Anda di halaman 1dari 11

TEORI PERKEMBANGAN MORAL

MENURUT KOHLBERG
By Rofiah

A. Makna Perkembangan Moral


Perkembangan sosial merupakan proses perkembangan kepribadian siswa selaku
seorang anggota masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan
ini berlangsung sejak masa bayi hingga akhir hayat. Perkembangan merupakan suatu
proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pembentukan
pribadi dalam keluarga, bangsa dan budaya. Perkembangan sosial hampir dapat
dipastikan merupakan perkembangan moral, sebab perilaku moral pada umumnya
merupakan unsur fundamental dalam bertingkah laku sosial. Seorang siswa hanya
akan berperilaku sosial tertentu secara memadahi apabila menguasai pemikiran norma
perilaku moral yang diperlukan untuk menguasai pemikiran norma perilaku moral
yang diperlukan.

Seperti dalam proses perkembangan yang lannya, proses perkembangan sosial dan
moral selalu berkaitan dengan proses belajar. Konsekuensinya, kualitas hasil
perkembangan sosial sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya
belajar sosial), baik dilingkungan sekolah, keluarga, maupun di lingkungan
masyarakat. Hal ini bermakna bahawa proses belajar sangat menentukan kemampuan
siswa dalam bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan norma moral,
agama, moral tradisi, moral hukum, dan norma moral yang berlaku dalam masyarakat.
Dalam dunia psikologi belajar terdapat aneka ragam mazhab (aliran pemikiran) yang
berhubungan dengan perkembangan moral. Diantara ragam mazhab perkembangan
sosial ini paling menonjol dan layak dijadikan rujukan adalah :
1. Aliran teori cognitive Psychology dengan tokoh utama Jean Piaget dan Lawrence
Kohlberg.
2. Aliran teori Social Learning dengan tokoh utama Albert. Bandura dan R.H Walters.
Pada tokoh-tokoh psikologi tersebut telah banyak melakukan penelitia yang mana
pada penelitiannya setiap tahapan perkembangan sosial anak selalu dihubungkan
dengan perkembangan perilaku moral yaitu perilaku baik dan buruk menurut norma-
norma yang berlaku dalam masyarakat. Salah satu teori perkembangan moral adalah
teori menurut Kohlberg.

B. Teori Perkembangan Moral Menurut Kohlberg.


Menurut teori Kohlberg telah menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan
terutama pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap. Dalam Teori
Kohlberg mendasarkan teori perkembangan moral pada prinsip-prinsip dasar hasil
temuan Piaget. Menurut Kohlberg sampai pada pandangannya setelah 20 tahun
melakukan wawancara yang unik dengan anak-anak. Dalam wawancara , anak-anak
diberi serangkaian cerita dimana tokoh-tokohnya menghadapi dilema-dilema moral.
Berikut ini ialah dilema Kohlberg yang paling populer:
Di Eropa seorang perempuan hampir meninggal akibat sejenis kanker khusus. Ada
satu obat yang menurut dokter dapat menyelamatkannya. Obat tersebut adalah sejenis
radium yang baru-baru ini ditemukan oleh seorang apoteker di kota yang sama. Biaya
membuat obat ini sangat mahal, tetapi sang apoteker menetapkan harganya 10X lebih
mahal dari biaya pembuatan obat tersebut. Untuk pembuatan 1 dosis obat ia
membayar $ 200 dan menjualnya $2.000. Suami pasien perempuan, Heinz pergi ke
setiap orang yang ia kenal untuk meminjam uang, tetapi ia hanya dapat
mengumpulkan $1.000 atau hanya setengah dari harga obat. Ia memberitahu apoteker
bahwa istrinya sedang sakit dan memohon agar apoteker bersedia menjual obatnya
lebih murah atau membolehkannya membayar setengahnya kemudian. Tetapi sang
apoteker berkata tidak, aku menemukan obat, dan aku harus mendapatkan uang dari
obat itu. Heinz menjadi nekat dan membongkar toko obat itu untuk mencuri obat
bagi istrinya.

Cerita ini adalah salah satu dari 11 cerita yang dikembangkan oleh Kohlberg untuk
menginvestigasi hakekat pemikiran moral. Setelah membaca cerita, anak-anak yang
menjadi responden menjawab serangkaian pertanyaan tentang dilema moral.
Haruskah Heinz mencuri obat? Apakah mencuri obat tersebut benar atau salah?
Pataskah suami yang baik itu mencuri? Dll. Berdasarkan penalaran-penalaran yang
diberikan oleh responden dalam merespon dilema moral ini dan dilema moral lain.
Dengan adanya cerita di atas menurut Kohlberg menyimpulkan terdapat 3 tingkat
perkembangan moral, yang masing-masing ditandai oleh 2 tahap.
Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral, khususnya teori Kohlberg ,
ialah internalisasi yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan
secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.
Teori Perkembangan moral dalam psikologi umum menurut Kohlberg terdapat 3
tingkat dan 6 tahap pada masing-masing tingkat terdapat 2 tahap diantaranya sebagai
berikut :

Tingkat Satu : Penalaran Prakonvensional.


Penalaran Prakonvensional adalah : tingkat yang paling rendah dalam teori
perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan
internalisasi nilai-nilai moral- penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah)
dan hukuman eksternal. Dengan kata lain aturan dikontrol oleh orang lain (eksternal)
dan tingkah laku yang baik akan mendapat hadiah dan tingkah laku yang buruk
mendapatkan hukuman.

Tahap I. Orientasi hukuman dan ketaatan


Yaitu : tahap pertama yang mana pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas
hukuman dan anak taat karena orang dewasa menuntut mereka untuk taat.

Tahap II. Individualisme dan tujuan


Pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas imbalan (hadiah)dan kepentingan
sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk
kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan
apa yang dianggap menghasilkan hadiah.

Tingkat Dua : Penalaran Konvensional


Penalaran Konvensional merupakan suatu tingkat internalisasi individual menengah
dimana seseorang tersebut menaati stndar-stndar (Internal)tertentu, tetapi mereka
tidak menaati stndar-stndar orang lain (eksternal)seperti orang tua atau aturan-
aturan masyarakat.
Tahap I. Norma-norma Interpersonal
Yaitu : dimana seseorang menghargai kebenaran, keperdulian dan kesetiaan kepada
orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Seorang anak
mengharapkan dihargai oleh orang tuanya sebagai yang terbaik.
Tingkat II. Moralitas Sistem Sosial
Yaitu : dimana suatu pertimbangan itu didasarkan atas pemahaman atuyran sosial,
hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.

Tingkat Tiga : Penalaran Pascakonvensional


Yaitu : Suatu pemikiran tingkat tinggi dimana moralitas benar-benar diinternalisasikan
dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seseorang mengenal tindakan-
tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan
berdasarkan suatu kode.

Tahap I. Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual


Yaitu : nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat
berbeda dari satu orang ke orang lain.

Tahap II. Prinsip-prinsip Etis Universal


Yaitu : seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada
hak-hak manusia universal. Dalam artian bila sseorang itu menghadapi konflik antara
hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati.

Pada perkembangan moral menurut Kohlberg menekankan dan yakin bahwa dalam
ketentuan diatas terjadi dalam suatu urutan berkaitan dengan usia. Pada masa usia
sebelum 9 tahun anak cenderung pada prakonvensional. Pada masa awal remaja
cenderung pada konvensional dan pada awal masa dewasa cenderung pada
pascakonvensional. Demikian hasil teori perkembangan moral menurut kohlberg
dalam psikologi umum.
Ketika kita khususkan dalam memandang teori perkembangan moral dari sisi
pendidikan pada peserta didik yang dikembangkan pada lingkungan sekolah maka
terdapat 3 tingkat dan 6 tahap yaitu :

Tingkat Satu : Moralitas Prakonvensional


Yaitu : ketika manusia berada dalam fase perkembangan prayuwana mulai dari usia 4-
10 tahun yang belum menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.Yang man
dimasa ini anak masih belum menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.

Pada tingkat pertama ini terdapat 2 tahap yaitu :


Tahap 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman.
Adalah penalaran moral yang yang didasarkan atas hukuman dan anak-anak taat
karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat. Dengan kata lain sangat
memperhatikan ketaatan dan hukum. Dalam konsep moral menurut Kohlberg ini anak
menentukan keburukan perilaku berdasarkan tingkat hukuman akibat keburukan
tersebut. Sedangkan perilaku baik akan dihubungkan dengan penghindaran dari
hukuman.

Tahap 2. Memperhatikan Pemuasan kebutuhan.


Yang bermakna perilaku baik dihubungkan dengan pemuasan keinginan dan
kebutuhan sendiri tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
Tingkat Dua : Moralitas Konvensional
Yaitu ketika manusia menjelang dan mulai memasuki fase perkembangan yuwana
pada usia 10-13 tahun yang sudah menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi
sosial.

Pada Tingkat II ini terdapat 2 tahap yaitu :


Tahap 3. Memperhatikan Citra Anak yang Baik
Maksudnya : anak dan remaja berperilaku sesuai dengan aturan dan patokan moral
agar dapat memperoleh persetujuan orang dewasa, bukan untuk menghindari
hukuman.
Semua perbuatan baik dan buruk dinilai berdasarkan tujuannya, jadi ada
perkembangan kesadaran terhadap perlunya aturan. Dalam hal ini terdapat pada
pendidikan anak.
Pada tahap 3 ini disebut juga dengan Norma-Norma Interpernasional ialah : dimana
seseorang menghargai kebenaran, keperdulian, dan kesetiaan kepada orang lain
sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Anak-anak sering mengadopsi
standar-standar moral orang tuanya sambil mengharapkan dihargai oleh orang tuanya
sebagi seorang anak yang baik.
Tahap 4. Memperhatikan Hukum dan Peraturan.
Anak dan remaja memiliki sikap yang pasti terhadap wewenang dan aturan.
Hukum harus ditaati oleh semua orang.

Tingkat Tiga : Moralitas Pascakonvensional


Yaitu ketika manusia telah memasuki fase perkembangan yuwana dan pascayuwana
dari mulai usia 13 tahun ke atas yang memandang moral lebih dari sekadar
kesepakatan tradisi sosial. Dalam artian disini mematuhi peraturan yang tanpa syarat
dan moral itu sendiri adalah nilai yang harus dipakai dalam segala situasi.

Pada perkembangan moral di tingkat 3 terdapat 2 tahap yaitu :


Tahap 5. Memperhatikan Hak Perseorangan.
Maksudnya dalam dunia pendidikan itu lebih baiknya adalah remaja dan dewasa
mengartikan perilaku baik dengan hak pribadi sesuai dengan aturan ddan patokan
sosial.
Perubahan hukum dengan aturan dapat diterima jika ditentukan untuk mencapai hal-
hal yang paling baik.
Pelanggaran hukum dengan aturan dapat terjadi karena alsan-alasan tertentu.

Tahap 6. Memperhatikan Prinsip-Prinsip Etika


Maksudnya : Keputusan mengenai perilaku-pwerilaku sosial berdasarkan atas
prinsip-prinsip moral, pribadi yang bersumber dari hukum universal yang selaras
dengan kebaikan umum dan kepentingan orang lain.
Keyakinan terhadap moral pribadi dan nilai-nilai tetap melekat meskipun sewaktu-
waktu berlawanan dengan hukum yang dibuat untuk menetapkan aturan sosial.
Contoh : Seorang suami yang tidak punya uang boleh jadi akan mencuri obat untuk
menyelamatkan nyawa istrinya dengan keyakinan bahwa melestarikan kehidupan
manusia merupakan kewajiban moral yang lebih tinggi daripada mencuri itu sendiri.
http://ebookbrowse.com/jelaskan-subtansi-teori-perkembangan-moral-jean-piaget-
dan-teori-perkembangan-kohlberg-pdf-d356000569

http://orthevie.wordpress.com/2010/05/29/teori-perkembangan-moral-
menurut-kohlberg/
Moral Kognitif Piaget dan Moral Kohlberg
Pengenalan tentang Moral Kognitif Piaget dan Moral Kohlberg

Pendekatan perkembangan kognitif dikemukakan oleh Dewey. Seterusnya


dikembangkan oleh Jean Piaget dan Kohlberg.

Piaget berusaha mendefinisikan tingkat perkembangan moral pada kanak-kanak


melalui pengamatan dan wawancara. Hasil pengamatannya, atas pertanyaan
mengapa mereka patuh kepada peraturan, Piaget dapat kesimpulan bahawa
perkembangan kemampuan kognitif pada kanak-kanak mempengaruhi
pertimbangan moral mereka.

Kohlberg juga mengembangkan teorinya berdasarkan kepada asumsi-asumsi


umum tentang teori perkembangan kognitif dari Dewey dan Piaget di atas.
Kohlberg mendefinisikan kembali dan mengembangkan teorinya menjadi lebih
terperinci. Asumsi-asumsi yang Kohlberg guna dalam mengembangkan teorinya
sebagai berikut:

(a) untuk memahami tingkah laku moral seseorang adalah dengan memahami
falsafah moralnya, dengan memahami alasan-alasan yang melatar belakangi
perbuatannya

(b) Tingkat perkembangan tersusun sebagai suatu keseluruhan cara berfikir.


Setiap orang akan konsisten dalam tingkat pertimbangan moralnya.

(c) Konsep tingkat perkembangan moral menyatakan rangkaian urutan


perkembangan yang bersifat universal, dalam berbagai
kondisi kebudayaan.

Teori Perkembangan Moral Kognitif Piaget.

Kanak-kanak membina maklumat secara aktif semasa meneroka dunia


sekelilingnya Mereka mengadaptasikan pemikiran dengan memasukkan idea-idea
baru bagi menambahkan lagi kefahaman tentang sesuatu perkara.

Piaget menyatakan, perkembangan kanak-kanak dan remaja mempunyai dua


peringkat iaitu peringkat heteronomus (umur 4 hingga 7 tahun). Pada peringkat
ini, beliau menganggap kanak-kanak memandang perundangan sebagai tidak
dapat diubah. Peringkat kedua adalah autonomus iaitu perkembangan moral yang
ditunjukkan oleh kanak-kanak berumur 10 tahun ke atas. Pada peringkat ini,
mereka sedar peraturan yang dikenakan ke atas mereka dikuatkuasakan oleh
manusia juga.

Teori ini menekankan perkembangan kognitif kanak-kanak iaitu merujuk kepada


aktiviti-aktiviti mental seperti berfikir, menaakul, menganalisis, membentuk
konsep, menyelesaikan masalah dan sebagainya.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif seseorang kanak-kanak adalah mengikut


siri urutan yang berperingkat. Piaget membahagikan perkembangan itu kepada
empat peringkat iaitu:
1. Sensori motor
2. Operasi
3. Operasi yang konkrit
4. Operasi formal

Perkembangan kognitif berlaku dalam peringkat:

1. Sensori motor: 0 - 2 tahun.


Boleh membuat greak balas refleks. Kanak-kanak menggunakan deria motor dan
deria yang lain untuk memahami dunia mereka.

2. Pra-operasi: 2 - 7 tahun.
Penggunaan simbol dan bahasa. Kanak-kanak pra sekolah menggunakan
keupayaan berfikir secara simbolik untuk menyelesaikan masalah, tetapi tahap
pemikiran masih tidak mengikut logik dan mudah diperdaya oleh pandangan yang
berlainan.

3. Operasi konkrit: 7-11 tahun.


Zaman persekolahan, boleh membuat klasifikasi, reversibiliti, hukum keabadian.
Berfikir secara logik dan konkrit. Boleh menyelesaikan masalah secara cuba jaya.

4. Operasi Formal: 12 tahun ke atas.


Remaja boleh berfikir secara abstrak konsep hipotetikal dan boleh memikirkan
akibat jangka panjang sesuatu aksi. Boleh membuat penakulan abstrak,
mengawal pembolehubah ,menguji hipotesis, menyelesaikan masalah.

Teori Perkembangan Moral Kohlberg.

Kohlberg menyatakan bahawa asas utama perkembangan moral adalah


penaakulan moral dan penghuraiannya secara berperingkat. Tiga konsep utama
perkembangan moral menurut Kohlberg adalah:

Peringkat pertama: Pemikiran pra-konvensional.


Peringkat bawah iaitu setiap individu menunjukkan tidak wujudnya internalisasi
iaitu pemahaman dalaman pada nilai moral.

Tahap 1: Moraliti heteronomus


Pada tahap ini, pemikiran moral selalu dikaitkan dengan denda. Misalnya, remaja
patuh kepada arahan ibu bapa kerana ibu bapa menghendaki mereka patuh.

Tahap 2: Keindividuan, tujuan instrumental dan pertukaran.


Pada peringkat ini, remaja dapat meneruskan kesukaan mereka dan rakan mereka
juga dapat membuat perkara yang sama. Apabila mereka baik pada orang lain,
orang lain juga baik pada mereka kelak.

Peringkat kedua: Pemikiran konvensional


Pada peringkat ini, internalisasi pemahaman adalah pada peringkat pertengahan.

Tahap 3: Pengharapan bersama secara interpersonal, perhubungan dan keakuran


interpersonal.
Pada tahap ini, remaja menilai kepercayaan, penjagaan dan setia kepada orang
lain sebagai asas pengadilan. Remaja berkehendakkan ibu bapa menganggap
mereka sebagai anak yang baik dan sebagainya.

Tahap 4: Sistem moraliti sosial


Pada peringkat ini, keadilan moral berasas kefahaman individu pada perundangan
sosial, undang-undang, keadilan dan tanggungjawab. Misalnya, sekiranya remaja
bekerja, mereka perlu dilindungi oleh undang-undang.

Peringkat ketiga: Pemikiran pro-konvensional


Pada peringkat ini, moraliti didasarkan kepada piawaian dalaman dan tidak
berdasarkan piawai luar. Remaja mengetahui alternatif yang diperlukan dalam
membentuk moral, meneroka alternatif. Seterusnya, sendiri berupaya membuat
keputusan berkenaan moral

Tahap 5: Hubungan sosial dan hak individu,


Pada tahap ini remaja mengakui kewujudan undang-undang.

Tahap 6: Prinsip etika sejagat


Pada tahap ini, tertanam di dalam diri remaja, kepiawaian moral adalah
berdasarkan hak kemanusiaan sejagat.

Kesimpulan tentang Teori Perkembangan Moral Kognitif Piaget.

Pendekatan perkembangan kognitif piaget mudah digunakan dalam proses


pendidikan di sekolah, kerana pendekatan ini memberikan penekanan pada aspek
perkembangan kemampuan berfikir. Oleh kerana pendekatan ini memberikan
perhatian sepenuh kepada isu moral dan penyelesaian masalah yang berhubung
dengan pertentangan nilai tertentu dalam masyarakat, penggunaan pendekatan
ini menjadi menarik. Penggunaannya dapat menghidupkan suasana kelas.

Kelemahan Teori Piaget.

Pendekatan ini juga memiliki kelemahan-kelemahan. Salah satu kelemahannya


dikemukakan oleh Hersh, et. al. (1980), pendekatan ini menampilkan bias budaya
barat. Antara lain kelemahan ialah sangat menjunjung tinggi kebebasan peribadi
yang berdasarkan filsafat liberal. Dalam proses pendidikan dan pengajaran,
pendekatan ini juga tidak mementingkan kriteria benar salah untuk suatu
perbuatan. Yang dipentingkan adalah alasan yang dikemukakan atau
pertimbangan moralnya.

Teori Perkembangan Kognitif Piaget terhadap pengajaran dan pembelajaran.


Daripada teori ini, seseorang guru perlu sedar bahawa pada peringkat awal,
kanak-kanak seperti di kelas tadika perlu didedahkan kepada bahan-bahan
pelajaran yang terdiri daripada objek-objek besar iaitu yang senang dilihat dan
disentuh. Manakala pada peringkat Tahun Dua dan Tiga, kanak-kanak bersifat
egosentrik. Oleh itu, tajuk-tajuk seperti Rumah Saya, Keluarga Saya adalah sesuai
disediakan sebagai bahan bacaan dan tulisan. Pelbagai jenis alat bantu mengajar
diperlukan untuk mengajar kanak-kanak di peringkat sekolah rendah disebabkan
perkembangan kognitif yang terhad.
Murid-murid di peringkat sekolah rendah juga masih belum bersedia
menyelesaikan masalah abstrak atau dalam bentuk hipotesis. Oleh itu, banyak
contoh konkrit dan analogi diperlukan untuk memudahkan pemahaman murid-
murid sekolah rendah. Isi pelajaran dan aktiviti pelajaran yang disediakan perlu
selaras dengan peringkat perkembangan kognitif murid-murid. Sekiranya tidak,
bahan atau aktiviti pelajaran tersebut mungkin akan membosankan murid-murid
atau terlalu sukar bagi mereka.

Setiap tajuk pelajaran perlu disusun dan dipertingkatkan. Ini membolehkan


penyampaian tajuk pelajaran daripada peringkat yang senang kepada peringkat
yang susah. Cara seperti ini akan menjamin murid-murid memperolehi hasil
pembelajaran yang maksimum.

Kesimpulan tentang Teori Perkembangan Moral Kohlberg.


Teori Kohlberg dinilai paling konsisten dengan teori ilmiah, peka untuk
mendedahkan kemampuan seseorang dalam membuat pemikiran atau
pertimbangan moral, dan mendukung perkembangan moral.

Kelemahan teori ini.


Teori Kohlberg dikritik mengandungi seks, kerana dilema yang dikemukakannya
dan orientasi penilaian pada keadilan dan hak lebih tepat bagi kaum pria.
Berdasarkan kepada hasil uji empiris, kaum wanita cenderung mendapat skor
lebih rendah dari kaum pria. Selain itu, dalam pelaksanaan program-programnya,
teori ini juga memberi penekanan pada proses dan
struktur pertimbangan moral, mengabaikan nilai dan isi pertimbangnnya.

Berhubungan dengan hal ini, menurut Ryan dan Lickona, pendidikan moral
dengan penekanan kepada proses semata dan mengabaikan isi, tidak akan
mencapai sepenuhnya apa yang diharapkan. Dari sisi lain, pengakuan Kohlberg
bahawa teorinya berdasarkan kepada prinsip-prinsip moral yang bersifat universal
dibantah juga oleh Liebert .

Menurut Liebert, berbagai kajian dalam bidang antropologi tidak mendukung


pandangan tentang adanya prinsip-prinsip moral yang universal seperti yang
dikemukakan Kohlberg. Realiti yang ditemukan adalah berbagai norma, standard,
dan nilai-nilai moral yang dipengaruhi oleh budaya masyarakat pendukungnya.
Walaupun pendekatan ini mengandungi kelemahan-kelemahan dalam segi
tertentu, namun seperti dijelaskan juga oleh Ryan dan Lickona, teori ini juga telah
memberi sumbangan berharga bagi perkembangan pendidikan moral.
TAHAP-TAHAP DI DALAM TEORI PIAGET

Sebelum membicarakan tentang teori kognitif Jean Piaget, kita perlu terlebih dahulu
mengetahui beberapa konsep penting yang diutarakan oleh beliau. Antara konsep-
konsep penting tersebut adalah :

1. Skema
-Ia merujuk kepada potensi am yang ada dalam diri manusia untuk melakukan sesuatu
dengan cara tertentu.
-Contohnya, sewaktu dilahirkan, bayi telah dilengkapkan dengan beberapa gerakan
pantulan
yang dikenali sebagai skema seperti gerakan menghisap, memandang, mencapai,
merasa,
memegang, serta menggerakkan tangan dan kaki.
-Bagi gerakan memegang, kandungan skemanya adalah memegang benda yang tidak
menyakitkan.
-Oleh itu, bayi juga akan cenderung memegang benda-benda yang tidak menyakitkan
seperti
contoh, jari ibu.
-Skema yang ada pada bayi akan menentukan bagaimana bayi bertindakbalas dengan
persekitarannya.

2. Asimilasi
-Asimilasi merupakan satu proses penyesuaian antara objek yang baru diperolehi
dengan
skema yang sedia ada.
-Proses asimilasi yang berlaku membolehkan manusia mengikuti sesuatu modifikasi
skema
hasil daripada pengalaman yang baru diperolehi.
-Contohnya, seorang kanak-kanak yang baru pertama kali melihat sebiji epal. Oleh itu,
kanak-
kanak tersebut akan menggunakan skema memegang (skema yang sedia ada) dan
sekaligus
merasanya. Melaluinya, kanak-kanak tersebut akan mendapat pengetahuan yang baru
baginya berkenaan "sebiji epal".

3. Akomodasi
-Merupakan suatu proses di mana struktur kognitif mengalami perubahan.
-Akomodasi berfungsi apabila skema tidak dapat mengasimilasi (menyesuaikan)
persekitaran
baru yang belum lagi berada dalam perolehan kognitif kanak-kanak.
-Jean Piaget menganggap perubahan ini sebagai suatu proses pembelajaran.
-Contohnya, kanak-kanak yang berumur dua tahun yang tidak ditunjukkan magnet akan
menyatukan objek baru ke dalam skemanya dan mewujudkan penyesuaian konsep
terhadap
magnet itu.

4. Adaptasi
-Ia merupakan satu keadaan di mana wujud keseimbangan di antara akomodasi dan
asimilasi
untuk disesuaikan dengan persekitaran.
-Keadaan keseimbangan akan wujud apabila kanak-kanak mempunyai kecenderungan
sejadi
untuk mencipta hubungan apa yang dipelajari dengan kehendak persekitaran.

Jean Piaget mendapati kemampuan mental manusia muncul di tahap tertentu dalam
proses perkembangan yang dilalui. Menurut beliau lagi, perubahan daripada satu
peringkat ke satu peringkat seterusnya hanya akan berlaku apabila kanak-kanak
mencapai tahap kematangan yang sesuai dan terdedah kepada pengalaman yang
relevan. Tanpa pengalaman-pengalaman tersebut, kanak-kanak dianggap tidak mampu
mencapai tahap perkembangan kognitif yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai