, yakni berbentuk laundry kiloan. Kita usahakan untuk ditingkatkan terus, setidaknya
untuk membantu anak belajar berwirausaha, katanya.
Foto-foto: Arien TW
ada, ditambah pula jurusan baru, yakni Jurusan Tata Laksana Rumah Tangga. Selanjutnya
di tahun 1976, SKKA berganti nama menjadi Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga
(SMKK) Negeri Jayapura.
Seiring dengan berkembangnya pendidikan kejuruan yang menyesuaikan kebutuhan
dunia kerja yang sangat membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan
handal dan profesional, maka di tahun 1992 SMKK berganti nama menjadi Sekolah
Menengah Kejuruan Kelompok Pariwisata (SMK Pariwisata) Negeri Jayapura serta
mengalami perubahan nama pula pada ketiga jurusannya. Jurusan Memasak berganti
nama menjadi jurusan Tata Boga, jurusan menjahit berganti nama menjadi jurusan
Tata Busana, dan jurusan Tata Laksana Rumah Tangga berganti nama menjadi jurusan
Tata Graha. Materi pembelajarannya pun lebih mengarah pada bidang kepariwisataan.
Pada tahun 1997, pemberian nama sekolah berubah, yaitu penomoran SMK ditetapkan
berdasarkan tahun pendiriannya, sehingga pada tahun tersebut SMK Pariwisata Negeri
Jayapura berganti nama menjadi SMK Negeri 1 Jayapura. Satu program keahlian baru
yang dibuka pada tahun 1997 ini adalah program keahlian Tata Kecantikan. Tahun 2001,
dalam program re-enginering menambah satu program keahlian yaitu program keahlian
Usaha Perjalanan Wisata (UPW) dan di tahun 2006 menambah program keahlian Rekayasa
Perangkat Lunak (RPL).
Sayangnya, pada tahun 2014, program keahlian Tata Kecantikan ditiadakan untuk
sementara waktu karena minimnya tenaga pengajar dan berkurangnya peminat. Sehingga
saat ini, SMK Negeri 1 Jayapura memiliki lima program keahlian, yakni Tata Boga, Tata
Busana, Akomodasi Perhotelan, Usaha Perjalanan Wisata (UPW), dan Rekayasa Perangkat
Lunak (RPL). Menurut Elisabeth, kepala SMKN 1 Jayapura, program keahlian yang memiliki
animo atau minat masyarakat yang paling tinggi justru adalah Rekayasa Perangkat Lunak.
Saat ini bidang komputer seolah menjadi primadona karena lekat dengan modernisasi.
Padahal sudah kami sosialisasikan bahwa semua jurusan juga menggunakan IT, kata
Elisabeth.
Tahun ajaran 2015/2016, jumlah total siswa sebanyak 518 anak, sedangkan jumlah
siswa baru saja mencapai 190 anak. Tiap-tiap kelas biasanya memiliki 2 rombongan belajar,
sehingga totalnya ada sekitar 22 rombongan belajar. SMK Negeri 1 Jayapura merupakan
sekolah berbasis pariwisata yang sudah cukup modern dan telah menggunakan IT, termasuk
dalam pelaksanaan UNBK maupun tes ulangan umum.
Fasilitas sarana dan prasarana di SMK yang memiliki luas 4.850 m2 ini sudah cukup
memadai, termasuk laboratorium praktek siswa. Hanya saja, untuk praktek siswa, sekolah
menggunakan sistem blok, dimana siswa per kelas bergantian dalam penggunaan
laboratorium praktek melalui jadwal yang sudah ditentukan. Untuk program keahlian
Akomodasi Perhotelan, sekolah juga memiliki sebuah edotel bernama Yotefa Hotel, yang
memiliki 14 kamar, mulai dari kelas standard, deluxe, hingga suit. Hotel ini selain digunakan
sebagai tempat praktek siswa jurusan Akomodasi Perhotelan, juga menjadi lahan bisnis
bagi SMK Negeri 1 Jayapura untuk tamu-tamu dari umum. Dulunya, edotel ini memiliki spot
view yang cukup indah karena berhadapan dengan pantai maupun laut. Namun kemudian
pembangunan beberapa bangunan di depan hotel menghalangi pemandangan, sehingga
sekarang pemandangan lautan sedikit terhalang oleh atap-atap beberapa bangunan. Meski
demikian, hotel ini termasuk cukup ramai, terutama jika terdapat event atau pelatihan-
pelatihan yang diselenggarakan di Jayapura. SMK Negeri 1 Jayapura sendiri pun kerap
mendapat order dari penyewaan aula sekolah untuk kegiatan-kegiatan pelatihan, workshop,
hingga acara pernikahan. Dengan demikian, sekolah pun mendapat pemasukan yang
membantu meringankan biaya operasional sekolah.
GURU BERPRESTASI
Seiring berjalannya waktu, SMK Negeri 9 Padang
tumbuh menjadi sekolah idaman masyarakat.
Predikat ini mampu diraih karena kinerja para guru
dan menjahit, yang diberi nama Sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama (SKKP).
Berdasarkan kebijakan baru dari pemerintah, akhirnya SKKP dipindahkan ke SMP Negeri 31
yang beralamat di Jalan Andalas No. 106 , Kecamatan Padang Timur, Kota Padang. Dan saat
ini SKKP sudah dibubarkan.
Pada tahun 1996, pemerintah membangun gedung lantai tiga di lokasi SKKP tersebut.
Pembangunan yang berjalan kurang lebih satu tahun itu, langsung disikapi oleh dinas
pendidikan untuk menggantikan SKKP menjadi Sekolah Menengah Kejuruan. Akhirnya pada
tahun 1997, berdasarkan program Direktorat SMK maka dibukalah SMK Negeri 9 Padang
sebagai sekolah kelompok pariwisata.
Dengan dibukanya SMK Negeri 9 Padang, maka diadakan perekrutan guru yang dilakukan
dengan proses wawancara dan tes tertulis. Pada bulan Mei proses perekrutan guru dan
karyawan terlaksana dengan baik, sehingga pada bulan Juni sudah menerima siswa baru
sebanyak empat kelas dengan dua jurusan, yaitu jasa boga dan akomodasi perhotelan.
Mulai tahun 2007 SMK Negeri 9 Padang sudah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum implementatif dari kurikulum SMK tahun 2004. Sejak
tahun pelajaran 2013/2014 SMK Negeri 9 Padang telah mengimplementasikan Kurikulum
2013. Tahun 2013 SMK Negeri 9 Padang ditunjuk sebagai SMK Rujukan, yang merupakan 1
dari 10 SMK Rujukan di Indonesia. Tahun 2014 ini SMK Negeri 9 Padang dipercaya direktorat
pembinaan sekolah menengah kejuruan sebagai SMK Klaster Kurikulum 2013.
Di samping itu sebagai SMK Outlet sekolah terus melakukan kerjasama dengan
Dunia Usaha dan Industri baik dalam maupun luar negeri. Program pendidikan disusun,
dilaksanakan dan menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah dan industri. Hal ini
dilakukan agar pelaksanaan pendidikan benar-benar berorientasi kepada pencapaian
penguasaan kompetensi, kemampuan profesional, sesuai dengan persyaratan dan tuntutan
dunia kerja.
Kini, SMK Negeri 9 Padang memiliki tiga Program Keahlian, yaitu Program Keahlian
Akomodasi Perhotelan, Program Keahlian Tata Boga, dan Program Keahlian Jasa Patiseri.
Program diklat produktif yang diajarkan Program Keahlian Akomodasi Perhotelan antara lain,
binatu, industri perhotelan, sanitasi hygine dan keselamatan kerja, simulasi digital, serta public
relation. Program Keahlian Jasa Boga antara lain, sanitasi hygine dan keselamatan
kerja, pengetahuan bahan makanan, boga dasar, dan ilmu gizi. Sedangkan Program
Keahlian Jasa Patiseri antara lain, tata hidang, produk pastry dan bakery, produk
cake, kue Indonesia, kue untuk diet khusus, teknik fusion, serta pengelolaan pastry
dan bakery.
Secara umum kemampuan pokok tamatan adalah mampu menangani usaha
hotel, receptionist, cashier, menata kamar tamu dengan berbagai tipe kamar hotel.
Membuat berbagai jenis masakan oriental dan kontinental, menata meja restoran
dan bar, membuat berbagai macam kue dan roti, serta mengoperasikan coffeeshop.
SMK Negeri 9 Padang memiliki visi unggul dalam pendidikan pariwisata,
berprestasi berdasarkan Imtaq, berwawasan lingkungan, dan mampu bersaing di
tingkat internasional. Sedangkan visinya ada delapan. Pertama, meningkatkan mutu
pendidikan dan pelatihan yang memenuhi Standar Kompetensi Internasional. Kedua,
menghasilkan tamatan yang kreatif dan inovatif dalam bidang akomodasi perhotelan,
jasa boga, dan patiseri. Ketiga, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
yang berdasarkan nilai budaya dan agama dengan mengikuti perkembangan
IPTEK. Keempat, menyelenggarakan pendidikan berbudaya lingkungan. Kelima,
meningkatkan hubungan kerjasama sekolah dengan DU/DI dan instansi lain yang
memiliki standar Internasional. Keenam, menerapkan sistem manajemen mutu ISO
9001 : 2008. Ketujuh, melengkapi sarana dan prasarana sesuai standar nasional
pendidikan. Kedelapan, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dengan
Curiculum Based Training (BST) dan Product Based Learning (BSL) sebagai wujud
nyata dalam menghasilkan produk yang sesuai pasar.