PROPOSAL SKRIPSI
HUBUNGAN KERAGAAN DAN KINERJA KADER DALAM
PROGRAM KELUARGA BERENCANA
(Kasus Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat)
Oleh
Nela Gabrielle
I34120147
Dr Ir Djuara P. Lubis, MS
NIP 196003151985031002
Mengetahui
Ketua Departemen Sains Komunikasi
Dan Pengembangan Masyarakat
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan berkat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal skripsi yang berjudul Hubungan Keragaan dan Kinerja Kader dalam Program
Keluarga Berencana ini dengan baik. Proposal skripsi ini ditujukan untuk dapat
melakukan penelitian lapang dan memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Kolokium
(KPM 497) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Djuara P. Lubis, MS
sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dukungan, arahan,
masukan dan waktu selama proses penulisan hingga penyelesaian proposal skripsi ini.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta, Ibu Elvina
Rotua atas semangat, dukungan, dan doa yang tiada henti-hentinya mengalir untuk
kelancaran penulisan laporan studi pustaka ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman SKPM angkatan 49 yang telah berkenan menjadi rekan bertukar
pikiran dalam menyelesaikan laporan studi pustaka ini. Semoga laporan studi pustaka
ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis mengetahui bahwa karya ini belumlah sempurna, sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata semoga proposal skripsi dapat
menghasilkan laporan yang bermanfaat bagi berbagai pihak.
Nela Gabrielle
NIM. I34120147
vi
NELA GABRIELLE
I34120147
Proposal Skripsi
sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Kolokium (KPM 497)
pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................viii
1. PENDAHULUAN.....................................................................................................1
2. PENDEKATAN TEORITIS..........................................................................................4
3. PENDEKATAN LAPANG..........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17
LAMPIRAN....................................................................................................................20
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Lampiran 2. Kuesioner.................................................................................... 20
1. PENDAHULUAN
subur yang telah mendapatkan pelayanan dari kader juga dapat dijadikan salah satu
indikator penilaian kader saat di lapangan. Maka yang menjadi pertanyaan penelitian
selanjutnya adalah bagaimana keragaan kinerja kader di lapangan?
Hal menarik lainnya adalah meskipun kader telah mengikuti pelatihan yang
diadakan oleh PLKB, terkadang keahlian kader saat berada di lapangan dapat terlihat
berbeda dengan penilaian yang telah dilakukan oleh PLKB. Bila nilai kader termasuk
baik dalam penilaian PLKB, belum tentu hal yang sama dirasakan oleh PUS yang
dikunjungi oleh kader tersebut. Maka, yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah
bagaimana hubungan antara tingkat keragaan kader dalam mengikuti pelatihan
dengan tingkat keragaan kader di lapangan?
2. PENDEKATAN TEORITIS
Keluarga Berencana
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), Keluarga Berencana (KB)
adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi
kelahiran. Dengan kata lain, KB adalah perencaan jumlah keluarga. Pembatasan bisa
dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran
seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang
dianggap ideal adalah dua anak.
Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (BKKBN, 1999). Keluarga berencana bertujuan
untuk memperbaiki penghidupan manusia dengan jalan membela kepentingan diri
sendiri, kepentingan keluarga, dan kepentingan masyarakat (Partodihardjo,1977).
Kebijakan operasional dikembangkan berdasarkan empat misi Gerakan KB Nasional,
yaitu pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga.
Menurut Febriansyah (2015), Program Keluarga Berencana bertujuan untuk
membantu masyarakat melalui pelayanan Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi
dalam hal mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden
kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan kematian; membuat pelayanan yang bermutu
terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan;
meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, informasi, edukasi atau pendidikan serta
konseling untuk meningkatkan pemahaman yang baik tentang keuntungan atau resiko
dari Program Keluarga Berencana sehingga kelangsungan program dapat berjalan
dengan baik.
Selama ini terjadi salah kaprah dalam mengartikan konsep Keluarga Berencana
(KB) yang berlaku di Indonesia, ketika mendengar kata KB disebut, maka yang
langsung tergambar adalah pil KB, suntik, vesektomi, dan lain-lain. Persepsi ini
sebenarnya tidak salah, namun kurang tepat. KB tidak sekedar persoalan pemilihan dan
pemakaian alat kontrasepsi. Konsep KB jauh dari semua itu. Program Keluarga
Berencana adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas melalui promosi,
perlindungan dan bantuan dalam mewujudkan hak hak reproduksi. Disamping itu juga
untuk penyelenggaraan, pelayanan, pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk
membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal dan mengatur jumlah jarak dan usia
melahirkan anak, pengaturan kehamilan serta membina ketahanan dan kesejahteraan
keluarga (Syarief, 2007:93).
Menjadi akseptor keluarga berencana merupakan hal yang sangat positif karena
selain membantu negara dalam menurunkan angka kelahiran, menekan laju
pertumbuhan penduduk, dan mengurangi pernikahan usia dini, menjadi akseptor KB
juga berarti menyiapkan keluarga yang memiliki ketahanan keluarga yang matang dan
berkualitas baik. Hal ini dapat terwujud jika kegiatan-kegiatan pembinaan yang
diadakan mendapatkan perhatian dan partisipasi yang tinggi dari berbagai stakeholders
program KB. Macam-macam kegiatan pembinaan bagi peserta KB tersebut antara lain:
5
Kader
Kader adalah seseorang yang karena kecakapannya atau kemampuannya
diangkat, dipilih atau ditunjuk untuk mengambil peran dalam kegiatan dan pembinaan
Posyandu, dan telah mendapat pelatihan tentang KB dan Kesehatan (Depkes RI, 1990).
Mayoritas kader kesehatan adalah wanita dan anggota PKK yang sudah menikah dan
berusia 20-40 tahun dengan pendidikan sekolah dasar. Smasih merujuk dari Depkes RI
(1996) syarat untuk dapat menjadi seorang kader antara lain adalah mampu membaca
dan menulis dengan bahasa Indonesia, secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas
sebagai kader, mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang
bersangkutan, aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya,
dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon kader lainnya dan
berwibawa, sanggup membina paling sedikit 10 KK (Kepala Keluarga) untuk
meningkatkan keadaan kesehatan lingkungan diutamakan mempunyai keterampilan.
Kader merupakan ujung tombak pemerintah dalam menyampaikan informasi dan
memersuasikan masyarakat untuk mengikuti program keluarga berencana. Kader juga di
harapkan menjadi pelopor pembaharuan dalam pembangunan di bidang kesehatan.
Menurut Haryuni (1997), prinsip terbentuknya kader adalah pertama, dari segi
pengorganisasian, bentuk pengorganisasian yang seperti itu diaplikasikan dalam bentuk
kegiatan keterpaduan KB kesehatan yang telah dikenal dengan nama Posyandu. Adapun
kegiatan berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat, dapat diterapkan pada
masyarakat pedesaan dan perkotaan, pelayanan yang murah dapat dijangkau oleh setiap
penduduk. Kedua, dari segi kemasyarakatan, perilaku kesehatan tidak terlepas daripada
kebudayaan masyarakat. Dalam upaya untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat
harus pula diperhatikan keadaan sosial budaya masyarakat. Sehingga untuk
mengikutsertakan masyarakat dalam upaya pembangunan khususnya dalam bidang
kesehatan, tidak akan membawa hasil yang baik bila prosesnya melalui pendekatan
instruktif. Akan tetapi lebih berhasil bila proses pendekatan dengan edukatif yaitu
berusaha menimbulkan kesadaran untuk dapat memecahkan permasalahan dengan
memperhitungkan sosial budaya setempat.
Dengan terbentuk kader kesehatan, pelayanan kesehatan yang selama ini
dikerjakan oleh petugas kesehatan saja dapat dibantu oleh masyarakat. Dengan
demikian masyarakat bukan hanya merupakan objek pembangunan, tetapi juga mitra
pembangunan itu sendiri. Selanjutnya dengan adanya kader maka pesan-pesan yang
diterima tidak akan terjadi penyimpangan. Sehinga pesan-pesan yang disampaikan
dapat diterima dengan sempurna berkat adanya kader, jelaslah bahwa pembentukan
kader adalah perwujudan pembangunan dalam bidang kesehatan (Depkes RI, 2000).
Tugas dari kader itu sendiri antara lain menurut Depkes RI (2000) adalah
sebelum hari pelaksanaan Posyandu meliputi kegiatan pencatatan sasaran yaitu pada
bayi dan balita, ibu hamil, ibu menyusui dan PUS, pemberitahuan sasaran kegiatan
Posyandu pada ibu yang mempunyai bayi dan balita, ibu hamil, ibu menyusui dan PUS.
Kedua, kegiatan pada hari Posyandu meliputi kegiatan pendaftaran pada pengunjung,
7
penimbangan terhadap bayi dan balita, pencatatan KMS bayi dan balita, penyuluhan
pada ibu yang mempunyai bayi dan balita, ibu hamil dan menyusui dan PUS, pemberian
alat kontrasepsi, pemberian vitamin. Ketiga, kegiatan sesudah hari Posyandu meliputi
kegiatan pencatatan dan pelaporan, mendatangi sasaran yang tidak hadir, mendatangi
sasaran yang mempunyai masalah untuk diberikan penyuluhan, menentukan tidak lanjut
kasus (rujukan) yang mempunyai masalah setelah diperiksa dan tidak bisa ditangani
oleh kader. Kegiatan lain yang dapat dilakukan kader dalam hal ini program KB adalah
mengajak ibu-ibu untuk datang pada hari kegiatan yang diadakan di posyandu.
Karakteristik kader menurut Bangun (2012) antara lain meliputi:
a. Usia
Usia umumnya cukup mempengaruhi dalam hal bermasyarakat, karena hal
tersebut merupakan suatu ukuran untuk menilai tanggung jawab seseoeang
dalam melakukan kegiatan ataupun aktivitas. Menurut Bahri (1981) dalam
Bangun (2012), ciri-ciri kader yang aktif sebaiknya berumur antara 25-35 tahun,
karena pada masa muda, kader mempunyai motivasi yang positif, merasa lebih
bertanggung jawab dan inovatif.
b. Jenis Pekerjaan
Karakteristik yang berhubungan dengan pekerjaan kader karena kesibukan
membuat seseorang terabaikan kesehatannya, termasuk kader posyandu.
Sebaiknya kader posyandu tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, dan
mempunyai pengalaman menjadi kader sekurang-kurangnya 60 bulan, dan tidak
ada pergantian kader dalam satu tahun, serta jumlah kader setiap posyandu lima
orang Benny (2005) dalam Bangun (2012).
c. Tingkat Pendidikan
Pendidikan yang tinggi yang dimiliki seseoarang akan lebih mudah memahami
suatu informasi, bila pendidikan tinggi, maka dalam menjaga kesehatan sangat
diperhatikan, termasuk cara menjaga bayi dan balita, mengatur gizi seimbang.
Sebaliknya dengan pendidikan rendah sangat sulit menterjemahkan informasi
yang didapatkan, baik dari petugas kesehatan maupun dari media-media lain.
d. Lama menjadi kader
Kinerja masa lalu cenderung dihubungkan pada hasil seseorang, semakin lama ia
bekerja maka semakin terampil dalam melaksanakan tugasnya sehingga
senioritas dalam bekerja akan lebih terfokus jika dibandingkan dengan orang
yang baru bekerja Robbins (1996) dalam Bangun (2012).
pasangan suami istri yang telah menikah secara sah dan dalam masa produktif (belum
menopause). Menurut BKKBN masa produktif antara usia 15-49 tahun. Sehingga
menurut definisi di atas, akseptor KB yang dimaksud adalah pasangan usia subur yang
telah sah menikah dan belum menopause, yang salah satu atau keduanya menggunakan
alat kontrasepsi guna mencegah kehamilan dan masih berada di rentang usia produktif
yaitu 15-49 tahun. Pasangan usia subur disini juga menerima pelayanan dari kader
mengenai program KB. Kader menyampaikan informasi kepada PUS mengenai
alat/metode KB, manfaat, serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan KB. Hal ini
berarti menunjukan bahwa PUS dapat menjadi salah satu informasi, dalam mengukur
kinerja kader. Penilaian PUS terhadap kadernya merupakan salah satu dari beberapa
indikator yang ada untuk menilai keragaan kinerja kader saat di lapang.
3. PENDEKATAN LAPANG
Penyusunan
Proposal
Skripsi
Perbaikan
Proposal
Skripsi
Kolokium
Pengambilan
Data Lapang
Pengolahan
dan Analisis
12
Data
Penulisan
Draft Skripsi
Uji Petik
Sidang
Skripsi
Perbaikan
Laporan
Skripsi
Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data,
dan verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan,
penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data dari catatan lapang (lampiran 4),
hasil wawancara mendalam dan observasi serta studi dokumen. Tujuan dari reduksi data
ini ialah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang
tidak perlu. Kedua ialah penyajian data yang berupa menyusun segala informasi dan
data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah
laporan. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari
hasil yang telah diolah pada tahap reduksi. Seluruh hasil penelitian pada akhirnya akan
dituliskan dalam rancangan skripsi dalam bentuk narasi, tabel dan matriks.
14
skor 3
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN, 2012. Rencana Aksi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduktif Tahun
2014. Jakarta
Ekarini, SMB. (2008). Analisis faktor Yang Berpengaruh terhadap Partisipasi pria dalam
KB di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. [Thesis] FKM Undip. Semarang.
Everet,S. 2008. Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi, edisi 2. Jakarta: EGC.
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMEDJournal21465pendidikan%20science
%20vol%2027%20no%203%20sep%202003Sabar%20Ginting.pdf
Haryuni et.al. 1997, Hubungan Antara Kemampuan dan Motivasi Kader Dengan
Penampilan Kerja Kader Posyandu, Medan.
Hutanto. Achmad Djumlani. Fajar Apriani. 2014. Analisis Kinerja Petugas Penyuluh
Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Pada Badan Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera Kota Samarinda. [Internet]. [Diunduh pada 25 Februari
2016]; Vol 2 (3); 1941-1953. eJournal Administrative Reform
Nurwahida, L. 2011. Gambaran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Ibu Usia Subur tentang
AKDR dalam Program Keluarga Berencana di Kelurahan Muara Ciujung Timur
[Skripsi]. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Partodihardjo, S. 1977. Keluarga Berencana. Bogor. IPB Press Ikatan Dharma Wanita
LAMPIRAN
Keterangan:
Nama Wilayah : Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
21
Lampiran 2. Kuesioner
[A] SD/MI/sederajat
2. Pendidikan Terakhir : [B] SMP/MTS/sederajat
[C] SMA/SMK/MAN/sederajat
PETUNJUK JAWABAN
1. Sangat tidak mendukung
2. Tidak Menudukung
3. Mendukung
4. Sangat Mendukung
KOMPETENSI KADER
Petunjuk Pengisian
Di bawah ini adalah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan Kompetensi dan
tingkat kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi kader KB dalam melaksanakan
pelayanan KB.Pada setiap pernyataan berikut ini, berikan jawaban dengan cara
memberi angka antara 1 4 di kolom sebelah kanan yang dianggap paling sesuai
dengan ketentuan sebagai berikut:
PETUNJUK JAWABAN
1. Sangat tidak mendukung
2. Tidak Menudukung
3. Mendukung
4. Sangat Mendukung
Contoh pernyataan: Dapat bekerjasama dengan berbagai pihak. Jika misalnya Ibu
merasa sangat mampu dalam bekerjasama dengan berbagai pihak, maka tulislah angka 4.
No Pertanyaan Jawaban
1 2 3 4
30 Kemampuan menggali informasi tentang
kebutuhan dan permasalahan calon akseptor
KB di wilayah Ibu
31 Menjelaskan semua jenis
alat/metode/kontrasepsi beserta kelebihan dan
kekurangan masing-masing
32 Membantu calon akseptor mengatasi
masalahnya (misal: membantu memilihkan
alat kontrasepsi yang cocok.)
33 Mendampingi calon akseptor yang akan
menggunakan alat/metode kontrasepsi di
RS/Puskesmas.
34 Mendampingi klien setelah pemasangan
alat/metode kontrasepsi.
35 Mengajak PUS untuk membentuk kelompok
BKB/BKR/BKL.
36 Mengajak PUS untuk menghidupkan kegiatan
kelompok BKB/BKR/BKL.
37 Mendorong para tokoh masyarakat di
wilayahnya untuk mendukung kegiatan
penyuluhan dan pelayanan KB.
38 Melakukan pendataan keluarga/KB secara
rutin sebagaimana ditugaskan PKB.
39 Melakukan pendataan secara insidental (tidak
24
LINGKUNGAN KADER
Petunjuk Pengisian
Di bawah ini adalah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan kondisi Lingkungan di
mana Ibu bekerja. Pada setiap pernyataan berikut ini, berikan jawaban dengan cara
memberi angka antara 1 4 di kolom sebelah kanan yang dianggap paling sesuai
dengan ketentuan sebagai berikut:
PETUNJUK JAWABAN
1. Sangat tidak mendukung
2. Tidak Menudukung
3. Mendukung
4. Sangat Mendukung
KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI
No. Pertanyaan Jawaban
KB?
Sterilisasi Wanita/Tubektomi/MOW
Wanita dapat dioperasi agar tidak [A] Ya
99 :
mempunyai anak lagi [B] Tidak
100 Sterilisasi Pria/Vasektomi/MOP
Pria dapat dioperasi agar tidak [A] Ya
:
mempunyai anak lagi. [B] Tidak
101 IUD/AKDR/Spiral
Wanita bisa dipasangi spiral dalam [A] Ya
:
rahimnya oleh dokter atau bidan [B] Tidak
102 Suntikan / Injeksi
Wanita dapat diberi dua batang susuk
[A] Ya
di bawah kulit lengan atas untuk :
[B] Tidak
mencegah terjadinya kehamilan selama
satu tahun atau lebih
103 Pil
Wanita dapat minum pil setiap hari [A] Ya
:
untuk mencegah kehamilan [B] Tidak
104 Kondom/ Karet KB
Pria dapat memakai sarung dari karet [A] Ya
:
pada alat kelaminnya selama [B] Tidak
berhubungan seksual
105 Intrafag/Diafragma
Wanita bisa meletakan tisu atau [A] Ya
:
dafragma dalam vagina sebelum [B] Tidak
berhubungan seksual
106 Metode Amenorhea Laktasi (MAL)
Wanita menyusui bayi dengan kondisi :
[A] Ya
umur bayi kurang dari 6 bulan, bayi :
[B] Tidak
hanya diberi asi saja, dan ibu belum
haid kembali
107 Pantang berkala/ Kalender
Pasangan sengaja tidak berhubungan
[A] Ya
seksual pada hari-hari tertentu pada :
[B] Tidak
waktu wanita kemungkinan besar
untuk menjadi hamil
108 Sanggama terputus
Pria mengeluarkan air maninya di luar [A] Ya
:
vagina ketika berhubungan seksual [B] Tidak
109 Kontrasepsi darurat/Emergency
Wanita dapat mencegah kehamilan
dengan minum pil khusus dalam tiga [A] Ya
:
hari setelah berhubungan seks. [B] Tidak
Biasnaya cara ini dipakai hanya dalam
situasi terpaksa (darurat)
28
Informan : Kader
Topik : Hubungan Keragaan Dan Kinerja Kader Dalam Program Keluarga
Berencana
Tujuan : Menggali informasi terkait topik tersebut.
Topik :
Metode :
Informan/Partisipan :
Hari & Tanggal :
Waktu & Durasi :
Tempat :
Kondisi & Situasi :
DESKRIPSI
INTERPRETASI
32
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Masalah Penelitian
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Kegunaan Penelitian
2. PENDEKATAN TEORITIS
2.1. Tinjauan Pustaka
I.1.1 Keluarga Berencana
I.1.2 Manfaat Keluarga Berencana
I.1.3 Kader
I.1.4 Pasangan Usia Subur
I.1.5 Pengetahuan
2.2. Kerangka Pemikiran
2.3. Hipotesis
2.4. Definisi Operasional
3. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1. Metode Penelitian
3.2. Lokasi dan Waktu
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.4. Teknik Penentuan Informan dan Responden
3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
4. GAMBARAN UMUM
4.1. Profil Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan
1.1.1 Kondisi Geografi
1.1.2 Kondisi Demografi
4.2. Program KB dan Kader di Ciasmara
4.2.1 Keadaan KB dan Kader Ciasmara
4.3. Karakteristik Individu Responden
1.3.1 Tingkat Umur
1.3.2 Tingkat Pendidikan
1.3.3 Status Pekerjaan
1.3.4 Lama menjadi kader
4.4. Partisipasi Responden
4.4.1 Tingkat Partisipasi
5. HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU RESPONDEN DENGAN TINGKAT
KERAGAAN KADER DALAM PELATIHAN
5.1. Hubungan Tingkat Umur dengan Keragaan Kader dalam Pelatihan
5.2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Keragaan Kader dalam Pelatihan
5.3. Hubungan Status Pekerjaan dengan Keragaan Kader dalam Pelatihan
5.4. Hubungan Lama menjadi Kader dengan Keragaan Kader dalam Pelatihan
6. HUBUNGAN KERAGAAN KADER DALAM MENGIKUTI PELATIHAN DENGAN
KERAGAAN KINERJA KADER DI LAPANGAN
6.1. Hubungan Keragaan Kader dalam Pelatihan keragaan kinerja kader di lapangan
7. PENUTUP
7.1. Kesimpulan
7.2. Saran
8. DAFTAR PUSTAKA
9. LAMPIRAN
10. RIWAYAT HIDUP