C. PELAKSANAAN
Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dilakukan oleh dokter, petugas kesehatan,
Perangkat Desa dan kader Puskesmas Wangi-wangi. Dilaksanakan di Desa Tindoi Timur,
Kecamatan Wangi-wangi pada hari Rabu,15 Januari 2020. PSN dilaksanakan pada pukul
09.00 WITA dan berakhir pada pukul 11.00 WITA.
1
memberantas jentik nyamuk terutama di lingkungan seperti mengurangi sampah yang bisa
menjadi wadah tertampungnya air tempat perkembangbiakan jentik.
Namun sampai saat ini masih ditemukan jentik dirumah dan lingkungan di sekitar rumah.
Terutama di tempat penampungan air di bak mandi, penampungan air hujan, dan
penampungan/pembuangan air dispenser.
Sehingga saat ini perangkat desa sedang menyiapkan tower penampungan air yang cukup
efisien mengurangi perkembangbiakan jentik nyamuk karena tempatnya yang tertutup. Hal
ini masih terus diupayakan mengingat kurangnya air bersih di Desa Waginopo merupakan
faktor warga menampung air hujan. Sehingga kami hanya bisa mengedukasi kalua memang
tidak bisa menguras air, cukup membuang jentik yang ditemukan tanpa menguras semua air
atau memberikan bubuk abate.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20%), disertai dengan atau tanpa
perbesaran hati. (Depkes RI, 2005)
2. Etiologi
Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan
virus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat
menyebabkan penyakit demam berdarah. Keempat virus tersebut adalah DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Gejala demam berdarah baru muncul saat seseorang
yang pernah terinfeksi oleh salah satu dari empat jenis virus dengue mengalami
infeksi oleh jenis virus dengue yang berbeda.
3. Gejala Klinis DBD
Demam dengue ditandai oleh gejala-gejala klinik berupa demam, tanda-tanda
perdarahan, hematomegali dan syok. Gejala - gejala tersebut yaitu demam tinggi
yang mendadak, terus – menerus berlangsung selama 2 sampai 7 hari, naik turun
(demam bifosik). Kadang – kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 400C dan
dapat terjadi kejan demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada demam
berdarah dengue. Pada saat fase demam sudah mulai menurun dan pasien seakan
sembuh hati – hati karena fase tersebut sebagai awal kejadian syok, biasanya pada
hari ketiga dari demam
4. Tanda Perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien demam berdarah adalah vaskulopati,
trombositopenia gangguan fungsi trombosit serta koagulasi intravasculer yang
menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak adalah perdarahan bawah kulit seperti
petekie, purpura, ekimosis dan perdarahan. Petekie merupakan tanda perdarahan
yang sering ditemukan. Muncul pada hari pertama demam tetapi dapat pula
dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam. Perdarahan lain yaitu, epitaxis, perdarahan
gusi, melena dan hematemesis.
5. Kriteria Diagnosis DBD
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun
1999 terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium. Penggunaan kriteria ini
dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis)
a. Kriteria Klinis
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus
selama 2- 7 hari. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan: Uji
tourniquet positif. petechiae, ekimosis, puerpura, perdarahan mukosa,
epistaksis, perdarahan gusi, 20 hematemesis, pembesaran hati, syok, ditandai
nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan
tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah (Depkes RI, 2004).
b. Laboratorium:
Trombositopenia (100.000/uI atau kurang), hemokonsentrasi Dua kriteria
pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi atau peningkatan
hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. Efusi pleura dan
atau hipoalbumnemia dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien
3
anemia dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok, peningkatan hemotokrit
dan adanya trombositopenia mendukung diagnosis DBD.
Derajat penyakit Demam Berdarah Dengue dapat diklasifikasikan dalam 4
derajat: (WHO,1999)
Derajat I : demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan ialah uji tourniquet.
Derajat II: Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lainnya.
Derajat III: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat,
tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,
sianosis di sekitar mulut, kaki dingin dan lembab dan tampak
gelisah.
Derajat IV: syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak
terukur.
4
dengan temphos ini mempunyai efek residu 3 bulan. Racun pembasmi jentik
ini aman meskipun digunakan ditempat penampungan air (TPA) yang aimya
jernih untuk mencuci atau air minum sehari-hari. Selain itu dapat digunakan
pula racun pembasmi jentik yang lain seperti : Bacillus thuringiensis var
israeiensis (Bti) atau Altosid golongan insect growth regulator.
d. Pemantauan Jentik Berkala (PJB)
Pemantauan jentik berkala dilakukan setiap 3 bulan di rumah dan tempat-
tempat umum. Untuk pemantauan jentik berkala di rumah dilakukan
pemeriksaan sebanyak 100 rumah sampel untuk setiap desa/kelurahan. Hasil
PJB ini diinformasikan pihak kesehatan kepada kepala wilayah/daerah
setempat sebagai evaluasi dan dasar penggerakkan masyarakat dalam PSN
DBD. Diharapkan angka bebas jentik (ABJ) setiap kelurahan / desa dapat
mencapai > 95% akan dapat menekan penyebaran penyakit DBD. Selain itu
juga dilakukan pemeriksaan jentik pada semua rumah sakit dan puskesmas.
Sedangkan untuk sekolah dan tempat umum lainnya dilakukan secara sampling
bila tidak dapat diperiksa seluruhnya (Hadinegoro, 2001).
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “4M Plus”, yaitu
menutup, menguras, mengubur, memantau. Selain itu juga melakukan beberapa
plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida,
menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala,
dll.
5
DAFTAR PUSTAKA
Hasan Amrul, Eka S. 2013. Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD Dan
Pencegahan Gigitan Nyamuk Aedes aegypti dengan Kejadian DBD.Jurnal Kesehatan ,
4(1):256-63.
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI. 1992. Pemberantasan
Penyakit Demam Berdarah. Litbang., Depkes., Jakarta.
Rosdiana. 2010. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Prilaku dengan Pelaksanaan
Pemberantasan Sarang Nyamuk di RT 02 Desa Loa Janan Ulu Puskesmas Loa Janan
Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur .Thesis. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret
Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. 2012. Buku ajar infeksi dan pediatri
tropis. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. p. 155-66.
World Health Organisation. 1999. Demam Berdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan,
Pencegahan, dan Pengendalian. Depkes. RI, Jakarta.