Duodenal
Duodenal
17120080105
BAB I
PENDAHULUAN
obstruksi duodenum terjadi pada sekitar 1 di 7500-10,000 kelahiran hidup. itu adalah
kelainan sporadis, meskipun dalam beberapa kasus ada pola resesif autosomal dari warisan.
Anomali dapat berupa ekstrinsik atau intrinsik. Lesi ekstrinsik terutama konsekuensi dari
kompresi duodenum oleh pankreas annular sekitarnya atau oleh fibrous band peritoneal.[1]
Obstruksi duodenum kongenital intrinsik merupakan 2/3 dari keseluruhan obstruksi duodenal
kongenital (atresia duodenal 40-60%, duodenal web 35-45%, pankreas anular 10-30%,
stenosis duodenum 7-20%). Insiden obstruksi kongenital di Finlandia (intrinsik, ekstrinsik,
dan campuran) adalah 1 per 3400 kelahiran hidup, sedangkan insiden atresia duodenum di
Amerika Serikat adalah 1 per 6000 kelahiran. Tidak terdapat predileksi rasial dan gender pada
penyakit ini. [1]
Atresia duodenum adalah penyakit bayi baru lahir. Kasus stenosis duodenal atau duodenal
web dengan perforasi jarang tidak terdiagnosis hingga masa kanak-kanak atau remaja.
Penggunaan USG telah memungkinkan banyak bayi dengan obstruksi duodenum
teridentifikasi sebelum kelahiran. Pada penelitian cohort besar untuk 18 macam malformasi
kongenital di 11 negara Eropa, 52% bayi dengan obstruksi duodenum diidentifikasi sejak in
utero. Obstruksi duodenum ditandai khas oleh gambaran double-bubble (gelembung ganda)
pada USG prenatal. Gelembung pertama mengacu pada lambung, dan gelembung kedua
mengacu pada loop duodenal postpilorik dan prestenotik yang terdilatasi. Diagnosis prenatal
memungkinkan ibu mendapat konseling prenatal dan mempertimbangkan untuk melahirkan
di sarana kesehatan yang memiliki fasilitas yang mampu merawat bayi dengan anomali
saluran cerna. [2]
BAB II
LAPORAN KASUS
Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Siklus haid : teratur
Lama : 4 - 6 hari
Panjang siklus : 28 hari
Banyak : 2 - 3 pembalut/hari
Riwayat Pernikahan :
Pasien menikah 1 kali dan telah memiliki 1 orang anak berusia 3 tahun.
Riwayat Keluarga:
Pasien tidak mengetahui riwayat penyakit hipertensi, asma, maupun kencing manis
dalam keluarganya.
Kulit
Warna : sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik
Turgor : Baik
Kepala
Mata
Pupil : bulat, isokor
Refleks pupil : +/+
Gerakan bola mata : Baik
Konjungtiva : Anemis -/-
Sklera : Ikterik -/-
Refleks cahaya : +/+
Telinga
Daun Telinga : Normal
Liang Telinga : Bersih
Pendengaran : Normal
Hidung
Bentuk : Normal
Septum : Deviasi (-)
Mukosa hidung : Tidak hiperemis
Mulut dan Tenggorokan
Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)
Gigi geligi : Lengkap, karies (-)
Lidah : Bersih, tepi hiperemis (-), tremor (-)
Faring : Tidak hiperemis
Leher
Tiroid : Pembesaran (-)
Trakea : Terletak di tengah
Thoraks:
- Paru-paru:
Inspeksi : Bentuk simetris, pergerakan
pernapasan simetris
Palpasi : Fremitus raba simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
Mamae:
Simetris, tidak ada benjolan.
Areola mammae pigmentasi normal.
Puting susu menonjol, ASI (-)
Punggung:
Nyeri ketok costovertebral tidak ada
Tidak ada skoliosis, hiperlordosis, hiperkifosis
Ekstremitas:
Akral hangat, pulsasi kuat dan teratur
Varises (-), Sianosis (-), edema (-)
STATUS OBSTETRI
Status Kehamilan : G2P1A0
HPHT : 28 Juni 2012
Taksiran persalinan : 5 April 2013
Usia Kehamilan : 34 minggu
Taksiran berat janin : 2300 gram
Pemeriksaan Luar
Palpasi
Leopold I : Teraba bagian bulat, lunak, bokong TFU = 29 cm
Leopold II : Tahanan terbesar di kiri, bagian-bagian kecil di kanan
Leopold III : Teraba bagian keras (kepala)
Leopold IV : kepala belum masuk pintu atas panggul.
Interpretasi :
Janin : tunggal
Presentasi : Letak kepala
Punggung : kiri
DJJ : (+)
Plasenta : di corpus anterior
Ketuban : kurang dan jernih
Usia kehamilan : 34 minggu
Taksiran berat janin : 2300 gram
Taksiran persalinan : 13 September 2012
Kesan :
Janin tunggal, hidup, presentasi bokong, G1P0A0, 34 minggu suspek duodenal atresia
dengan double bubble appearance.
3.5. DIAGNOSA
G2P1A0 hamil 34 minggu suspek duodenal atresia
3.6. PENATALAKSANAAN
Non Medika mentosa:
- Edukasi pasien untuk melahirkan di rumah sakit
Medikamentosa :
3.7. PROGNOSIS
Ibu :
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia
Anak :
Ad vitam : dubia
Ad fungsionam : dubia
Ad sanationam : dubia
6 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Fakultas Kedokteran Pelita Harapan
Siloam Hospital Lippo Village
Periode 28 Januari 2013 6 April 2013
Vela Altair Amalthea 7
17120080105
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Atresia adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya suatu saluran dari organ-organ. Atresia
Duodenum adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya duodenum (bagian terkecil dari usus
halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan yang akan ke usus. Atresia duodenum adalah
cacat dimana duodenum, bagian pertama dari usus kecil, belum berkembang dengan benar.
Bagian dari duodenum menutup sehingga makanan dan cairan tidak bisa lewat. Kondisi ini
sering dikaitkan dengan cacat bawaan lainnya. Intervensi bedah diperlukan untuk
memperbaiki penyumbatan duodenum dan memungkinkan bayi untuk mencerna makanan
secara normal. [3]
Pengertian lain menyebutkan bahwa Atresia duodenum adalah kondisi dimana duodenum
(bagian pertama dari usus halus) tidak berkembang dengan baik, saluran dari lambung tidak
terbuka, sehingga tidak memungkinkan perjalanan makanan dari lambung ke usus. [3]
2. Epidemologi
Insiden atresia duodenum di Amerika Serikat adalah 1 per 6000 kelahiran. Obstruksi
duodenum kongenital intrinsik merupakan dua pertiga dari keseluruhan obstruksi duodenal
kongenital (atresia duodenal 40-60%, duodenal web 35-45%, pankreas anular 10-30%,
stenosis duodenum 7-20%). Insiden obstruksi kongenital di Finlandia (intrinsik, ekstrinsik,
dan campuran) adalah 1 per 3400 kelahiran hidup. Tidak terdapat predileksi rasial dan gender
pada penyakit ini. [4]
Jika atresia duodenum atau stenosis duodenum signifikan tidak ditangani, kondisinya akan
segera menjadi fatal sebagai akibat gangguan cairan dan elektrolit. Sekitar setengah dari
neonatus yang menderita atresia atau stenosis duodenum lahir prematur. Hidramnion terjadi
pada sekitar 40% kasus obstruksi duodenum. Atresia atau stenosis duodenum paling sering
dikaitkan dengan trisomi 21. Sekitar 22-30% pasien obstruksi duodenum menderita trisomi
21.
4. Etiologi
Atresia duodenum merupakan kelainan bawaan yang penyebabnya belum diketahui secara
jelas. Namun, kerusakan pada duodenum terjadi karena suplay darah yang rendah pada masa
kehamilan sehingga duodenum mengalami penyempitan dan menjadi obstruksi. Akan tetapi
dilhat dari jenis kelainan, atresia duodenum ini merupakan kelainan pengembangan
embrionik saat masih dalam kehamilan. Beberapa hal yang berpotensi menyebabkan atresia
duodenum, antara lain:
Gangguan pada awal masa kehamilan (minggu ke-4 dan minggu ke-5 )
Meskipun penyebab yang mendasari terjadinya atresia duodenum masih belum diketahui,
patofisologinya telah dapat diterangkan dengan baik. Seringnya ditemukan keterkaitan atresia
atau stenosis duodenum dengan malformasi neonatal lainnya menunjukkan bahwa anomali
ini disebabkan oleh gangguan perkembangan pada masa awal kehamilan. Atresia duodenum
berbeda dari atresia usus lainnya, yang merupakan anomali terisolasi disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah mesenterik pada perkembangan selanjutnya. Tidak ada faktor
resiko maternal sebagai predisposisi yang ditemukan hingga saat ini. Meskipun hingga
10 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Fakultas Kedokteran Pelita Harapan
Siloam Hospital Lippo Village
Periode 28 Januari 2013 6 April 2013
Vela Altair Amalthea 11
17120080105
sepertiga pasien dengan atresia duodenum menderita pula trisomi 21 (sindrom down), namun
hal ini bukanlah faktor resiko independen dalam perkembangan atresia duodenum. [2]
5. Patofisiologi
Gangguan perkembangan duodenum terjadi akibat proliferasi endodermal yang tidak adekuat
(elongasi saluran cerna melebihi proliferasinya) atau kegagalan rekanalisasi pita padat
epithelial (kegagalan proses vakuolisasi).
Banyak peneliti telah menunjukkan bahwa epitel duodenum berproliferasi dalam usia
kehamilan 30-60 hari lalu akan terhubung ke lumen duodenal secara sempurna. Proses
selanjutnya yang dinamakan vakuolisasi terjadi saat duodenum padat mengalami rekanalisasi.
Vakuolisasi dipercaya terjadi melalui proses apoptosis, atau kematian sel terprogram, yang
timbul selama perkembangan normal di antara lumen duodenum. Kadang-kadang, atresia
duodenum berkaitan dengan pankreas anular (jaringan pankreatik yang mengelilingi
sekeliling duodenum). Hal ini sepertinya lebih akibat gangguan perkembangan duodenal
daripada suatu perkembangan dan/atau berlebihan dari pancreatic buds.
6. Gejala Klinis
Pada bayi setelah lahir tanda dan gejala yang ada adalah akibat dari obstruksi intestinal
tinggi. Atresia duodenum ditandai dengan onset muntah dalam beberapa jam pertama setelah
lahir. Seringkali muntahan tampak biliosa, namun dapat pula non-biliosa karena 15%
kelainan ini terjadi proksimal dari ampula Vaterii. Jarang sekali, bayi dengan stenosis
duodenum melewati deteksi abnormalitas saluran cerna dan bertumbuh hingga anak-anak,
atau lebih jarang lagi hingga dewasa tanpa diketahui mengalami obstruksi parsial. Sebaiknya
pada anak yang muntah dengan tampilan biliosa harus dianggap mengalami obstruksi saluran
cerna proksimal hingga terbukti sebaliknya, dan harus segera dilakukan pemeriksaan
menyeluruh. [5]
Gejala lainnya:
1. Perutnya menggelembung.
2. Muntah pertama sangat banyak, yang berwarna kehijau-hijauan akibat adanya empedu
(biliosa).
3. Muntah berikutnya terjadi ketika tidak mendapatkan makanan selama beberapa waktu.
7. Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar mekonium.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
8. DIAGNOSIS
Apabila pada pemeriksaan USG ditemukan penampakan double bubble Appearance pada
janin di trismester ketiga. [3]
9. PENATALAKSANAAN
Prinsip dari kelahiran dengan anomaly ialah mengedukasi pasien dengan keadaan janin dan
mempersiapkan kelahiran janin dengan sebaik baiknya.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien seorang wanita bernama NyA, berusia 44 tahun datang ke untuk melakukan
pemeriksaan USG di puskesmas Curug dengan G2P1A0 hamil usia 34 35 minggu. Pasien
tidak mempunyai keluhan ataupun riwayat penyakit keturunan.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pasien ini
didiagnosa duodenal atresia. Walaupun sebenarnya dalam menegakkan diagnosis ini
diperlukan hasil MRI pada bayi namun penampakan double bubble appearance pada perut
bayi menunjukan suspek duodenal atresia pada bayi.
Penatalaksanan pada kehamilan duodenal atresia ialah mengedukasi pasien agar dapat
membantu melancarkan persalinan dan perkembangan bayi setelah lahir.
DAFTAR PUSTAKA
1. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL. Williams Obstetric. United
States of America: Mc-Graw Hill Companies; 2008..
2. Smith R. Netters Obstetrics and Gynecology. United States of America: Elsevier
Saunders; 2008.
3. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Current Diagnosis of Treatments
in Obstetrics and Gynecology. United States of America: Mc-Graw Hill Companies;
2007.
4. Hacker NF, Moore JG, Gambone J. Essential of Obstetrics and Gynecology. United
States of America: Elsevier Saunders; 1998.
5. Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF, Nygaard I. Danforths Obstetrics and Gynecology.
United States of America: Lippincott Williams and Wilkins; 2008.