Anda di halaman 1dari 3

Perbedaan Cash Basis dan Accrual Basis

Oleh Sri Astuti / Kamis 2 Januari 2014 / Tidak ada komentar

Setiap organisasi pasti melakukan pencatatan akuntansi untuk setiap transaksi yang terjadi
dan menggunakan pencatatan tersebut untuk membuat sebuah laporan keuangan di akhir
periode akuntansi.

Perbedaan Cash Basis dan Accrual Basis

Setiap organisasi pasti melakukan pencatatan akuntansi untuk setiap transaksi yang terjadi
dan menggunakan pencatatan tersebut untuk membuat sebuah laporan keuangan di akhir
periode akuntansi. Pada dasarnya ada dua model pencatatan yang umum digunakan yaitu
sistem cash basis dan accrual basis. Pada prakteknya kedua sistem ini mempunyai
beberapa perbedaan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip akuntansi secara umum.

Apa perbedaan antara cash basis dengan accrual basis, dan mana yang penggunaannnya
disyaratkan oleh prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum?

Apabila dasar pencatatan akuntansi yang digunakan adalah cash basis, maka pendapatan
dan beban akan dilaporkan dalam laporan laba rugi dalam periode dimana uang kas
diterima (untuk pendapatan) atau uang kas dibayarkan (untuk beban). Jadi, dapat
disimpulkan di sini bahwa transaksi pendapatan dan beban yang akan dilaporkan dalam
laporan laba rugi adalah transaksi-transaksi yang melibatkan arus uang kas masuk (untuk
pendapatan) ataupun arus uang kas keluar (untuk beban).
Transaksi pendapatan dan beban yang akan dilaporkan dalam laporan laba rugi adalah
transaksi-transaksi yang melibatkan arus uang kas masuk (untuk pendapatan) ataupun arus
uang kas keluar (untuk beban).

Sedangkan apabila dasar pencatatan akuntansi yang digunakan adalah accrual basis, maka
baik untuk pendapatan maupun beban akan dilaporkan dalam laporan laba rugi dalam
periode dimana pendapatan dan beban tersebut terjadi, tanpa memperhatikan arus uang kas
masuk ataupun arus uang kas keluar.

Dasar pencatatan cash basis pada umumnya masih diterapkan pada organisasi-organisasi
yang tergolong kecil, dimana kepemilikan dananya hanya dimiliki oleh satu atau beberapa
orang saja. Sedangkan untuk organisasi-organisasi yang tergolong menengah ke atas,
khususnya untuk organisasi-organisasi yang dananya dimiliki oleh banyak donor,
diharuskan oleh prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk menerapkan accrual
basis sebagai dasar pencatatan akuntansinya. Ini dapat dimengerti bahwa penerapan dasar
akrual diharapkan bisa memberikan transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan
kepada para donatur selaku pemilik dana.

Ada dua metode pencatatan yang dikenal dalam akuntansi. Metode tersebut dikenal dengan
nama cash basis dan akrual basis. Apa beda kedua metode pencatatan ini? 1.Cash basis
Berdasarkan pengertiannya metode cash basis merupakan metodepencatatan dalam
akuntansi, dimana dalam hal ini setiap transaksi yang terjadi dicatat berdasarkan jumlah
nominal yang diterima.
Untuk memudahkan memahami pengertian diatas, dapat kita lihat prakteknya dalam contoh
berikut:
Pada 1 Mei 2014 PT. United membayar sewa gedung sebesar Rp 10.000.000 untuk dua
bulan sewa.
Untuk pencatatannya ditulis:
1 Mei 2014 Beban sewa: Rp 10.000.000
Kas: Rp 10.000.000
Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa penggunaan metode cash basis dilakukan dengan
prinsip bahwa setiap transaksi dicatatkan berdasarkan jumlah nominal yang diterima.

2.Akrual basis Metode cash basis adalah metode pencatatan dalam akuntansi, dimana
dalam hal ini setiap transaksi yang terjadi dicatat berdasarkan konsep pengakuan yang
sesungguhnya.
Untuk prakteknya bisa dilihat pada contoh berikut:
Pada 1 Mei 2014 PT. Milik Kita Bersama membayar sewa gedung sebesar Rp 10.000.000
untuk dua bulan sewa.
Dalam pencatatannya ditulis:
1 Mei 2014 Sewa dibayar dimuka: Rp 10.000000
Kas:Rp 10.000.000
Jurnal pada akrual basis memperlihatkan pembayaran yang dilakukan terhadap sewa
gedung tersebut dengan nominal Rp 10.000.000 tidak dikategorikan sebagai beban yang
terjadi. Pengeluaran itu dianggap masih bagian dari harta perusahaan.
Kenapa bisa demikian? Hal itu disebabkan karena perusahaan belum menerima manfaat
dari aktivitas sewa gedung itu walaupun telah melakukan pembayaran terhadap penyewaan
gedung.
Untuk itu, perusahaan kemudian membuat jurnal penyesuaian (adjustment), guna
menyesuaikan biaya yang dikeluarkan.
Jurnal penyesuaian ini dibuat pada waktu tutup buku bulanan, yaitu tanggal 31 Mei dan
tanggal 30 Juni dengan format sebagai berikut:
31 Mei 2014 Beban sewa: Rp 5.000.000
Sewa dibayar dimuka: Rp 5.000.000
30 Juni 2014 Beban sewa: Rp 5.000.000
Sewa dibayar dimuka: Rp 5.000.000
Pada jurnal yang dicatatkan di tanggal 31 Mei dan 30 Juni dapat terlihat, bahwa PT. Milik
Kita Bersama melaporkan adanya beban sewa yang terjadi pada periode Mei dan Juni
sebesar Rp 5.000.000. Nilai Rp 5.000.000 diperoleh dengan membagi pos sewa dibayar
dimuka yang dikeluarkan pada tanggal 1 Mei sebesar Rp 10.000.000 dibagi masa manfaat
penyewaan selama 2 bulan.

Anda mungkin juga menyukai