Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASKEP PADA KLIEN HIV/AIDS

Disusun oleh
Kelompok II
Eldira Loyanda 04121024
Nofirabuana Rizal 04121025
Rury Sartika 04121026
Tri Nofriyatik 04121027
Febri Widya 04121028
Elva Zulnas 04121029
Fira Firdausia 04121030
Syafrisar Meri A 04121032
Rizka Fadhila 04121033
Mariza Arfianti 04121034

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang, Maret 2007
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIV/AIDS
I. PENGERTIAN

HIV diartikan sebagai Human T-Cell Lymphotropic virus tipe III dan virus yang
berkaitan dengan Limfadenopati (LAV = Lymphadenopathy associated virus). HIV
tergolong ke dalam kelompok virus yang dikenal sebagai retrovirus yang menunjukkan
bahwa virus tersebut membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA) dan
bukan dalam asam deoksirbonukleat (DNA). Terdapat dua jenis HIV, yaitu HIV 1 dan
HIV 2.
Individu yang seropositif terhadap HIV, dengan atau tanpa gejala-gejala,
dipertimbangkan mengidap HIV-positif. Orang ini mungkin hidup untuk beberapa tahun
sebelum memenuhi criteria dari Centers for Disease Kontrol (CDC) untuk mendiagnosis
AIDS.
CDC merekomendasikan bahwa diagnosis AIDS ditujukan pada orang yang
mengalami infeksi oportunistik, dimana orang tersebut mengalami penurunan sistem
imun yang mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki antibody positif
terhadap HIV. AIDS adalah kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir
dari infeksi oleh HIV. Kasus AIDS mencerminkan infeksi HIV yang sudah berlangsung
lama.

II. ETIOLOGI

Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang dahulu disebut Human Tcells


Lymphotropic Virus type III (HTLV-III) atau Lymphadenopathy Associated Virus (LAV),
baik itu HIV tipe 1 atau HIV tipe 2.

III. PREVALENSI

HIV-2 lebih prevalen di Afrika Barat, tetapi HIV-1 merupakan virus predominan
di Afrika bagian Tengah dan Timur, dan bagian dunia lainnya. Menurut The Joint United
Nations Program on HIV/AIDS (2000), diperkirakan 36.1 juta orang terinfeksi
HIV/AIDS pada akhir tahun 2000.
Dari 36.1 juta kasus, 16.4 juta adalah perempuan, dan 600.000 adalah anak-anak
berusia kurang dari 15 tahun.
Di Amerika Serikat, sebagian besar penderita AIDS melibatkan diri dalam
perilaku yang beresiko tinggi, seperti hubungan homoseksual antara pria, penggunaan
obat bius IV, dan hubungan heteroseksual dengan pasangan yang terinfeksi HIV atau
beresiko untuk terinfeksi virus tersebut. Yang juga beresiko untuk terjangkit infeksi ini
adalah orang-orang yang mendapat darah atau produk darah yang terkontaminasi dengan
HIV dan anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang menderita infeksi HIV.
Daerah-daerah perkotaan terus melaporkan banyak kasus-kasus AIDS bila
dibandingkan daerah pedesaan karena insidens pemakai obat bius IV dan praktik seksual
beresiko tinggi lebih tinggi di daerah perkotaan. HIV terutama infeksi yang menjangkiti
kaum muda antara 17-25 tahun.
IV. MANIFESTASI KLINIS
V. PROSEDUR DIAGNOSTIK

1. TES ANTIBODI HIV


a. ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay), untk
mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus
HIV. Tes ELISA tidak menegakkan diagnosis penyakit AIDS tetapi lebih
menunjukkan bahwa seseorang pernah terkena atau terinfeksi oleh virus
HIV.
b. Western Blot Assay, merupakan tes yang dapat mengenali
antibody HIV dan digunakan untuk memastikan seroposivitas seperti yang
teridentifikasi lewat prosedur ELISA.
c. Indirect Immunofluorescence Assay (IFA), digunakan sebagai
pengganti pemeriksaan Western Blot untuk memastikan seropotivitas.
d. Radio Immunoprecipitation Assay (RIPA).

2. PELACAKAN HIV
a. Antigen p24, sangat spesifik untuk HIV-1. Pemeriksaan p24 antigen
capture assay telah digunakan bersama tes lainnya untuk mengevaluasi
efek terapi dari preparat antivirus.
b. Reaksi rantai Polimerase (PCR; polymerase chain reaction), dipakai untuk
mendeteksi RNA virus HIV atau DNA provirus
c. Kultur sel Mononuklear darah perifer untuk HIV-1
d. Kultur sel kuantitatif
e. Kultur plasma kuantitatif
f. Mikroglobulin B2
g. Neopterin serum

3. PEMERIKSAAN STATUS IMUN


a. Sel-sel CD4, hasilnya pada penderita HIV = menurun
b. Persentase sel-sel CD4, hasilnya pada penderita HIV = menurun
c. Rasio CD4:CD8, hasilnya pada penderita HIV = rasionya menurun
d. Hitung sel darah putih, hasilnya pada penderita HIV = normal hingga
menurun
e. Kadar immunoglobulin, hasilnya pada penderita HIV = meningkat
f. Tes fungsi sel CD4, hasilnya pada penderita HIV = sel-sel T4 mengalami
penurunan kemampuan untuk bereaksi terhadap antigen
g. Reaksi sensitivitas pada tes kulit, hasilnya pada penderita HIV = menurun
hingga tidak terdapat sama sekali
VI. WOC
VII. PENGKAJIAN

1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Pasien memiliki riwayat melakukan hubungan seksual dengan pasangan
yang positif mengidap HIV/AIDS, pasangan seksual multiple, aktivitas seksual
yang tidak terlindung, seks anal, homoseksual, penggunaan kondom yang tidak
konsisten, menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan
terhadap virus pada wanita yang terpajan karena peningkatan kekeringan/friabilitas
vagina), pemakai obat-obatan IV dengan jarum suntik yang bergantian, riwayat
menjalani transfusi darah berulang, dan mengidap penyakit defesiensi imun.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang :


Pasien mengatakan mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap
aktivitas biasanya, sulit tidur, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa
bersalah, kehilangan kontrol diri, depresi, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi,
diare intermitten, terus-menerus yang disertai/tanpa kram abdominal, tidak nafsu
makan, mual/muntah, rasa sakit/tidak nyaman pada bagian oral, nyeri retrosternal
saat menelan, pusing, sakit kepala, tidak mampu mengingat sesuatu, konsentrasi
menurun, tidak merasakan perubahan posisi/getaran, kekuatan otot menurun,
ketajaman penglihatan menurun, kesemutan pada ekstremitas, nyeri, sakit, dan rasa
terbakar pada kaki, nyeri dada pleuritis, nafas pendek, sering batuk berulang,
sering demam berulang, berkeringat malam, takut mengungkapkan pada orang lain
dan takut ditolak lingkungan, merasa kesepian/isolasi, menurunnya libido dan
terlalu sakit untuk melakukan hubungan seksual.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Riwayat HIV/AIDS pada keluarga, kehamilan keluarga dengan
HIV/AIDS, keluarga pengguna obat-obatan terlarang.

2. Pengkajian Fisik
a. Aktivitas dan istirahat :
Massa otot menurun, terjadi respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan
pada tekanan darah, frekuensi denyut jantung, dan pernafasan.

b. Sirkulasi :
Takikardi, perubahan tekanan darah postural, penurunan volume nadi perifer,
pucat/sianosis, kapillary refill time meningkat.

c. Integritas ego :
Perilaku menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur
tubuh mengelak, menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak
janji.
d. Eliminasi :
Diare intermitten, terus menerus dengan/tanpa nyeri tekan abdomen, lesi/abses
rektal/perianal, feses encer dan/tanpa disertai mukus atau darah, diare pekat,
perubahan jumlah, warna, dan karakteristik urine.

e. Makanan/cairan :
Adanya bising usus hiperaktif; penurunan berat badan: parawakan kurus,
menurunnya lemak subkutan/massa otot; turgor kulit buruk; lesi pada rongga
mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna; kurangnya kebersihan gigi,
adanya gigi yang tanggal; edema.

f. Higiene :
Penampilan tidak rapi, kekurangan dalam aktivitas perawatan diri.

g. Neurosensori :
Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai dimensia,
lupa, konsentrasi buruk, kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon
melambat.
Ide paranoid, ansietas berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul refleks tidak normal, menurunnya kekuatan otot, gaya berjalan ataksia.
Tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis, hemiparase,
kejang
Hemoragi retina dan eksudat (renitis CMV).

h. Nyeri/kenyamanan :
Pembengkakan sendi, nyeri tekan, penurunan rentang gerak, perubahan gaya
berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.

i. Pernapasan :
Takipnea, distress pernafasan, perubahan bunyi nafas/bunyi nafas adventisius,
batuk (mulai sedang sampai parah) produktif/nonproduktif, sputum kuning (pada
pneumonia yang menghasilkan sputum).

j. Keamanan :
Perubahan integritas kulit : terpotong, ruam, mis. Ekzema, eksantem, psoriasis,
perubahan warna, ukuran/warna mola, mudah terjadi memar yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya.
Rektum luka, luka-luka perianal atau abses.
Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua/lebih area tubuh (leher,
ketiak, paha)
Penurunan kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan.

k. Seksualitas :
Herpes, kutil atau rabas pada kulit genitalia

l. Interaksi sosial :
Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat, aktivitas yang tak terorganisasi,
perobahan penyusunan tujuan.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. JDL : Anemia dan trombosipenia idiopatik
b. DSP : leukopenia mungkin ada
c. Panel anergi : energi kutaneus (kurang reaktivitas pada antigen dimana
pasien telah mengetahuinya) adalah indikator umum pada depresi sel imunitas
humoral.
d. TB (PPD) : Menentukan pemajanan dan/atau penyakit aktif (harus diberikan
dengan panel anergi untuk menetukan hasil negatif palsu pad respon defisiensi
imun) Pada pasien AIDS, 100% TB positif pada kehidupan mereka jika terjadi
kontak.
e. Serologis :
Tes antibodi serum : skrining HIV dengan ELISA. Hasil tespositif mungkin
mengindikasikan HIV tetapi bukan merupakan diagnosa
Tes blot western : mengkonfirmasikan diagnosa HIV
Sel-T limfosit : penurunan jumlah total
Sel-T4 helper (indikator sistem imun dan menandai sel B untuk menghasikan
antibodi terhadap bakteri asing) : jumlah yang kurang dari 200 menandakan
respon defisiensi imun hebat.
T8 (sel supresor sitopatik) : rasio terbalik (2:1 atau lebih besar) dari sel
supresor pada sel hepar (T8 ke T4) mengindikasikan supresi imun.
P24 (protein pembungkus HIV) : peningkatan nilai kuantitatif protein dapat
mengindikasikan progresi infeksi (mungkin tidak dapat dideteksi pada stadium
awal).
Kadar Ig : umumnya meningkat, terutama IgG dan IgA dengan IgM yang
normal atau mendekati normal (indikator kemampuan tubuh untuk
menunjukkan proses penularan telah lengkap).
Reaksi rantai polimerase: mendeteksi adanya DNA virus dalam jumlahnya
yang sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
f. Tes PHS : pembungkus hepatitis B dan antibodi, sifilis, CMV,mungkin
positif.
g. Budaya : histologis, pemeriksaan sitologis urine, feses, darah, cairan spinal,
luka, sputum, dan sekresi dilakukan untuk mengidentifikasi infeksi, seperti :
Infeksi parasit dan protozoa : PCP kriptosporidiasis, toksoplasmosis
Infeksi jamur : Candida albicans (kandidiasis), Criptococcus neoformans
(kriptokokosis), Histoplasma capsulatum (histoplasmosis).
Infeksi bakteri : Microbacterium avium-intercelluleare, TB mikrobakterisl
milier, Shigella (sigelosis), Salmonella (salmonelosis).
Infeksi viral : CVM, herpes simplek, herpes zoster.
h. Pemeriksaan neurologis seperti EEG, MRI, CT-scan otak :
EMG/pemeriksaan konduksi saraf
i. Sinar x dada : pada awalnya mungkin normal atau menyatakan
perkembangan infiltrasi intersisial dari PCP tahap lanjut atau komplikasi pulmonal
lainnya.
j. Tes fungsi pulmonal : untuk deteksi awal pneumonia intersisial
k. Skan gallium : ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk-bentuk
pneumonia lainnya.
l. Biopsis : untuk diagnosa bagi KS atau lesi neuplastik lainnya.
m. Brankoskopi/pencucian trakeobronkial : untuk biopsi pada waktu PCP
atau diduga adanya kerusakan pada paru-paru.
n. Menelan barium, endoskopi, kolonoskopi : untuk mengidentifikasi
kemungkinan infeksi (mis. Candida, CMV) atau menentukan tahap KS pada sistem
GI.

ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


Masalah
No Data Penunjang Diagnosa Keperawatan
Keperawatan
1 DO :
1. Lesi pada rongga Perubahan Perubahan membran mukosa
mulut membran mukosa oral b.d defisit imunologis
2. Adanya selaput putih oral dan timbulnya lesi penyebab
3. Perubahan warna pathogen, kesehatan oral
4. Adanya gigi yang takefektif, efek samping dari
tanggal obat-obatan, kemoterapi.
5. Stomatitis
6. Kurangnya kebersihan
gigi
DS :
Klien mengatakan bahwa
mengalami
1. Rasa sakit/tidak
nyaman pada bagian oral
2. Tidak nafsu makan
2 DO : Perubahan Nutrisi: Perubahan Nutrisi: kurang
1. Massa otot menurun kurang dari dari kebutuhan tubuh b.d
2. Penurunan berat kebutuhan tubuh perubahan pada kemampuan
badan untuk mencerna, mengunyah
3. Perawakan kurus dan/atau nutrisi metabolisme:
4. Menurunnya lemak mual/muntah, peningkatan
subkutan/massa otot laju metabolisme/kebutuhan
5. Lesi pada rongga nutrisi (demam/infeksi)
mulut
6. Adanya gigi yang
tanggal
DS :
Klien mengatakan bahwa
mengalami
1. Tidak
nafsu makan
2. Mual/mu
ntah
3. Rasa
sakit/tidak nyaman pada
bagian oral
4. Nyeri
retrosternal saat menelan
5. Sering
demam berulang
6. Diare
terus-menerus
3 DO : Isolasi sosial Isolasi sosial b.d perubahan
1. Perilaku menarik diri status kesehatan, perubahan
2. Mengingkari penampilan fisik, perubahan
3. Depresi status mental, persepsi
4. Ekspresi takut tentang tidak dapat diterima
5. Perilaku marah, dalam masyarakat atau
postur tubuh mengelak, perilaku/nilai-nilai seksual,
menangis sistem pendukung tidak
6. Kontak mata kurang adekuat, isolasi fisik
7. Gagal menepati janji
atau banyak janji
8. Perubahan pada
interaksi keluarga/orang
terdekat
DS :
Klien mengatakan
1. Tidak berdaya
2. Putus asa
3. Tidak berguna
4. Rasa bersalah
5. Kehilangan kontrol
diri
6. Depresi
7. Takut ditolak
lingkungan
8. Merasa
kesepian/isolasi
9. Menurunnya libido
VIII. Intervensi Keperawatan
a. Perubahan membran mukosa oral b.d defisit imunologis dan timbulnya lesi
penyebab pathogen, kesehatan oral takefektif, efek samping dari obat-obatan,
kemoterapi.
Kriteria evaluasi
Klien akan :
1. Menunjukkan membrane mukosa utuh, berwarna merah jambu, basah dan bebas
dari inflamasi/ulserasi
2. Menunjukkan teknik memperbaiki/mempertahankan keutuhan mukosa oral
Tindakan Rasional
Mandiri
Kaji membran mukosa/catat seluruh lesi Edema, lesi, membran mukosa oral dan
oral. Perhatikan keluhan nyeri, bengkak, tenggorok kering dapat menyebabkan rasa
sulit mengunyah/menelan sakit dan sulit mengunyah/menelan

Berikan perawatan oral setiap hari dan Mengurangi rasa tidak nyaman,
setelah makan, gunakan sikat gigi halus, meningkatkan rasa sehat dan mencagah
pasta gigi non-abrasif, obat pencuci mulut pembentukan asam yang dikaitkan dengan
non alkohol dan pelembab bibir. partikel makanan yang tertinggal

Cuci lesi mukosa oral dengan Mengurangi penyebaran lesi dan krustasi
menggunakan hidrogen peroksida/salin dari kandidiasis dan meningkatkan
atau larutan soda kue. kenyamanan

Anjurkan permen karet/permen tidak Merangsang saliva untuk menetralkan


mengandung gula. asam dan melindungi membran mukosa

Rencanakan diet untuk menghindari Makanan yang pedas akan membuka lesi
garam, pedas, gesekan dan
yang telah disembuhkan. Lesi yang
makanan/minuman asam. Periksa toleransi
makanan. Tawarkan makanan yang terbuka akan nyeri dan diperburuk dengan
dingin/segar.
garam, pedas, maknanan/minuman asam.
Rasa dingin atau panas yang berlebihan
menyebabkan nyeri pada membran
mukosa yang sensitif.
Dorong pemasukan oral sedikitnya 2500 Memperbaiki hidrasi, mencegah
ml/hari. pengeringan rongga mulut.

Dorong pasien untuk tidak merokok. Rokok akan mengeringkan dan mengiritasi
membran mukosa.

Kolaborasi
Dapatkan spesimen kultur lesi Menunjukkan agen penyebab dan
mengidentifikasi terapi yang sesuai
Berikan obat obatan sesuai petunjuk,
mis., nistatin (Mycotatin), ketokonazol
(Nizoral)

Berikan obat obatan sesuai petunjuk, Obat khusus pilihan tergantung pada
mis., nistatin (Mycotatin), ketokonazol organisme infeksi, mis., Candida
(Nizoral)

Rujuk untuk konsultasi gigi jika Mungkin membutuhkan terapi tambahan


diperlukan untuk mencegah kehilangan gigi.

Berikan obat relaksan otot, antispasmodik Mungkin diperlukan untuk menghilangkan


sesuai indikasi. spastisitas pada ekstremitas yang
mengalami gangguan.

b. Perubahan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan pada


kemampuan untuk mencerna, mengunyah dan/atau nutrisi metabolisme:
mual/muntah, peningkatan laju metabolisme/kebutuhan nutrisi (demam/infeksi)
Kriteria hasil
Klien akan :
1. Mempertahankan berat badan atau memperlihatkan peningkatan berat badan
yang mengacu pada tujuan yang diinginkan
2. Mendemonstrasikan keseimbangan nitrogen positif, bebas dari tanda-tanda
malnutrisi dan menunjukkan perbaikan tingkat energi
Tindakan Rasional
Mandiri
Kaji kemampuan untuk mengunyah, Lesi mulut, tenggorok, dan esophagus
merasakan, dan menelan dapat menyebabkan disfagia, penurunan
kemampuan pasien untuk mengolah
makanan dan mengurangi keinginan untuk
makan

Auskultasi bising usus Hipermotilitas saluran intestinal umum


terjadi dan dihubungkan dengan muntah
dan diare, yang dapat mempengaruhi
pilihan diet/cara makan
Timbang berat badan sesuai kebutuhan. Indicator kebutuhan nutrisi/pemasukan
Evaluasi berat badan dalam hal adanya yang adekuat.
berat badan yang tidak sesuai. Gunakan
serangkaian pengukuran berat badan dan
antropometrik.
Hilangkan rangsang lingkungan yang Mengurangi stimulus pusat muntah di
berbahaya atau kondisi yang medulla
memperburuk refleks gag.
Berikan perawatan mulut yang terus Mengurangi ketidaknyamanan yang
menerus, awasi tindakan pencegahan berhubungan dengan mual/muntah, lesi
sekresi. Hindari obat kumur yang oral, pengeringan mukosa, dan halitosis.
mengandung alcohol. Mulut yang bersih akan meningkatkan
nafsu makan.
Rencanakan diet dengan pasien/orang Melibatkan pasien dalam rencana
terdekat; jika memungkinkan, sarankan memberikan perasaan kontrol lingkungan
makanan dari rumah. Sediakan makanan dan mungkin meningkatkan pemasukan.
yang sedikit tapi sering. Mendorong Memenuhi kebutuhan akan makanan non-
konsumsi makanan berkalori tinggi, yang institusional mungkin juga meningkatkan
dapat merangsang nafsu makan. Catat pemasukan
waktu kapan nafsu makan menjadi baik
dan pada waktu itu usahakan untuk
menyajikan porsi makan yang lebih besar.
Kaji obat-obatan terhadap efek samping Profilaktik dan obat-obatan terapeutik
nutrisi mungkin memiliki efek samping nutrisi.
Batasi makanan yang menyebabkan Rasa sakit pada mulut atau ketakutan akan
mual/muntah mungkin kurang ditoleransi mengiritasi lesi mulut, mungkin akan
oleh pasien karena luka pada menyebabkan pasien enggan untuk makan.
mulut/disfagia. Hindari menghidangkan Tindakan ini mungkin akan berguna dalam
cairan/makanan yang sangat panas. meningkatkan pemasukan makanan.
Sajikan makanan yang mudah untk
ditelan.
Jadwalkan obat-obatan diantara makan dan Lambung yang penuh akan mengurangi
batasi pemasukan cairan dengan makanan, nafsu makan dan pemasukan makanan
kecuali jika cairan memiliki nilai gizi
Dorong aktivitas fisik sebanyak mungkin Dapat meningkatkan nafsu makan dan
perasaan sehat
Berikan fase istirahat sebelum makan. Mengurangi rasa lelah; meningkatkan
Hindari prosedur yang melelahkan saat ketersediaan energi untuk aktivitas makan
mendekati waktu makan
Dorong pasien untuk duduk pada waktu Mempermudah proses menelan dan
makan mengurangi resiko aspirasi
Catat pemasukan kalori Mengidentifikasi kebutuhan terhadap
suplemen atau alternative metode
pemberian makanan
Kolaborasi
Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium Mengidentifikasi status nutrisi dan fungsi
organ, dan mengidentifikasi kebutuhan
pengganti
Pertahankan status puasa jika Mungkin diperlukan untuk menurunkan
diindikasikan muntah
Pasang/pertahankan selang NG sesuai Mungkin diperlukan untuk mengurangi
petunjuk mual/muntah atau untuk pemberian makan
per selang
Konsultasikan dengan tim pendukung ahli Menyediakan diet berdasarkan kebutuhan
diet/gizi individu dengan rute yang tepat
Berikan NPT (hiperalimentasi/intralipid) Kadang-kadang nutrisi parenteral
sesuai petunjuk diperlukan apabila pemberian makanan
melalui oral/enteral tidak mungkin
dilakukan
Berikan obat-obatan sesuai petunjuk

c. Isolasi sosial b.d perubahan status kesehatan, perubahan penampilan fisik,


perubahan status mental, persepsi tentang tidak dapat diterima dalam
masyarakat atau perilaku/nilai-nilai seksual, sistem pendukung tidak adekuat,
isolasi
Kriteria hasil
Klien akan :
1. Menunjukkan peningkatan perasaan harga diri
2. Berpartisipasi dalam aktivitas/program pada tingkat kemampuan/hasrat
Tindakan Rasional
Mandiri Isolasi sebagian dapat mempengaruhi diri
Tentukan persepsi pasien tentang situasi saat pasien takut penolakan/reaksi orang
lain
Berikan waktu untuk berbicara dengan Pasien mungkin akan mengalami isolasi
pasien selama dan diantara aktivitas fisik
perawatan. Tetap memberi dukungan,
mengusahakan verbalisasi. Perlakukan
dengan penuh penghargaan dan
menghormati perasaan pasien
Batasi/hindari penggunaan masker, baju Mengurangi perasaan pasien akan isolasi
dan sarung tangan jika memungkinkan fisik dan menciptakan hubungan sosial
yang positif, yang dapat meningkatkan
rasa percaya diri
Identifikasi sistem pendukung yang Jika pasien mendapat bantuan dari orang
tersedia bagi pasien, termasuk terdekat, perasaan kesepian dan ditolak
adanya/hubungan dengan keluarga kecil akan berkurang
dan besar.
Jelaskan prosedur/petunjuk isolasi pada Sarung tangan, pakaian pengaman, masker
pasien/orang terdekat tidak secara rutin diperlukan pada
diagnosa AIDS kecuali pada waktu
dicurigai adanya kontak dengan
sekresi/eksresi. Penyalahgunaan dari
rintangan ini akan meningkatkan perasaan
emosional dan juga isolasi fisik. Bila
diperlukan tindakan pencegahan,
penjelasan akan membantu pasien untuk
memahami alasan-alasan prosedur dan
mempersiapkan perasaan termasuk
mengenai apa yang terjadi.
Dorong kunjungan terbuka, hubungan Partisipasi oranglain dapt meningkatkan
telepon dan aktivitas sosial dalam tingkat rasa kebersamaan
yang memungkinkan
Dorong adanya hubungan yang aktif Membantu memantapkan partisipasi pada
dengan orang terdekat hubungan sosial. Dapat mengurangi
kemungkinan upaya bunuh diri.
Kembangkan perencanaan tindakan Memiliki rencana yang dapat
dengan pasien, lihat sumber-sumber yang meningkatkan kontrol terhadap kehidupan
tersedia, dukung pengambilan perilaku sendiri dan beri pasien sesuatu untuk
yang sehat. Bantu pemecahan masalah memandang ke depan/melakukan
pasien pada isolasi jangka pendek penyelesaian
Waspadai gejala-gejala verbal/non verbal. Indikasi bahwa putus asa dan ide untuk
Tanyakan pada pasien apakah pernah bunuh diri sering muncul, ketika tanda-
berpikir untuk bunuh diri tanda ini diketahui oleh pemberi
perawatan, pasien umumnya ingin
berbicara mengenai perasaan ingin bunuh
diri, terisolasi dan putus asa
Kolaborasi
Rujuk pada sumber-sumber Adanya sistem pendukung dapat
mengurangi perasaan terisolasi
Berikan tempat pada komunitas Mungkin memerlukan perawatan yang
perlindungan jika diperlukan lebih khusus jika tidak mampu
mempertahankannya di rumah atau ketika
orang terdekat tidak mampu menangani
perawatannya.
Daftar pustaka

Capernito, Lynda Juall. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Terj Monica Ester.
Jakarta : EGC, 2000.
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Terj I Made
Kariasa (et al.). Jakarta : EGC, 1999.
Price, Sylvia A. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed 6. Terj
Brahm U. Pendit (et al.). Jakarta : EGC, 2005.
Smeltzer, Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Ed 8, Terj Agung Waluyo (et al.). Jakarta : EGC, 2001.

Anda mungkin juga menyukai