Askep HIV AIDS
Askep HIV AIDS
Disusun oleh
Kelompok II
Eldira Loyanda 04121024
Nofirabuana Rizal 04121025
Rury Sartika 04121026
Tri Nofriyatik 04121027
Febri Widya 04121028
Elva Zulnas 04121029
Fira Firdausia 04121030
Syafrisar Meri A 04121032
Rizka Fadhila 04121033
Mariza Arfianti 04121034
HIV diartikan sebagai Human T-Cell Lymphotropic virus tipe III dan virus yang
berkaitan dengan Limfadenopati (LAV = Lymphadenopathy associated virus). HIV
tergolong ke dalam kelompok virus yang dikenal sebagai retrovirus yang menunjukkan
bahwa virus tersebut membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA) dan
bukan dalam asam deoksirbonukleat (DNA). Terdapat dua jenis HIV, yaitu HIV 1 dan
HIV 2.
Individu yang seropositif terhadap HIV, dengan atau tanpa gejala-gejala,
dipertimbangkan mengidap HIV-positif. Orang ini mungkin hidup untuk beberapa tahun
sebelum memenuhi criteria dari Centers for Disease Kontrol (CDC) untuk mendiagnosis
AIDS.
CDC merekomendasikan bahwa diagnosis AIDS ditujukan pada orang yang
mengalami infeksi oportunistik, dimana orang tersebut mengalami penurunan sistem
imun yang mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki antibody positif
terhadap HIV. AIDS adalah kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir
dari infeksi oleh HIV. Kasus AIDS mencerminkan infeksi HIV yang sudah berlangsung
lama.
II. ETIOLOGI
III. PREVALENSI
HIV-2 lebih prevalen di Afrika Barat, tetapi HIV-1 merupakan virus predominan
di Afrika bagian Tengah dan Timur, dan bagian dunia lainnya. Menurut The Joint United
Nations Program on HIV/AIDS (2000), diperkirakan 36.1 juta orang terinfeksi
HIV/AIDS pada akhir tahun 2000.
Dari 36.1 juta kasus, 16.4 juta adalah perempuan, dan 600.000 adalah anak-anak
berusia kurang dari 15 tahun.
Di Amerika Serikat, sebagian besar penderita AIDS melibatkan diri dalam
perilaku yang beresiko tinggi, seperti hubungan homoseksual antara pria, penggunaan
obat bius IV, dan hubungan heteroseksual dengan pasangan yang terinfeksi HIV atau
beresiko untuk terinfeksi virus tersebut. Yang juga beresiko untuk terjangkit infeksi ini
adalah orang-orang yang mendapat darah atau produk darah yang terkontaminasi dengan
HIV dan anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang menderita infeksi HIV.
Daerah-daerah perkotaan terus melaporkan banyak kasus-kasus AIDS bila
dibandingkan daerah pedesaan karena insidens pemakai obat bius IV dan praktik seksual
beresiko tinggi lebih tinggi di daerah perkotaan. HIV terutama infeksi yang menjangkiti
kaum muda antara 17-25 tahun.
IV. MANIFESTASI KLINIS
V. PROSEDUR DIAGNOSTIK
2. PELACAKAN HIV
a. Antigen p24, sangat spesifik untuk HIV-1. Pemeriksaan p24 antigen
capture assay telah digunakan bersama tes lainnya untuk mengevaluasi
efek terapi dari preparat antivirus.
b. Reaksi rantai Polimerase (PCR; polymerase chain reaction), dipakai untuk
mendeteksi RNA virus HIV atau DNA provirus
c. Kultur sel Mononuklear darah perifer untuk HIV-1
d. Kultur sel kuantitatif
e. Kultur plasma kuantitatif
f. Mikroglobulin B2
g. Neopterin serum
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Pasien memiliki riwayat melakukan hubungan seksual dengan pasangan
yang positif mengidap HIV/AIDS, pasangan seksual multiple, aktivitas seksual
yang tidak terlindung, seks anal, homoseksual, penggunaan kondom yang tidak
konsisten, menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan
terhadap virus pada wanita yang terpajan karena peningkatan kekeringan/friabilitas
vagina), pemakai obat-obatan IV dengan jarum suntik yang bergantian, riwayat
menjalani transfusi darah berulang, dan mengidap penyakit defesiensi imun.
2. Pengkajian Fisik
a. Aktivitas dan istirahat :
Massa otot menurun, terjadi respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan
pada tekanan darah, frekuensi denyut jantung, dan pernafasan.
b. Sirkulasi :
Takikardi, perubahan tekanan darah postural, penurunan volume nadi perifer,
pucat/sianosis, kapillary refill time meningkat.
c. Integritas ego :
Perilaku menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur
tubuh mengelak, menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak
janji.
d. Eliminasi :
Diare intermitten, terus menerus dengan/tanpa nyeri tekan abdomen, lesi/abses
rektal/perianal, feses encer dan/tanpa disertai mukus atau darah, diare pekat,
perubahan jumlah, warna, dan karakteristik urine.
e. Makanan/cairan :
Adanya bising usus hiperaktif; penurunan berat badan: parawakan kurus,
menurunnya lemak subkutan/massa otot; turgor kulit buruk; lesi pada rongga
mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna; kurangnya kebersihan gigi,
adanya gigi yang tanggal; edema.
f. Higiene :
Penampilan tidak rapi, kekurangan dalam aktivitas perawatan diri.
g. Neurosensori :
Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai dimensia,
lupa, konsentrasi buruk, kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon
melambat.
Ide paranoid, ansietas berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul refleks tidak normal, menurunnya kekuatan otot, gaya berjalan ataksia.
Tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis, hemiparase,
kejang
Hemoragi retina dan eksudat (renitis CMV).
h. Nyeri/kenyamanan :
Pembengkakan sendi, nyeri tekan, penurunan rentang gerak, perubahan gaya
berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.
i. Pernapasan :
Takipnea, distress pernafasan, perubahan bunyi nafas/bunyi nafas adventisius,
batuk (mulai sedang sampai parah) produktif/nonproduktif, sputum kuning (pada
pneumonia yang menghasilkan sputum).
j. Keamanan :
Perubahan integritas kulit : terpotong, ruam, mis. Ekzema, eksantem, psoriasis,
perubahan warna, ukuran/warna mola, mudah terjadi memar yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya.
Rektum luka, luka-luka perianal atau abses.
Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua/lebih area tubuh (leher,
ketiak, paha)
Penurunan kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan.
k. Seksualitas :
Herpes, kutil atau rabas pada kulit genitalia
l. Interaksi sosial :
Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat, aktivitas yang tak terorganisasi,
perobahan penyusunan tujuan.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. JDL : Anemia dan trombosipenia idiopatik
b. DSP : leukopenia mungkin ada
c. Panel anergi : energi kutaneus (kurang reaktivitas pada antigen dimana
pasien telah mengetahuinya) adalah indikator umum pada depresi sel imunitas
humoral.
d. TB (PPD) : Menentukan pemajanan dan/atau penyakit aktif (harus diberikan
dengan panel anergi untuk menetukan hasil negatif palsu pad respon defisiensi
imun) Pada pasien AIDS, 100% TB positif pada kehidupan mereka jika terjadi
kontak.
e. Serologis :
Tes antibodi serum : skrining HIV dengan ELISA. Hasil tespositif mungkin
mengindikasikan HIV tetapi bukan merupakan diagnosa
Tes blot western : mengkonfirmasikan diagnosa HIV
Sel-T limfosit : penurunan jumlah total
Sel-T4 helper (indikator sistem imun dan menandai sel B untuk menghasikan
antibodi terhadap bakteri asing) : jumlah yang kurang dari 200 menandakan
respon defisiensi imun hebat.
T8 (sel supresor sitopatik) : rasio terbalik (2:1 atau lebih besar) dari sel
supresor pada sel hepar (T8 ke T4) mengindikasikan supresi imun.
P24 (protein pembungkus HIV) : peningkatan nilai kuantitatif protein dapat
mengindikasikan progresi infeksi (mungkin tidak dapat dideteksi pada stadium
awal).
Kadar Ig : umumnya meningkat, terutama IgG dan IgA dengan IgM yang
normal atau mendekati normal (indikator kemampuan tubuh untuk
menunjukkan proses penularan telah lengkap).
Reaksi rantai polimerase: mendeteksi adanya DNA virus dalam jumlahnya
yang sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
f. Tes PHS : pembungkus hepatitis B dan antibodi, sifilis, CMV,mungkin
positif.
g. Budaya : histologis, pemeriksaan sitologis urine, feses, darah, cairan spinal,
luka, sputum, dan sekresi dilakukan untuk mengidentifikasi infeksi, seperti :
Infeksi parasit dan protozoa : PCP kriptosporidiasis, toksoplasmosis
Infeksi jamur : Candida albicans (kandidiasis), Criptococcus neoformans
(kriptokokosis), Histoplasma capsulatum (histoplasmosis).
Infeksi bakteri : Microbacterium avium-intercelluleare, TB mikrobakterisl
milier, Shigella (sigelosis), Salmonella (salmonelosis).
Infeksi viral : CVM, herpes simplek, herpes zoster.
h. Pemeriksaan neurologis seperti EEG, MRI, CT-scan otak :
EMG/pemeriksaan konduksi saraf
i. Sinar x dada : pada awalnya mungkin normal atau menyatakan
perkembangan infiltrasi intersisial dari PCP tahap lanjut atau komplikasi pulmonal
lainnya.
j. Tes fungsi pulmonal : untuk deteksi awal pneumonia intersisial
k. Skan gallium : ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk-bentuk
pneumonia lainnya.
l. Biopsis : untuk diagnosa bagi KS atau lesi neuplastik lainnya.
m. Brankoskopi/pencucian trakeobronkial : untuk biopsi pada waktu PCP
atau diduga adanya kerusakan pada paru-paru.
n. Menelan barium, endoskopi, kolonoskopi : untuk mengidentifikasi
kemungkinan infeksi (mis. Candida, CMV) atau menentukan tahap KS pada sistem
GI.
Berikan perawatan oral setiap hari dan Mengurangi rasa tidak nyaman,
setelah makan, gunakan sikat gigi halus, meningkatkan rasa sehat dan mencagah
pasta gigi non-abrasif, obat pencuci mulut pembentukan asam yang dikaitkan dengan
non alkohol dan pelembab bibir. partikel makanan yang tertinggal
Cuci lesi mukosa oral dengan Mengurangi penyebaran lesi dan krustasi
menggunakan hidrogen peroksida/salin dari kandidiasis dan meningkatkan
atau larutan soda kue. kenyamanan
Rencanakan diet untuk menghindari Makanan yang pedas akan membuka lesi
garam, pedas, gesekan dan
yang telah disembuhkan. Lesi yang
makanan/minuman asam. Periksa toleransi
makanan. Tawarkan makanan yang terbuka akan nyeri dan diperburuk dengan
dingin/segar.
garam, pedas, maknanan/minuman asam.
Rasa dingin atau panas yang berlebihan
menyebabkan nyeri pada membran
mukosa yang sensitif.
Dorong pemasukan oral sedikitnya 2500 Memperbaiki hidrasi, mencegah
ml/hari. pengeringan rongga mulut.
Dorong pasien untuk tidak merokok. Rokok akan mengeringkan dan mengiritasi
membran mukosa.
Kolaborasi
Dapatkan spesimen kultur lesi Menunjukkan agen penyebab dan
mengidentifikasi terapi yang sesuai
Berikan obat obatan sesuai petunjuk,
mis., nistatin (Mycotatin), ketokonazol
(Nizoral)
Berikan obat obatan sesuai petunjuk, Obat khusus pilihan tergantung pada
mis., nistatin (Mycotatin), ketokonazol organisme infeksi, mis., Candida
(Nizoral)
Capernito, Lynda Juall. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Terj Monica Ester.
Jakarta : EGC, 2000.
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Terj I Made
Kariasa (et al.). Jakarta : EGC, 1999.
Price, Sylvia A. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed 6. Terj
Brahm U. Pendit (et al.). Jakarta : EGC, 2005.
Smeltzer, Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Ed 8, Terj Agung Waluyo (et al.). Jakarta : EGC, 2001.