Apendisitis akut anak-anak merupakan 25% dari seluruh kasus apendisitis akut.
Kelompok umur kurang dari 2 tahun jarang mengalami apendisitis, apendisitis umumnya
mengenai kelompok umur 6-10 tahun
Pada kasus nyeri abdomen akut untuk semua kelompok umur, ketepatan diagnosa
apendisitis akut mendekati 75%.
Gejala sakit perut pada apendisitis akut anak-anak tidak selalu khas, maka harus
dibedakan dengan penyebab-penyebab sakit perut yang lainnya yang tidak memerlukan
tindakan pembedahan, misalnya pada anak perempuan yang sudah mengalami menstruasi
dimana saat menstruasi akan mengalami rasa tidak enak dan kesakitan perut bagian bawah
begitu juga saat ovulasi.
Gambaran klinis apendisitis akut awalnya samar-samar, anak mengeluh sakit perut
periumbilikal atau bagian bawah epigastrum kemudian berpindah dan menetap pada kuadran
kanan bawah. Namun hal ini jarang dijumpai pada anak-anak, kadang-kadang sudah terjadi
peritonitis generalisata dan anak hanya tampak iritabel, merasa tidak nyaman pada
pergerakan perut dan mungkin disertai posisi paha yang fleksi.
Tanda klinis yang dijumpai lebih ditentukan oleh posisi anatomis dari apendiks
vernivormis yang mengalami inflamasi dan sudah terjadi perforasi apendiks atau belum.
Pada anak-anak dengan usia kurang dari 2 tahun, jarang terjadi apendisitis,dan sulit
untuk didiagnosa. Tanda dan gejala yang sering muncul adalah muntah (80-90%), nyeri (35-
77%), diare (18-46%), dan demam (40-60%). Nyeri kuadran kanan bawah hanya terjadi pad
kurang dari 50% kasus.
Pada usia prasekolah, yaitu 2-5 tahun, kasus apendisitis juga jarang, namun anak-anak
sudah mampu mendeskripsikan gejalanya dan mengetahui lokasi nyerinya. Tanda dan gejala
seperti nyeri perut (89-100%), muntah (66-100%), dan demam (80-87%) adalah yang sering
muncul pada kasus yang berhubungan dengan apendisitis. Tidak sama halnya pada bayi,
nyeri perut kuadran kanan bawah hanya 55-85% kasus.
Pada usia sekolah dan orang dewasa insiden apendisitis lebih banyak. Salah satu
penelitian yang mengevaluasi tanda dan gejala dari 377 anak-anak usia 2-16 tahun dengan
nyeri abdomen, didapatkan hasil bahwa 97% (28/29) anak-anak dengan apendisitis
setidaknya memiliki 2 dari gejala khas: muntah, nyeri kuadran kanan bawah, nyeri abdomen,
atau menahannya.
2. Patofisiologi
Umumnya apendisitis disebabkan oleh obstruksi lumen, yang menebabkan udem,
bendungan vena dan kenaikan tekanan intraluminer dari bagian distal yang obstruksi.
Fekalit adalah penyebab obstruksi pada lebih dari sepertiga anak-anak dengan
apendisitis. Endapan fekalit mungkin berkaitan dengan diet rendah sisa. Udem atau hipertrofi
jaringan limfoid karena infeksi virus berulang diduga sebagai penyebab apendisitis pada
banyak kasus. Infestasi parasit intestinal yang menyebabkan obstruksi apendiks vernivormis
dan benda asing yang tersangkut dalam apendiks vernivormis dalam periode yang cukup
lama juga dapat terjadi apendisitis.
Nyeri awal paraumbilikal adalah nyeri viseral, berasal dari peritoneum viseralis yang
dikirim ke sentral melalui sistem saraf otonom dan diinterpretasi di thalamus. Sifat nyerinya
tumpul. Nyeri viseralis biasanya sulit dilukiskan dan ditentukan lokasinya dengan tepat.
Nyeri perut kanan bawah, adalahnyeri somatik, dimana stimulus nyeri berawal dari
peritoneum parietalis. Sifat nyerinya adalah lokasinya dapat ditentukan secara persis oleh
penderita. Rasa nyeri ini dibangkitkan oleh sentuhan, tekanan atau perubahan temperatur,
juga oleh proses infeksi yang mneyebabkan reaksi peradangan.
3. Diagnostic Imaging
Gejala dan tanda apendisitis pada anak-anak seringnya atipikal, terbukti dari
banyaknya kasus yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa variabel yang digunakan untuk
membuat diagnosis yang tepat sangatlah bervariasi. Pencitraan, baik dengan ultrasound atau
computed tomography scan (CT scan), adalah yang paling sering digunakan ketika
pemeriksaan klinis belum dapat menegakkan diagnosis. Sedangkan pemeriksaan foto polos
tidak terlalu cocok untuk mendiagnosis apendisitis. Hellen pada penelitian retospektif
menganalisa 821 pasien dengan dugaan apendisitis. Tujuh puluh delapan persen dari pasien
dilakukan pemeriksaan foto polos. Pada teori-teori lama menyatakan bahwa adanya
gambaran kalsifikasi apendikolit pada foto polos merupakan tanda apendisitis, namun pada
penelitian, hanya 10% yang terbukti positif apendisitis.
1. Ultrasound
USG memiliki spesifisitas 80-90% dan sensitivitas 50-100%. Jika hasil yang
didapatkan samar, sebaiknya tetap tidak menyingkirkan dugaan apendisitis, meskipun USG
lebih bagus untuk mendiagnosa pasien dengan dugaan apendisitis.
2. CT scan
CT scan adalah modalitas yang paling konsisten dan akurat. Ct scan memiliki
sensitivitas antara 66-100% dan spesifisitas antara 87-100%. Kriteria diagnosis apendisitis
pada pemeriksaan CT scan adalah adanya abnormalitas penebalan apendix dengan diameter
lebih dari 6 mm, adanya proses inflamasi disekitarnya atau pembentukan abses, dan/atau
adanya kalsifikasi appendicolith.
Gambar 2. CT scan apendix normal pada anak-anak