` Dalam teori perkembangan anak, ketrampilan motorik berkoordinasi dengan otak sehingga
sangat mempengaruhi kognitif (berpikir). Contoh , apabila mereka terampil menggambar,
menggunting atau menempel, maka gerakan-gerakan halus ini nantinya akan membantu ank
lebih mudah belajar menulis. Anak-anak SD yang sangat kaku memegang pensil dan
tulisannya tak beraturan merupakan akibat kemampuan motorik halusnya tidak terlatih
dengan baik sejak kecil.
Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf mem-buat pola
(pattern making). Ini tingkat paling sulit karena anak harus membuat ba-ngun/bentuk sendiri.
Jadi, betul-betul dituntut hanya mengandalkan imajinasinya.
Misal, menggambar bebas, mencipta mobil balap dari lego atau membangun rumah dari
balok-balok aneka warna. Di sini anak dihadapkan pada pilihan kompleks semi- sal
penggunaan warna dan bidang-bidang geometris. Kemudian, anak diharapkan bisa
mengomunikasikan hasil ciptaannya. Meski awalnya mungkin belum berstruk- tur atau
terpola rapi, minimal anak sudah mencoba kemampuan bahasanya dengan
mengomunikasikan hasil imajinasinya pada orang lain.
Dengan demikian, dalam patern making, anak bukan hanya dilatih keterampil-an motorik
halusnya, melainkan juga struktur kognitif dan perkembangan bahasanya. Saat ia membangun
rumah dari balok-balok aneka warna, misal, struktur kognitifnya bisa dilihat dari caranya
memadukan warna, menyesuaikan bentuk antara kanan dan kiri, dan lainnya. Di sini ia
belajar melihat segala sesuatu secara berstruktur, bahkan apa pun yang kelihatannya abstrak.
Sedangkan pada keterampilan motorik kasar, anak usia prasekolah sudah mampu
menggerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan-gerakan seperti berlari,
memanjat, naik-turun tangga, melempar bola, bahkan melakukan dua gerakan sekaligus
seperti melompat sambil melempar bola.
Ciri khas dari keterampilan motorik ialah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik
berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa dibutuhkan banyak
refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti urutan gerak-gerik tertentu.
Perkembangan motorik pada usia (0-4 TAHUN) ini menjadi lebih halus dan lebih
terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak anak terlihat lebih cepat dalam berlari
dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus
ketrampilan ketrampilan motorik, anak anak terus melaku-kan berbagai aktivitas fisik
yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permain-an. Disamping itu, anak anak juga
melibatkan diri dalam aktivitas permainan olah-raga yang bersifat formal, seperti senam,
berenang, dll. Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini,
antara lain :
Ketangkasan meningkat
Melompat tali
Bermain sepeda
sendiri , dll.
4. Kawasan Psikomotorik
Kawasan psikomotor adalah kawasan yang berorientasi kepada keterampilan motorik yang
berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi
antara syaraf dan otot. Dengan demikian maka kawasan psikomotor adalah kawasan yang
berhubungan dengan seluk beluk yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot oleh fikiran
sehingga diperoleh tingkat keterampilan fisik tertentu. Kelompok-kelompok tersebut adalah
sebagai berikut :
Gerakan seluruh badan adalah perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan
gerakan fisik secara menyeluruh.
Gerakan yang terkoordinasi adalah gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antara fungsi
salah satu lebih indera manusia dengan salah satu anggota badan.
Kebolehan dalam berbicara dalam hal-hal yang berhubungan dengan koordinasi gerakan
tangan atau anggota badan lainnya dengan ekspresi dan kemampuan berbicara.
Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik, mampu melakukan suatu rangkaian gerak-
gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik
berbagai anggota badan secara terpadu. Ketrampilan semacam ini disebut motorik, karena
otot, urat, dan persendian terlibat secara langsung, sehngga keterampilan sungguh-sungguh
berakar dalam kejasmanian. Belajar ketrampilan motorik menuntut kemampuan untuk
merangkainkan sejumlah gerak-gerik jasmani, sampai menjadi suatu keseluruhan yang
dilakukan dengan gencar dan luwes, tanpa perlu memikirkan lagi secara mendetail apa yang
dilakukan dan mengapa dilakukan begini-begitu. Walaupun belajar ketrampilan motorik
mengutamakan gerakan-gerakan otot-otot, urat-urat dan persendian dalam tubuh, namun
diperlukan pengamatan melalui alat-alat indra dan pengolahan secara kognitif yang
melibatkan pengatahuan dan pemahaman.
Dalam belajar ketrampilan motorik, gerakan jasmani, persepsi, konsep dan kaidah,
pengetahuan, bahkan sikap, semuanya memegang peranan, namun pengaturan gerakan-
gerakan jasmani dan koordinasi antara gerakan pada berbagai anggota badan, memegang
peranan utama dan menjadikan jalur belajar ini sebagai suatu proses belajar tersendiri. Oleh
karena itu jalur belajar ketrampilan motorik bukanlah jalur belajar kemahiran intelektual,
belajar sikap atau belajar informasi verval, meskipun mendapat dukungan dari hasil-hasil
yang diperoleh dalam belajar bidang-bidang itu.
Sifat khas dari belajar ketrampilan motorik adalah latihan, hal ini memegang peranan pokok
untuk mendarah-dagingkan ketrampilan yang sedang dipelajari. Tanpa latihan orang tidak
mungkin menguasai ketrampilannya sampai menjadi milik jasmani, karena berlatih itu
membutuhkan waktu. Suatu konsep dapat ditangkap dalam waktu singkat, tapi tidak berlaku
dalam ketrampilan motorik. Selain latihan, perlu juga dikuasai prosedur gerak-gerik yang
harus diikuti dan prosedur koordinasi antara anggota-anggota badan. Prosedur ini menjadi
semacam program mental. Mempelajari prosedur dikenal dengan istilah fase kongitif dan
proses latihan dikenal dengan istilah fase fiksasi.
Suatu ketrampilan motorik terdiri atas sejumlah komponen yang merupakan subketrampilan-
subketrampilan atau ketrampilan bagian. subketrampilan-sub-ketrampilan itu harus dikuasai,
karena merupakan bagian inti dalam keseluruhan ketrampilan. Subketrampilan itukemudian
dilatih tersendiri, kemudian dihubungkan satu sama lain, sehingga sambil berlatih
keseluruhan rangkaian gerak-gerik dan terkoordinasi. Latihan-latihan itu sebaiknya
disebarkan dan tidak dilakukan secara terus-menerus tanpa berhenti-henti. Hal ini penting
untuk mendapatkan umpan balik, demi memungkinkan penyempurnaan, baik dalam
pengaturan waktu maupun dalam peningkatan keluwesan serta kegencarannya. Umpan balik
ini dapat berupa intrinsik maupun ekstrinsik.
Umpan balik intrinsik berbentuk konfirmasi dari otot-otot, urat dan persendian apakah sudah
tepat atau belum, seolah-olah terdapat program motorik, yang tertanam dalam kejasmanian
seseorang yang mengadakan kontrol terhadap keseluruhan rangkaian gerak-gerik. Umpan
balik ekstrinsik berbentuk konfirmasi dari lingkungan, apakah rangkaian gerak-gerik sudah
tepat atau belum, misalnya suatu latihan yang diberikan oleh instruktur.
a) Persepsi : mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua
perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada
masing-masing rangsangan. Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang
menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedaan antara
rangsangan-rangsangan yang ada.
d) Gerakan yang terbiasa : mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-
gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh
yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota-anggota tubuh,
sesuai dengan prosedur yang tepat, seperti dalam menggerakkan kaki, lengan dan tangan
secara terkoordinir.
Dari uraian tersebut di atas, nampak peranan dan wujud dari beberapa fase dalam belajar
ketrampilan motorik yaitu :
3) Fase pengolahan : mempelajari prosedur yang harus diikuti dan melatih diri,
baik subketrampilan maupun keseluruhan rangkaian gerak-gerik, disertai koordi-
4) Fase menggali : menggali program mental yang tersimpan dalam ingatan jangka
waktu lama, dan program mental ini langsung menjadi masukan bagi fase prestasi
5) Fase umpan balik : konfirmasi mengambil wujud umpan balik intrinsik atau eks-
jalan otomatis.