Teori Perkembangan Moral Menurut Kohlberg
Teori Perkembangan Moral Menurut Kohlberg
MENURUT KOHLBERG
By Rofiah
Seperti dalam proses perkembangan yang lannya, proses perkembangan sosial dan
moral selalu berkaitan dengan proses belajar. Konsekuensinya, kualitas hasil
perkembangan sosial sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya
belajar sosial), baik dilingkungan sekolah, keluarga, maupun di lingkungan
masyarakat. Hal ini bermakna bahawa proses belajar sangat menentukan kemampuan
siswa dalam bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan norma moral,
agama, moral tradisi, moral hukum, dan norma moral yang berlaku dalam masyarakat.
Dalam dunia psikologi belajar terdapat aneka ragam mazhab (aliran pemikiran) yang
berhubungan dengan perkembangan moral. Diantara ragam mazhab perkembangan
sosial ini paling menonjol dan layak dijadikan rujukan adalah :
1. Aliran teori cognitive Psychology dengan tokoh utama Jean Piaget dan Lawrence
Kohlberg.
2. Aliran teori Social Learning dengan tokoh utama Albert. Bandura dan R.H Walters.
Pada tokoh-tokoh psikologi tersebut telah banyak melakukan penelitia yang mana
pada penelitiannya setiap tahapan perkembangan sosial anak selalu dihubungkan
dengan perkembangan perilaku moral yaitu perilaku baik dan buruk menurut norma-
norma yang berlaku dalam masyarakat. Salah satu teori perkembangan moral adalah
teori menurut Kohlberg.
Cerita ini adalah salah satu dari 11 cerita yang dikembangkan oleh Kohlberg untuk
menginvestigasi hakekat pemikiran moral. Setelah membaca cerita, anak-anak yang
menjadi responden menjawab serangkaian pertanyaan tentang dilema moral.
Haruskah Heinz mencuri obat? Apakah mencuri obat tersebut benar atau salah?
Pataskah suami yang baik itu mencuri? Dll. Berdasarkan penalaran-penalaran yang
diberikan oleh responden dalam merespon dilema moral ini dan dilema moral lain.
Dengan adanya cerita di atas menurut Kohlberg menyimpulkan terdapat 3 tingkat
perkembangan moral, yang masing-masing ditandai oleh 2 tahap.
Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral, khususnya teori Kohlberg ,
ialah internalisasi yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan
secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.
Teori Perkembangan moral dalam psikologi umum menurut Kohlberg terdapat 3
tingkat dan 6 tahap pada masing-masing tingkat terdapat 2 tahap diantaranya sebagai
berikut :
Pada perkembangan moral menurut Kohlberg menekankan dan yakin bahwa dalam
ketentuan diatas terjadi dalam suatu urutan berkaitan dengan usia. Pada masa usia
sebelum 9 tahun anak cenderung pada prakonvensional. Pada masa awal remaja
cenderung pada konvensional dan pada awal masa dewasa cenderung pada
pascakonvensional. Demikian hasil teori perkembangan moral menurut kohlberg
dalam psikologi umum.
Ketika kita khususkan dalam memandang teori perkembangan moral dari sisi
pendidikan pada peserta didik yang dikembangkan pada lingkungan sekolah maka
terdapat 3 tingkat dan 6 tahap yaitu :
http://orthevie.wordpress.com/2010/05/29/teori-perkembangan-moral-
menurut-kohlberg/
Moral Kognitif Piaget dan Moral Kohlberg
Pengenalan tentang Moral Kognitif Piaget dan Moral Kohlberg
(a) untuk memahami tingkah laku moral seseorang adalah dengan memahami
falsafah moralnya, dengan memahami alasan-alasan yang melatar belakangi
perbuatannya
2. Pra-operasi: 2 - 7 tahun.
Penggunaan simbol dan bahasa. Kanak-kanak pra sekolah menggunakan
keupayaan berfikir secara simbolik untuk menyelesaikan masalah, tetapi tahap
pemikiran masih tidak mengikut logik dan mudah diperdaya oleh pandangan yang
berlainan.
Berhubungan dengan hal ini, menurut Ryan dan Lickona, pendidikan moral
dengan penekanan kepada proses semata dan mengabaikan isi, tidak akan
mencapai sepenuhnya apa yang diharapkan. Dari sisi lain, pengakuan Kohlberg
bahawa teorinya berdasarkan kepada prinsip-prinsip moral yang bersifat universal
dibantah juga oleh Liebert .
Sebelum membicarakan tentang teori kognitif Jean Piaget, kita perlu terlebih dahulu
mengetahui beberapa konsep penting yang diutarakan oleh beliau. Antara konsep-
konsep penting tersebut adalah :
1. Skema
-Ia merujuk kepada potensi am yang ada dalam diri manusia untuk melakukan sesuatu
dengan cara tertentu.
-Contohnya, sewaktu dilahirkan, bayi telah dilengkapkan dengan beberapa gerakan
pantulan
yang dikenali sebagai skema seperti gerakan menghisap, memandang, mencapai,
merasa,
memegang, serta menggerakkan tangan dan kaki.
-Bagi gerakan memegang, kandungan skemanya adalah memegang benda yang tidak
menyakitkan.
-Oleh itu, bayi juga akan cenderung memegang benda-benda yang tidak menyakitkan
seperti
contoh, jari ibu.
-Skema yang ada pada bayi akan menentukan bagaimana bayi bertindakbalas dengan
persekitarannya.
2. Asimilasi
-Asimilasi merupakan satu proses penyesuaian antara objek yang baru diperolehi
dengan
skema yang sedia ada.
-Proses asimilasi yang berlaku membolehkan manusia mengikuti sesuatu modifikasi
skema
hasil daripada pengalaman yang baru diperolehi.
-Contohnya, seorang kanak-kanak yang baru pertama kali melihat sebiji epal. Oleh itu,
kanak-
kanak tersebut akan menggunakan skema memegang (skema yang sedia ada) dan
sekaligus
merasanya. Melaluinya, kanak-kanak tersebut akan mendapat pengetahuan yang baru
baginya berkenaan "sebiji epal".
3. Akomodasi
-Merupakan suatu proses di mana struktur kognitif mengalami perubahan.
-Akomodasi berfungsi apabila skema tidak dapat mengasimilasi (menyesuaikan)
persekitaran
baru yang belum lagi berada dalam perolehan kognitif kanak-kanak.
-Jean Piaget menganggap perubahan ini sebagai suatu proses pembelajaran.
-Contohnya, kanak-kanak yang berumur dua tahun yang tidak ditunjukkan magnet akan
menyatukan objek baru ke dalam skemanya dan mewujudkan penyesuaian konsep
terhadap
magnet itu.
4. Adaptasi
-Ia merupakan satu keadaan di mana wujud keseimbangan di antara akomodasi dan
asimilasi
untuk disesuaikan dengan persekitaran.
-Keadaan keseimbangan akan wujud apabila kanak-kanak mempunyai kecenderungan
sejadi
untuk mencipta hubungan apa yang dipelajari dengan kehendak persekitaran.
Jean Piaget mendapati kemampuan mental manusia muncul di tahap tertentu dalam
proses perkembangan yang dilalui. Menurut beliau lagi, perubahan daripada satu
peringkat ke satu peringkat seterusnya hanya akan berlaku apabila kanak-kanak
mencapai tahap kematangan yang sesuai dan terdedah kepada pengalaman yang
relevan. Tanpa pengalaman-pengalaman tersebut, kanak-kanak dianggap tidak mampu
mencapai tahap perkembangan kognitif yang tinggi.