Anda di halaman 1dari 7

Artikel Penelitian

Identifikasi Candida spp. dengan


Medium Kromogenik

Retno Wahyuningsih,*,** Syarifah M. Eljannah,* Mulyati*

*Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia


**Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Abstrak
Pendahuluan: Identifikasi Candida penting untuk diagnosis dan penentuan jenis obat.
Identifikasi konvensional dilakukan dengan asimilasi-fermentasi gula yang membutuhkan waktu
lama. Penelitian ini bertujuan membandingkan secara konvensional dan medium kromogenik.
Metode: Dilakukan penelitian terhadap jamur kandida yang diisolasi dari 340 bahan klinik
yang diterima oleh laboratorium mikologi Departemen Parasitologi FKUI. Semua bahan klinik
tersebut telah dibiakkan pada agar saboroaout dekstrosa. Suspensi Isolat Candida ditanam
dalam CHROM agar Candida (CAC) pada suhu 35-37oC selama 48 jam. Sebagai baku emas
digunakan uji fermentasi asimilasi sesuai cara Wikerham.
Hasil: Medium CAC mampu mengidentifikasi lima spesies yaitu Candida tropicalis, Candida
albicans, Candida parapsilosis, Candida glabrata dan Candida krusei. Identifikasi dengan
metode konvensional menghasilkan 15 spesies Candida, dua spesies Trichoporon dan satu
spesies Rhodotorula.
Kesimpulan: Medium CAC dapat digunakan sebagai medium isolasi dan identifikasi untuk
beberapa spesies Candida, serta dapat membedakan C. albicans dengan empat spesies Can-
dida penyebab infeksi sistemik. Spesies lain memerlukan pemeriksaan lanjutan dengan metode
konvensional. J Indon Med Assoc. 2012;62:83-9.
Kata kunci: medium kromogenik, asimilasi-fermentasi, Candida, Trichosporon, Rhodotorula

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 3, Maret 2012 83


Identifikasi Candida spp. dengan Medium Kromogenik

Candida spp Identification Using Chromogenic Medium

Retno Wahyuningsih,*,** Syarifah M. Eljannah,* Mulyati*

*Department of Parasitology, Faculty of Medicine Universitas Indonesia,


**Department of Parasitology, Faculty of Medicine Universitas Kristen Indonesia

Abstract
Introduction: Candida identification is important for the diagnosis and prediction of antifungal.
Normally, identification is performed using conventional methods, which is time-consuming.
Chromogenic medium is expected to give faster result. In this study we compare Candida identi-
fication using chromogenic media and conventional methods.
Methods: A total of 340 isolates were collected from clinical specimen submitted to the
mycologylaboratory of Parasitology FMUI. All specimens were already cultured in dextrose
saboroaout agar. Suspencions of candida isolates were then cultured in CHROM agar. Candida
(CAC) in 35-37oC for 48 hrs. As gold standard Wikerham Fermentation Assimilation test (Con-
ventional test) was used.
Result: The CAC medium is able to identify 148 isolates (43.5%) consisting of Candida tropicalis,
Candida albicans, Candida parapsilosis, Candida glabrata and Candida krusei, while 192
isolates (56.5%) were unidentified. By conventional methods 15 species of Candida, two of
Trichoporon and one of Rhodotorula were identified. Chromogenic medium can be used as a
isolation and identification medium, and distinguish C. albicans from four other species that might
cause systemic infection.
Conclusion: CAC medium can be used as isolation and identification medium for some candida
species, and also can differentiate C. albicans with other sistemic candida. Outside that five
species conventional methods four night be needed. J Indon Med Assoc. 2012;62:83-9.
Keywords: Chromogenic medium, assimilation-fermentation, Candida, Trichosporon, Rhodotorula

Pendahuluan
Candida adalah jamur golongan khamir yang terdiri membutuhkan waktu 7-21 hari sehingga diagnosis pasti
dari banyak spesies, namun hanya sekitar 17 spesies yang secara dini sukar ditegakkan.5
dilaporkan dapat menginfeksi manusia. Spesies tersebut Keberhasilan pengobatan antara lain dipengaruhi
antara lain Candida albicans, Candida glabrata, Candida sensitivitas jamur terhadap antifungal yang berbeda-beda
parapsilosis, Candida tropicalis, Candida krusei, Candida dan tergantung pada spesies. Ketidaktepatan identifikasi
kefyr, Candida guilliermondii, Candida lusitaniae, Can- dapat menyebabkan kegagalan terapi. Contohnya, penyebab
dida dubliniensis. Selain menyebabkan infeksi Candida tersering kandidosis orofarings adalah C. albicans yang
diketahui dapat hidup sebagai komensal dalam tubuh umumnya peka terhadap flukonazol, namun ada penyebab
manusia dan dapat dapat berubah menjadi patogen bila lain yaitu C. dubliniensis yang sangat mirip dengan C.
keadaan menguntungkan, misalnya pada pasien imuno- albicans namun kurang sensitif terhadap flukonazol. 6-9
kompromais. Spesies yang paling sering menimbulkan infeksi Identifikasi sampai tingkat spesies akan memudahkan pilihan
superfisial maupun sistemik pada manusia adalah C. albicans obat dan mencegah kegagalan terapi. Identifikasi Candida
yaitu sekitar 70-80%, diikuti oleh C. tropicalis sekitar 30- sampai tingkat spesies penting untuk menegakkan diagno-
40%.1-4 sis, dan memprediksi kepekaan jamur terhadap obat antifun-
Isolasi jamur termasuk Candida dari bahan klinik gal sehingga obat yang diberikan sesuai.
umumnya dilakukan dengan menanam spesimen ditanam Akhir-akhir ini terjadi peningkatan tajam infeksi sistemik
pada medium agar sabouraud dekstrosa (ASD) yang lazim yang disebabkan Candida, karena bertambahnya pasien
digunakan untuk isolasi berbagai jenis jamur. Pada medium imunokompromais oleh berbagai sebab. Di Amerika Serikat,
tersebut semua spesies Candida tumbuh sebagai koloni ragi dilaporkan bahwa Candida spp. merupakan mikroorganisme
atau koloni seperti ragi yang tidak dapat dibedakan satu peringkat ke-4 yang diisolasi dari darah pasien rawat inap
sama lain baik secara makroskopis maupun mikroskopis. sedangkan di Eropa menduduki peringkat ke-6. Mortalitasnya
Untuk identifikasi spesies diperlukan uji fermentasi-asimilasi berkisar antara 50 - 90% dan pasien dengan kandidemia dapat
dan morfologi yang dikenal sebagai cara konvensional dan meninggal dalam satu minggu setelah terjadi fungemia.10,11

84 J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 3, Maret 2012


Identifikasi Candida spp. dengan Medium Kromogenik

Identifikasi spesies jamur membutuhkan waktu yang terpisah. Selanjutnya suspensi Candida ditanam pada me-
lama diperlukan cara identifikasi yang cepat dan mudah. dia CAC dan dibungkus dengan kertas aluminium untuk
Untuk mengatasi lamanya proses identifikasi dengan metode menghindari pengaruh cahaya dan diinkubasi pada suhu 35-
konvensional, saat ini telah tersedia medium kromogenik yang 37oC selama 48 jam. Spesies ditentukan berdasarkan warna
mampu membedakan spesies Candida berdasarkan koloni yang tumbuh. Candida albicans tumbuh sebagai
perbedaan warna koloni yang tumbuh pada medium tersebut. koloni hijau terang (HT) dengan bagian tepi memucat, C.
Warna yang terbentuk merupakan hasil reaksi enzimatik yang tropicalis berwarna ungu tua di puncak koloni dan bagian
spesifik untuk masing-masing spesies. Dengan metode tepi ungu pucat, sedangkan koloni C. krusei berwarna merah
tersebut identifikasi dapat dilakukan dengan cepat karena muda dengan permukaan kasar, dan C. parapsilosis tumbuh
hanya diperlukan waktu 24-48 jam setelah inokulasi.12-14 sebagai koloni berwarna putih pucat dan koloni C. glabrata
Berbagai media kromogenik telah tersedia di pasaran, seperti berwarna merah muda gelap dengan bagian tepi memucat.12,13
Candiselect (Sanofi Diagnostics Pasteur, Perancis) dan Sebagai baku emas digunakan metode klasik (fisiologi)
Albicans ID (bioMerieux, Perancis). Medium tersebut uji fermentasi-asimilasi sesuai dengan cara Wickerham.5 Uji
umumnya digunakan untuk identifikasi C. albicans.15 Me- fermentasi karbohidrat dilakukan untuk mengetahui
dium yang telah tersedia di Indonesia adalah CHROMagar- kemampuan Candida dalam memecah karbohidrat tertentu
Candida (Paris, Perancis) yang dapat mengidentifikasi sehingga menurunkan pH media basal menjadi asam yang
spesies yang sering mengakibatkan penyakit seperti C. terlihat sebagai perubahan warna indikator dan terbentuknya
albicans, C. tropicalis, C. krusei, C. parapsilosis, dan C. gas dalam tabung Durham. Karbohidrat yang dipakai adalah
glabrata. 12,16 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui glukosa, galaktosa, sukrosa, maltosa, laktosa dan trehalosa5
sensitifitas serta spesifisitas medium CHROMagar-Candida dengan konsentrasi 6% yang disterilkan dengan cara filtrasi
(CAC) dalam mengidentifikasi Candida galur yang ada di menggunakan filter berdiameter pori 0,2 m (Sartorius AG,
Jakarta yang berasal dari berbagai bahan klinik. Jerman). Konsentrasi sel Candida yang ditanam dalam me-
dium adalah 5x106sel/ml. Fermentasi dianggap positif (P) bila
Metode terjadi perubahan warna hijau menjadi kuning, dan P+ jika
Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikologi, terjadi perubahan warna dan terbentuk gas dalam tabung
Departemen Parasitologi FKUI sejak tahun 2004. Bahan Durham. Fermentasi dianggap negatif (N) bila tidak terjadi
penelitian adalah jamur koleksi Departemen Parasitologi perubahan warna pada media setelah 21 hari inkubasi.
FKUI. Jamur yang digunakan berasal dari bahan klinik darah, Penentuan spesies Candida dilakukan dengan mencocokkan
sputum, tinja, urin, kerokan kulit, sekret vagina, usap mulut pola fermentasi yang terbentuk dengan acuan.5,17
dan fistula. Sebelum disimpan semua bahan klinik dibiak pada Uji asimilasi karbohidrat dilakukan untuk melihat
media agar sabouraoud dekstrosa (ASD) yang mengandung kemampuan Candida dalam menggunakan karbohidrat
kloramfenikol 0,5 mg/ml (ASD +) dan tidak mengandung sebagai sumber energi. Uji asimilasi dilakukan dengan
kloramfenikol ASD (-). Selanjutnya jamur dimurnikan dan menanam Candida dalam campuran medium basal (6,7 g yeast
disimpan kemudian disegarkan sebelum digunakan untuk nitrogen base (YNB) dan 5 g karbohidrat: glukosa, maltosa,
identifikasi dengan media kromogenik dan metode kon- sukrosa, trehalosa, galaktosa, mellibiosa, selobiosa, inositol,
vensional. D-xylosa dan pati/starch, kecuali raffinosa sebanyak 10 g).
Pemurnian Candida yang tumbuh pada biakan primer Masing-masing dilarutkan dalam 100 ml akuades steril, dan
ditujukan untuk mendapat koloni tunggal. Biakan primer bila perlu dipanaskan. Larutan disterilkan memakai filter-cel-
biasanya menghasilkan koloni yang tumbuh menyatu atau lulose acetate, dengan pori 0,2 m (Sartorius AG, Jerman).
berdekatan satu sama lain. Untuk mendapatkan koloni tunggal Untuk kontrol digunakan medium YNB tanpa karbohidrat.
maka dipilih empat koloni berbeda yang tumbuh terpisah Biakan diinkubasi pada suhu kamar (25C) paling lama 21
untuk diidentifikasi. Koloni tersebut disuspensi dalam 1 ml hari. Asimilasi dianggap positif (P) bila terjadi kekeruhan pada
akuades dengan konsentrasi 105 sel/ml. Selanjutnya suspensi media dan dianggap negatif bila media tetap jernih setelah 21
Candida ditanam pada ASD (+) dalam cawan petri dan hari inkubasi. Penentuan spesies Candida dilakukan dengan
diperam dalam suhu kamar (26oC) selama 2-3 hari. Setelah mencocokkan pola asimilasi yang terbentuk dengan acuan.5,17
dimurnikan jamur siap untuk diidentifikasi dengan medium Identifikasi secara morfologi dilakukan pada biakan tipis
kromogenik dan metode konvensional. corn meal agar (CMA) untuk melihat pertumbuhan hifa dan
Untuk identifikasi dengan medium kromogenik spora. Pemeriksaan dilakukan menurut cara Halley dan
digunakan CHROMagar-Candida (CAC- Kat. no. CA220, Callaway, hasilnya dicocokan dengan acuan.3,5,17
Paris-France) yang telah tersedia di Indonesia. Medium CAC
disiapkan sesuai dengan aturan produsen. Untuk menanam Statistik
jamur dalam media tersebut, dibuat suspensi Candida Untuk mencari kesesuaian antara metode konvensional
dengan konsentrasi McFarland 0,5 (5x106 sel/ml) yang dan medium CAC dilakukan uji McNemar. Selain itu juga
dihomogenkan dengan vorteks supaya sel jamur saling dihitung spesifisitas, sensitivitas, nilai prediksi positif dan

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 3, Maret 2012 85


Identifikasi Candida spp. dengan Medium Kromogenik

negatif medium CAC. Tabel 1. Perbandingan Metode Fermentasi-Ssimilasi, CHRO


Magar-Candida dan Corn Meal Agar
Hasil
Spesies Fermentasi- CHRO Corn Meal
Pemeriksaan dilakukan terhadap 134 bahan klinik yang asimilasi Magar Agar
berasal dari 134 pasien dengan dugaan menderita kandidosis
C. tropicalis 90 73 13
dan dikirim ke Laboratorium Mikologi Departemen C. albicans 58 40 58
Parasitologi FKUI untuk diagnosis. Dari biakan primer C. parapsilosis 10 20 10
kemudian didapat 340 isolat Candida spp. yang selanjutnya C. glabrata 0 7 8
diidentifikasi dengan cara konvensional dan dengan media C. guilliermondii 34 0 65
C. krusei 1 1 1
kromogenik. Bahan klinik tersebut berasal dari 46 pasien laki- Candida spp. 115 0 0
laki (34,3%) dan 69 pasien perempuan (51,5%) sedangkan 19 Trichosporon sp. 32 7 31
pasien (14,2%) tidak tercatat jenis gendernya. Tidak teridentifikasi 10 192 157
Darah merupakan bahan klinik terbanyak (87 sampel)
Jumlah 340 340 340
yang terdiri dari 52 sampel neonatus, dua sampel bayi, lima
sampel anak, sembilan sampel dewasa dan 19 sampel tidak
diketahui usianya. Terdapat 26 sampel bahan klinik usap lusitaniae (Tabel 1).
vagina; lima sampel remaja dan 21 sampel dewasa, Bahan Spesies terbanyak yang diidentifikasi dengan metode
klinik lain seperti tinja, sputum, kerokan kulit, urin, fistula, fisiologi-morfologi adalah C. tropicalis 26,47%, C. albicans
usap mulut diperoleh dalam jumlah yang lebih sedikit. 17,05%, C. pelliculosa 12,64% dan C. guilliermondii 10%,
Identifikasi spesies Candida dengan medium CAC pada 340 sedangkan spesies lain ditemukan dalam jumlah yang lebih
isolat, didapatkan 148 isolat (43,5%) dapat diidentifikasi, sedikit. Identifikasi dengan metode fisiologi mampu
sedangkan 192 isolat (56,5%) tidak dapat diidentifikasi. mengidentifikasi seluruh isolat yang diperiksa, sedangkan
Identifikasi spesies Candida dengan medium CAC metode morfologi (CAC dan CMA) tidak dapat mengiden-
didasarkan atas warna koloni yang tumbuh. Sebaran spesies tifikasi seluruh isolat yang diperiksa yaitu hanya 192 isolat
berdasarkan warna koloni yang tumbuh pada medium CAC. dengan CAC dan 157 isolat dengan CMA yang dapat
Spesies terbanyak yang dapat diidentifikasi adalah C. diidentifikasi.
tropicalis 73 isolat (21,47%), C. albicans 40 isolat (11,76%), Spesifitas dan sensitivitas CHROMagar-Candida dalam
C. parapsilosis 20 isolat (5,88%), C. glabrata tujuh isolat mengidentifikasi isolat Candida spp dihitung berdasarkan
(2,06%) dan C. krusei hanya satu isolat. Semua menghasilkan kemampuannya untuk identifikasi tiap spesies. Media CAC
koloni dengan tesktur halus kecuali Trichosporon sp. memiliki spesifisitas dan sensitivitas untuk C. tropicalis 80,8%
Media CHROMagar-Candida dapat mengidentifikasi dan 27,8%, C. albicans 99,3% dan 65,5%, C.parapsilosis
lima spesies Candida dan satu genus Trichosporon 96,9% dan 100%, Trichosporon sp., 100% dan 21,8%.
berdasarkan warna dan tipe koloni yang tumbuh pada agar Berdasarkan uji McNemar, tidak terdapat kesesuaian hasil
tersebut (Tabel 1). Dalam penelitian ini, sebanyak 73 isolat antara CHROMagar-Candida dengan baku emas (p>0,05)
C. tropicalis yang teridentifikasi memperlihatkan warna ungu dalam mengidentifikasi C. tropicalis. Sedangkan untuk
tua pada puncak koloni dengan tepi ungu pucat, sedangkan identifikasi C. albicans, C. parapsilosis dan Trichosporon
C. albicans memberikan warna hijau terang. Candia sp terdapat kesesuaian hasil yang bermakna (p<0,05).
parapsilosis membentuk warna koloni putih hingga merah
muda pucat (pale pink), warna koloni merah muda pucat Diskusi
dibentuk oleh C. glabrata dengan tipe koloni halus dan C. Bahan Klinik dan Isolat yang Diteliti
krusei dengan tipe koloni kasar. Spesies lain seperti C. Akhir-akhir ini peran Candida sebagai penyebab infeksi
guilliermondii, C. pelliculosa, C. lusitaniae tidak mem- tidak dapat diabaikan. Perannya tidak hanya terbatas sebagai
berikan warna yang khas yaitu membentuk warna koloni saproba komensal dalam tubuh manusia, namun mampu
ungu dan merah muda. Identifikasi berdasarkan fisiologi jamur menyebabkan infeksi superfisial maupun sistemik yang fa-
menghasilkan 15 spesies Candida, dua spesies Trichoporon tal. Identifikasi spesies menjadi suatu hal yang menentukan
dan satu spesies Rhodotorula. dalam penanganan kandidosis, karena akan membantu dalam
Dengan cara konvensional spesies paling banyak yang memperkirakan sumber infeksi, prediksi obat yang sesuai
diidentifikasi dari darah adalah C. tropicalis (39 sampel), maupun untuk pencegahan infeksi.
tinja (enam sampel), usap vagina (tiga sampel), sputum, urin Selama ini cara identifikasi dilakukan dengan metode
dan kerokan kulit masing-masing satu sampel. Candida konvensional dengan memeriksa sifat biokimia/fisiologi jamur
albicans ditemukan pada usap vagina (18 sampel), C. krusei yaitu dengan cara fermentasi-asimilasi dan cara morfologi
hanya ditemukan dari feses dan C. famata dari usap mulut. untuk mempelajari bentuk jamur yang ditumbuhkan dalam
Spesies lain yang jarang diisolasi dari bahan klinik adalah C. medium khusus. Beberapa spesies membutuhkan waktu 7
pelliculosa, C. langeronii, C. intermedia, C. mogii. dan C. 21 hari untuk mendapatkan hasil. Pada penelitian ini dilakukan

86 J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 3, Maret 2012


Identifikasi Candida spp. dengan Medium Kromogenik

identifikasi dengan menggunakan metode kromogenik dan Pada penelitian ini ditemukan ketidaksesuaian
membandingkannya dengan metode konvensional, baik identifikasi antara medium CAC dan metode konvensional
secara fisologis maupun secara morfologis. fisiologi-morfologi. Sebanyak 20 isolat yang diteliti teriden-
Sebanyak 340 isolat klinik yang berasal dari 134 pasien tifikasi oleh medium CAC sebagai C. parapsilosis karena
yang diduga menderita berbagai bentuk kandidosis telah pembentukan koloni berwarna putih, ternyata hanya 10 isolat
diperiksa. Bahan klinik yang diteliti berasal dari kulit, usap yang terindentifikasi sebagai C. parapsilosis dengan metode
mulut, cairan vagina, darah, sputum, tinja, urin dan fistula fisologi-morfologi sedangkan 10 isolat lainnya teridentifikasi
yang berasal dari perempuan dan laki-laki yang tersebar dalam sebagai C. tropicalis (lima isolat), C. albicans (dua isolat),
berbagai kelompok umur, mulai dari bayi berusia satu hari C. langeronii (satu isolat) dan C. mogii (dua isolat). Hasil
sampai orang dewasa berumur 74 tahun. identifikasi yang berbeda antara CAC dengan metode
Bahan klinik kulit, kuku dan mukosa mewakili kandidosis fisiologi-morfologi juga ditemuan pada spesies lainnya yaitu
superfisial sedangkan darah, sputum dan urin dianggap tujuh isolat teridentifikasi sebagai C. glabrata karena memiliki
mewakili kandidosis sistemik. Saat ini infeksi sistemik menjadi koloni berwarna merah muda, tetapi setelah dikonfirmasi
sangat penting karena merupakan infeksi nosokomial yang dengan fisiologi-morfologi ternyata semuanya teridentifikasi
menginfeksi pasien yang sangat sakit (critically ill patient). sebagai C. intermedia (dua isolat), C. fennica ( satu isolat),
Infeksi biasanya terjadi pada orang dengan faktor risiko berat C. tropicalis (satu isolat), C. guilliermondii (satu isolat), C.
seperti kelainan hematologik, pembedahan ataupun bayi baru langeronii (satu isolat) dan Rhodotorulla rubra (satu isolat).
lahir yang sistem kekebalannya belum sempurna. 3,4,18 Metode fermentasi-asimilasi dan morfologi selama ini
Berdasarkan hal di atas, pemilihan bahan klinik yang dianggap sebagai baku emas dan telah digunakan secara
digunakan dalam penelitian ini cukup mewakili gambaran luas serta dikenal memiliki kemampuan tinggi dalam identifikasi
kandidosis pada umumnya. berbagai spesies Candida. Metode fermentasi-asimilasi
Kandidosis sering disebabkan oleh lebih dari satu menilai kemampuan jamur dalam metabolism berbagai
spesies Candida. Untuk mencegah luputnya identifikasi, karbohidrat dan sumber karbon, sementara media kromogenik
biakan primer pada ASD dimurnikan dengan mengambil isolat dalam hal ini CHROMagar-Candida hanya menilai reaksi
dari empat lokasi yang berbeda, dan selanjutnya ditanam enzimatik yang terlihat sebagai pembentukan warna pada
pada media ASD yang baru sehingga didapatkan 340 isolat koloni yang tumbuh dan seringkali sulit dibedakan terutama
Candida. pada koloni yang tumbuh sebagai koloni berwarna merah
muda dan keunguan. Pada penelitian ini C. tropicalis
Hasil Identifikasi Spesies Candida membentuk koloni berwarnga ungu di bagian puncak dan
Identifikasi secara fisiologis terhadap 340 isolat Can- tepi ungu pucat, tetapi selain itu jamur tersebut juga akan
dida memperlihatkan C. tropicalis sebagai spesies yang membentuk warna merah muda-merah muda pucat-putih.15,20
dominan (90 isolat) diikuti C.albicans (58 isolat). Seluruh Menurut Willinger et al,15 besar kemungkinan C. tropicalis
isolat yang sering menyebabkan infeksi, seperti C. tropicalis, akan teridentifikasi sebagai C. parapsilosis karena warna
C. albicans, C. parapsilosis dan C. krusei dapat diidentifikasi koloni yang terbentuk merah muda pucat-putih. Koloni warna
oleh metode konvensional maupun dengan medium merah muda pucat dan putih dibentuk oleh beberapa spesies
kromogenik (p>0,05). Spesies yang jarang menginfeksi Candida yaitu C. glabrata, C. kefyr, C. guilliermondii, C.
manusia seperti C. guilliermondii, C. pelliculosa, dan C. tropicalis, C. lusitaniae, C. famata, C. humicola dan
mogii tidak dapat diidentifikasi oleh medium CAC dan beberapa spesies Candida lainnya. Pada penelitian ini warna
dilaporkan sebgai Candida sp. yang dihasilkan oleh Rhodotorulla rubra juga merah muda,
Sebanyak 192 (56,7%) dari 340 isolat yang diteliti tidak sehingga sangat sulit untuk menetapkan spesies atau dapat
dapat diidentifikasi oleh CAC termasuk spesies yang jarang terjadi kesalahan identifikasi. Terdapat kesulitan untuk
ditemukan. Melihat hasil identifikasi medium CAC tidak sebaik membuat batasan warna, karena warna yang dibentuk
metode asimilasi-fermentasi dalam mengidentifikasi Candida kadang-kadang bukan warna tunggal tetapi gabungan warna/
sampai tingkat spesies. Kemampuannya terbatas pada polikromatik, seperti warna ungu muda kemerahan atau hijau
spesies yang dianggap sering menyebabkan infeksi. Hal itu kebiruan.
sesuai dengan penelitian lain yang memperlihatkan Candida albicans yang sampai saat ini merupakan
kemampuan CAC dalam mengidentifikasi spesies penting spesies terpenting, tumbuh pada medium CAC sebagai koloni
yang sering menyebabkan kelainan pada manusia. 19-21, berwarna hijau terang yang relatif mudah dibedakan dari
Kemampuan CAC untuk mengidentifikasi lima spesies spesies. Khamir C. albicans menghasilkan enzim -N-
penting penyebab kandidosis hanya dalam waktu 48 jam asetilgalaktosaminidase, yang mampu menggunakan substrat
sangat membantu dalam penanganan kandidosis, namun bila kromogenik atau flourogenik langsung dari media, sehingga
terjadi kegagalan identifikasi diperlukan konfirmasi dengan menghasilkan koloni berwarna hijau terang pada suhu 37oC.15
metode fermentasi-asimilasi/morfologi. Dibandingkan dengan hasil pemeriksaan fermentasi-asimilasi

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 3, Maret 2012 87


Identifikasi Candida spp. dengan Medium Kromogenik

dan morfologi, hasil identifikasi CAC untuk C.albicans cukup warna tidak spesifik seperti biru, merah muda dan ungu, maka
baik.21 Berdasarkan hal itu, CAC dapat digunakan sebagai diperlukan uji fermentasi-asimilasi dan morfologi untuk
medium penapis untuk membedakan Candida albicans dan identifikasi, yang relatif mahal, membutuhkan waktu dan
Candida non C. albicans. Kemungkinan yang harus memerlukan keahlian khusus dalam pembuatan media,
diperhatikan antara lain adalah pemunculan spesies baru C. penanaman dan interpretasi hasil.
dubliniensis, penyebab kandidosis orofarings pada AIDS, Warna koloni yang dibentuk pada media CAC jarang
yang memiliki sifat sangat mirip dengan C. albicans dan dapat merupakan warna tunggal tetapi merupakan gabungan warna
membentuk warna hijau gelap yang mendekati warna (polikromatis) sehingga tampaknya diperlukan alat bantu
C.albicans yang hijau terang, namun perbedaan warna khusus untuk mempermudah pembacaan warna koloni agar
tersebut sangat subjektif karena warna yang terbentuk sangat lebih tepat.
tergantung pada aktivitas enzim -N-asetilgalaktosaminidase. Dilihat dari efisiensi waktu dan biaya, penggunaan CAC
Perbedaan suhu inkubasi dapat membedakan kedua spesies dapat mempersingkat waktu, dan menurunkan biaya
tersebut. Candida dubliniensis tidak tumbuh pada suhu 42- pemeriksaan karena bila menggunakan isolat murni, dalam
45oC sedangkan C. albicans mampu tumbuh pada suhu waktu empat hari telah ada hasil. Tetapi bila bahan klinik
tersebut.7 Pada penelitian ini inkubasi dilakukan hanya pada langsung ditanam pada media CAC maka beberapa jamur
suhu 37oC selama 48 jam sehingga tidak dapat membedakan yang tumbuh cepat seperti C. albicans dalam dua hari telah
keduanya. Candida albicans juga dapat memberikan warna memberikan hasil. Hal lain yang perlu diperhatikan bila
biru dan putih pada medium CAC.15 Menurut Odds dan menanam bahan klinik darah langsung pada media CAC. Ada
Davidson,22 media CAC tidak dapat digunakan bila diinkubasi beberapa spesies Candida yang tumbuh lambat (4 -7 hari),
pada suhu kamar (25oC) karena warna yang terbentuk akan hal itu dikhawatirkan akan mempengaruhi kerja enzim
menyimpang, misalnya koloni C. albicans akan berwarna kromogenik dalam media yang peka terhadap cahaya,
merah muda dan koloni C. tropicalis tidak membentuk warna sehingga medium CAC kehilangan kemampuan sebagai me-
biru-ungu. dium identifikasi.

Spesifisitas dan Sensitivitas CHROMagar-Candida Pola Jamur Penyebab pada Infeksi Sistemik
Pada penelitian ini spesifisitas CAC dalam mengiden- Pada penelitian ini bahan klinik yang paling banyak
tifikasi C. tropicalis sebesar 80,9%, C. albicans 99,3%, C. diteliti adalah darah dan spesies yang paling banyak diisolasi
parapsilosis 96,9% dan Trichosporon sp., seluruhnya dapat dari bahan tersebut adalah C. tropicalis (39 sampel), diikuti
diidentifikasi. Sensitivitas tertinggi ditemukan dalam C. albicans sebanyak 13 sampel. Berdasarkan hal tersebut
identifikasi C. parapsilosis (100%) dan C. albicans (65%). dapat dikatakan telah terjadi pergeseran penyebab infeksi
Hal itu sedikit lebih tinggi dibandingkan penelitian Willinger pada infeksi sistemik yang semula didominasi C. albicans.
et al,15 yang mendapatkan 49,6%, tetapi lebih rendah dari Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
penelitian Freydiere et al23 yang mendapatkan angka 88,57%, oleh Wahyuningsih et al.3 bahwa C. albicans merupakan
sehingga dapat dikatakan CAC cukup baik digunakan untuk penyebab terbanyak infeksi sistemik. Penelitian tersebut
mengidentifikasi kedua spesies Candida tersebut. Medium dilakukan pada orang dewasa yang di rawat di ruang rawat
CAC memiliki sensitivitas yang rendah dalam identifikasi C. intensif, sementara pada penelitian ini sebagian besar sampel
tropicalis (27,8%) dan Trichosporon sp. (21,8%), dan hanya berasal dari neonatus yang dirawat karena sepsis atau
mampu mengidentifikasi Trichosporon sampai taraf genus. berpotensi sepsis. Kemungkinan lain adalah penggunaan
Untuk melihat kesesuaian hasil antara identifikasi azol untuk mengobatan kandidosis yang dapat mengeradikasi
menggunakan CAC dengan baku emas, maka dilakukan uji C. albicans namun memunculkan spesies lain yang kurang
McNemar. Untuk mengidentifikasi C. tropicalis didapat peka. Candida tropicalis mempunyai rentang konsentrasi
p=0,132 (p>0,05) atau tidak terdapat kesesuaian antara kedua hambat minimum (KHM) yang lebih tinggi terhadap
metode tersebut dalam mengidentifikasi C. tropicalis. Me- flukonazol.24 Selain itu C. tropicalis secara filogeni meru-
dium CAC mempunyai kemampuan yang sama dengan baku pakan kerabat dekat C. albicans sehingga patogenisitasnya
emas dalam mengidentifikasi C. albicans, C. parapsilosis cukup tinggi seperti C. albicans.25
dan Trichosporon (p<0.05), tetapi untuk C. parapsilosis Dari bahan klinik darah juga dapat diidentifikasi spesies
didapat nilai positif palsu tinggi, agaknya karena jumlah lain, dan yang terbanyak adalah Trichosporon variabile (17
spesimen terlalu sedikit. sampel). Hingga kini spesies tersebut belum pernah
Hasil penelitian ini memperlihatkan medium CAC hanya dilaporkan merupakan penyebab kandidosis sistemik. Spesies
dapat digunakan untuk uji penapisan, dan mendapatkan lain Trichosporon asahii dan Trichosporon cutaneum
koloni tunggal yang diperlukan dalam identifikasi, karena merupakan penyebab infeksi sistemik yang sering ditemukan
warna koloni yang spesifik untuk C. albicans, C. parapsilosis pada pasien granulositopenia, defek fungsi fagosit dan
dan Trichosporon sehingga mudah dikenali. Bila terbentuk pencangkokan organ. Pada pasien tersebut T. asahii dapat

88 J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 3, Maret 2012


Identifikasi Candida spp. dengan Medium Kromogenik

diisolasi dari darah, biopsi kulit, dan urin.26 28-month European Confederation of Medical Mycology
(ECMM) hospital-based surveillance study. Eur J Clin Microbiol
Infect Dis. 2004;23:317-22.
Kesimpulan 12. Eraso E, Moragues MD, Villar-Vidal M, Sahand IH, Gonzalez-
Medium kromogenik dapat digunakan sebagai medium Gomez N, Ponton J, et al. Evaluation of the new chromogenic
medium Candida ID 2 for isolation and identification of Candida
isolasi dan identifikasi untuk beberpa spesies Candida yang
albicans and other medically important Candida species. J Clin
penting. Selain itu juga dapat digunakan untuk membedakan Microbiol. 2006; 44:3340-5.
C. albicans dan lima spesies Candida penting penyebab 13. Pfaller MA, Houston A, Coffmann S. Application of CHROMagar
infeksi sistemik, karena sensitivitas dan spesifisitasnya cukup Candida for rapid screening of clinical specimens for Candida
albicans, Candida tropicalis, Candida krusei and Candida (Toru-
baik. Diluar spesies tersebut perlu dilakukan pemeriksaan
lopsis) glabrata. J Clin Microbiol. 1996;34:58-61.
lanjutan dengan metode fisiologi. 14. Murray CK, Beckius ML, Green JA, Hospenthal DR. Use of
chromogenic medium in the isolation of yeasts from clinical
Daftar Pustaka specimens. J Med Microbiol. 2005;54:981-5.
15. Willinger B, Hillowoth C, Selitsch B, Manafi M. Performance of
1. Aliyu SH, Enoch DA, Abubakar II, Ali R, Carmichael AJ. Candida ID, a new chromogenic medium for presumtive identifi-
Farrington M, et al. Candidaemia in a large teaching hospital: a cation of Candida species, in comparison to CHROMagar Can-
clinical audit. Q J Med. 2006;99:655-63. dida. J Clin Microbiol. 2001; 39:3793-5.
2. Mulyati R, Wahyuningsih R, Widiastuti S, Syarifuddin PK. Isolasi 16. Jabra-Rizk MA, Brenner TM, Romagnoli M, Baqui AAMA, Merz
spesies Candida dari tinja pasien HIV/AIDS. Makara Kes. WG, Falkler Jr WA, et al. Evaluation a reformulated CHROMagar
2002;6:50-4. Candida. J Clin Microbiol. 2001;39: 2015-6.
3. Wahyuningsih R, Freisleben HJ, Sonntag HG, Schnitzler P. Simple 17. Yeasts of the world. ETI/CBSISBN: 3-540-14712-8 World distri-
and rapid detection of C. albicans DNA in serum by PCR for bution rights: ETI & UNESCO; 2002.
diagnosis of invasive candidiasis. J Clin Microbiol. 2000;38:3016- 18. Wahyuningsih R, Rozalyani A, El Jannah SM, Amir I, Prihartono
21. J. Kandidemia pada neonatus yang mengalami kegagalan terapi
4. Dismukes WE, Pappas PG, Sobel JD. Clinical Mycology. Oxford antibiotik. Maj Kedok Indon. 2008;58:110-5.
University Press America. 2003. 19. Odds FC, Bernarts R. CHROMagar Candida, a new differential
5 . Ellis D, Davis S, Alexiou H, Handke R, Bartley R. Description of isolation medium for presumptive identification of clinically
medical fungi. 2nd ed. Adelaide: Mycology unit womens and important Candida species. J Clin Microbiol. 1994;32:1923-29.
childrens hospital; 2007. 20. Hospenthal DR, Murray CK, Beckius ML, Green JA, Dooley DP.
6 . Fleck R, Dietz A, Hof H. In vitro susceptibility of Candida Persistence of pigment production by yeasts grown on
species to five antifungal agents in a German university hospital CHROMagar Candida. J Clin Microbiol. 2002;40:4768-70.
assessed by the reference broth microdilution method and Etest. 21. Horvath LL, Hospenthal DR, Murray CK, Dooley DP. Direct
J Antimicrob Chemother. 2007;59:767-71. isolation of Candida spp. from blood cultures on the chromoge-
7 . Kirkpatrick WR, Revankar SG, McAtee RK, Lopez-Ribot JL, nic medium CHROMagar Candida. J Clin Microbiol. 2003;41(6):
Fothergill AW, McCarthy DI, et al. Detection of Candida 2629-32.
dubliniensis in oropharyngngeal samples from HIVirus-infected 22. Odds FC, Davidson A. Room temperature use of CHROMagar
patient in North America by primary CHROMagar Candida Candida. Diagn Microbiol Infect Dis. 2000;38:14750.
screening and susceptility testing of Isolates. J Clin Microbiol. 23. Freydiere AM, Buchaille L, Gille Y. Comparison of three
1998;36:3007-12. comercial media for direct identification and discrimination of
8 . Sullivan DJ, Moran G, Pinjon E, Al-Mosaid A, Stokes C, Vaughan Candida species in clinical specimens. Eur J Clin Microbiol In-
C, Coleman DC. Mini review: Comparison of the epidemiology, fect. 1997;16:464-7.
drug resistance mechanisms, and virulence of Candida dubliniensis 24. Rambach G, Oberhauser H, Speth C, Lassl-Florl C. Susceptibility
and Candida albicans. FEMS Yeast Res. 2004;4:369-76. of Candida species and various moulds to antimycotic drugs: use
9 . Ambler JE, Kerawala M, Yaneza A, Drabu YJ. Evaluation of of epidemiological cutoff values according to EUCAST and CLSI
CHROMagar Candida for rapid identification and Etest for in an 8-year survey. Med Mycol. 2011;49:85663.
antuifungal susceptibility testing in a district general hospital 25. Fitzpatrick DA, Logue ME, Stajich JE, Butler G. A fungal phylog-
laboratory. J Clin Pathol. 2001;54:158-60. eny based on 42 complete genomes derived from supertree and
10. Patel M, Kunz DF, Trivedi VM, Jones MG, Moser SA, Baddley combined gene analysis. BMC Evol Biol. 2006;6:99.
JW. Initial management of candidemia at an academic medical 26. deHoog GS, Guarro J, editors. Atlas of clinical fungi. Utrecht:
center: evaluation of the IDSA guidelines. Diag Microbiol Infect CBS and Universitat Rovira Virgilli; 1996.
Dis. 2005;52:29-34.
11. Tortorano AM, Peman J, Bernhardt H, Klingspor L, Kibbler CC, WBS
Faure O, et al. Epidemiology of candidaemia in Europe: results of

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 3, Maret 2012 89

Anda mungkin juga menyukai