HIDROPNEUMOTHORAX EC PPOK
DISUSUN OLEH :
1. Asvira Anis Anwar C111 12 126
2. Muhammad Rezha Mansyur C111 12 901
3. Mohammad Arafat C111 13 033
4. Insani Nanda Wahyuni C111 13 042
5. Sitti Fatimah C111 13 050
6. Abdul Hannan Bin Ghazali C111 13 830
PEMBIMBING :
dr. Hasan Nyambe
SUPERVISOR :
-
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn. P
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Tanggal Lahir : 31-12-1947
4. No. RM : 787910
5. Masuk RS : 10 Februari 2017
6. DPJP : Dr. dr. Irawaty Djaharuddin, Sp.P
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Sesak Napas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun
yang lalu, memberat 1 minggu terakhir. Dirasakan terus menerus. Tidak di pengaruhi
dengan aktivitas, nyeri dada tidak ada, dirasakan nyeri kadang kadang pada daerah
sekitar WSD. Sudah dipasang WSD dengan cairan keluar kurang lebih 200 cc, warna
merah. Demam tidak ada, riwayat demam tidak ada. Batuk kadang kadang dengan
lender warna putih. Berat badan dirasakan menurun. Mual tidak ada, muntah tidak
ada.BAB biasa, warna kuning kecoklatan. BAK :lancar warna kuning jernih volume
kesan cukup.
3. Riwayat Penyakit Terdahulu
Riwayat tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes mellitus disangkal
Riwayat merokok ada
Riwayat keluarga disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIS
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit sedang / Obesitas / Compos Mentis (E4M6V5)
Tanda Vital
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Pernapasan : 26 kali/menit
- Nadi : 110 kali/menit
- Suhu : 36oC
- Skala Nyeri : 5 VAS
- Saturasi O2 : 88%
BB : 76/50 kg
TB : 155 cm
Status Gizi : IMT = 31,6 kg/m2 (Obese 2)
2. Status Lokalis
a. Kepala :
- Mata : Sklera Ikterus tidak ada, Konjungtiva anemis tidak ada
- Telinga : Otorrhea tidak ada
- Hidung : Rhinorre dan Epistaksis tidak ada
- Mulut : Stomatitis angularis tidak ada, mulut tidak kering
- Leher : DVS R+1 cmH2O. Pembesaran kelenjar limfe tidak ada
b. Thorax
Paru
- Inspeksi : Ditemukan WSD pada dada kanan (undulasi ada, cairan berwarna
merah, tidak ada bubble). Normochest, Pergerakan dada simetris kiri dan kanan,
tampak retraksi subcostal
- Palpasi : Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan Terdapat krepitasi pada
dada kanan. Vokal fremitus simetris kiri sama kanan
- Perkusi : Paru kanan dan kiri sonor.
- Auskultasi : Bunyi napas bronkhial, Ronkhi tidak ada, wheezing ada di kedua
paru
Jantung :
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Batas kanan jantung linea parasternalis kanan ICS II,
batas kiri jantung linea midclaviculars ICS V
- Auskultasi : Bunyi Jantung I/II murni regular, bising tidak ada
c. Abdomen
- Inspeksi : Cembung, ikut gerak napas
- Auskultasi : Bunyi peristaltik ada kesan normal
- Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, tidak nyeri tekan, tidak teraba massa
- Perkusi : Timpani
d. Extremitas
Edema tungkai tidak ada
e. Status Neorologis
Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)
Tanda rangsang meninges : Kaku kuduk tidak ada, Kernign sign tidak ada
Nervus Cranialis : tidak diperiksa
Motorik : Tonus otot normal
- Refleks Fisiologis : KPR/APR : N/N
TPR/BPR : N/N
- Refleks Patologis : Babinski tidak ada
Sensorik : dalam batas normal
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Analisa Gas Darah (09/02/2017)
pH 7.446 HCO3 29.1 mmol/L
pCO2 41.8 mmHg ctO2 19.8 vol%
SO2 98.0% ctCO2 30.3 mmol?L
PO2 102.1 mmHg BE +4.8 mmol/L
Kesan: Alkalosis metabolik
Laboratorium (09/02/2017)
RBC 4.490.000/ mm3 NEUT 86 % (meningkat)
HGB 15.3 gr/dl LYMP 5.9% (menurun)
HCT 48,5 % MON 4.6 %
MCV 98 m3 EOS 2.6 %
MCH 31.9 pg BASO 0.9%
MCHC 32.7 g/dL GDS 130 mg/dl
PLT 327.000 /mm3 SGOT 28 U/L
WBC 21.100 / mm3 SGPT 25 U/L
Ureum 24 mg/dL Kreatinin 0.71 mg/dL
Natrium 143 mmol/L Kalium 3.8 mmol/L
Klorida 101 mmol/L
Kesan: Leukositosis
E. ASSESSMENT
Hidropneumothorax?
F. PLANNING AWAL
o Foto Thoraks AP post pemasangan WSD
o Spirometri (bila stabil)
o Pemeriksaan sputum
o Analisa Gas Darah
G. TERAPI AWAL
o O2 4 liter/ menit per nasal kanul
o Methylprednisolon 30 mg/8 jam per intravena
o Ventolin 1 respule/ 8 jam per inhalasi
o Pulmicort 1 respule/12 jam per inhalasi
o Ceftriaxone 2 gr /24 jam/intra vena (ST) cek foto
o Bricasma 2x1 intrakutan (saat eksaserbasi)
FOLLOW UP
Perjalanan Penyakit
Tanggal (Subjektif, Objektif, Assesment) Terapi Ket
10/02/201 S: - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
Sesak napas masih ada, nyeri dada - Combivent 1 respul/ 8jam/
7
tidak ada, nyeri di sekitar daerah inhalasi
pemasangan WSD, cairan yang - Pulmicort 1 respul/ 8 jam/
keluar sebanyak 150 cc warna inhalasi
kemerahan, demam tidak ada, batuk - Ketorolac 1 ampul/ 8jam/
kadang-kadang dengan lendir intravena
berwarna putih, berat badan - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
dirasakan turun. intravena
O:
anemis dan ikterus tidak ada.
Broncovesicular, wheezing
bilateral, terdapat ronki di paru
kanan, bunyi napas menurun
disebelah kanan, terpasang WSD di
ICS V dextra (undulasi ada,
produksi 110 cc, merah, bubble
tidak ada).
A:
Hidropneumothorax dextra on
water sealed drainage
PPOK eksaserbasi akut
Suspek Community Acquired
Pneumonia
P:
- sputum mikroskopik, kultur,
resistensi
- Analisa Gas Darah
- MS CT Scan thorax dengan
kontras
11/02/201 S: - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
sesak berkurang, batuk kadang- - NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
7
kadang - Combivent 1 respul/ 8jam/
O: inhalasi
TD= 100/70 mmHg, HR= - Pulmicort 1 respul/ 8 jam/
90x/menit, RR= 24x/menit, S= inhalasi
36.5oC - Ketorolac 1 ampul/ 8jam/
Anemis dan ikterus tidak ada, intravena
rhonki di paru kanan, wheezing - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
dikedua paru, bunyi napas menurun intravena
di sebelah kanan
A:
Hidropneumothorax dextra on
water sealing drainage
PPOK eksaserbasi akut
Suspek Community Acquired
Pneumonia
P:
- sputum mikroskopik, kultur,
resistensi
- Analisa Gas Darah
- MS CT Scan thorax dengan
kontras
12/02/201 S: - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
sesak napas ada, batuk ada - NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
7
O: - Combivent 1 respul/ 8jam/
TD = 120/80 mmHg, HR 84x/menit inhalasi
Anemis dan ikterus tidak ada, - Pulmicort 1 respul/ 8 jam/
rhonki di paru kanan, wheezing inhalasi
dikedua paru, bunyi napas menurun - Ketorolac 1 ampul/ 8jam/
di sebelah kanan intravena
A: - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
Hidropneumothorax dextra on intravena
water sealing drainage
PPOK eksaserbasi akut
Community Acquired Pneumonia
P:
- sputum mikroskopik, kultur,
resistensi
- Analisa Gas Darah
- MS CT Scan thorax dengan
kontras
13/02/201 S: - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
sesak napas berkurang, batuk - NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
7
sesekali - Combivent 1 respul/ 8jam/
O: inhalasi
Anemis dan ikterus tidak ada, - Pulmicort 1 respul/ 8 jam/
rhonki di paru kanan, wheezing inhalasi
tidak ada, bunyi napas menurun - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
pada hemithorax dextra intravena(4)
WBC = 21.000, Hb = 15,3, Neut =
327.000
Sputum BTA 3x negatif
A:
Hidropneumothorax dextra on
water sealing drainage
PPOK eksaserbasi akut
Community Acquired Pneumonia
P:
MSCT- Scan thorax dengan kontras
14/02/201 S : sesak napas sudah berkurang - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
O: - NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
7
Anemis dan ikterus tidak ada, - Combivent 1 respul/ 8jam/
rhonki di kedua paru, bunyi napas inhalasi
menurun pada hemithorax dextra - Pulmicort 1 respul/ 8 jam/
WBC = 21.000, Hb = 15,3, Neut = inhalasi
327.000(hapus) - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
Sputum BTA 3x negatif intravena
MSCT-Scan Thorax:
- Hidropneumothorax dextra
- TB Paru lama aktif lesi luas
- Kardiomegali
- Emfisema subcutis
A:
Hidropneumothorax dextra on
water sealing drainage
TB Paru lesi luas radiologi positif
PPOK eksaserbasi akut
15/02/201 S: - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
sesak napas berkurang, nyeri dada - NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
7
pada daerah pemasangan WSD - Combivent 1 respul/ 8jam/
O: inhalasi
Bunyi napas menurun pada - Pulmicort 1 respul/ 8 jam/
hemithorax dextra, wheezing tidak inhalasi
ada, rhonki dikedua paru - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
A: intravena (H-5)
Hidropneumothorax dextra on
water sealing drainage
TB Paru klinis kasus baru
(radiologi positif)
PPOK
P:
Pemeriksaan spirometri
16/02/201 S: - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
sesak napas berkurang - NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
7
O: - Combivent 1 respul/ 8jam/
Bunyi napas menurun pada inhalasi
hemithorax dextra, wheezing tidak - Pulmicort 1 respul/ 8 jam/
ada, rhonki dikedua paru inhalasi
A: - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
Hidropneumothorax dextra on intravena (H-6)
water sealing drainage
TB Paru klinis kasus baru
(radiologi positif)
PPOK
P:
Pemeriksaan sputum BTA
17/02/201 S: - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
sesak napas berkurang - NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
7
O: - Combivent 1 respul/ 12jam/
Bunyi napas menurun pada inhalasi
hemithorax dextra, wheezing tidak - Pulmicort 1 respul/ 24 jam/
ada, rhonki dikedua paru inhalasi
A: - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
Hidropneumothorax dextra on intravena (H-7)
water sealing drainage
TB Paru klinis kasus baru
(radiologi positif, BTA negatif)
PPOK
P:
Kontrol darah rutin
18/02/201 S: - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
sesak napas berkurang, batuk ada - NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
7
sesekali, nafsu makan menurun - Combivent 1 respul/ 12jam/
O: inhalasi
Bunyi napas menurun pada - Pulmicort 1 respul/ 24 jam/
hemithorax dextra, wheezing tidak inhalasi
ada, rhonki dikedua paru - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
A: intravena (H-8)
Hidropneumothorax dextra on
water sealing drainage
TB Paru klinis kasus baru
(radiologi positif, BTA negatif)
PPOK
19/02/201 S: - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
sesak napas berkurang, batuk ada, - NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
7
nyeri dada berkurang - Combivent 1 respul/ 12jam/
O: inhalasi
Bunyi napas bronkovesikuler, - Pulmicort 1 respul/ 24 jam/
wheezing tidak ada, rhonki dikedua inhalasi
paru - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
Lab darah rutin (17/02/2017) intravena (H-9)
WBC = 7500 Usul switch oral
PLT = 305.500
Neut = 70.2 %
Produksi WSD = 250 mL
A:
Hidropneumothorax dextra on
water sealing drainage
TB Paru klinis kasus baru
(radiologi positif, BTA negatif)
Bronkiektasis terinfeksi (cek
radiologi)
P:
Evaluasi produksi cairan WSD
Usul bronkoskopi
20/02/201 S: - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
sesak napas berkurang, batuk tidak - Amino fluid 1000 ml/24 jam
7
ada, nyeri dada berkurang - Combivent 1 respul/ 12jam/
O: inhalasi
Tidak ada anemis, edema tidak ada. - Pulmicort 1 respul/ 24 jam/
Bunyi napas bronkovesikuler, inhalasi
wheezing tidak ada, rhonki dikedua - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
paru intravena (H-9)
Produksi WSD = 450 mL dalam 24 -
jam, warna kuning
A:
Hidropneumothorax dextra on
water sealing drainage
TB Paru klinis kasus baru
(radiologi positif, BTA negatif)
PPOK
PERJALANAN PENYAKIT
WBC : 17.800
DISKUSI KASUS
Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan cairan di dalam
rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru. Cairan ini bisa juga disertai dengan
nanah (empiema) dan hal ini di namakan dengan piopneumotoraks1,2 Sedangkan pneumotoraks
itu sendiri ialah suatu keadaan, di mana hanya terdapat udara di dalam rongga pleura yang juga
4,5,6 mengakibatkan kolaps jaringan paru .
KLASIFIKASI
Pneumotoraks dapat dibagi berdasarkan atas beberapa hal, yaitu :
1. Berdasarkan kejadian.
2. Berdasarkan lokalisasi.
3. Berdasarkan tingkat kolaps jaringan paru.
4. Berdasarkan jenis fistel . 4,5,6
Berdasarkan kejadian
(a) Pneumotoraks spontan primer
Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya tidak
menunjukkan tanda-tanda sakit.
(b) Pneumotoraks spontan sekunder
Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya telah menderita
penyakit, mungkin merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru, tuberkulosis paru, asma
kistafibrosis dan karsinoma bronkus.
(c) Pneumotoraks traumatika
Pneumotoraks yang timbul disebabkan robeknya pleura viseralis maupun
pleura parietalis sebagai akibat dari trauma.
(d) Pneumotoraks artifisialis
Pneumotoraks yang sengaja dibuat dengan memasukkan udara ke dalam rongga pleura,
dengan demikian jaringan paru menjadi kolaps sehingga
dapat beristirahat. Pada zaman dulu pneumotoraks artifisialis sering dikerjakan untuk
terapi tuberkulosis paru . 4,5,6
Berdasarkan Lokalisasi
(a) Pneumotoraks parietalis
(b) Pneumotoraks mediastinalis
(c) Pneumotoraks basalis 4,5,6
DIAGNOSIS
Anamnesis
Biasanya ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada seperti ditusuk,
disertai sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan batuk- batuk. Rasa nyeri dan sesaknafas
ini makin lama dapat berkurang atau bertambah hebat. Berat ringannya perasaan sesak nafas ini
tergantung dari derajat penguncupan paru, dan apakah paru dalam keadaan sakit atau tidak. Pada
penderita dengan COPD, pneumotoraks yang minimal sekali pun akan menimbulkan sesak nafas
yang hebat.
Sakit dada biasanya datang tiba-tiba seperti ditusuk-tusuk se tempat pada sisi paru yang
terkena, kadang-kadang menyebar ke arah bahu, hipokondrium dan skapula. Rasa sakit
bertambah waktu bernafas dan batuk. Sakit dada biasanya akan berangsur-angsur hilang dalam
waktu satu sampai empat hari.
Batuk-batuk biasanya merupakan keluhan yang jarang bila tidak disertai penyakit paru
lain; biasanya tidak berlangsung lama dan tidak produktif.
Keluhan keluhan tersebut di atas dapat terjadi bersama sama atau sendiri sendiri,
bahkan ada penderita pneumotoraks yang tidak mempunyai keluhan sama sekali. Pada penderita
pneumotoraks ventil, rasa nyeri dan sesak nafas ini makin lama makin hebat, penderita gelisah,
sianosis, akhirnya dapat mengalami syok karena gangguan aliran darah akibat penekanan udara
pada pembuluh darah di mediastinum4,5,6
Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi, mungkin terlihat sesak nafas, pergerakan dada berkurang, batuk-
batuk, sianosis serta iktus kordis tergeser kearah yang sehat.
b) Palpasi, mungkin dijumpai spatium interkostalis yang melebar Stemfremitus
melemah, trakea tergeser ke arah yang sehat dan iktus kordis tidak teraba atau tergeser ke arah
yang sehat.
c) Perkusi; Mungkin dijumpai sonor, hipersonor sampai timpani.
d) Auskultasi; mungkin dijumpai suara nafas yang melemah, sampai menghilang.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan Rontgen foto toraks. Pada rontgen foto
toraks P.A akan terlihat garis penguncupan paru yang halus seperti rambut. Apabila
pneumotoraks disertai dengan adanya cairan di dalam rongga pleura, akan tampak gambaran
garis datar yang merupakan batas udara dan caftan. Sebaiknya rontgen foto toraks dibuat dalam
keadaan ekspirasi maksimal.4,5,6
KOMPLIKASI
1. Infeksi sekunder sehingga dapat menimbulkan pleuritis, empiema ,
hidropneumotoraks.
2. Gangguan hemodinamika.Pada pneumotoraks yang hebat, seluruh mediastinum
dan jantung dapat tergeser ke arah yang sehat dan mengakibatkan penurunan kardiak "output",
sehingga dengan demikian dapat menimbulkan syok kardiogenik.
3. Emfisema; dapat berupa emfisema kutis atau emfisema mediastinalis 4,5
DIAGNOSIS BANDING
1. Emfisema pulmonum
2. Kavitas raksasa
3. Kista paru
4. Infarkjantung
5. Infark paru
6. Pleuritis
7. Abses paru dengan kavitas 4,5
PENATALAKSANAAN
Setelah diagnosis pneumotoraks dapat ditegakkan, langkah selanjutnya yang terpenting
adalah melakukan observasi yang cermat. Oleh karena itu penderita sebaiknya dirawa di rumah
sakit, mengingat sifat fistula pneumotoraks dapat berubah sewaktu-waktu yaitu dari
pneumotoraks terbuka menjadi tertutup ataupun ventil. Sehingga tidak jarang penderita yang
tampaknya tidak apa-apa tiba-tiba menjadi gawat karena terjadi pneumotoraks ventil atau
perdarahan yang hebat. Kalau kita mempunyai alat pneumotoraks, dengan mudah kita dapat
menentukan jenis pneumotoraks apakah terbuka, tertutup, atau ventil.
Apabila penderita datang dengan sesak nafas, apalagi kalau sesak nafas makin lama
makin bertambah kita harus segera mengambil tindakan. Tindakan yang lazim dikerjakan ialah
pemasangan WSD (Water Seal Drainage). Apabila penderita sesak sekali sebelum WSD dapat
dipasang, kita harus segera menusukkan jarum ke dalam rongga pleura. Tindakan sederhana ini
akan dapat menolong dan menyelamatkan jiwa penderita. Bila alat-alat WSD tidak ada, dapat
kita gunakan infus set, dimana jarumnya ditusukkan ke dalam rongga pleura ditempat yang
paling sonor waktu diperkusi. Sedangkan ujung selang infus yang lainnya dimasukkan ke dalam
botol yang berisi air.
Pneumotoraks tertutup yang tidak terlalu luas (Kurang dari 20% paru yang kolaps) dapat
dirawat secara konservatif, tetapi pada umumnya untuk mempercepat pengembangan paru lebih
baik dipasang WSD.
Pneumotoraks terbuka dapat dirawat secara konservatif dengan mengusahakan penutupan
fistula dengan cara memasukkan darah atau glukosa
hipertonis kedalam rongga pleura sebagai pleurodesi. Ada juga para ahli yang
mengobati pneumotoraks terbuka dengan memasang WSD disertai penghisap terus
menerus.4,5
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www. Lemon. Medical symposium.com
2. http://www. medhelp. org Imedikal Dictionary Putau J, dkk. Piopneumotoraks
dengan Bronkopleura. Laporan Kasus. http://www. med UNHAS. ac. Id.
3. Amirulloh R. Penatalaksanaan Pneumotoraks di dalam Praktek. http://www.
kalbe.co.id.
4. http://www. Turkishrespiratory journal.com
5. Alsagaff H, Mukti A. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University
Press.edisi 2. Surabaya: 2002.
6. http://intensivecare.hsnet.nsw.gov.
7. http://www.learningradiology.com