Anda di halaman 1dari 14

BAB II GERD dapat diderita oleh laki-laki dan perempuan.

Rasio laki-laki
TINJAUAN PUSTAKA dan wanita untuk terjadinya GERD adalah 2:1 sampai 3:1(4). GERD pada
GERD negara berkembang sangat dipengaruhi oleh usia, usia dewasa antara 60-70
tahun merupakan usia yang seringkali mengalami GERD. 4,9
2.1. Definisi
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesofageal refluks disease / 2.3. Anatomi dan Fisiologi
GERD ) adalah suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan a. Faring
lambung ke dalam esofagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat Faring atau pharynx berasal dari bahasa yunani yang berarti
keterlibatan esofagus, faring, laring dan saluran nafas.4,7 tenggorok. Faring digunakan sebagai saluran alat pernafasan.Pada
Refluks gastroesofageal adalah fenomena biasa yang dapat timbul manusia faring juga digunakan sebagai alat artikulasi bunyi.Berdasarkan
pada setiap orang sewaktu-waktu, pada orang normal refluks ini terjadi pada letaknya faring dibagi menjadi Nasofaring, Orofaring dan
posisi tegak sewaktu habis makan, karena sikap posisi tegak tadi dibantu oleh Laringofaring.Fungsi faring yang utama adalah untuk respirasi, pada
adanya kontraksi peristaltik primer, isi lambung yang mengalir ke esofagus waktu menelan, resonansi suara dan artikulasi.Dan yang bagian faring
segera kembali ke lambung, refluks sejenak ini tidak merusak mukosa yang digunakan saat menelan adalah orofaring dan laringofaring.
esofagus dan tidak menimbulkan keluhan. Keadaan ini dikatakan patologis
bila refluks terjadi berulang-ulang dan dalam waktu yang lama. 8

2.2. Epidemiologi
Penyakit ini umumnya ditemukan pada populasi negaranegara
barat, namun dilaporkan relatif rendah insidennya di negara Asia - Afrika. Di
amerika di laporkan satu dari lima orang dewasa mengalami gejala heartburn
atau regurgutasi sekali dalam seminggu serta lebih dari 40 % mengalaminya
sekali dalam sebulan. Prevalensi esofagitis di amerika sekitar 7%, sementara
negara non-western prevalensinya lebih rendah (1,5% di China dan 2,7% di b. Esophagus
Korea). Sementara di Indonesia belum ada data epidemiologinya mengenai Esofagus atau kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada
penyakit ini, namun di Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke
Dalam FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta didapatkan kasus dalam lambung. Makanan berjalan melalui esofagus dengan
esofagitis sebanyak 22,8% dari semua pasien yang menjalani pemeriksaan menggunakan proses peristaltik.
endoskopi atas indikasi dyspepsia.4 Esofagus bertemu dengan faring yang menghubungkan
esofagus dengan rongga mulut pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut
histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian: bagian superior (sebagian

1
besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot Pada kedua ujung esofagus terdapat sfingter. Dalam keadaan
halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus). normal berada dalam keadaan tonik atau kontraksi kecuali pada saat
Esofagus merupakan suatu organ berongga dengan panajang menelan. SEB (Sfingter esofagus bawah) berfungsi sebagai sawar
sekitar 25 cm dan diameter 2 cm. Terbentang dari hipofaring atao terhadap refluks isi lambung ke esofagus. Dalam keadaan normal SEB
laringofaring hingga bagian kardia dari lambung. Esofagus terletak menutup kecuali bila makanan masuk ke dalam lambung atau waktu
posterior dari trakea dan jantung, anterior terhadap vertebrae. Esofagus bersendawa atau muntah.
terutama befungsi menghantarkan bahan makanan dari faring ke Dinding esofagus terdiri dari 4 lapisan, mukosa, submukosa,
lambung. muskularis dan lapisan luar. Mukosa esofagus terbentuk dari epitel
berlapis gepeng bertingkat yang berlanjut ke faring, epitel ini mengalami
perubahan pada perbatasan esofagus dan lambung dan menjadi epitel
selapis toraks. Mukosa esofagus dalam keadaan normal bersifat alkalis
dan tidak tahan terhadap isi lambung yang asam. Lapisan submukosa
mengandung sel sekretorius yang mengandung mukus. Mukus ini
mempermudah jalannya makanan sewaktu menelan dan melindungi
mukosa dari cedera kimia.
Lapisan otot luar tersusun longitudinal dan lapisan dalam
tersusun sirkular. Otot pada 5 % bagian atas esofagus merupakan otot
rangka sedangkan pada separuh bagian bawahnya merupakan otot polos.
Dan diantaranya campuran otot polos dan otot rangka. Bagian luar
esofagus tidak memiliki lapisan serosa, melainkan terdiri dari lapisan
jaringan ikat jarang yang menghubungkan esofagus dengan struktur yang
Pada Esofagus terdapat beberapa tempat penyempitan yang berdekatan. Tidak adanya serosa menyebabkan penyebaran sel tumor
dapat dilihat pada saat dilakukan esofagoskopi. Penyempitan di bagian lebih cepat.
proksimal disebabkan oleh otot krikofaring dan kartilago krikoid. Persyarafan esofagus dilakukan oleh saraf simpatis dan
Diameter transversal 23 milimeter dan antero-posterior 17 milimeter.3 parasimpatis. Serabut simpatis dibawa oleh n.vagus yang merupakan
Penyempitan kedua adalah pada sebelah kiri setinggi arkus aorta saraf motorik esofagus. Fungsi serabut simpatis kurang diketahui. Selain
yang mentilang esofagus. Didaerah ini dapat terlihat pulsasi aorta saat di persarafn ekstrinsik tersebut, terdapat serabut saraf intramural intrinsik
lakukan esofagoskopi. Penyempitan ketiga adalah pada dinding anterior diantara lapisan otot sirkular dan otot longitudinal (pleksus auerbach)
kiri yang disebabkan oleh penekanan bronkus kiri. Dan penyempitan yang berfungsi sebagai mengatur peristaltik normal esofagus.
keempat adalah pada saat esofagus menembus diafragma.3 Bagian atas esofagus diperdarahi oleh cabang A. tiroidea
inferior dan A. subklavia. Bagian tengah dipendarahai oleh cabang

2
segmental aorta dan A. Bronchiale, sedangkan bagian subdiafragma penutupannasofaring sebagai akibat dari kontraksi m.levator veli palatini.
disuplai oleh A. Gastrica sinistra. Vena esofagus daerah leher Selanjutnya terjadi kontraksi m.palatofaring, sehingga bolus makanan
mengalirkan darah ke v. azygos dan hemiazygos dan dibawah diafragma tidak akan berbalik ke rongga mulut.
V. esofagika ke dalam V. gastrika sinistra. Fase Faringeal
Fase ini terjadi secara refleks pada akhir fase oral, yaitu
perpidahan bolus makanan dari faring ke esofagus.
Faring dan laring bergerak keatas oleh kontraksi m.stilofaring,
m.salfingofaring, m.tirohioid, dan m.palatofaring. Aditus laring tertutup
oleh epiglotis, sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika,
plika ventrikularis dan pika vokalis tertutup karena kontraksi dari
m.ariepiglotika dan m.aritenoid obliquus. Bersamaan dengan ini terjadi
juga penghentian udara ke laring karena refleks yang menghambat
pernapasan, sehingga bolus makanan tidak akan sampai masuk ke dalam
saluran nafas. Selanjutnya bolus makanan akan meluncur ke arah
eofagus, karena valekula dan sinus piriformis sudah dalam keadaan
c. Menelan lurus.7
Terdapat tiga fase dalam menelan yaitu fase oral, fase faringeal, Fase Esofageal
dan fase esofageal. Pada fase oral, bolus makanan dari mulut menuju ke Dalam keadaan istirahat introitus esofagus tertutup, namun
faring. Gerakan disini disengaja atau volunter. Fase faringeal yaitu pada dengan adanya rangsangan bolus makanan pada akhir fase faringeal,
waktu transport bolus makanan melalui faring. Gerakan disini tidak maka terjadi relaksasi m.krikofaring, sehingga introitus esofagus terbuka
disengaja, yaitu pada waktu bolus makanan bergerak secara peristaltik di dan bolus makanan bisa masuk.7
esofagus menuju lambung atau fase esofageal. Setelah bolus lewat, maka SEA akan berkontraksi lebih kuat
Fase Oral melebihi tonus introitus esofagus saat istirtahat, sehingga makanan tidak
Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang telah dikunyah dan akan kembali ke faring. Dengan demikian refluks dapat dihindari.7
bercampur dengan yang telah dikunyah membentuk bolus makanan. Gerak bolus makanan di esofagus bagian atas masih dipengaruhi
Bolus ini bergerak dari rongga mulut melalui dorsum lidah, terletak di oleh kontraksi m.konstriktor faring inferior pada akhir fase faringeal.
tengah lidah akibat kontraksi otot intrinsik lidah.7 Selanjutnya bolus makanan akan didorong ke distal oleh peristaltik
Kontraksi dari m.levator veli palatini mengakibatkan rongga esofagus.7
pada lekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole terangkat dan bagian Dalam keadaan istirahat sfingter esofagus bagian bawah selalu
atas dinding posterior faring ternagkat pula. Bolus terdorong ke posterior tertutup dengan tekanan rata2 8 mmHg lebih dri tekanan dalam lambung
karena lidah terangkat keatas. Berasamaan dengan ini terjadi sehingga tidak akan terjadi regurgitasi. Pada akhir fase esofageal, SEB

3
ini akan terbuka secara refleks ketika dimulainya peristaltik esofagus tahap. Mula-mula peristaltik esofagus primer yang timbul pada waktu
servikal untuk mendorong makanan ke distal. Selanjutnya setelah bolus menelan dengan cepat mengosongkan isi esofagus, kemudian air liur
makanan lewat, maka sfingter ini akan menutup kembali.7 yang alkalis dan dibentuk sebanyak 0,5 mL/menit serta bikarbonat yang
dibentuk oleh mukosa esofagus sendiri, menetralisasi asam yang masih
2.4. Etiologi tersisa. Sebagian besar asam yang masuk esofagus akan turun kembali ke
Refluks gastroesofageal terjadi sebagai konsekuensi berbagai kelainan lambung oleh karena gaya gravitasi dan peristaltik. Refluks yang terjadi
fisiologi dan anatomi yang berperan dalam mekanisme antirefluks di lambung pada malam hari waktu tidur paling merugikan oleh karena dalam posisi
dan esofagus. Mekanisme patofisiologis meliputi relaksasi transien dan tonus tidur gaya gravitasi tidak membantu, salivasi dan proses menelan boleh
Lower Esophageal Sphincter (LES) yang menurun, gangguan clearance dikatakan terhenti dan oleh karena itu peristaltik primer dan saliva tidak
esofagus, resistensi mukosa yang menurun dan jenis reluksat dari lambung berfungsi untuk proses pembersihan asam di esofagus. Selanjutnya
dan duodenum, baik asam lambung maupun bahan-bahan agresif lain seperti kehadiran hernia hiatal juga menggangu proses pembersihan tersebut. 5
pepsin, tripsin, dan cairan empedu serta faktor-faktor pengosongan lambung. 3. Daya perusak bahan refluks
Asam lambung merupakan salah satu faktor utama etiologi penyakit refluks Asam pepsin dan mungkin juga empedu yang ada dalam cairan
esofageal, kontak asam lambung yang lama dapat mengakibatkan kematian refluks mempunyai daya perusak terhadap mukosa esofagus. Beberapa
sel, nekrosis, dan kerusakan mukosa pada pasien GERD. jenis makanan tertentu seperti air jeruk nipis, tomat dan kopi menambah
Ada 4 faktor penting yang memegang peran untuk terjadinya GERD 5: keluhan pada pasien GERD.5
1. Rintangan Anti-refluks (Anti Refluks Barrier) 4. Isi lambung dan pengosongannya
Kontraksi tonus Lower Esofageal Sphincter (LES) memegang Reluks gastroesofagus lebih sering terjadi sewaktu habis makan
peranan penting untuk mencegah terjadinya GERD, tekanan LES < 6 dari pada keadaan puasa, oleh karena isi lambung merupakan faktor
mmHg hampir selalu disertai GERD yang cukup berarti, namun refluks penentu terjadinya refluks. Lebih banyak isi lambung lebih sering terjadi
bisa saja terjadi pada tekanan LES yang normal, ini dinamakan refluks. Selanjutnya pengosongan lambung yang lamban akan menambah
inappropriate atau transient sphincter relaxation, yaitu pengendoran kemungkinan refluks tadi.5
sfingter yang terjadi di luar proses menelan. Akhir-akhir ini dikemukakan Penyakit refluks gastroesofageal bersifat multifaktorial.
bahwa radang kardia oleh infeksi kuman Helicobacter pylori Esofagitis dapat terjadi sebagai akibat dari refluks gastroesofageal
mempengaruhi faal LES denagn akibat memperberat keadaan.Faktor apabila1:
hormonal, makanan berlemak, juga menyebabkan turunnya tonus LES. 5 1. Terjadi kontak dalam waktu yang cukup lama antara bahan refluksat
2. Mekanisme pembersihan esofagus dengan mukosa esofagus
Pada keadaan normal bersih diri esofagus terdiri dari 4 macam 2. Terjadi penurunan resistensi jaringan mukosa esofagus, walaupun
mekanisme, yaitu gaya gravitasi, peristaltik, salivasi dan pembentukan waktu kontak antara bahan refluksat dengan esofagus tidak lama.
bikarbonat intrinsik oleh esofagus. Proses membersihkan esofagus dari
asam (esophageal acid clearance) ini sesungguhnya berlangsung dalam 2

4
2.5. Patofisiologi Refluks yang terjadi pada pasien penderita GERD melalui 3 mekanisme.4
Penyakit GERD bersifat multifactorial.3,4 GERD dapat merupakan 1. Refluks spontan pada saat relaksasi SEB yang tidak adekuat,
gangguan fungsional (90%) dan gangguan struktural (10%).7 Gangguan 2. Aliran retrogard yang mendahului kembalinya tonus SEB setelah
fungsional lebih pada disfungsi SEB dan gangguan struktural pada kerusakan menelan,
mukosa esophagus.7 Esofagitis dapat terjadi sebagai akibat dari GERD 3. Meningkatnya tekanan intraabdomen.
apabila terjadi kontak yang cukup lama dengan bahan yang refluksat dengan Dengan begitu dapat diakatakan bahwa patogenesis terjadinya
mukosa esofagus. Selain itu juga akibat dari resistensi yang menurun pada refluks menyangkut keseimbangan antara faktor defensif dari esofagus dan
jaringan mukosa esofagus walaupun kontak dengan refluksat tidak terlalu faktor ofensif dari bahan refluksat.4 Yang termasuk faktor defensif dari
lama.4 Selain itu penurunan tekanan otot sfingter esofagus bawah oleh karena refluks adalah:
coklat, obat-obatan, kehamilan dan alkohol juga ditengarai sebagai penyebab
terjadinya refluks.3 Pemisah antirefluks.
Esofagus dan gaster terpisah oleh suatu zona tekanan tinggi yang Pemeran terbesar pemisah antirefluks adalah tonus dari SEB.
dihasilkan oleh kontraksi Sfingter esofagus bawah. Pada orang normal, Meurunnya tonus SEB dapat menyebabkan timbulnya refluks retrogard pada
pemisah ini akan dipertahankan, kecuali pada saat terjadinya aliran antergrard saat terjadi peningkatan tekanan intraabdomen.4
(menelan) atau retrogard (muntah atau sendawa).4 Sebagian besar pasien GERD ternyata memiliki tonus SEB yang
Aliran balik gaster ke esofagus hanya terjadi bila terdapat hipotoni atau normal. Yang dapat menurunkan tonus SEB antara lain :3,4
atoni sfingter esofagus bawah.3,4Beberapa keadaan seperti obesitas dan 1. Adanya hiatus hernia
pengosongan lambung yang terlambat dapat menyebabkan hipotoni pada 2. Panjang SEB. Semakin pendek semakin rendah tonusnya.
sfingter esofagus bawah.3 Tonus SEB dikatakan rendah bila berada pada < 3 3. Obat-obatan seperti antikolinergik, beta adrenergik, theofilin, opiat
mmHg.4Sedangkan pada orang normal 25-35 mmHg.7 dan lain-lain.
Episode refluks bervariasi tergantung kandungan isinya, volume, 4. Kehamilan. Karena terjadi peningkatan progesteron yang dapat
lamanya, dan hubungannya dengan makan. Pada proses terjadinya refluks, menurunkan tonus SEB
sfingter esofagus bawah dalam keadaan relaksasi atau melemah oleh 5. Makanan berlemak dan alkohol.
peningkatan tekanan intraabdominal atau sebab lainnya sehingga terbentuk Dengan berkembangnya teknik pemeriksaan manometri, tampak
rongga diantara esofagus dan lambung. Isi lambung mengalir atau terdorong bahwa pada kasus GERD dengan tonus normal pada SEB lebih banyak
kuat ke dalam esofagus. Jika isi lambung mencapai esofagus bagian disebabkan oleh terjadinya transient LES relaxation (TLESR), yaitu relaksasi
proksimal dan sfingter esofagus atas berkontraksi, maka isi lambung tersebut SEB yang bersifat spontan dan berlangsung kurang lebih 5 detik tanpa
tetap berada di esofagus dan peristaltik akan mengembalikannya ke dalam didahului proses menelan. Belum jelas diketahui bagaimana mekanisme
lambung. Jika sfingter esofagus atas relaksasi sebagai respon terhadap terjadinya TLESR. Tetapi pada beberapa individu diketahui adanya kaitan
distensi esofagus maka isi lambung akan masuk ke faring, laring, mulut atau dengan keterlambatan pengosongan lambung dan dilatasi lambung.3,4
nasofaring.3

5
Mekanisme ketahanan epitelial esofagus terdiri dari4 :
1. Membran sel
2. Intraseluler junction yang membatasi difusi H+ ke jaringan esofagus.
3. Aliran darah esofagus yang menyuplai nutrisi, oksigen dan
bikarbonat, serta mengeluarkan ion H + dan CO2
4. Sel-sel esofagus mempunyai kemampuan untuk mentransport ion H +
Peranan Hiatus hernia pada patogenesis GERD masih kontroversi, dan Cl- intrasel dengan Na+ dan bikarbonat ekstrasel.
karena banyak pasien GERD yang pada endoskopik didapatkan hiatus hernia
tidak menampakan gejala GERD yang signifikan. Hiatus hernia dapat Nikotin dari rokok menyebabkan transport ion Na+ melalui epitel
memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk bersihan asam dari esofagus esofagus. Sedangkan alkohol dan aspirin meningkatkan permeabilitas epitel
serta menurunkan tonus SEB.4 terhadap ion H. Yang dimaksud dengan faktor ofensif adalah potensi daya
rusak refluksat. Kandungan lambung yang juga ikut berpengaruh dalam
Bersihan asam dari lumen esofagus kerusakan mukosa gaster (menambah daya rusak refluksat) antar lain HCl,
Faktor yang berperan pada bersihan asam dari esofagus adalah pepsin, garam empedu, enzim pancreas.4
gravitasi, peristaltik, eksresi air liur dan bikarbonat. Setelah terjadi refluks, Faktor ofensif dari bahan refluksat bergantung pada bahan yang
sebagian besar bahan refluksat akan kembali ke lambung dengan dorongan dikandungnya. Derajat kerusakan mukosa esofagus makin meningkat pada Ph
peristaltik yang dirangsang oleh proses menelan. Sisanya akan dinetralisir < 2, atau adanya pepsin dan garam empedu. Namun efek asam menjadi yang
oleh bikarbonat yang disekresi oleh kelenjar saliva dan kelenjar esofagus4 paling memiliki daya rusak tinggi.4
Mekanisme bersihan asam ini sangat penting sebab, semakin lama Faktor lain yang ikut berperan dalam timbulnya gejala GERD adalah
waktu bersihan maka semakin lama kontak mukosa lambung dengan kelainan lambung yang meningkatkan terjadinya refluks fisiologis, antara lain
refluksat, dan makin besar pula kemungkinan terjadinya esofagitis. Pada : dialatasi lambung atau obstruksi gastric outlet dan lambatnya pengosongan
sebagian pasien GERD memiliki waktu transit refluksat yang normal, lambung. Sedangkan peranan Helicobacter pylori dalam patogenesis GERD
sehingga penyebab terjadinya refluks adalah peristaltik esofagus yang relatif kecil dan tidak banyak didukung oleh data yang.4
minimal4 Lambatnya pengosongan lambung ditengarai juga menjadi penyebab
Refluks pada malam hari lebih berpotensi meimbulkan kerusakan GERD. Pada kondisi pengosongan lambung yang lambat, maka isi dari
pada esofagus, karena selama tidur sebagian besar mekanisme bersihan lambungpun juga banyak. Hal ini berakibat meningkatnya tekanan intragaster.
esofagus tidak aktif4 Tekanan intragaster yang meningkat ini akan berlawanan dengan kerja dari
SEB. Pada keadaan ini, biasanya SEB akan kalah oleh tekanan intragaster dan
Ketahanan Epitelial Esofagus. terjadilah refluks.9
Berbeda dengan lambung dan duodenum, esofagus tidak memiliki
lapisan mukus untuk melindungi mukosa esofagus4

6
dan ke epigastrium, punggung belakang bahkan kelengan kiri yang
menyerupai pada angina pektoris.Timbulnya keluhan ini akibat ransangan
kemoreseptor pada mukosa.Rasa terbakar tersebut disertai dengan sendawa,
mulut terasa masam dan pahit dan merasa cepat kenyang. Keluhan heart burn
dapat diperburuk oleh posisi membungkuk kedepan berbaring terlentang dan
berbaring setelah makan. Keadaan ini dapat ditanggulangi terutama dengan
pemberian antasida.7

Peran Sfingter Atas Esofagus


SEA merupakan pertahanan akhir untuk mencegah refluksat masuk ke
larinofaring.Studi menyatakan bahwa tonus SEA yang meninggi sebagai Refluks yang sangat kuat dapat memunculkan regurgitasi yang berupa bahan
reaksi terhadap refluksat menimbulkan distensi pada esofagus. Relaksasi pada yang terkandung dari esofagus dan lambung yang sampai kerongga mulut.
SEA menyebabkan terjadinya pajanan asam ke faring atau laring.10 Bahan regurgitasi yang terasa asam atau sengit dimulut merupakan gambaran
sudah terjadinya GERD yang berat dan dihubungkan dengan inkompetensi
Patofisiologi Refluks Ekstraesofagus(7) sfingter bagian atas dan LES. Regurgitasi dapat mengakibatkan aspirasi
Dua mekanisme dianggap sebagai penyebab Refluks ekstraesofagus. laringeal, batuk yang terus-menerus, keadaan tercekik waktu bangun dari
Mekanisme tersebut antara lain. tidur dan aspirasi pneumoni. Peningkatan tekanan intraabdomal yang timbul
1. Kontak langsung refluksat (asam lambung dan pepsin) ke esofagus karena posisi membungkuk, cekukan dan bergerak cepat dapat memprovokasi
proximal dan SEA yang berlanjut dengan kerusakan mukosa faring, terjadinya regurgitasi.7
laring dan paru. Regurgitasi yang berat dapat dihubungkan dengan gejala-gejala berupa
2. Pajanan esofagus distal akan merangsang vagal refleks yang serangan tercekik, batuk kering, mengi, suara serak,mulut rasa bauk pada pagi
menyebabakan spasme bonkus, batuk, sering meludah dan hari, sesak nafas, karies gigi dan aspirasi hidung. Beberapa pasien mengeluh
menyebabkan inflamasi pada faring dan laring. sering terbangun dari tidur karena rasa tercekik, batuk yang kuat tapi jarang
menghasilkan sputum.6
2.6. Manifestasi Klinik Disfagia (kesulitan dalam menelan) yaitu suatu gangguan transport
Heart burn merupakan gejala khas dari GERD yang paling sering aktip bahan yang dimakan, merupakan keluhan utama yang dijumpai pada
dikeluhkan oleh penderita 5,11Heart burn adalah sensasi nyeri esofagus yang penyakit faring dan esofagus. Disfagia dapat terjadi pada gangguan non
sifatnya panas membakar atau mengiris dan umumnya timbul dibelakang esofagus yang merupakan akibat dari penyakit otot dan neurologis. Disfagia
bawah ujung sternum. Penjalarannya umunya keatas hingga kerahang bawah

7
esofagus mungkin dapat bersifat obstruktif atau motorik. Obstruksi Pemeriksaan histopatologi juga dapat memastikan adanya Barretts
disebabkan oleh striktur esofagus, tumor intrinsik atau ekstrinsik esofagus esophagus, displasia atau keganasan. Tidak ada bukti yang mendukung
yang mengakibatkan penyempitan lumen. Penyebab gangguan motorik pada perlunya pemeriksaan histopatologi/biopsi pada NERD.4
disfagia berupa gangguan motilitas dari esofagus atau akibat disfungsi Ada beberapa klasifikasi kelainan esofagitis pada pemeriksaan
sfingter bagian atas dan bawah. Gangguan motorik yang sering menimbulkan endoskopi pasien GERD, antara lain klasifikasi Los Angeles dan Savary-
disfagia adalah akalasia, skleroderma dan spasme esofagus yang difus. 5,6 Miller.
GERD juga dapat berakibat manifestasi klinis non esofagus yang
atipik seperti laringitis, suara serak, batuk karena aspirasi sampai timbul a. Klasifikasi Los Angeles4
asma3. Manifestasi non esofagus pada GERD dapat disimpulkan antara lain Derajat kerusakan Endoskopi
gangguan pada Paru (Astma, pneumonia aspirasi), Suara (Laringitis), Telinga A Erosi kecil pada mukosa esofagus dengan diameter <5 mm
(Otitis media), Gigi (Enamel decay).6 Di lain pihak, penyakit paru juga dapat B Erosi pada mukosa/lipatan mukosa dengan diameter >5mm
memicu timbulnya GERD oleh karena penatalaksanaan berupa obat yang tanpa saling berhubungan
dapat menurunkan tonus SEB. Misalnya theofilin. C Lesi yang konfluen tetapi tidak mengenai atau mengelilingi
seuruh lumen
2.7. Diagnosis D Lesi mukosa esofagus yang bersifat sirkumferensial/
Disamping anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama, beberapa mengelilingi seluruh lumen esofagus.
pemeriksaan penunjang lainnya dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
GERD, yaitu : b. Klasifikasi Savary-Miller12
GRADE Deskripsi endoskopi
Endoskopi saluran cerna bagian atas I Erosi sebagian dari satu lipatan mukosa esofagus
Pemeriksaan ini merupakan standar baku untuk diagnosis GERD II Erosi sebagian dari beberapa lipatan mukosa esofagus.
dengan ditemukannya mucosal break di esofagus (esofagitis refluks). Erosi dapat bergabung
Dengan endoskopik dapat dinilai perubahan makroskopik dari
III Erosi meluas pada sirkumferesnsia esofageal
mukosa esofagus, serta dapat menyingkirkan keadaan patologis lain yang
IV Ulkus, striktura dan pemendekan esofagus
dapat menimbulkan gejala GERD. Jika tidak ditemukan muscosal break pada
V Barretts ephitelium
pasien GERD dengan gejala yang khas, keadaan ini disebut non erosive reflux
disease (NERD).7
Esofagografi dengan Barium
Ditemukannya kelainan esofagitis pada pemeriksaan endoskopi yang
Dibandingkan dengan endoskopi, pemeriksaan ini kurang peka dan
dipastikan dengan pemeriksaan histopatologi, dapat mengonfirmasi bahwa
seringkali tidak menunjukan kelainan terutama pada kasus esofagitis
gejala heartburn atau regurgutasi memang karena GERD.
ringan.Pada keadaan yang lebih berat, gambar radiologi dapat berupa
penebalan dinding dan lipatan mukosa, ulkus atau penyempitan lumen. Pada

8
beberapa kasus, pemeriksaan memiliki nilai lebih dari endoskopi, misal pada
stenosis esofagus dan hiatus henia.2,4 Tes supresi asam
Pada dasarnya tes ini merupakan terapi empiris untuk menilai gejala dari
Pemantauan pH 24 jam GERD.Dengan memberikan PPI dosis tinggi selama 1-2 minggu sambil
Episode refluks gastroesofageal menimbulkan asidifikasi bagian distal melihat respon yang terjadi.Tes ini terutama dilakukan jika modalitas lainya
esofagus.Episode ini dapat dimonitor dan direkam dengan menempatkan seperti endoskopi dan ph metri tidak tersedia.Tes ini dianggap positif jika
mikroelektroda pH pada bagian distal esofagus.Pengukuran pH pada esofagus terdapat perbaikan dari 50&-75% gejala yang terjadi. Dewasa ini tes ini
distal dapat memastika ada tidaknya refluks gastroesofageal.ph dibawah 4 merupakan salah satu langkah yang dianjurkan dalam algoritme tatalaksana
pada jarak 5 cm diatas SEB dianggap diagnostik untuk refluks GERD Pada pelayanan kesehatan lini pertama pada pasien yang tidak
gastroesofageal.3,4 memiliki alarm symptom (BB turun, anemia, hematemesis, melena, disfagia,
odinofagia, riwayat keluarga dengan keganasan esofagus atau lambung dan
Tes Bernstein umur diatas 40 tahun.4
Tes ini ini mengukur sensitivitas mukosa dengan memasang selang
transnasal dan melakukan perfusi bagian distal esofagus dengan HCl 0,1 M Diagnosis Refluks Ekstraesofagus
dalam waktu kurang dari satu jam. Tes ini bersifat pelengkap dari pemantauan Diagnosis REE dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis terarah
ph 24 jam pada pasien dengan gejala yang tidka khas. Tes ini dianggap positif mengenai riwayat penyakit GERD, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
bila larutan ini menimbulkan rasa nyeri dada pada pasien, sedangkan larutan hipofaring, laring dan tes diagnosis. Memonitor ph 24 jam dengan
NaCl tidak menimbulkan nyeri.Hasil negatif tidak menutup kemungkinan double/trople probe pada esofagus bagian atas (minimal 1 probe).
adanya gangguan pada esofagus4. Pemeriksaan laringoskopi fleksible fiberoptik, videolaringoskopi, video
stroboskopi dan laringoskopi kaku merupakan pemeriksaan yang sensitif
Pemeriksaan manometri terhadap refluks ekstraesofagus.4
Tes ini akan memberi manfaat yang berarti jika pada pasien dengan
gejala nyeri epigastrium dan regurgitasi yang nyata didapatkan esofagografi 2.8. Komplikasi
barium dan endoskopi yang normal.3,4 Dengan penanganan yang tidak adekuat, beberapa komplikasi dapat
terjadi pada GERD. Komplikasi yang kerap terjadi pada GERD antara lain
Scintigrafi Gastroesofageal Esofagitis, Striktura esofagus dan esofagus Barret7,9.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai pengosongan esofagus dengan Esofagitis
menggunakan cairan atau makanan yang dilabel dengan radioisotop (biasanya Merupakan peradangan pada mukosa esofagus, ini terdapat pada
technetium) dan bersifat non invasif. Selanjutnya sebuah penghitung gamma lebih dari 50% pasien GERD. Dapat menyebabkan ulkus pada daerah
eksternal akan memonitor transit dari cairan atau makanan yang dilabel perbatasan antara lambung dan esophagus.9
tersebut. Sensitivitas dan spesifisitas tes ini masih diragukan. 3,4

9
Striktura Esofagus Target penatalaksanaan GERD ini antara lain, menyembuhkan lesi
Suatu penyempitan lumen oleh karena inflamasi yang timbul akibat esofagus, menghilangkan gejala, mencegah kekambuhan, memperbaiki
refluks.9 Hal ini ditimbulkan karena terbentuk jaringan parut pada kualitas hidup, dan mencegah timbulnya komplikasi.4,5.
gastroesophageal junction.Striktur timbul pada 10-15% pasien esofagitis
yang bermanifestasi sulit menelan atau disfagia pada makanan Modifikasi gaya hidup
padat.Seringkali keluhan heartburn berkurang oleh karena striktura Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu penatalaksanaan
berperan sebagai barier refluks. Biasanya striktur terjadi dengan diameter GERD,namun demikian bukan merupakan pengobatan primer (3). Usaha ini
kurang dari 13 mm. Komplikasi ini dapat diatasi dengan dilakukan bertujuan untuk mengurangi refluks serta mencegah kekambuhan.4,5
dilatasi bougie, bila gagal dapat dilakukan operasi.7 Hal yang perlu dilakukann dalam modifikasi gaya hidup antara
Barretts Esophagus lain3,4,5:
Pada keadaan ini terjadi perubahan dimana epitel skuamosa berganti 1. Meninggikan posisi kepala pada saat tidur dan menghindari makan
menjadi epitel kolumnar metaplastik.9 Keadaan ini merupakan prekursor sebelum tidur, dengan tujuan meningkatkan bersihan asam lambung
Adenokarsinoma esophagus.11 Esofagus Barrett ini terjadi pada 10% selama tidur serta mencegah refluks asam lambung ke esofagus.
pasien GERD dan adenokarsinoma timbul pada 10% pasien dengan 2. Berhenti merokok dan mengonsumsi alkohol karena berpengaruh
esofagus Barrett. pada tonus SEB.
Gejala dari kelainan ini adalah gejala dari GERD yaitu heartburn dan 3. Mengurangi konsumsi lemak dan mengurangi jumlah makanan yang
regurgutasi.Pada 1/3 kasus, gejala GERD tidak tampak atau minimal, hal di makan karena dapat menimbulkan distensi lambung.
ini diduga karena sensitivitas epitel Barrett terhadap asam yang menurun. 4. Menurunkan berat badan dan menghindari memakai pakaian ketat
Pada endoskopi kelainan ini dapat dikenaldengan mudah dengan untuk mengurangi tekanan intrabdomen.
tampaknya segmen yang panjang dari epitel kolumnar yang berwarna 5. Menghindari makanan dan minuman seperti coklat, tehm kopi dan
kemerahan meluas ke proksimal melampaui gastroesophageal junction minuman soda karena dapat merangsang aam lambung.
dan tampak kontras sekali dengan epitel skuamosa yang pucat dan 6. Jika memugkinkan, hindari pemakaian obat yang dapat
mengkilat dari esofagus. Penyakit ini dapat ditatalaksana dengan meningkatkan menurunkan tonus SEB, antara lain antikolinergik,
medikamentosa.7 tefilin, diazepam, antagonis kalsium, progesteron.
Modifikasi gaya hidup merupakan penatalaksanaan lini pertama bagi
2.9. Tatalaksana wanita hamil dengan GERD.5
Pada prinsipnya terapi GERD ini dibagi beberapa tahap, yaitu terapi
modifikasi gaya hidup, terapi medikamentosa dan terapi pembedahan serta
akhir-akhir ini mulai dipekenalkan terapi endoskopik.3,4,5

10
Terapi Medikamentosa refluks gastroesofageal jika diberikan dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk
Terdapat dua alur penatalaksanaan GERD, yaitu step up dan step terapi ulkus(2,3). Pengguanaan obat ini dinilai efektif bagi keadaan yang berat,
down. Pada pendekatan step up pengobatan dimulai dengan obat yang kurang misalnya dengan barretts esophagus.5
kuat dalam menekan sekresi asam (antagonis reseptor H2) atau golongan Golongan obat ini hanya efektif pada pengobatan esofagitis derajat
prokinetik. Bila gagal baru diberikan yang lebih kuat menekan sekresi asam ringan sampai sedang serta tanpa komplikasi. Dosis rantidin 4x150 mg.4
dengan masa terapi lebih lama yaitu penghambat pompa proton. Sedangkan
untuk pendekatan step down diberikan tatalaksana berupa PPI terlebih dahulu, Obat prokinetik
setelah terjadi perbaikan,baru diberi obat dengan kerja yang kurang kuat Secara teoritis, obat ini dianggap paling sesuai untuk pengobatan
dalam menekan sekresi asam lambung, yaitu antagonis H2 atau prokinetik GERD karena penyakit ini dianggap lebih condong kearah gangguan
atau bahkan antasid. motilitas.Namun praktiknya, pengobatan GERD sangat bergantung pada
Dari beberapa studi, dilaporkan bahwa pendekatan step down lebih penekanan sekresi asam.4 Obat ini berfungsi untuk memperkuat tonus SEB
ekonomis dibandingkan dengan step up. Menurut Genval statement ((1999) dan mempercepat pengosongan gaster.
dan konsensus asia pasifik tahun 2003 tentang tatalaksana GERD, disepakati 1. Metoklopramid4
bahwa terapi dengan PPI sebagai terapi lini pertama dan digunakan a. Efektifitasnya rendah dalam mengurangi gejala, serta tidak
pendekatan step down.3,4,5 berperan dalam penyembuhan lesi di esofagus kecuali
dikombinasikan dengan antagonis reseptor H2 atau PPI.
Antasid b. Karena melalui sawar darah otak, maka dapat tumbuh efek
Pengobatan ini digunakan untuk gejala ringan GERD sejak tahun terhadap saraf pusat berupa mengantuk, pusing, agitasi,
1971, dan masih dinilai efektif hingga sekarang dan tidak menimbulkan tremor, dan diskinesia
esofagitis3,4,5. Selain sebagai penekan asam lambung, obat ini dapat c. Dosis 3x 10 mg sebelum makan dan sebelum tidur.3
memperkuat tekanan SEB.4,5 2. Domperidon4
Kelemahan obat golongan ini adalah.Rasanya kurang enak.Dapat a. Obat ini antagonis reseptor dopamin (sama dengan
menimbulkan diare terutama yang mengandung magnesium serta konstipasi metoklopramid) hanya saja obat ini tidak melewati sawar
terutama antasid yang mengandung aluminium, Selain itu penggunaannya darah otak, sehingga efek sampingnya lebih jarang.
sangat terbatas untuk pasien dengan ganghuan fungsi ginjal.Dosis sehari 4x1 b. Walaupun efektifitasnya belum banyak dilaporkan, namun
sendok makan. obat ini diketahui dapat menigkatkan tonus SEB dan
percepat pengosongan lambung.
Antagonis Reseptor H2 c. Dosis 3x10-20 mg sehari
Obat ini dilaporkan berhasil pada 50% kasus GERD.Yang termasuk obat
golongan ini adalah ranitidin, simetidin, famotidin dan nizatidin. Sebagai
penekan sekresi asam, golongan obat ini efektif dalam pengobatan penyakit

11
3. Cisapride4 Umumnya pengobatan diberikan selama 6-8 minggu (terapi inisial)
a. Obat ini merupakan suatu antagonis reseptor 5HT4, obat ini berikutnya dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan selama 4 bulan ,
dapat memperkuat tonus SEB dan mempercepat tergantung esofagitisnya. Efektivitas obat ini semakin bertambah jika
pengosongan lambung. dikombinasi golongan prokinetik.
b. Efektivitasnya dalam menghilangkan gejala serta
penyembuhan lesi lebih bagus dari domperidon.
c. Dosis 3x10 mg

Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat)


Obat ini tidak memiliki efek langsung terhadapa asam lambung,
melainkan berefek pada meningkatkan pertahanan mukosa esofagus, sebagai
buffer terhadap HCl di esofagus serta dapat mengikat pepsin dan garam
empedu. Golongan obat ini cukup aman karen bersifat topikal. Dosis 4x1
gram.3,4

Penghambat Pompa Proton (Proton pump inhibitor/PPI)


Merupakan obat terkuat dalam penatalaksanaan GERD, sehingga
dijadikan drug of choice(3,4,5). Golongan ini bekerja langsung pada pompa
proton sel parietal dengan memperngaruhi enzim H, K ATP ase yang
dianggap sebagai tahap akhir proses pembentukan asam lambung. Pengobatan
ini sangat efektif dalam menghilangkan keluhan serta penyembuhan lesi
esofagus, bahkan pada esofagitis erosiva derajat berat yang refrakter dengan
antagonis reseptor H2.
Dosis untuk GERD adalah dosis penuh, yaitu :
- Omeprazole : 2x20 mg
- Lansoprazole: 2x30 mg
- Pantoprazole: 2x40 mg
- Rabeprazole : 2x10 mg
- Esomeprazole: 2x40 mg

12
Terapi bedah merupakan terapi alternatif yang penting jika terapi
modifikasi gaya hidup dan medikmentosa tidak berhasil. Umumnya
pembedahan yang dilakukan adalah fundoplikasi,3,4,5

Fundoplikasi Nissen
Fundoplikasi Nissen adalah suatu tindakan bedah untuk tatalaksana
penyakit GERD bila tatalaksana Modifikasi gaya hidup dan medikamentosa
tidak berhasil. Pada Hiatus hernia, Fundoplikasi Nissen justru menjadi terapi
lini pertama.Teknik operasi ini dilakukan dengan laparoskopi. Tujuan dari
teknik ini adalah memperkuat esofagus bagian bawah untuk mencegah
terjadinya refluks dengan cara membungkus bagian bawah esofagus dengan
bagian lambung atas.12

Terapi Bedah
Beberapa keadaan dapat menyebabkan terjadinya kegagalan terapi
medikamentosa pada pasien GERD, antara lain : Diagnosa yang tidak benar,
pasien GERD sering disertai gejala lain seperti rasa kembung, cepet kenyang
dan mual-mual yang lebih lama menyembuhkan esofagitisnya. Pada kasus
Barretts esofagus kadang tidak memberikan respon terhadap terapi PPI,
begitu pula dengan adenokarsinoma dan bila terjadi striktura. Pada disfungsi
SEB juga memiliki hasil yang tidak memuaskan dengan PPI.4

13
Indikasi Fundoplikasi Apabila kasus GERD ini disertai komplikasi (seperti striktur, aspirasi,
1. Kasus resisten dan kasus refluks esofagitis dengan komplikasi yang penyakit saluran nafas, Barrett esophagus), biasanya memerlukan terapi
tidak sepenuhnya responsif terhadap terapi medis atau pada pasien pembedahan.Prognosis untuk pembedahan biasanya baik.Meskipun begitu,
dengan terapi medis jangka panjang yang tidak menguntungkan. mortaliti dan morbiditi adalah tinggi pada pasien pembedahan dengan
2. Pasien dengan gejala yang tidak sepenuhnya tekontrol oleh terapi masalah medis yang kompleks.
PPI, Pada pasien ini dipertimbangkan untuk dilakukan pembedahan.
Pada pasien dengan penyakit yang tekontrol dengan baik juga dapat
dilakukan pertimbangan pembedahan. DAFTAR PUSTAKA
3. Terjadinya esofagus barrret adalah indikasi untuk pembedahan.
Asam lambung meningkatkan terjadinya barrett esofagus 1. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. EGC. : Jakarta
berkembang kearah keganasan, tetapi kebanyakan ahli menyarankan 2. Susanto A, Sawitri N, Wiyono W, Yunus F, Prasetyo S. Gambaran klinis dan
tindakan mensupresi asam lambung secara lengkap untuk endoskopi penyakit refluks gastroesofagus (PRGE) pada pasien asma persisten
pencegahan pada pasien yang terbukti secara histologis menderita sedang di RS Persahabatan, Jakarta. Jurnal Respirologi. 2005
esofagus barret. 3. Makmun D. Penyakit Refluks Gastroesofageal. Dalam : Sudoyo A, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, Edisi
Terapi Endoskopi keempat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.
Walaupun laporannya masih terbatas serta masih dalam penelitian, akhir- 4. Patti, Marco G. 2010. Gastroesophageal reflux disease: From pathophysiology to
akhir ini mulai dikembangkan pilihan terapi endoskopi pada pasien GERD, treatment.World J Gastroenterol 2010 August 14; 16(30): 3745-3749.
yaitu, penggunaan energi radiofrekuensi, plikasi gastrik endoluminal, 5. Ndraha, Suzanna. 2014. Penyakit Refluks Gastroesofageal. Vol. 27, No. 1 April
implantasi endoskopik dengan menyuntikan zat implan di bawah mukosa 2014
esofagus bagian distal sehingga lumennya menjadi lebih kecil.4 6. Sudoyo AW, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata M, Setiati S, editor,
Endoskopi bukan merupakan pemeriksaan rutin sebagai pemeriksaan Buku ajar ilmu penyakit dalam, Jilid I, ed. IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
awal pasien suspek PRGE dengan manifestasi otolaringologi dan bukan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia. h. 1803;2007
prasyarat untuk terapi medic.10 7. Lelosutan HSAR, editor, Kapita Selekta Gastroentero-Hepatologi Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : JC Institute h.1-7, 2009
2.10. Prognosis 8. Iskandar N, Soepadrdi E, Bashiruddin J, Restuti R. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Sebagian besar pasien dengan GERD akan mebaik dengan pengobatan, Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai
penerbit FKUI. 2007
walaupun relaps mungkin akan muncul setelah terapi dan memerlukan terapi
medis yang lebih lama. 9. Syam AF, Aulia C, Renaldi K, Simadibrata M, Abdullah M, Tedjasaputra.2013.
Revisi konsensus nasional penatalaksanaan penyakit refluks gastroesofageal
(Gastro-esophageal Reflux Disease/ GERD) di Indonesia 2013. Perkumpulan
Gastroenterologi Indonesia.

14

Anda mungkin juga menyukai