Anda di halaman 1dari 2

Prosesi Adat Turun Tanah (Tedhak Siten)

a. Berjalan melewati tujuh jadah dengan tujuh rupa.

Jadah merupakan simbol kehidupan yang akan dilalui si anak. Aneka warna memiliki
berbagai makna. Merah melambangkan keberanian. Putih bermakna kesucian. Hitam artinya
kecerdasan. Kuning merupakan simbol kekuatan. Biru berarti kesetiaan. Merah muda
menandakan cinta kasih dan ungu sebagai lambang ketenangan. Makna yang terkandung
dalam jadah ini merupakan simbol kehidupan yang akan dilalui si anak. Mulai dari
menapakkan kakinya untuk pertama kali ke bumi ini sampai dewasa. Sementara warna-warna
tersebut merupakan gambaran dalam kehidupan si anak yang akan menghadapi banyak
pilihan dan rintangan yang harus dilaluinya.

Jadah 7 warna yang disusun dari warna gelap ke warna terang menggambarkan masalah yang
dihadapai si anak mulai dari yang berat sampai yang ringan. Jumlah jadah yang dibuat yaitu 7
buah (pitu). Harapannya seberat apa pun masalahnya pasti akan ada jalan keluarnya
(mendapatkan pitulungan dari Tuhan Yang Maha Esa). Tujuh buah juga melambangkan
jumlah hari yang akan dilalui oleh si anak dalam menjalani kehidupannya.

b. Tangga tebu wulung

Jumlah anak tangga adalah tujuh buah, dan menggunakan tebu arjuna. Tebu berasal dari kata
antebing kalbu, yang berarti penuh tekad dan rasa percaya diri. Dipilih tebu arjuna agar si
anak kelak meneladani watak kepahlawanan dan keberanian Arjuna dalam membela
kebenaran.

c. Kurungan

Kurungan ayam yang dihiasi janur dan kertas warna warni. Kurungan ayam ini diisi oleh
berbagai benda-benda. Kurungan ayam menyiratkan tentang gambaran kehidupan nyata yang
akan dimasuki si anak jika kelak ia dewasa. Kenapa memakai kandang ayam, karena orang
tua berharap agar anak dalam mengarungi kehidupan bisa cepat mandiri layaknya ayam.
Sedangkan benda-benda yang ada di dalam kurungan itu menggambarkan pekerjaan yang
ingin dijalani oleh si anak kelak.

d. Menyebarkan udhuk-udhuk

Makna dari upacara ini adalah pengharapan kedua orang tua kepada si anak agar nantinya
bisa mendermakan rezekinya kepada mereka yang membutuhkan.

Dalam acara ini, sesaji yang biasa digunakan antara lain kembang boreh, bubur baro-baro,
macam-macam bumbu dapur, kinangan. Bubur baro-baro adalah bubur yang terbuat dari
bekatul. Sesaji ini ditujukan kepada kakek nini among (plasenta/ari-ari). Sedangkan kembang
boreh, macam-macam bumbu dapur, kinangan ditujukan untuk nenek moyang.

Selain sesaji, ada juga perlengkapan pendukung, antara lain bubur merah putih, jajanan pasar,
dan pala kependhem. Bubur merah putih melambangkan sengkala (rintangan). Merah artinya
darah, sedangkan putih artinya air mani. Beragam jajanan pasar memiliki makna dalam
kehidupan kita akan banyak berinteraksi dengan banyak orang dengan beragam karakter
sehingga si anak dapat dengan mudah bersosialisasi pada masyarakat. Pala kependhem
memiliki makna agar si anak memiliki sifat rendah hati (andhap asor) kepada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai