Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR BUDIDAYA TANAMAN

Oleh:

V/1

Asisten Kelompok:
Meilia Puji Astutik

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

Laporan Praktikum Dasar Budidaya Tanaman 2017

Kelas V/ Kelompok V1

Anggota Kelompok:

1. Mukhamad Visal M. (CO) 165040100111040


2. Citra E. A. Hutagalung 135040100111044
3. Faizal Syahrul 165040100111033
4. Lintang Dima Ramadhani 165040100111035
5. Mutiara Ramadhanty 165040100111037
6. Desika Crystina D. 165040100111038
7. Lefi Unsiyyati 165040100111039
8. Dinda Anggia Shafira 165040100111041
9. Rizki Sofia Febriana 165040100111043
10. Syalwa Talitha Zhafirah 165040100111065
11. Mohamad Amin Mumtaz 165040100111066
12. Utari Triadi Putri 165040100111068
13. Rendry Aliffyanto 165040100111069
14. Ishlahul Munir 165040100111071
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Budidaya tanaman yang efektif dan efisien diperlukan untuk mengatasi


kurangnya hasil panen terhadap tanaman pangan dan sayur-sayuran di
Indonesia. Apalagi tingkat kebutuhan dan permintaan masyarakat Indonesia
akan bahan pangan dan sayur-sayuran terus meningkat. Budidaya tanaman
merupakan salah satu kegiatan yang sangat menentukan kualitas dan kuantitas
produksi komoditas pertanian. Pelaksanaan budidaya tanaman yang efektif akan
menghasilkan produksi yang berdaya saing dan mampu meningkatkan peranan
pemasukan sektor pertanian terhadap pendapatan negara (Dewi dan Satya,
2011).
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan utama kedua
setelah padi, yang sangat berguna bagi kehidupan manusia dan ternak karena
hampir keseluruhan bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan (Umiyasih dan Wina,
2008). Sedangkan tanaman timun merupakan komoditas sayur yang cukup
diminati oleh masyarakat Indonesia karena banyak mengandung mineral seperti
kalsium, fosfor, kalium, dan besi, serta vitamin A, B, dan C, dan juga serat
(Julisaniah dalam Hanif dkk, 2012). Banyaknya manfaat mentimun membuat
permintaan mentimun baik didalam maupun diluar negeri cukup tinggi dan
memunculkan peluang bisnis bagi petani. Salah satu upaya untuk memenuhi
permintaan yang terus meningkat adalah dengan dilakukannya usaha-usaha
perbaikan dalam teknik budidaya (Purnomo dkk, 2013).
Oleh karena itu diperukan pembelajaran dan praktik langsung tentang
budidaya tanaan jagung dan mentimun dengan beberapa perlakuan berbeda
untuk mengetahui budidaya yang efektif dan efisien guna mengoptimalkan
produksi jagung dan mentimun di Indonesia. Sehingga nantinya sistem budidaya
yang efektif dan efisien tersebut dapat diterapkan pada pertanian di Indonesia
guna memenuhi kebutuhan dan permintaan masyarakat akan jagung dan
mentimun.
1.2 Tujuan

Tujuan dari dilakukannya praktikum Dasar Budidaya Tanaman ini adalah


sebagai berikut:
1. Mengetahui cara dan proses pengolahan tanah pada lahan jagung dan
mentimun.

2. Mengetahui cara dan proses pemasangan ajir pada tanaman mentimun.

3. Mengidentifikasi gulma yang berada di sekitar tanaman mentimun

4. Mengetahui proses pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman jagung


dan mentimun mulai benih hingga panen.

5. Mengetahui cara panen tanaman jagung dan mentimun.

6. Mengetahui cara penanganan pasca panen jagung dan mentimun.

7. Mengetahui keiteria siap panen pada tanaman jagung dan mentimun.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh selama melakukan praktikum lapang


Dasar Budidaya Tanaman ini adalah praktikan dapat mengetahui teknik budidaya
yang tepat bagi tanaman mentimun dan jagung dengan membandingkan hasil
pengamatan terhadap tanaman jagung dan mentimun dengan perakuan yang
berbeda selama praktikum.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tanam

Tanam merupakan hal utama dan terpenting yang harus diperhatikan


dalam persiapan sebelum pembibitan (Fahmi, 2010). Tanam adalah kegiatan
atau suatu proses dengan menempatkan bahan tanam berupa benih maupun
bibit pada media tanam baik media tanah maupun bukan media tanah dalam
satu bentuk pola tanam (Kustantini, 2012). Menurut Setjanata dalam Sucipto
(2013) tanam adalah menanam sesuatu yang bisa hidup yang disesuaikan
dengan daerah kondisi dan lingkungan serta keadaan sehingga dapat
menghasilkan sesuatu yang menguntungkan minimal bagi pribadi yang
menanam.

2.2 Fungsi dan Macam Macam Pola Tanam

2.2.1 Macam Pola Tanam


a. Pola Tanam Monokultur
Pola tanam monokultur yaitu cara penanaman satu jenis tanaman
budidaya pada lahan dan waktu yang sama. Kelebihan dari menanam
menggunakan pola tanam monokultur adalah teknis budidaya dan
perawatan yang lebih mudah karena hanya menanam satu jenis tanaman
saja dan dapat meningkatkan produksi hasil pertanian. Namun
kekurangannya yaitu tanaman yang ditanam relatif lebih mudah terserang
hama yang dikarenakan jenis makanan hama tersebut tersedia dalam
satu lahan monokultur (Sastradiharja, 2005).
b. Pola Tanam Polikultur
Pola tanam dengan polikultur yaitu penanaman tanaman budidaya
dengan menanam lebih dari satu jenis tanaman. Pola tanam polikultur
lebih dikenal dengan jenis yang tumpang sari, yaitu penanaman lebih dari
satu jenis tanaman budidaya dalam satu waktu di lahan yang sama.
Kelebihan dari pola tanam tumpang sari adalah dapat mengurangi
serangan hama dan penyakit karena dengan jenis tanaman budidaya
yang berbeda hama tersebut lebih sedikit mempunyai inang, tumpang sari
juga dapat menambah kesuburan tanah dikhususkan jika menanam
dengan kacang-kacangan karena kandungan unsur nitrogen dalam tanah
akan bertambah oleh adanya bakteri Rhizobium yang terdapat pada bintil
akar tanaman kacang-kacangan dan juga jika menanam dengan pola
tanam tumpang sari dapat menghasilkan produksi yang beragam jenis.
Kekurangan dari pola tanam ini adalah pemeliharaan yang cukup sulit
dan akan terjadi persaingan dalam memperoleh unsur hara dalam tanah
(Pracaya,2002).
2.2.2 Syarat Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemilihan Pola Tanam
Menutut Setjanata (2000) syarat yang harus dipenuhi dalam pemilihan
pola tanam adalah:
1. Setiap jenis tanaman budidaya memiliki sistem perakaran yang
berbeda-beda, terlebih bila ingin menggunakan pola tanam polikultur,
maka perakaran tanamannya harus berbeda antara serabut,
tunggang, dalam, dangkal atau melebar.
2. Dilihat dari kebutuhan unsur hara, setiap tanaman juga membutuhkan
proporsi yang berbeda-beda. Pola tanam mempengaruhi
pertumbuhan dengan kebutuhan unsur hara yang tercukupi.
3. Keadaan tanah juga berpengaruh jika ingin menanam tanaman
budidaya, yang meliputi sifat fisik, kimia dan bilogisnya. Sehingga
tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.

2.3 Teknik Budidaya Jagung Manis

Tanaman Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang


dikonsumsi masyarakat Indonesia. Di wilayah Jawa Timur jumlah produksi
tanaman Jagung mengalami kenaikan dan penurunan. Hal ini juga disebabkan
oleh luasan panen setiap kota yang luasannya berkurang dan bertambah. Berikut
dibawah ini disertakan tabel mengenai luasan, produktivitas, dna produksi
komoditi Jagung di Jawa Timur.

Tabel 1. Luasan, Produktivitas, dan Produksi Komoditi Jagung di Jawa Timur


Luas Panen Produktivitas Produksi
Tahun
(ha) (Kw/ha) (ton)
2001 1.135.832 31 3.529.968
2002 1.047.616 35 3.705.553
2003 1.169.388 36 4.181.550
2004 1.141.671 36 4.133.762
2005 1.206.177 36 4.398.502
2006 1.099.184 36 4.011.182
2007 1.153.496 37 4.252.182
2008 1.235.933 41 5.053.107
2009 1.295.070 41 5.266.720
2010 1.257.721 44 5.587.318
2011 1.204.063 45 5.443.705
2012 1.232.523 51 6.295.301
2013 1.199.544 48 5.760.959
2014**) 1.202.207 48 5.789.214
**) : Angka ramalam
Sumber : jatim.bps.go.id
Menurut Balitbang Teknologi Pertanian (2008), ada banyak hal yang perlu
diperhatikan saat budidaya tanaman, diantaranya:
1. Penyiapan Lahan
Pengolahan tanah untuk penanaman jagung dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu olah tanah sempurna (OTS) dan tanpa olah tanah (TOT) bila lahan
gembur. Namun bila tanah berkadar liat tinggi sebaiknya dilakukan
pengolahan tanah sempurna (intensif). Pada lahan yang ditanami jagung dua
kali setahun, penanaman pada musim penghujan (rendeng) tanah diolah
sempurna dan pada musim tanam berikutnya (musim gadu) penanaman
dapat dilakukan dengan tanpa olah tanah untuk mempercepat waktu tanam.
2. Penanaman
Cangkul/koak tempat menugal benih sesuai denganjarak tanam lalu beri
pupuk kandang atau kompos 1-2 genggam (+50-75 gr) tiap cangkulan/koakan,
sehingga takaran pupuk kandang yang diperlukan adalah 3,5-5 t/ha.
Pemberian pupuk kandang ini dilakukan 3-7 hari sebelum tanam. Bisa juga
pupuk kandang itu diberikan pada saat tanam sebagai penutup benih yang
baru ditanam/ditugal. Jarak tanam yang dianjurkan ada 2 cara adalah: (a) 70
cm x 20 cm dengan 1 benih per lubang tanam, atau (b) 75 cm x 40 cm dengan
2 benih per lubang tanam). Dengan jarak tanam seperti ini populasi mencapai
66.00071.000 tanaman/ha.
3. Pemupukan
Berdasarkan hasil penelitian, takaran pupuk untuk tanaman jagung di
Lampung berdasarkan target hasil adalah 350-400 kg urea/ha, 100-150 kg
SP-36/ha, dan 100-150 kg KCl/ha. Takaran pupuk dan waktu pemberiannya
seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Takaran Pupuk dan Waktu Pemberiannya pada Tanaman Jagung Bila
Menggunakan Pupuk Tunggal Urea, SP-36, dan KCl.

Urea SP-36 KCl


Waktu Pemupukan
(kg/ha) (kg/ha) (kg/ha)
7 Hari setelah tanam (HST) 100 150 100
28-30 HST 150 - -
45-50 HST (Gunakan BWD) 100-150 - -

Keterangan: BWD = Bagan Warna Daun


Tabel 3. Takaran Pupuk dan Waktu Pemberiannya pada Tanaman Jagung bila
Menggunakan Pupuk NPK 15:15:15 (Phonska)
Urea Phonska
Waktu Pemupukan
(kg/ha) (kg/ha)
7 Hari setelah tanam (HST) - 350
28-30 HST 150 -
45-50 HST (Gunakan BWD) 100-150 -

Keterangan : BWD = Bagan Warna Daun

Cara Pemupukan :

1. Cara pemberian pupuk, ditugal sedalam kira-kira 5 cm sekitar 10 cm di


samping pangkal tanaman dan ditutup dengan tanah.
2. Bagan warna daun hanya digunakan pada waktu pemberian pupuk ketiga.
Sebelum pemupukan, dilakukan pembacaan BWD dengan cara
menempelkan daun jagung teratas yang sudah sempurna terbuka. Waktu
pembacaan sebaiknya sore hari agar tidak terpengaruh dengan cahaya
matahari.
3. Pada saat pemupukan III (45-50 hari sesudah tanam), untuk menentukan
jumlah pupuk Urea yang diberikan ukur tingkat kehijauan daun
menggunakan Bagan Warna Daun (BWD).
Tabel 4. Dosis Pemberian Pupuk Urea dengan Menggunakan Skala BWD
Pemberian
Warna Daun Skala BWD
Urea (kg/ha)
Hijau
<4 150
Kekuningan
Hijau 4 4.5 125
Hijau Gelap >4.5 100
4. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dua kali selama masa pertumbuhan tanaman jagung.
Penyiangan pertama pada umur 14-20 Hari sesudah tanam dengan cangkul atau
bajak sekaligus bersamaan dengan pembumbunan. Penyiangan kedua
dilakukan tergantung pada perkembangan gulma (rumput). Penyiangan kedua
dapat dilakukan dengan cara manual seperti pada penyiangan pertama atau
menggunakan herbisida kontak seperti Gramoxon atau Bravoxone 276 SL atau
Noxone 297 AAS. Pada saat menyemprot nozzle diberi pelindung plastik
berbentuk corong agar tidak mengenai daun jagung.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman jagung adalah penyakit bulai dan
jamur (Fusarium sp). Pengendalian penyakit bulai dengan perlakuan benih, 1
kg benih dicampur dengan metalaksis (Ridhomil atau Saromil) 2 gr yang
dilarutkan dalam 7,5-10 ml air. Sementara itu untuk jamur (Fusarium) dapat
disemprot dengan Fungisida (Dithane M-45) dengan dosis 45 gr / tank isi 15
liter. Penyemprotan dilakukan pada bagian tanaman di bawah tongkol. Ini
dilakukan sesaat setelah ada gejala infeksi jamur. Dapat juga dilakukan dengan
cara membuang daun bagian bawah tongkol dengan ketentuan biji tongkol
sudah terisi sempurna dan biji sudah keras.
Hama yang umum mengganggu pertanaman jagung adalah lalat bibit,
penggerek batang dan tongkol. Lalat bibit umumnya mengganggu pada saat
awal pertumbuhan tanaman, oleh karena itu pengendaliannya dilakukan mulai
saat tanam menggunakan insektisida carbofuran utamanya pada daerah-daerah
endemik serangan lalat bibit. Untuk hama penggerek batang, jika mulai
nampak ada gejala serangan dapat dilakukan dengan pemberian carbofuran (3-
4 butir carbofuran/tanaman) melalui pucuk tanaman pada tanaman yang mulai
terserang. Hama penggerek batang dikendalikan dengan memberikan
insektisida carbofuran sebanyak 3-4 butir dengan ditugal bersamaan
pemupukan atau disemprot dengan insektisida cair fastac atau regent dengan
dosis sesuai yang tertera pada kemasan.
6. Pengairan
Pengairan diperlukan bila musim kemarau pada fasefase (umur) pertumbuhan,
15 hst, 30 hst, 45 hst, 60 hst, dan 75 hst. Pada fase atau umur tersebut tanaman
jagung sangat riskan dengan kekurangan air. Pengairan dengan pompanisasi
pada wilayah/daerah yang terdapat air tanah dangkal sangat efektif untuk
dikembangkan pada budidaya jagung. Dengan sistem pengairan pompanisasi
(sumur dangkal) seperti ini menciptakan sistem sirkulasi air pada lokasi
budidaya.
2.4 Teknik Budidaya Mentimun

Menurut Ditta P (2012) teknik budidaya tanaman mentimun terdiri dari


beberapa langkah yaitu:
1. Pengolahan tanah
Dalam kegiatan budidaya tanaman diperlukan pengolahan tanah.
Menurut Soewito (1990) dalam Ditta P (2012) tanah berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berproduksinya tanaman. Tanaman mentimun juga membutuhkan
tanah yang subur, gembur, banyak mengandung unsur hara dan tidak tergenangi
air. Kegiatan pengolahan tanah meliputi kegiatan mencangkul atau membuat
saluran air agar mendapatkan lingkungan perakaran yang baik. Untuk
mendapatkan tanah yang subur dan banyak mengandung unsur hara diperlukan
penambahan bahan organik pada tanah (Atmojo, 2003)
2. Penanaman
Sebelum dilakukannya kegiatan penanaman, perlu dilakukan kegiatan
penyemaian benih yang akan menjadi bibit. Tempat media persemaian
menggunakan baby bag yang diisi tanah lalu di tanami dengan bibit timun.
Menurut Sunarjono (2004) dalam Ditta (2012) mengatakan bahwa penanaman
bibit dapat dilakukan jika bibit sudah berumur 10-14 hari atau setelah memiliki
dua daun.
3. Pemeliharaan
Menurut Sunarjono (2004) dalam Ditta (2012) pemeliharaan mentimun
dapat dilakukan dnegan beberapa cara. Salah satunya adalah dnegan
penyiraman tanaman mentimun, karena tanaman mentimun tergolong kedalam
tanaman yang memerlukan banyak air, namun dalam penyiraman tanaman tidak
sampai membuat tanahnya digenangi air. Cara kedua dalam pemeliharaan
tanaman mentimun adalah dengan penyulaman. Penyulaman dilakukan seawal
mungkin yakni sejak tanaman hingga umur 15 hari setelah tanam. Cara ketiga
dalam pemeliharaan tanaman mentimun adalah pemulsaan.Menurut Rukmana
(1994) dalam Ditta (2012) bahwa untuk mengatur kelembaban dan menekan
pertumbuhan gulma yang tumbuh disekitar tanaman, maka tanaman diberi mulsa
potongan rumput atau jerami kuning dan bisa juga menggunakan Mulsa Plastik
Hitam Perak (MPHP).
Menurut Nazarudin (1998) dalam Ditta (2012) tanaman mentimun
merupakan tanaman yang bersifat menjalar, jika sudah bersulur tanaman diberi
ajir dan suru tersebut dibelitkan pada ajir. Menurut Soewito (1990) dalam Ditta
(2012) menyatakan bahwa tanaman timun memerlukan unsur nitrogen, fosfor
dan kalium agar tanaman dapat tumbuh dan menghasilkan buah yang baik.
Apabila tumbuhan mentimun terlalu lebat maka perlu dilakukan pemangkasan,
dengan cara memotong pada ujung-ujung tanaman dan tinggalkan 3 4 helai
daun.
4. Panen
Kegiatan panen dilakukan setelah tanaman timun sudah menghasilkan
buah. Menurut Soempurna (2004) dalam Ditta (2012) kegiatan pasca panen
meliputi kegiatan sortasi, permbersihan, penyimpanan, pengemasan,
pengangkutan dan pemasaran. Menurut Sarjono (2004) dalam Ditta (2012)
mengatakan bahwa panen pertama kali dilakukan pada saat tanaman sudah
berumur dua bulan dari waktu tanam. Dalam pemanenan buah mentimun harus
dilakukan setelah buah besar namun tidak boleh terlalu tua. Biasanya buah yang
terlalu tua akan berwarna pucat.

2.5 Pengertian Mulsa dan Pemulsaan

Mulsa adalah suatu bahan yang biasa digunakan menutup tanah


sehingga kelembaban dan suhu tanah sebagai suatu media tanaman dapat
terjaga kestabilannya, disamping itu dapat menekan pertumbuhan gulma
sehingga tanaman akan tumbuh lebih baik (Sudjianto dan Krestiani, 2009).
Sedangkan menurut Hilhel dalam Basuki et al., (2009) mulsa merupakan jenis
penutup tanah buatan yang digunakan dalam budidaya tanaman untuk
memperoleh perubahan menguntungkan pada lingkungan tanah tertentu, dapat
memperbaiki keadaan lingkungan perakaran, dan sifat-sifat tanah lainnya yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman yang bersangkutan.
Pemulsaan adalah suatu usaha untuk mempertahankan dan mengurangi
terjadinya kehilangan air tanah akibat penguapan dapat dilakukan dengan
penggunaan mulsa, yang juga berfungsi menekan fluktuasi suhu tanah.
Pemulsaan yang sesuai dapat mengubah iklim mikro tanah, salah satunya
adalah suhu tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Widyawati et al.,
dalam Nasruddin dan Hanum, 2015).
2.6 Pengaruh Mulsa terhadap Pertumbuhan Tanaman

Menurut Purwowidodo dalam Noorhadi dan Sudadi (2004) terkait iklim


pada pada pemulsaan dapat berpengaruh terhadap pengendalian penguapan air
pada penggunaan mulsa merupakan bahan yang potensial untuk
mempertahankan suhu, kelembaban udara, kelembaban tanah, bahan organik,
mengurangi jumlah, kecepatan air permukaan, meningkatkan penyerapan air,
dan mengendalikan pertumbuhan gulma pada tanaman.
Menurut Samiati et al.,(2012) pemberian mulsa dapat memberi pengaruh
terhadap kelembaban tanah sehingga tercipta kondisi yang optimal untuk
pertumbuhan tanaman. Apabila faktor lingkungan sesuai untuk pertumbuhan
tanaman, maka fotosintat yang dihasilkan juga meningkat sehingga alokasi
biomassa ke bagian yang dipanen juga relatif lebih besar.
Selain kelembaban tanah, faktor iklim mikro lain mempengaruhi suhu
tanah. Tanah yang mengalami perlakuan mulsa memiliki suhu tanah yang
rendah. Hal ini karena panas yang diterima mulsa dapat mengalami pertukaran
udara langsung secara bebas (Poerwowidodo, 2004).

2.7 Pola Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis

Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun


interval waktu antar tahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang
dapat berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap
yaitu (1) fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan
pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama; (2) fase
pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka
sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase
ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan (3) fase reproduktif, yaitu
fase pertumbuhan setelah silkingsampai masak fisiologis[ CITATION Nun97 \l
1057 ].
Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji.
Benih jagung akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam tanah
meningkat >30% (McWilliams et al. 1999 dalam Subekti, 2007). Proses
perkecambahan benih jagung, mula-mula benih menyerap air melalui proses
imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim dan
respirasi yang tinggi. Setelah terjadi perkecambahan, pertumbuhan vegetatif
dimulai, ditandai dengan munculnya daun dan berakhir dengan sebelum
munculnya bunga. Fase terakhir adalah fase reproduktif, yakni fase ketika
tumbuhnya bunga dan tongkol. [ CITATION Nun97 \l 1057 ].

2.8 Pola Pertumbuhan Tanaman Mentimun

Pola pertumbuhan tanaman mentimun yang pertama adalah


pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan vegetatif dibagi menjadi 2 tahap yaitu (1)
tahap I merupakan tahap awal yang dimulai saat daun benar-benar muncul
biasanya terjadi setelah 5-6 hari setelah tanam (2) tahap II dimulai setelah hari ke
6 setelah masa tanam dimana mulai muncul tunas daun muda dari tangkai daun
dan tanaman mentimun terus tumbuh semakin tinggi. Selanjutnya adalah
tahapan munculnya bunga, bunga dari tanaman mentimun terdiri dari bunga
jantan dan betina. Bunga jantan muncul terlebih dahulu dan bunga betina
menyusul setelahnya. Bunga betina memiliki bakal buah di pangkal bunganya,
itulah yang membedakan dengan bunga jantan. Setelah itu, terjadi penyerbukan
dari bunga jantan ke betina dengan bantuan lebah atau serangga lainnya.
Dikarenakan bunga mekar hanya satu hari maka tahap penyerbukan merupakan
aspek penting yang menentukan produksi mentimun. Apabila penyerbukan
berhasil maka akan muncul buah pada bunga betina. Buah akan tumbuh dan
berkembang hingga dilakukan tahap pemanenan pada tahap akhir produksi.
(Haifa Group, 2011)

2.9 Pengertian Panen dan Pasca Panen

2.7.1 Pengertian Panen


Panen merupakan tahap terakhir dalam kegiatan budidaya atau bercocok
tanam, tapi merupakan awal dari tahap pasca panen, yaitu melakukan persiapan
untuk penyimpanan dan pemasaran. Tujuan dari perlakuan panen pda
dasarnya adalah mengumpulkan komoditas dari lahan penanaman, pada taraf
kematangan yang tepat, dengan kerusakan yang minimal, dilakukan secepat
mungkin dan dengan biaya yang rendah [CITATION Tin07 \l 1033 ].
2.7.2 Pengertian Pasca Panen
Istilah pasca panen diartikan sebagai tindakan atau perlakuan yang
diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan
konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca produksi
(Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca
panen (postharvest) dan pengolahan (processing) [CITATION Tin07 \l 1033 ].

2.10 Kriteria Panen

2.10.1 Ciri Panen dan Standar Mutu Pada Jagung Manis


Tanaman jagung manis berumur lebih genjah atau lebih cepat panen
dibanding jagung basanya, tongkol jagung siap dipanen pada saat tanaman
berumur 60-70 hari setelah tanam (Tim Trubus, 2002). Jagung manis baik
dikonsumsi saat keadaan segar dan muda karena jagung yang dipanen pada
umur lebih dari 75 hari setelah tanam menghasilkan biji yang memiliki tekstur
lebih keras dan berkerut sehingga kualitas jagung menjadi menurun (Surtinah,
2007).
Secara visual jagung yang sudah siap untuk dipanen memiliki ciri-ciri
yaitu kelobot jagung 90-95% sudah menguning, batang jagung sudah kering dan
berwarna kuning kecoklatan, serta biji jagung mengkilap saat dikupas (Badan
Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, 2015).
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam makalah hasil
penyuluhan oleh Badan Ketahanan Pangan NAD (2009), persyaratan kualitas
mutu jagung dikelompokkan menjadi dua yaitu persyaratan kualitatif dan
persyaratan kuantitatif.Persyaratan kualitatif meliputi: (1) produk harus bebas dari
hama dan penyakit (2) produk terbebas dari bau busuk maupun zat kimia lainnya
(berups asam) (3) produk harus terbebas dari bahan dan sisa-sisa pupuk
maupun pestisida. Sedangkan untuk persyaratan kuantitatif adalah sebagai
berikut,
Tabel 1 Persyaratan kuantitatif jagung sesuai Standar Nasional Indonesia

Persyaratan Mutu (% maks)


No. Komponen Utama
I II III IV
1. Kadar Air 14 14 15 17
2. Butir Rusak 2 4 6 8
3. Butir Warna 1 3 7 10
4. Butir Pecah 1 4 3 5
5. Kotoran 1 1 2 2

2.10.2 Ciri Panen dan Standar Mutu Pada Mentimun

Dalam masa pemanenan buah timun dapat dipanen pada waktu tanaman
berumur 2-3 bulan setelah tanam tergantung varietasnya. Menurut Rukmana
dalam Khariesma (2009) buah mentimun yang siap panen mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut: buahnya normal, tidak bengkok, tidak pecah pecah karena tua,
kulit buah sudah tidak berbulu lagi, ujung buah harus tumpul. Tanaman timun
tidak cocok pada musim hujan karena bakal buah akan rontok bila terkena air
hujan.
Timun mempunyai beberapa patokan yang dijadikan sebagai standart
mutu hasil panen. Menurut Rukmana dalam Hermawan (2012), timun dapat
dipanen setelah tanaman berumur 38-40 hari sejak tanam. Pemilihan sortasi dan
klasifikasi ditentukan oleh beberapa syarat :
1. Buah yang kurang baik bentuknya ( bengkok), busuk / rusak dipisahkan
dari buah yang baik.
2. Untuk sasaran pasar swalayan, buah mentimun diklasifikasikan sesuai
kriteria mutu yang diminta konsumen (pasar).
3. Klasifikasi buah mentimun dibedakan tiga kelas, diantaranya (Kelas A :
panjang 16 20 cm, diameter 1.5 cm, bentuk buah bagus, lurus, bulat
dan mulus), (Kelas B : panjang 20 23 cm, diameter 2 cm, bentuk buah
bagus, lurus, bulat, dan mulus), (Kelas C : buah afkiran yang panjang
lebih 23 cm. khusus untuk mentimun yang digunakan asinan kriteria tidak
dijadikan patokan, tetapi ameter tidak lebih 4 cm. kriteria ini tergantung
selera konsumen pada masing masing daerah.
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat

Waktu : Dari bulan Maret sampai bulan Mei


Tempat : Lahan Praktikum Fakultas Pertanian, Jatimulyo Kec.
Lowokwaru, Malang Jawa Timur

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Persiapan lahan


Pada persiapan lahan alat yang disiapkan ada 3 yaitu cangkul
sebagai mengolah lahan, cangkil sebagai membuat agregat tanah yang
sudah kecil menjadi lebih rata dan tali rafia sebagai membuat ukuran
jarak pola tanam.
3.2.2 Penanaman
Pada penanaman ada alat dan bahan yang harus dipersiapkan
ada meteran sebagai mengukur jarak tanam, benih jagung sebagai bahan
tanam dan benih kacang hijau sebagai bahan tanam.
3.2.3 Pemupukan
Pada pemupukan alat yang digunakan ada tugal, ember dan tutup
botol. Kegunaan dari masing-masing alat tersebut adalah jika tugal
berguna sebagai melubangi tanah untuk memasukkan pupuk, ember
berguna untuk membawa cocopeat dan juga pupuk kandang, dan fungsi
dari tutup botol adalah sebagi takaran banyaknya pupuk yang
dimasukkan kedalam tanah agar dosis yang diberikan sama rata. Pupuk
yang digunakan adalah urea, SP-36, KCl, Pupuk Kandang.
3.2.4 Perawatan
Perawatan yang dilakukan pada budidaya jagung memiliki alat
dan bahan yang digunakan yaitu ada botol air mineral 1,5 l untuk
menyiram tanaman, air sebagai bahan penyiraman, tugal untuk
melubangi tanah dan menambahkan pupuk urea agar tanaman dapat
tumbuh secara optimal dan cetok sebagai memudahkan untuk
membersihkan lahan dari gulma.
3.2.5 Pengamatan
Pada pengamatan ini penggaris berfungsi sebagai mengukur
tinggi tanaman budidaya jagung manis.
3.3 Metode Pelaksanaan

3.3.1 Budidaya Tanaman Jagung Manis


3.3.1.1 Persiapan Lahan
Ketika melakukan persiapan lahan yang pertama disiapkan
adalah alat dan bahan. Kemudian tanah digemburkan
menggunakan cangkul hingga menjadi agregat kecil lalu di cangkil
lagi agat tanah yang sudah kecil di rata kan lagi.
3.3.1.2 Penanaman
Penanaman yang dilakukan menggunakan benih jagung
manis dan benih kacang hijau. Ketika benih dimasukkan lakukan
penyiraman.
3.3.1.3 Pemupukan
Pada pemupukan yang pertama dilakukan adalah
menyiapkan alat dan bahan. Kemudian mengaplikasikan pupuk
SP-36 J/pra diaplikasikan ketika pratanah sebanyak 150 gr/petak.
Lalu pengaplikasian pupuk Urea J7 dan pupuk KCl J7 pada 7 hari
setelah tanam (hst) sebanyak 120 gr/petak. Kemudian
pengaplikasian pupuk Urea 728 pada 28 hari setelah tanam (hst)
sebanyak 180 gr/petak.
3.3.1.4 Perawatan
Pada perawatan tanaman budidaya jagung manis adalah
dengan cara menyiram rutin setiap hari guna mendapatkan hasil
yang optimal dan menyiangi gulma yang tumbuh disekitar lahan
tanaman budidaya.
3.3.1.5 Pengamatan
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menyiapkan
alat dan bahan. Setelah itu, melakukan pengamatan setiap
minggunya terhitung mulai dari 4 minggu setelah tanam. Data
tersebut berasal dari sampel tanaman jagung manis yang sudah
dipilih dan pengamatan dilakukan sampai 10 mst.
Yang harus dilakukan adalah pengamatan pengukuran
tinggi tanaman dan jumlah daun, pada pengukuran ini untuk
mengetahui pertumbuhan vegetatif awalnya. Sebagai tolak ukur
pertumbuhan tanaman jagung manis. Selanjutnya, pengamatan
waktu muncul bunga untuk mengukur tingkat kecepatan tanaman
dalam fase generatifnya. Kemudian pengamatan panjang dan
diameter tongkol jagung manis dilakukan. Catat dan
dokumentasikan setiap pengamatan yang dilakukan.
3.3.1.6 Panen
Siapkan alat dan bahan untuk pemanenan, pilih tongkol
jagung manis yang sudah tua. Dicirikan dengan rambut jagung
sudah berwarna cokelat dan bila dipegang pada tongkolnya terasa
terisi penuh bijinya. Serta pemanenan dilakukan pada waktu pagi
hari karena dapat mengurangi kandungan gula jagung manis
apabila terpapar sinar matahari. Lalu hitung jumlah jagung manis
dan timbang beratnya. Catat dan dokumentasikan setiap hasil
panen jagung manis.
3.3.2 Budidaya Tanaman Mentimun
3.3.2.1 Persiapan Lahan
Kegiatan yang harus dilakukan pada saat proses
pengolahan tanah adalah mencabuti gulma yang berada pada 2
bedengan yang ada. Setelah itu, gemburkan tanah dengan cara
membalikkan tanah yang masih ada sisa gulma yang nantinya
akan berfungsi sebagai pupuk organik dengan menggunakan
cangkil dan cangkul. Kemudian, ambil mulsa plastik hitam perak
(MPHP) dan pasang pada salah satu bedengan. Ganjal MPHP
dengan menggunakan kayu kecil ddan ujung MPHP ditimbun oleh
tanah agar tidak mudah lepas. Lalu, buat pola pada MPHP
sebanyak 16 dengan 8 berada dikanan mulsa dan 8 dikiri mulsa
menggunakan kaleng dan spidol lalu gunting MPHP sesuai pola
yang telah dibuat. Dokumentasikan kegiatan dan hasil pada
pengolahan tanah.
3.3.2.2 Pembibitan
Kegiatan yang harus dilakukan pada saat proses
pembibitan adalah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Kemudian ambil satu babybag dan isi dengan tanah sampai
babybag. Jangan memadatkan tanah karena akan mengganggu
sistem perakaran. Setelah itu, masukkan dua benih dengan
kedalaman secukupnya ke dalam satu babybag. Ulangi kegiatan
tersebut hingga terdapat 32 babybag yang terisi oleh benih timun.
Kemudian, letakkan babybag tersebut kedalam kardus agar
mudah dibawa. Semprotkan air secukupnya dan lakukan setiap
hari sampai menjadi bibit timun. Pada saat pembibitan, babybag
harus dipindahkan ke tempat yang terkena sinar matahari
langsung secara berkala pada pagi sampai siang hari dan pada
sore hari letakkan babybag pada tempat yang ternaungi. Jika
pada pagi atau siang hari cuaca sedang hujan, letakkan babybag
pada tempat yang ternaungi. Lakukan kegiatan tersebut sampai
benih mentimun tumbuh menjadi bibit mentimun yang siap
ditanam. Dokumentasikan selama kegiatan dan hasil dari
pembibitan mentimun.
3.3.2.3 Penanaman
Kegiatan yang harus dilakukan pada saat proses
penanaman adalah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
Kemudian membuat lubang tanam dengan kedalaman yang yang
tidak terlalu dalam menggunakan cetok. Lubang tanam dibuat
sebanyak 16 pada masing-masing perlakuan dengan mulsa dan
perlakuan tanpa mulsa. Lalu mengambil tanah yang berbeda dari
tanah yang digunakan pada saat proses penanaman guna
menutup lubang lahan dan ditaruh di dalam ember. Kemudian,
ambil babybag yang berisi bibit yang sudah siap ditanam. Lalu
gunting sedikit ujung babybag agar mudah untuk disobek. Setelah
babybag disobek, keluarkan bibit secara hati-hati lalu remas tanah
yang ada pada bibit timun dengan tidak terlalu kuat. Setelah itu,
masukkan pada lubang tanam yang telah dibuat kemudian tutup
dengan tanah yang telah diambil. Ulangi proses tersebut sampai
semua lubang tanam pada bedengan yang menggunakan mulsa
dan pada bedengan yang tidak menggunakan mulsa terisi
dengan bibit timun. Dokumentasikan kegiatan dan hasil yang
didapat pada saat proses penanaman.
3.3.2.4 Pemupukan
Hal pertama yang harus disiapkan adalah alat dan bahan,
lalu aplikasikan pupuk SP-36 M-pra sebanyak 100 gram per petak
pada saat penanaman. Selanjutnya pada saat tanaman mentimun
telah mencapai 7 hst aplikasikan pupuk Urea M-Pra sebanyak 30
gr/petak, Urea M-7 sebanyak 30 gr/petak, KCl M-Pra sebanyak 28
gr/petak, dan KCl M-7 sebanyak 14 gr/petak. Pada saat 14 hst,
tanaman mentimun diberi pupuk lagi yaitu pupuk Urea M-Pra
sebanyak 30 gr/petak, Urea M-7 sebanyak 30 gr/petak, KCl M-Pra
sebanyak 28 gr/petak, dan KCl M-7 sebanyak 14 gr/petak. Lalu
proses pemupukan yang terakhir dilakukan pada saat tanaman
mentimun mencapai 28 hst dengan pupuk Urea M-28 sebanyak
30 gr/petak dan KCl M-28 sebanyak 14 gr/petak. Semua pupuk
diaplikasikan dengan cara penugalan yaitu dengan jarak 10 cm
hingga 15 cm dari tanaman. Aplikasi pupuk dilaksanakan pagi hari
sebelum jam 11 siang.
3.3.2.5 Perawatan
Pertama adalah siapkan alat dan bahan. Pada saat
tanaman mentimun dirasa sudah tumbuh, aplikasikan pelepah
pisang disekitar tanaman dengan cara membelah pelepah pisang
menjadi dua lalu menancapkannya pada tanah yang berfungsi
untuk meminimalkan kontak langsung antara tanaman mentimun
dengan cahaya matahri maupun air hujan. Lalu ketika batang
tanaman mentimun mulai merunduk aplikasikan ajir pada tanaman
mentimun untuk menahan batang tanaman jatuh. Siram tanaman
mentimun setiap hari dengan air secukupnya jika pada hari itu
tanaman mentimun tidak terkena air hujan dan lakukan
penyiangan pada lahan mentimun setiap 2 sampai 3 hari sekali
untuk meminimalkan adanya perebutan unsur hata antara
tanaman mentimun dengan gulma. Lalu periksalah mulsa pada
tanaman mentimun yang diberi perlakuan mulsa. Periksa apakah
mulsa masih dalam keadaan baik atau tidak, jika tidak maka
segera dibenahi agar tetap dalam kondisi yang baik.
3.3.2.6 Pengamatan
Pada kegiatan pengamatan, ada beberapa hal yang
diamati yaitu jumlah daun, jumlah bunga jantan dan bunga betina,
tinggi tanaman mentimun dan gulma. Sebelum mengamati 5 hal
tersebut, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menentukan masing-masing 5 tanaman mentimun yang akan
diamati pada perlakuan mulsa dan tanpa mulsa. Setelah itu, pada
saat tanaman timun sudah cukup tinggi, ukur panjang tanaman
dari ujung batang dekat permukaan hingga batang tertinggi
menggunakan penggaris atau meteran jahit. Kemudian hitung
jumlah daun yang segar dan daun yang sudah kering jika ada lalu
catat hasil penghitungan tersebut. Lalu hitung jumlah bunga jantan
dan bunga betina pada masing-masing tanaman yang dijadikan
sebagai sample pengamatan dan hitung gulma yang ada disekitar
tanaman mentimun pada perlakuan mulsa dan tanpa mulsa lalu
identifikasi gulma tersebut. Catat hasil pengamatan dan
dokumentasikan kegiatan dan hasil pengamatan yang didapat.
3.3.2.7 Panen
Siapkan alat dan bahan lalu pilih buah yang telah siap panen.
Indikator buah mentimun yang sudah siap panen adalah pada kulit
buah hanya tersisa sedikit duri dan duri bisa dihilangkan dengan
tangan. Lalu petik buah dengan gunting dan beri label agar tidak
tertukar. Lalu timbang sampel buah mentimun untuk keperluan
laporan praktikum dasar budidaya tanaman.
3.4 Parameter Pengamatan

3.4.1 Tanaman Jagung Manis


3.4.1.1 Presentase Tumbuh
Persentase tumbuh adalah perhitungan untuk menentukan berapa
banyak jumlah benih yang dapat tumbuh dibandingkan dengan jumlah
benih yang telah ditanam dalam bentuk persen. Persentase tumbuh
berguna untuk menentukan seberapa efektif benih dapat tumbuh dalam
suatu lahan. Persentase tumbuh dapat dihitung dengan cara membagi
jumlah benih yang tumbuh dengan jumlah benih yang ditanam lalu
dikalikan dengan 100%.
3.4.1.2 Tinggi Tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur tinggi
tanaman jagung manis yang telah terpilih menjadi sampel yang tiap
minggunya diukur, dimulai pada saat 4 mst sampai mendapatkan 6 data
pengamatan atau 10 mst. Tinggi tanaman diukur mulai dari batang utama
dari atas permukaan media tumbuh sampai dengan titik tumbuh
tertingginya.
3.4.1.3 Jumlah Daun
Pengamatan jumlah daun dilakukan pada umur 4 minggu setelah
tanam pada sampel tanaman jagug manis yang sudah terpilih.
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah daun tanaman jagung
manis yang sudah terbuka sempurna.
3.4.1.4 Waktu Muncul Bunga
Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati dan menghitung
bunga dari saat setelah tanam sampai tanaman mulai membentuk bunga
pada sampel yang sudah terpilih.
3.4.1.5 Panjang Tongkol Jagung Manis
Pengamatan dilakukan dengan menghitung panjang tongkol pada
saat tongkol mulai tumbuh awal, diukur dari pangkal tongkol hingga ujung
tongkolnya.
3.4.1.6 Diameter Tongkol Jagung Manis
Pengamatan ini dilakukan dengan mengukur lingkar diameter dari
tongkol jagung.
3.4.2 Tanaman Mentimun
3.4.2.1 Presentase Tumbuh
Persentase tumbuh adalah perhitungan untuk menentukan berapa
banyak jumlah benih yang dapat tumbuh dibandingkan dengan jumlah
benih yang telah ditanam dalam bentuk persen. Persentase tumbuh
berguna untuk menentukan seberapa efektif benih dapat tumbuh dalam
suatu lahan. Persentase tumbuh dapat dihitung dengan cara membagi
jumlah benih yang tumbuh dengan jumlah benih yang ditanam lalu
dikalikan dengan 100%.
Persentase tumbuh = x100%

3.4.2.2 Panjang Tanaman


Panjang tanaman mentimun dihitung dengan cara mengukur
tanaman timun menggunakan meteran jahit. Pengukuran dilakukan dari
titik tumbuh tanaman sampai dengan sulur terpanjang. Panjang tanaman
mentimun juga harus mengikuti pergerakan batang tanaman timun
apabila melilit ajir sehingga akan didapatkan panjang tanaman yang lebih
spesifik.
3.4.2.3 Jumlah Daun
Jumlah daun tanaman mentimun dihitung dengan cara
menghitung jumlah daun yang sudah terbuka sempurna atau daun sejati.
Karena pada saat awal tumbuh akan muncul daun muda dan bukan
merupakan daun sejati.
3.4.2.4 Waktu Muncul Bunga
Pengamatan munculnya bunga dilakukan pada saat bunga jantan
dan betina sudah mulai muncul. Bunga yang muncul pada tanaman
mentimun ada 2 (dua) jenis yaitu bunga jantan dan betina.
3.4.2.5 Jumlah Bunga Mentimun
Penghitungan jumlah bunga pada tanaman mentimun dilakukan
dengan cara menghitung berapa bunga jantan dan betina yang ada pada
satu tanaman. Harus dibedakan antara bunga jantan dan betina, pada
bunga jantan tidak memiliki bakal buah pada bagian bawah bunga
sedangkan bunga betina memiliki bakal buah dibawah bunganya. Bakal
buah tersebutlah yang akan berkembang menjadi buah setelah bunga
betina diserbuki oleh bunga jantan.
3.4.2.6 Jumlah Buah Mentimun
Indikator buah mentimun yang telah matang adalah buah
menntimun yang hanya memiliki sedikit duri di permukaannya dan duri
tersebut dapat dicabut dengan mudah. Jumlah buah mentimun dapat
ditentukan dari buah mentimun yang telah siap dipanen dengan indikator-
indikator di atas.
3.4.2.7 Bobot Segar Buah Mentimun
Bobot segar buah mentimun dapat dihitung dengan cara
menimbang buah mentimun segera setelah buah tersebut dipetik.
Meskipun buah mentimun termasuk jenis buah non-klimaterik, akan tetapi
jika proses penimbangan buah mentimun tidak segera dilakukan maka
berta bauh akan berkurang sehingga data menjadi tidak aku
DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, Suntoro Wongso. 2003. Peranan Bahan Organik terhadap Kesuburan
Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Surakarta: Sebelas Maret University
Press.
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian. 2009. Budidaya Jagung.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NAD.
Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. 2015. Pelatihan Teknis
Budidaya Jagung Bagi Penyuluh Pertanian: Panen dan Pengelolaan
Pascapanen Jagung. Pusat Pelatihan Pertanian.
http://www.pertanian.go.id/. Diakses pada 19 Mei 2017.
Balitbang Teknologi Pertanian. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Seri Buku
Inovasi: TP/04/2008
Basuki, Joko Ahmad Yunus, dan Edi Purwanto. 2009. Peranan Mulsa Dalam
Meningkatkan Pertumbuhan Dan Produksi Cabai Melalui Modifikasi
Kondisi Fisik Di Dalam Tanah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, Volume
4(1). Surakarta.
Dewi, G. P., & Satya, V. E. (2011). Urgensi Perubahan Undang-Undang Sistem
Budidaya Tanaman. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik, 2(1), 423-458.
Ditta P, Marina. 2012. Usaha Teknik Budidaya Tanaman Buah Mentimun
(Cucumis sativus L.) Untuk Prospek Pengembangan Sayuran di UPT
Usaha Pertanian Aspakusa Makmur Teras Boyolali. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Haifa Group. 2011. Pioneering The Future: Nutritional Recommendations for
Cucumber. Haifa Chemicals Itd.
Hanif, A., Dwi, S., & Isnaini, N. (2012). Pemanfaatan Bakteri Kitinolitik dalam
Menghambat Pertumbuhan Curvularia sp. Penyebab Penyakit Bercak
Daun pada Tanaman Mentimun. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Hermawan, Aditya. 2015. Kajian Sifat Fisik Buah Mentimun (Cucumis Sativus L.)
Menggunakan Pengolahan Citra ( Image Processin). Jember: Universitas
Jember.
Nasruddin dan Hamidah Hanum. 2015. Kajian Pemulsaan Dalam Mempengaruhi
Suhu Tanah, Sifat Tanah, Dan Pertumbuhan Tanaman Nilam
(Pogostemon Cablin Benth). Jurnal Floratek, Volume 10(69). Sumatera
Utara.
Mutiarawati, T. 2007. Penannganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Sumedang:
Universitas Padjajaran.
Noorhadi dan Sudadi. 2003. Kajian Pemberian Air Dan Mulsa Terhadap Iklim
Mikro Di Tanaman Cabai Di Tanah Entisol. Surakarta: Universitas Negeri
Solo.
Poerwowidodo. 2004. Mengenal Tanah. Laboratorium Pengaruh Hutan
Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Pracaya. 2002. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot dan Polibag. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Purnomo, R., Santoso, M., & Heddy, S. 2013. Pengaruh Berbagai Macam Pupuk
Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Mentimun (Cucumis sativus L.). Jurnal Produksi Tanaman, 1(3).
Samiati, A. Bahrun, dan L. A. Safuan. 2012. Pengaruh Takaran Mulsa terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.). Balai Penelitian
Agronomi., Volume 2(1). Kendari.
Sastradiharja, Singgih. 2005. Menanam Sayuran Secara Organik. Jakarta: Azka
Press.
Setjanata, S. 2000. Perkembangan Penerapan Pola Tanam dan Pola Usahatani
dalam Usaha Intensifikasi (Proyek Bimas). Lokakarya Teknologi dan
Dampak Penelitian Pola Tanam dan Usahatani. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanam Bogor 20-21 Juni 1983.
Subekti, N. A. 2007. Morfologi Tanaman dan Fase. Jakarta: Balai Penelitian
Tanaman Serealia.
Sudjianto, Untung dan Veronica Krestiani. 2014. Studi Pemulsaan Dan Dosis
NPK Pada Hasil Buah Melon (Cucumis melo L). Jurnal Sains dan
Teknologi, Volume 2(2). Kudus.
Surtinah., 2007. Menguji 5 Macam Pupuk Daun Dengan Mengukur Kadar Gula
Total Biji Jagung Manis (Zea mays saccharata). Jurnal Ilmiah Pertanian,
Volume 3(2).
Tim Trubus, 2002. Sweet corn Baby corn. Jakarta: Penebar swadaya.
Umiyasih, U., & Wina, E. 2008. Pengolahan dan Nilai Nutrisi Limbah Tanaman
Jagung Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Wartazoa, 18(3), 127-136.

MAAF SAYA MENGKOREKSINYA BELUM BEGITU DETAIL. DIPERBAIKI


DULU SAJA YANG BARU SAYA KOMEN. SEMANGAT!
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai