Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

KESETIMBANGAN KIMIA
VOLUME MOLAL PARSIAL

Nama Praktikan : Mohamad Jamaludin


NIM : 141810301016
Kelompok :4
Fak/Jurusan : MIPA / KIMIA
Nama asisten : Viki Amalia

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Materi yang terdapat dalam kehidupan sehari-sehari dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu materi murni dan materi campuran. Keberadaan materi murni di alam sangat jarang
ditemui, sedangkan untuk materi campuran sangat mudah dijumpai dalam kehidupam sehari-
hari. Materi campuran dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu campuran homogen dan
campuran heterogen. Campuran homogen atau disebut juga dengan larutan merupakan
campuran yang komponen-komponennya sulit dipisahkan secara fisik, sedangkan untuk
campuran heterogen mudak dipisahkan secara fisik (Suhardjo 1985).
Setiap komponen campuran memiliki sifat parsial, misalnya untuk campuran gas
memiliki tekanan parsial gas yang merupakan kontribusi satu komponen dalam campuran gas
terhadap tekanan totalnya. Penggambaran yang lebih umum mengenai temodinamika
campuran memerlukan pengenalan sifat parsial yang lainnya. Sifat molal parsial yang paling
mudah digambarkan adalah volume molal parsial. Volume molal parsial merupakan kontribusi
volume dari satu komponen dalam sampel terhadap volume molal total. Volume molal parsial
untuk campuran homogen didefinisikan sebagai penambahan volume yang terjadi bila satu
mol komponen ditambahkan pada larutan. Volume molal parsial dari komponen-komponen
dalam larutan merupakan salah satu sifat termodinamik molal parsial utama. Volume molal
parsial biasanya digunakan dalam menentukan tekanan uap campuran. Proses pencampuran
suatu zat tertentu dengan zat lain dalam temperatur tertentu harus memperhatikan volume
molal parsial dari zatzat tersebut. Berdasarkan teori tersebut dan untuk mengetahui sifat
termodinamika molal parsial utama maka dilakukan percobaan volume molal parsial
(Alberty, 1992).

1.2 Tujuan
Menentukan volume molal parsial komponen dalam larutan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Natrium Klorida (NaCl)
Garam dapur (NaCl) merupakan suatu mineral yang sering dikonsumsi manusia. Garam
dapur berasal dari kristalisasi air laut yang kemudian dibersihkan dan diberi beberapa
kandungan mineral lain. Garam dapur sangat diperlukan bagi tubuh namun pengkonsumsian
secara berlebih dapat menimbulkan penyakit tekanan darah tinggi. Garam dapur juga sering
ditambahkan pada makanan sebagai bumbu. Garam yang ditambahkan iodium digunakan
sebagai pencegah penyakit gondok. Garam dapur biasanya paling banyak mengandung garam
natrium klorida. Natrium klorida mempunyai massa molar 58,44 gram/mol. Kerapatan atau
massa jenisnya adalah 2,16 gram/cm3. Natrium klorida memiliki titik leleh 801 oC dan titik
didih 1465 oC. Garam natrium klorida memiliki kelarutan dalam air sebesar 35,9 gram/100 mL
air pada suhu 25 oC. Natrium klorida memiliki tingkat osmotik yang tinggi (Anonim, 2017).
Senyawa berbahaya dalam kasus kontak kulit (iritan), menelan, dan inhalasi. Natrium
klorida yang terkontaminasi dengan mata segera basuh menggunakan air bersih dan mengalir
selama 15 menit. Natrium klorida yang terkontaminasi dengan kulit cukup dibasuh dengan air
bersih dan bila perlu gunakan desinfektan atau sabun untuk mencegah terjadinya iritasi kulit.
Natrium klorida yang kontak dengan inhalasi tidak berbahay atau tidak menimbulkan efek
samping. Natrium klorida sebaiknya disimpan di dalam wadah yang tertutup dan jauh dari dari
sinar matahari (Anonim, 2017).

2.1.2 Akuades
Akuades biasa disebut dengan air. Akuades yang mengenai mata, kulit, tertelan, atau
juga terhisap tidak menimbulkan gejala serius atau tidak berbahaya. Penyimpanan sebaiknya
di wadah tertutup rapat. Air dapat bereaksi keras dengan beberapa spesifik bahan. Akuades
merupakan cairan tidak berwarna dan tidak berbau. Derajat keasaman (pH) dari akuades
adalah netral yaitu 7,0. Titik didih dan titik lebur dari akuades berturut-turut adalah 100 oC dan
0 oC. Tekanan uap dari akuades pada suhu 20 oC adalah 17,5 mmHg. Massa jenis dari akuades
adalah 1,00 g/cm3. Rumus formula dari akuades adalah H2O dengan berat molekul 18,0134
g/mol. Air memiliki tegangan permukaan yang besar disebabkan oleh kuatnya sifat kohesi
antar molekul-molekul air Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O. Air dalam
kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat pada kondisi standar, yaitu pada tekanan
100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0 C) (Anonim, 2017).

2.1.3 Amonium Klorida (NH4Cl)


NH4Cl merupakan rumus kimia untuk amonium klorida. NH4Cl merupakan padatan tak
berbau dan berwarna putih dengan berat molekul 53,49 g/mol. NH4Cl memiliki titik didih
sebesar 520 C (968 F) dan titik leleh sebesar 338 C (640,4 F). NH4Cl larut dalam air
dingin,air panas dan metanol. NH4Cl tidak larut dalam dietieter dan aseton. NH4Cl sangat
sedikit larut dalam etanol. NH4Cl sangat berbahaya jika terjadi kontak dengan mata dan sedikit
berbahaya jika kontak dengan kulit. NH4Cl yang terkontaminasi dengan mata segera basuh
menggunakan air bersih dan mengalir selama 15 menit. NH4Cl yang terkontaminasi dengan
kulit segera basuh menggunakan air bersih selama 15 menit dan gunakan desinfektan pada
bagian kulit yang terkontaminasi (Anonim, 2017).

2.2 Dasar Teori


Campuran merupakan kumpulan dua materi atau lebih yang dapat dipisahkan dengan
proses fisika. Campuran memiliki komposisi yang beragam dan perbandingan yang tidak
tetap, terbentuk melalui proses fisika, dapat dipisahkan dengan proses fisika (seperti filtrasi,
evaporasi dan distilasi). Setiap komponen dalam campuran masih memiliki sifat zat
penyusunnya. Terdapat dua macam campuran yaitu campuran homogen dan campuran
heterogen. Komponen pada campuran homogen tidak memiliki bidang batas sehingga tidak
dapat dibedakan atas senyawa penyusunnya. Zat penyusun pada campuran homogen memiliki
sifat yang sama dan merata dalam segala hal, seperti kesaman rasa, massa jenis, warna dan
bau. Campuran homogen disebut juga larutan, yang terdiri dari zat terlarut dan zat pelarut.
Jumlah zat pelarut lebih banyak dari pada zat terlarut. Contoh campuran homogen yaitu air
sirup, air gula, air garam, aloi dan lain-lain. Alloy merupakan campuran logam dengan logam
lain atau non logam. Contoh aloi : kuningan ( campuran dari tembaga dan seng), perunggu
(campuran dari tembaga dan timah). Komponen zat-zat penyusun dalam campuran heterogen
tercampur tidak merata, sehingga ada bagian dari campuran yang memiliki sifat berbeda dan
bidang batas yang nyata (Hiskia, 1990).
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Terdapat dua
komponen dalam campuran homogen yaitu zat terlarut dan zat pelarut. Zat terlarut atau solute
merupakan zat yang jumlahnya larut sedikit di dalam larutan, sedangkan zat pelarut atau
solven yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan. Komposisi zat
terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses
pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi
(Chang, 2005).
Komposisi campuran sering dinyatakan sebagai molalitas m, sebagai pengganti fraksi
mol. Laruran encer memiliki zat terlarut jauh lebih sedikit dari jumlah pelarut (nB << nA),
sehingga dapat dilakukan pendekatan yaitu xB=nB/nA. nB sebanding dengan molalitas
sehingga dapat dituliskan:

= . = 1 1 .. (2.1)

K adalah konstanta dan diberikan agar sisi sebelah kanan tidak berdimensi. Jadi untuk
larutan encer yang ideal dapat dituliskan:

= + ln ... (2.2)

(Atkins, 1994).
Volume molal parsial merupakan kontribusi pada volume dari satu komponen dalam
sampel terhadap volume total. Volume molal parsial komponen suatu campuran berubah-ubah
bergantung pada komposisi, karena lingkungan setiap jenis molekul berubah jika
komposisinya karena lingkungan ssetiap jenis molekul berubah jika komposisinya berubah
dari a murni ke b murni. Perubahan lingkungan molekul dan perubahan gaya gaya yang
bekerja antar molekul inilah yang menghasilkan variasi sifat termodinamika campuran jika
komposisinya berubah (Atkins, 1994).
Volume molar parsial merupakan volume dimana terdapat perbandingan antara pelarut
dengan zat terlarut, yang ditentukan oleh banyaknya zat mol zat terlarut yang terdapat dalam
1000 gram pelarut. Pada temperatur dan tekanan konstan, persamaan sebagai berikut:
= (2.3)
Dan dapat diintegrasikan menjadi:
= ... (2.4)
Integrasi ini memiliki arti bahwa ke suatu larutan yang komposisinya tetap, jika suatu
komponen n1, n2, .., ni (yang komposisinya juga mirip dengan larutan induknya)
ditambahkan lebih lanjut, maka komposisi relatif dari tiap-tiap jenis tetap konstan. Oleh
karena itu, besaran molal parsial ini tetap sama dan integrasi diambil pada banyaknya mol
(Dogra, 1990).
Air murni dengan volume besar disediakan dalam wadah. Jika 1 mol H2O ditambahkan
dalam air murni tersebut, maka volumenya bertambah 18 cm3 dan dengan ini dapat dikatakan
bahwa 18 cm3 mol-1 adalah volume molar air murni. Walaupun dikatakan demikian, jika 1
mol H2O ditambahkan ke dalam etanol murni yang volumenya besar, maka pertambahan
volume hanya 14 cm3. Perbedaan kenaikan volume ini disebabkan oleh volume yang ditempati
oleh sejumlah tertentu molekul air bergantung pada molekul-molekul yang mengelilinginya.
Begitu banyak etanol yang ada sehingga setiap molekul H2O dikelilingi oleh etanol murni,
kumpulan molekul-molekul itu menyebabkan etanol hanya menempati ruang sebesar 14 cm3.
Kuantitas 14 cm3 mol-1 adalah volume molar parsial air dalam etanol murni, yaitu volume
campuran yang dapat dianggap berasal dari suatu komponen (Atkins, 1994).
Volume molal pelarut murni yang dapat dihitung dari berat molekul (18,016 untuk air)
dibagi dengan berat jenis, pada keadaan yang diamati, untuk larutan tersebut dipenuhi
V = (1000 + mM2) / d dan n1V1o = 1000/do.. (2.5)
Dengan d, do berturut-turut adalah berat jenis larutan, berat jenis air murni, sedangkan M2
adalah berat molekul zarut. Dan nantinya akan didapatkan persamaan seperti berikut
= (M2 (1000/m) (d do / do) /d (2.6)
= (M2 1000/m)[ (W Wo) / ( Wo We)]}/d.. (2.7)
Persamaan ini digunakan jika untuk menghitung digunakan piknometer, disini W, Wo, We
berturut-turut adalah berat piknometer yang dipenuhi larutan, dipenuhi air dan piknometer
kosong (Tim Penyusun, 2017).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Gelas beaker
Gelas ukur
Labu ukur
Pipet tetes
Batang pengaduk
Piknometer
Neraca Digital
3.1.2 Bahan
Akuades
NaCl
NH4Cl

3.2. Skema Kerja

NaCl 3,0 M

dibuat dengan volume 50 mL


diencerkan menjadi , , 1/8. 1/16 dari konsentrasi semula
ditimbang piknometer kosong (We), piknometer penuh dengan aquades (W0),
dan piknometer penuh dengan NaCl (W).
dicatat masing-masing massanya
diamati dan dicatat pula temperatur dari setiap penimbangan
dihitung densitas larutannya
dilakukan dengan proses yang sama dengan bahan NH4Cl 1M
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Natrium Klorida (NaCl)
Konsentrasi Wrata-rata d Molalitas V1 V2
(M) (g) (mL/mol) (g/mL) (m) (mL/mol) (mL/mol)

0,1875 41,589 72,71 1,04 0,18


72.065 61.96
0,375 41,618 69,50 1,05 0,37
67.61 54.14
0,75 41,775 80,26 1,06 0,74
78.64 58.25
1,5 42,138 56,17 1,10 1,48
40.9 25.21

4.1.2 Amonium Klorida (NH4Cl)


Konsentrasi Wrata-rata d Molalitas V1 V2
(M) (g) (mL/mol) (g/mL) (m) (mL/mol) (mL/mol)
0,0625 41,580 80,45 1,0419 0.0602 80,05 61,91
0,125 41,665 130,36 1,0504 0,1198 129,29 104,17
0,25 41,679 95,21 1,0517 0,2408 92,23 58,04
0,5 41,687 74,17 1,0526 0,4874 65,59 21,33

4.2 Pembahasan

Volume molar suatu unsur merupakan besarnya ruang yang ditempati oleh suatu mol
unsur. Volume molar pada setiap mol suatu zat pasti memiliki temperatur dan tekanan
tertentu. Volume molar parsial suatu zat ketika dalam larutan dapat diartikan sebagai
perubahan volume yang terjadi apabila satu mol komponen x ditambahkan pada larutan
tersebut dan tidak mengubah komposisi sistem. Dasar dari pengertian tersebut telah dilakukan
praktikum tentang volum molal parsial. Tujuan dilakukan praktikum ini ialah untuk
menentukan volum parsial komponen dalam larutan. Praktikum kali ini menggunakan bahan
yaitu NaCl 3,0 M, NH4Cl 1,0 M dan akuades. Bahan-bahan yag digunakan dapat mengion
secara baik dan merupakan elektrolit kuat sehingga mampu menyerap air tanpa mengganggu
keadaan larutan yang telah terbentuk. Contoh reaksi yang akan terjadi antara NaCl dan NH4Cl
dengan akuades sebagai berikut:
5 NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq)
6 NH4Cl(aq) NH4+(aq) + Cl-(aq)

Praktikum ini memiliki beberapa tahapan reaksi yaitu proses pengenceran, penimbangan pada
piknometer kosong; piknometer berisi larutan; dan piknometer berisi akuades yang digunakan
sebagai pembanding. Pengenceran dilakukan dengan cara membuat larutan NaCl sebanyak 50
ml dalam 3,0 M kemudian diencerkan kembali menjadi , , 1/8, dan 1/16 dari konsentrasi
awal atau menjadi 1,50 M; 0,750 M; 0,375 M; dan 0,1875 M sedangkan larutan NH4Cl dibuat
dari NH4Cl sebanyak 50 ml dalam 1,0 M kemudian diencerkan kembali menjadi 0,5; 0,25;
0,125; 0,0625. Pengenceran dilakukan untuk mengamati seberapa besar penambahan volume
larutan yang terjadi pada berbagai variasi konsentrasi larutan sehingga dapat diketahui
seberapa besar pengaruh konsentrasi larutan terhadap volume molal parsial larutan. Tahap
selanjutnya yaitu menimbang piknometer kosong kemudian piknometer berisi akuades dan
piknometer berisi larutan. Metode penggunaan piknometer yang benar yaitu sebelum
digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu dan dikeringkan hingga tidak ada komponen air
di dalamnya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh berat kosong dari alat. Proses pengisian
sampel harus diperhatikan dengan baik supaya di dalam piknometer tidak ada gelembung
udara karena jika ada gelembung udara di dalamnya akan mengurangi berat sampel yang
diperoleh.Penimbangan pada setiap konsentrasi larutan dilakukan hingga 3 kali dengan tujuan
agar hasil yang didapat merupakan hasil yang baik dan akurat sehingga nantinya dapat dicari
nilai rata-ratanya. Proses penimbangan piknometer yang berisi larutan dimulai dari konsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi.Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses pengukuran tanpa
mengulang proses pembilasan alat karena konsentrasi larutan yang digunakan berbeda-beda
sehingga komponen molekul di dalam setiap konsentrasi juga berbeda-beda. Tujuan lainnya
agar tidak terjadi kontaminasi oleh larutan yang lebih pekat. Hal ini akan mempengaruhi
massa hasil pengukuran menggunakan neraca. Pengukuran massa larutan dari konsentrasi
rendah ke konsentrasi yang tinggi tidak akan mempengaruhi massa piknometer karena
konsentrasinya lebih encer dari konsentrasi larutan yang akan ditimbang berikutnya. Semakin
tinggi konsentrasi, maka semakin meningkat pula jumlah komponen-komponen zat terlarut
dalam larutan.
Suhu pada larutan juga diamati sehigga menghasilkan rata-rata suhu pada setiap
konsentrasi larutan NaCl. Hasil dari proses penimbangan piknometer yang berisi larutan akan
digunakan untuk menghitung berat jenis masing-masing konsentrasi. Massa jenis dari masing-
masing konsentrasi dari kedua larutan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
0 ( )
d= (0 )

dengan hasil masing-masing massa jenis larutan NaCl dan NH4Cl yang didapatkan dari
perhitungan tertera dalam tabel hasil percobaan 4.1.1 dan 4.1.2. Hasil dari data tersebut
menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasinya maka nilai berat jenis larutan semakin
besar pula. Hal ini dikarenakan semakin banyak partikel zat terlarut di dalam larutan,
sedangkan volume larutan tetap. Tahap selanjutnya yaitu menghitung molalitas
larutan.Molalitas dari masing-masing konsentrasi larutan dapat diukur dari Massa jenis larutan
yang telah diketahui dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
1
m=
2
1000

Hasil dari perhitungan molalitas masing-masing konsentrasi larutan konsentrasi larutan


NaCl dan NH4Cl yang diperoleh dari perhitungan ditunjukkan dalam tabel 4.1.1 dan 4.1.2.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka molalitasnya juga
semakin tinggi. Hal tersebut dapat terjadi karena semakin besarnya konsentrasi maka mol zat
terlarut yang terdapat dalam larutan semakin banyak, jumlah mol zat pelarutnya semakin
sedikit sehingga berpengaruh pada kenaikan molalitasnya.
Tahapan pengolahan data selanjutnya yaitu menentukan besarnya nilai volume molal
semu (). Volume molal semu merupakan volume yang akan digunakan untuk menentukan
volume molal komponen pada larutan. Volume molal semu yang dihasilkan dari perhitungan
ditunjukkan dalam tabel 4.1.1 dan 4.1.2. Volume molal semu berbanding terbalik dengan
konsentrasi dimana semakin besar konsentrasi, semakin kecil volume molal semunya. Hal ini
disebabkan oleh semakin banyaknya zat terlarut sehingga volume yang diperlukan untuk
mebentuk konsentrasi tertentu semakin kecil dan oleh sebab itu volume molal semu semakin
kecil.Namun, terdapat pengecualian pada konsentrasi 0,75 M larutan NaCl yang memilki nilai
80,26 ml/mol dan pada NH4Cl terjadi penyimpangan pada konsentrasi 0,0625 yang memiliki
nilai 80,45. Hal tersebut dapat terjadi dimungkinkan dari kesalahan praktikan dalam proses
penimbangan piknometer yang berisi larutan ataupun karena larutan telah terkontaminasi oleh
senyawa lain sehingga mempengaruhi nilainya. Tahap selanjutnya yaitu nilai volum molal

semu yang sudah diketahui kemudian diplotkan terhadap . Grafik hubungan vs m


dibuat berdasarkan nilai molalitas dan volume molal semu yang telah diperoleh dan hasilnya
dapat dilihat pada kurva berikut ini

Grafik Gabungan Dua larutan vs m


140
120 y = -72.679x + 117.51
100 R = 0.1558
80 NaCl

60 NH4Cl
40 Linear ( NaCl)
20 Linear ( NH4Cl)
0
0 0.5 1 1.5 y = -17.056x + 82.835
m R = 0.3382

Tahap selanjutnya yaitu pengolahan data untuk menentukan nilai dari volume molal parsial
pelarut (v1) dan volume molal zat terlarut (V2). Nilai dari d/dm yang telah diketahui
digunakan dalam menentukan nilai molal parsial pelarut (V1) dan volume molal zat terlarut
(V2) yang dapat dicari menggunakan persamaan sebagai berikut:

V1 = + ( 2
) ( )
dan
3
V2 = + ( 2 ) ( )

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai volume molal parsial pelarut (V1) dan
volume molal parsial zat terlarut (V2) untuk larutan NaCl dan NH4Cl yang ditunjukkan dalam
tabel 4.1.1 dan 4.1.2. Perbandingan untuk kecenderungan dari volume molal parsial pelarut
dan zat terlarut dari larutan NaCl dan NH4Cl dapat dilihat dari grafik antara V1 vs molalitas
dan V2 vs molalitas. Adapun grafik perbandingan antara volume molal pelarut dan volume
molal zat terlarut pada lkedua larutan tersebut adalah sebagai berikut:

Grafik Gabungan Dua larutan V1 vs m


140
120 y = -82.732x + 110.57
R = 0.3293
100
80 V1 NaCl
V1

60 V1 NH4Cl
40 Linear (V1 NaCl)
20 Linear (V1 NH4Cl)
0
0 0.5 1 1.5 2 y = -23.036x + 80.806
R = 0.6331
m

Grafik Gabungan Dua larutan V2 vs m


120
y = -26.889x + 68.51
100 R = 0.8485
80
V2 NaCl
V2

60
V2 NH4Cl
40
Linear (V2 NaCl)
20 Linear (V2 NH4Cl)
0
0 0.5 1 1.5 2 y = -141.44x + 93.498
m R = 0.6218

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa besarnya volume molal parsial air
mengalami kenaikan dan penurunan (ditunjukkan dengan grafik V1 terhadap m). Hal tersebut
tidak sesuai dengan literatur yang ada, dimana seharusnya volume molal pelarut akan
berbanding terbalik dengan konsentrasi. Larutan dengan nilai konsentrasi yang tinggi, maka
volume atau jumlah air yang digunakan untuk melarutkan zat terlarut akan lebih sedikit
dibandingkan pada larutan dengan konsentrasi kecil.penyimpangan yang terjadi kemungkinan
disebabkan karena pada saat pengenceran kedua larutan yang kurang teliti sehingga
mempengaruhi jumlah pelarut air dalam larutan.Berdasarkan grafik 4.4 dan 4.6 volume molal
parsial zat terlarut NaCl dan NH4Cl juga mengalami hal serupa seperti V1. Seharusnya volume
molal parsial NaCl dan NH4Cl semakin naik dengan bertambahnya konsentrasi. Hal ini
disebabkan oleh volume NaCl akan semakin banyak dalam konsentrasi yang tinggi. Larutan
dengan konsentrasi yang semakin besar, maka banyaknya zat NaCl dan NH4Cl terlarut
semakin banyak sehingga volume molal parsialnya juga semakin besar. Namun dalam
percobaan ini terjadi penyimpangan pada penentuan volume molal zat terlarut. Penyimpangan
tersebut kemungkinan disebabkan oleh penimbangan dan pengenceran yang tidak teliti
sehingga konsentrasi yang seharusnya sesuai dengan prosedur diperoleh kurang tepat.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam praktikum volume molal parsial adalah volum molal parsial
pelarut dan zat terlarut akan semakin besar seiring dengan semakin kecilnya molalitas.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah
1. Pengukuran massa piknometer kosong harus dalam keadaan kering agar massa
piknometer tersebut tidak berubah-ubah.
2. Praktikan harus lebih teliti dan lebih mengerti prosedur kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. MSDS Akuades. www.sciencelab.com. [Serial Online, diakses tanggal 1 Mei
2017].
Anonim. 2017. MSDS NaCl. www.sciencelab.com. [Serial Online, diakses tanggal 1 Mei
2017].
Anonim. 2017. MSDS NH4Cl. www.sciencelab.com. [Serial Online, diakses tanggal 1 Mei
2017].
Alberty, A. R. 1992. Kimia Fisik. Jakarta: Erlangga.
Atkins, P. W. 1994. Kimia Fisik. Jakarta: Erlangga.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar, Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Dogra, S. K. 1990. Kimia Fisik dan Soalsoal. Jakarta: Universitas Indonesia.
Hiskia, A. 1990. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bndung: PT Citra Aditya Bakti.
Suhardjo. 1985. Kimia Fisika. Yogyakarta: Bina Aksara.
Tim Penyusun. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Jember: Universitas Jember
LAMPIRAN

Larutan NaCl
1. Pengenceran NaCl 3 M
a. NaCl 1/2 M
V1 x M2 = V2 x M2
V1 x 3M = 50 mL x 1,5 M
V1 = 25 mL
b. NaCl 1/4 M
V1 x M2 = V2 x M2
V1 x 3M = 50 mL x 0,75 M
V1 = 12,5 mL
c. NaCl 1/8 M
V1 x M2 = V2 x M2
V1 x 3M = 50 mL x 0,375 M
V1 = 6,25 mL
d. NaCl 1/16 M
V1 x M2 = V2 x M2
V1 x 3M = 50 mL x 0,1875 M
V1 = 3,125 mL

2. Berat Jenis Larutan


Diketahui :
1) Pikno kosong ( )
31,158 + 31,159 + 31,143
= 31, 153
3
2) Pikno +air (0 )
41,509 + 41,499 + 41,675
= 41,561
3
3) Pikno + NaCl (W)
41,588+41,620+41,560
0,1875 M => = 41,589
3
41,505+41,676+41,674
0,375 M => = 41,618
3
41,825+41,619+41,880
0,75 M => = 41,775
3
42,134+42,136+42,1145
1,5 M => = 42,138 g
3
4) Berat Jenis Larutan:
0 41,56131,153
0 = = = 1,04
10

a. Konsentrasi

0 ( ) 1,04 ( 41,589 31,153 ) 10,853

d= = = = 1,04
(0 ) (41,561 31,153 ) 10,408

b. Konsentrasi

0 ( ) 1,04 (41,618 31,153 ) 10,884

d= = = = 1,05
(0 ) (41,561 31,153 ) 10,408

c. Konsentrasi

0 ( ) 1,04 (41,77531,153) 11,047

d= = = = 1,06
(0 ) (41,561 31,561 ) 10,408

d. Konsentrasi

0 ( ) 1,04 (42,138 31,153 ) 11,424

d= (0 )
= = = 1,10
(41,56131,153) 10,408

3. Molalitas Larutan
a. Konsentrasi 0,1875 M
1 1
a. m = = = 0,18 molal
2 1,04

58,5

1000
0,1875 1000

b. Konsentrasi 0,375 M
1 1
a. m = = 1,05 = 0,37 molal
2
58,5

1000
0,375 1000

c. Konsentrasi , M
1 1
a. m = = 1,06 = 0,74 molal
2
58,5

1000
0,75 1000

d. Konsentrasi , M
1 1
a. m = = 1,10 = 1,48 molal
2
58,5

1000
1,5 1000

Volume molal semu zat terlarut


a. Konsentrasi 0,1875 M
1000
2 (2 )( )
0
=

1000 41,589 41,561
58,5 (58,5 )( )
0,18 molal 41,561 31,153
= = 72,71
1,04

b. Konsentrasi 0, 375 M
1000
2 (2 ) ( )
0
=

1000 41,618 41,561
58,5 (58,5 )( )
0,37 molal 41,561 31,153
= = 69,50
1,05

c. Konsentrasi 0,75 M
1000
2 (2 ) ( )
0
=

1000 41,775 41,561
58,5 (58,5 )( )
0,74 molal 41,561 31,153
= = 80,26
1,06

d. Konsentrasi , M
1000
2 (2 ) ( )
0
=

1000 42,138 41,561
58,44 (58,44 )( )
1,48 molal 41,561 31,153
= = 56,17
1,10

4. Grafik vs
m
0,42 72,71
0,6 69,50
0,86 80,26
1,21 56,17

Grafik Vs m
90
y = -17.056x + 82.835
80
R = 0.3382
70
60
50

40 Grafik Vs m
30
Linear (Grafik Vs m)
20
10
0
0 0.5 1 1.5
m

5. Mencari nilai V1
d
= 0 + ( ) m
d m
y = -17.056x + 82.835
R = 0.3382
d
( ) = m = 23.462
d m

a. Konsentrasi 0,1875 M
d
1 = + ( ) ( )
2 d m
0,18 molal
1 = 72,71 + ( 0,42 molal) (17.056) = 72,71 0,64 = 72,065
2
b. Konsentrasi 0,375 M
d
1 = + ( ) ( )
2 d m
0,37 molal
1 = 69,50 + ( 0,6 molal) (17.056) = 69,5 1,89 = 67,61
2
c. Konsentrasi 0,75 M
d
1 = + ( ) ( )
2 d m
0,74 molal
1 = 80,26 + ( 0,86 molal) (17.056) = 80,26 5,42 = 74,84
2
d. Konsentrasi 1,5 M
d
1 = + ( ) ( )
2 d m
1,48 molal
1 = 56,17 + ( 1,21 molal) (17.056) = 56,17 15,27 = 40,9
2
7. Grafik V1 Vs m
V1 m
72,065 0,18

67,61 0,37
78,84 0,74
40,9 1,48
grafik m vs V1
90
80
y = -23.036x + 80.806
70
R = 0.6331
60
50
V1

40 grafik m vs V1
30
Linear (grafik m vs V1)
20
10
0
0 0.5 1 1.5 2
m

8. Mencari nilai V2
3
V2= + ( 2 ) ( )

a. Konsentrasi 0,1875 M
3
V2= + ( 2 ) ( )
3
V2 = 72,71 + ( 2 0,42)(17.056)

V2 = 61,96
b. Konsentrasi 0,375 M
3
V2= + ( 2 ) ( )
3
V2 = 69,50+ ( 2 0,6 ) (17.056)

V2 = 54,14
c. Konsentrasi 0,75 M
3
V2= + ( 2 ) ( )
3
V2 =80,26 + ( 2 0,86 ) (17.056)

V2 = 58,25
d. Konsentrasi 1,5
3
V2= + ( 2 ) ( )
3
V2 = 56,17 + ( 2 1,21 )(17.056)

V2 = 25,21

9. Grafik V2 vs m
v2 m
61,96 0,18
54,14 0,37
58,25 0,74
25,21 1,48

grafik m vs V2
70
60 y = -26.889x + 68.51
R = 0.8485
50
grafik m vs V2
40
V2

Linear (grafik m vs V2)


30
20
10
0
0 0.5 1 1.5 2
m

Larutan NH4Cl 1M

Larutan NH4Cl 1M
6. Pengenceran NH4Cl 1M
e. NH4Cl 1/2 M
V1 x M2 = V2 x M2
V1 x 1M = 50 mL x 0,5 M
V1 = 25 mL
f. NH4Cl 1/4 M
V1 x M2 = V2 x M2
V1 x 1M = 50 mL x 0,25 M
V1 = 12,5 mL
g. NH4Cl 1/8 M
V1 x M2 = V2 x M2
V1 x 1M = 50 mL x 0,125 M
V1 = 6,25 mL
h. NH4Cl 1/16 M
V1 x M2 = V2 x M2
V1 x 1M = 50 mL x 0,0625 M
V1 = 3,125 mL

7. Berat Jenis Larutan


Diketahui :
5) Pikno kosong (We )
31,158 + 31,159 + 31,143
= 31,153gram
3
6) Pikno +air (W0 )
41,509 + 41,499 + 41,675
= 41,561 gram
3
7) Pikno + NH4Cl (W)
41,656+41,604+41,802
0,5 M => = 41,687 gram
3
41,766+41,572+41,698
0,25 M => = 41,679 gram
3
41,907+41,541+41,548
0,125M => = 41,665 gram
3
41,044+41,971+41,725
0,0625 M => = 41,580 gram
3
Berat Jenis Larutan:
W0 We 41,561 g 31,153 gram gram
d0 = = = 1,04
V 10 mL mL
a. Konsentrasi ,
gram
d0 (W We ) 1,04 mL (41,687 gram31,153 gram) gram
d= (W0 We )
= = 1,0526
(41,561 gram31,153 gram) mL

b. Konsentrasi 0,25
gram
d0 (W We ) 1,04 mL (41,679 gram31,153 gram) gram
d= (W0 We )
= = 1,0517
(41,561 gram 31,153 gram) mL

c. Konsentrasi 0,125
gram
d0 (W We ) 1,04 mL (41,665 gram31,153 gram) gram
d= (W0 We )
= = 1,0504
(41,561 gram 31,153 gram) mL

d. Konsentrasi 0,0625
gram
d0 (W We ) 1,04 (41,580 gram 31,153 gram) gram
mL
d= (W0 We )
= = 1,0419
(41,561 gram 31,153 gram) mL

8. Molalitas Larutan
a. Konsentrasi 0,5 M
1 1
m =d M = 1,0526 gram gram = 0,4874 molal
2 mL
53,5
mol
M 1000
0,5 M 1000

b. Konsentrasi 0,25
1 1
m= d M = 1,0517 gram gram = 0,2408 molal
2 mL
53,5
mol
M 1000
0,25 M 1000

c. Konsentrasi ,
1 1
m= d M = 1,0504 gram gram = 0,1198 molal
2 mL
53,5
mol
M 1000
0,125 M 1000

d. Konsentrasi ,
1 1
m= d M = 1,0419 gram gram = 0,0602 molal
2 mL
53,5
mol
M 1000
0,0625 M 1000

9. Volume molal semu zat terlarut


a. Konsentrasi 0,5 M
1000 W W
M2 (M2 m ) (W Wo )
0 e
=
d
1000 41,687 gram41,561 gram
53,5 gram/mol(53,5 gram/mol )( )
0,4874 molal 41,561 gram31,153 gram
= =74,17
1,0526 gram/mL

b. Konsentrasi 0,25 M
1000 W W
M2 (M2 m ) (W Wo )
0 e
=
d
1000 41,679 gram41,561 gram
53,5 gram/mol(53,5 gram/mol )( )
0,2408 molal 41,561 gram31,153 gram
= = 95,21
1,0517 gram/mL

c. Konsentrasi 0,125 M
1000 W W
M2 (M2 m ) (W Wo )
0 e
=
d
1000 41,665 gram41,561 gram
53,5 gram/mol(53,5 gram/mol )( )
0,1198 molal 41,561 gram31,153 gram
= = 130,36
1,0504 gram/mL

d. Konsentrasi , M
1000 W W
M2 (M2 m ) (W Wo )
0 e
=
d
1000 41,580 gram41,561 gram
53,5 gram/mol(53,5 gram/mol )( )
0,0602 molal 41,561 gram31,153 gram
= = 80,45
1,0419 gram/mL

10. Grafik vs
m
0.698 74,17
0.491 95,21
0.346 130,36
0.245 80,45
grafik vs m
140
120 y = -50.472x + 117.51
R = 0.1558
100

80
60 grafik vs m
40 Linear (grafik vs m)
20
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8
m

11. Mencari nilai V1


d
= 0 + ( ) m
d m
y = -50.472x + 117.51
R = 0.1558
d
( ) = m = 50.472
d m

e. Konsentrasi 0,5 M
d
1 = + ( ) ( )
2 d m
0,487
1 = 74,17 + ( 0,698) (50.472) = 65,59
2

f. Konsentrasi 0,25 M
d
1 = + ( ) ( )
2 d m
0,240
1 = 95,21 + ( 0,491) (50.472) =92,23
2

g. Konsentrasi 0,125 M
d
1 = + ( ) ( )
2 d m
0,119
1 = 130,36 + ( 0,356) (50.472) = 129,29
2

h. Konsentrasi 0,0625 M
d
1 = + ( ) ( )
2 d m
0,060
1 = 80,45 + ( 0,258) (50.472) = 80,05
2

10. Grafik V1Vs m


V1 m
65,59 0,4874
92,23 0,2408
129,29 0,1198
80,05 0,0602

grafik m vs V1
140 y = -82.732x + 110.57
R = 0.3293
120
100
80
V1

60 grafik m vs V1
40 Linear (grafik m vs V1)
20
0
0 0.2 0.4 0.6
m

11. Mencari nilai V2


3
V2= + ( 2 ) ( )
y = -50.472x + 117.51
R = 0.1558

= = - 50.472

e. Konsentrasi 0,5 M
3
V2= + ( 2 ) ( )
3
V2 = 74,17+ ( 2 0,698) (- 50.472)

V2= 21,33
f.Konsentrasi 0,25 M
3
V2= + ( 2 ) ( )
3
V2 = 95,21+ ( 2 0,491) (- 50.472)

V2= 58,04
g. Konsentrasi 0,125 M
3
V2= + ( 2 ) ( )
3
V2 = 130,36 + ( 2 0,346) (- 50.472)

V2= 104,17
h. Konsentrasi 0,0625 M
3
V2= + ( 2 ) ( )
3
V2 = 80,45+ ( 2 0,245) (- 50.472)

V2= 61,91

12. Grafik V2 vs m
V2 m
21,33 0,4874
58,04 0,2408
104,17 0,1198
61,91 0,0602
grafik m vs V2
120
y = -141.18x + 93.418
100 R = 0.6206

V2 80

60
grafik m vs V2
40
Linear (grafik m vs V2)
20

0
0 0.2 0.4 0.6
m

Grafik gabungan

Grafik Gabungan Dua larutan vs m


140
120 y = -72.679x + 117.51
100 R = 0.1558
80 NaCl

60 NH4Cl
40 Linear ( NaCl)
20 Linear ( NH4Cl)
0
0 0.5 1 1.5 y = -17.056x + 82.835
m R = 0.3382
Grafik Gabungan Dua larutan V1 vs m
140
120 y = -82.732x + 110.57
R = 0.3293
100
80 V1 NaCl
V1

60 V1 NH4Cl
40 Linear (V1 NaCl)
20 Linear (V1 NH4Cl)
0
0 0.5 1 1.5 2 y = -23.036x + 80.806
R = 0.6331
m

Grafik Gabungan Dua larutan V2 vs m


120
y = -26.889x + 68.51
100 R = 0.8485
80
V2 NaCl
V2

60
V2 NH4Cl
40
Linear (V2 NaCl)
20 Linear (V2 NH4Cl)
0
0 0.5 1 1.5 2 y = -141.44x + 93.498
m R = 0.6218

Anda mungkin juga menyukai