Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI

FAKULTAS KEDOKTERAN LAPORAN KASUS


UNIVERSITAS HASANUDDIN FEBRUARI 2017

HIDROPNEUMOTHORAX EC PPOK

DISUSUN OLEH :
1. Asvira Anis Anwar C111 12 126
2. Muhammad Rezha Mansyur C111 12 901
3. Mohammad Arafat C111 13 033
4. Insani Nanda Wahyuni C111 13 042
5. Sitti Fatimah C111 13 050
6. Abdul Hannan Bin Ghazali C111 13 830

PEMBIMBING :
dr. Hasan Nyambe

SUPERVISOR :
-

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn. P
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Tanggal Lahir : 31-12-1947
4. No. RM : 787910
5. Masuk RS : 10 Februari 2017
6. DPJP : Dr. dr. Irawaty Djaharuddin, Sp.P

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Sesak Napas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun
yang lalu, memberat 1 minggu terakhir. Dirasakan terus menerus. Tidak di pengaruhi
dengan aktivitas, nyeri dada tidak ada, dirasakan nyeri kadang kadang pada daerah
sekitar WSD. Sudah dipasang WSD dengan cairan keluar kurang lebih 200 cc, warna
merah. Demam tidak ada, riwayat demam tidak ada. Batuk kadang kadang dengan
lender warna putih. Berat badan dirasakan menurun. Mual tidak ada, muntah tidak
ada.BAB biasa, warna kuning kecoklatan. BAK :lancar warna kuning jernih volume
kesan cukup.
3. Riwayat Penyakit Terdahulu
Riwayat tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes mellitus disangkal
Riwayat merokok ada
Riwayat keluarga disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIS
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit sedang / Obesitas / Compos Mentis (E4M6V5)
Tanda Vital
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Pernapasan : 26 kali/menit
- Nadi : 110 kali/menit
- Suhu : 36oC
- Skala Nyeri : 5 VAS
- Saturasi O2 : 88%

BB : 76/50 kg
TB : 155 cm
Status Gizi : IMT = 31,6 kg/m2 (Obese 2)

2. Status Lokalis
a. Kepala :
- Mata : Sklera Ikterus tidak ada, Konjungtiva anemis tidak ada
- Telinga : Otorrhea tidak ada
- Hidung : Rhinorre dan Epistaksis tidak ada
- Mulut : Stomatitis angularis tidak ada, mulut tidak kering
- Leher : DVS R+1 cmH2O. Pembesaran kelenjar limfe tidak ada
b. Thorax
Paru
- Inspeksi : Ditemukan WSD pada dada kanan (undulasi ada, cairan berwarna
merah, tidak ada bubble). Normochest, Pergerakan dada simetris kiri dan kanan,
tampak retraksi subcostal
- Palpasi : Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan Terdapat krepitasi pada
dada kanan. Vokal fremitus simetris kiri sama kanan
- Perkusi : Paru kanan dan kiri sonor.
- Auskultasi : Bunyi napas bronkhial, Ronkhi tidak ada, wheezing ada di kedua
paru
Jantung :
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Batas kanan jantung linea parasternalis kanan ICS II,
batas kiri jantung linea midclaviculars ICS V
- Auskultasi : Bunyi Jantung I/II murni regular, bising tidak ada
c. Abdomen
- Inspeksi : Cembung, ikut gerak napas
- Auskultasi : Bunyi peristaltik ada kesan normal
- Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, tidak nyeri tekan, tidak teraba massa
- Perkusi : Timpani
d. Extremitas
Edema tungkai tidak ada
e. Status Neorologis
Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)
Tanda rangsang meninges : Kaku kuduk tidak ada, Kernign sign tidak ada
Nervus Cranialis : tidak diperiksa
Motorik : Tonus otot normal
- Refleks Fisiologis : KPR/APR : N/N
TPR/BPR : N/N
- Refleks Patologis : Babinski tidak ada
Sensorik : dalam batas normal

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Analisa Gas Darah (09/02/2017)
pH 7.446 HCO3 29.1 mmol/L
pCO2 41.8 mmHg ctO2 19.8 vol%
SO2 98.0% ctCO2 30.3 mmol?L
PO2 102.1 mmHg BE +4.8 mmol/L
Kesan: Alkalosis metabolik

Laboratorium (09/02/2017)
RBC 4.490.000/ mm3 NEUT 86 % (meningkat)
HGB 15.3 gr/dl LYMP 5.9% (menurun)
HCT 48,5 % MON 4.6 %
MCV 98 m3 EOS 2.6 %
MCH 31.9 pg BASO 0.9%
MCHC 32.7 g/dL GDS 130 mg/dl
PLT 327.000 /mm3 SGOT 28 U/L
WBC 21.100 / mm3 SGPT 25 U/L
Ureum 24 mg/dL Kreatinin 0.71 mg/dL
Natrium 143 mmol/L Kalium 3.8 mmol/L
Klorida 101 mmol/L
Kesan: Leukositosis

Foto Thoraks (06/02/2017)

Kesan : Broncopneumonia sinistra


Cardiomegali dengan dilatatio aorta

E. ASSESSMENT
Hidropneumothorax?

F. PLANNING AWAL
o Foto Thoraks AP post pemasangan WSD
o Spirometri (bila stabil)
o Pemeriksaan sputum
o Analisa Gas Darah

G. TERAPI AWAL
o O2 4 liter/ menit per nasal kanul
o Methylprednisolon 30 mg/8 jam per intravena
o Ventolin 1 respule/ 8 jam per inhalasi
o Pulmicort 1 respule/12 jam per inhalasi
o Ceftriaxone 2 gr /24 jam/intra vena (ST) cek foto
o Bricasma 2x1 intrakutan (saat eksaserbasi)

FOLLOW UP

Perjalanan Penyakit
Tanggal (Subjektif, Objektif, Assesment) Terapi Ket
10/02/201 S: - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
Sesak napas masih ada, nyeri dada - Combivent 1 respul/ 8jam/
7
tidak ada, nyeri di sekitar daerah inhalasi
pemasangan WSD, cairan yang - Pulmicort 1 respul/ 8 jam/
keluar sebanyak 150 cc warna inhalasi
kemerahan, demam tidak ada, batuk - Ketorolac 1 ampul/ 8jam/
kadang-kadang dengan lendir intravena
berwarna putih, berat badan - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
dirasakan turun. intravena
O:
anemis dan ikterus tidak ada.
Broncovesicular, wheezing
bilateral, terdapat ronki di paru
kanan, bunyi napas menurun
disebelah kanan, terpasang WSD di
ICS V dextra (undulasi ada,
produksi 110 cc, merah, bubble
tidak ada).
A:
Hidropneumothorax dextra on
water sealed drainage
PPOK eksaserbasi akut
Suspek Community Acquired
Pneumonia
P:
- sputum mikroskopik, kultur,
resistensi
- Analisa Gas Darah
- MS CT Scan thorax dengan
kontras
11/02/201 S: - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
sesak berkurang, batuk kadang- - NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
7
kadang - Combivent 1 respul/ 8jam/
O: inhalasi
TD= 100/70 mmHg, HR= - Pulmicort 1 respul/ 8 jam/
90x/menit, RR= 24x/menit, S= inhalasi
36.5oC - Ketorolac 1 ampul/ 8jam/
Anemis dan ikterus tidak ada, intravena
rhonki di paru kanan, wheezing - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
dikedua paru, bunyi napas menurun intravena
di sebelah kanan
A:
Hidropneumothorax dextra on
water sealing drainage
PPOK eksaserbasi akut
Suspek Community Acquired
Pneumonia
P:
- sputum mikroskopik, kultur,
resistensi
- Analisa Gas Darah
- MS CT Scan thorax dengan
kontras
12/02/201 S: - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
sesak napas ada, batuk ada - NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
7
O: - Combivent 1 respul/ 8jam/
TD = 120/80 mmHg, HR 84x/menit inhalasi
Anemis dan ikterus tidak ada, - Pulmicort 1 respul/ 8 jam/
rhonki di paru kanan, wheezing inhalasi
dikedua paru, bunyi napas menurun - Ketorolac 1 ampul/ 8jam/
di sebelah kanan intravena
A: - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
Hidropneumothorax dextra on intravena
water sealing drainage
PPOK eksaserbasi akut
Community Acquired Pneumonia
P:
- sputum mikroskopik, kultur,
resistensi
- Analisa Gas Darah
- MS CT Scan thorax dengan
kontras
13/02/201 S: - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
sesak napas berkurang, batuk - NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
7
sesekali - Combivent 1 respul/ 8jam/
O: inhalasi
Anemis dan ikterus tidak ada, - Pulmicort 1 respul/ 8 jam/
rhonki di paru kanan, wheezing inhalasi
tidak ada, bunyi napas menurun - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
pada hemithorax dextra intravena(4)
WBC = 21.000, Hb = 15,3, Neut =
327.000
Sputum BTA 3x negatif
A:
Hidropneumothorax dextra on
water sealing drainage
PPOK eksaserbasi akut
Community Acquired Pneumonia
P:
MSCT- Scan thorax dengan kontras
14/02/201 S : sesak napas sudah berkurang - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
O: - NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
7
Anemis dan ikterus tidak ada, - Combivent 1 respul/ 8jam/
rhonki di kedua paru, bunyi napas inhalasi
menurun pada hemithorax dextra - Pulmicort 1 respul/ 8 jam/
WBC = 21.000, Hb = 15,3, Neut = inhalasi
327.000(hapus) - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
Sputum BTA 3x negatif intravena
MSCT-Scan Thorax:
- Hidropneumothorax dextra
- TB Paru lama aktif lesi luas
- Kardiomegali
- Emfisema subcutis
A:
Hidropneumothorax dextra on
water sealing drainage
TB Paru lesi luas radiologi positif
PPOK eksaserbasi akut
15/02/201 S: - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
sesak napas berkurang, nyeri dada - NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
7
pada daerah pemasangan WSD - Combivent 1 respul/ 8jam/
O: inhalasi
Bunyi napas menurun pada - Pulmicort 1 respul/ 8 jam/
hemithorax dextra, wheezing tidak inhalasi
ada, rhonki dikedua paru - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
A: intravena (H-5)
Hidropneumothorax dextra on
water sealing drainage
TB Paru klinis kasus baru
(radiologi positif)
PPOK
P:
Pemeriksaan spirometri
16/02/201 S: - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
sesak napas berkurang - NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
7
O: - Combivent 1 respul/ 8jam/
Bunyi napas menurun pada inhalasi
hemithorax dextra, wheezing tidak - Pulmicort 1 respul/ 8 jam/
ada, rhonki dikedua paru inhalasi
A: - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
Hidropneumothorax dextra on intravena (H-6)
water sealing drainage
TB Paru klinis kasus baru
(radiologi positif)
PPOK
P:
Pemeriksaan sputum BTA
17/02/201 S: - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
sesak napas berkurang - NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
7
O: - Combivent 1 respul/ 12jam/
Bunyi napas menurun pada inhalasi
hemithorax dextra, wheezing tidak - Pulmicort 1 respul/ 24 jam/
ada, rhonki dikedua paru inhalasi
A: - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
Hidropneumothorax dextra on intravena (H-7)
water sealing drainage
TB Paru klinis kasus baru
(radiologi positif, BTA negatif)
PPOK
P:
Kontrol darah rutin
18/02/201 S: - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
sesak napas berkurang, batuk ada - NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
7
sesekali, nafsu makan menurun - Combivent 1 respul/ 12jam/
O: inhalasi
Bunyi napas menurun pada - Pulmicort 1 respul/ 24 jam/
hemithorax dextra, wheezing tidak inhalasi
ada, rhonki dikedua paru - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
A: intravena (H-8)
Hidropneumothorax dextra on
water sealing drainage
TB Paru klinis kasus baru
(radiologi positif, BTA negatif)
PPOK
19/02/201 S: - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
sesak napas berkurang, batuk ada, - NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
7
nyeri dada berkurang - Combivent 1 respul/ 12jam/
O: inhalasi
Bunyi napas bronkovesikuler, - Pulmicort 1 respul/ 24 jam/
wheezing tidak ada, rhonki dikedua inhalasi
paru - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
Lab darah rutin (17/02/2017) intravena (H-9)
WBC = 7500 Usul switch oral
PLT = 305.500
Neut = 70.2 %
Produksi WSD = 250 mL
A:
Hidropneumothorax dextra on
water sealing drainage
TB Paru klinis kasus baru
(radiologi positif, BTA negatif)
Bronkiektasis terinfeksi (cek
radiologi)
P:
Evaluasi produksi cairan WSD
Usul bronkoskopi
20/02/201 S: - O2 3 liter/ menit per nasal kanul
sesak napas berkurang, batuk tidak - Amino fluid 1000 ml/24 jam
7
ada, nyeri dada berkurang - Combivent 1 respul/ 12jam/
O: inhalasi
Tidak ada anemis, edema tidak ada. - Pulmicort 1 respul/ 24 jam/
Bunyi napas bronkovesikuler, inhalasi
wheezing tidak ada, rhonki dikedua - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
paru intravena (H-9)
Produksi WSD = 450 mL dalam 24 -
jam, warna kuning
A:
Hidropneumothorax dextra on
water sealing drainage
TB Paru klinis kasus baru
(radiologi positif, BTA negatif)
PPOK

PERJALANAN PENYAKIT

9 Februari 2017 10 Februari 2017

S : Sesak napas masih ada, nyeri di sekitar daerah pemasangan


WSD, cairan yang keluar sebanyak 200 cc warna kemerahan,
demam tidak ada, batuk kadang-kadang dengan lendir berwarna
putih, berat badan dirasakan turun.
O : anemis dan ikterus tidak ada. Broncovesicular, wheezing
bilateral, terdapat ronki di paru kanan, bunyi napas menurun
disebelahn kanan, terpasang WSD di ICS V dextra (undulasi ada,
produksi 110 cc, merah, bubble tidak ada).
A : Hidropneumothorax dextra on water sealing drainage, PPOK
eksaserbasi akut, Community Acquired Pneumonia
P : sputum mikroskopik, kultur, resistensi. Analisa Gas Darah, MS
CT Scan thorax dengan kontras
R/
- O2 3 liter/ menit per nasal kanul
- Combivent 1 respul/ 8jam/ inhalasi
- Pulmicort 1 respul/ 8 jam/ inhalasi
- Ketorolac 1 ampul/ 8jam/ intravena
- Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/ intravena

Masuk rumah sakit


KU : Sakit sedang / Obesitas / Compos tidak terdapat ronki.WBC : 17.800
A : Asma Persisten sedang
Mentis (E4M6V5)
Suspek CAP
TD: 130/80 mmHg P : 26 kali/menit P : - foto thorax
- spirometri (bila stabil)
N : 110 kali/menit S : 36oC
- sputum gram, kultur jamur
Skala Nyeri : 5 VAS Saturasi O2 : 88%
R/
BB : 76 kg TB : 155 cm Status Gizi :
- O2 4 liter/ menit per nasal kanul
IMT = 31,6 kg/m2 (Obese 2) - Methylprednisolon 30 mg/8 jam per
intravena
S : sesak napas mulai berkurang, batuk
- Ventolin 1 amp/ 8 jam per inhalasi
sedang, ada lender putih
- Pulmicort 1 amp/12 jam per inhalasi
O : anemis dan ikterus tidak
- Ceftriaxone 2 gr/24 jam per drips (ST) (1)
ada.Broncovesicular, wheezing bilateral,
- Bricasma 2x1 intrakutan
11 Februari 2017 12 Februari 2017 13 Februari 2017

S : sesak napas berkurang, batuk sesekali


O : Anemis dan ikterus tidak ada, rhonki di
paru kanan, wheezing tidak ada, bunyi
napas menurun pada hemithorax dextra.
WBC = 21.000, Hb = 15,3, Neut = 327.000.
Sputum BTA 3x negatif
A : Hidropneumothorax dextra on water
sealing drainage, PPOK eksaserbasi akut,
Community Acquired Pneumonia
P: MSCT- Scan thorax dengan kontras
R/
- O2 3 liter/ menit per nasal kanul
- NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
- Combivent 1 respul/ 8jam/ inhalasi
- Pulmicort 1 respul/ 8 jam/ inhalasi
- Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/ intravena
S : sesak napas ada, batuk ada
O : TD = 120/80 mmHg, HR 84x/menit. Anemis dan ikterus tidak
ada, rhonki di paru kanan, wheezing dikedua paru, bunyi napas
menurun di sebelah kanan
A : Hidropneumothorax dextra on water sealing drainage, PPOK
eksaserbasi akut, Community Acquired Pneumonia
R/
- O2 3 liter/ menit per nasal kanul
- Combivent 1 respul/ 8jam/ inhalasi
- Pulmicort 1 respul/ 8 jam/ inhalasi
- Ketorolac 1 ampul/ 8jam/ intravena
- Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/ intravena
S : sesak berkurang, batuk kadang-kadang
O : TD= 100/70 mmHg, HR= 90x/menit, RR= 24x/menit, S= 36.5oC.Anemis dan ikterus tidak
ada, rhonki di paru kanan, wheezing dikedua paru, bunyi napas menurun di sebelah kanan
A : Hidropneumothorax dextra on water sealing drainage, PPOK eksaserbasi akut, Community
Acquired Pneumonia
R/
-O2 3 liter/ menit per nasal kanul
-Combivent 1 respul/ 8jam/ inhalasi
-Pulmicort 1 respul/ 8 jam/ inhalasi
-Ketorolac 1 ampul/ 8jam/ intravena
-Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/ intravena
14 Februari 2017 15 Februari 2017 16 Februari 2017

S : sesak napas sudah berkurang


O : Anemis dan ikterus tidak ada, rhonki di kedua paru, bunyi napas menurun pada hemithorax
dextra. WBC = 21.000, Hb = 15,3, Neut = 327.000. Sputum BTA 3x negatif. MSCT-Scan
Thorax: Hidropneumothorax dextra, TB Paru lama aktif lesi luas, Kardiomegali, Emfisema
subcutis
A : Hidropneumothorax dextra on water sealing drainage, TB Paru lesi luas radiologi positif,
PPOK eksaserbasi akut
R/
- O2 3 liter/ menit per nasal kanul
- NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
- Combivent 1 respul/ 8jam/ inhalasi
- Pulmicort 1 respul/ 8 jam/ inhalasi
- Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/ intravena
DAFTAR MASALAH

No Masalah Planning Terapi


1. Hidropneumothorax Foto XRAY PA dan oPemasangan water sealed
S: lateral drainage (WSD)
- sesak napas
Analisis cairan pleura - O2 3 liter/ menit per nasal
- batuk
kanul
- nyeri dada seperti ditusuk-tusuk
- Ketorolac 1 ampul/ 8jam/
- demam
intravena
O:
Paru - Ceftazidime 1 gr/ 8 jam/
intravena
- Inspeksi : pergerakan dada berkurang
- Palpasi : Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan,
Vokal fremitus berkurang di sebelah kanan
- Perkusi : Paru kanan dan kiri sonor.
- Auskultasi : Bunyi napas pada paru kanan
menurun. Bunyi napas bronkhial, Ronkhi tidak
ada, wheezing ada di kedua paru

2. Penyakit Paru Obstruktif Kronnik o

3. Community Acquired Pneumonia Pemeriksaan sputum Ceftriaxone 2 gr /24


S: jam/intra vena (ST)
- Batuk
- Sesak nafas
O:
Suara napas bronkovesikuler, ronki ada.
foto thorax : Broncopneumonia sinistra
Cardiomegali dengan dilatationaorta

WBC : 17.800
DISKUSI KASUS
Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan cairan di dalam
rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru. Cairan ini bisa juga disertai dengan
nanah (empiema) dan hal ini di namakan dengan piopneumotoraks1,2 Sedangkan pneumotoraks
itu sendiri ialah suatu keadaan, di mana hanya terdapat udara di dalam rongga pleura yang juga
4,5,6 mengakibatkan kolaps jaringan paru .

KLASIFIKASI
Pneumotoraks dapat dibagi berdasarkan atas beberapa hal, yaitu :
1. Berdasarkan kejadian.
2. Berdasarkan lokalisasi.
3. Berdasarkan tingkat kolaps jaringan paru.
4. Berdasarkan jenis fistel . 4,5,6

Berdasarkan kejadian
(a) Pneumotoraks spontan primer
Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya tidak
menunjukkan tanda-tanda sakit.
(b) Pneumotoraks spontan sekunder
Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya telah menderita
penyakit, mungkin merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru, tuberkulosis paru, asma
kistafibrosis dan karsinoma bronkus.
(c) Pneumotoraks traumatika
Pneumotoraks yang timbul disebabkan robeknya pleura viseralis maupun
pleura parietalis sebagai akibat dari trauma.
(d) Pneumotoraks artifisialis
Pneumotoraks yang sengaja dibuat dengan memasukkan udara ke dalam rongga pleura,
dengan demikian jaringan paru menjadi kolaps sehingga
dapat beristirahat. Pada zaman dulu pneumotoraks artifisialis sering dikerjakan untuk
terapi tuberkulosis paru . 4,5,6

Berdasarkan Lokalisasi
(a) Pneumotoraks parietalis
(b) Pneumotoraks mediastinalis
(c) Pneumotoraks basalis 4,5,6

Berdasarkan tingkat kolapsnya jaringan paru


a) Pneumotoraks totalis, apabila seluruh jaringan paru dari satu hemitoraks
mengalami kolaps.
b) Pneumotoraks parsialis, apabila jaringan paru yang kolaps hanya sebagian.
Derajat kolaps paru pada pneumothorak totalis dapat dinyatakan dalam persen
dengan rumus sebagai berikut 4,5,6:

Gambar 1. Kolaps Paru.


Rumus mengukur volumenya : (A x B) (a x b) X 100%
(A x B)

Berdasarkan jenis fistel


(a) Pneumotoraks ventilDi mana fistelnya berfungsi sebagai ventil sehingga
udara dapat masuk ke dalam rongga pleura tetapi tidak dapat ke luar kembali. Akibatnya
tekanan udara di dalam rongga pleura makin lama makin tinggi dan dapat mendorong
mediastinum ke arah kontra lateral.
(b) Pneumotoraks terbukaDi mana fistelnya terbuka sehingga rongga pleura
mempunyai hubungan terbuka dengan bronkus atau dengan dunia luar; tekanan di dalam
rongga pleura sama dengan tekanan di udara bebas.
(c) Pneumotoraks tertutupDi mana fistelnya tertutup udara di dalam rongga
pleura, terkurung, dan biasanya akan diresobsi spontan.

Pembagian pneumotoraks berdasarkan jenis fistelnya ini sewaktu-waktu dapat berubah.


Pneumotoraks tertutup sewaktu-waktu dapat berubah menjadi pneumotoraks terbuka, dan dapat
pula berubah menjadi pneumotoraks ventil. 4,5,6

INSIDEN DAN PREVALENSI


Pencatatan tentang insiden dan prevalensi hidropneumothorak belum ada dilkakukan,
namun insiden dan prevalensi pneumotoraks berkisar antara 2,4 - 17,8 per 100.000 penduduk per
tahun. Menurut Barrie dkk, seks ratio laki-laki dibandingkan dengan perempuan 5:1. Ada pula
peneliti yang mendapatkan 8:1. Pneumotoraks lebih sering ditemukan pada hemitoraks kanan
daripada hemitoraks kiri. Pneumotoraks bilateral kira-kira 2% dari seluruh pneumotoraks
spontan. Insiden dan prevalensi pneumotoraks ventil 3 5% dari pneumotoraks spontan.
Kemungkinan berulangnya pneumotoraks menurut James dan Studdy 20% untuk kedua kali,dan
50% untuk yang ketiga kali . 4,5,6

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS


Pneumotoraks spontan terjadi oleh karena pecahnya bleb atau kista kecil yang
diameternya tidak lebih dari 1-2 cm yang berada di bawah permukaan pleura viseralis, dan sering
ditemukan di daerah apeks lobus superior dan inferior. Terbentuknya bleb ini oleh karena adanya
perembesan udara dari alveoli yang dindingnya ruptur melalui jaringan intersisial ke lapisan
jaringan ikat yang berada di bawah pleura viseralis. Sebab pecahnya dinding alveolus ini belum
diketahui dengan pasti, tetapi diduga ada dua faktor sebagai penyebabnya.
1) Faktor infeksi atau radang paru.
Infeksi atau radang paru walaupun minimal akan membentuk jaringan parut
pada dinding alveoli yang akan menjadi titik lemah.
2) Tekanan intra alveolar yang tinggi akibat batuk atau mengejan.
Mekanisme ini tidak dapat menerangkan kenapa pneumotoraks spontan sering terjadi
pada waktu penderita sedang istirahat. Dengan pecahnya bleb yang terdapat di bawah pleura
viseralis, maka udara akan masuk ke dalam rongga pleura dan terbentuklah fistula bronkopleura.
Fistula ini dapat terbuka terus, dapat tertutup, dan dapat berfungsi sebagai ventil4,5,6

DIAGNOSIS
Anamnesis
Biasanya ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada seperti ditusuk,
disertai sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan batuk- batuk. Rasa nyeri dan sesaknafas
ini makin lama dapat berkurang atau bertambah hebat. Berat ringannya perasaan sesak nafas ini
tergantung dari derajat penguncupan paru, dan apakah paru dalam keadaan sakit atau tidak. Pada
penderita dengan COPD, pneumotoraks yang minimal sekali pun akan menimbulkan sesak nafas
yang hebat.
Sakit dada biasanya datang tiba-tiba seperti ditusuk-tusuk se tempat pada sisi paru yang
terkena, kadang-kadang menyebar ke arah bahu, hipokondrium dan skapula. Rasa sakit
bertambah waktu bernafas dan batuk. Sakit dada biasanya akan berangsur-angsur hilang dalam
waktu satu sampai empat hari.
Batuk-batuk biasanya merupakan keluhan yang jarang bila tidak disertai penyakit paru
lain; biasanya tidak berlangsung lama dan tidak produktif.
Keluhan keluhan tersebut di atas dapat terjadi bersama sama atau sendiri sendiri,
bahkan ada penderita pneumotoraks yang tidak mempunyai keluhan sama sekali. Pada penderita
pneumotoraks ventil, rasa nyeri dan sesak nafas ini makin lama makin hebat, penderita gelisah,
sianosis, akhirnya dapat mengalami syok karena gangguan aliran darah akibat penekanan udara
pada pembuluh darah di mediastinum4,5,6

Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi, mungkin terlihat sesak nafas, pergerakan dada berkurang, batuk-
batuk, sianosis serta iktus kordis tergeser kearah yang sehat.
b) Palpasi, mungkin dijumpai spatium interkostalis yang melebar Stemfremitus
melemah, trakea tergeser ke arah yang sehat dan iktus kordis tidak teraba atau tergeser ke arah
yang sehat.
c) Perkusi; Mungkin dijumpai sonor, hipersonor sampai timpani.
d) Auskultasi; mungkin dijumpai suara nafas yang melemah, sampai menghilang.

Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan Rontgen foto toraks. Pada rontgen foto
toraks P.A akan terlihat garis penguncupan paru yang halus seperti rambut. Apabila
pneumotoraks disertai dengan adanya cairan di dalam rongga pleura, akan tampak gambaran
garis datar yang merupakan batas udara dan caftan. Sebaiknya rontgen foto toraks dibuat dalam
keadaan ekspirasi maksimal.4,5,6

KOMPLIKASI
1. Infeksi sekunder sehingga dapat menimbulkan pleuritis, empiema ,
hidropneumotoraks.
2. Gangguan hemodinamika.Pada pneumotoraks yang hebat, seluruh mediastinum
dan jantung dapat tergeser ke arah yang sehat dan mengakibatkan penurunan kardiak "output",
sehingga dengan demikian dapat menimbulkan syok kardiogenik.
3. Emfisema; dapat berupa emfisema kutis atau emfisema mediastinalis 4,5

DIAGNOSIS BANDING
1. Emfisema pulmonum
2. Kavitas raksasa
3. Kista paru
4. Infarkjantung
5. Infark paru
6. Pleuritis
7. Abses paru dengan kavitas 4,5

PENATALAKSANAAN
Setelah diagnosis pneumotoraks dapat ditegakkan, langkah selanjutnya yang terpenting
adalah melakukan observasi yang cermat. Oleh karena itu penderita sebaiknya dirawa di rumah
sakit, mengingat sifat fistula pneumotoraks dapat berubah sewaktu-waktu yaitu dari
pneumotoraks terbuka menjadi tertutup ataupun ventil. Sehingga tidak jarang penderita yang
tampaknya tidak apa-apa tiba-tiba menjadi gawat karena terjadi pneumotoraks ventil atau
perdarahan yang hebat. Kalau kita mempunyai alat pneumotoraks, dengan mudah kita dapat
menentukan jenis pneumotoraks apakah terbuka, tertutup, atau ventil.
Apabila penderita datang dengan sesak nafas, apalagi kalau sesak nafas makin lama
makin bertambah kita harus segera mengambil tindakan. Tindakan yang lazim dikerjakan ialah
pemasangan WSD (Water Seal Drainage). Apabila penderita sesak sekali sebelum WSD dapat
dipasang, kita harus segera menusukkan jarum ke dalam rongga pleura. Tindakan sederhana ini
akan dapat menolong dan menyelamatkan jiwa penderita. Bila alat-alat WSD tidak ada, dapat
kita gunakan infus set, dimana jarumnya ditusukkan ke dalam rongga pleura ditempat yang
paling sonor waktu diperkusi. Sedangkan ujung selang infus yang lainnya dimasukkan ke dalam
botol yang berisi air.
Pneumotoraks tertutup yang tidak terlalu luas (Kurang dari 20% paru yang kolaps) dapat
dirawat secara konservatif, tetapi pada umumnya untuk mempercepat pengembangan paru lebih
baik dipasang WSD.
Pneumotoraks terbuka dapat dirawat secara konservatif dengan mengusahakan penutupan
fistula dengan cara memasukkan darah atau glukosa
hipertonis kedalam rongga pleura sebagai pleurodesi. Ada juga para ahli yang
mengobati pneumotoraks terbuka dengan memasang WSD disertai penghisap terus
menerus.4,5

WAKTU PENCABUTAN KAPAN WSD


WSD dicabut apabila paru telah mengembang sempurna. Untuk mengetahui paru sudah
mengembang ialah dengan jalan penderita disuruh batuk- batuk, apabila diselang WSD tidak
tampak lagi fluktuasi permukaan cairan, kemungkinan besar paru telah mengembang dan juga
disesuaikan dengan hasil pemeriksaan fisik. Untuk mengetahui secara pasti paru telah
mengembang dilakukan Rontgen foto toraks.
Setelah dipastikan bahwa paru telah mengembang sempurna, sebaiknya WSD jangan
langsung dicabut tapi diklem dulu selama 3 hari. Setelah 3 hari klem dibuka. Apabila paru masih
tetap mengembang dengan baik baru selang WSD dicabut. Selang WSD dicabut pada waktu
penderita Ekspirasi maksimal . 4,5,8

TEKNIK PEMASANGAN WSD


Tempat pemasangan drain sebaiknya ialah :
a. Linea aksilaris media pada sela iga 6 atau sela iga ke 7.
b. Linea media klavikularis pada sela iga ke dua.
Setelah dilakukan desinfeksi kulit, maka dilakukan anestesi setempat dengan cara
infiltrasi pada daerah kulit sampai pleura. Kemudian dibuat sayatan kulit sepanjang 2 cm sampai
jaringan di bawah kulit. Pleura parietalis ditembus dengan jarum pungsi yang pakai trokar dan
mandrin. Setelah tertem- bus, mandrin dicabut akan terasa keluar udara. Kemudian mandrin
diganti dengan kateter yang terlebih dahulu telah diberi lobang secukupnya pada ujungnya.
Setelah kateter masuk rongga pleura trokar dicabut dan pangkal kateter disambung dengan
selang yang dihubungkan dengan botol yang berisi air, di mana ujungnya terbenam 2 cm.
Kateter diikat dengan benang yang dijahitkan kepada kulit sambil menutup luka. 4,5,8

DAFTAR PUSTAKA
1. http://www. Lemon. Medical symposium.com
2. http://www. medhelp. org Imedikal Dictionary Putau J, dkk. Piopneumotoraks
dengan Bronkopleura. Laporan Kasus. http://www. med UNHAS. ac. Id.
3. Amirulloh R. Penatalaksanaan Pneumotoraks di dalam Praktek. http://www.
kalbe.co.id.
4. http://www. Turkishrespiratory journal.com
5. Alsagaff H, Mukti A. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University
Press.edisi 2. Surabaya: 2002.
6. http://intensivecare.hsnet.nsw.gov.
7. http://www.learningradiology.com

Anda mungkin juga menyukai