1. Analisa kasus
Dalam skenario :
Rina umur 10tahun sudah 3 hari mengalami demam. Demam naik turun dan pada
hari ketiga demam turun sampe 37C. Demam disertai nyeri kepala dan mual
muntah, nafsu makan menurun dan 5hari tidak buang air besar.
Pemeriksaan fisik didapatkan hepatomegali dan rumpleed tes (+)
Pemeriksaan laboratorium:
- Leukosit 12300
- Trombosit 90.700 ul,
- Hematocrit 40%
Laboratorium
Trombositopenia (100 000/l atau kurang)
Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas
kapiler, dengan manifestasi sebagai berikut:
o Peningkatan hematokrit 20% dari nilai standar
o Penurunan hematokrit 20%, setelah mendapat terapi
cairan
o Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium
(atau hanya peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan
Diagnosis Kerja DBD.
Analisa kasus
Gambaran klinis
Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang
diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah
tidak demam, akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika
tidak mendapat pengobatan adekuat.
Pada hari pertama sakit, penderita panas mendadak secara terus-menerus
dan badan terasa lemah atau lesu. Pada hari kedua atau ketiga akan timbul
bintik-bintik perdarahan, lembam atau ruam pada kulit di muka, dada,
lengan atau kaki dan nyeri ulu hati serta kadang-kadang mimisan, berak
darah atau muntah. Antara hari ketiga sampai ketujuh, panas turun secara
tiba-tiba. Kemungkinan yang selanjutnya adalah penderita sembuh atau
keadaan memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung tangan dan kaki
dingin dan banyak mengeluarkan keringat. Bila keadaan berlanjut, akan
terjadi renjatan (lemah lunglai, denyut nadi lemah atau tidak teraba)
kadang kesadarannya menurun.
Pada saat awal pasien dating, belum selalu dapat ditegakkan diagnosis DBD
dengan tepat, maka sebagai pedoman tatalaksana awal dapat di bagi dalam
beberapa bagan, yaitu DBD derajat l,ll,lll, lV.
Dalam skenario :
Pada saat anamnesis dokter menanyakan kepada ibu Rina tentang keadaan
lingkungan sekitar tempat tinggal Rina dan diketahui bahwa rumah Rina berada
dekat dengan sungai dan disekitarnya tampak tumpukan kaleng dan ban-ban
bekas.
Pengendalian:
Pengasapan atau fogging bermanfaat membunuh nyamuk Aedes dewasa
untuk mencegah penyebaran demam berdarah. Hingga kini, belum ada vaksin
atau obat antivirus bagi penyakit ini. Tindakan paling efektif untuk menekan
epidemi demam berdarah adalah dengan mengontrol keberadaan dan sedapat
mungkin menghindari vektor nyamuk pembawa virus dengue. Pengendalian
nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
yang tepat, yaitu:
Pengendalian Lingkungan : Pencegahan demam berdarah dapat dilakukan
dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara lain dengan menguras bak
mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu,
mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali,
menutup dengan rapat tempat penampungan air, mengubur kaleng-kaleng
bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah, dan perbaikan desain rumah.
Sumber :
- Setiati, S. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi Vl. Interna
Publishing. Jakarta
- Fathi, Soedjadjadi K dan Chatarina, U W. 2010. Peran Faktor
Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan Demam
Berdarah Dengue di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Vol. 2 No. Mataram
- Kristina, Isminah, Wulandari L (2004) "Demam Berdarah Dengue"
Litbang Depkes
- Sukohar. 2014. Demam Berdarah Dengue (DBD). Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung. Medula, Volume 2, Nomor
2, Februari 2014.
Jika ada kasus yang dilaporkan, maka akan ditindaklanjuti dengan penyelidikan
epidemiologi untuk melihat intensitas masalah yang terjadi. Uraian tentang
penyelidikan epidemiologiDari hasil penyelidikan epidemiologi, kemudian
disimpulkan ada tidaknya kejadian KLB DBD. KLB DBD ditegakkan jika ada
peningkatan jumlah kasus DBD dan Dengue Syok Sindrom (DSS) di suatu
desa/kelurahan/wilayah lebih luas, 2 kali lipat atau lebih dalam kurun waktu 1
minggu/bulan dibanding minggu/bulan sebelumnya atau bulan yang sama tahun
lalu.
Kegiatan Penanggulangan KLB DBD
Jika terjadi KLB, maka kegiatan tersebut di bawah ini harus dilakukan:
a. Pengobatan/perawatan penderita
b. Penyelidikan epidemiologi
c. Pemberantasan vektor
d. Penyuluhan kepada masyarakat
e. Evaluasi/penilaian penanggulangan KLB
Evaluasi kegiatan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB)
Tujuan evaluasi epidemiologi adalah mengetahui dampak upaya penanggulangan
terhadap jumlah penderita dan jumlah kematian akibat DBD. Penilaian dilakukan
dengan cara membandingkan data kasus/kematian sebelum dan sesudah usaha
penanggulangan DBD. Data kemudian dibandingkan pula dengan bulan yang
sama pada tahun sebelumnya.
Sumber :
- Fathi, Soedjadjadi K dan Chatarina, U W. 2010. Peran Faktor
Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan Demam
Berdarah Dengue di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Vol. 2 No. Mataram
Blok 22
LEARNING OBJECTIVES
Skenario 3
Disusun oleh:
N 101 13 095
KELOMPOK 13