Anda di halaman 1dari 16

PENYEBARAN DAN DISTRIBUSI SERTA

PERILAKU DAN SELEKSI HABITAT

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Ekologi
Yang diampu oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si dan
Bapak Drs. Agus Dharmawan, M.S

Oleh kelompok 2:

1. Monika N. Kuruwop ( 140342602548 )


2. Yunita Nur Agustiningsih ( 140342601774 )

OFF : H

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Pebruari 2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu dari tiga Negara yang memiliki tingkat
keanekaragaman hayati yang tinggi. dua Negara lainnya yaitu, Brazil dan Zaire.
Negara Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Indonesia
memiliki areal tipe oriental, Australia dan peralihannya. Selain tiu, Indonesia juga
memiliki hewan langka dan hewan endemic.
Keanekaragaman hayati tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Persebaran hewan ada di Indonesia berkaitan dengan sejarah terbentuknya
wilayah kepulauan Indonesia. Organisme di alam ini tidak bisa hidup secara
terpisah sendiri. Pada prinsipnya terbentuk dari berbagai interaksi antara populasi
yang ada. Misalnya dalam mencari luas minimum dan jumlah minimum suatu
area. Tentunya didalamnya terdapat suatu komuitas populasi-populasi tersebut
akan terhimpun ke dalam kelompok membentuk komunitas (Wirakusumah. 2003).
Di lingkungan sekitar kita dapat di temui berbagai jenis makhluk hidup,
baik dari golongan hewan, tumbuhan ataupun mikroorganisme. Ditanah yang
lembab dan gembur sering di temukan berbagai jenis ikan, direrumputan sering
ditemukan belalang, di semak belukar sering ditemukan ular. Kehadiran suatu
populasi hewan di suatu tempat dan penyebaran (distribusi) spesies hewan
tersebut di muka bumi ini, selalu berkaitan dengan masalah habitat dan perilaku
hewan (Darmawan. 2005). Habitat secara umum menunjukkan bagaimana corak
lingkungan yang ditempati populasi hewan, sedangkan perilaku hewan
berhubungan dengan perilaku terhadap lingkungan yang dapat menyebabkan
seleksi alam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan penyebaran pada populasi?
2. Bagaimanakah wilayah persebaran hewan terhadap ekologi?
3. Apakah yang dimaksud dengan distribusi populasi?
4. Bagaimanakah pola penyebaran dan distribusi populasi pada ekologi?
5. Apakah yang dimaksud dengan perilaku ekologi?
6. Bagaimanakah pola perilaku makhluk hidup?
7. Apakah yang dimaksud dengan habitat dan seleksi habitat ?
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Penyebaran Populasi
Hewan-hewan tersebar dimuka bumi mulai dari kutub utara ke kutub
selatan. Hewan-hewan darat tersebar mulai dari daerah artik sampai ke ujung
selatan benua Amerika Selatan dan pulau-pulau di belahan bumi selatan. Hewan-
hewan itu ada yang tersebar di gunung, di lembah, di gurun yang kering dan di
tempat-tempat lembab. Hewan-hewan ada di tempat-tempat yang kita jumpai
karena bergerak atau berpindah ke sana. Perpindahan hewan itu ada yang terjadi
karena gerakan aktif dan ada juga yang pasif. Perpindahan pasif terjadi terjadi
karena terbawa oleh perpindahan benda-benda lain, misalnya angin dan air. Dalam
penyebarannya ada hewan yang membentuk kelompok di antara sesame anggota
jenis, ada pula yang memisahkan diri satu sama lain (Darmawan, dkk. 2005).
Perpindahan atau penyebaran hewan secara aktif ada yang berlangsung
melalui proses dispersal dan ada yang melalui proses migrasi. Dispersal adalah
pemisahan dari kelompok (orang tua atau saudara) atau tempat tinggalnya semula
menuju ke segala arah. Sedangkan migrasi adalah perpindahan secara masal dari
suatu jenis dalam jumlah besar dari satu tempat ke tempat lain.
Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar
dari populasi (Susanto. 2000). Penyebaran populasi berperan penting dalam
penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan maupun manusia ke suatu
daerah dimana mereka belum menenpatinya. Penyebaran populasi dapat
disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari predator,
pengaruh iklim, terbawa angin, kebiasaan kawin dan factor fisik lainnya.
Terbentuknya suatu populasi kemudian akan membentuk suatu komunitas.
Struktur suatu komunitas alamiah bergantung pada cara dimana tumbuhan dan
hewan tersebut tersebar atau terpencar di dalamnya. Pola penyebaran bergantung
pada sifat fisikokimia lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu
sendiri.
Penyebaran seragam sering terjadi di alam baik antara hewan-hewan
tingkat rendah dimana adanya seekor hewan tidak memberikan pengaruh terhadap
adanya hewan lain dengan jenis yang sama. Pada tumbuhan, penyebaran acak
seperti ini adalah umum dimana penyebaran benih disebabkan angin.
Dalam penyebarannya individu-individu itu dapat berada dalam
kelompok-kelompok, dan kelompok-kelompok itu terpisah antara satu dengan
yang lain. Pemisahan kelompok-kelompok itu dapat dibatasi oleh kondisi
geografis atau kondisi cuaca yang menyebabkan individu antar kelompok tidak
dapat saling berhubungan untuk melakukan tukar menukar informasi genetik.
Populasi-populasi yang hidup secara terpisah ini di sebut deme. Selain itu, ada
juga yang menyebutkan bahwa populasi merupakan totalitas semua nilai yang
mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif
mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan
jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Umar. 2012).

2.2 Wilayah Penyebaran Hewan

Pada tahun 1876 Wallace membagi daratan menjadi enam wilayah


geografis (Susanto. 2000). Wilayah-wilayah itu meliputi benua yang memiliki ciri
geografis dan fauna yang sama. Wilayah-wilayah tersebut adalah: Paleartik,
Neartik, Neotrofik, Etiopia, Orietal, dan Australia.

1. Wilayah Paleartik
Wilayah paleartik meliputi semua daratan eropa, sebagian besar Asia dan
afrika utara. Daerah ini kaya akan fauna yang meliputi 39 Famili. Family
Seleviniidae dan Ailurodidae termasuk yang bersifat endemic, artinya hanya
terdapat di daerah tersebut.
2. Wilayah Neartik
Wilayah Neartik ada di Amerika Utara, terbentang dari daerah Artik sampai ke
Meksiko. Hewan-hewan yang bersifat endemik meliputi jenis-jenis dari family
Aplandontidae dan Antilocapridae. Selain itu tidak terdapat kera. Jenis-jenis
hewan yang bersifat endemic di wilayah tersebut adalah kelelawar, rodentia,
karnivora, dan insektivora.

3. Wilayah Neotrofik
Daerah neotropik terbentang dari Amerika Selatan, Amerika tengah sampai ke
Meksiko dan berbatasan dengan wilayah neartik. Daerah ini tertutup oleh
padang rumput tropis, hutan tropis dan tundra. Neotropik merupakan wilayah
yang paling kaya kedua. Yang bersifat endemic pada wilayah ini meliputi:
kelompok Marsupial, Edentata, Primata, dan Rodentia.
4. Wilayah Etiopia
Wilyah etiopia terbentang dari selatan Pegunungan Atlas sampai ke ujung
sebelah selatan Benua Afrika. Sebagian besar daerahnya berupa padang pasir
yang panas, sebagian yang lain berupa hutan tropis, savanna dan gunung-
gunung yang tinggi. Hewan-hewan endemic yang terdapat pada wilayah ini
yaitu jerapah, lemur, ardvark, dll.
5. Wilayah Orietal
Wilayah oriental terdiri dari daerah-daerah Asia bagian selatan hingga sampai
ke Laut cina. Beberapa pulau di Indonesia juga ada yang termasuk wilayah
Ariental, yaitu pulau-pulau yang terletak di sebelah barat Garis Wallace yang
memisahkan Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi. Hewan yang bersifat
endemic di wilayah ini yaitu musang, lemur terbang, dan kelelawar.
6. Wilayah Australia
Daerah ini meliputi benua Australia dan pulau-pulau di sekitarnya, sampai ke
pulau-pulau di Indonesia yang terletak di sebelah timur Garis Wallace.
Iklimnya bervariasi yaitu iklim tropis dan subtropics. Curah hujan nya
bervariasi. Wilayah ini sebagian besar dihuni oleh kelompok Marsupiala dan
Monotremata.

Continental Drift

Penyebaran suatu jenis hewan disuatu tempat sering menimbulkan


pertanyaan, karena jenis lain yang diduga berasal dari nenek moyang sama yang
berada di tempat lain yang terpisah oleh suatu penghalang. Masalah ini terjadi
pada hewan yang bergerak dengan kaki dan tidak bisa terbang. Misalnya burung
Kasuari yang tidak bisa terbang, berjalan dengan kaki dan secara evolusi berasal
dari nenek moyang yang sama. Hewan ini berasal dari Australia, Afrika, dan
Selandia Baru.

Pada teori Wegener, menyatakan bahwa bumi ini mula-mula hanya terdiri
dari satu daratan besar. Kemudian daratan ini pada jutaan tahun yang lalu
memisah menjadi benua-benua saat ini. Setelah terjadinya pemisahan, daratan-
daratan tersebut bergerak sehingga jaraknya makin lama makin jauh. Pada saat
daratan bumi menyatu hewan-hewan tersebut dapat dengan mudah berpindah
tempat dan menyebar ke seluruh dunia (Darmawan, dkk. 2005).

2.3 Distribusi Populasi


Distribusi populasi adalah pergerakan individu-individu atau alat
perkembangan biakannya (misalnya: biji, spora, larva dan lainnya) ke dalam atau
ke luar dari suatu populasi atau daerah populasi. Selain itu distribusi juga dapat
diartikan sebagai wilayah-wilayah tempat ditemukannya suatu jenis makhluk
hidup di muka bumi (Junaidi. 2010).
Contoh: distribusi pohon durian meliputi daerah asia tenggara (Indonesia,
Malaysia, Thailand, dan Philipina) sedangkan distribusi pohon kelapa meliputi
seluruh daerah tropika.
Ada tiga bentuk distribusi atau pergerakan populasi yaitu:
1. Migrasi
Pergerakan keluar batas-batas tempat populasi dan datang kembali ke tempat
populasi semula secara periodic.
2. Emigrasi
Pergerakan keluar batas-batas tempat populasi sehingga populasi menjadi
berkurang.
3. Imigrasi
Pergerakan ke dalam batas-batas tempat populasi sehingga populasi bertambah.

Distribusi dibedakan menjadi tiga macam yaitu:


a. Distribusi geologis
Merupakan distribusi jenis yang berhubungan dengan waktu / zaman / periode
umur bumi ketika jenis itu terdapat atau ditemukan.
b. Distribusi geografis
Merupakan distribusi jenis berdasarkan pada tempat ditemukannya jenis tersebut.
c. Distribusi ekologis
Merupakan distribusi jenis yang erat kaitannya dengan factor factor lingkungan.
2.4 Pola penyebaran dan Distribusi
Keragamaan tak terbatas dari pola penyebaran semikian yang terjadi dalam
alam secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :
1. Penyebaran teratur atau seragam atau merata
Penyebaran teratur atau seragam atau merata terjadi apabila ada persaingan
yang kuat diantara individu-individu terdapat pada tempat tetentu dalam suatu
komunitas (Darmawan, dkk. 2005). Penyebaran ini terjadi bila ada persaingan
yang keras sehingga timbulnya kompetisi yang mendorong pembagian ruang
hidup yang sama.
Contoh: persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan ruang pada tumbuhan.
2. Penyebaran secara acak (random)
Penyebaran semacam ini terjadi dimana individu-individu menyebar dalam
beberapa tempat dan mengelompok dalam tempat lainnya (Susanto. 2000).
penyebaran ini jarang terjadi, hal ini terjadi jika lingkungan homogen. Selain itu
penyebaran ini biasanya terjadi apabila factor lingkungannya sangat seragam
untuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat untuk
berkelompok dari organisme tersebut.
Contoh: tidak ada buah dan biji.
3. Penyebaran berkelompok atau berumpun (clumped)
Penyebaran secara berkelompok terjadi dimana individu-individu selalu ada
dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri secara terpisah. Pola
ini umumnya dijumpai di alam, karena adanya kebutuhan akan faktor lingkungan
yang sama. Pengelompokan ini terutama disebabkan oleh berbagai hal seperti:
- Respons dari organisme terhadap perbedaan habitat secara local.
- Respons dari organisme terhadap perubahan cuaca musiman
- Akibat dari cara atau proses reproduksi

Dari ketiga kategori ini, rumpun atau kelompok adalah pola yang paling
sering diamati di alam dan merupakan gambaran pertama dari kemenangan dalam
keadaan yang disukai lingkungan. Pada tumbuhan pengelompokan disebabkan
oleh reproduksi vegetative. Dimana benih-benih cenderung tersusun dalam
kelompok. Pada hewan-hewan tingkat tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh
pengelompokan social.

Macam pola distribusi meliputi :


a. Distribusi kosmopolit
Merupakan pola distribusi makhluk hidup yang mempunyai daerah distribusi yang
sangat luas.
b. Distribusi endemic
Merupakan pola distribusi makhluk hisup yang mempunyai daerah distribusi yang
sangat sempit, bahkan kadang-kadang sangat terpencil.
Contoh: bunga Rafflesia Arnoldi di Bengkulu.

2.5 Perilaku Makhluk Hidup


Perilaku adalah aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus
(Umar. 2012). Dari mengamati perilaku, kita cenderung untuk menempatkan diri
pada organisme yang kita amati, yakni dengan menganggap bahwa organisme tadi
melihat dan merasakan seperti kita. Seringkali suatu perilaku hewan terjadi karena
pengaruh genetis (perilaku bawaan lahir atau innate behavior), dan karena akibat
proses belajar atau pengalaman yang dapat disebabkan oleh lingkungan.
Pada perkembangan ekologi perilaku terjadi perdebatan antara pendapat
yang menyatakan bahwa perilaku yang terdapat pada suatu organisme merupakan
pengaruh alami atau karena akibat hasil asuhan atau pemeliharaan, hal ini
merupakan perdebatan yang terus berlangsung. Dari berbagai hasil kajian,
diketahui bahwa terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh keduanya, yaitu
genetis dan lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi suatu perkembangan
sifat.

2.6 Pola Perilaku Makhluk Hidup


Bumi ini di huni oleh berjuta jenis hewan yang berbeda dan setiap jenias
memiliki perbedaan sendiri. Demikian juga dengan perilaku hewan memiliki
perilaku umum yang dimiliki oleh banyak jenis, dan sedikit pola perilaku yang
dimiliki oleh semua jenis. Untuk sekian lama, seleksi alam juga memungkinkan
jenis hewan tertentu memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan tujuan perilaku,
termasuk perilaku komunikasi, perilaku penguasaan wilayah, perilaku penyebaran
dan perilaku social

Adapun pola pola perilaku hewan yaitu (Susanto. 2000) :

1. Perilaku reproduksi

Meskipun beberapa jenis hewan mampu untuk berbiak secara aseksual


(seperti beberap jenis serangga dan sedikit jenis kadal), kebanyakan hewan harus
menemukan pasangan agar mampu bereproduksi. Pada banyak kasus, satu
individu hewan, pada umumnya jantan, mencoba untuk berprilaku atraktif untuk
menaarik lawan jenisnya. Peristiwa ini merupakan perilaku yang dinampakkan
seperti halnya pada merak dan banyak jenis ikan ikan terumbu karang.

2. Perilaku mencari makan


Hewan memperlihatkan beberapa tipe perilaku mencari makan yang
berbeda. Beberapa jenis hewan sangat selektif terhadap apa yang mereka makan.
Kelompok hewan ini termasuk pencari makan khusus (foraging specialist).
Contohnya beberapa jenis serangga hanya akan memakan satu jenis tumbuhan
saja. Hewan hewan lain merupakan hewan generalis memakan banyak jenis tipe
makanan. Contohnya, adalah opossum yang memakan berbagai jenis serangga
serta buah.

3. Perilaku bertahan

Semua jenis hewan sebenarnya memiliki peluang untuk dimangsa. Bahkan


serigala dan singa sering menjadi mangsa ketika mereka masih sangat muda.
Beberapa hewan seperti pada kebanyakan ulat dan kadal meleburkan warna
dirinya dengan latar belakang di mana mereka berada sehingga seringkali sulit
untuk dilihat.

Beberapa jenis hewan lain memiliki kemampuan perilaku untuk


melepaskan diri dari pemangsaan, seperti berlari sangat cepat pada antelope dan
berenang dengan cepat pada ikan. Serta ada beberapa jenis hewan yang
melakukan kamuflase (penyamaran) untuk melindungi diri dari predator. Seperti
Burung Ptarmigan pada musim dingin berbulu putih, dan pada musim panas
bulunya berbintik membuat tidak menarik perhatian karena warnanya sangat
sesuai dengan lingkungan.

Burung Ptarmigan ; Pada saat Musim Panas


Burung Ptarmigan ; Pada Saat Musim Dingin

Pada pembuatan sarang laba-laba diperlukan serangkaian aksi yang


kompleks, tetapi bentuk akhir sarangnya seluruhnya bergantung pada nalurinya.
Dan bentuk sarang ini adalah khas untuk setiap spesies, walaupun sebelumnya
tidak pernah dihadapkan pada pola khusus tersebut.

4. Perilaku komunikasi

Perilaku komunikasi memegang peranan penting bagi hewan. Di samping


komunikasi menggunakan tanda (signal) dan suara, beberapa jenis hewan
melakukan komunikasi dengan menggunakan bahan bahan kimia.

Contohnya pada ngengat yang menggunakan feromon pada saat akan


kawin yang dilepaskan ke udara oleh ngengat betina. Semut juga melakukan
komunikasi dengan feromon untuk mengenal semut lainnya. Serta berbagai
serangga sosial seperti lebah dan rayap. Hewan-hewan tersebut mempunyai
berbagai feromon untuk setiap tingkah laku, misalnya untuk perilaku kawin,
perilaku mencari makan, perilaku adanya bahaya dll.

5. Perilaku teritorial

Perancangan dan pemeliharaan kawasan (territorial) merupakan perilaku


yang diperlihatkan oleh hewan, terutama oleh serangga, ikan, burung, reptil, dan
mamalia. Kawasan (territoria) digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk
untuk makanan, kawin, dan keamanan. Pemilik kawasan pada umumnya mencoba
untuk mengusir individu lain yang memasuki kawasannya.

6. Perilaku sosial

Pola lain dari perilaku adalah termasuk perilaku penyabaran, yang


diperluhatkan oleh individu lain dengan menjauhi area di mana mereka dilahirkan.
Perilaku sosial merupakan hal umum yang ditemui pada berbagai jenis hewan
terutama yang hidup dalam kelompok, seperti semut, anai-anai, lebah, penguin,
dan primata.

Perilaku sosial didefinisikan sebagai interaksi di antara individu, secara normal di


dalam spesies yang sama yang saling mempengaruhi satu sama lain. Perilaku
sosial berkembang di antaranya karena adanya kebutuhan untuk reproduksi dan
bertahan dari predator. Perilaku sosial dilakukan dengan banyak tujuan dan
diperlihatkan oleh berbagai macam hewan, mulai hewan yang tak bertulang
belakang, ikan, burung, hingga mamalia.

7. Perilaku migrasi

Banyak jenis hewan melakukan perjalanan untuk bersarang atau berpindah


dari satu tempat ke tempat lainnya. Untuk melakukan hal ini, hewan harus
melakukan sendiri jalur terbang dengan stimulus lingkungan. Pergerakan dengan
menggunakan ransangan ini disebut dengan taxis. Pergerakan serangga ke arah
sinar sebagai contoh, disebut dengan fototaksis positif. Serangga yang
menghindari cahaya disebut fototaksis negatif. Beberapa jenis hewan bergerak
dengan sebab yang belum jelas. Namun banyak juga yang bergerak disebabkan
oleh ransangan kimia yang intensif yang disebut dengan kinesis.

Perjalanan sekolompok hewan yang jarak jauh disebut dengan migrasi.


Burung burung dari daratan australia terbang jauh dengan melintasi lautan
hingga ke pantai pantai di baliran Jawa Timur, angsa dan bebek terbang jauh
dari Canada ke Amerika Serikat. Tujuan atau orientasi pergerakannya sudah jelas
untuk menghindari kondisi lingkungan yang sangat tidak menguntungkan bagi
kelangsungan hidup populasinya atau untuk kegiatan bereproduksi.

2.7 Seleksi Habitat

Habitat suatu populasi hewan pada dasarnya menunjukkan totalitas dari


corak lingkungan yang di tempati populasi itu,termasuk factor-faktor abiotik
berupa ruang,tipe substratum yang di tempati, cuaca dan iklimnya serta
vegetasinya. Habitat suatu organisme adalah tempat organisme itu hidup, atau
tempat kemana seseorang harus pergi untuk menemukan organisme tersebut
(Odum. 1993).

Habitat lebih dari sekedar sebuah kawasan vegetasi (seperti hutan pinus).
Istilah tipe habitat tidak bisa digunakan ketika mendiskusikan hubungan antara
satwa liar dan habitatnya. Ketika kita ingin menunjukkan vegetasi yang digunakan
oleh satwa liar, kita dapat mengatakan asosiasi vegetasi atau tipe vegetasi
didalamnya. Penggunaan habitat merupakan cara satwa menggunakan (atau
mengkonsumsi dalam suatu pandangan umum) suatu kumpulan komponen fisik
dan biologi (sumber daya) dalam suatu habitat.

Kualitas habitat menunjukkan kemampuan lingkungan untuk memberikan


kondisi khusus tepat untuk individu dan populasi secara terus menerus. Kualitas
habitat berdasarkan kemampuan untuk memberikan sumberdaya untuk bertahan
hidup, reproduksi, dan kelangsungan hidup populasi secara terus menerus. Suatu
habitat diaktakan memiliki kualitas yang tinggi apabila kepadatan satwa seimbang
dengan sumberdaya yang tersedia, di lapangan pada umumnya habitat yang
memiliki kualitas ditunjukkan dengan besarnya kepadatan satwa.

Seleksi merupakan proses satwa memilih komponen habitat yang


digunakan (Susanto. 2000). Kesukaan habitat merupakan konsekuensi proses yang
menghasilkan adanya penggunaan yang tidak proporsional terhadap beberapa
sumberdaya, yang mana beberapa sumberdaya digunakan melebihi yang lain.
Ketersediaan habitat menunjuk pada aksesibiltas komponen fisik dan biologi yang
dibutuhkan oleh satwa, berlawanan dengan kelimpahan sumberdaya yang hanya
menunjukkan kuantitas habitat masing-masing organisme yang ada dalam habitat
tersebut.

Seleksi habitat merupakan proses atau tingkah laku di mana satwa


menyeleksi atau memilih suatu habitat untuk hidupnya (Wirakusumah. 2003).
Analisis seleksi habitat merupakan salah satu aspek penting dalam penelitian
satwa liar. Pengetahuan tentang seleksi habitat (sering juga disebut preferensi
habitat) dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas habitat dan
memprediksi pengaruh perubahan habitat terhadap populasi satwaliar (Susanto.
2000).

Asumsi yang digunakan dalam mempelajari seleksi habitat adalah:

1. Habitat dengan kepadatan satwa tinggi (paling banyak dipilih) memiliki


kualitas yang tinggi, sedangkan yang kepadatannyarendah berarti kualitas
habitatnya rendah,

2. Populasi satwa merespon positif terhadap ketersediaan (availability)


habitatdengan indeks seleksi yang tinggi (McClean et al, 1998). Habitat yang
paling banyak dipilih diasumsikan yang paling menguntungkan oleh karena
itu kegiatan pengelolaan diarahkan untuk menciptakan dan memelihara
habitat-habitat seperti ini (Umar. 2012).
BAB II

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Penyebaran populasi merupakan perkembangan individu ke dalam atau
keluar dari populasi
2. Wilayah-wilayah penyebaran hewan meliputi wilayah Paleartik, Neartik,
Neotrofik, Etiopia, Orietal, dan Australia.
3. Distribusi populasi merupakan sebagai wilayah-wilayah tempat
ditemukannya suatu jenis makhluk hidup di muka bumi.
4. Macam pola penyebaran dan distribusi makhluk hidup meliputi: distribusi
kosmopolit dan distribusi endemic.
5. Perilaku merupakan aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu
stimulus.
6. Pola perilaku pada hewan meliputi perilaku reproduksi, mencari makan,
bertahan, komunitas, territorial, social, dan migrasi.
7. Seleksi habitat merupakan proses atau tingkah laku di mana satwa
menyeleksi atau memilih suatu habitat untuk hidupnya

3.2 Saran

Untuk mengetahui penyebaran dan distribusi serta perilaku dan seleksi


habitat pada makhluk hidup maka diperlukan banyak literature untuk
memahami materi.
DAFTAR RUJUKAN

Dharmawan, A, Ibrohim, Tauarita, H, Suwono, H, Susanto, P. Ekologi Hewan.


2005. Malang: UM Press

Junaidi, Endri., Effendi. P., Sagala., 2010. Kelimpahan Populasi dan Pola
Distribusi Remis (Corbicula sp) di Sungai Borang Kabupaten Banyuasin.
Jurnal Penelitian Sains. Vol 13 (3): 51.

Odum, Eugene., 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah


Mada.

Susanto, P. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional.

Umar, M., Ruslan., 2012. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Makasar:


Universitas Hasanuddin.

Wirakusumah, S. 2003. Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta: Penerbit UI Press

Anda mungkin juga menyukai