Alasan Diperlukan Tata Kelola Yg Baik Dan Etika Bisnis
Alasan Diperlukan Tata Kelola Yg Baik Dan Etika Bisnis
Disusun oleh:
Kelompok 3
Gilang Anwar Hakim
Lujain Ayu Astuty
Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis
perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori
keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya
hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan
pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama
yang disebut nexus of contract.
Jensen dan Meckling(1976) mendefinisikan hubungan keagenan (agency
relationship)sebagai berikut:
"an agency relationship as a contract under which one or more persons(the principal(s))
engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves
delegating some decision making authorityto the agent"
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal)
memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi
wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah
pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka
diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal.
Hubungan Prinsipal dan Agen
- Pemegang Saham dan Manajemen
Hubungan keagenan dalam teori agensi muncul karena adanya hubungan kerja antara
pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang
menerima wewenang (agen) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama dimana
prinsipal mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada agen dalam
mengelola kekayaan investor (Brigham dan Houston, 2004). Investormempunyai
harapan bahwa dengan mendelegasikan wewenang pengelolaan tersebut
akanmemperoleh keuntungan dengan bertambahnya kekayaan dan kemakmuran
investor. Sedangkan manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak
mengetahuiinformasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan
datangdibandingkan pemilik (pemegang saham atau investor). Oleh sebab itu,
manajer mempunyaikewajiban memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan
kepada pemilik.Informasi yang diberikan oleh manajer dapat dilakukan dengan
mengungkapkan informasi akuntansiseperti laporan keuangan perusahaan.
- Pemegang Saham Publik dan Pemegang Saham Pengendali
Gilson dan Gordon (2003) mengemukakan bahwa masalah keagenan dapat dilihat dari
dua sisi, yaitu masalah keagenan pertama antara pemegang saham dan manajemen
serta masalah keagenan kedua antara pemegang saham pengendali dan pemegang
saham non pengendali (pemegang saham publik). Masalah keagenan antara pemegang
sahamdan manajemen muncul karena adanya pemisahan kepemilikan dan
kontrol,sedangkan masalah keagenan antara pemegang saham pengendali dan
pemegang saham non pengendali muncul karena adanya insentif dan kemampuan
pemegangsaham pengendali untuk mendapatkan manfaat privat atas kontrol. Manfaat
privatinilah yang mendorong pemegang saham pengendali untuk
mempertahankankontrol perusahaan. Manfaat privat atas kontrol lebih besar
apabilakepemilikannya terkonsentrasi.Pemegang saham pengendali memiliki kontrol
terhadap perusahaan melebihi hak aliran kasnya. Dengan konsentrasikepemilikan
seperti ini, muncul konflik keagenan antara pemegang sahampengendali dengan
pemegang saham non pengendali. Pemegang sahampengendali mampu secara efektif
mempengaruhi kebijakan manajemen atau bahkan menentukan manajemen. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa adapermasalahan pemisahan hak aliran kas dan hak
kontrol. Hak kontrol merupakanhak suara untuk mengambil keputusan penting. Hak
aliran kas merupakan klaimterhadap dividen.
- Kreditur dan Manajemen
Penggunaan utang atau dana masyarakat dapat menimbulkan masalah keagenan pada
saat manajer memutuskan untuk melakukaninvestasi yang berisiko tinggi. Keputusan
semacam itu bila berjalan baikakan sangat menguntungkan bagi bank, namun jika
gagal akan sangatmerugikan bagi kreditur. Disisi lain utang juga akan mendorong
manajemen untukmenyerahkan arus kas bebas kepada pemegang saham yang
selanjutnyadigunakan untuk membayar kembali kewajiban atau untuk
reinvestasi(Jensen 1986). Penggunaan utang menjadi sebuah alat insentif bagi manajer
untuk lebih berhati-hati guna mengindari ancaman kebangkrutan.
- Pemangku Kepentingan Lainnya dan Manajemen
Menurut Van der Stede (2007), tata kelola perusahaan merujuk pada seperangkat
mekanisme dan proses yang membantu memastikan bahwa perusahaan diarahkan dan
dikelola untuk menciptakan nilai bagi pemiliknya sementara secara bersamaan
memenuhi tanggung jawab kepada para pemangku kepentingan lain (misalnya
karyawan, pemasok, masyarakat pada umumnya).
Pemicu Konflik Kepentingan dan Masalah Keagenan Yang Timbul (Informasi
perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen disebut dengan agency problems. Salah
oleh prinsipal dan agen, ketika prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup tentang
kinerja agen, sebaliknya agen memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri,
lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan. Jensen dan Meckling (1976)
1. Moral hazard, yaitu permasalahan muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang
disepakati bersama dalam kontrak kerja.
2. Adverse selection, yaitu suatu keadaan di mana prinsipal tidak dapat mengetahui
apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi
yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.
Selain itu, masalah keagenan juga dapat terjadi apabila bagian kepemilikan manajer
atas saham perusahaan kurang dari seratus persen (Masdupi, 2005). Dengan proporsi
kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung bertindak
untuk kepentingan pribadi(self interest) dan bukan untuk memaksimumkan
perusahaan.Inilah yang nantinya akan menyebabkan biaya keagenan (agency cost).
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency cost sebagai jumlah dari biaya yang
dikeluarkan prinsipal untuk melakukan pengawasan terhadap agen.
Menurut teori keagenan, konflik antara prinsipal dan agen dapat dikurangi dengan
mensejajarkan kepentingan antara prinsipal dan agen. Kehadiran kepemilikan saham oleh
manajerial (insider ownership) dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yang
berpotensi timbul, karena dengan memiliki saham perusahaan diharapkan manajer
merasakan langsung manfaat dari setiap keputusan yang diambilnya.
Peran Tata Kelola dan Tata Kelola Bisnis Untuk Mengatasi Konflik Kepentingan
Masalah-masalah keagenan dapat diatasi dengan tata kelola perusahaan(corporate
governance).Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak
kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal
lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu
sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.Berdasarkan teori keagenan, ada 2
macam corporate governance yaitu bad dan good (Armstrong, 2009).Bad corporate
governance berarti perusahaan mengalami konflik keagenan yang serius antara pemegang
saham dan manajer, serta biaya kontrak.Sedangkan good corporate governance berarti
perusahaan dapat mengurangi konflik keagenan antara pemegang saham dan manajer, serta
biaya kontrak.
Good Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai struktur, sistem, dan proses
yang digunakan oleh pihak-pihak internal maupun eksternal yang berkaitan dengan
perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara
berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa GCG merupakan:
- Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan
komisaris, direksi, pemegang saham, dan para stakeholder lainnya.
- Suatu sistem pengawasan dan keseimbangan kewenangan atas pengendalian
perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang, yaitu pengelolaan yang
salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.
- Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, berikut
dengan pengukuran kinerjanya.
- Transparansi
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses
dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif
untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh
pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.Pedoman pokok
pelaksanaannya:
a Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas,
akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan
sesuai dengan haknya.
b Informasi yang harus diungkapkan meliputi tetapi tidak terbatas pada, visi, misi,
sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi
pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi
dan anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan
perusahaan lainnya, sistem manajemen resiko, sistem pengawasan dan
pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya,
dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.
c Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban
untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.
d Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan
kepada pemangku kepentingan.
- Akuntabilitas
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan
wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan
kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang
saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang
diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.Pedoman pokok
pelaksanaannya:
a Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing
pihak perusahaan yang bersangkutan dan semua karyawan secara jelas dan selaras
dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate values), dan strategi
perusahaan.
b Perusahaan harus meyakini bahwa semua pihak perusahaan yang berkepentingan
dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung
jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.
c Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif
dalam pengelolaan perusahaan.
d Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang
konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan
sanksi (reward and punishment system).
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap pihak perusahaan yang
bersangkutan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman
perilaku (code of conduct) yang telah disepakati.
- Responsibilitas
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan
tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good
corporate citizen.Pedoman pokok pelaksanaannya:
a Pihak-pihak perusahaan yang berkepentingan harus berpegang pada prinsip kehati-
hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,
anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-laws).
b Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli
terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan
dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.
- Independensi
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan
tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.Pedoman pokok pelaksanaannya:
a Masing-masing pihak perusahaan yang bersangkutan harus menghindari terjadinya
dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas
dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau
tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.
b Masing-masing karyawan perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya
sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak saling
mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain.
- Kewajaran (fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas
kewajaran dan kesetaraan.Pedoman pokok pelaksanaannya:
a Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk
memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan
serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi
dalam lingkup kedudukan masing-masing.
b Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku
kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada
perusahaan.
c Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan
karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa
membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik.
menjelang akhir tahun 1990-an, muncul inisiatif untuk menguatkan kerangka tata kelola
perusahaan, baik di tingkat nasional maupun regional.Studi yang dilakukan oleh Asian
ekonomi tersebut yakni lemahnya tata keola perusahaan.Dengan demikian, krisis Asia
menjadi momentum penting yang mendorong urgensi reformasi tata kelola perusahaan di
pada tahun 1999, yang kemudian direvisi pada tahun 2001 dan 2006.
yang baik di Indonesia antara lain, Indonesian Institute for Corporate Directorship
penilaian praktik tata kelola, serta menyediakan indeks persepsi tata kelola secara
tahunan.
4
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Peseroan Terbatas (UUPT) yang
terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris, dan
Komisaris dan Direksi, serta elemen tata kelola perusahaan lainnya.Revisi UUPT
menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik pun telah terbangun.
telah dilaksanakan sejak tahun 2002.Acara ini merupakan hasil kerja sama 7
Pada awalnya, ARA diikuti oleh 83 perusahaan, dan tahun 2013 diikuti oleh
234 peserta.
b Capital Market Awards
Bursa Efek Indonesia mulai mengadakan Capital Market Awards pada tahun
2006, dengan tujuan utama untuk mendorong penerapan standar dan praktik
bisnis yang baik dan berkelanjutan oleh perusahaan tercatat dan Perusahaan
Efek, yang diantaranya meliputi praktik tata kelola perusahaan yang baik.
c IICD Corporate Governance Award
Penghargaan ini diadakan oleh IICD pertama kali pada tahun 2009 dan
IICG.
Instrumen Penilaian dan Bukti Empiris Terhadap Praktek Tata Kelola di Indonesia dan
ASEAN
Untuk mengukur kemajuan pasar modal Indonesia dalam menerapkan tata kelola
penilaian terhadap praktik tersebut sudah dilakukan oleh beberapa lembaga internasional.
Penilaian terhadap tata kelola perusahaan di Indonesia yang dilakukan oleh lembaga
komunitas keuangan internasional. The Word Bank dan The Monetary Fund
Tata Kelola Perusahaan yang disusun oleh Organisation for Economic Co-
Reports on the Observance of Standards and Codes (ROSC). Tujuan dari inisiatif
Penilaian ROSC atas tata kelola perusahaan dilakukan dengan menilai kerangka
Scorecard) diperkenalkan sebagai suatu alat untuk memeringkat kinerja tata kelola
penjabaran lebih rinci dari prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang diterbitkan
CG Scorecard didasarkan pada dokumentasi yang dapat diakses oleh publik, dan
ASEAN dengan tata kelola yang baik, dan dapat dipromosikan kepada investor
mancanegara.