Laporan Magang Teknik Pembenihan Abalone Haliotis Asinina ATIKA
Laporan Magang Teknik Pembenihan Abalone Haliotis Asinina ATIKA
OLEH
ATIKA
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013
2
OLEH
ATIKA
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013
3
Nama : Atika
Disetujui Oleh :
RINGKASAN
Kerang Abalone merupakan prospek pasar masa depan dengan harga jual
lainnya. Daging Abalone mempunyai nilai gizi cukup tinggi dengan protein
2013 bertempat di Ruang Ikan Hias dan Kekerangan Balai Budidaya Laut Batam
telur, pemeliharaan larva, kultur pakan alami, pengukuran kualitas air dan hama
penyakit.
induk sekaligus untuk pemijahan. Wadah yang digunakan yaitu bak fiber
daya tampung 1 m3, dan bak fiber berbentuk persegi berukuran (125 x 80 x 80)
cm3 dengan kapasitas 0.8 m3. Induk diperoleh dari hasil pembenihan di BBL
5
Batam dengan jumlah 500 ekor (200 ekor induk siap pijah dan 300 ekor calon
induk). Induk yang digunakan untuk pemijahan massal berjumlah 75 ekor. Ciri-
ciri induk siap pijah adalah ukuran cangkang > 3cm, umur >1 tahun, berat
Pakan yang diberikan kepada induk Abalone adalah rumput laut dari jenis
Gracilaria sp. dan Sargasum sp. secara adlibitum. Rumput laut tersebut berasal
dari KJA di BBL Batam, sebelum pakan diberikan kepada induk perlu dilakukan
manajemen pakan dengan cara perendaman dengan air tawar selama 15 menit
Pemijahan kerang Abalone terjadi pada pukul 02.00 04.00 WIB, Abalone
memijah 3 hari sebelum atau 3 hari sesudah bulan terang maupun bulan gelap.
Metode pemijahan yang digunakan adalah metode kejut suhu dengan cara
kerang Abalone di BBL Batam. Pakan untuk larva Abalone berupa Nitzschia sp.
sampai larva berumur 1,5 bulan setelah itu larva sudah diberi pakan berupa
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
Kepulauan Riau
1. Ibu Ir. Niken Ayu Pamukas, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak
praktek magang ini, namun kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
Atika
DAFTAR ISI
2
Isi Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. iv
DAFTAR TABEL....................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vi
I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang..................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktek Magang....................................................... 2
1.3. Manfaat Praktek Magang..................................................... 3
4.2........................................................................................................Teknik
Pembeniha Kerang Abalone........................................................... 30
4.2.1. Pengelolaan Induk.............................................................. 30
4.2.1.1..............................................................................Persiapa
n Wadah................................................................ 30
4.2.1.2..............................................................................Pembers
ihan Wadah........................................................... 31
4.2.1.3..............................................................................Pemelih
araan Induk.......................................................... 31
4.2.1.4..............................................................................Pakan
dan Jenis Pakan.................................................... 33
4.2.1.5..............................................................................Seleksi
Induk.................................................................... 34
4.2.2. Pemijahan........................................................................... 36
4.2.3. Penanganan Telur............................................................... 38
4.2.3.1..............................................................................Pemane
nan Telur.............................................................. 38
4.2.3.2..............................................................................Seleksi
dan Perhitungan Telur.......................................... 39
4.2.4. Pemeliharaan Larva............................................................ 42
4.2.4.1.Penebaran Larva.................................................. 42
4.2.4.2..............................................................................Pemberi
aan Pakan............................................................. 43
4.2.4. Kultur Pakan Alami............................................................ 43
4.2.5.1..............................................................................Skala
Laboratorium....................................................... 43
4.2.5.2.Skala Akuarium................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
4
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3. Pompa artesis...................................................
25
4. Penampungan Air Laut....................................
26
5. Sand filter........................................................
27
6. Bioball.............................................................
27
7. Sumber Energi Listrik di BBL Batam.............
28
8. Bak Pemeliharaan Induk.................................
30
9. Potongan Pipa-pipa Paralon (a) Keranjang (b)
31
10. Proses pencucian bak induk............................
31
5
32
12. Gracilaria sp. (a) Sargasum sp. (b) ................
33
13. Induk Jantan yang Sudah Matang Gonad (a)
35
14. Proses Pemanenan Telur..................................
38
15. Perkembangan Larva Abalone.........................
41
16. Proses Pemberian Pakan Larva Abalone.........
43
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
14
14
23
24
34
40
46
DAFTAR LAMPIRAN
7
Lampiran Halaman
53
Magang
54
56
57
58
6. Sertifikat magang............................................. 59
8
1
I. PENDAHULUAN
ikan, kerang-kerangan, crustasea dan tanaman air. Dalam budidaya tersebut ada
Perairan laut Indonesia merupakan habitat hidup berbagai jenis biota laut,
cukup tinggi dan memiliki pertumbuhan yang relatif cepat. Selain itu, kegiatan
budidaya laut yang relatif baru kini mulai berkembang. Komoditas yang
dibudidayakan meliputi jenis ikan khususnya ikan kerapu, kakap putih, kakap
merah, ikan kuwe, bawal bintang, bawal putih dan bandeng. Selain ikan,
Saat ini pengembangan budidaya laut lebih banyak mengarah kepada ikan-
ikan ekonomis tinggi dan tiram mutiara, sementara diperairan Indonesia masih
banyak biota-biota laut yang masih bisa dikembangkan dan mempunyai nilai
cukup cerah, mengingat beberapa keunggulan yang dimilikinya baik dari teknik
gizi cukup tinggi dengan kandungan protein sebesar 71,99%, dan lemak 3,20%,
serat 5,60%, abu 11,11%; dan kadar air 0,60% , bahkan harga Abalone dipasaran
dapat digunakan untuk perhiasan, pembuatan kancing baju dan berbagai bentuk
populasi Abalone secara drastis di alam, oleh karena itu upaya peningkatan
Kegiatan magang ini merupakan langkah awal yang tepat bagi mahasiswa
Tujuan dari praktek magang ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari
pemecahannya.
dapat menerapkan ilmu tersebut di masyarakat dan dapat membuka peluang kerja
bagi masyarakat.
4
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Gastropoda
Sub Class : Archaeogastropoda
Super Family : Pleuromariaceae
Family : Haliotidae
Genus : Haliotis
Spesies : Haliotis asinina
Abalone memiliki satu cangkang yang terletak pada bagian atas tubuh,
cangkang berbentuk seperti telinga yang menutupi bagian tubuh yang lunak.
Cangkang Abalone bewarna abu-abu sampai warna merah sesuai dengan tipe
5
Abalone bebentuk telinga, rata, dan tidak memiliki operculum. Bagian cangkang
sebelah dalam berwarna putih mengilap, seperti perak. Siput ini memiliki mata
ukuran Abalone, semakin besar ukuran Abalone maka semakin banyak lubang
yang terdapat pada cangkang yang tertata rapi mulai dari ujung depan sampai
Kepala berwarna kehijauan dan pada pinggir sekitar kepala berwarna hijau dengan
bintik-bintik hijau gelap dan coklat. Kakinya berwarna krem kelihatan berbintik
Terdapat sirip hitam dan kekuningan pada permukaan dorsal dan warna kehijauan
sampai keunguan pada strip otot jalannya. Kerang Abalone juga mempunyai
mulut dan sungut yang terletak dibawah cangkang serta sepasang mata (Sorta,
2012).
bergerak dan berpindah tempat dengan menggunakan satu organ yaitu kaki.
6
sangat terbatas, tidak semua pantai yang berkarang atau berbatu terdapat siput
Abalon. Secara umum siput Abalone tidak ditemukan di daerah estuaria, hal ini
berkaitan dengan fluktuasi salinitas dan tingkat kekeruhan yang tinggi dan
konsentrasi DO yang rendah. Pada siang hari atau suasana terang, siput Abalone
lebih cenderung sembunyi di karang atau batu. Sedangkan pada suasana malam
atau gelap lebih aktif melakukan gerakan berpindah tempat (bersifat nocturnal).
Penyediaan induk Abalon yang matang gonad dan siap dipijahkan merupa
kan faktor utama dalam kegiatan pembenihan dan ketersediaannya baik kuantitas
maupun kualitas menjadi tolak ukur keberhasilan produksi benih. Secara teknis
tahapan pematangan Abalone telah dihasilkan akan tetapi tahapan lain yang cukup
yang sehat dapat dilihat dari warna tubuhnya berwarna kehijauan dengan bintik
hijau gelap dan coklat, tidak terserang hama penyakit dan gerakannya sangat
agresif. Perbedaan induk jantan dan induk betina dapat dilihat dari warna
spawning atau biasa disebut mijah maling. Pengecekan gonad dilakukan 3 hari
sebelum bulan gelap dan bulan terang dan tingkat kematangan gonadnya minimal
dan betina) ditampung dalam keranjang plastik dan dipelihara dalam bak terpisah
pada bangunan tertutup (indoor). Ketinggian air bak diatur antara 50 60 cm.
Abalone berada dalam kondisi 12 jam terang dan 12 jam gelap dan bak terbuka
selama pemeliharaan. Selama pagi hingga sore hari, air segar dialirkan secara
terus menerus (sistem sirkulasi). Sebaliknya selama malam hari, air tandon yang
telah ditingkatkan suhunya dengan heater (1000 watt) dialirkan terus menerus
(resirkulasi) ke dalam bak pemeliharaan induk. Selama malam hari air di dalam
bak tandon tetap diberikan alat pemanas (heater) (Soleh dan Suwoyo 2008).
dengan dosis adlibitum. Pemberian pakan dilakukan pada pagi hari setelah
kegiatan pembersihan kotoran, untuk induk yang akan dipijahkan tetap diberikan
hingga menjelang waktu pemijahan. Pembersihan kotoran pakan dan kotoran dari
gonad baik jantan maupun betina selama masa pemeliharaan induk. Individu
kecoklatan (induk betina). Ciri lain dalam seleksi kematangan gonad adalah
melihat kantong gonad yang menonjol keluar cangkang (Mulyono dan Kadari,
2011).
2.3.2. Pemijahan
Abalone bersifat gonokoris, memiliki satu gonad (jantan atau betina) yang
berumur 6-8 bulan dengan panjang cangkang 35-40 mm. Jenis kelamin Abalone
mudah dikenali, yaitu ketika gonad telah masak testes berubah warna menjadi
cream dan ovari menjadi kehijauan. Fertilisasi eksternal terjadi saat jantan dan
betina mengeluarkan gamet langsung ke kolom air. Ukuran telur sangat kecil,
teratur dibandingkan famili Haliotid dan invetebrata laut lainnya, di mana periode
dipengaruhi lebih dari satu faktor lingkugan. Musim pemijahan Abalone di Heron
Reef Australia berlangsung dari Oktober April yang berhubungan erat dengan
temperatur air. Pengeluaran gamet terjadi dalam 2 malam setiap 2 minggu pada
periode bulan gelap dan purnama. Hubungan antara pemijahan dengan periode
pada bulan Mei Juni yang merupakan masa istirahat. Pada musim-musim
dimana suhu air rendah maka periode pemijahan akan menurun dan kondisi
9
tersebut umumnya terjadi antara bulan April Juni (Capinpin, Encena dan
Bayona, 1998). Musim pemijahan abalon di Korea menurut RAS (1990) mulai
bulan Juli/Agustus ketika air laut sekitar 20 C dan pada beberapa kasus hingga
Pada pemijahan alami, Abalone yang telah matang gonad dapat memijah
Abalone hasil tangkapan diketahui bertepatan dengan fase bulan muda dan
intervalnya 2 minggu atau interval antara 13-15 hari (Capinpin et al., 1998). Pada
awal pemijahan, Abalone jantan dan betina dipisah dan dilanjutkan dengan
dipijahkan secara buatan. Pada pemijahan buatan, induk Abalone dapat dirangsang
dengan beberapa cara berdasarkan metode RAS (1990) : (1) kejut suhu, (2)
metode pengeringan, (3) pencahayaan ultra violet (UV), (4) penambahan bahan
Pada Abalone jantan memijah dahulu dan sperma dalam bak pemijahan
memicu betina untuk memijah. Telur terbuahi dalam satu jam periode pemijahan.
segera menyerap air dan tenggelam ke dasar (Najmudeen dan Victor, 2004).
Selanjutnya Soleh dan Suwoyo (2008) menyatakan bahwa telur yang terbuahi
akan cepat megendap di dasar wadah dibanding telur yang tidak terbuahi atau
dengan cara disiphon dilakukan pada pagi hari. Setelah trochophore dipanen
kemudian ditebar dengan padat penebaran untuk bak 1,5 ton 300.000 500.000
ekor. Penebaran dilakukan pada bak pemeliharaan larva yang dilengkapi dengan
feeder plate yang mengandung Nitzchia sp. Trochophore akan melayang dalam
badan air selama 4-7 hari kemudian menempel pada feeder plate (Khoironi, 2012).
pemanenan larva. Pakan alami plankton yang biasa diberikan untuk larva
biasanya diberikan sehari 3 kali. Untuk tingkat konsentrasi pakan alami tersebut.
larva. Pemanenan larva Abalone dilakukan pada umur 3-4 bulan karena lebih
telur menetas menjadi larva veliger, air di dalam bak penetasan tidak diganti.
Aerasi dipasang pada level sangat rendah (halus) untuk mencegah jangan sampai
hidupnya sebagai hewan bentik. Laju dan tingkat keberhasilan penempelan larva
11
pada substrat, air didalam bak pemeliharaan diganti sekitar 50% volume setiap 3
4 hari. Setelah juvenil berumur 1 bulan, penggantian air dilakukan setiap dua hari
(seaweeds) dan mikroalga. Jenis alga yang biasa di makan yaitu alga merah
Jenis pakan kerang Abalone adalah seaweed yang biasa disebut makro-
alga, namun tidak semua dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai sumber
makanan. Saat ini, pakan yang terbaik yang diberikan adalah Gracilaria sp yang
merupakan makanan favorit untuk kerang Abalone. Selain Gracilaria sp, jenis
seaweed yang yang lain juga dapat diberikan, seperti Ulva sp. Saat pemberian
pakan, perlu diperhatikan kebersihan dan kesegaran pakan. Hal ini bertujuan
pakan yang hampir/telah mati yang nantinya akan membusuk dan menimbulkan
(Gracilaria sp.) 20-30% dari bobot tubuhnya setiap hari. Abalone mengkonsumsi
sekitar 10% dari berat tubuhnya per hari (rumput laut basah), dan selama masa
Juvenile Haliotis asinina (16-20 mm) mengkonsumsi 35-40% rumput laut dari
bobot tubuhnya, sedangkan untuk ukuran yang lebih besar (>50 mm) konsumsi
oleh kualitas air. Haliotis asinina dapat hidup dalam air bersuhu tinggi sampai
30C, parameter kualitas air yang berpengaruh yaitu pH antara 7-8, salinitas 31-32
ppt, H2S dan NH3 kurang dari 1 ppm (Tahang et al., 2006). Sedangkan menurut
Sudradjat (2008) Nilai parameter kualitas air untuk budidaya Abalone untuk suhu
setiap sebulan sekali. Organisme penempel di waring perlu dibersihkan agar tidak
diganti dengan waring yang baru, pengontrolan pakan yang busuk karena
Abalone. Jenis predator dalam budidaya Abalone adalah kepiting laut. Upaya
pada periode waktu tertentu. Kematian massal Abalone pernah terjadi di dalam
Adapun patogen yang diduga sebagai penyebab kematian Abalone adalah bakteri
(Sudradjat, 2008).
Abalone adalah kepiting-kepiting laut. Sedangkan hama yang lain seperti udang-
udangan dan kerang-kerang laut menjadi pengganggu dan penyaing ruang gerak
serta makanan contoh teritip. Teritip harus selalu dibersihkan sebagai tindakan
pencegahan akan terjadinya luka, karena cangkangnya yang runcing dan tajam.
Teritip akan menjadi masalah jika terdapat dalam jumlah banyak pada substrat,
selain sebagai penyaing oksigen juga akan menyulitkan kerang Abalone untuk
bergerak leluasa dan bahkan dapat tumbuh pada cangkang kerang Abalone
(Faisal, 2005).
adalah timbulnya warna merah seperti karat pada bagian selaput gonad (bagian
bawah cangkang). Kerang Abalone yang mengalami gejala ini, dalam waktu 5-6
hari lapisan selaput akan sobek, nampak lemas dan jika dipegang sangat lembek
Tindakan pencegahan yang telah dilakukan saat ini adalah tindakan karantina atau
acriflavin atau betadine dalam dosis tinggi (500ppm) pada selaput tersebut secara
kontinyu selama 3 hari. Tindakan ini juga dilakukan pada kerang Abalone yang
sampai dengan tanggal 24 Februari 2013 di Balai Budidaya Laut Batam yang
Metode yang digunakan dalam praktek ini adalah metode survey dan
praktek langsung. Dimana praktek dilakukan sesuai dengan apa yang telah
penebaran larva, pemberian pakan, kultur pakan alami skala laboratorium, skala
telur, tingkat pembuahan telur dan derajat penetasan telur dengan rumus menurut
Telur Terbuahi
FR (%) = x 100%
Total Telur
Rumus derajat penetasna telur (Haching Rate (HR)
Telur Menetas
HR (%) = x 100%
Telur Terbuahi
Data yang diperoleh selama praktek magang dianalisa secara deskriptif dan
literatur yang ada. Data-data yang telah diperoleh dapat dilihat pada bagian hasil
laut. Balai Budidaya Laut Batam berdiri sejak tahun 1986 dengan nama Stasiun
Budidaya Laut yang berkantor di Tanjung Pinang, kemudian pada tahun 1990
berganti nama menjadi Sub Balai Budidaya Laut yang berkantor di Tanjung Riau,
Sekupang, Batam.
Sejak tahun 1994 Sub Balai Budidaya Laut resmi terbentuk dengan nama
Menteri Eksplorasi Laut dan Perikanan Nomor : 64 Tahun 2000 tanggal 31 Juli
Pada Juni 2002 Loka Budidaya Laut Batam menempati lokasi baru di
pulau Setoko, Kecamatan Bulang, Kota Batam dan pada tahun 2006 melalui
Januari 2006 Loka Budidaya Laut Batam resmi menjadi Balai Budidaya Laut
Batam dan seluruh kegiatan dipusatkan di lokasi dengan luas 6,5 Ha.
gerbang utama Indonesia Bagian Barat yang merupakan zona perdagangan bebas.
Luas laut Barelang 1.647,83 km2 dan terdiri dari 362 pulau (Lampiran 1), keadaan
ini memberi peluang yang cukup besar untuk usaha perikanan budidaya. Balai
Budidaya Laut Batam berada pada daerah berbukit dengan tanah yang berbatu-
batuan, perairan lautnya jernih dengan substrat pasir berlumpur dan terdapat
kegiatan budidaya karena lokasi ini juga masih relatif jauh dari sumber-sumber
industri.
Balai Budidaya Laut Batam terletak di Jalan Raya barelang Jembatan III
Pulau Setoko, Kecamatan Bulang, Kota Batam. Lokasi ini berjarak sekitar 10 km
dari kota batam dan bersebelahan dengan pulau Akar, dengan luas lahan sekitar
4.1.3.1. Fungsi
ikan laut.
4.1.4.1. Visi
20
dalam pembangunan dan pengembangan sistem budidaya air laut yang berdaya
4.1.4.1. Misi
Balai yang dalam kerjanya dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala
Seksi Pelayanan Teknis dan Informasi, Kepala Seksi Sarana Teknik dan
a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha bertugas melaksanakan urusan tata usaha balai
organisasi dalam lingkungan Balai Budidaya Laut Batam yang terdiri dari sub
dan penerapan teknik budidaya air laut yang pelaksanaannya dibantu oleh sub
pemeliharaan sarana teknik kegiatan dan penerapan teknik budidaya air laut
yang terdiri dari sub seksi budidaya dan sub seksi laboratorium.
2000 Tanggal 31 Juli 2000 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Budidaya Laut
Jendral Perikanan Budidaya. Sesuai SK. Menteri Eksplorasi Laut dan Perikanan
pengujian, penerapan dan bimbingan penerapan standar teknik alat dan mesin,
penyakit ikan, pengawasan benih budidaya, penyuluhan dan kegiatan lain yang
ikan, pengawas perikanan, pengendalian hama dan penyakit ikan dan jabatan
c.
c.
berikut :
perekayasaan dan kaji terap akan berbagai informasi ilmu pengetahuan teknologi
masyarakat.
didukung oleh sumberdaya manusia sebanyak 94 orang yang terdiri dari berbagai
macam tingkat pendidikan dari pasca sarjana hingga tenaga kontrak. Berdasarkan
Sistem Informasi 1
3. Diploma III Perikanan 9 13
Kimia 1
T Mesin Perkapalan 1
Akuntansi 2
4. SUPM/SMA Perikanan 12 18
Umum 6
5. SD/SMP 5 5
6. Tenaga Kontrak 26 26
Jumlah 94
Sumber : Profil BBL Batam Tahun 2012
Berdasarkan data dari Tabel 3, jenjang pendidikan tertinggi dari pegawai
adalah Pasca Sarjana (S2) dan yang terendah adalah Sekolah Dasar (SD) dengan
total jumlah pegawai 68 orang, sementara 26 orang lainnya adalah tenaga kontrak
dan belum diketahui tingkat pendidikannya oleh penyusun. Untuk latar belakang
pemeliharaan larva, pendederan dan pembesaran. Secara garis besar fasilitas yang
Tabel 4. Sarana dan Prasarana Fisik yang Dimiliki Balai Budidaya Laut
Batam
25
sarana dan prasarana yang baik serta lengkap untuk menunjang operasional suatu
kegiatan Budidaya.
Air laut untuk kegiatan pembenihan di ambil atau di pompa dari laut
melalui pipa paralon (PVC). Selanjutnya air masuk kedalam bak pengendapan
26
diambil dari sumber artesis melalui pompa dan selanjutnya di alirkan ke lokasi
dalam budidaya ikan. Diperlukan proses pengolahan air sehingga air yang
proses pengolahannya air laut yang berasal dari laut lepas akan diambil
menggunkan pompa air laut dan ditampung pada bak penampungan air laut.
Pompa yang digunakan untuk mengambil air laut berjumlah 6 buah. Dari pompa
tersebut langsung dialirkan ke dalam bak penampungan. Air yang masuk ke dalam
dihasilkan air yang berkualitas baik (Gambar 4). Selain itu, setelah ditampung
pada bak penampungan, air laut akan dialirkan ke pembenihan ikan juga
Gamb
ar 4.
Treatment secara kimia dilakukan dengan cara air yang akan dialirkan ke
fasilitas budidaya diinfeksi menggunakan UV. Pada hatchery terdapat juga sistem
filterasi sehingga air yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik untuk menjamin
kelangsungan hidup larva. Pada hatchery air yang masuk kedalam bak
prosesor.
Treatment secara fisik dilakukan dengan cara menyaring air yang masuk
menggunakan sand filter (Gambar 5). Setelah masuk ke sand filter air akan
dialirkan ke dalam bak hatchery, tetapi pada bak hatchery tersebut dilakukan
sistem filterasi yang berada pada hatchery (Gambar 6). Dengan adanya bioball
kualitas air. Mikroorganisme ini berasal dari probiotik yang diaktifkan dengan
Gambar 6. Bioball
4.1.9. Sumber Energi Listrik
Aliran listrik merupakan jantung hatchery oleh karena itu harus tersedia
4.1.10. Kerjasama
yang dilakukan Balai Budidaya Laut Batam dengan instansi lain adalah sebagai
berikut :
Bintang dan Kakap Mata Kucing serta kajian pendahuluan mengenai ikan Kurau,
Produksi dan teknologi yang dihasilkan Balai Budidaya Laut Batam telah
China, Taiwan, Singapura dan Jepang) adalah dalam bentuk ikan hidup.
Posisi geografis Batam yang sangat dekat dengan pusat pasar ikan hidup
budidaya dalam skala yang besar dan kontinyu, dengan makin berkembangnya
pasokan benih yang berkualitas dan cukup dalam jumlahnya, umumnya benih
yang dibutuhkan adalah benih Kerapu macan dan Kakap putih yang berukuran 5-8
cm.
menebar induk ke dalam bak. Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan kondisi
lingkungan yang nyaman bagi Abalone serta menghilangkan hama yang dapat
31
untuk pemeliharaan sekaligus berfungsi sebagai wadah pemijahan induk yaitu bak
fiber berbentuk bulat dengan diameter 150 cm, ketinggian 60 cm dan kapasitas
daya tampung 1,0 m3, serta bak fiber berbentuk persegi berukuran (125 x 80 x
Bak ini dilengkapi dengan saluran inlet, outlet dan 2 buah aerasi, di dalam
menjadi dua bagian, yang berfungsi sebagai substrat dan persembunyian Abalone
dan dilengkapi dengan keranjang persegi yang berlubang dengan ukuran (50 x 35
x 15) cm3 sebagai tempat Abalone agar tidak merayap kedinding-dinding bak
(Gambar 9).
(a) (b)
32
membuang air dan memindahkan induk yang ada di dalamnya. Bak yang telah
dikosongkan kemudian dicuci dengan cara disikat dan dibersihkan dari teritip-
teritip yang menempel, kepiting, ikan-ikan liar dan cacing laut. Lalu dibilas
sampai bersih dan dibiarkan sampai kering. Setelah kering induk-induk lalu
dipindahkan kembali ke dalam bak tersebut dan diisi air laut hingga bagian
wadah.
pembenihan di BBL Batam. Induk yang dipelihara di bak terkontrol BBL Batam
saat ini berjumlah 500 ekor terdiri dari 200 ekor induk siap pijah dan 300 ekor
calon induk. Induk Abalone yang siap untuk dipijahkan adalah induk dengan
ukuran cangkang minimal 3,5 cm, berumur >1 tahun dan dengan berat minimal 20
gr/ekor.
33
Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan induk adalah bak fiber yang
berbentuk persegi dan bak fiber bulat, dilengkapi dengan keranjang persegi yang
berlubang dengan ukuran (50 x 35 x 15) cm3 sebagai tempat Abalone agar tidak
kehidupan Abalone maka bak dibersihkan dari kotoran-kotoran sisa pakan serta
bak pemeliharaan induk dilakukan 3 hari sekali dengan cara membuang semua air
yang ada dibak melalui saluran outlet yang terdapat ditengah-tengah bak. Setelah
bak dikeringkan lalu bak diisi dengan air laut seperti keadaan semula dan disertai
dengan sistem air mengalir 24 jam, tujuan pengaliran air selama 24 jam untuk
berupa rumput laut dari jenis Gracilaria sp. dan Sargasum sp. (Gambar 12), pakan
diambil langsung dari keramba jaring apung (KJA) yang ada di BBL Batam.
34
pakan dengan cara merendam dengan air laut dan membersihkannya dari kotoran-
dengan air tawar selama 15 menit dengan tujuan agar hewan-hewan liar yang
pakan ke dalam bak pemeliharaan induk secara adlibitum yaitu pakan selalu
tersedia pada wadah pemeliharaan dengan perbandingan pakan yang diberikan 1:1
(1 kg Gracilaria sp. : 1 kg Sargasum sp). Pakan yang tidak dimakan dan mati
dapat menimbulkan bau busuk dan beracun bagi Abalone sehingga perlu
dilakukan pergantian pakan dan penambahan pakan baru yang dilakukan setiap 3
hari sekali bersamaan dengan pembersihan bak dari kotoran yang ada.
(a) (b)
Kandungan nutrisi yang terdapat dalam Gracilaria sp. dan Sargasum sp.
Tabel 5. Komposisi dari Gracilaria sp. dan Sargasum sp. sebagai pakan
Abalone
Komposisi % Gracilaria sp. Sargasum sp.
Protein 10,47 5,53
Lemak 1,41 0,74
35
yang diperlukan untuk menghasilkan tenaga, mengganti sel-sel tubuh yang rusak
dan untuk tumbuh antara lain protein, lemak, karboidrat, vitamin, mineral dan air.
rendah lemak tetapi kaya cadangan karbohidrat (Painter, 1983 dalam Knauer,
Britz dan Hecht, 1996). Abalone memiliki kemampuan yang besar untuk
Donlon, 1993).
Seleksi induk dilakukan untuk mengecek jumlah induk jantan dan betina
yang terdapat di dalam bak. Pengecekan dilakukan setiap awal kegiatan pemijahan
yaitu setiap 2 kali sebulan, pada saat bulan terang dan bulan gelap. Pengecekan
induk jantan atau betina dapat dilihat dari gonadnya dengan cara menguak otot
pada sisi yang berlawanan dari letak lubang pada cangkang dengan menggunakan
spatula.
36
Induk jantan yang sudah matang gonad memiliki ciri-ciri warna gonad
(Gambar 13). Tidak ada tanda-tanda morfologi yang dapat digunakan untuk
menentukan jenis kelamin pada Abalone, selain dengan cara melihat warna gonad.
Hal ini tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh McShane dan Paul
(1992) bahwa Abalone jantan dan betina dapat dibedakan melalui warna gonadnya
yang hijau pada betina dan menyerupai putih susu pada jantan.
(a) (b)
Gambar 13. (a) Induk jantan yang sudah matang gonad, (b) Induk betina
yang sudah matang gonad
Induk Abalone yang sehat bisa dilihat dari bentuk morfologi tubuh dan
tingkah laku Abalone. Adapun kriteria induk yang sehat yakni tidak terdapat cacat
atau luka pada tubuh, dapat melekat dengan kuat pada substrat dan dapat
membalikkan tubuhnya dengan segera setelah diletakkan dalam air pada posisi
terbalik.
Menurut Mulyono dan Kadari (2011) kriteria induk Abalone yang siap
untuk dipijahkan adalah : Sehat, bergerak aktif, menempel kuat pada substrat,
warna badan menunjukkan warna aslinya, tidak cacat cangkang, ukuran cangkang
37
minimal 3 cm dan TKG induk jantan dan betina minimal 50% (dengan dicirikan
4.2.2. Pemijahan
pemijahan pada bulan terang dan bulan gelap. Capinpin (1995) menemukan
bahwa teknik yang sering digunakan sukses untuk induksi pemijahan spesies
Abalone seperti teknik penjemuran, kejutan suhu, radiasi ultra violet dan
massal dimana Abalone di biarkan di luar tanpa air sekitar 1-2 jam sehingga suhu
tubuh Abalone meningkat, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
dengan air sedikit demi sedikit agar tubuh induk tidak mengalami
telah matang gonad dapat memijah secara alami dengan rangsangan perubahan
suhu secara tiba-tiba oleh sebab pasang surut. RAS (1990) memberikan perlakuan
tergantung tingkat kematangan induk, dari 30 menit hingga 2 jam. Hal yang sama
dilakukan oleh Najmudeen dan Victor (2004) yaitu Abalone jantan dan betina
yang masak diletakkan pada udara bebas selama 2 jam dan kemudian dipindahkan
38
ke wadah pemijahan. Jantan memijah terlebih dahulu dan sperma dalam bak
paralon berdiameter 4-6 inchi yang dibelah menjadi dua bagian berfungsi untuk
tempat menempelnya Abalone, dan keranjang yang berukuran (50 x 35 x 15) cm3
berfungsi untuk wadah induk agar induk tidak merayap pada dinding bak saat
memijah. Kemudian keranjang yang telah berisikan induk Abalone jantan dan
Induk Abalone yang digunakan berjumlah 75 ekor dengan sex ratio 1:2
yakni 25 jantan dan 50 betina pada 1 buah bak pemijahan, hal ini mengacu kepada
pemijahan sebelumnya yang dilakukan Mulyono dan Kadari (2011) dengan induk
15 ekor ratio 1:2. Pemijahan terjadi 3 hari sebelum atau 3 hari sesudah bulan
terang maupun bulan gelap. Selama proses pemijahan sistem sirkulasi air
mengalir tidak digunakan, karena apabila dilakukan telur hasil pemijahan akan
ikut terbuang.
Abalone jenis H. asinina lebih awal yakni terjadi pada pagi dini hari antara pukul
01.00 WIB s/d pukul 04.00 WIB. Induk Abalone jantan akan mengeluarkan
spermanya ke perairan terlebih dahulu sehingga perairan akan berbau amis dan hal
ini akan memicu induk betina untuk mengeluarkan telur. Apabila ada individu
amis di perairan, air menjadi berbuih dan di dinding-dinding bak terlihat telur atau
39
induk Abalone telah memijah atau belum, dapat dilakukan pengecekkan kembali
dengan melihat gonadnya. Induk yang telah memijah pada bagian gonadnya
Pemanenan telur dilakukan pada pagi hari antara pukul 08.00-09.00 WIB.
yang berukuran 15 liter yang telah berisi air laut dan diberi aerasi. Untuk lebih
agar air menjadi tenang dan dapat dibedakan antara telur dan sampah. Telur
Abalone berwarna biru bening dan mengendap di dasar wadah, Najmudeen dan
Victor (2003) mendapatkan telur yang terbuahi akan segera menyerap air dan
sampah-sampah yang terdapat dalam wadah dibuang sehingga yang tersisa hanya
telur-telur Abalone.
untuk mengetahui jumlah total telur dari hasil pemijahan. Perhitungan dilakukan
aerasi pada toples penampungan telur yang bervolume 15 liter, hal ini bertujuan
agar seluruh telur teraduk. Telur-telur yang telah teraduk diambil menggunakan
kali.
Telur-telur hasil panen yang telah dihitung lalu dicatat pada buku, setelah
diperoleh data total telur, aerasi dimatikan dan dibiarkan sekitar 15 menit agar
telur yang tidak terbuahi mengendap di dasar. Telur yang mengendap disipon
menggunakan selang kecil. Penyiponan dilakukan dengan hati-hati agar telur yang
melayang di air tidak ikut terbuang. Setelah disipon, aerasi dihidupkan dan
setelah proses pemijahan telur sudah menetas menjadi trochophore (Gambar 13).
41
gerakan memutar, sementara telur yang tidak menetas akan mengendap didasar.
Nasution dan Machrizal (2009) menyatakan bahwa masa inkubasi telur Abalone
membutuhkan waktu 5,77 jam pada suhu normal untuk kehidupan Abalone yaitu
pada suhu
Jenis
26C. No oviposisi %FR %HR
Pemijahan
Telur
1 Semi Alami 2.430.000 90,1 88
yang telah dihitung siap untuk di tebar di bak pemeliharaaan larva. Tingkat
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat oviposisi telur Abalone
90,1%, angka ini termasuk tinggi karena telur yang busuk hanya sedikit
Untuk derajat penetasan (HR) telur Abalone diperoleh sebesar 88%, angka
ini termasuk tinggi karena dapat dikatakan bahwa telur hampir menetas semua,
yang tidak menetas sebanyak 262730 butir. Hal ini disebabkan penanganan yang
baik seperti telur yang busuk langsung dibuang dari wadah penetasan telur,
Untuk perkembangan larva Abalone mulai dari telur yang terbuahi sampai
larva yang sudah menempel pada substrat dapat dilihat pada Gambar 15.
42
Telur Abalone yang telah terbuahi akan terus berkembang dan terjadi
proses pembelahan sel telur mulai dari pembelahan dua sel, empat sel, morula,
pembelahan sel telur tahap I (Stadium dua sel) terjadi pada 20-30 menit setelah
setelah pembuahan. Stadium morula terus berlangsung selama 1,5 2,0 jam dan
Trochopora mulai terlihat aktif bergerak didalam sel telur dan 1 jam kemudian
Telur harus segera ditebar pada bak pemeliharaan larva setelah dilakukan
kepadatan larva yang ditebar 20.000 30.000/m3 dan larva yang ditebar masih
memiliki kuning telur sebagai cadangan makanan, kuning telur pada larva
fiber bulat dengan diameter 100 cm dan ketinggian 60 cm dengan daya tampung
0.4 m3. Bak dibersihkan dan diisi air laut bagian wadah tanpa sirkulasi air dan
dilengkapi dengan 2 buah aerasi dengan kekuatan lemah agar trochophore dapat
menempel pada substrat. Didalam bak juga disediakan potongan pipa-pipa paralon
pergerakan masa air. Selama periode planktonik, larva Abalone tidak memerlukan
makanan dari luar dan hidup menggunakan energi cadangan makanan dari kuning
telur. Larva Abalone melayang berlangsung hingga 2-3 hari (Setyono, 2009).
pada hari pertama larva ditebar. Hal ini dilakukan agar Nitzschia sp. menempel
pada substrat dan dinding-dinding bak, sehingga ketika larva Abalone sudah
kehabisan kuning telur bisa langsung memakan pakan alami Nitzschia sp. yang
menempel di substrat.
44
Pakan yang diberikan untuk larva Abalone adalah Nitzschia sp. yang
diperoleh melalui kultur pakan alami di laboratorium pakan alami di BBL Batam.
Bibit Nitzschia sp. yang telah dikultur ditebar langsung di bak pemeliharaan larva
tanpa diberi pengaliran air, namun aerasi tetap di pasang pada 2 atau 3 titik.
Pakan Nitzschia sp. diberikan sehari sekali, pakan yang berasal dari
laboratorium tidak langsung diberikan kepada larva, tapi diberi aerasi selama 30
menit agar suhu media pakan sama dengan suhu media pemeliharaan larva. Proses
pemberian pakan pada larva Abalone dapat dilihat pada Gambar 16.
Pemberian pakan Nitzschia sp. pada larva Abalone di lakukan hingga umur
larva mencapai 1,5 2 bulan, setelah berumur 2 bulan larva mulai dikenalkan
dengan pakan rumput laut dari jenis Gracilaria sp. yang masih muda. Menurut
biasanya pakan yang diberikan berupa rumput laut dari jenis Gracilaria sp. dan
Ulva sp.
Wadah yang digunakan untuk kultur pakan alami Nitzschia sp. pada skala
ml dan alat yang digunakan adalah tabung reaksi, tabung erlenmeyer yang
berukuran 100 ml, 250 ml, 500 ml, 1000 ml dan 2000 ml, seperangkat alat aerasi,
dan pipet volume. Sedangkan bahan-bahannya adalah pupuk conway dan silikat
yang disebut dengan Guilat modifikasi Batam, bibit Nitzschia sp dan air laut yang
air laut dengan 3 kali tahap penyaringan (sand filter, catrigh filter dan saring kain
ukuran 5 mikron) ditambah lagi dengan perebusan air sampai mendidih hingga 2
kali.
pembuatan bibit pada media agar. Setelah pengkulturan bibit pada media agar
bibit dipindahkan ke dalam tabung reaksi, sebelum bibit dipindahkan pada tabung
reaksi, terlebih dahulu diisi air laut yang sudah steril setengah dari volume tabung
reaksi. Pengambilan bibit pada media agar dengan menggunakan jarum ose
dengan cara digores. Setelah itu diberi pupuk conway dan silikat serta dibiarkan
pengkulturan dilanjutkan pada tabung erlenmeyer 100 ml. Setelah bibit yang
dikultur berkembang hingga 4-7 hari dipindahkan lagi ke tabung erlenmeyer 250
ml begitu pun selanjutnya hingga tabung erlenmeyer yang berukuran 2000 ml.
Penambahan pupuk conway dan silikat pada tiap-tiap tabung erlenmeyer yaitu
adalah sekitar 300.000- 500.000 sel/ml dengan media pengkulturan stoples kaca
atau ember plastik sesuai dengan volume yang diinginkan (1-10 lt).
pengkulturan pada toples transparan berbentuk bulat dengan kapasitas 10.000 ml.
bertambah maka bibit siap diberikan kepada larva Abalone atau dikultur kembali
akuarium dicuci bersih, kemudian diisi air laut setinggi 20 cm dari wadah
diinginkan.
terlebih dahulu diaklimatisasi dengan cara memberi aerasi hingga suhu di dalam
media bibit sama dengan suhu pada media kultur yang baru. Setelah itu baru
ml pada wadah akuarium, pada tahap ini aerasi dihidupkan dan dibiarkan
47
beberapa menit sampai pupuk conway dan silikat yang dimasukkan teraduk rata.
Setelah itu baru bibit Nitzschia sp. yang berasal dari laboratorium ditebar ke
akuarium. Lamanya kultur pakan alami pada skala akuarium selama 4 hari hingga
bibit berkembang dan bertambah padat, kemudian siap diberikan untuk pakan
larva Abalone.
kultur massal 3-5 hari sebelum pemijahan dan penambahan pupuk 1 ml per 1 liter
kualitas air. Selama kegiatan pembenihan dilakukan pengukuran kualitas air pada
bak pemeliharaan induk dan bak pemeliharaan larva. Pengukuran kualitas air
dilakukan tiap pagi dan sore, pengukuran parameter kualitas air yang dilakukan
antara lain adalah pH, suhu, salinitas, kadar nitrat dan nitrit yang dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Pengukuran Kualitas Air pada Bak Pemeliharaan Induk dan
Larva
Parameter Bak Induk Bak Larva
pag
28.4 29 27.8 - 28.2
Suhu (C) i
Hasil
sore 27.9 - 28.1 28.3 - 28.8
pag
pengukuran 7.5 - 8.2 7.5 - 8.2 parameter
pH i
sore 7.5 - 8.2 7.5 - 8.2
kualitas air selama
pag
30 - 31 30 - 31
Salinitas (ppt) i
sore 30 -31 30 -31
Nitrit (mg/l) 0 0
Nitrat (mg/l) 0 0
48
pemeliharaan induk dan larva Abalone di BBL Batam dapat disimpulkan bahwa
kondisi air media optimal bagi kehidupan Abalone karena tidak jauh berbeda
dengan literatur. Kisaran yang cocok untuk kehidupan Abalone menurut Bautista
et al. (2001) adalah suhu air 26-30C, salinitas 32-35 ppt, DO 4,6-7,1 ppm, dan
pH 7,5-8,7.
terjadinya luka pada tubuh Abalone karena cangkangnya yang runcing dan tajam.
Teritip akan menjadi masalah jika terdapat dalam jumlah yang banyak pada
Abalone untuk bergerak leluasa. Di Balai Budidaya Laut Batam belum ditemukan
disebabkan karena hama seperti cacing laut dan teritip yang menutupi lubang-
Predator yang paling umum ditemukan adalah jenis kepiting laut (Varuna
menjadi penganggu dan pesaing ruang gerak serta makanan. Sampai saat ini
salah satu gejala yang ditimbulkan adalah munculnya warna merah mirip karat
5.1. Kesimpulan
Dari paparan hasil praktek magang yang telah dijelaskan dapat diambil
pakan alami, Pengukuran kualitas air serta Hama dan penyakit. Pembenihan
Dengan metode kejut suhu akan mempercepat proses pemijahan dan didukung
dengan pakan yang baik, baik kualitas maupun kuantitas sehingga dapat
5.2. Saran
harus terus dilakukan dengan optimal karena Abalone adalah prospek pasar masa
depan.
50
DAFTAR PUSTAKA
Balai Budidaya Laut (BBL) Lombok. 2005. Petunjuk Teknis Pembenihan Abalon.
Lombok. 57 hal. Tidak diterbitkan.
Counihan, R.T., D.C. McNamara, D.C. Souter, E.J. Jebreen, N.P. Preston, C.R.
Johnson, B.M. Degnan. 2001. Pattern, synchrony and predictability of
spawning of tropical abalone Haliotis asinina from Heron Reef,
Australia. Marine Ecology Progress Series. 213: 193-202
Effendi, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Sri Dwi. Bogor. 112 hal.
Knauer, J., Britz, P., & Hecht, T. 1996. Comparative Growth Perfomance and
Digestive E nzyme Activity of Juvenile South African Abalone, Haliotis
Midae, Fed on Diatoms and a Practical Diet.
McShane and Paul, E. 1992. Early life history of abalone: a review. Di dalam:
Abalone of The World: Biology, Fisheries and Culture. Proceedings of
The 1st International Symposium of Abalone. La Paz, Mexico, 21-25
November 1989. USA: Fishing News Books.
Mercer, J.P., Mai, K.S., & Donlon, J. 1993. Comparative Studies on the Nutrition
of Two Species of Abalone, Haliotis tuberculara Linnaeus and Haliotis
discus hannai Ino. 1. Effect of Algal Diets on, Growth and Biochemical
Composition. Invert. Reprod. Dev., 23: 75-88.
Najmudeen, T.M. and A.C.C. Victor. 2004. Seed Production and Juvenile Rearing
of the Tropical Abalon (Haliotis varia Linnaeus 1758). Elsevier,
Aquaculture 234 (2004) 277-292.
Setyono, D.E.D. 2011. Teknik Produksi Benih Abalon Tropis. Jurnal Oseana,
Volume XXXVI, Nomor 3, 2011 : 11 22. ISSN 0216-1877.
Setyono, D.E.D. 2009. Abalone: Biologi dan Reproduksi. LIPI Press, Jakarta. 92
hal.
52
Soleh, M dan Suwoyo, D. 2008. Rangsangan Kejut Suhu Sistem Basah Dalam
Proses Pemijahan Massal Abalone (Haliotis sp). Anggaran Kegiatan
Program Perekayasaan Teknologi Pengembangan Budidaya Air Payau.
BBPBAP Jepara.
Tahang, M., Imran, dan Bangun. 2006. Pemeliharan siput abalone (Haliotis
asinina) dengan metode pen-culture (kurungan tancap) dan kerarnba
jaring apung. Departemen Kelautan dan Perikanan. Indonesia. 30 h.
53
LAMPIRAN
54
Ember Gayung
Mikroskop DO Meter
Telur Terbuahi
FR (%) = x 100%
Total Telur
2189430
FR (%) = x 100%
2.430.000
= 90,1%
Telur Menetas
HR (%) = x 100%
Telur Terbuahi
59
1926700
FR (%) = x 100%
2189430
= 88%
60