Anda di halaman 1dari 6

Topik:

PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK MELALUI GERAKAN “4M PLUS” PADA


WILAYAH KERJA PUSKESMAS WANGI-WANGI

A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN


Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit infeksi yang ditandai dengan
gejala klinis berupa demam bifasik, bintik-bintik perdarahan (petekie) spontan, nyeri otot,
nyeri sendi, nyeri pada pergerakan bola mata dengan / tanpa ruam (rash) dan dicirikan dengan
adanya peningkatan hematokrit, penumpukan cairan tubuh, serta abnormalitas hemostasis
karena trombositopenia.
Penyebab DBD ini adalah virus Dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4) yang dibawa
oleh vektor nyamuk genus Aedes (terutama A.Aegpty dan A.Albopticus). Nyamuk ini
berkembang biak di air bersih misalnya di bak mandi pot tanaman dan kaleng bekas.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh bagian Kesehatan Lingkungan Puskesmas
Wangi-wangi pada akhir tahun 2019 hingga awal tahunn 2020 terdapat 27 kasus DBD di
wilayah kerja Puskesmas Wangi-wangi, dengan persentase tertinggi berada di daerah Wanci.
Angka tersebut diperkirakan akan meningkat dengn masih bertambahnya kasus Tersangka
infeksi virus dengue. Angka kesakitan ini meningkat dari tahun 2018.
Dalam menekan kejadian DBD, pencegahan adalah cara yang paling tepat yakni
membasmi vektor penyebab penularan virus Dengue melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) lewat gerakan 4M Plus. Gerakan 4M plus meliputi gerakan menguras, menutup,
mengubur, dan memantau ditambah dengan plus mencegah gigitan nyamuk, misalnya dengan
memakai lotion anti nyamuk, menggunakan larvasida dan memelihara ikan pemakan jentik
nyamuk. Diharapkan melalui gerakan 4 M Plus ini, Angka Bebas Jentik (ABJ) semakin
meningkat setiap tahunnya.

B. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Dalam melaksanakan upaya kesehatan lingkungan, salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk memberantas DBD yaitu dengan pemberantasan sarang nyamuk demam
berdarah dengan 4M plus. PSN dilaksanakan dalam rangka mengendalikan
perkembangbiakan nyamuk demam berdarah dan mencegah demam berdarah.

C. PELAKSANAAN
Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dilakukan oleh dokter, petugas kesehatan,
Perangkat Desa dan kader Puskesmas Wangi-wangi. Dilaksanakan di Desa Tindoi Timur,
Kecamatan Wangi-wangi pada hari Rabu,15 Januari 2020. PSN dilaksanakan pada pukul
09.00 WITA dan berakhir pada pukul 11.00 WITA.

D. MONITORING DAN EVALUASI


Desa Tindoi Timur merupakan salah satu wilayah yang pernah ditemukan kasus DBD yang
pertama kali terjadi. Hal ini membuat masyarakat semangat dan lebih aktif dalam mencegah
penyakit DBD. Warga desa Tindoi Timur sudah memiliki kesadaran yang cukup baik dalam

1
memberantas jentik nyamuk terutama di lingkungan seperti mengurangi sampah yang bisa
menjadi wadah tertampungnya air tempat perkembangbiakan jentik.
Namun sampai saat ini masih ditemukan jentik dirumah dan lingkungan di sekitar rumah.
Terutama di tempat penampungan air di bak mandi, penampungan air hujan, dan
penampungan/pembuangan air dispenser.
Sehingga saat ini perangkat desa sedang menyiapkan tower penampungan air yang cukup
efisien mengurangi perkembangbiakan jentik nyamuk karena tempatnya yang tertutup. Hal
ini masih terus diupayakan mengingat kurangnya air bersih di Desa Waginopo merupakan
faktor warga menampung air hujan. Sehingga kami hanya bisa mengedukasi kalua memang
tidak bisa menguras air, cukup membuang jentik yang ditemukan tanpa menguras semua air
atau memberikan bubuk abate.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEMAM BERDARAH DENGUE


1. Pengertian
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty.
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan dapat juga ditularkan oleh
Aedes albopictus, yang ditandai dengan : Demam tinggi mendadak, tanpa sebab
yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari, manifestasi perdarahan,
termasuk uji Tourniquet positif, trombositopeni (jumlah trombosit ≤ 100.000/µl),

2
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20%), disertai dengan atau tanpa
perbesaran hati. (Depkes RI, 2005)
2. Etiologi
Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan
virus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat
menyebabkan penyakit demam berdarah. Keempat virus tersebut adalah DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Gejala demam berdarah baru muncul saat seseorang
yang pernah terinfeksi oleh salah satu dari empat jenis virus dengue mengalami
infeksi oleh jenis virus dengue yang berbeda.
3. Gejala Klinis DBD
Demam dengue ditandai oleh gejala-gejala klinik berupa demam, tanda-tanda
perdarahan, hematomegali dan syok. Gejala - gejala tersebut yaitu demam tinggi
yang mendadak, terus – menerus berlangsung selama 2 sampai 7 hari, naik turun
(demam bifosik). Kadang – kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 400C dan
dapat terjadi kejan demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada demam
berdarah dengue. Pada saat fase demam sudah mulai menurun dan pasien seakan
sembuh hati – hati karena fase tersebut sebagai awal kejadian syok, biasanya pada
hari ketiga dari demam
4. Tanda Perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien demam berdarah adalah vaskulopati,
trombositopenia gangguan fungsi trombosit serta koagulasi intravasculer yang
menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak adalah perdarahan bawah kulit seperti
petekie, purpura, ekimosis dan perdarahan. Petekie merupakan tanda perdarahan
yang sering ditemukan. Muncul pada hari pertama demam tetapi dapat pula
dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam. Perdarahan lain yaitu, epitaxis, perdarahan
gusi, melena dan hematemesis.
5. Kriteria Diagnosis DBD
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun
1999 terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium. Penggunaan kriteria ini
dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis)
a. Kriteria Klinis
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus
selama 2- 7 hari. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan: Uji
tourniquet positif. petechiae, ekimosis, puerpura, perdarahan mukosa,
epistaksis, perdarahan gusi, 20 hematemesis, pembesaran hati, syok, ditandai
nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan
tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah (Depkes RI, 2004).
b. Laboratorium:
Trombositopenia (100.000/uI atau kurang), hemokonsentrasi Dua kriteria
pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi atau peningkatan
hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. Efusi pleura dan
atau hipoalbumnemia dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien

3
anemia dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok, peningkatan hemotokrit
dan adanya trombositopenia mendukung diagnosis DBD.
Derajat penyakit Demam Berdarah Dengue dapat diklasifikasikan dalam 4
derajat: (WHO,1999)
Derajat I : demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan ialah uji tourniquet.
Derajat II: Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lainnya.
Derajat III: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat,
tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,
sianosis di sekitar mulut, kaki dingin dan lembab dan tampak
gelisah.
Derajat IV: syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak
terukur.

B. PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DBD


1. Pengertian
PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) adalah upaya untuk mengurangi jumlah
nyamuk dengan melakukan pemberantasan pada jentiknya. Karena fogging yang
selama ini dilakukan hanya membunuh sebagian nyamuk dewasa sedangkan
jentik nyamukmasih bisa berkembang biak.
2. Cara pemberantasan sarang nyamuk
Secara rinci Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dapat dikelompokkan menjadi
3 bagian yaitu :
a. Fisik
Cara ini dilakukan dengan gerakan 4M plus (menguras, menutup, mengubur,
memantau), yaitu dengan menguras bak mandi, WC, menutup tempat
penampungan air seperti tempayan, drum, dll, serta mengubur atau
menyingkirkan barang bekas seperti kaleng bekas, ban bekas, dan sebagainya.
Pengurasan TPA perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu
sekali sebab daur hidup nyamuk Aedes aegypti adalah 7 - 10 hari. Memantau
semua wadah atau tempat yang berpotensi untuk perkembangbiakan nyamuk
demam berdarah.
b. Biologi
Dengan cara memelihara ikan pemakan jentik nyamuk (ikan kepala timah, ikan
gupi, ikan nila merah, dll).
c. Kimia
Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan racun pembasmi
jentik (larvasida) yang dikenal dengan abatisasi . Larvasida yang biasa
digunakan adalah temphos. Formulasi temphos yung digunakan adalah
berbentuk butiran pasir (sand granules). Dosis yang digunakan I ppm atau 10
gram (kurang lebih 1 sendok makan) untuk setiap 100 liter air. Abatisasi

4
dengan temphos ini mempunyai efek residu 3 bulan. Racun pembasmi jentik
ini aman meskipun digunakan ditempat penampungan air (TPA) yang aimya
jernih untuk mencuci atau air minum sehari-hari. Selain itu dapat digunakan
pula racun pembasmi jentik yang lain seperti : Bacillus thuringiensis var
israeiensis (Bti) atau Altosid golongan insect growth regulator.
d. Pemantauan Jentik Berkala (PJB)
Pemantauan jentik berkala dilakukan setiap 3 bulan di rumah dan tempat-
tempat umum. Untuk pemantauan jentik berkala di rumah dilakukan
pemeriksaan sebanyak 100 rumah sampel untuk setiap desa/kelurahan. Hasil
PJB ini diinformasikan pihak kesehatan kepada kepala wilayah/daerah
setempat sebagai evaluasi dan dasar penggerakkan masyarakat dalam PSN
DBD. Diharapkan angka bebas jentik (ABJ) setiap kelurahan / desa dapat
mencapai > 95% akan dapat menekan penyebaran penyakit DBD. Selain itu
juga dilakukan pemeriksaan jentik pada semua rumah sakit dan puskesmas.
Sedangkan untuk sekolah dan tempat umum lainnya dilakukan secara sampling
bila tidak dapat diperiksa seluruhnya (Hadinegoro, 2001).
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “4M Plus”, yaitu
menutup, menguras, mengubur, memantau. Selain itu juga melakukan beberapa
plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida,
menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala,
dll.

5
DAFTAR PUSTAKA

Hasan Amrul, Eka S. 2013. Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD Dan
Pencegahan Gigitan Nyamuk Aedes aegypti dengan Kejadian DBD.Jurnal Kesehatan ,
4(1):256-63.
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI. 1992. Pemberantasan
Penyakit Demam Berdarah. Litbang., Depkes., Jakarta.
Rosdiana. 2010. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Prilaku dengan Pelaksanaan
Pemberantasan Sarang Nyamuk di RT 02 Desa Loa Janan Ulu Puskesmas Loa Janan
Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur .Thesis. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret
Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. 2012. Buku ajar infeksi dan pediatri
tropis. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. p. 155-66.
World Health Organisation. 1999. Demam Berdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan,
Pencegahan, dan Pengendalian. Depkes. RI, Jakarta.

WuryaningsihTyas.2008. Hubungan Pengetahuan dan Persepsi dengan Perilaku Masyarakat


Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di Kota
Kediri.Thesis. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Anda mungkin juga menyukai