Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri kelapa sawit saat ini tumbuh sangat pesat, baik perkebunan skala
rakyat maupun skala perusahaan. Dengan demikian maka kebutuhan lahan untuk
perkebunan pun semakin meningkat dan tidak banyak juga pada akhirnya
perusahaan kelapa sawit melakukan program plasma. Selain itu, semakin
kompetitif dalam pencapaian tujuannya tersebut, perusahaan perlu melakukan
optimasi pada aspek biaya, kuantitas, dan kualitas produk.
Pada saat ini, perkebunan kelapa sawit telah berkembang lebih jauh
sejalan dengan kebutuhan dunia akan minyak nabati dan produk industri.
Kebutuhan minyak nabati dan lemak dunia terus meningkat sebagai akibat
pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan domestic bruto. Minyak
kelapa sawit yang dihasilkan oleh kelapa sawit berasal dari daging buah yang
sering dikenal dengan CPO (crude palm oil) dan minyak yang dihasilkan dari
kernel sering dikenal dengan CPKO (crude palm kernel oil).
Selain hasil produksi CPO, pabrik kelapa sawit juga menghasilkan produk
samping berupa limbah yang terdiri dari limbah cair, limbah padat, dan limbah
gas. Limbah padat seperti tandan kosong dapat dijadikan pupuk untuk lahan,
cangkang dan serat dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler. Limbah cair
berasal dari pengolahan kelapa sawit menjadi minyak. Sedangkan limbah gas dan
debu berasal dari penggunaan cangkang dan serat sebagai bahan bakar boiler,
proses sterilisasi (berupa uap air) dan tungku pembakaran TKKS.
Kuliah lapangan merupakan kegiatan kuliah yang dilakukan langsung
untuk memantau kondisi di lapangan secara langsung. Kuliah lapangan dilakukan
agar dapat memantau kondisi secara langsung dan melihat apakah sesuai dengan
teori yang diterima selama proses kuliah. Kuliah lapangan ini di lakukan di PT
Perkebunan Nusantara XIII Parindu.
1.2 Tujuan
Secara umum tujuan yang ingin dicapai dari kuliah lapangan yang
dilakukan di PT Perkebunan Nusantara XIII adalah untuk mengetahui proses
pengolahan kelapa sawit dari mulai bahan mentah sampai menjadi minyak. Selain
itu mengetahui pengolahan limbah baik itu limbah padat maupun limbah cair.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum PT Perkebunan Nusantara XIII


PT Perkebunan Nusantara XIII (Persero) merupakan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang seratus persen sahamnya dimiliki oleh Pemerintah
Republik Indonesia yang berdiri pada tahun 1996. PTPN XIII ini terletak di
Kecamatan Tayan Hulu dengan jarak 40 km dari ibukota Kabupaten Sanggau
dan 120 km dari Pontianak. PKS Parindu terletak antara 00 37 58,2 s/d
00 051,53 Lintang Utara dan antara 1100 1 12,58 s/d 1090 33 55,8 Lintang
Selatan. Adapun batas administrasi sebagai berikut:
Sebelah barat : Dusun Pasok
Sebelah timur : Kantor Sentral Kebun Parindu
Sebelah utara : Komplek Perumahan Staf
Sebelah selatan : Kebun Kelapa Sawit Plasma
PT Perkebunan Nusantara XIII Parindu ini bergerak pada bidang usaha
agroindustri. Komoditas utama yang dikelola PTPN XIII yaitu Kelapa Sawit dan
Karet. Arah pengembangan Kelapa Sawit dilakukan melalui usaha horisontal dan
vertikal. PTPN XIII ini memiliki luas keseluruhan sebesar 13.866,65 Ha. Luas
areal kebun kelapa sawit sebesar 113.348 Ha yang terdiri dari kebun sendiri
sebesar 55.440 Ha dan kebun Plasma sebesar 57.908 Ha. Pabrik minyak sawit
(PMS) Parindu terdiri dari 9 unit dengan total kapasitas olah tersedia sebanyak 60
ton TBS/jam tergantung pada kendala yang terjadi. Apabila terdapat kendala
dalam pengangkutan atau alat pengolahan kapasitas yang diolah sebesar 54 ton
TBS/jam. Ini sudah termasuk kapasitas yang besar di bandingkan dengan pabrik
swasta yang berada di sekitarnya. Sumber bahan baku pengolahan minyak sawit
ini didapat dari sumber buah inti (kebun sendiri), kebun plasma, dan juga pihak
ketiga (kebun lain).
2.2 Proses Pengolahan Minyak Sawit
PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa tandan buah segar
(TBS) menjadi minyak kelapa sawit Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit
(Kernel). Sebelum menjadi Crude Palm Oil (CPO) kelapa sawit atau yang lebih
dikenal dengan Tandan Buah Segar (TBS) terlebih dahulu melalui beberapa
tahapan, setelah TBS selesai dipanen maka selanjutnya ditransportasikan ke
pabrik. Tahap awal yang dilakukan adalah stasiun penerimaan buah, dimana pada
stasiun ini buah ditimbang, sortasi buah dan pengumpulan buah. Apabila buah
yang diantar dari kebun melebihi kapasitas pengolahan, maka akan di kembalikan.
Selain itu Tandan Buah Segar (TBS) disortir untuk memeriksa tingkat
kematangan buah dan kualitas buah. Apabila Tandan Buah Segar (TBS) tidak
memenuhi baku mutu seperti tandan mentah dan buah busuk, buah akan dibuang
dan dibakar/dimusnahkan. Sedangkan buah yang baik akan dimasukkan ke dalam
stasiun loading rame untuk selanjutnya diolah. Ciri-ciri buah yang baik adalah
buah yang memberondol, mudah lepas dari tandan dan memiliki warna merah
bata dengan kematangan yang sesuai. Penyortiran dilakukan karena kualitas buah
akan mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan. Buah yang busuk atau
mentah akan merusak mutu minyak yang akan dihasilkan (kualitas di CV
tersebut).

Gambar 1. Surface Loading Ramp


Berikut adalah skema pengolahan kelapa sawit yang ada di PTPN XIII
Parindu mulai dari bahan mentah kelapa sawit sampai menjadi minyak dan
pengolahan biji kelapa sawit.
60.000 kg FFB

Steam (27%)
Condensate 34,73 %
STERILISATION exchaust steam (4,5%)

Sterilized bunches ( 87,77%)

STRIPPING Empty bunches (22,95%)


Solids steam (1%)
Fruitless (64,82%)

DIGESTION
BOILER
Diges fruits (64,82%)

PRESSING
Press cake (27,24%)

Hot water dilution (15%) Fiber (13,15%)

SCREENING DEPERICARPER
Crude Oil Fat oil (8%)
(24,80%)
SETTLING TANK NUT HOPPER

Sludge Moisture
Oil (23,56%) (12%) Dry Nut
PURIFIER DESANDER RIPPLE MILL

Oil (22,32%) Sludge Cracked mixture

VACUUM DRIER SEPARATOR LTDS


Dry shells
Oil (22,21%) Shell & Kernel
Sand (0,2%)
CLAY BATH Wet shells
11.866 kg (19,78%) sludge
Wet kernel

1.200 kg (2%) water KERNEL SILO Moisture

0 kg (0%) Dry kernel

WINNOWING LS + Shell

WASHING &
SPILLAGE Kernel
Effluent (54,53%)
Gambar 2. Skema Pengolahan Kelapa Sawit
Proses pengolahan kelapa sawit sampai menjadi minyak sawit (CPO) yang
dilakukan di PTPN XIII terdiri dari beberapa tahapan yaitu :
2.2.1 Sterilisation ( Proses Perebusan)
Sterilisation (perebusan) berfungsi untuk mengurangi peningkatan asalm
lemak bebas, mempermudah proses pembrondolan pada threser, menurunkan
kadar air dan melunakkan daging nuah sehingga buah mudah lepas dari biji. Lori
yang telah diisi dengan TBS pada stasiun loading rame dimasukkan ke dalam
sterilizer dengan menggunakan capstand. Kapasitas lori yang digunakan sebesar
25 ton. Proses perebusan ini menggunakan sistem uap basah dengan tekanan
perebusan 3 kg/cm3 dalam waktu perebusan selama 110 menit. Pada proses ini
kendala yang biasa terjadi adalah packing pada lori jebol sehingga harus diganti
dan proses perebusan kurang optimal.

Gambar 3. Proses Perebusan (Sterilisation)


2.2.2 Stripping
Stripping merupakan proses pemisahan tandan kosong dengan gerondolan
sebelum dibawa ke mesin digester. Pada proses ini tandan kosong akan dibuang
langsung ke tempat pembuangan yang ada di dekat pabrik. Pada saat ini tandan
kosong hanya digunakan sebagai pupuk dan tidak diolah lebih lanjut. Kecepatan
putar mesin stripping ini adalah sebesar 23 rpm. Apabila pada proses perebusan
kurang matang maka gerondolan tidak akan lepas dari tandan atau gerondolan
akan keluar bersama dengan tandan.
Gambar 4. Proses Stripping
2.2.3 Digestion
Digestion merupakan proses pelumatan buah yang telah dirontokkan
sehingga minyaknya dapat diekstrasi di screw press secara maksimal dan bijinya
dapat terlepas. Proses digestion berfungsi untuk melumatkan daging, memisahkan
daging buah dengan biji, mempermudah proses pressing dan menaikkan suhu. Di
dalam digester, buah atau gereondolan yang sudah terisi penuh diputar atau
diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk.

Gambar 5. Proses Digestion


2.2.4 Pressing
Pressing berfungsi untuk memeras gerondolan yang telah
dicincang/dilumatkan di digester untuk mendapatkan minyak sebanyak mungkin
dari masa remasan sehingga kehilangan minyak sekecil-kecilnya. Minyak mentah
berupa cairan yang ditiriskan dari bejana peremas dan yang diperas oleh kempaan
terdiri dari campuran minyak, air dan sisa-sisa atau potongan serabut-serabut
halus.

Gambar 6. Pressing
2.2.5 Settling Tank
Minyak mentah hasil pressing masih mengandung padatan sehingga
dilakukan proses screening untuk memisahkan padatan dalam minyak. Setelah itu
minyak dialirkan ke settling tank yang berfungsi untuk mengendapkan minyak
dalam tangki pengendap (klarifikasi). Tangki ini berbentuk silinder vertical
dengan kerucut terbalik dibawahnya tempat menampung sementara endapan sisa
serabut halus, pasir, tanah dan kotoran yang lainnya.
Gambar 8. Screening
2.2.6 Purifier dan Vacuum Drier
Purifier merupakan proses yang berfungsi untuk memisahkan dan
menurunkan kadar air dan lumpur dalam minyak. Sedangkan vacuum drier
merupakan proses pengeringan lebih lanjut yang dilakukan untuk mengurangi
kadar air yang ada di dalam minyak. Pengeringan yang dilakukan dengan
pengeringan vacuum pada suhu yang relatif rendah agar minyak tidak teroksidasi
saat pengeringan dengan suhu yang tinggi.
2.2.7 Deperciper
Deperciper merupakan proses pemisahan ampas (fiber) dengan biji dan
membawa ampas untuk menjadi bahan bakar mesin boiler. Fungsi kerjanya adalah
tergantung pada berat massa yang massanya lebih ringan (ampas) akan terhisap
oleh fan tan sedangkan yang massanya lebih berat akan masuk ke Nut Hopper.
Gambar 7. Deperciper
2.2.8 Nut Hopper
Fungsi dari Nut Hopper ini adalah sebagai tempat penmapungan
sementara biji sebelum diolah pada proses berikutnya. Selain itu Nut Hopper
berfungsi untuk membersihkan biji dari serabut-serabut yang masih melekat,
membawa biji dari deperciper ke ripple mill, dan memisahkan gradasi biji.

Gambar 8. Nut Hopper


2.2.9 Ripple Mill
Ripple Mill berfungsi untuk memecahkan atau memisahkan cangkang dari
biji. Pembersihan dan pengeringan biji yang terdapat pada proses deperciper dan
Nut Hopper dilakukan untuk mencapai efisiensi pemecahan yang tinggi,
pemecahan dilakukan secara sentrifugal, pemecahan inti terdiri dari suatu rotor
yang berputaran tinggi yang dilengkapi dengan sejumlah radial disepanjang
mukanya, biji dimasukkan melalui rotor akan terlempar melalui celah kearah
cincin pemecah dengan gaya sentripeta.

Gambar 9. Ripple Mill


2.2.10 LTDS (Light Tenera Dry Separator)
LTDS (Light Tederal Dust Separator) merupakan tempat menyimpan
cangkang yang telah terpisah dari biji (Nut). Cangkang yang masuk ke atas pada
saat proses ripple mill tersebut akan digunakan sebagai bahan bakar diesel uap.

2.2.11 Clay Bath


Clay Bath berfungsi untuk memisahkan cangkang yang masih ada di inti
dengan menggunakan larutan kaolin (tanah liat). Proses pemisahan dilakukan
berdasarkan berat jenis. Bila campuran cangkang dan inti dimasukkan ke dalam
larutan kaolin maka untuk berat jenisnya yang lebih kecil daripada berat jenis
larutan akan terapung diatas dan yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam.
Proses ini tidak dioperasikan dikarenakan kendala-kendala yang dihadapi.
2.2.12 Kernel Silo
Fungsi dari kernel silo adalah untuk menampung inti yang telah terpisah
dari cangkang karena sebelum diolah, biji harus diperam supaya masak selama 8
jam. Kapasitas tampung kernel silo adalah sebesar 45 ton. Inti yang dihasilkan
setelah diperam rata-rata 5%.

Gambar 10. Karnel Silo

2.3 Pengolahan Limbah Kelapa Sawit


2.3.1 Pengolahan Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan selama proses pengolahan minyak kelapa
sawit berupa tandan buah segar mentah/busuk, tandan kosong, serabut atau serat,
dan cangkang. Limbah padat tandan kosong digunakan sebagai pupuk kompos.
Fungsi tandan kosong kelapa sawit dapat mengatur kelembaban tanah,
menigkatkan infiltrasi tanah, menambah bahan organik tanah, menstabilkan
temperatur tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan mikroba tanah dan
dapat mengendalikan laju aliran dan erosi tanah.
Limbah padat cangkang dan serat digunakan sebagai bahan bakar diesel
uap dan boiler untuk menggerakkan turbin uap. Turbin uap digunakan selama
proses perebusan dan pemanas stasiun. Sedangkan tandan buah segar yang
mentah atau busuk akan dibakar ditempat yang telah disiapkan.
Gambar 11. Tandan Kosong
2.3.2 Pengolahan Limbah Cair
Kegiatan pengolahan kelapa sawit selain menghasilkan limbah padat dan
gas juga menghasilkan limbah cair. Terdapat beberapa macam air limbah yang
dihasilkan di pabrik kelapa sawit antara lain air limbah yang dihasilkan dan proses
pembuatan CPO, air limbah yang mengalir bersama air hujan yang dihasilkan di
lokasi penempatan TBS di dalam pabrik, air limbah dan fasilitas utiliti seperti
boiler dan lainnya. Pada pabrik, umumnya semua air limbah dijadikan dalam satu
penampungan lalu diolah. IPAL yang terdapat di PTPN XIII Parindu masih belum
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hal ini karena sarana dan prasarana
pengolahan air limbah yang tidak baik seperti kolam IPAL masih banyak
ditumbuhi oleh tananam seperti kangkung, alga dan lainnya. Selain itu kolam
IPAL masih merembes sehingga mencemari air tanah dan tanah itu sendiri. IPAL
yang baik seharusnya tidak ditumbuhi tanaman dan tidak merembes. Selain sarana
dan prasarana, perizinan dan dana yang kurang juga menjadi kendala.
Pabrik Minyak Sawit PTPN XIII Parindu dilengkapi dilengkapi dengan 7
unit kolam limbah dan 7 kolam cadangan dengan sistem pengolahan secara aerob
dan anaerob.
1. Deoling Pond
Deoling Pond merupakan kolam penampungan limbah pertama berfungsi
sebagai tempat pengutipan minyak yang masih ada dalam cairan limbah yang
belum terkutip di Fat Pit hingga maksimum kadar minyak 0,5%. Kolam ini
memiliki kedalaman sekitar 4 6 m. Kolam ini dapat menaikan pH menjadi
6-9 dan suhu menjadi 40-45oC agar bakteri mesofilik dapat berkembang
dengan baik. Rata-rata pH limbah yang dihasilkan adalah 4 dengan suhu dari
70-80 oC. Lumpur yang ada di kolam tidak dilakukan pengolahan lainnya,
hanya diendapkan untuk menaikkan pH air limbah. Apabila lumpur telah
penuh, kolam akan dikuras dan dibuang. Masa tinggal limbah dari DOP ke
outlet adalah selama 180 hari.

Gambar 12. Doaling Pond


2. Acidification Pond
Pada umumnya pH limbah sangat rendah 3 4 dimana mikroba bakteri
tidak dapat hidup dan berkembangbiak. Selain itu, limbah yang segar
mengandung senyawa organik yang mudah dihidrolisa dan menghasilkan
senyawa asam. Agar senyawa ini tidak mengganggu proses pengendalian
limbah dan bekerjanya bakteri pembentuk asam dalam upaya merombak
bahan padatan organik dimana pH mengalam maka dilakukan pengasaman
(acidification). Acidification Pond berfungsi sebagai proses pra-kondisi bagi
limbah sebelum masuk ke kolam anaerobic. Pada kolam ini limbah akan
dirombak menjadi VFA (Volatile Fatty Acid = asam yang mudah menguap).
Pada kolam pengasaman akan terjadinya penurunan pH dan pembentukan
gas-gas sementara lapisan sludge terbentuk dan menutup seluruh permukaan
sehingga mencipta anaerobik yang lebih sempurna, pada kolam ini sebagian
besar padatan organik telah mengalami perombakan dengan ditandai dengan
menurunnya kadar suspensi solid maupun penurunan kebutuhan oksigen
untuk oksidasi, dibawah lapisan sludge cairan limbah terdiri dari bakteri-
bakteri pembentuk asam.
3. Primary Anaerobic Pond
Pada kolam ini limbah cair buangan pabrik kelapa sawit yang
mengandung senyawa organik kompleks seperti lemak, karbohidrat dan
protein akan dirombak oleh bakteri anaerobik menjadi asam organik dan
selanjutnya menjadi gas metana, karbohidrat dan air. Gas metana yang
terbentuk dapat dijadikan bahan bakar. Kolam ini memanfaatkan mikroba
dalam suasana anaerobik untuk merombak BOD dan biodegradasi bahan
organik menjadi senyawa asam dan gas. Waktu tinggal dalam kolam ini
sekitar 40 hari. Kolam ini memiliki kedalaman rata-rata lebih dari 4 meter.
4. Secondary An Aerobic Pond
Kolam Secondary An Aerobic Pond berfungsi sebagai tempat pengendapan
lumpur. Mengendapkan hasil penguraian butiran minyak dan padatan lain
yang berasal dari kolam anaerobik.
5. Facultatif Pond
Kolam ini merupakan kolam peralihan dari kolam anaerobic ke kolam
aerobik. Pada kolam ini proses anaerobik masih tetap berlanjut, yaitu
menyelesaikan proses yang belum terselesaikan pada anaerobic. Aktivitas ini
dapat diketahui dengan indikasi pada permukaan kolam tidak dijumpai scum
dan cairan tampak kehijau-hijauan. Volume kolam ini dipersiapkan untuk
menahan limbah selama 25 hari. Didalam kolam ini proses perombakan
anaerobik masih tetap berjalan yaitu menyelesaikan pekerjaanpekerjaan
yang belum diselesaikan pada kolam anaerobik. Pada bagian hulu kolam
masih menunjukkan adanya gelembung-gelembung udara yang keluar dari
kolam air limbah sedangkan pada bagian hilir kolam hampir tidak ada.
Karakteristik limbah di dalam fakultatif yaitu pH 7,6 7,8 BOD 600- 800
ppm, COD 1250 1750 ppm (Naibaho, 2003).
Gambar 13. Facultatif Pond
6. Algae Pond I dan II
Kolam ini terjadi proses aerobik secara alami, yaitu masuknya udara ke
dalam air. Pada kolam ini telah tumbuh ganggang dan mikroba heterotrof
yang membentuk flok. Hal ini merupakan proses penyediaan oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroba dalam kolam. Kemudian air siap untuk dibuang ke
badan sungai.
Pengukuran debit di outlet dengan menggunakan bak baskulator
(dengan cara menghitung putaran baskulator setiap satu menit). Kondisi di
sekitar kolam pengolahan yang bagus adalah dengan tidak ada tumbuhan.
Akan tetapi pada pengolahan limbah ini banyak dijumpai tumbuhan berupa
alga, pohon pisang dan kangkung. Kangkung yang tumbuh di IPAL
dikonsumi oleh warga sekitar dan dijual di pasar.
Gambar 14. Bak Baskulator

2.4 Kondisi Pabrik Kelapa Sawit (PKS)


Isu mengenai pengrusakan lingkungan hidup yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan sawit di Kalimantan Barat juga dialami oleh PT
Perkebunan Nusantara XIII sebagai perusahaan yang memang memiliki komoditi
utama kelapa sawit dan karet. Masyarakat melihat, mendengar dan merasakan
sendiri bagaimana perusahaan sawit membuat hutan gundul untuk membuka lahan
sawit baru sehingga merusak tempat tinggal orang utan, pemanasan global yang
diakibatkan berkurangnya lahan hijau penghasil oksigen, degradasi dan konversi
hutan. Selain itu limbah kelapa sawit baik itu limbah padat, cair dan gas yang
merusak lingkungan tempat tinggal masyarakat sekitar.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh asap hasil pembakaran terlihat
sangat jelas. Asap yang keluar dari cerobong sangat pekat dan berwarna gelap, hal
ini dikarenakan cerobong asap tidak dilengkapi dengan filter. Asap yang pekat ini
mempengaruhi kualitas udara sekitar. Selain itu, kawasan pabrik kelapa sawit
sangat bising. Bunyi ini disebabkan oleh mesin pengolahan kelapa sawit. Hal ini
tidak bisa dihindari dari suatu pabrik. Selain kebisingan dan asap, pencemaran
udara juga disebabkan oleh bau yang berasal dari buah kelapa sawit yang
membusuk dan berasal dari pengolahan kelapa sawit.
Gambar 15. Cerobong Asap Pabrik
Keselamatan kerja di pabrik kelapa sawit juga tidak diterapkan dengan
benar. Kondisi lapangan menunjukkan banyak pekerja yang tidak memakai alat
pelindung diri pada saat kerja. Menurut sumber, pernah terjadi kecelakaan saat
kerja yang disebabkan oleh kelalaian para pekerja itu sendiri seperti terkena luka
bakar pada saat menjalankan boiler, tangan melepuh, terluka karena terkena mesin
dan lainnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pelaksanaan kuliah lapangan yang dilakukan di PT Perkebunan
Nusantara XIII (Persero), dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Proses pengolahan kelapa sawit di PT Perkebunan Nusantara XIII
(Persero) dimulai dari pengangkutan TBS dari kebun, penimbangan,
sortasi, loading ramp, perebusan, perontokan, pengadukan, pengepresan,
penyaringan, pengendapan, pemurnian, pengeringan dan penyimpanan
CPO. Sedangkan untuk kernel dilakukan proses selanjutnya setelah
pengepresan yaitu pemisahan ampas, pengeringan, pemecahan, pemisahan,
pengeringan dan penyimpanan kernel.
2. Sistem pengolahan limbah cair di PT Perkebunan Nusantara XIII (Persero)
masih belum memenuhi standar yang ditetapkan. Sistem pengolahan di
PKS tersebut memiliki 14 kolam (7 kolam cadangan) yang terdiri dari
Deoling Pond, Acidification Pond, Primary An Aerobic Pond, Secondary
An Aerobic Pond, Facultatif Pond, Algae Pond I dan Algae Pond II.
3. Limbah padat yang dihasilkan di PKS (Pabrik Kelapa Sawit) berupa
cangkang, tandan kosong, tandan buah segar yang mentah/busuk, dan
serat. Cangkang dan serat digunakan sebagai bahan bakar diesel uap,
tandan kosong dijadikan sebagai pupuk organik dan tandan buah segar
yang mentah/busuk dibakar/dimusnahkan di tempat yang telah disiapkan.
4. Limbah gas yang berasal dari pabrik sangat mencemari kualitas udara
sekitar baik itu asap, bau, debu dan kebisingan. Asap yang berasal dari
pabrik belum diolah dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai