Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Replikasi DNA dan Abnormalitasnya pada Pertumbuhan Sel Tumor

Diajukan oleh:
Eliya Damayanti
I1A111203

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
BANJARBARU

Desember, 2011

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan anugerah-Nya pula makalah biologi kesehatan yang berjudul Replikasi DNA
dan abnormalitasnya pada sel tumor ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah biologi
kesehatan program studi kesehatan masyarakat. Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas sumbangan pikiran dan
bantuan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi para pembaca serta penulis.
Banjarbaru, Desember 2011

Penulis

DAFTAR ISI

vi
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Tujuan Penelitian 4
BAB II ISI
A. Tuberkulosis 5
B. Obat Tradisional yang Berkhasiat Antituberkulosis 8
C. Ekstraksi 13
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan .......................................................................... 35
B. Saran ................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penemuan struktur dobel helix DNA setengah abad yang lalu
menunjukkan mekanisme untuk duplikasinya yaitu oleh mekanisme duplikasi
semikonservatif dari sekuens nukleotida pada dua untaian DNA. Segera setelah itu
,langkah fundamental berikutnya yang terjadi yaitu elusidasi dari mekanisme
replikasi DNA telah ditemukan setelah dapat diisolasinya enzim DNA polimerase.
Kemudain setelah beberapa tahun kemudian mekanisme dasar dari replikasi DNA
dan komponen enzim penggeraknya telah diketahui ,kebanyakan melalui
pendekatan genetika dan secara biokimia in vitro
DNA sebagai materi genetik pada sebagian besar organisme harus dapat
menjalankan tiga macam fungsi pokok berikut ini.
1. DNA harus mampu menyimpan informasi genetik dan dengan tepat dapat
meneruskan informasi tersebut dari tetua kepada keturunannya, dari generasi ke
generasi. Fungsi ini merupakan fungsi genotipik, yang dilaksanakan melalui
replikasi. Inilah materi yang akan dibahas di dalam bab ini.
2. DNA harus mengatur perkembangan fenotipe organisme. Artinya, materi
genetik harus mengarahkan pertumbuhan dan diferensiasi organisme mulai dari
zigot hingga individu dewasa. Fungsi ini merupakan fungsi fenotipik, yang
dilaksanakan melalui ekspresi gen.
3. DNA sewaktu-waktu harus dapat mengalami perubahan sehingga organisme
yang bersangkutan akan mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang
berubah. Tanpa perubahan semacam ini, evolusi tidak akan pernah berlangsung.
Fungsi ini merupakan fungsi evolusioner, yang dilaksanakan melalui peristiwa
mutasi.
Replikasi adalah proses duplikasi DNA secara akurat. Genom manusia
pada satu sel terdiri sekitar 3 milyar dan pada saat replikasi harus diduplikasi
secara akurat (persis tidak boleh ada yang salah). Replikasi adalah transmisi
vertical (dari sel induk ke sel anak supaya informasi genetik yang diturunkan
sama dengan sel induk). Replikasi hanya terjadi pada fase S (pada mamalia),
Replikasi terjadi sebelum sel membelah dan selesai sebelum fase M.
Kanker merupakan penyakit sel yang dicirikan dengan perubahan
mekanisme yang mengatur proliferasi (pembelahan) dan diferensiasi sel, sehingga
sel tersebut mengalami kelainan kromosom (mutasi) yang menyebabkan siklus sel
berlangsung terus menerus (sel terus berproliferasi namun tidak berdiferensiasi).

Sel kanker memiliki karakteristik sebagai berikut:


1. Sel kanker mampu mencukupi kebutuhan sinyal pertumbuhannya sendiri.
Sinyal pertumbuhan diperlukan agar sel dapat terus membelah. Berbeda
dari sel normal, sel kanker dapat tetap dan terus tumbuh.
2. Tidak sensitif terhadap sinyal antipertumbuhan. Sel kanker tidak merespon
adanya sinyal yang dapat menghentikan terjadinya pertumbuhan dan
pembelahan sel. Dengan demikian, sel kanker dapat terus membelah.
3. Sel kanker mampu menghindar dari mekanisme apoptosis. Apoptosis
merupakan program bunuh diri sel ketika sel tersebut mengalami
kerusakan, baik struktural maupun fungsional, yang tidak dapat ditolerir
lagi. Namun sel kanker dapat menghindar dari kematian dengan
mengeblok jalur terjadinya apoptosis di dalam sel.
4. Sel kanker memiliki potensi tak terbatas untuk mengadakan replikasi.
5. Sel kanker mampu menginduksi angiogenesis untuk mencukupi
kebutuhannya akan oksigen dan nutrisi. Pada tahap perkembangan tumor
yang hiperproliferatif, sel-sel tumor akan mengekspresikan protein
proangiogenik sehingga akan terbentuk cabang baru pada pembuluh darah
yang menuju sel kanker yang kemudian akan mensuplai kebutuhan nutrisi
dan oksigen dari sel kanker.
6. Sel kanker mampu menginvasi jaringan di sekitarnya dan membentuk
anak sebar .
B. Tujuan
Untuk mengetahui mekanisme replikasi DNA secara normal dan
abnormalitas pada replikasi dan struktur atau mekanisme genetik lainnya yang
terjadi pada pertumbuhan sel tumor/kanker.
BAB II
ISI

A. Pengertian Replikasi DNA


Replikasi DNA adalah proses penggandaan molekul DNA untai ganda.
Pada sel, replikasi DNA terjadi sebelum pembelahan sel. Prokariota terus-menerus
melakukan replikasi DNA. Pada eukariota, waktu terjadinya replikasi DNA
sangatlah diatur, yaitu pada fase S daur sel, sebelum mitosis atau meiosis I.
Penggandaan tersebut memanfaatkan enzim DNA polimerase yang membantu
pembentukan ikatan antara nukleotida-nukleotida penyusun polimer DNA. Proses
replikasi DNA dapat pula dilakukan in vitro dalam proses yang disebut reaksi
berantai polimerase (PCR)
Replikasi adalah proses duplikasi DNA secara akurat. Genom manusia
pada satu sel terdiri sekitar 3 milyar dan pada saat replikasi harus diduplikasi
secara akurat (persis tidak boleh ada yang salah). Replikasi adalah transmisi
vertical (dari sel induk ke sel anak supaya informasi genetik yang diturunkan
sama dengan sel induk). Replikasi hanya terjadi pada fase S (pada mamalia),
Replikasi terjadi sebelum sel membelah dan selesai sebelum fase M.
Proses replikasi pertama kali di mulai ketika enzyme Helicase memutus
ikatan kimia yang paling lemah diantara dua rantai polinukleotida. Untaian DNA
diputus tepat di tengah memisahkan pasangan-pasangan basa. Rantai
polinukleotida yang baru dipisahkan menjadi rantai tunggal akan menjadi rantai
dasar (template) untuk membentuk dua untai rantai DNA baru.
Di dalam sel-sel nucleus, terdapat banyak nukleotida-nukleotida bebas.
Basa-basanya akan berikatan dangan basa-basa yang ada di dalam rantai dasar
(template), yang berdasarkan aturan Chargaff, akan berpasangan hanya dengan
basa lain yang merupakan pasangannya. Misalnya, katakanlah di dalam rantai
dasar(template) terdapat basa Guanine (G),maka basa Cytosinlah (C) yang terikat
padanya. Proses terbentuknya ikatan basa-basa ini dibantu oleh enzyme yang
disebut enzyme DNA Polymerase III. Enzyme ini hanya bekerja dari ujung 5 ke
ujung 3 dari rantai DNA. Hal ini terjadi juga pada rantai dasar (template) yang
lainnya. Hanya saja sedikit berbeda prosesnya dengan rantai dasar yang pertama.
Karena proses replikasi oleh enzyme polymerase III hanya berlangsung
dari ujung 5 ke ujung 3, maka pada rantai dasar (template) ke dua dibutuhkan
peran RNA primase yang membuat RNA Primer sebagai jembatan awal bagi
enzyme polymerase III bekerja. Selanjutnya dengan bantuan DNA polymerase I
dan DNA ligase akan diperoleh sebuah rantai DNA baru dari rantai dasar
(template) ke dua.
Proses ini terjadi berulang ribuan kali untuk menciptakan dua molekul
DNA yang persis sama dengan molekul DNA asal. Sehingga saat mitosis terjadi,
sel saudaranya akan menerima molekul DNA yang betul-betul sama. Jika terjadi
sesuatu yang salah dalam replikasi DNA, mutasi-pun terjadi. Kesalahan mutasi
akan menyebabkan protein dalam DNA memiliki urutan asam amino yang salah,
misalnya susunan basa yang berubah atau hilangnya basa tertentu.
Perbedaan Replikasi DNA dan Trankripsi DNA yaitu enzim yang berperan
dalam proses transkripsi dan replikasi berbeda Pada proses transkripsi, enzim
yang berperan RNA polymerase. Transkripsi DNA : terjadi pada saat akan terjadi
sintesis protein (ekspresi gen); yang dipakai cetakan hanya salah satu untai
DNA(3-5) replikasi DNA : sebelum fase mitosis (fase S) dalam siklus sel; kedua
untai induk dipakai sebagai cetakan untuk di replikasi.
Ada tiga cara teoretis replikasi DNA yang pernah diusulkan, yaitu
konservatif, semikonservatif, dan dispersif. Pada replikasi konservatif seluruh
tangga berpilin DNA awal tetap dipertahankan dan akan mengarahkan
pembentukan tangga berpilin baru. Pada replikasi semikonservatif tangga berpilin
mengalami pembukaan terlebih dahulu sehingga kedua untai polinukleotida akan
saling terpisah. Namun, masing-masing untai ini tetap dipertahankan dan akan
bertindak sebagai cetakan (template) bagi pembentukan untai polinukleotida baru.
Sementara itu, pada replikasi dispersif kedua untai polinukleotida mengalami
fragmentasi di sejumlah tempat. Kemudian, fragmen-fragmen polinukleotida yang
terbentuk akan menjadi cetakan bagi fragmen nukleotida baru sehingga fragmen
lama dan baru akan dijumpai berselang-seling di dalam tangga berpilin yang baru.
Replikasi terjadi dengan proses semikonservatif karena semua DNA
double helix. Hasil replikasi DNA double strand. Kedua DNA parental strand bisa
menjadi template yang berfungsi sebagai cetakan untuk proses replikasi:
Semikonservaative process. Primer strand : Pada 3 dia akan melepaskan 2P
dipakai sebagai energy untuk menempelkan, tetapi pada 5 P tidak bisa dilepas
karena ketiga P dibutuhkan sehigga tidak ada energy sehingga tidak pernah terjadi
sintesis dari 3-5, tetapi dari 5-3, jadi yang menambah selalu ujung 3

DNA polymerase
Pada proses replikasi DNA terdapat enzim sentral, yaitu DNA polymerase. Pada
proses replikasi, DNA polymerase hanya bisa menempel pada gugus OH
(hidroksil) dimana gugus OH hanya ada pada ujung 3 sedangkan ujung 5 adalah
ujung fosfat. (ciri utama DNA polymerase). Ciri kedua: DNA polymerase tidak
bisa mensintesis/ menempelkan DNA ke pasangan-nya kalau tidak ada primer
(lokomotif). Sifat dari DNA polymerase dia hanya bisa mensintesis DNA dari arah
5-3 sehingga pertumbuhan dari 5-3 karena penambahan pada ujung 3, dimana
pada ujung 3 ada ujung hidroksil. Ciri lain DNA polymerase: membutuhkan
primer, tidak bisa mensintesis DNA tanpa adanya primer, primer yang dipakai
adalah RNA (sekitar 4-5 basa dan dilanjutkan DNA). DNA yang dibutuhkan
adalah DNA primase untuk meletakkan RNA pada tempatnya. DNA primase
untuk mensintesis RNA sebagai lokomotif (4-5 basa). Bila lokomotif sudah jadi
maka akan di-take over oleh DNA polymerase, dan yang ditambahkan adalah
DNA.

B. Mekanisme Replikasi DNA


Setiap molekul DNA yang melakukan replikasi sebagai suatu satuan
tunggal dinamakan replikon. Dimulainya (inisiasi) replikasi DNA terjadi di suatu
tempat tertentu di dalam molekul DNA yang dinamakan titik awal replikasi atau
origin of replication (ori). Contoh pada plasmid (prokariot), terdapat proses
replikasi yang dimulai pada replication origin dan mengembang sampai dihasilkan
2 plasmid yang sama persis. Tetapi pada eukariot (mamalia) lebih kompleks tetapi
tetap membutuhkan replication origin. Proses inisiasi ini ditandai oleh saling
memisahnya kedua untai DNA, yang masing-masing akan berperan sebagai
cetakan bagi pembentukan untai DNA baru sehingga akan diperoleh suatu
gambaran yang disebut sebagai garpu replikasi. Biasanya, inisiasi replikasi DNA
baik pada prokariot maupun eukariot, terjadi dua arah (bidireksional). Dalam hal
ini dua garpu replikasi akan bergerak melebar dari ori menuju dua arah yang
berlawanan hingga tercapai suatu ujung (terminus). Pada eukariot, selain terjadi
replikasi dua arah, ori dapat ditemukan di beberapa tempat.
Pada mamalia ada beberapa replication origin (replication bubble) yang
akan bergabung satu sama lain. DNA harus terbuka dahulu baru bisa digandakan.
Origin replication disebut sebagai unique sequence yang merupakan pertanda
sebagai tempat proses/titik mulai terjadinya replikasi, dimana ada protein tertentu
yang akan mengenali sequence. Pada bakteri (prokariot) hanya butuh satu titik
ORI (origin of replication) sedangkan pada mamalia (eukariot) butuh beberapa
ORI karena kalau hanya 1 ORI akan butuh waktu 3 minggu untuk mereplikasi 3
milyard DNA. Sehingga pada mamalia ada 30.000 titik ORI yang bekerja secara
bersamaan sehingga fase S untuk replikasi hanya butuh beberapa jam saja.
Saat awal akan di mulainya repliaksi, pada G1 akhir ORC mengenali
sequence ACS, kemudian ada molekul lain, juga helikase yang membentuk pre-
replicative complex (pre-RC). selanjutnya pada fase S degradasi fosporilasi ORC,
degradasi fosforilasi Cdc6 maka terbentuk bubble replication. Helikase membuka
pilinan, topoisomerase yang memotong pada titik tertentu. secara singkat dalam
siklus sel : Pada fase G2/M sudah ada 2 copy. Pada fase G1 persiapan, S proses
replikasi, G2/M sudah selesai

C. Replikasi pada kedua untai DNA


Proses replikasi DNA yang kita bicarakan di atas sebenarnya barulah
proses yang terjadi pada salah satu untai DNA. Untai DNA tersebut sering
dinamakan untai pengarah (leading strand). Sintesis DNA baru pada untai
pengarah ini berlangsung secara kontinyu dari ujung 5 ke ujung 3 atau bergerak
di sepanjang untai pengarah dari ujung 3 ke ujung 5. Pada untai DNA
pasangannya ternyata juga terjadi sintesis DNA baru dari ujung 5 ke ujung 3 atau
bergerak di sepanjang untai DNA cetakannya ini dari ujung 3 ke ujung 5.
Namun, sintesis DNA pada untai yang satu ini tidak berjalan kontinyu sehingga
menghasilkan fragmen terputus-putus, yang masing-masing mempunyai arah 5
3. Terjadinya sintesis DNA yang tidak kontinyu sebenarnya disebabkan oleh sifat
enzim DNA polimerase yang hanya dapat menyintesis DNA dari arah 5 ke 3
serta ketidakmampuannya untuk melakukan inisiasi sintesis DNA.
Untai DNA yang menjadi cetakan bagi sintesis DNA tidak kontinyu itu
disebut untai tertinggal (lagging strand). Sementara itu, fragmen-fragmen DNA
yang dihasilkan dari sintesis yang tidak kontinyu dinamakan fragmen Okazaki,
sesuai dengan nama penemunya. Fragmen-fragmen Okazaki akan disatukan
menjadi sebuah untai DNA yang utuh dengan bantuan enzim DNA ligase.

D. Replikasi DNA eukariot


Pada eukariot replikasi DNA hanya terjadi pada fase S di dalam interfase.
Untuk memasuki fase S diperlukan regulasi oleh sistem protein kompleks yang
disebut siklin dan kinase tergantung siklin atau cyclin-dependent protein kinases
(CDKs), yang berturut-turut akan diaktivasi oleh sinyal pertumbuhan yang
mencapai permukaan sel. Beberapa CDKs akan melakukan fosforilasi dan
mengaktifkan protein-protein yang diperlukan untuk inisiasi pada masing-masing
ori. Berhubung dengan kompleksitas struktur kromatin, garpu replikasi pada
eukariot bergerak hanya dengan kecepatan 50 pb tiap detik. Sebelum melakukan
penyalinan, DNA harus dilepaskan dari nukleosom pada garpu replikasi sehingga
gerakan garpu replikasi akan diperlambat menjadi sekitar 50 pb tiap detik. Dengan
kecepatan seperti ini diperlukan waktu sekitar 30 hari untuk menyalin molekul
DNA kromosom pada kebanyakan mamalia. Sederetan sekuens tandem yang
terdiri atas 20 hingga 50 replikon mengalami inisiasi secara serempak pada waktu
tertentu selama fase S. Deretan yang mengalami inisasi paling awal adalah
eukomatin, sedangkan deretan yang agak lambat adalah heterokromatin. DNA
sentromir dan telomir bereplikasi paling lambat. Pola semacam ini mencerminkan
aksesibilitas struktur kromatin yang berbeda-beda terhadap faktor inisiasi.
Seperti halnya pada prokariot, satu atau beberapa DNA helikase dan protein
pengikat untai tunggal atau single-stranded binding protein (Ssb) yang disebut
dengan protein replikasi A atau replication protein A (RP-A) diperlukan untuk
memisahkan kedua untai DNA. Selanjutnya, tiga DNA polimerase yang berbeda
terlibat dalam elongasi. Untai pengarah dan masing-masing fragmen untai
tertinggal diinisiasi oleh RNA primer dengan bantuan aktivitas primase yang
merupakan bagian integral enzim DNA polimerase. Enzim ini akan meneruskan
elongasi replikasi tetapi kemudian segera digantikan oleh DNA polimerase pada
untai pengarah dan DNA polimerase pada untai tertinggal. Baik DNA polimerase
maupun mempunyai fungsi penyuntingan. Kemampuan DNA polimerase untuk
menyintesis DNA yang panjang disebabkan oleh adanya antigen perbanyakan
nuklear sel atau proliferating cell nuclear antigen (PCNA), yang fungsinya setara
dengan subunit holoenzim DNA polimerase III pada E. coli. Selain terjadi
penggandaan DNA, kandungan histon di dalam sel juga mengalami penggandaan
selama fase S. Mesin replikasi yang terdiri atas semua enzim dan DNA yang
berkaitan dengan garpu replikasi akan diimobilisasi di dalam matriks nuklear.
Mesin-mesin tersebut dapat divisualisasikan menggunakan mikroskop dengan
melabeli DNA yang sedang bereplikasi. Pelabelan dilakukan menggunakan analog
timidin, yaitu bromodeoksiuridin (BUdR), dan visualisasi DNA yang dilabeli
tersebut dilakukan dengan imunofloresensi menggunakan antibodi yang
mengenali BUdR. Ujung kromosom linier tidak dapat direplikasi sepenuhnya
karena tidak ada DNA yang dapat menggantikan RNA primer yang dibuang dari
ujung 5 untai tertinggal. Dengan demikian, informasi genetik dapat hilang dari
DNA. Untuk mengatasi hal ini, ujung kromosom eukariot (telomir) mengandung
beratus-ratus sekuens repetitif sederhana yang tidak berisi informasi genetik
dengan ujung 3 melampaui ujung 5. Enzim telomerase mengandung molekul
RNA pendek, yang sebagian sekuensnya komplementer dengan sekuens repetitif
tersebut. RNA ini akan bertindak sebagai cetakan (templat) bagi penambahan
sekuens repetitif pada ujung 3. Hal yang menarik adalah bahwa aktivitas
telomerase mengalami penekanan di dalam sel-sel somatis pada organisme
multiseluler, yang lambat laun akan menyebabkan pemendekan kromosom pada
tiap generasi sel. Ketika pemendekan mencapai DNA yang membawa informasi
genetik, sel-sel akan menjadi layu dan mati. Fenomena ini diduga sangat penting
di dalam proses penuaan sel. Selain itu, kemampuan penggandaan yang tidak
terkendali pada kebanyakan sel kanker juga berkaitan dengan reaktivasi enzim
telomerase.

E. Abnormalitas siklus sel pada tumor/kanker

Kanker merupakan penyakit sel yang dicirikan dengan perubahan


mekanisme yang mengatur proliferasi (pembelahan) dan diferensiasi sel, sehingga
sel tersebut mengalami kelainan kromosom (mutasi) yang menyebabkan siklus sel
berlangsung terus menerus (sel terus berproliferasi namun tidak berdiferensiasi).

Siklus sel adalah suatu proses pertumbuhan sel yang teratur untuk
berduplikasi (menggandakan diri) dan menurunkan informasi genetik dari satu
generasi sel ke generasi sel yang berikutnya. Selama proses ini berjalan, DNA
harus digandakan secara tepat dan salinan kromosom harus dibagikan tepat sama
jumlah pada kedua sel anak yang terbentuk.

Kanker akan muncul bila DNA sel normal mengalami kerusakan sehingga
menyebabkan mutasi genetik. Kalau tidak segera dikoreksi, perbanyakan sel yang
DNA-nya rusak tersebut berpotensi menghasilkan sel kanker. Padahal
perbanyakan sel dimaksudkan untuk memulihkan sel-sel yang aus atau rusak.

Pembentukan kanker itu melalui empat tahap. Pada tahap inisiasi, terjadi
perusakan DNA atau mutasi, yang mengatur penggandaan sel oleh senyawa
penyebab kanker (karsinogen). Selanjutnya, terjadi peningkatan penggandaan sel
yang abnormal akibat proses inisiasi. Fase ini dinamakan tahap promosi.

Munculnya sel-sel kanker ganas yang diikuti dengan perubahan genetik


yang nyata menandai perkembangan tahap progresi. Pada tahap metatasis
(stadium empat), sel kanker melakukan ekspansi ke jaringan lain melalui
pembuluh darah atau pembuluh limfe. Sel ekspansif itu akan membentuk tumor
sekunder di jaringan yang ditulari.
Sambil menyerang sel-sel normal disekitarnya, kanker juga memproduksi
racun dam melepas sel-sel kanker dari induknya yang pecah. Racun dan sel-sel
kanker ini akan menyebar bersama aliran darah. Karena itu, kerap ditemukan juga
kanker yang tumbuh di tempat lain sebagai hasil metastasisnya. Pada kanker yang
parah, sering terjadi pendarahan.

Kanker dapat timbul karena terjadi mutasi pada sel normal yang
disebabkan oleh pengaruh radiasi, virus, hormon dan bahan kimia karsinogen.
Satu kali proses mutasi yang terjadi pada DNA belum dapat menimbulkan kanker,
tetapi dibutuhkan ribuan mutasi lagi yang terletak pada gen yang tidak sama.
Apabila terjadi banyak mutasi pada DNA, maka sel mulai mengalami perubahan
sifat secara perlahan-lahan. Sel yang bermutasi tersebut mulai membelah diri
(proliferasi) dan membentuk grup tertentu (klonal) di lokasi tertentu dalam tubuh
yang dapat membahayakan jaringan sehat. Tahap dimana sel kanker membentuk
klonal inilah yang dinamakan tahap promosi kanker.

Menurut di paola (2006) penyebab aktivitas sel tumor itu dipengaruhi pada
awal mekanisme replikasi atau tempat pada DNA sebagai awal repliaksi (ori)
setelah diteliti dengan menggunakan PCR didapatkan pada asal sequence dari
replikasi yang berada pada kromosom 20p dan 36 p lah yang menunjukkan
peningkatan aktivitas dari suatu sel tumor atau sel yang bertransformasi sehingga
bertanggung jawab sebagai penyebab replikasi autonom atau di luar kontrol yang
menyebabkan pertumbuhan sel kanker tersebut.

Promosi ini akan diikuti proliferasi (pembelahan diri sel kanker menjadi
banyak) yang kemudian satu atau lebih sel bisa memisahkan diri dari kelompok
utamanya untuk berpindah ke tempat lain (metastasis). Untuk memenuhi
kebutuhan kelompok sel tersebut, dibentuklah pembuluh darah baru
(neoangiogenesis) yang sebenarnya tidak diperlukan oleh jaringan sehat.
Sehingga, terbentuklah kanker sebagai jaringan baru dalam tubuh.
Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri bila badan
membutuhkan, misalnya ada sel-sel yang perlu diganti karena mati atau rusak.
Sedangkan sel kanker akan membelah diri meskipun tidak diperlukan, sehingga
terjadi sel-sel baru yang berlebihan yang tidak memiliki daya atur. Jika berhenti
membelah, sel kanker melakukannya pada sembarang titik dalam siklusnya, bukan
pada checkpoint normal saja. Di samping itu, sel kanker dapat terus membelah
secara tidak terbatas jika sel tersebut diberi pasokan nutrient secara terus-menerus.
Sel kanker memiliki beberapa ciri khusus yang membedakannya dengan sel
normal. Sel kanker tidak mempunyai kontrol pertumbuhan dan daya lekat sel
kanker berkurang atau bahkan tidak ada. Ketidak normalan sel kanker tersebut
disebabkan oleh hilangnya mekanisme DNA repair dalam sel. Dengan tidak
adanya kemampuan koreksi DNA sebelum sel tersebut membelah, sel
menganggap dirinya layak untuk direplikasi. Checkpoint yang merupakan titik
pengontrolan yang kritis di mana siklus berhenti dan sinyal terus dapat mengatur
siklus sel, sudah tidak memiliki peranan lagi. Sehingga, walaupun sel membawa
abnormalitas di dalamnya, tetapi sel tetap akan melewati fase-fase dalam siklus
sel secara keseluruhan kemudian membelah. Sifat sel kanker berbeda dari sel
tubuh normal karena mitosis sel kanker lebih cepat, tidak normal dan tidak
terkendali. Sel itu kemungkinan membuat faktor pertumbuhannya sendiri atau
memiliki abnormalitas pada jalur persinyalan yang menghantarkan sinyal faktor
pertumbuhan ke sistem pengontrolan siklus sel tersebut. Dengan regulasi sel
seperti itu, proliferasi menjadi tidak terkendali hingga sel kanker berhasil
membentuk klonal (kelompok). Dari klonal tersebut, terdapat kemungkinan akan
ada sel yang lepas dari induknya dan mencoba hidup di jaringan lain. Sehingga
dapat terbentuk kanker sekunder yang dalam bahasa sehari-hari sering disebut
kanker anakan.

Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan sel normal menjadi


sel kanker adalah hiperplasia, displasia, dan neoplasia. Hiperplasia adalah keadaan
saat sel normal dalam jaringan bertumbuh dalam jumlah yang berlebihan.
Displasia merupakan kondisi ketika sel berkembang tidak normal dan pada
umumnya terlihat adanya perubahan pada nukleusnya. Pada tahapan ini ukuran
nukleus bervariasi, aktivitas mitosis meningkat, dan tidak ada ciri khas sitoplasma
yang berhubungan dengan diferensiasi sel pada jaringan. Neoplasia merupakan
kondisi sel pada jaringan yang sudah berproliferasi secara tidak normal dan
memiliki sifat invasif.
Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa
mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker.
Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut
karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan
(mutasi germline).
Kelainan siklus sel, antara lain terjadi saat:
Perpindahan fasa G1 menuju fasa S.
Siklus sel terjadi tanpa disertai dengan aktivasi faktor transkripsi. Pencerap
hormon tiroid beta1 (TRbeta1) merupakan faktor transkripsi yang
diaktivasi oleh hormon T3 dan berfungsi sebagai supresor tumor dan
gangguan gen THRB yang sering ditemukan pada kanker.
Siklus sel terjadi dengan kerusakan DNA yang tidak terpulihkan.
Translokasi posisi kromosom yang sering ditemukan pada kanker sel
darah putih seperti leukimia atau limfoma, atau hilangnya sebagian DNA
pada domain tertentu pada kromosom. Pada leukimia mielogenus kronis,
95% penderita mengalami translokasi kromosom 9 dan 22, yang disebut
kromosom filadelfia.
Karsinogenesis pada manusia adalah sebuah proses berjenjang sebagai akibat
paparan karsinogen yang sering dijumpai dalam lingkungan, sepanjang hidup,
baik melalui konsumsi, maupun infeksi. Terdapat empat jenjang karsinogenesis:
inisiasi tumor
promosi tumor
konversi malignan
progresi tumor
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Replikasi DNA adalah proses penggandaan molekul DNA untai ganda.


Pada sel, replikasi DNA terjadi sebelum pembelahan sel. Prokariota terus-menerus
melakukan replikasi DNA. Pada eukariota, waktu terjadinya replikasi DNA
sangatlah diatur, yaitu pada fase S daur sel, sebelum mitosis atau meiosis I.
Penggandaan tersebut memanfaatkan enzim DNA polimerase yang membantu
pembentukan ikatan antara nukleotida-nukleotida penyusun polimer DNA

Kanker akan muncul bila DNA sel normal mengalami kerusakan sehingga
menyebabkan mutasi genetik. Kalau tidak segera dikoreksi, perbanyakan sel yang
DNA-nya rusak tersebut berpotensi menghasilkan sel kanker. Padahal
perbanyakan sel dimaksudkan untuk memulihkan sel-sel yang aus atau rusak.

B. Saran
Sebaiknya lebih dipelajari lagi tentang replikasi sel makhluk hidup secara
mendalam terutama pada fase-fase atau proses yang dapat menyebabkan
pertumbuhan sel tumor/kanker yang tidak terkendali, agar dapat diketahui dan
dicegah faktor pemicunya maupun dapat dicari pengobatan yang efektifnya
DAFTAR PUSTAKA

1. Domenic Di Paola, Gerald B. Price and Maria Zannis-Hadjopoulos.


Differentially Active Origins of DNA Replication in Tumor versus Normal
Cells. Cancer Res 2006;66:5094-5103.

2. John F. X. Diffley Quality control in the initiation of eukaryotic DNA


replication. Phil. Trans. R. Soc. B 2011 366, 3545-3553.

3. Jingya Sun1 and Daochun Kong. DNA replication origins, ORC/DNA


interaction, and assembly of pre-replication complex in eukaryotes. Acta
Biochim Biophys Sin 2010, 42: 433439

4. Iordanka A, Ivanova1, Sudhir J. A. DSouza1 and Lina Dagnino1. Signalling


In The Epidermis: The E2f Cell Cycle Regulatory Pathway In Epidermal
Morphogenesis, Regeneration And Transformation. Int. J. Biol. Sci. 2005:
1:87-95.

5. Jennifer W. Sekowski, Linda H. Malkas, Lauren Schnaper, et al. Human


Breast Cancer Cells Contain an Error-prone DNA Replication Apparatus1.
Cancer research 1998.:58. 3259-3263.

6. Daniela S. Dimitrova and Ronald Berezney. The spatio-temporal organization


of DNA replication sites is identical in primary, immortalized and
transformed mammalian cells. Journal of Cell Science .2002: 115; 4037-4051.

7. Vadim O. Chagin, Jeffrey H. Stear and M. Cristina Cardoso. Organization of


DNA Replication. Cold Spring Harb Perspect Biol. 2010 2: 1-7
8. Anonymous. Replikasi DNA. Wikipedia tanpa tahun (online),
(http://en.wikipedia.org/wiki/Replikasi DNA, diakses 17 Desember 2011).

9. Anonymous. Kanker. Wikipedia tanpa tahun (online),


(http://en.wikipedia.org/wiki/Kanker DNA, diakses 17 Desember 2011).

10. Oliver J. Kayes,1,4 Marco Loddo,1,3 Nimish Patel et al. DNA Replication
Licensing Factors and Aneuploidy Are Linked to Tumor Cell Cycle State and
Clinical Outcome in Penile Carcinoma Clin Cancer Res 2009;15:7335-7344.

11. Veronica Rodrguez-Bravo, Sandra Guaita-Esteruelas, Noelia Salvador, et


al. Different S/M Checkpoint Responses of Tumor and NonTumor Cell
Lines to DNA Replication Inhibition. Cancer Res 2007;67:11648-11656.

12. Susanto, A.H. Bahan Ajar Biologi Molekuler: Fakultas Biologi UNSOED.
Purwokerto. 2004.

13. Susanto, A.H. Bahan Ajar Genetika Dasar, Fakultas Biologi UNSOED.
Purwokerto.2002.

Anda mungkin juga menyukai