Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Dosen Pengampu Septian Peterianus, M.Pd

Di Susun Oleh :
()
()
()
()

PRODI PGSD
TAHUN AKADEMIK 2017

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(STKIP) MELAWI
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa


penyusun dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul dengan
lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, penyusun mendapat bantuan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua serta teman-teman yang telah
memberikan bantuan materil maupun doanya, sehingga pembuatan Makalah ini
dapat terselesaikan.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penyusun pada khususnya, penyusun menyadari bahwa dalam
pembuatan Makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penyusun menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Akhir kata penyusun sampaikan terimakasih.

Nanga Pinoh, Mei 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR ............................................................................. i


DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 1
C. Tujuan Penyusunan .................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perilaku Kolektif .................................................... 3
B. Teori Perilaku Kolektif ............................................................ 4
C. Macam-Macam Perilaku Kolektif ............................................ 5
D. Bentuk Penyimpangan Kolektif ............................................... 8
E. Penyiumpangan Olahraga ........................................................ 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .............................................................................. 11
B. Saran ........................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sosiologi Olahraga adalah suatu ilmu yang khusus menangani
masalah-masalah dalam olahraga yang perlu dipecahkan bersama. Seperti
perencanaan anggaran organisasi, prestasi, dan control. Sosiologi olahraga
merupakan ilmu terapandari dua disiplin ilmu, yaitu sosiologi dan olahraga,
oleh Donald chu disebut sebagai perpaduan antara sosiologi dan olahraga.
Sosiologi olahraga berupaya membahas tentang perilaku sosial manusia, baik
secara individu maupun kelompok dalam situasi olahraga. Artinya saat
melakukan kegiatan olahraga pada dasarnya manusia melakukan aktivitas
sosial yang berupa interaksi sosial.
Dalam berinteraksi manusia terikat oleh perilaku atau norma yang ada
pada komunitas dimana manusia itu berada dan peraturan-peraturan yang
berlaku pada cabang olahraga tersebut. Sering terjadi pelanggaran atau
penyimpangan dalam cabang olahraga yang disebabkan oleh moral atau
perilaku manusia yang kurang baik, dan itu berakibat adanya sangsi ,
penentuan sangsi ini dilakukan atas kesepakatan bersama, atau aturan yang
telah dibakukan. Semuanya itu dilakukan agar kegiatan olahraga bisa berjalan
dengan aman, tertib dan lancar. Sebagai disiplin ilmu yang baru, kajian
terhadapnya dilakukan dalam intensitas yang tinggi, baik secara mikro
maupun secara makro.

B. Rumusan Masalah
Dengan berbagai masalah yang dicantumkan diata maka mekalah ini
dibatasi dengan pembatasan bahasan masalahnya yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan teori perilaku kolektif?
2. Apa saja bentuk perilaku kolektif?

1
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis bertujuan untuk memberikan informasi tentang apa
itu penyimpangan olahraga dengan tujuan pembaca bisa menentukan sikap
dalam berolahraga karena banyak hal yang negatif dalam perilaku
penyimpangan dalam olahraga.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Kolektif


Ahli sosiologi menggunakan istilah perilaku kolektif mengacu pada
perilaku sekelompok orang yang muncul secara spontan, tidak terstruktur
sebagai respons terhadap kejadian tertentu. Perilaku kolektif adalah suatu
perilaku yang tidak biasa , sehingga perilaku kolektif dapat diartikan sebagai
suatu tindakan yang relatif spontan, tidak terstruktur dan tidak stabil dari
sekelompok orang, yang bertujuan untuk menghilangkan rasa ketidakpuasan
dan kecemasan. Sehingga kita dapat membedakan antara perilaku kolektif
dengan perilaku yang rutin.
Secara teoritis perilaku kolektif dapat dijelaskan dari berbagai sudut
teori antara lain teori penyebaran, teori interaksionis, teori emergent-norm
dan teori value-added. Kondisi pokok yang memicu munculnya perilaku
kolektif menurut teori value-added adalah: kesesuaian struktural, ketegangan
struktural, berkembangnya kepercayaan umum, faktor yang mendahului,
mobilisasi dan kontrol sosial.
Horton dan Hunt berpendapat bahwa perilaku kolektif ialah mobilisasi
berlandaskan pandangan yang mendefinisikan kembali tindakan sosial,
menurut Milgran dan Touch ialah suatu perilaku yang lahir secara spontan,
relatif, tidak terorganisasi serta hampir tidak bisa diduga sebelumnya, proses
kelanjutannya tidak terencana dan hanya tergantung pada stimulasi timbal
balik yang muncul dikalangan para pelakunya, dan senada pula dengan
pendapat Robetson .
Dapat kami simpulkan dari definisi-definisi tersebut bahwa perilaku
kolektif adalah perilaku yang (1) dilakukan bersama oleh sejumlah orang (2)
bersifat spontanitas dan tidak terstruktur (3) tidak bersifat rutin, dan (4)
merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu.
Perilaku kolektif merupakan perilaku menyimpang namun berbeda
dengan perilaku menyimpang karena perilaku kolektif merupakan tindakan

3
bersama oleh sejumlah besar orang, bukan tindakan individu semata-mata.
Bila seseorang melakukan pencurian di suatu toko, maka hal ini termasuk
suatu perilaku menyimpang, namun bila sejumlah besar orang secara
bersama-sama menyerbu toko-toko dan pusat-pusat perdagangan untuk
melakukan pencurian atau penjarahan (sebagaimana di sejumah kota di Pulau
Jawa pada tahun 1998 dan 1999), maka hal ini termasuk suatu perilaku
kolektif. Perilaku kolektif meliputi perilaku kerumunan (crowd) dan gerakan
sosial (civil society). Rangsangan yang memicu terjadinya perilaku kolektif
bisa bersifat benda, peristiwa maupun ide.

B. Teori Perilaku Kolektif


Teori perilaku kolektif mencoba menjelaskan tentang kemunculan
aksi sosial. Aksi sosial merupakan sebuah gejala aksi bersama yang ditujukan
untuk merubah norma dan nilai dalam jangka waktu yang panjang. Pada
sistem sosial seringkali dijumpai ketegangan baik dari dalam sistem atau luar
sistem. Ketegangan ini dapat berwujud konflik status sebagai hasil dari
diferensiasi struktur sosial yang ada. Teori ini melihat ketegangan sebagai
variabel antara yang menghubungkan antara hubungan antar individu seperti
peran dan struktur organisasi dengan perubahan sosial.
Perubahan pola hubungan antar individu menyebabkan adanya
ketegangan sosial yang dapat berupa kompetisi atau konflik bahkan konflik
terbuka atau kekerasan. Kompetisi atau konflik inilah yang mengakibatkan
adanya perubahan melalui aksi sosial bersama untuk merubah norma dan
nilai.
Pada umumnya warga masyarakat cenderung berperilaku dengan
berpedoman pada institusi yang ada dalam masyarakat. Perilaku di pasar
dituntun oleh institusi di bidang ekonomi, perilaku di tempat ibadah dituntun
oleh institusi di bidang agama, perilaku di forum atau di mimbar organisasi
politik mengacu pada institusi di bidang politik, perilaku di ruang kuliah
mengacu pada institusi di bidang pendidikan, perilaku pada upacara
penyerahan maskawin dipengaruhi oleh institusi di bidang keluarga. Namun

4
pada kenyataannya kadang kala sejumlah warga masyarakat secara
berkelompok ataupun berkerumun menampilkan perilaku yang tidak
berpedoman pada institusi yang ada.
Definisi perilaku kolektif di atas dapat disimpulkan dari definisi
tersebut bahwa perilaku kolektif adalah perilaku yang (1) dilakukan bersama
oleh sejumlah orang (2) bersifat spontanitas dan tidak terstruktur (3) tidak
bersifat rutin, dan (4) merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu.
Perilaku kolektif merupakan perilaku menyimpang namun berbeda
dengan perilaku menyimpang karena perilaku kolektif merupakan tindakan
bersama oleh sejumlah besar orang, bukan tindakan individu semata-mata.
Bila seseorang melakukan pencurian di suatu toko, maka hal ini termasuk
suatu perilaku menyimpang, namun bila sejumlah besar orang secara
bersama-sama menyerbu toko-toko dan pusat-pusat perdagangan untuk
melakukan pencurian atau penjarahan (sebagaimana di sejumah kota di Pulau
Jawa pada tahun 1998 dan 1999), maka hal ini termasuk suatu perilaku
kolektif. Perilaku kolektif meliputi perilaku kerumunan (crowd) dan gerakan
sosial (civil society). Rangsangan yang memicu terjadinya perilaku kolektif
bisa bersifat benda, peristiwa maupun ide.

C. Macam-Macam Perilaku Kolektif:


1. Kerumunan
Secara deskriptif Milgram (1977) melihat kerumunan (crowd)
sebagai
a. Sekelompok orang yang membentuk agregasi (kumpulan)
b. Jumlahnya semakin lama semakin meningkat
c. Orang-orang ini mulai membuat suatu bentuk baru (seperti lingkaran)
d. Memiliki distribusi diri yang bergabung pada suatu saat dan tempat
tertentu dengan lingkaran (boundary) yang semakin jelas
e. Titik pusatnya permeable dan saling mendekat.
Ada beberapa bentuk kerumunan (Crowd) yang ada dalam masyarakat:

5
a. Temporary Crowd : orang yang berada pada situasi saling berdekatan
di suatu tempat dan pada situasi sesaat
b. Casual Crowd : sekelompok orang yang berada di ujung jalan dan
tidak memiliki maksud apa-apa
c. Conventional Crowd : audience yang sedang mendengarkan ceramah
d. Expressive Crowd: sekumpulan orang yang sedang nonton konser
musik yang menari sambil sesekali ikut melantunkan lagu
e. Acting Crowd atau rioting crowd : sekelompok massa yang
melakukan tindakan kekerasan
f. Solidaristic Crowd: kesatuan massa yang munculnya karena didasari
oleh kesamaan ideology

2. MOB :
Adalah kerumunanan (Crowds) yang emosional yang cenderung
melakukankekerasan/penyimpangan (violence) dan tindakan destruktif.
Umumnya mereka melakukan tindakan melawan tatanan sosial yang ada
secara langsung. Hal ini muncul karena adanya rasa ketidakpuasan,
ketidakadilan, frustrasi, adanya perasaan dicederai oleh institusi yang
telah mapan atau lebih tinggi. Bila mob ini dalam skala besar, maka
bentuknya menjadi kerusuhan massa. Mereka melakukan pengrusakan
fasilitas umum dan apapun yang dipandang menjadi sasaran
kemarahanannya.

3. Panik
Adalah bentuk perilaku kolektif yang tindakannya merupakan
reaksi terhadap ancaman yang muncul di dalam kelompok tersebut.
Biasanya berhubungan dengan kejadian-kejadian bencana (disaster).
Tindakan reaksi massa ini cenderung terjadi pada awal suatu kejadian,
dan hal ini tidak terjadi ketika mereka mulai tenang. Bentuk lebih parah
dari kejadian panik ini adalah Histeria Massa. Pada histeria massa ini

6
terjadi kecemasan yang berlebihan dalam masyarakat. misalnya
munculnya isue tsunami, banjur.

4. Rumors
Adalah suatu informasi yang tidak dapat dibuktikan, dan
dikomunikasikan yang muncul dari satu orang kepada orang lain (isu
sosial). Umumnya terjadi pada situasi dimana orang seringkali
kekurangan informasi untuk membuat interpretasi yang lebih
komprehensif. Media yang digunakan umumnya adalah telepon.

5. Opini Public
Adalah sekelompok orang yang memiliki pendapat beda
mengenai sesuatu hal dalam masyarakat. Dalam opini publik ini antara
kelompok masyarakat terjadi perbedaan pandangan / perspektif. Konflik
bisa sangat potensial terjadi pada masyarakat yang kurang memahami
akan masalah yang menjadi interes dalam masayarakat tersebut. Contoh
adalah adanya perbedaan pendangan antar masyarakat tentang hukuman
mati, pemilu, penetapan undang-undang tertentu, dan sebagainya.
Bentuknya biasanya berupa informasi yang beda, namun dalam
kenyataannya bisa menjadi stimulator konflik dalam masyarakat.

6. PROPAGANDA
Adalah informasi atau pandangan yang sengaja digunakan untuk
menyampaikan atau membentuk opini publik. Biasanya diberikan oleh
sekelompok orang, organisasi, atau masyarakat yang ingin tercapai
tujuannya. Media komunikasi banyak digunakan untuk melalukan
propaganda ini. Kadangkala juga berupa pertemuan kelompok
(crowds).Penampilan dari public figure kadang kala menjadi senjata yang
ampuh untuk melakukan proraganda ini.

7
D. Bentuk Penyimpangan Kolektif
1. Tindak Kenakalan
Suatu kelompok yang didonimasi oleh orang-orang yang nakal
umumnya suka melakukan sesuatu hal yang dianggap berani dan keren
walaupun bagi masyarakat umum tindakan trsebut adalah bodoh, tidak
berguna dan mengganggu. Contoh penyimpangan kenakalan bersama
yaitu seperti aksi kebut-kebutan di jalan, mendirikan genk yang suka
onar, mengoda dan mengganggu cewek yang melintas, corat-coret
tembok orang dan lain sebagainya.
2. Tawuran / Perkelahian Antar Kelompok
Pertemuan antara dua atau lebih kelompok yang sama-sama nakal
atau kurang berpendidikan mampu menimbulkan perkelahian di antara
mereka di tempat umum sehingga orang lain yang tidak bersalah banyak
menjadi korban. COntoh : tawuran anak sma 70 dengan anak sma 6,
tawuran penduduk berlan dan matraman, dan sebagainya.
3. Tindak Kejahatan Berkelompok / Komplotan
Kelompok jenis ini suka melakukan tindak kejahatan baik secara
sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Jenis penyimpangan ini bisa
bertindak sadis dalam melakukan tindak kejahatannya dengan tidak
segan melukai hingga membunuh korbannya. Contoh : Perampok,
perompak, bajing loncat, penjajah, grup koruptor, sindikat curanmor dan
lain-lain.
4. Penyimpangan Budaya
Penyimpangan kebudayaan adalah suatu bentuk ketidakmampuan
seseorang menyerap budaya yang berlaku sehingga bertentangan dengan
budaya yang ada di masyarakat. Contoh : merayakan hari-hari besar
negara lain di lingkungan tempat tinggal sekitar sendirian, syarat mas
kawin yang tinggi, membuat batas atau hijab antara laki-laki dengan
wanita pada acara resepsi pernikahan, dsb.

8
E. Penyimpangan Olahraga
Penyimpangan dalam olahraga sangat mempengaruhi kehidupan kita
karena penyimpangan dalam olahraga dapat mempengaruhi gagasan dan ide
kita tentang ketidak adilan antara kelas, ras dan etnisitas kerja dan prestasi
dalam berolahraga. Olahraga sangat berkaitan dengan hubungan sosial
dan masyarakat olahraga berkaitan dengan ruang-ruang kehidupan sosial
didalam masyarakat (seperti pendidikan, politik, ekonomi, media, dan
agama).
Doping dan penyimpangan olahraga merupakan hal yang saling
berkaitan satu sama lain, karena doping termasuk dalam salah satu perilaku
penyimpangan dalam olahraga selain dari perilaku kekerasan, kecurangan,
dan lain-lain.
Pada dasarnya manusia mempunyai kedudukan yang sangat potensial
untuk dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan dan masyarakatnya.
Dengan demikian manusia mempunyai kesempatan yang luas untuk
menciptakan pranata sosial di lingkunanya sambil berusaha untuk memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya. Untuk dapat tercapai pemenuhan kebutuhan dasar
manusia yang antara lain terdiri atas pemenuhan kebutuhan fisik, kebutuhan
akan rasa aman, dan usaha untuk menikmati kebahagian dan kesejahteraan.
Sedangkan olahraga memberikan manfaat yang besar dalam pencapaian
manusia yang sehat mencakup fisik, mental, dan sosial.
Sesuai dengan pengertian doping dan penyimpangan diatas maka
dapat merusak kebutuhan dasar manusia seperti kebutuhan fisik, rasa aman,
dan kebahagiaan penyimpangan dalam olahraga pun dapat merusak manfaat
yang diberikan oleh olahraga itu sendiri, karena di dalam olahraga
memberikan manfaat antara lain :
1. Manusia hidup yang sehat
2. Pengembangan Mental yang baik
3. Serta memberikan pembinaan sikap sosial yang baik
Jelas disampaikan diatas tentang manfaat yang diberikan oleh
olahraga untuk kehidupan manusia. Dengan adanya perilaku penyimpangan

9
olahraga maka otomatis perilaku penyimpangan dapat merusak manfaat yang
diberikan oleh olahraga seperti :
1. Merusak kesehatan
Merusak kesehatan adalah pada dasarnya olahraga dapat
memberikan manusia kehidupan yang sehat tetapi dengan adanya
perilaku doping yang pada akhirnya bisa merusak kesehatan maka
perilaku doping pun merupakan hal yang tidak diperolehkan dalam
olahraga. Dan dengan adanya perilaku doping ini maka bertolak belakang
dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang pokok-pokok
kesehatan, dalam Bab 1 pasal 2 menyatakan yang dimaksud sehat adalah
meliputi sehat badan, rohani (mental) dan sosial.
2. Merusak pengembangan mental
Merusak pengembangan mental adalah penggunaan doping secara
sering atau berulang-ulang sehingga mengakibatkan penggunanya
mengalami timbul kejang otot,mual,sakit kepala,detak jantung tidak
normal,dan dehidrasi. Akan tetapi ketika atlet memakai doping untuk
menambah power maka atlet tersebut juga memiliki rasa percaya diri
yang lebih ketika mengikuti ajang perlombaan, namun sebaliknya ketika
atlet tidak menggunakan doping maka rasa percaya diri akan hilang,
inilah yang di namakan merusak pengembangan mental.
3. Merusak sikap sosial
Merusak sikap sosial adalah prilaku penyimpangan yang dapat
merusak sikap sosial dalam kegiatan olahraga maupun lingkungan
masyarakat, seperti :
a. Tidak menghargai dan tidak bersedia kerjasama dengan orang lain
b. Tidak mau menghargai orang lain
c. Sulit dengan hadirnya orang baru di sekitar
d. Acuh terhadap peraturan yang ada

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat kami simpulkan dari definisi-definisi tersebut bahwa perilaku
kolektif adalah perilaku yang (1) dilakukan bersama oleh sejumlah orang (2)
bersifat spontanitas dan tidak terstruktur (3) tidak bersifat rutin, dan (4)
merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu.
Adapun cirri-ciri perilaku kolektif adalah sebagai berikut :
1. Dilakukan bersama oleh sejumlah orang.
2. Tidak bersifat rutin / hanya insidential.
3. Dipacu oleh beberapa rangsangan masalah.
Menurut teori Le Bon perilaku kolektif dapan ditentukan oleh 6 faktor
berikut ini :
1. Situasi sosial
2. Ketegangan structural, kesenjangan dan ketidakserasian antar kelompok
3. Berkembang kepercayaan umum
4. Factor yang mendahului
5. Mobilisasi tindakan.

B. Saran
Dengan ditulisnya makalah ini maka diharapkan makalah ini bisa
memberikan gambaran kepada pelaku olahraga tidak hanya memikirkan
prestasi semata tetapi harus mengdepankan aspek-aspek lainya juga seperti
kesehatan dan sikap sosial. Harapan penyusun adalah supaya perilaku-prilaku
yang sering bersifat menyimpang dalam olahraga dapat teratasi atau
berkurang dalam olahraga.

11
DAFTAR PUSTAKA

Komsiah, Siti. S.IP, M.Si., Modul Pengantar Sosiologi, Jakarta : Pusat


Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana, 2010
Razak Yusron. Sosiologi Sebuah Pengantar, Bandung : Gamma Press, 2007
Sumaryanto.(2002). Sosiologi Olahraga. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta
http://frestianguntaraabdi.blogspot.com/2013/07/pengertian-doping-jenis-jenis-
doping.html
http://makalah7u.blogspot.com/2012/11/makalah-doping.html
http://alfitriyansyah.blogspot.com/2011/05/penyimpangan-dan-kekerasan-
dalam.html

12

Anda mungkin juga menyukai