Documents - Tips Aminofilin-560d5162002b8
Documents - Tips Aminofilin-560d5162002b8
AMINOFILIN
Oleh:
VICTOR JULIUS
0910015045
Pembimbing:
dr. Sjarif Ismail, M.Kes
Dra. Khemasili Kosala, Apt, Sp.FRS
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................
1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................
2
PENDAHULUAN......................................................................................................................
3
Indikasi.........................................................................................................................................
6
Farmakodinamik..........................................................................................................................
6
Farmakokinetik............................................................................................................................
7
Frekuensi Pemberian....................................................................................................................
9
Dosis............................................................................................................................................
9
Interaksi Obat...............................................................................................................................
11
Kontraindikasi..............................................................................................................................
12
2
Toksisitas......................................................................................................................................
13
KESIMPULAN..........................................................................................................................
16
Daftar Pustaka...........................................................................................................................
17
BAB I
PENDAHULUAN
3
Asma akan selalu identik dengan peningkatan respon trakea dan bronki
terhadap berbagai rangsangan dan dengan terjadinya penyempitan jalan napas yang
beratnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun dengan terapi. Asma memiliki
beberapa gejala klinis yang khas seperti berulang-ulangnya serangan episode batuk,
dada rasa terikat, napas yang memendek dan mengalami mengi. Sumber lain
mengatakan bahwa adanya kombinasi sesak napas diikuti rasa dada yang terhimpit,
suara napas yang ngik-ngik dan batuk, disertai sifatnya yang hilang timbul sudah
cukup untuk mendiagnosa seseorang terkena asma (Crockett, 1997; Danusantoso,
2000; Mukty & Alsagaff, 2010).
4
AMINOFILIN
5
Jika cAMP tidak didegradasikan maka akan menghambat terjadinya
degranulasi sel mast dan kontraksi otot polos. Karena kadar tinggi cAMP akan
membuat dinding sel histamine stabil, dan mencegah kontraksi dari otot polos
bronkus. Menyebabkan bronkodilatasi, diuresis, stimulasi CNS dan jantung, stimulasi
pengeluaran asam lambung dengan menghambat fosfodiesterase yang akan
meningkatkan cAMP jaringan yang akan menyebabkan peningkatan katekolamin
yang akan menstimulasi lipolysis, glikogenolisis, dan gluconeogenesis dan
menginduksi pelepasan epinefrin dari sel medulla adrenal (Rau, 2002; Katzung,
1998)
2. Indikasi
6
terjadi pada bayi baru lahir. Dan golongan metilxantin menjadi lini pertama
pengobatan (British Thoracic Society, 2009; Anderson, 2007; Rau, 2002).
3. Farmakodinamik
Ada 2 hipotesa utama yang menerangkan cara kerja dari teofilin yaitu pada
siklik adenosine 5 monofosfat (cAMP) & katekolamin. cAMP diduga mempengeruhi
fungsi sentral maupun fungsi seluler. Sebagian besar system enzim menggunakan
cAMP sebagai perantara atau lebih dikenal dengan nama second messenger yang
akan mempengaruhi fungsi seluler sebagai akibat dari pengaruh hormonal dan obat-
obatan atau zat lain. Didalam system cAMP hormone atau obat-obatan akan berperan
sebagai first messenger yang akan membawa pesan pertama ke eskstra seluler.
Kemudian hormone atau obat-obatan tadi akan masuk ke dalam reseptor serta akan
mengaktifkan adenilsiklase yang terdapat di membrane sel (Departemen Kesehatan
RI, 2007; Dipiro, Talbert, & Yee, 2001; Hardman, Limbird, & Gilman, 2001).
7
reseptor A2 meningkatkan jumlah cAMP. Dengan menghirup adenosine akan
menyebabkan timbulnya bronkokonstriksi pada pasien asma. Teofilin adalah inhibitor
poten baik untuk reseptor A1 dan A2. Dan bisa menghambat kontraksi otot polos
yang dimediasi oleh reseptor A1 (Rau, 2002; Departemen Farmakologi Dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran, 2007).
Absorbsi : pada pemberian oral obat ini cepat diabsorbsi dengan konsentrasi serum
maksimal dicapai setelah dua jam. Hal ini setelah meminum 390 mg aminofilin.
Sedangkan setelah pemberian infus aminofilin dengan dosis 5,9 mg/kgBB, kadar
puncak dicapai kurang dari 1 jam. Setelah melewati lambung, aminofilin akan
didisosiasi menjadi teofilin dan etilenediamine. Absorbsi dari teofilin sangat cepat,
namun bisa dipengaruhi oleh adanya makanan.
Distribusi : Teofilin terikat 49-73% dengan protein plasma dalam darah. Teofilin
yang diberikan secara intravena akan berikatan dengan protein plasma sekitar 49-62%
pada 20 menit pertama, dan akan meningkat hingga 53-73% setelah 3 jam (Pharma
Ingredients & Service, 2010) (Agarwal & Nanavati, 1997).
Eksresi : Waktu paruh setelah disuntikan intravena berkisar antara 2,8-6,4 jam
tergantung berat badan pasien. Sedangkan waktu paruhnya jika diberikan secara oral
adalah 3,9-13 jam. Ekskresi teofilin sangat dipengaruhi oleh berat badan pasien, diet,
medikasi lain yang diminum, kegiatan merokok dan adanya penyakit awal seperti
penyakit ginjal. teofilin akan lebih lambat dieksresikan pada pasien dengan gagal
jantung, edema paru, kor pulmonal, dan penyakit hati. Sebanyak 10% akan dieksresi
8
melalui urine, dan sisanya akan mengalami biotransformasi di hati. Eliminasi teofilin
setelah melewati hati akan keluar melalui feses, dan sisanya melalui ginjal bersama
urine tanpa dirubah. Karena sangat bergantung dengan keadaan pasien maka
eliminasi dari teofilin sangat bervariasi rentang waktunya. Sekitar 7-9 jam untuk
pasien asma tanpa adanya gangguan atau penyakit lain, untuk orang yang merokok
sekitar 4-5 jam, dan untuk anak kecil sekitar 3-5 jam. pasien dengan adanya gangguan
pada hati atau parunya atau terdapat gangguan dijantungnya akan mengeliminasi
teofilin dalam waktu 24 jam.
4. Frekuensi Pemberian
Pada saat terjadinya serangan akut, aminofilin IV diberikan selama 24 jam, diawali
dengan loading dose 6 mg/kgBB selama 20-30 menit jika tidak diberikan teofilin.
Kemudian dilanjutkan dengan dosis rumatan sesuai dengan umur dan status
kesehatan pasien selama 12 jam. Dosis dewasa yang diberikan secara intravena untuk
pasien asma untuk dosis maintenance 380-760 mg/hari dibagi tiap 6-8 jam, dimulai
dengan 380 mg/hari sebanyak 3 kali per hari, dilanjutkan 507 mg/hari tiga kali per
hari, dilanjutkan 760 mg/hari jika masih bisa ditoleransi dengan dosis maksimal 1015
mg/hari (Epocrates, 2013).
Dosis dewasa yang diberikan secara intravena untuk pasien asma untuk dosis
maintenance 380-760 mg/hari dibagi tiap 6-8 jam, dimulai dengan 380 mg/hari
sebanyak 3 kali per hari, dilanjutkan 507 mg/hari tiga kali per hari, dilanjutkan 760
mg/hari jika masih bisa ditoleransi. Harus selalu dipantau kadarnya dalam serum
9
darah dan akan terjadi perlambatan clearance pada pasien tua, gangguan fungsi hati,
gagal jantung, demam, sepsis dengan berbagai macam gagal organ, syok, dan
hipotiroid.
Dosis anak untuk dosis pemeliharaan dibagi dua berdasarkan berat badan
anak. Jika beratnya diatas 45 kg maka pemberian dosis disamakan dengan orang
dewasa, namun jika beratnya kurang dari 45 kg maka diawali dengan pemberian
15,2-17,7 mg/kgBB/hari ditingkatkan hingga 380 mg secara intravena yang
pemberiannya dibagi 4-6 jam 3 kali per hari, lalu dilanjutkan 20,3 mg/kgBB/hari
sampai 507 mg tiga kali sehari, dan 25,3 mg/kgBB/hari sampai 760 mg jika masih
bisa ditoleransi, dengan dosis maksimal anak 1015 mg/hari, dan 507 mg/hari pada
keadaan dimana terjadi gangguan clearance obat pada pasien anak dengan gangguan
fungsi hati, gagal jantung, demam, sepsis yang sudah mengalami gagal organ, syok,
dan hypotiroid.
10
Anak 1 tahun sampai 9 tahun diberikan dosis 1 mg/kgBB/jam secara intravena selama
24 jam kemudian dilanjutkan 1,2 mg/kgBB/jam untuk 12 jam berikutnya. Pada anak
usia 9 tahun sampai 12 tahun atau perokok muda diberikan dosis 0,9 mg/kgBB/jam
secara intravena. Bisa diberi 4 mg/kgBB IV untuk 10-15 menit pertama, drip 1
mg/kgBB/jam untuk monitoring.
Dosis aminofilin oral untuk dewasa untuk loading dose diberikan 6,3
mg/kgBB sekali kemudian jika pasien tidak merokok dan sehat diberikan aminofilin
oral 12,5 mg/kgBB/hari sedang jika merokok 19 mg/kgBB/hari. Dibagi dalam 6 jam
dan kadarnya tidak boleh melebihi 1125 mg/hari. Untuk anak dengan usia 1-9 tahun
diberikan 24 mg/kg/hari tiap 6-12 jam. Anak 9-12 tahun diberi 20 mg/kg/hari tiap 6-
12 jam. anak usia 12-16 tahun diberi 18 mg/kg/hari tiap 6-12 jam. Anak lebih dari
usia 16 tahun diberikan 13 mg/kg/hari tiap 6-12 jam (Chan, 2004).
Dosis maksimal untuk anak adalah jika < 9 tahun yaitu 30,4 mg/kgBB/hari, 9
sampai 12 tahun yaitu 25,3 mg/kgBB/hari. 12 sampai 16 tahun adalah 22,8
mg/kgBB/hari. Anak atau dewasa diatas 16 tahun dosis maksimal 16,5 mg/kgBB/hari
atau tidak boleh lebih dari 1.100 mg/hari.
6. Interaksi Obat
11
perokok, sulfinperazon, simpatomimetik, tioamin, karbamazepin, isoniazid, dan
diuretic kuat. Sedangkan yang dapat meningkatkan diantaranya ada allopurinol, beta
bloker non selektif, penghambat saluran kalsium, simetidin, kontrasepsi oral,
kortikosteroid, disulfiram, efedrin, vaksin virus influenza, interferon, makrolida,
meksiletin, kuinolon, tiabendazol, hormone tiroid.
dan tinggi protein. Kebalikannya eliminasi akan menurun jika pasien memakan diet
protein rendah dan karbohidrat tinggi. Makanan akan mempengeruhi bioavailabilitas
dan absorpsi sediaan. Kafein dan alcohol akan meningkatkan efek samping yang
ditimbulkan oleh teofilin.
7. Kontraindikasi
12
terjadinya toksisitas dikarenakan kadarnya yang berlebih didalam plasma akan sangat
besar.
Aminofilin juga bukan obat pilihan utama untuk anak dibawah enam tahun.
Pemberian aminofilin secara injeksi merupakan kontra indikasi bagi pasien yang
memiliki penyakit arteri coroner. Selain itu aminofilin injeksi juga dikontra
indikasikan bagi pasien yang memiliki penyakit bronkiolitis atau bronkopneumonia.
Pada manusia, reaksi toksisitas berat tidak harus selalu didahului dengan
reaksi toksisitas biasa. Terkadang pasien langsung menunjukkan reaksi toksisitas
berat. Toksisitas yang mengancam jiwa timbul saat konsentrasi teofilin dalam serum
darah sudah mencapai lebih dari 40 mikrogram/ml atau sekitar 220 mikromol/L pada
overdosis kronik. Sedangkan pada overdosis akut, reaksi toksisitas muncul pada
konsentrasi serum teofilin 90 mikrogram/ml atau 495 mikromol/L dan biasanya
dikaitkan dengan toksisitas berat. Aminofilin akan menyebabkan kematian seketika
jika diberikan 500 mg secara intravena yang dikarenakan aritmia jantung.
Uji toksisitas yang dilakukan pada beberapa hewan menghasilkan data sebagai
berikut, tergantung cara pemberiannya kepada hewan coba tersebut. Hewan cobanya
ada mencit, tikus, anjing dan marmot. Ada yang diberikan peroral, intraperitoneal,
intravena, dan intramuskulus (American Regent, 2005).
13
LD50: 194 mg/Kg intravenous-mouse;
LD50: 200 mg/Kg oral-dog;
LD50: 150 mg/Kg intravenous-dog;
LD50: 200 mg/Kg rectal-dog;
LD50: 150 mg/Kg intravenous-rabbit;
LD50: 184 mg/Kg oral-guinea pig;
LD50: 252 mg/Kg intraperitoneal-guinea pig;
LD50: 143 mg/Kg intravenous-guinea pig
14
berada pada level 30 mikrogram/ml, efek merugikan yang dirasakan dapat berupa
keluhan-keluhan yang sama seperti yang muncul pada pasien yang mengalami
overdosis teofilin. Pada dosis yang lebih tinggi lagi dari 30 mikrogram/ml dapat
terjadi kelakuan maniak, delirium, dan kejang (Khaltaev, 2004).
Pada system imun bisa terjadi reaksi hipersensitivitas. Pada CNS bisa terjadi
hiperventilasi, vertigo, kecemasan, tremor, kepala terasa ringan, reflex meningkat,
kedutan otot, sakit kepala, insomnia kejang tonik klonik. Penglihatan akan mengalami
gangguan. Sistem Urogenital akan terjadi polyuria & albuminuria. Pada pasien yang
alergi terhadap ethilendiamine akan menyebabkan terjadinya dermatitis pada kulit.
Kulit pasien akan terlihat kemerahan, gatal, makulo-papular skin rash, urtikaria,
dermatitis eksfoliasi. Terkadang pasien juga bisa mengalami demam.
15
BAB III
KESIMPULAN
Adapun simpulan yang diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut :
2. Aminofilin efektif untuk mengatasi serangan asma akut yang tidak mempan obat
lain.
3. Pemberian aminofilin diawali dengan loading dose dan dosis rumatan disesuaikan
berakibat kematian.
16
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, H. S., & Nanavati, R. N. (1997). Indian Pediatric. Transplacental Aminophylline Toxicity.
British Thoracic Society. (2009). Scottish Intercollegiate Guidelines Network. British Guideline on the
Management of Asthma.
Chan, P. D. (2004). Pediatric Drug Reference. California: Current Clinical Strategies Publishing.
Departemen Farmakologi Dan Terapeutik Fakultas Kedokteran. (2007). Farmakologi Dan Terapi.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Departemen Kesehatan RI. (2007). Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma.
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., & Yee, G. C. (2001). Pharmacotherapy A Pathophsyologic Approach. New
York: Mc Graw-Hill.
Hardman, Limbird, & Gilman. (2001). The Pharmalogical Basis of Therapeutics. New York: Mc
Graw-Hill.
Karmini. (1998). Karya Akhir. Respon Faal Paru Setelah Pemberian Aminophylline.
Khaltaev, N. (2004). World Health Organization. Application for the Inclusion of Aminophylline in the
WHO Model List of Essential Medicines.
Mukty, A., & Alsagaff, H. (2010). Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University
Press.
Pharma Ingredients & Service. (2010). Aminophylline Hydrous. BASF The Chemical Company.
17