Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH NEGARA HUKUM

MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN

PENGAJAR : SOFYAN ,S.H.,M.H

DISUSUN OLEH :

1. Ahmad Sairan (1606867054)


2. Chamberly Utopia (1606867155)
3. Elza Tamara (1606867193)

PROGRAM VOKASI

JURUSAN ADMINISTRASI ASURANSI & AKTUARIA


UNIVERSITAS INDONESIA

2016

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka kami bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul Negara Hukum dan dengan harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat dan
menjadikan refrensi bagi kita sehingga lebih mengetahui tentang Negara Hukum.

Akhir kata semoga bisa bermanfaat bagi para mahasiswa, umum, khususnya pada kelompok
kami dan semua yang membaca makalah ini semoga bisa dipergunakan dengan sebagaimana
semestinya.

Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Wassalamualaikum. Wr. WB

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... 1
KATA PENGANTAR...................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................... 3
BAB 1 : PENDAHULUAN ............................................................................ 4

2
A Latar Belakang Masalah ................................................................. 4
B Rumusan Masalah............................................................................. 4
C Tujuan ................................................................................................ 4
BAB 2 : PEMBAHASAN ............................................................................. 5
A. Pengertian Negara Hukum ............................................................... 5
B. Konsep Negara Hukum .................................................................... 5
C. Unsur-Unsur Negara Hukum............................................................ 7
D. Ciri-Ciri Negara Hukum.................................................................... 8
E. Ciri-Ciri Negara Hukum Indonesia ................................................. 9
F. Contoh Kasus Pelanggaran Negara Hukum.................................... 9
BAB 3 : PENUTUP ........................................................................................ 10
A Kesimpulan.................................................................................... 10
B Saran ............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 10

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 disebutkan bahwa Negara Indonesia adalah
Negara hukum. Namun demikian, tidak ditemukan uraian lebih lanjut tentang makna Negara hukum
menurut UUD NRI Tahun 1945. Sementara dalam perjalanan historisnya, konsepsi Negara hukum
selalu bertitik tolak pada dua aliran berbeda, yaitu Negara hukum dalam arti rechtsstaat dan Negara
hukum dalam arti the rule of law.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud negara hukum?


2. Bagaimana konsep dari negara hukum?
3. Apa tujuan dari hukum?
4. Bagaimana ciri-ciri Negara hukum Indonesia ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari negara hukum.
2. Untuk mengetahui tentang tujuan hukum.
3. Untuk mengetahui konsep dari negara hukum.
4. Untuk mengetahui hubungan Indonesia sebagai Negara Hukum dengan
UUD 1945.

BAB 2 : PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara Hukum

Negara Hukum menurut Abdul Aziz Hakim1 adalah, negara berlandaskan atas hukum dan
keadilan bagi warganya. Artinya adalah segala kewenangan dan tindakan alat-alat perlengkapan negara
atau penguasa, semata-mata berdasarkan hukum atau dengan kata lain diatur oleh hukum sehingga
dapat mencerminkan keadilan bagi pergaulan hidup warganya.

1 Abdul Aziz Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi Di Indonesia, Penerbit Pustaka Pelajar, 2011. Celeban
Timur (Yogyakarta), hlm. 8

4
Pengertian lain negara hukum secara umum ialah bahwasanya kekuasaan negara dibatasi oleh hukum
yang berarti segala sikap, tingkah laku dan perbuatan baik dilakukan oleh penguasa atau aparatur
negara maupun dilakukan oleh para warga negara harus berdasarkan atas hukum.

B. Konsep Negara Hukum

Gagasan, cita, atau ide Negara Hukum, selain terkait dengan konsep rechtsstaat dan the rule
of law, juga berkaitan dengan konsep nomocracy yang berasal dari perkataan nomos dan cratos.
Perkataan nomokrasi itu dapat dibandingkan dengan demos dan cratos atau kratien dalam
demokrasi. Nomos berarti norma, sedangkan cratos adalah kekuasaan. Yang dibayangkan sebagai
faktor penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan adalah norma atau hukum. Karena itu, istilah
nomokrasi itu berkaitan erat dengan ide kedaulatan hukum atau prinsip hukum sebagai kekuasaann
tertinggi. Dalam istilah Inggeris yang dikembangkan oleh A.V. Dicey, hal itu dapat dikaitkan dengan
prinsip rule of law yang berkembang di Amerika Serikat menjadi jargon the Rule of Law, and not
of Man. Yang sesungguhnya dianggap sebagai pemimpin adalah hukum itu sendiri, bukan orang.
Dalam buku Plato berjudul Nomoi yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris dengan
judul The Laws2 Lihat, jelas tergambar bagaimana ide nomokrasi itu sesungguhnya telah sejak lama
dikembangkan dari zaman Yunani Kuno.

Di zaman modern, konsep Negara Hukum di Eropa Kontinental dikembangkan antara lain oleh
Immanuel Kant, Paul Laband, Julius Stahl, Fichte, dan lain-lain dengan menggunakan istilah Jerman,
yaitu rechtsstaat. Sedangkan dalam tradisi Anglo Amerika, konsep Negara hukum dikembangkan
atas kepeloporan A.V. Dicey dengan sebutan The Rule of Law. Menurut Julius Stahl, konsep Negara
Hukum yang disebutnya dengan istilah rechtsstaat itu mencakup empat elemen penting, yaitu:

1. Perlindungan hak asasi manusia.

2. Pembagian kekuasaan.

3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang.

4. Peradilan tata usaha Negara.

2 Plato: The Laws, Penguin Classics, edisi tahun 1986. Diterjemahkan dan diberi kata pengantar oleh Trevor J.
Saunders.

5
Sedangkan A.V. Dicey3 menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap Negara Hukum yang
disebutnya dengan istilah The Rule of Law, yaitu:

1. Supremacy of Law(supremasi hukum) adalah yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam suatu
negara ialah hukum (kedaulatan hukum).

2. Equality before the law (Kedudukan yang sama di depan hukum)

3. Due Process of Law, terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang dan keputusan keputusan
pengadilan.

Keempat prinsip rechtsstaat yang dikembangkan oleh Julius Stahl tersebut di atas pada pokoknya
dapat digabungkan dengan ketiga prinsip Rule of Law yang dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk
menandai ciri-ciri Negara Hukum modern di zaman sekarang. Bahkan, oleh The International
Commission of Jurist, prinsip-prinsip Negara Hukum itu ditambah lagi dengan prinsip peradilan
bebas dan tidak memihak (independence and impartiality of judiciary) yang di zaman sekarang makin
dirasakan mutlak diperlukan dalam setiap negara demokrasi. Prinsip-prinsip yang dianggap ciri
penting Negara Hukum menurut The International Commission of Jurists itu adalah:

1. Negara harus tunduk pada hukum.

2. Pemerintah menghormati hak-hak individu.

3. Peradilan yang bebas dan tidak memihak.

C. Unsur-Unsur Negara Hukum

Menurut B. Arief Sidharta4, Scheltema, merumuskan pandangannya tentang unsur-unsur dan asas-
asas Negara Hukum itu secara baru, yaitu meliputi 5 (lima) hal sebagai berikut:

1.Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia yang berakar dalam penghormatan
atas martabat manusia (human dignity).

3 Moh Mahfud MD, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Yogyakarta: Liberty, 1993), hlm. 8

4 B. Arief Sidharta, Kajian Kefilsafatan tentang Negara Hukum, dalam Jentera (Jurnal Hukum), Rule of Law,
Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK), Jakarta, edisi 3 Tahun II, November 2004, hal.124-125.

6
2. Berlakunya asas kepastian hukum. Negara Hukum untuk bertujuan menjamin bahwa kepastian
hukum terwujud dalam masyarakat. Hukum bertujuan untuk mewujudkan kepastian hukum dan
prediktabilitas yang tinggi, sehingga dinamika kehidupan bersama dalam masyarakat bersifat
predictable. Asas-asas yang terkandung dalam atau terkait dengan asas kepastian hukum itu adalah:

a. Asas legalitas, konstitusionalitas, dan supremasi hukum; b. Asas undang-undang menetapkan


berbagai perangkat peraturan tentang cara pemerintah dan para pejabatnya melakukan tindakan
pemerintahan; c. Asas non-retroaktif perundang-undangan, sebelum mengikat undang-undang harus
lebih dulu diundangkan dan diumumkan secara layak; d. Asas peradilan bebas, independent, imparial,
dan objektif, rasional, adil dan manusiawi; e. Asas non-liquet, hakim tidak boleh menolak perkara
karena alasan undangundangnya tidak ada atau tidak jelas; f. Hak asasi manusia harus dirumuskan dan
dijamin perlindungannya dalam undang-undang atau UUD.

3. Berlakunya Persamaan (Similia Similius atau Equality before the Law) Dalam Negara Hukum,
Pemerintah tidak boleh mengistimewakan orang atau kelompok orang tertentu, atau
memdiskriminasikan orang atau kelompok orang tertentu. Di dalam prinsip ini, terkandung: (a)
adanya jaminan persamaan bagi semua orang di hadapan hukum dan pemerintahan, dan (b)
tersedianya mekanisme untuk menuntut perlakuan yang sama bagi semua warga Negara.

4. Asas demokrasi dimana setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk turut serta
dalam pemerintahan atau untuk mempengaruhi tindakan-tindakan pemerintahan. Untuk itu asas
demokrasi itu diwujudkan melalui beberapa prinsip, yaitu: a. Adanya mekanisme pemilihan pejabat-
pejabat publik tertentu yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil yang
diselenggarakan secara berkala; b. Pemerintah bertanggungjawab dan dapat dimintai pertanggung
apjawaban oleh badan perwakilan rakyat; c. Semua warga Negara memiliki kemungkinan dan
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan politik dan
mengontrol pemerintah; d. Semua tindakan pemerintahan terbuka bagi kritik dan kajian rasional oleh
semua pihak; e. Kebebasan berpendapat/berkeyakinan dan menyatakan pendapat; f. Kebebasan pers
dan lalu lintas informasi; g. Rancangan undang-undang harus dipublikasikan untuk memungkinkan
partisipasi rakyat secara efektif.

5. Pemerintah dan Pejabat mengemban amanat sebagai pelayan masyarakat dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan bernegara yang bersangkutan. Dalam asas ini

7
terkandung hal-hal sebagai berikut: a. Asas-asas umum peerintahan yang layak; b. Syarat-syarat
fundamental bagi keberadaan manusia yang bermartabat manusiawi dijamin dan dirumuskan dalam
aturan perundang-undangan, khususnya dalam konstitusi; c. Pemerintah harus secara rasional menata
tiap tindakannya, memiliki tujuan yangn jelas dan berhasil guna (doelmatig). Artinya, pemerintahan itu
harus diselenggarakan secara efektif dan efisien.

D. Ciri-Ciri Negara Hukum

Muhammad Tahir Azhary5, dengan mengambil inspirasi dari sistem hukum Islam, mengajukan
pandangan bahwa ciri-ciri nomokrasi atau Negara Hukum yang baik itu mengandung 9 (sembilan)
prinsip, yaitu:

1. Prinsip kekuasaan sebagai amanah;


2. Prinsip musyawarah;
3. Prinsip keadilan;
4. Prinsip persamaan;
5. Prinsip pengakuan dan perlindungan terhadaap hak-hak asasi manusia;
6. Prinsip peradilan yang bebas;
7. Prinsip perdamaian;
8. Prinsip kesejahteraan;
9. Prinsip ketaatan rakyat.

5 Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum: Suatu Studi tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Islam,
Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini, Bulan Bintang, Jakarta, 1992, hal. 64 dst.

8
E. Ciri Negara Hukum Indonesia

F. 1.HAM terjamin oleh undang-undang


G. 2.Supremasi hukum
H. 3.Kesamaan kedudukan di depan hukum
I. 4.Peradilan administrasi dalam perselisihan
J. 5. Pemilihan umum yang bebas
K. 6. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
L.
M. F. Contoh Kasus Negara Hukum

N. Etika dan Hukum Media Massa: Jessica Kumala Wongso, Bersalah Sebelum
Diputuskan Pengadilan

O. Pemberitaan media massa sejak sebelum polisi menetapkan tersangka dan


sebelum keputusan resmi pengadilan ditetapkan seputar kasus ini menciptakan opini bahwa
pelaku pembunuhan Mirna adalah Jessica (Sordame Purba dalam Putera, Kompas.com, 15 Juni
2016). Menurut Purba, opini itu dibentuk pemberitaan mengenai bukti-bukti yang tidak pernah
ada, yakni soal Jessica yang menaruh sianida ke dalam kopi milik Mirna. Selain itu, penyidik
juga mengarahkan kasus ini di luar fakta-fakta yang tidak berkaitan, yakni mengenai kehidupan
Jessica selama berada di Australia.
P. Hal ini bertentangan dengan Undang-Undang (UU) Pers Pasal 5 Ayat 1 serta
Pasal 3 Kode Etik Jurnalistik tentang kewajiban pers untuk menerapkan asas praduga tak
bersalah serta tidak merilis fakta dan opini yang menghakimi. Trial by the Press atau Trial by
Media atau Pengadilan yang Dilakukan Media yang disebut Nasution (Pane, 2009, dalam
Harsono, 2009) pada dasarnya terjadi ketika media massa memberitakan suatu kasus yang
mengandung tuduhan dan menghakimi tersangka bahkan sebelum pengadilan memutuskan
kasus tersebut.
Q. Dalam konteks ini, media berubah menjadi pengadilan publik. Pemberitaan
media mengabaikan perbedaan penting antara tersangka dengan terpidana dan melanggar asas
praduga tak bersalah, membangun opini publik melawan tersangka bahkan sebelum pengadilan
mengusut suatu kasus sehingga membentuk stereotip publik dan terkadang memengaruhi
hakim juga, yang mengakibatkan tersangka yang seharusnya diasumsikan tidak bersalah
sebelum terbukti bersalah oleh pengadilan dipersepsikan sebagai kriminal dan kehilangan
kesempatan maupun haknya atas pengadilan yang adil dan pelanggaran terkait pengaruh atas
keputusan pengadilan atau contempt of court (Law Teacher).
R.

9
S.

T.

U. BAB 3 : PENUTUP

A. KESIMPULAN

V. Menurut Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 disebutkan bahwa Negara Indonesia
adalah Negara hukum. Namun demikian, tidak ditemukan uraian lebih lanjut tentang makna
Negara hukum menurut UUD NRI Tahun 1945. Sementara dalam perjalanan historisnya,
konsepsi Negara hukum selalu bertitik tolak pada dua aliran berbeda, yaitu Negara hukum
dalam arti rechtsstaat dan Negara hukum dalam arti the rule of law. Dalam konsep Negara
Hukum itu, diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dalam dinamika kehidupan
kenegaraan adalah hukum, bukan politik ataupun ekonomi. Karena itu, jargon yang biasa
digunakan dalam bahasa Inggeris untuk menyebut prinsip Negara Hukum adalah the rule of
law, not of man. Yang disebut pemerintahan pada pokoknya adalah hukum sebagai sistem,
bukan orang per orang yang hanya bertindak sebagai wayang dari skenario sistem yang
mengaturnya

B. SARAN

W. Adapun yang ingin dimintakan perhatian di sini yaitu, hendaknya kita juga meninjau
perkembangan hukum di Indonesia semenjak penjajahan sebagai pembelajaran untuk masa
sekarang dan yang akan datang. Terutama untuk menghadapi masalah yang sudah pernah
terselesaikan di masa lampau, seperti korupsi. Banyak hal yang harus dilakukan untuk
mencapai Tujuan dan cita-cita Indonesia sebagai Negara hukum agar negara hukum tidak
sekedar menjadi slogan kaku yang tidak bisa di realisasikan.
X. DAFTAR PUSTAKA

Y. Asshiddiqie, Prof. Dr. Jimly. 2011. Gagasan Negara Hukum Indonesia. Badan
Pembinaan Hukum Nasional. Jakarta

Z. Simamora, Janpatar. 2013. TAFSIR MAKNA NEGARA HUKUM DALAM


PERSPEKTIF UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. Yogyakarta.

AA. Santoso, Djoko. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Direktorat Pembelajaran dan


Kemahasiswaan Ditjen Dikti.

10
AB. Baehaqi Arif. 2012. DIKTAT MATA KULIAH PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
AC. Sunarso. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai