Anda di halaman 1dari 42

i

PROPOSAL SKRIPSI
HUBUNGAN KERAGAAN DAN KINERJA KADER DALAM
PROGRAM KELUARGA BERENCANA
(Kasus Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat)

Oleh
Nela Gabrielle
I34120147

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI


DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
ii
iii

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI
DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Dengan ini menyatakan bahwa proposal skripsi:


Nama Mahasiswa :Nela Gabrielle
NIM : I34120147
Judul Proposal Skripsi : Hubungan Keragaan dan Kinerja Kader dalam Program
Keluarga Berencana (Kasus Desa Ciasmara, Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
Telah memenuhi persyaratan untuk dilanjutkan dengan penelitian lapangan.

Bogor, Februari 2016


Dosen Pembimbing

Dr Ir Djuara P. Lubis, MS
NIP 196003151985031002

Mengetahui
Ketua Departemen Sains Komunikasi
Dan Pengembangan Masyarakat

Dr Ir Siti Amanah, MSc


NIP 196709031992122001
iv

RIWAYAT HIDUP

Nela Gabrielle dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Mei 1994. Penulis


merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan (alm.) Bapak Alexander
dan Ibu Elvina Rotua. Penulis menempuh pendidikan formal di TK Saint John pada
tahun 1999-2000, SD Saint John pada tahun 2000-2002, SD Kristen Harapan pada
tahun 2002-2003, SDN 7 Gianyar pada tahun 2003-2004, SDN Beji 6 Depok pada tahun
2004-2006. Penulis melanjutkan ke SMPN 2 Depok pada tahun 2006-2009, dan SMAN
4 Bogor pada tahun 2009-2012. Pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa di
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Masuk (UTM) di Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.
Selama menjalani perkuliahan di IPB, penulis aktif dalam berbagai kegiatan
organisasi dan kepanitiaan di dalam kampus. Penulis menjadi anggota UKM Basket
pada tahun 2013 hingga sekarang. Penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan
dalam berbagai acara yang diselenggarakan di kampus seperti menjadi ketua panitia
dalam acara KPM Gabung antar Angkatan tahun 2014, ketua panitia dalam acara The
2nd Connection 2015, staff divisi pertandingan dalam acara ESPENT 2014, staff divisi
penata ketertiban dalam acara MPF FEMA 2015. Selain itu penulis juga pernah
mendapat beasiswa bantuan pendidikan di antaranya adalah Beasiswa BUMN dan
Beasiswa BBM.
v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan berkat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal skripsi yang berjudul Hubungan Keragaan dan Kinerja Kader dalam Program
Keluarga Berencana ini dengan baik. Proposal skripsi ini ditujukan untuk dapat
melakukan penelitian lapang dan memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Kolokium
(KPM 497) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Djuara P. Lubis, MS
sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dukungan, arahan,
masukan dan waktu selama proses penulisan hingga penyelesaian proposal skripsi ini.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta, Ibu Elvina
Rotua atas semangat, dukungan, dan doa yang tiada henti-hentinya mengalir untuk
kelancaran penulisan laporan studi pustaka ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman SKPM angkatan 49 yang telah berkenan menjadi rekan bertukar
pikiran dalam menyelesaikan laporan studi pustaka ini. Semoga laporan studi pustaka
ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis mengetahui bahwa karya ini belumlah sempurna, sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata semoga proposal skripsi dapat
menghasilkan laporan yang bermanfaat bagi berbagai pihak.

Bogor, Februari 2016

Nela Gabrielle
NIM. I34120147
vi

HUBUNGAN KERAGAAN DAN KINERJA KADER DALAM


PROGRAM KELUARGA BERENCANA

NELA GABRIELLE
I34120147

Proposal Skripsi
sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Kolokium (KPM 497)
pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI


DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI...................................................................................................................vii

DAFTAR TABEL..........................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................viii

1. PENDAHULUAN.....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2. Masalah Penelitian..................................................................................................2

1.3. Tujuan Penelitian................................................................................................3

1.4. Kegunaan Penelitian...........................................................................................3

2. PENDEKATAN TEORITIS..........................................................................................4

2.1. Tinjauan Pustaka.....................................................................................................4

Pasangan Usia Subur.....................................................................................................8

2.2. Kerangka Pemikiran...............................................................................................9

2.3. Hipotesis Penelitian..............................................................................................10

3. PENDEKATAN LAPANG..........................................................................................11

3.1. Metode Penelitian.................................................................................................11

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................................11

3.3. Teknik Pengumpulan Data....................................................................................12

3.4. Teknik Penentuan Responden dan Informan........................................................12

3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data...................................................................13

3.6. Definisi Operasional.............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17

LAMPIRAN....................................................................................................................20
viii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1. Rencana Alokasi Waktu Penelitian.............................................11

Tabel 2. Definisi Operasional Karakteristik Individu Kader.................... 14

Tabel 3. Definisi Operasional Keragaan Kader.........................................15

Tabel 4. Definisi Operasional Keragaan Kinerja Kader di Lapangan.......16

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1. Kerangka Pemikiran.....................................................................9

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1. Peta Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan...............................19

Lampiran 2. Kuesioner.................................................................................... 20

Lampiran 3. Panduan Pertanyaan Mendalam.................................................. 22

Lampiran 4. Format Catatan Lapangan............................................................24

Lampiran 5. Contoh Tabel Kosong (Dummy Table)........................................25

Lampiran 6. Outline Skripsi.............................................................................29


1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia tercatat sebagai negara keempat dengan jumlah penduduk terbanyak
di dunia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237.641.326
jiwa, yang mencakup penduduk yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak
118.320.256 jiwa dan di daerah pedesaan sebanyak 119.321.070 jiwa (BPS 2010).
Pertumbuhan penduduk di Indonesia dari tahun 2000 hingga 2005 pun mencapai 1,34
persen per tahunnya menurut Badan Pusat Statistik. Hal ini dianggap sebagai kondisi
yang serius oleh pemerintah Indonesia. Salah satu upaya pemerintah dalam menghadapi
kondisi tersebut adalah melalui Program Keluarga Berencana (KB). Undang-undang
(UU) Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga menyebutkan bahwa keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran
anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
yang berkualitas.
Sejumlah hasil penelitian menunjukkan manfaat pelaksanaan program KB.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Puspita (2011), bila perempuan
bisa mengatur kehamilannya, angka kematian ibu akan berkurang hingga sepertiganya.
Ibu berkesempatan mengembangkan potensi dirinya dan anak yang dilahirkan menjadi
lebih sehat dan cerdas karena perhatian dan nutrisinya cukup (BKKBN 2009). Program
KB berkontribusi meningkatkan gizi ibu dan anak, mutu tenaga kerja, produktivitas,
partisipasi sekolah, tingkat pendidikan tinggi, tabungan pribadi dan umum. Program KB
menurunkan konsumsi, biaya kesehatan reproduksi dan pendidikan. Program KB juga
berperan dalam mengatasi perangkap kemiskinan (proverty trap) (Syarief 2009 dalam
Pusita 2011). Wakil Presiden yakin, jika pelaksanaan program keluarga berencana (KB)
gagal, akan mengakibatkan ledakan jumlah penduduk yang akhirnya dapat
menimbulkan masalah sosial seperti keterbatasan lapangan kerja, kemiskinan,
keterbatasan pangan dan meningkatnya pengangguran (BKKBN 2010).
Menurut data BKKBN Januari 2013, total peserta aktif atau akseptor KB di
Provinsi Jawa Barat hanya mengalami sedikit peningkatan tetapi tidak terlalu signifikan.
Jumlah akseptor tersebut pun belum merata di setiap wilayahnya. Hanya sekitar 62.8%
yang tercatat sebagai akseptor KB, padahal pemerintah merumuskan bahwa jumlah total
akseptor KB haruslah mencapai 100%. Menjadi akseptor keluarga berencana
merupakan hal yang sangat positif karena selain membantu negara dalam menurunkan
angka kelahiran, menekan laju pertumbuhan penduduk, dan mengurangi pernikahan
usia dini, menjadi akseptor KB juga berarti menyiapkan keluarga yang memiliki
ketahanan keluarga yang matang dan berkualitas baik. Hal ini dapat terwujud jika
kegiatan-kegiatan pembinaan yang diadakan mendapatkan perhatian dan partisipasi
yang tinggi dari berbagai stakeholders program KB. Stakeholders tersebut antara lain
pemerintah, pemerintah daerah, pelayan kesehatan, penyuluh serta masyarakat.
Pelaksana penyuluhan dan pelayanan KB (non-medis) adalah para Penyuluh KB
(PKB). Mereka adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berstatus tenaga fungsional
yang bertugas membina satu desa atau lebih. Saat menjalankan tugas, bidan desa dan
PKB dibantu secara sukarela oleh para kader KB. Kader adalah seseorang yang karena
kecakapannya atau kemampuannya diangkat, dipilih atau ditunjuk untuk mengambil
peran dalam kegiatan dan pembinaan Posyandu, dan telah mendapat pelatihan tentang
2

KB dan Kesehatan (Depkes RI 1990). Para kader KB merupakan penduduk setempat.


Kedekatan tempat tinggal ini diharapkan agar kader lebih mampu memotivasi dan
menggerakkan PUS agar secara sadar mau dan mampu menerapkan perilaku ber-KB.
Untuk lebih memercepat proses perubahan perilaku ini, para kader diharapkan dapat
memberikan contoh/teladan. Di sisi lain, dengan sifat pekerjaannya yang sukarela, maka
kader KB rentan drop out/DO (Puspita 2011).
Kader KB merupakan ujung tombak dalam usaha pemerintah untuk mengurangi
angka kelahiran. Kader juga bekerja secara sukarela guna meningkatkan jumlah
akseptor KB di dusun atau daerah tempat tinggalnya. Pengetahuan yang dimiliki kader
KB tidak serta merta didapatkan sembarangan. Untuk menjadi kader, perlu mengikuti
pelatihan dan pembimbingan yang dilakukan oleh Penyuluh Lapang Keluarga
Berencana (PLKB), bidan, dan petugas pelayan kesehatan lainnya. Kader dilatih dan
mendapat pengetahuan mengenai alat/metoda kontrasepsi, manfaat serta kekurangannya
melalui pelatihan-pelatihan yang ada. Keragaan kader KB dapat dilihat berdasarkan
motivasi, kompetensi serta lingkungan. Hal ini juga dapat diukur melalui prestasi yang
diperoleh oleh kader melalui lomba-lomba yang diikuti, maupun keaktifan kader saat
mengikuti pelatihan. Keragaan kader KB tersebut diduga akan berpengaruh terhadap
kinerja kader KB saat melakukan kunjungan/pelayanan di lapangan.
Menurut hasil penelitian yang diterbitkan oleh BKKBN (2013), kinerja kader di
beberapa kecamatan Provinsi Sulawesi Utara masih kurang optimal. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya kader KB yang tidak rutin memberikan laporan bulanan, sehingga
menimbulkan pertanyaan kendala-kendala apa saja yang terjadi di lapangan. Kinerja
kader yang kurang baik ini juga disebabkan oleh mayoritas kader sudah berusia tua.
Sehingga motivasi yang dimiliki cukup rendah.
Desa Ciasmara sendiri memiliki jumlah PUS yang cukup tinggi dan mayoritas
telah menggunakan alat kontrasepsi. Hal ini tidak lepas dari peran petugas pelayan
kesehatan mulai dari bidan desa, PLKB, kader KB serta masyarakatnya sendiri. Selain
itu, ada beberapa kegiatan yang diadakan PLKB seperti lomba kader antar desa guna
menguatkan kekerabatan dan jejaring antar kader. Selain itu, lomba yang diadakan
untuk menguji pengetahuan, serta memberi reward kepada kader yang cekatan. Namun,
kompetensi yang dimiliki oleh kader tidak semerta-merta hanya dinilai dari lomba atau
pelatihan yang diadakan oleh PLKB saja. Kinerja kader yang sebenarnya perlu
dibuktikan di lapangan saat memberi pelayanan kepada PUS.
Maka dari itu, penting untuk menganalisis bagaimana hubungan keragaan dan
kinerja kader dalam Program Keluarga Berencana.

1.2. Masalah Penelitian


Program keluarga berencana merupakan hal yang sudah cukup dikenal oleh
masyarakat luas, termasuk masyarakat desa. Program keluarga berencana pun cukup
popular di desa. Hal ini tidak lepas dari peran kader sebagai ujung tombak dalam upaya
penyebaran informasi mengenai program KB. Kader pun mengikuti berbagai kegiatan
untuk dapat meningkatkan kinerjanya di lapangan. Maka tidak jarang dilakukan
kegiatan untuk lebih meningkatkan pengetahuan, salah satunya adalah kegiatan
pelatihan yang diadakan oleh Penyuluh Lapang Keluarga Berencana (PLKB). Maka,
yang menjadi pertanyaan penelitian adalah bagaimana keragaan kader dalam
mengikuti pelatihan yang diadakan oleh PLKB?
Setelah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh PLKB, tentu kader akan
melakukan pekerjaannya di lapangan seperti mengunjungi PUS di rumah atau
membantu di posyandu maupun puskesmas. Kinerja kader sendiri akan terlihat melalui
kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama berada di lapangan. Selain itu, pasangan usia
3

subur yang telah mendapatkan pelayanan dari kader juga dapat dijadikan salah satu
indikator penilaian kader saat di lapangan. Maka yang menjadi pertanyaan penelitian
selanjutnya adalah bagaimana keragaan kinerja kader di lapangan?
Hal menarik lainnya adalah meskipun kader telah mengikuti pelatihan yang
diadakan oleh PLKB, terkadang keahlian kader saat berada di lapangan dapat terlihat
berbeda dengan penilaian yang telah dilakukan oleh PLKB. Bila nilai kader termasuk
baik dalam penilaian PLKB, belum tentu hal yang sama dirasakan oleh PUS yang
dikunjungi oleh kader tersebut. Maka, yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah
bagaimana hubungan antara tingkat keragaan kader dalam mengikuti pelatihan
dengan tingkat keragaan kader di lapangan?

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian dengan judul Hubungan Keragaan Aktivitas dengan Kinerja
Kader dalam Program Keluarga Berencana memiliki rumusan tujuan:
1. Menganalisis tingkat keragaan kader dalam mengikuti pelatihan yang diadakan
oleh PLKB
2. Menganalisis tingkat keragaan kinerja kader di lapangan
3. Menganalisis hubungan antara tingkat keragaan kader dalam mengikuti
pelatihan dengan tingkat keragaan kinerja kader di lapangan

1.4. Kegunaan Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang
berminat maupun yang terkait dengan keragaan kinerja kader dan pengetahuannya,
khususnya kepada:
1. Civitas Akademika untuk menjadi salah satu sumber informasi serta referensi
mengenai keragaan kinerja kader di lapangan
2. Pemerintah untuk menjadi salah satu referensi dalam usaha meningkatkan
kinerja kader dengan pelatihan penguatan lini depan pekerja lapang
3. Masyarakat untuk, hasil menambah pengetahuan dan menyadari mengenai
betapa penting dan bermanfaatnya mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh
kader atau pelayan kesehatan lainnya mengenai program keluarga berencana
4

2. PENDEKATAN TEORITIS

2.1. Tinjauan Pustaka

Keluarga Berencana
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), Keluarga Berencana (KB)
adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi
kelahiran. Dengan kata lain, KB adalah perencaan jumlah keluarga. Pembatasan bisa
dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran
seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang
dianggap ideal adalah dua anak.
Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (BKKBN, 1999). Keluarga berencana bertujuan
untuk memperbaiki penghidupan manusia dengan jalan membela kepentingan diri
sendiri, kepentingan keluarga, dan kepentingan masyarakat (Partodihardjo,1977).
Kebijakan operasional dikembangkan berdasarkan empat misi Gerakan KB Nasional,
yaitu pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga.
Menurut Febriansyah (2015), Program Keluarga Berencana bertujuan untuk
membantu masyarakat melalui pelayanan Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi
dalam hal mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden
kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan kematian; membuat pelayanan yang bermutu
terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan;
meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, informasi, edukasi atau pendidikan serta
konseling untuk meningkatkan pemahaman yang baik tentang keuntungan atau resiko
dari Program Keluarga Berencana sehingga kelangsungan program dapat berjalan
dengan baik.
Selama ini terjadi salah kaprah dalam mengartikan konsep Keluarga Berencana
(KB) yang berlaku di Indonesia, ketika mendengar kata KB disebut, maka yang
langsung tergambar adalah pil KB, suntik, vesektomi, dan lain-lain. Persepsi ini
sebenarnya tidak salah, namun kurang tepat. KB tidak sekedar persoalan pemilihan dan
pemakaian alat kontrasepsi. Konsep KB jauh dari semua itu. Program Keluarga
Berencana adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas melalui promosi,
perlindungan dan bantuan dalam mewujudkan hak hak reproduksi. Disamping itu juga
untuk penyelenggaraan, pelayanan, pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk
membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal dan mengatur jumlah jarak dan usia
melahirkan anak, pengaturan kehamilan serta membina ketahanan dan kesejahteraan
keluarga (Syarief, 2007:93).
Menjadi akseptor keluarga berencana merupakan hal yang sangat positif karena
selain membantu negara dalam menurunkan angka kelahiran, menekan laju
pertumbuhan penduduk, dan mengurangi pernikahan usia dini, menjadi akseptor KB
juga berarti menyiapkan keluarga yang memiliki ketahanan keluarga yang matang dan
berkualitas baik. Hal ini dapat terwujud jika kegiatan-kegiatan pembinaan yang
diadakan mendapatkan perhatian dan partisipasi yang tinggi dari berbagai stakeholders
program KB. Macam-macam kegiatan pembinaan bagi peserta KB tersebut antara lain:
5

1. Advokasi: Kegiatan advokasi dilakukan kepada stakeholders sebagai bentuk


komunikasi strategis dalam upaya meningkatan komitmen pemerintah daerah
untuk mendukung kegiatan pembinaan peserta KB aktif yang meliputi
pembiayaan, sarana dan prasarana serta SDM. Kegiatan advokasi ini dilakukan
kepada mitra kerja sebagai bentuk komunikasi strategis dalam memberdayakan
organisasi masyarakat, organisasi profesi dan forum-forum yang ada untuk
mendukung kegiatan peserta KB aktif
2. Penguatan dan pemberdayaan tenaga lini lapang (PLKB): Tenaga lini lapang
(PKB, PLKB, dan Kader KB) sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan
program kependudukan dan keluarga berencana mempunyai peran sangat besar
dalam pembinaan peserta KB aktif. Untuk itu, perlu dilakukan penguatan
melalui peningkatan kompetensi dan pemberdayaan melalui optimalisasi peran
tenaga lini lapangan dalam upaya pembinaan peserta KB aktif
3. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE): KIE merupakan suatu
proses penyampaian dan penerimaan pesan-pesan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku kepada masyarakat. Pemberian informasi KIE
tentng kontrasepsi kepada PUS perlu disampaikan agar mereka terpapar
informasi mengenai jenis-jenis kontrasepsi, keuntungan/manfaat penggunaan
kontrasepso serta dimana bisa mendapatkan pelayanan kontrasepsi. Peningkatan
KIE dilakukan melalui KIE individu dan KIE kelompok., kegiatan ini dapat
dilakukan oleh tenaga lini lapangan atau peserta pengguna kontrasepsi. Sleain
itu, KIE juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan media massa (cetak atau
elektronik), media tradisional, Mupen, dan lain-lain melalui penajaman isi pesan
KIE berdasarkan kearifan local
4. Pelayanan KB yang berkelanjutan: Untuk meningkatkan kelangsungan
penggunaan kontrasepo maka perlu dilakukan pelayanan KB yang berkelanjutan
yang meliputi: pra pelayanan, saat pelayanan, pasca pelayanan serta pelayanan
mobile
5. Pemberdayaan masyarakat melali kelompok kegiatan: Pembinaan peserta KB
aktif dapat dilakukan dengan memberdayakan masyarakat melalui kelompok
kegiatan (poktan), yang ada seperti kelompok BKB, BKR, BKL, UPPKS,
Kelompok KB Pria, Posyandu, Poskesdes serta melalui penyelenggaraan lomba-
lomba yang terkait dengan program KB.

Manfaat Keluarga Berencana


Jumlah perempuan meninggal akibat berbagai masalah yang melingkupi
kehamilan, persalinan, dan pengguguran kandungan (aborsi) yang tak aman masih amat
tinggi. Menurut Ekarini (2008) KB bisa mencegah sebagian besar kematian itu. Di masa
kehamilan umpamanya, KB dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya akibat :
a. Kehamilan terlalu dini
Perempuan yang sudah hamil tatkala umurnya belum mencapai 17 tahun sangat
terancam oleh kematian sewaktu persalinan. Karena tubuhnya belum sepenuhnya
tumbuh, belum cukup matang dan siap untuk dilewati oleh bayi. Lagipula, bayinya pun
dihadang oleh risiko kematian sebelum usianya mencapai 1 tahun.
b. Kehamilan terlalu telat
Perempuan yang usianya sudah terlalu tua untuk mengandung dan melahirkan
terancam banyak bahaya. Khususnya bila ia mempunyai problema-problema kesehatan
lain, atau sudah terlalu sering hamil dan melahirkan.
c. Kehamilan-kehamilan terlalu berdesakan jaraknya
6

Kehamilan dan persalinan menuntut banyak energi dan kekuatan tubuh


perempuan. Kalau ia belum pulih dari satu persalinan tapi sudah hamil lagi, tubuhnya
tak sempat memulihkan kebugaran, dan berbagai masalah bahkan juga bahaya
kematian, menghadang.
d. Terlalu sering hamil dan melahirkan
Perempuan yang sudah punya lebih dari 4 anak dihadang bahaya kematian
akibat pendarahan hebat dan macam-macam kelainan lain, bila ia terus saja hamil dan
bersalin lagi.

Kader
Kader adalah seseorang yang karena kecakapannya atau kemampuannya
diangkat, dipilih atau ditunjuk untuk mengambil peran dalam kegiatan dan pembinaan
Posyandu, dan telah mendapat pelatihan tentang KB dan Kesehatan (Depkes RI, 1990).
Mayoritas kader kesehatan adalah wanita dan anggota PKK yang sudah menikah dan
berusia 20-40 tahun dengan pendidikan sekolah dasar. Smasih merujuk dari Depkes RI
(1996) syarat untuk dapat menjadi seorang kader antara lain adalah mampu membaca
dan menulis dengan bahasa Indonesia, secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas
sebagai kader, mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang
bersangkutan, aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya,
dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon kader lainnya dan
berwibawa, sanggup membina paling sedikit 10 KK (Kepala Keluarga) untuk
meningkatkan keadaan kesehatan lingkungan diutamakan mempunyai keterampilan.
Kader merupakan ujung tombak pemerintah dalam menyampaikan informasi dan
memersuasikan masyarakat untuk mengikuti program keluarga berencana. Kader juga di
harapkan menjadi pelopor pembaharuan dalam pembangunan di bidang kesehatan.
Menurut Haryuni (1997), prinsip terbentuknya kader adalah pertama, dari segi
pengorganisasian, bentuk pengorganisasian yang seperti itu diaplikasikan dalam bentuk
kegiatan keterpaduan KB kesehatan yang telah dikenal dengan nama Posyandu. Adapun
kegiatan berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat, dapat diterapkan pada
masyarakat pedesaan dan perkotaan, pelayanan yang murah dapat dijangkau oleh setiap
penduduk. Kedua, dari segi kemasyarakatan, perilaku kesehatan tidak terlepas daripada
kebudayaan masyarakat. Dalam upaya untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat
harus pula diperhatikan keadaan sosial budaya masyarakat. Sehingga untuk
mengikutsertakan masyarakat dalam upaya pembangunan khususnya dalam bidang
kesehatan, tidak akan membawa hasil yang baik bila prosesnya melalui pendekatan
instruktif. Akan tetapi lebih berhasil bila proses pendekatan dengan edukatif yaitu
berusaha menimbulkan kesadaran untuk dapat memecahkan permasalahan dengan
memperhitungkan sosial budaya setempat.
Dengan terbentuk kader kesehatan, pelayanan kesehatan yang selama ini
dikerjakan oleh petugas kesehatan saja dapat dibantu oleh masyarakat. Dengan
demikian masyarakat bukan hanya merupakan objek pembangunan, tetapi juga mitra
pembangunan itu sendiri. Selanjutnya dengan adanya kader maka pesan-pesan yang
diterima tidak akan terjadi penyimpangan. Sehinga pesan-pesan yang disampaikan
dapat diterima dengan sempurna berkat adanya kader, jelaslah bahwa pembentukan
kader adalah perwujudan pembangunan dalam bidang kesehatan (Depkes RI, 2000).
Tugas dari kader itu sendiri antara lain menurut Depkes RI (2000) adalah
sebelum hari pelaksanaan Posyandu meliputi kegiatan pencatatan sasaran yaitu pada
bayi dan balita, ibu hamil, ibu menyusui dan PUS, pemberitahuan sasaran kegiatan
Posyandu pada ibu yang mempunyai bayi dan balita, ibu hamil, ibu menyusui dan PUS.
Kedua, kegiatan pada hari Posyandu meliputi kegiatan pendaftaran pada pengunjung,
7

penimbangan terhadap bayi dan balita, pencatatan KMS bayi dan balita, penyuluhan
pada ibu yang mempunyai bayi dan balita, ibu hamil dan menyusui dan PUS, pemberian
alat kontrasepsi, pemberian vitamin. Ketiga, kegiatan sesudah hari Posyandu meliputi
kegiatan pencatatan dan pelaporan, mendatangi sasaran yang tidak hadir, mendatangi
sasaran yang mempunyai masalah untuk diberikan penyuluhan, menentukan tidak lanjut
kasus (rujukan) yang mempunyai masalah setelah diperiksa dan tidak bisa ditangani
oleh kader. Kegiatan lain yang dapat dilakukan kader dalam hal ini program KB adalah
mengajak ibu-ibu untuk datang pada hari kegiatan yang diadakan di posyandu.
Karakteristik kader menurut Bangun (2012) antara lain meliputi:
a. Usia
Usia umumnya cukup mempengaruhi dalam hal bermasyarakat, karena hal
tersebut merupakan suatu ukuran untuk menilai tanggung jawab seseoeang
dalam melakukan kegiatan ataupun aktivitas. Menurut Bahri (1981) dalam
Bangun (2012), ciri-ciri kader yang aktif sebaiknya berumur antara 25-35 tahun,
karena pada masa muda, kader mempunyai motivasi yang positif, merasa lebih
bertanggung jawab dan inovatif.
b. Jenis Pekerjaan
Karakteristik yang berhubungan dengan pekerjaan kader karena kesibukan
membuat seseorang terabaikan kesehatannya, termasuk kader posyandu.
Sebaiknya kader posyandu tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, dan
mempunyai pengalaman menjadi kader sekurang-kurangnya 60 bulan, dan tidak
ada pergantian kader dalam satu tahun, serta jumlah kader setiap posyandu lima
orang Benny (2005) dalam Bangun (2012).
c. Tingkat Pendidikan
Pendidikan yang tinggi yang dimiliki seseoarang akan lebih mudah memahami
suatu informasi, bila pendidikan tinggi, maka dalam menjaga kesehatan sangat
diperhatikan, termasuk cara menjaga bayi dan balita, mengatur gizi seimbang.
Sebaliknya dengan pendidikan rendah sangat sulit menterjemahkan informasi
yang didapatkan, baik dari petugas kesehatan maupun dari media-media lain.
d. Lama menjadi kader
Kinerja masa lalu cenderung dihubungkan pada hasil seseorang, semakin lama ia
bekerja maka semakin terampil dalam melaksanakan tugasnya sehingga
senioritas dalam bekerja akan lebih terfokus jika dibandingkan dengan orang
yang baru bekerja Robbins (1996) dalam Bangun (2012).

Keragaan dan Kinerja Kader KB


Menurut KBBI kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan
atau kemampuan kerja. Menurut Hasibuan (2001) kinerja (prestasi kerja) adalah suatu
hasil kerja seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Kreitner dan
Kinicki (2001) dalam Puspita (2011), menyatakan bahwa melakukan penilaian kinerja
akan bermanfaat untuk memperoleh umpan balik atas kinerja, identifikasi kekuatan dan
kelemahan individu, pengahragaan dan evaluasi pencapaian tujuan. Menurut Mahsun
(2006) dalam Hutanto (2014), bahwa kinerja (performance) adalah gambaran mengenai
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan /program/kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategi planning suatu
organisasi. Penyuluhan publik misalnya mengenai KB, penilaian kinerja akan relatif
lebih sulit. Hal ini terjadi karena penyuluhan publik mencakup berbagai aspek, baik
kualitas maupun kuantitas pelayanan.
8

Menurut Klinger dan Nalbandian (1985:229) dalam Puspita (2011), fokus


penilaian kinerja dapat dikelompokkan menjadi tiga yakni: (1) penilaian berdasarkan
hasil akhir (resultbased performance), yakni penilaian yang didasarkan pada pencapaian
tujuan atau hasil akhir (end result); (2) penilaian berdasarkan perilaku (behavior-based
performance), yang memfokuskan pada sarana (means) dan sasaran (goals), bukan pada
hasil akhir; dan (3) penilaian berdasarkan pendapat (judgment based performance),
yang melakukan penilaian dengan menggunakan peringkat penilaian: sangat bagus
sangat tidak bagus (rating method) dan pengurutan: dari paling baik paling buruk
(ranking method).
Atmosoeprapto (2001:65) dalam Puspita (2011) merinci beberapa aspek yang
berhubungan dengan kinerja, antara lain: kemampuan (competence) merupakan fungsi
dari pengetahuan dan keterampilan. Commitment adalah pengaruh atas confidence dan
motivation. Confidence ialah rasa keyakinan diri seseorang mampu melakukan tugas
dengan baik tanpa banyak diawasi. Adapun motivation adalah minat atau antusias
seseorang untuk melakukan suatu tugas dengan baik.
Menurut Puspita (2011) kinerja kader KB adalah tingkat keberhasilan anggota
masyarakat yang secara sukarela membantu mereka menjalankan tugas penyuluhan dan
pelayanan KB di tingkat dusun/RW/RT menurut pandangan/penilaian PKB.
Indikatornya adalah tingkat keberhasilan dalam memberikan KIE/konseling KB,
membentuk dan mengembangkan 3 Bina (Bina Keluarga Balita/BKB, Bina Keluarga
Remaja/BKR dan Bina Keluarga Lansia/BKL), melakukan pendataan dan memberikan
peneladanan dalam menerapkan nilai-nilai KB.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kader antara lain kompetensi kerja,
motivasi dan lingkungan. Sebagai ujung tombak, kader dituntut memiliki kompetensi
yang harus terus disesuaikan dengan kondisi perkembangan masyarakat setempat.
Menurut BKKBN (2002), seorang kader harus memiliki profil seperti yang tergambar
dalam penguasaan dan kemampuan berbagai aspek yakni: (1) aspek wawasan program,
(2) aspek manajerial, (3) aspek kemampuan operasional, (4) aspek motivasi kerja, dan
(5) aspek kepemimpinan. Kemampuan lain yang sangat penting untuk dikuasai oleh
kader adalah berkomunikasi, yang dalam istilah BKKBN disebut Komunikasi Informasi
dan Edukasi (KIE). Faktor selanjutnya adalah motivasi, yaitu dorongan yang membuat
seseorang mau melakukan sesuatu. Sumbernya dapat berasal dari diri orang tersebut
(internal) maupun dari luar diri (eksternal). Aspek motivasi yang dilihat adalah:
dorongan untuk berprestasi, dorongan meningkatkan kompetensi, dorongan
berafiliasi/hubungan sosial dan dorongan mengejar kekuasaan/pengaruh (Puspita, 2011).
Faktor yang terakhir yang memengaruhi kinerja kader adalah lingkungan. Kemampuan
seseorang tidak saja disebabkan oleh potensi yang ada dalam dirinya (faktor internal),
tetapi juga oleh faktor di luar dirinya (faktor eksternal/lingkungan). Semakin baik dan
kondusif kondisi internal dan eksternalnya ini, akan semakin baik/tinggi pula kinerja
mereka.
Jadi, penilaian terhadap kinerja Penyuluh KB danKader KB diharapkan akan
mendorong peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat (khususnya pada
pasangan usia subur/PUS) untuk berperilaku KB menuju terwujudnya keluarga
berkualitas.

Pasangan Usia Subur


Akseptor berasal dari kata accept yang berarti menerima. Akseptor KB adalah
peserta keluarga yang merupakan pasangan usia subur dimana salah seorang
diantaranya menggunakan alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik itu
melalui program KB maupun non program (Everet. 2008). Pasangan usia subur adalah
9

pasangan suami istri yang telah menikah secara sah dan dalam masa produktif (belum
menopause). Menurut BKKBN masa produktif antara usia 15-49 tahun. Sehingga
menurut definisi di atas, akseptor KB yang dimaksud adalah pasangan usia subur yang
telah sah menikah dan belum menopause, yang salah satu atau keduanya menggunakan
alat kontrasepsi guna mencegah kehamilan dan masih berada di rentang usia produktif
yaitu 15-49 tahun. Pasangan usia subur disini juga menerima pelayanan dari kader
mengenai program KB. Kader menyampaikan informasi kepada PUS mengenai
alat/metode KB, manfaat, serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan KB. Hal ini
berarti menunjukan bahwa PUS dapat menjadi salah satu informasi, dalam mengukur
kinerja kader. Penilaian PUS terhadap kadernya merupakan salah satu dari beberapa
indikator yang ada untuk menilai keragaan kinerja kader saat di lapang.

2.2. Kerangka Pemikiran


Keluarga berencana bertujuan untuk memperbaiki penghidupan manusia dengan
jalan membela kepentingan diri sendiri, kepentingan keluarga, dan kepentingan
masyarakat. Program keluarga berencana juga merupakan program yang bertujuan
untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia. Kader merupakan ujung
tombak dalam penyampaian informasi kepada PUS mengenai program dan kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan keluarga berencana. Penelitian ini dilakukan dengan
meninjau keragaan kader dalam mengikuti pelatihan yang diadakan oleh PLKB. Kinerja
kader di lapangan pun juga diteliti namun dengan menjadikan pasangan usia subur
sebagai respondennya.
Faktor yang diduga memengaruhi keragaan kader dalam pelatihan adalah
karakteristik individu. Variabel-variabel yang diteliti pada karakteristik individu kader
tersebut meliputi usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, lamanya menjadi kader.
Keseluruhan variabel tersebut diduga memiliki hubungan dengan keragaan kader dalam
mengikuti pelatihan. Selain itu, akan dilihat juga keragaan kader dalam mengikuti
pelatihan yang diadakan oleh PLKB yang dilihat berdasarkan aspek motivasi,
kompetensi, dan lingkungan (Ainsworth et.al 2002) dalam Puspita (2011). Diduga
keragaan kader dalam mengikuti pelatihan memiliki hubungan dengan keragaan kinerja
kader di lapangan yang meliputi frekuensi kunjungan, kemampuan berkomunikasi, dan
tingkat kepercayaan PUS terhadap kader.

Karakteristik Individu Keragaan Keragaan Kinerja


mengikuti Pelatihan di Lapangan
Usia
Jenis Pekerjaan Motivasi Frekuensi
kunjungan
Tingkat Kompetensi
Pendidikan Lingkungan Kemampuan
berkomunikasi
Lamanya menjadi
kader Pengetahuan
Tingkat
kepercayaan
Keterangan :
: Berhubungan

Gambar 1. Kerangka pemikiran


10

2.3. Hipotesis Penelitian


Berdasarkan kerangka penelitian di atas, maka hipotesis penelitian yang muncul
adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik individu kader (usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan lama
menjadi kader) berhubungan nyata dengan keragaan mengikuti pelatihan
2. Keragaan mengikuti pelatihan berhubungan nyata dengan keragaan kinerja kader
di lapangan
11

3. PENDEKATAN LAPANG

3.1. Metode Penelitian


Penilitian ini merupakan penelitian survey yang termasuk ke dalam penelitian
eksplanatori. Penelitian eksplanatori merupakan penelitian penjelasan yang menyoroti
hubungan antar variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan
sebelumnya (Singarimbun dan Effendi, 2012). Penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian kuantitatif dengan didukung penelitian kualitatif untuk memperkaya data dan
informasi yang diperoleh. Penelitian kuantitatif diperoleh dengan menggunakan survey
melalui instrumen kuisioner (lampiran 2) yang diberikan kepada responden untuk
mengetahui karakteristik kader, keragaan kader saat mengikuti pelatihan serta kinerja
kader di lapangan. Uji coba kuesioner akan dilakukan guna menguji validitas dan
realibilitas kepada 10 orang PUS yang memiliki karkateristik yang sama dengan
responden penelitian. Sementara itu pendekatan penelitian kualitatif dilakukan dengan
menggunakan teknik wawancara mendalam (lampiran 3) kepada informan, observasi,
dan studi dokumentasi terkait.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat (Lampiran 1). Lokasi tersebut dipilih dengan alasan di
lokasi tersebut terdapat banyak pasangan usia subur yang telah menjadi akseptor KB,
baiknya kualitas kader dan PLKB yang bertugas di sana. Penelitian dilaksanakan dalam
waktu lima bulan (Tabel 2). Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi,
kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan
perbaikan laporan penelitian.

Tabel 1. Rencana alokasi waktu penelitian


Januari Februari Maret April Mei
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan
Proposal
Skripsi

Perbaikan
Proposal
Skripsi

Kolokium

Pengambilan
Data Lapang

Pengolahan
dan Analisis
12

Data

Penulisan
Draft Skripsi

Uji Petik

Sidang
Skripsi

Perbaikan
Laporan
Skripsi

3.3. Teknik Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer didapatkan langsung di lapangan dengan cara survei, observasi,
serta wawancara mendalam yang dilakukan langsung kepada responden maupun
informan. Data primer yang dibutuhkan antara lain karakteristik kader, keragaan kader
saat mengikuti pelatihan oleh PLKB dan kinerja kader. Sementara itu, data sekunder
diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis di kantor pemerintahan desa dan kecamatan,
buku, internet, jurnal-jurnal penelitian dan laporan penelitian yang berkaitan dengan
penelitian ini. Dokumen-dokumen tersebut meliputi profil dan monografi Desa
Ciasmara, data BPS Kabupaten Bogor, hasil penelitian dari BKKBN, dan beberapa data
pendukung dari puskesmas Desa Ciasmara.

3.4. Teknik Penentuan Responden dan Informan


Subjek dalam penelitian ini adalah responden dan informan. Responden adalah
orang yang memberikan informasi mengenai diri mereka sendiri sebagai sumber data.
Populasi dalam penelitian adalah kader KB yang bertugas di Desa Ciasmara, Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor dan PUS yang mendapatkan pelayanan dari kader KB
tersebut . Unit analisa dalam penelitian ini adalah individu. Responden penelitian
ditentukan dengan melakukan teknik pengambilan sampel acak sederhana (simple
random sampling) dengan mengambil 30 responden yang mendapat pelayanan dari
kader KB. Alasan menggunakan teknik simple random sampling karena populasi dari
Desa Ciasmara cukup homogen yaitu mayoritas sudah menggunakan KB. Setiap
responden akan diwawancarai dengan kuisioner. Pengambilan sampel secara acak ini
dilakukan dengan menggunakan program komputer dengan software (perangkat lunak)
Microsoft Excel 2013.
Sementara itu, pemilihan terhadap informan akan dilakukan secara sengaja
(purposive) dan jumlahnya tidak ditentukan. Penetapan informan ini akan dilakukan
dengan menggunakan teknik bola salju (snowball) yang memungkinkan perolehan data
dari satu informan ke informan lainnya. Pencarian informasi ini akan berhenti apabila
tambahan informan tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru atau sudah berada pada
titik jenuh. Orang-orang yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini adalah
bidan desa, penyuluh lapang KB, serta berberapa masyarakat desa yang memiliki
pengetahuan dan informasi mengenai kinerja kader di Desa Ciasmara.
13

3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner dan pertanyaan
terstruktur sebagai pedoman wawancara mendalam. Kuisioner yang digunakan dibagi
menjadi tiga bagian yang pertama menanyakan bagian karakteristik individu responden.
Kedua, karakteristik mengenai keragaan kader saat mengikuti pelatihan yang diberikan
oleh PLKB yang diduga berkorelasi dengan kinerja kader di lapangan. Ketiga, kuisioner
mengenai kinerja kader saat di lapangan yang diperoleh melalui wawancara dengan
pasangan usia subur yang mendapatkan pelayanan dari kader.
Data hasil dari kuisioner kemudian dianalisis secara kuantitatif. Data dimasukan
ke dalam microsoft excel 2013 kemudian dilakukan pengkodean data. Setelah
pengkodean, selanjutnya data diolah dengan menggunakan software (Statistical
Program for Social Sciences) for Windows versi 16.0 dan Microsoft Exel 2013. Data
kuantitatif tersebut disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi melalui software
SPSS. Analisis hubungan dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi uji korelasi
Rank-Spearman dan Chi-Square. Uji Rank-Spearman digunakan untuk melihat
keterhubungan antar variabel dengan skala ordinal, sedangkan uji Chi-Square
digunakan untuk melihat keterhubungan antar variabel dengan skala nominal.

Model Uji Rank Spearman:


rs = 1- 6 b12
n (n2-1)

Model Uji Chi-Square:


2 = n (| ad bc|) n/2)2
(a+b)(a+c)(b+d)(c+d)
db = (2-1)(2-1) = 1

Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data,
dan verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan,
penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data dari catatan lapang (lampiran 4),
hasil wawancara mendalam dan observasi serta studi dokumen. Tujuan dari reduksi data
ini ialah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang
tidak perlu. Kedua ialah penyajian data yang berupa menyusun segala informasi dan
data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah
laporan. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari
hasil yang telah diolah pada tahap reduksi. Seluruh hasil penelitian pada akhirnya akan
dituliskan dalam rancangan skripsi dalam bentuk narasi, tabel dan matriks.
14

3.6. Definisi Operasional


Untuk mempermudah pengukuran variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini, maka penting untuk merumuskan definisi operasional sebagai berikut:
Karakteristik individu adalah faktor-faktor yang terdapat dalam individu
responden yang dapat memotivasi diri untuk mengikuti pelatihan kader yang diadakan
oleh PLKB. Karakteristik individu kader ini meliputi usia, jenis pekerjaan, tingkat
pendidikan dan lama menjadi kader. Variabel dan defiisi operasional karakteristik
individu kader dapat dilihat pada tabel 2:

Tabel 2. Definisi operasional Karakteristik Individu Kader


No Variabel Definisi Operasional Skor Data
1 Usia Selisih antara tahun Havighurst dan Ordinal
responden dilahirkan Acherman et al.
hingga tahun pada saat dalam Mugniesyah
penelitian dilaksanakan (2008):
i. Muda (18-30
tahun), skor 1
ii. Dewasa (31-50
tahun), skor 2
iii. Tua (>50 tahun),
skor 3
2 Status pekerjaan Status pekerjaan i. Rendah: jika Ordinal
responden saat responden tidak
wawancara bekerja, skor 1
dilakukan ii. Sedang: jika
responden bekerja
sebagai buruh, skor
2 iii.Tinggi: Jika
responden bekerja
sebagai non-buruh,
skor 3

3 Tingkat Pendidikan Jenis pendidian sekolah i. Rendah: jika tidak Ordinal


formal teritinggi yang sekolah, tidak tamat
pernah ditempuh oleh SD, dan tamat
responden SD/sederajat, skor 1
ii. Sedang: jika
tamat
SMP/sederajat, skor
2
iii. Tinggi: jika tamat
SMA/sederajat, skor
3
4 Lama menjadi Lama waktu sejak i. Rendah: jika < 1 Ordinal
kader pertama bergabung tahun, skor 1
menjadi kader hingga ii. Sedang: jika 1-5
penelitian dilakukan tahun, skor 2
iii.Tinggi: jika > 5
tahun non-buruh,
15

skor 3

Keragaan kader mengikuti pelatihan adalah penilaian kader saat menerima


pelatihan dan mengikuti kegiatan yang diadakan oleh PLKB atau pihak pelayan
kesehatan lainnya yang lebih tinggi. Keragaan kader ini dapat diukur berdasarkan
motivasi, kompetensi dan lingkungan. Variabel dan definisi operasional keragaan kader
dapat dilihat pada table 3:

Tabel 3. Definisi Operasional Keragaan Kader


No Variabel Definisi Operasional Skor Data
1 Motivasi Suatu dorongan yang i. Rendah: jika skor Ordinal
timbul dari diri individu yang didapatkan
(kader) ke suatu arah 5-6, skor 1
perilaku. Motivasi ii. Sedang: jika skor
diukur berdasarkan yang didapatkan 7-8,
dorongan dari dalam skor 2
dan dorongan dari luar iii.Tinggi: jika skor
kader (Robbin 1996 yang didapatkan 9-
dalam Puspita 2010) 10, skor 3
2 Kompetensi Kemampuan dan i. Rendah: jika skor Ordinal
kewenangan yang yang didapatkan
dimiliki seseorang 5-6, skor 1
(kader) untuk ii. Sedang: jika skor
melakukan suatu yang didapatkan 7-8,
pekerjaan, yang skor 2
didasari oleh iii.Tinggi: jika skor
pengetahuan dan yang didapatkan 9-
keterampilan 10, skor 3

3 Lingkungan Kesatuan ruang dengan i. Rendah: jika skor Ordinal


segala benda, daya, yang didapatkan
keadaan, makhluk 5-6, skor 1
hidup, termasuk ii. Sedang: jika skor
manusia dan yang didapatkan 7-8,
perilakunya, yang skor 2
memengaruhi iii.Tinggi: jika skor
perikehidupan kader, yang didapatkan 9-
digolongkan ke dalam 10, skor 3
lingkungan fisik dan
lingkungan sosial

Keragaan kinerja kader di lapangan adalah penilaian performa kader saat


melakukan tugas di lapangan, dinilai dari respon pasangan usia subur yang telah
mendapatkan pelayanan. Keragaan kinerja kader di lapangan ini dapat diukur
berdasarkan frekuensi kunjungan kader, kemampuan berkomunikasi, dan tingkat
kepercayaan. Variabel dan definisi operasional keragaan kinerja kader di lapangan dapat
dilihat pada table berikut:
16

Tabel 4. Definisi Operasionel Keragaan Kinerja Kader di Lapangan


No Variabel Definisi Operasional Skor Data
1 Frekuensi Intensitas kunjungan i. Rendah: jika 1-2 Ordinal
kunjungan yang dilakukan kali dalam
kader kepada PUS sebulan, skor 1
ii. Sedang: jika 3-4
kali dalam sebulan,
skor 2
iii. Tinggi, jika lebih
dari 4 kali dalam
sebulan, skor 3
2 Kemampuan Kelancaran kader dalam i. Rendah: jika skor Ordinal
berkomunikas memberikan yang didapatkan
i informasi, 5-6, skor 1
mengedukasi, dan ii. Sedang: jika skor
memersuasikan yang didapatkan 7-8,
PUS untuk skor 2
mengikuti program iii.Tinggi: jika skor
KB yang didapatkan 9-
10, skor 3
3 Tingkat Pemahaman responden i. Rendah: jika total Ordinal
Pengetahuan terkait alat/metode yang skor jawaban benar
digunakaan dalam , skor 1
program KB ii. Sedang: jika jika
total skor jawaban
benar , skor 2
iii. Tinggi: jika jika
total skor
jawaban benar
, skor 3
4 Tingkat Sejauh mana PUS i. Rendah: jika skor Ordinal
kepercayaan memiliki modal yang didapatkan
sosial 5-6, skor 1
(kepercayaan) ii. Sedang: jika skor
kepada kader KB yang didapatkan 7-8,
dalam kegiatan skor 2
pelayanan KB iii.Tinggi: jika skor
yang didapatkan
9-10, skor 3
17

DAFTAR PUSTAKA

[BPS]. 1990. Badan Pusat Statistik. Dapat diakses melalui www.bps.go.id.

[BPS]. 2010. Badan Pusat Statistik. Dapat diakses melalui www.bps.go.id.

Bangun, H. A. 2012. Hubungan Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik dengan Kader


Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Amplas [Skripsi]. Universitas
Sumatera Utara

Bertand, J. 1980. Audience Reasearch for Improving Family Planning Communication


Program The Community and Family Study Centre, Chicago.

BKKBN, 2012. Rencana Aksi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduktif Tahun
2014. Jakarta

BKKBN, 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesertaan Ber-KB Anggota


Kelompok UPPKS. Jakarta

Depkes RI. 1993, Modul Pelatihan Peningkatan PSM Pengorganisasian dan


Pengembangan Masyarakat

1996. ARRIF. Pedoman Kegiatan Kader di Posyandu, Jakarta

2000. Panduan Umum Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan


Ibu dan Anak, Jakarta

2000. Panduan Pelatihan Kader Posyandu, Jakarta

Ekarini, SMB. (2008). Analisis faktor Yang Berpengaruh terhadap Partisipasi pria dalam
KB di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. [Thesis] FKM Undip. Semarang.

Everet,S. 2008. Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi, edisi 2. Jakarta: EGC.

Febriansyah, M. 2015 Studi Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Program Keluarga


Berencana Di Kecamatan Kota Bangun Kabupaten Kutai Kartanegara.
[Internet] [Diunduh pada 12 November 2015] Ejournal Administrasi Negara 2 ;
Vol 3 (3) : 873-884. Dapat diunduh dari http://ejournal.an.fisip-
unmul.ac.id/site/?p=1506

Gerakan Keluarga Berencana Nasional, Jakarta 1999 Kantor Menteri Negara


Kependudukan / BKKBN

Ginting, S. 2003. Pengaruh Partisipasi Masyarakat Dalam Program KB Terhadap


Pendapatan Keluara Di Desa Cinta Damai Kecamatan Patumbak, Deli
Serdang. [Internet]. [Diunduh pada 12 November 2015]. Dapat diunduh dari
18

http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMEDJournal21465pendidikan%20science
%20vol%2027%20no%203%20sep%202003Sabar%20Ginting.pdf

Hanafi, A. 1981. Memayarakatkan Ide-Ide Baru. Surabaya. Surabaya Usaha Nasional

Handayani, D. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pengambilan


Keputusan Memilih Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. [Internet]. [Diunduh pada
29 November 2015] ; Vol 1, (1) : 56-65. Dapat diunduh dari
http://jurnal.stikeskusumahusada.ac.id/index.php/JK/article/viewFile/23/78

Haryuni et.al. 1997, Hubungan Antara Kemampuan dan Motivasi Kader Dengan
Penampilan Kerja Kader Posyandu, Medan.

Hasibuan M. 2001. Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas.


Jakarta: Bumi Aksara

Hutanto. Achmad Djumlani. Fajar Apriani. 2014. Analisis Kinerja Petugas Penyuluh
Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Pada Badan Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera Kota Samarinda. [Internet]. [Diunduh pada 25 Februari
2016]; Vol 2 (3); 1941-1953. eJournal Administrative Reform

KBBI. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.[Internet] [Diakses pada 29 November


2015

Nasution, M. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Akseptor KB Pria Di


Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Kota Padang Tahun 2012. [Internet].
[Diunduh pada 29 November 2015] Dapat diunduh dari
http://repository.unand.ac.id/id/eprint/20435

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Nurwahida, L. 2011. Gambaran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Ibu Usia Subur tentang
AKDR dalam Program Keluarga Berencana di Kelurahan Muara Ciujung Timur
[Skripsi]. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Partodihardjo, S. 1977. Keluarga Berencana. Bogor. IPB Press Ikatan Dharma Wanita

Puspita, DR. 2011. Faktor-Faktir yang Memengaruhi Kinerja Penyuluh Keluarga


Berencana Dan Dampaknya Pada Kinerja Kader KB di Tiga Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Bara. [Thesis]. Institut Pertanian Bogor

Stein P, Willen S, Pavetic M. 2014. Couples fertility decision-making. Demographic


Research [Internet]. [Diunduh pada 13 Maret 2015] ; 30 (63). Dapat diunduh
dari http://www.demographic-research.org/Volumes /Vol30/63/

Swastiti, I. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengambilan Keputusan


Untuk Mengikuti Program Keluarga Berencana Oleh Pasangan Usia Subur.
[Internet] [Diunduh pada 29 November 2015] Dapat diunduh dari
http://library.upnvj.ac.id/index.php?p=show_detail &id=3134
19

Syarief, S. 2007. Tiga Tahun Pelaksanaan KB Era Desentralisasi Ke Arah Kebijakan


Program KB Nasional, Badan Koordinasi Keluarg Berencana Nasional, Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.. 16 April 1992.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 35. Jakarta
20

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor,


Provinsi Jawa Barat

Keterangan:

Nama Wilayah : Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
21

Lampiran 2. Kuesioner

No. Kode Tanggal Entri Data


Tanggal Hari :

Kuesioner Hubungan Keragaan dan Kinerja Kader dalam


Program Keluarga Berencana
Nela Gabrielle, mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB)
Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Nama lengkap : __________________________________


Alamat : __________________________________
Nomor HP/ telepon : __________________________________

I. Karakteristik Internal Individu


Petunjuk pengisian: Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap sesuai.
KARAKTERISTIK INTERNAL INDIVIDU
No. Karakteristik Jawaban
1. Usia : tahun

[A] SD/MI/sederajat
2. Pendidikan Terakhir : [B] SMP/MTS/sederajat
[C] SMA/SMK/MAN/sederajat

[A] Tidak Bekerja


3. Pekerjaan : [B] Buruh
[C] Non-buruh
[A] < Rp 500 000
[B] Rp 500 000 - Rp 1000 000
4. Pendapatan Perbulan :
[C] > Rp 1000 000
Jumlah pendapatan: Rp (sebutkan)
[A] Kurang dari 1 tahun
5 Lama menjadi Kader [B] 1-5 tahun
[C] Lebih dari 5 tahun
22

II. Keragaan Kader Mengikuti Pelatihan

KUESIONER MOTIVASI KADER


Petunjuk Pengisian
Di bawah ini adalah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan Motivasi yang
mendorong pelaksanaan kerja Ibu sebagai Kader KB.Pada setiap pernyataan berikut
ini, berikan jawaban dengan cara memberi angka antara 1 4 di kolom sebelah kanan
yang dianggap paling sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:

PETUNJUK JAWABAN
1. Sangat tidak mendukung
2. Tidak Menudukung
3. Mendukung
4. Sangat Mendukung

Contoh pernyataan: Keinginan untuk bermanfaat bagi masyarakat.


Jika misalnya Ibu sangat berharap untuk bermanfaat bagi masyarakat,
lingkarilah angka 4

No. PERNYATAAN JAWABAN


1 2 3 4
6 Dapat mencapai hasil kerja terbaik sebagai kader KB.
7 Dapat mencapai hasil kerja yang ditargetkan PLKB.
8 Dapat meningkatkan keterampilan membantu masalah
PUS yang masih belum mau ber-KB.
9 Terus belajar untuk dapat menjadi kader KB yang baik.
10 Dapat menemukan cara-cara baru untuk dapat
memudahkan PUS mau ber-KB
11 Dapat berhasil menjalankan peran sebagai Kader KB.
12 Dapat ikut berperan menurunkan tingkat kelahiran,
terutama di kalangan keluarga miskin
13 Dapat ikut menyejahterakan keluarga, terutama keluarga
miskin.
14 Dapat bekerja lebih baik dari kader lain.
15 Dapat memberikan yang terbaik bagi masyarakat sekitar,
terutama keluarga miskin
16 Dapat bermanfaat bagi masyarakat.
17 Dapat dikenal oleh berbagai pihak.
18 Dapat bekerjasama dengan berbagai pihak.
19 Dapat membantu para keluarga agar dapat hidup lebih
sejahtera.
20 Dapat mendorong keluarga (terutama keluarga miskin)
untuk mempunyai anak tidak lebih dari dua.
21 Dapat mendorong keluarga (terutama keluarga miskin)
untuk mempunyai anak dengan jarak umur yang tidak
terlalu dekat.
22 Dapat mendorong keluarga (terutama keluarga miskin)
untuk menikahkan anak perempuannyanya pada usia
mencukupi.
23 Dapat mendorong keluarga untuk mengasuh dan mendidik
anak secara benar
24 Mendapatkan wibawa dan kehormatan dari masyarakat.
23

25 Dapat dikenal sebagai tokoh masyarakat.


26 Nasehatnya dapat diterima dan diikuti masyarakat.
27 Mendapatkan ganjaran pahala dari Tuhan YME.
28 Mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
29 Menambah persaudaraan.

KOMPETENSI KADER

Petunjuk Pengisian
Di bawah ini adalah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan Kompetensi dan
tingkat kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi kader KB dalam melaksanakan
pelayanan KB.Pada setiap pernyataan berikut ini, berikan jawaban dengan cara
memberi angka antara 1 4 di kolom sebelah kanan yang dianggap paling sesuai
dengan ketentuan sebagai berikut:

PETUNJUK JAWABAN
1. Sangat tidak mendukung
2. Tidak Menudukung
3. Mendukung
4. Sangat Mendukung

Contoh pernyataan: Dapat bekerjasama dengan berbagai pihak. Jika misalnya Ibu
merasa sangat mampu dalam bekerjasama dengan berbagai pihak, maka tulislah angka 4.

No Pertanyaan Jawaban
1 2 3 4
30 Kemampuan menggali informasi tentang
kebutuhan dan permasalahan calon akseptor
KB di wilayah Ibu
31 Menjelaskan semua jenis
alat/metode/kontrasepsi beserta kelebihan dan
kekurangan masing-masing
32 Membantu calon akseptor mengatasi
masalahnya (misal: membantu memilihkan
alat kontrasepsi yang cocok.)
33 Mendampingi calon akseptor yang akan
menggunakan alat/metode kontrasepsi di
RS/Puskesmas.
34 Mendampingi klien setelah pemasangan
alat/metode kontrasepsi.
35 Mengajak PUS untuk membentuk kelompok
BKB/BKR/BKL.
36 Mengajak PUS untuk menghidupkan kegiatan
kelompok BKB/BKR/BKL.
37 Mendorong para tokoh masyarakat di
wilayahnya untuk mendukung kegiatan
penyuluhan dan pelayanan KB.
38 Melakukan pendataan keluarga/KB secara
rutin sebagaimana ditugaskan PKB.
39 Melakukan pendataan secara insidental (tidak
24

rutin) yang ditugaskan PKB.


40 Mengumpulkan data KB/keluarga secara
akurat.
41 Mengisi format pendataan secara benar.
42 Menyelesaikan proses pendataan tepat waktu.
43 Memiliki jumlah anak tidak lebih dari dua
dengan jarak memadai
44 Menggunakan salah satu jenis alat/obat/
metode kontrasepsi

LINGKUNGAN KADER

Petunjuk Pengisian
Di bawah ini adalah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan kondisi Lingkungan di
mana Ibu bekerja. Pada setiap pernyataan berikut ini, berikan jawaban dengan cara
memberi angka antara 1 4 di kolom sebelah kanan yang dianggap paling sesuai
dengan ketentuan sebagai berikut:

PETUNJUK JAWABAN
1. Sangat tidak mendukung
2. Tidak Menudukung
3. Mendukung
4. Sangat Mendukung

Contoh pernyataan: Dukungan masyarakat terhadap keberadaan Kader KB.


Jika misalnya Ibu merasa masyarakat sangat tidak mendukung keberadaan Kader
KB, maka tulislah angka 1.

No. PERNYATAAN JAWABAN


1 2 3 4
45 Ketersediaan surat kabar/majalah nasional yang memuat
informasi tentang KB dan hal-hal lain yang terkait.
46 Ketersediaan surat kabar/majalah lokal yang memuat
informasi dengan KB dan hal-hal lain yang terkait.
47 Ketersediaan majalah yang memuat informasi terkait KB
dan hal-hal lain yang terkait.
48 Ketersediaan angkutan umum yang dapat menunjang
tugas selaku Kader KB
49 Ketersediaan motor pribadi yang dapat menunjang tugas.
50 Ketersediaan telepon yang dapat menunjang tugas Kader
KB.
51 Ketersediaan telepon genggam (HP) yang dapat
menunjang tugas PKB.
52 Ketersediaan alat peraga yang memudahkan penyuluhan.
53 Ketersediaan leflet yang memudahkan penyuluhan.
54 Ketersediaan brosur yang memudahkan penyuluhan.
55 Ketersediaan alat/obat/metode kontrasepsi hormonal.
56 Ketersediaan alat/obat/metode kontrasepsi hormonal
gratis untuk keluarga miskin.
57 Ketersediaan alat/obat/metode kontrasepsi non-hormonal
gratis untuk keluarga miskin.
25

58 Dukungan PUS di wilayah kerja terhadap kegiatan


penyuluhan KB.
59 Dukungn PUS di wilayah kerja terhadap kegiatan
BKB/BKR/BKL.
60 Dukungan PUS di wilayah kerja terhadap para kader KB.
61 Dukungan kelompok remaja di wilayah kerja terhadap
program KB.
62 Dukungan para ulama di wilayah kerja terhadap program
KB.
63 Dukungan tokoh agama lain di wilayah kerja terhadap
program KB.
64 Dukungan ketua PKK Desa di wilayah kerja terhadap
program KB.
65 Dukungan ketua PKK RW di wilayah kerja terhadap
program KB.
66 Dukungan ketua RW di wilayah kerja terhadap program
KB.
67 Dukungan ketua PKK RT di wilayah kerja terhadap
program KB.
68 Dukungan pimpinan kelompok pemuda dan remaja di
wilayah kerja terhadap program KB.
69 Dukungan pimpinan kelompok pengajian di wilayah kerja
terhadap program KB.
70 Dukungan pengurus Pos KB Desa (kader di tingkat RW)
terhadap program KB.
71 Dukungan pengurus Sub Pos KB Desa (kader di tingkat
RT) terhadap program KB.
72 Dukungan surat kabar lokal terhadap program KB.
73 Dukungan radio lokal terhadap program KB.
74 Dukungan surat kabar nasional terhadap program KB.
75 Dukungan radio nasional terhadap program KB.
76 Dukungan puskesmas terhadap program KB.
77 Dukungan tenaga dokter pemerintah terhadap program
KB.
78 Dukungan tenaga bidan swasta terhadap program KB.
79 Dukungan RS Bersalin terhadap program KB.
80 Penghargaan material dari Pemerintah.
81 Penghargaan non-materi yang diberikan.
82 Kesempatan pelatihan yang diberikan.

III. Kinerja Kader di Lapangan


FREKUENSI KUNJUNGAN
No. Pertanyaan Jawaban
[A] 1-2kali
Berapa kali kader KB mengunjungi
83. : [B] 3-4 kali
anda dalam sebulan?
[C] Lebih dari 4 kali

Berapa rata-rata lama waktu [A] < 10 menit


84. berkunjung kader dalam satu kali : [B] 10-20 menit
kunjungan? [C] > 20 menit
26

[A] Tidak sesuai


Apakah jumlah kunjungan kader sesuai
85. : [B] Kurang sesuai
dengan yang anda harapkan?
[C] Sesuai
[A] Tidak sesuai
Apakah waktu kunjungan kader sesuai
86. : [B] Kurang sesuai
dengan yang anda harapkan
[C] Sesuai

Kegiatan apa saja yang biasa dilakukan


87 :
kader saat berkunjung?

KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI
No. Pertanyaan Jawaban

Bahasa apakah yang anda gunakan [A] ...


88 :
sehari-hari? [B] ...

Apakah kader menggunakan bahasa


[A] Ya
89 yang sama seperti yang anda gunakan :
[B] Tidak
sehari hari?

Apakah kader menggunakan bahasa [A] Ya


90 :
yang anda pahami? [B] Tidak

Apakah kader menggunakan bahasa


[A] Ya
91 yang membuat anda nyaman untuk :
[B] Tidak
berbincang-bincang?
Apakah kader memberikan informasi
[A] Ya
92 baru yang anda perlukan mengenai :
[B] Tidak
KB?

Apakah kader dapat mempengaruhi [A] Ya


93 :
anda untuk mengikuti program KB? [B] Tidak
Apakah kader dapat mempengaruhi
anda untuk mengikuti kegiatan- [A] Ya
94 :
kegiatan yang berhubungan dengan [B] Tidak
KB?
Apakah anda merasa mendapat
[A] Ya
95 pengetahuan baru mengenai KB dari :
[B] Tidak
kader?

Apakah kader mampu menjelaskan [A] Ya


96 :
alat/metode KB dengan baik? [B] Tidak

Apakah kader menyampaikan


[A] Ya
97 informasi mengenai KB dengan :
[B] Tidak
menarik?
PENGETAHUAN TENTANG ALAT/METODE KB
98 Kapan terakhir kali anda menggunakan :
27

KB?
Sterilisasi Wanita/Tubektomi/MOW
Wanita dapat dioperasi agar tidak [A] Ya
99 :
mempunyai anak lagi [B] Tidak
100 Sterilisasi Pria/Vasektomi/MOP
Pria dapat dioperasi agar tidak [A] Ya
:
mempunyai anak lagi. [B] Tidak
101 IUD/AKDR/Spiral
Wanita bisa dipasangi spiral dalam [A] Ya
:
rahimnya oleh dokter atau bidan [B] Tidak
102 Suntikan / Injeksi
Wanita dapat diberi dua batang susuk
[A] Ya
di bawah kulit lengan atas untuk :
[B] Tidak
mencegah terjadinya kehamilan selama
satu tahun atau lebih
103 Pil
Wanita dapat minum pil setiap hari [A] Ya
:
untuk mencegah kehamilan [B] Tidak
104 Kondom/ Karet KB
Pria dapat memakai sarung dari karet [A] Ya
:
pada alat kelaminnya selama [B] Tidak
berhubungan seksual
105 Intrafag/Diafragma
Wanita bisa meletakan tisu atau [A] Ya
:
dafragma dalam vagina sebelum [B] Tidak
berhubungan seksual
106 Metode Amenorhea Laktasi (MAL)
Wanita menyusui bayi dengan kondisi :
[A] Ya
umur bayi kurang dari 6 bulan, bayi :
[B] Tidak
hanya diberi asi saja, dan ibu belum
haid kembali
107 Pantang berkala/ Kalender
Pasangan sengaja tidak berhubungan
[A] Ya
seksual pada hari-hari tertentu pada :
[B] Tidak
waktu wanita kemungkinan besar
untuk menjadi hamil
108 Sanggama terputus
Pria mengeluarkan air maninya di luar [A] Ya
:
vagina ketika berhubungan seksual [B] Tidak
109 Kontrasepsi darurat/Emergency
Wanita dapat mencegah kehamilan
dengan minum pil khusus dalam tiga [A] Ya
:
hari setelah berhubungan seks. [B] Tidak
Biasnaya cara ini dipakai hanya dalam
situasi terpaksa (darurat)
28

110 Cara-cara lain


Apakah ibu pernah mendengar cara
[A] Ya
atau alat lain yang dapat dipakai oleh :
[B] Tidak
wanita atau pria untuk menccegah
kehamilan atau kelahiran?
TINGKAT KEPERCAYAAN
111
Apakah anda mengenal dengan baik [A] Ya
:
kader anda? [B] Tidak
112 Apakah anda mendengarkan dengan
[A] Ya
seksama bila kader anda memberikan :
[B] Tidak
informasi atau pesan mengenai KB?
113 Apakah anda berkonsultasi terkait
[A] Ya
masalah anda yang berhubungan :
[B] Tidak
dengan KB kepada kader anda?
114 Apakah anda selalu mengikuti saran
[A] Ya
dari kader terkait masalah yang :
[B] Tidak
dihadapi?
115 Apakah anda memutuskan untuk ber-
[A] Ya
KB setelah mendapat kunjungan dari :
[B] Tidak
kader?
29

Lampiran 3. Pertanyaan Penelitian Mendalam

PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM HUBUNGAN


KERAGAAN DAN KINERJA KADER DALAM PROGRAM KELUARGA
BERENCANA

Informan : Penyuluh Lapang Keluarga Berencana


Topik : Hubungan Keragaan Dan Kinerja Kader Dalam Program Keluarga
Berencana
Tujuan : Menggali informasi terkait topik tersebut.

1. Apakah penting untuk mengikuti program KB?


2. Apakah faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemakaian program KB?
3. Apakah program KB di desa ini sudah banyak digunakan?
4. Berapa banyak KK di desa ini yang mengikuti program KB?
5. Berapa banyak kader yang ada di desa ini?
6. Bagaimana kemampuan kader dalam memberikan solusi bagi PUS?
7. Bagaimana sikap dan keaktifan kader saat pelatihan?
8. Bagaimana hasil evaluasi kader ketika ada kegiatan/lomba?
9. Apakah kader rutin mengikuti pelatihan yang diadakan PLKB?
10. Apakah kendala yang dihadapi PLKB dalam membina kader?
30

Lampiran 3. Pertanyaan Penelitian Mendalam

PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM HUBUNGAN


KERAGAAN DAN KINERJA KADER DALAM PROGRAM KELUARGA
BERENCANA

Informan : Kader
Topik : Hubungan Keragaan Dan Kinerja Kader Dalam Program Keluarga
Berencana
Tujuan : Menggali informasi terkait topik tersebut.

1. Apakah yang bapak/ibu ketahui tentang program KB?


2. Apakah manfaat dari pemakaian program KB?
3. Apakah kekurangan dari pemakaian program KB?
4. Apakah penting untuk memakai program KB?
5. Apakah faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemakaian program KB?
6. Apakah program KB di desa ini sudah banyak digunakan?
7. Berapa banyak KK di desa ini yang mengikuti program KB?
8. Bagaimana mayoritas respon PUS yang anda kunjungi?
9. Apakah anda sering mengikuti pelatihan/kegiatan yang diadakan oleh PLKB?
10. Upaya apa yang anda lakukan saat menghadapi PUS yang kontra terhadap KB?
11. Kendala apa yang anda alami saat melakukan kunjungan ke PUS?
31

Lampiran 4. Format Catatan Lapangan

CATATAN HARIAN KE-

HUBUNGAN KERAGAAN DAN KINERJA KADER DALAM


PROGRAM KELUARGA BERENCANA
(Kasus: Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

Topik :
Metode :
Informan/Partisipan :
Hari & Tanggal :
Waktu & Durasi :
Tempat :
Kondisi & Situasi :

DESKRIPSI

INTERPRETASI
32

Lampiran 5. Contoh Tabel Kosong (Dummy Tabel)

Tabel. Jumlah dat persentase responden berdasarkan tingkat umur


No. Tingkat Umur Jumlah %
1. 18 tahun-30 tahun (Umur
Muda)
2. 31 tahun - 50 tahun (Umur
Sedang)
3. > 50 (Umur Tua)
Total

Tabel. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan


No. Tingkat Pendidikan Peserta Jumlah %
1. SD/sederajat (Pendidikan
Rendah)
2. SMP/sederajat (Pendidikan
Sedang)
3. SMA/sederajat (Pendidikan
Tinggi)
Total

Tabel. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan


No. Tingkat Pendapatan Jumlah %
Peserta
1. < Rp 500 000 (Rendah)
2. Rp 500 000 - Rp 1000 000
(Sedang)
3. > Rp 1000 000 (Tinggi)
Total

Tabel. Jumlah dan persentase responden berdasarkan lama menjadi kader


No. Lama Menjadi Kader Jumlah %
1. < 1 tahun ( Lama menjadi
kader Rendah)
2. 1 5 tahun ( Lama menjadi
kader Sedang)
3. > 5 tahun (Lama menjadi
kader Tinggi)
Total
33

Tabel. Hubungan Karakteristik Individu dengan Keragaan Mengikuti Pelatihan

Keragaan mengikuti Karakteristik Individu


Total
Pelatihan Rendah Sedang Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Total

Tabel. Hubungan Keragaan mengikuti Pelatihan dengan Kinerja Kader di Lapangan


Kinerja Kader di Keragaan mengikuti Pelatihan
Total
Lapangan Rendah Sedang Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
34

Lampiran 6. Outline Skripsi

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Masalah Penelitian
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Kegunaan Penelitian
2. PENDEKATAN TEORITIS
2.1. Tinjauan Pustaka
I.1.1 Keluarga Berencana
I.1.2 Manfaat Keluarga Berencana
I.1.3 Kader
I.1.4 Pasangan Usia Subur
I.1.5 Pengetahuan
2.2. Kerangka Pemikiran
2.3. Hipotesis
2.4. Definisi Operasional
3. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1. Metode Penelitian
3.2. Lokasi dan Waktu
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.4. Teknik Penentuan Informan dan Responden
3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
4. GAMBARAN UMUM
4.1. Profil Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan
1.1.1 Kondisi Geografi
1.1.2 Kondisi Demografi
4.2. Program KB dan Kader di Ciasmara
4.2.1 Keadaan KB dan Kader Ciasmara
4.3. Karakteristik Individu Responden
1.3.1 Tingkat Umur
1.3.2 Tingkat Pendidikan
1.3.3 Status Pekerjaan
1.3.4 Lama menjadi kader
4.4. Partisipasi Responden
4.4.1 Tingkat Partisipasi
5. HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU RESPONDEN DENGAN TINGKAT
KERAGAAN KADER DALAM PELATIHAN
5.1. Hubungan Tingkat Umur dengan Keragaan Kader dalam Pelatihan
5.2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Keragaan Kader dalam Pelatihan
5.3. Hubungan Status Pekerjaan dengan Keragaan Kader dalam Pelatihan
5.4. Hubungan Lama menjadi Kader dengan Keragaan Kader dalam Pelatihan
6. HUBUNGAN KERAGAAN KADER DALAM MENGIKUTI PELATIHAN DENGAN
KERAGAAN KINERJA KADER DI LAPANGAN
6.1. Hubungan Keragaan Kader dalam Pelatihan keragaan kinerja kader di lapangan
7. PENUTUP
7.1. Kesimpulan
7.2. Saran
8. DAFTAR PUSTAKA
9. LAMPIRAN
10. RIWAYAT HIDUP

Anda mungkin juga menyukai