Anda di halaman 1dari 8

1.

Auguste Comte adalah seorang filsuf Perancis yang dikenal karena memperkenalkan bidang
ilmu sosiologi serta aliran positivisme. Melalui prinsip positivisme, Comte membangun dasar
yang digunakan oleh akademisi saat ini yaitu pengaplikasian metode ilmiah dalam ilmu sosial
sebagai sarana dalam memperoleh kebenaran.

Auguste Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi karena dialah yang pertama kali memakai
istilah sosiologi dan mengkaji sosiologi secara sistematis, sehingga ilmu tersebut melepaskan
diri dari filsafat dan berdiri sendiri sejak pertengahan abad ke-19 (1856).

Comte mencetuskan suatu sistem ilmiah yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan baru,
yaitu sosiologi. Pandangan Comte atas sosiologi sangat pragmatis. Ia berpendapat bahwa
sesungguhnya analisis untuk membedakan "statika" dan "dinamika" sosial , serta analisa
masyarakat sebagai suatu sistem yang saling tergantung haruslah didasarkan pada konsensus.
Paradigma Fungsionalis dan paradigma ilmiah alamiah yang dirumuskan oleh Comte tetap
memberi warna menonjol dalam sosiologi saat ini. Auguste Comte dengan bukunya "Course
de Philosophie Positive" menerangkan bahwa pendekatan-pendekatan umum untuk
mempelajari masyarakat harus melalui urutan-urutan tertentu yang kemudian akan sampai
pada tahap akhir yaitu tahap ilmiah.

Auguste Comte merupakan seorang tokoh brilian yang disebut sebagai peletak dasar
sosiologi. Comte melihat dari hasil revolusi Perancis cenderung kearah reorganisasi
masyarakat seraca besar-besaran. Menurutnya, reorganisasi masyarakat hanya dapat berhasil
jika ada orang mengembangkan cara berpikir yang baru tentang masyarakat. Comte
memperkenalkan metode positif, yaitu hukum mengenai urutan gejala-gejala sosial. Dia
memperkenalkan hukum tiga stadia (tahap). Isi hukum tiga stadia (tahap):

1. Tahap Teologi : Pada tahap ini orang lebih suka dengan pertanyaan yang tidak dapat
dipecahkan, yaitu tentang hal-hal yang tak dapat diamati.
2. Tahap Metafisik : Pada tahap ini jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sama
dicari jawabannya pada hal-hal abstrak yang diibaratkan sebagai esensi dan eksistensi.
3. Tahap Positif : Pada tahap ini manusia mulai mencari jawaban yang tak bersifat
mutlak

2. Maximilian Weber (lahir di Erfurt, Jerman, 21 April 1864 meninggal di Mnchen, Jerman,
14 Juni 1920 pada umur 56 tahun) adalah seorang ahli ekonomi politik dan sosiolog dari
Jerman yang dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu sosiologi dan administrasi negara
modern. Karya utamanya berhubungan dengan rasionalisasi dalam sosiologi agama dan
pemerintahan, meski ia sering pula menulis di bidang ekonomi. Karyanya yang paling
populer adalah esai yang berjudul Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, yang
mengawali penelitiannya tentang sosiologi agama. Weber berpendapat bahwa agama adalah
salah satu alasan utama bagi perkembangan yang berbeda antara budaya Barat dan Timur.
Dalam karyanya yang terkenal lainnya, Politik sebagai Panggilan, Weber mendefinisikan
negara sebagai sebuah lembaga yang memiliki monopoli dalam penggunaan kekuatan fisik
secara sah, sebuah definisi yang menjadi penting dalam studi tentang ilmu politik Barat
modern.
Karya Weber dalam sosiologi agama bermula dari esai Etika Protestan dan Semangat
Kapitalisme dan berlanjut dengan analisis Agama Tiongkok: Konfusianisme dan Taoisme,
Agama India: Sosiologi Hindu dan Buddha, dan Yudaisme Kuno. Karyanya tentang agama-
agama lain terhenti oleh kematiannya yang mendadak pada 1920, hingga ia tidak dapat
melanjutkan penelitiannya tentang Yudaisme Kuno dengan penelitian-penelitian tentang
Mazmur, Kitab Yakub, Yahudi Talmudi, Kekristenan awal dan Islam.

Tiga tema utamanya adalah efek pemikiran agama dalam kegiatan ekonomi, hubungan antara
stratifikasi sosial dan pemikiran agama, dan pembedaan karakteristik budaya Barat.

Tujuannya adalah untuk menemukan alasan-alasan mengapa budaya Barat dan Timur
berkembang mengikuti jalur yang berbeda. Dalam analisis terhadap temuannya, Weber
berpendapat bahwa pemikiran agama Puritan (dan lebih luas lagi, Kristen) memiliki dampak
besar dalam perkembangan sistem ekonomi Eropa dan Amerika Serikat, tapi juga mencatat
bahwa hal-hal tersebut bukan satu-satunya faktor dalam perkembangan tersebut. Faktor-
faktor penting lain yang dicatat oleh Weber termasuk rasionalisme terhadap upaya ilmiah,
menggabungkan pengamatan dengan matematika, ilmu tentang pembelajaran dan
yurisprudensi, sistematisasi terhadap administrasi pemerintahan dan usaha ekonomi. Pada
akhirnya, studi tentang sosiologi agama, menurut Weber, semata-mata hanyalah meneliti
meneliti satu fase emansipasi dari magi, yakni "pembebasan dunia dari pesona"
("disenchanment of the world") yang dianggapnya sebagai aspek pembeda yang penting dari
budaya Barat.

3. Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok
masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan
kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial.
Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi
sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu
kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya,
norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib
sebagaimana yang diharapkan.

Norma tidak boleh dilanggar. Siapa pun yang melanggar norma atau tidak bertingkah laku
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam norma itu, akan memperoleh hukuman.
Misalnya, bagi siswa yang terlambat dihukum tidak boleh masuk kelas, bagi siswa yang
mencontek pada saat ulangan tidak boleh meneruskan ulangan.

Norma merupakan hasil buatan manusia sebagai makhluk sosial. Pada awalnya, aturan ini
dibentuk secara tidak sengaja. Lama-kelamaan norma-norma itu disusun atau dibentuk secara
sadar. Norma dalam masyarakat berisis tata tertib, aturan, dan petunjuk standar perilaku yang
pantas atau wajar.

Tingkatan norma sosial

Cara (usage)

Cara adalah suatu bentuk perbuatan tertentu yang dilakukan individu dalam suatu masyarakat
tetapi tidak secara terus-menerus.
Contoh: cara makan yang wajar dan baik apabila tidak mengeluarkan suara seperti hewan.

Kebiasaan (folkways)

Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dengan bentuk yang sama yang
dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan benar.

Contoh: Memberi hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan atau
kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu pesta.

Tata kelakuan (mores)

Tata kelakuan adalah sekumpulan perbuatan yang mencerminkan sifat-sifat hidup dari
sekelompok manusia yang dilakukan secara sadar guna melaksanakan pengawasan oleh
sekelompok masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Dalam tata kelakuan terdapat unsur
memaksa atau melarang suatu perbuatan.

Contoh: Melarang pembunuhan, pemerkosaan, atau menikahi saudara kandung.

Adat istiadat (custom)

Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya karena bersifat
kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinnya.

7. Jenis Jenis Sosialisasi

Apabila dilihat dari prosesnya, sosialisasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sosialisasi
primer dan sosialisasi sekunder. Apakah yang dimaksud dengan kedua jenis sosialisasi
tersebut ? Nah, di bawah ini adalah penjelasan lengkap mengenai jenis jenis sosialisasi.

Sosialiasai Primer

Sosialisasi primer adalah proses sosialisasi yang paling awal dari seoarang individu sebelum
masuk ke dalam bagian masyarakat. Jenis sosialisasi ini terjadi di dalam lingkungan keluarga
dimana proses interaksinya terjadi melalui agen sosialisasi keluarga. Ada dua macam
keluarga sebagai agen sosialisasi, yaitu keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, adik, dan
kakak, dan keluarga besar yang terdiri dari keluarga inti dan kakek, nenek, paman, dan bibi.
Di dalam keluarga seorang individu akan bersosialisasi terhadap individu lainnya dengan
diawali oleh sikap sikap saling menghormati, tolong-menolong, toleransi, jujur, dan juga
kasih sayang.

Dalam sosialisasi primer ini seorang individu sedang menjalani sebuah tahapan sosialisasi
yang disebut dengan preparatory stage atau tahap persiapan. Tahap ini disebut dengan tahap
awal sosialisai karena dimulai sejak seseorang individu lahir ke dunia ini.

Oleh karena itu, di dalam jenis sosialisasi ini keluarga sangatlah penting terhadap tumbuh dan
kembang perilaku seoarang individu. Keluarga bisa menciptakan seorang individu dengan
peran sosial tertentu di dalam kehidupan masyarakat sosial. Apabila lingkungan keluarga
baik, maka proses sosialisasi yang berjalan juga baik, sehingga menciptakan individu yang
baik, dan begitu pula sebaliknya.

Sosialisasi Sekunder

Sosialisasi sekunder adalah kelanjutan dari proses sosialisasi primer. Jenis sosialisasi ini
terjadi di luar lingkungan keluarga, seperti di lingkungan sepermainan, sekolah, dan
masyarakat luas. Dalam sosialisasi ini, individu belajar lebih banyak mengenai peran peran
yang ada di masyarakat. Selain itu, mereka juga telah mengerti akan peran dirinya sendiri dan
peran yang dijalankan oleh orang lain.

Sosialisasi sekunder bisa mempengaruhi kepribadian seseorang. Seorang individu bisa


menerima atau menolak proses sosialisasi tersebut sesuai dengan kadar kepribadian yang
mereka miliki. Seorang individu akan mengalami beberapa tahapan sosialisasi, yaitu tahap
play stage, game stage, dan generalized stage.

Pada tahap play stage seorang individu akan mempelajari peran peran sosiali dengan
meniru orang lain. Pada tahap game stage mereka telah memiliki peran masing masing, dan
pada tahap generalized stage mereka telah mampu mengambil atau menjalankan peran yang
dijalani oleh orang lain.

Contoh Contoh Sosialisasi

Sosialisasi Primer

Sosialisasi dalam keluarga

Contoh sosialisasi primer adalah sosialisasi yang terjadi di dalam keluarga. Di dalam
keluarga terjadi interaksi interaksi pertama di dalam kehidupan sosial dalam membentuk
suatu kepribadian. Di dalam sosialisasi ini, orang tua memiliki peran yang penting dalam
mendidik anak anaknya. Mereka akan menanamkan nilai-nilai kehidupan dalam keluarga.
Oleh karena itu, kepribadian seorang individu bergantung pada latar belakang keluarganya.

Sosialisasi Sekunder

Sosialisasi dengan teman sepermainan

Sosialisasi dengan teman sepermainan adalah salah satu contoh sosialisasi sekunder. Di
dalam sosialisasi ini mereka berinteraksi dengan teman teman sebaya mereka. Dalam
lingkungan inilah mereka mulai mempelajari aturan-aturan di dalam sebuah kelompok. Selain
itu, mereka pula mempelajari nilai-nilai keadilan, meskipun masih bersifat egosentris, belum
bisa menilai pendirian orang lain.

Setelah dewasa tentunya Anda akan menemui berbagai macam orang dengan kepribadian
yang berbeda beda. Ingatlah bahwa baik dan buruknya perbuatan kita sangat dipengaruhi
oleh mereka yang akan menjadi teman kita. Oleh karena itu, pandai-pandailah dalam memilih
seorang teman.

Sosialisasi dengan lingkungan sekolah


Sekolah merupakan contoh kecil dari suatu masyarakat. Di sana kamu akan bertemu dengan
orang orang dengan latar belakang yang berbeda, sehingga sifat dan sikapnya pun juga
berbeda. Oleh karena itu, untuk mencegah pertentangan dari perbedaan tersebut, maka
dibuatlah aturan sekolah. Setiap siswa wajib mematuhi aturan yang telah berlaku. Apabila
mereka melanggar, maka teguran dan hukumanlah yang akan mereka dapatkan sebagai
sanksi.

8. Bentuk Mobilitas Sosial (gerakan sosial)


1. Mobilitas Sosial Horizontal
Mobilitas sosial horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial dari
suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Dalam mobilitas sosial ini,
tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang, misalnya peralihan
kewarganegaraan atau pekerjaan. Contoh, pak ahmad pada awalnya adalah seorang guru
matematika di SMK. Oleh karena merasa tidak cocok di tempat kerjanya, ia memutuskan
untuk pindah menjadi guru matematika di SMA. Dari contoh tersebut dapat disimpulkan
bahwa pada diri pak Nano tidak ada perubahan status. Ia tetap sebagai guru pengajar
matematika di sekolah yang sederajat.
2. Mobilitas sosial Vertikal
Mobilitas sosial Vertikal adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial dari
suatu kedudukan sosial tertentu ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai
dengan arahnya maka terdapat dua jenis mobilitas yaitu, mobilitas sosial vertikal ke atas
(social climbing) dan mobilitas sosial vertikal kebawah (social sinking).
Mobilitas sosial keatas memiliki dua bentuk yang utama.
a) Masuk dalam kedudukan yang lebih tinggi.
Hal ini ditandai dengan masuknya individu-individu yang berkedudukan rendah ke dalam
kedudukan yang lebih tinggi. Contoh, pak Ahmad adalah seorang guru Sosiologi di salah satu
SMA. Oleh karena memiliki persyaratania diangkat menjadi kepala sekolah. Jadi pak Ahmad
telah memasuki kedudukan yang lebih tinggi.
b) Membentuk kelompok baru
Pada bentuk ini terjadi pembentukan suatu kelompok baru yang kemudian ditempatkan pada
derajat yang lebih tinggi dari pada kedudukan individu pembentuk kelompok tersebut.
Contoh pembentukan dewan pembina dalam struktur organisasi yang dulunya tidak ada
dalam struktur kepengurusan. Sebagai contoh, pak Ahmad adalah anggota salah satu
organisasi. Dia sangat aktif. Karena keaktifannya dia dan beberapa kawannya yang sama-
sama aktif diberi kehormatan oleh seluruh anggota organisasi tersebut untuk diangkat
menjadi dewan pembina.
Mobilitas sosial vertikal kebawah mempunyai dua bentuk utama.
a) Turunnya kedudukan
Pada bentuk ini, kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah.
Contoh,
seorang pengusaha yang menggeluti bisnis perumahan tiba-tiba bangkrut. Banyak
pelanggan yang tidak bisa melunasi utangnya. Kemuian pengusaha itu membuka warung
kelontong dengan membeli kios di pasar inpres.
Seorang prajurit yang dipecat karena lari meninggalkan dinas ketentaraannya
Seorang karyawan salah satu perusahaan diberhentikan dengan tidak hormat karena
malakukan korupsi

b) Turunnya derajat kelompok


Pada bentuk ini, derajat sekelompok individu dan kelompok merupakan salah satu kesatuan.
Contoh, penurunan derajat kelompok adalah penurunan masyarakat terhadap bangsawan,
karena perubahan sistem pemerintahan dari monarki ke republik.

9. A. Penjelasan mengenai stratifikasi sosial

Stratifikasi sosial adalah pengelompokan anggota masyarakat kedalam lapisan-lapisan sosial


secara bertingkat. Atau definisi stratifikasi sosial yaitu merupakan suatu pengelompokan
anggota masyarakat berdasarkan status yang dimillikinya.

Stratifikasi sosial atau disebut juga dengan pelapisan sosial telah dikenal saat manusia
menjalankan kehidupan. Terbentuknya stratifikasi sosial yaitu dari hasil kebiasan manusia
seperti berkomunikasi, berhubungan atau bersosislisasi satu sama lain secara teratur maupun
tersusun, baik itu secara individual maupun berkelompok. Tapi apapun wujudnya dalam
kehidupan bersama sangat memerlukan penataan serta organisasi, dalam rangka penataan
pada kehidupan inilah yang pada akhirnya akan terbentuk sedikit-demi sedikit stratifikasi
sosial. Baca juga tentang: Mengenal pengertian ilmu sosial dan menurut para ahli.

B. Berikut ini proses terjadinya stratifikasi sosial

Proses terjadinya dari stratifikasi sosial diantaranya seperti di bawah ini:

1. Terjadi secara otomatis/dengan sendirinya

Dapat terjadi karena faktor yang sudah ada sejak seseorang lahir, atau proses ini bisa terjadi
karena pertumbuhan masyarakat. Sesorang yang menempati lapisan tertentu bukan atas
kesengajaan yang dibuat oleh masyarakat atau dirinya sendir akan tetapi terjadi secara
otomatis, seperti misalnya keturunan.
2. Terjadi secara sengaja

Dapat terjadi dengan sengaja dengan maksud untuk tujuan atau kepentingan bersama. Sistem
ini ditentukan dengan adanya wewenang dan juga kekuasaan yang diberikan oleh seseorang
atau organisasi. Misalnya seperti diberikan oleh partai politik, perusahaan tempat bekerja,
pemerintahan dan lain-lain.

C. Faktor penyebab terjadinya stratifikasi sosial

Beberapa faktor penyebabnya diantaranya seperti berikut ini:

Kekayaan, sesorang yang mempunyai kekayaan yang lebih biasanya termasuk ke


lapisan paling atas dalam stratifikasi sosial.
Kehormatan, orang yang paling di hormati biasanya selalu menempati lapiasan paling
atas, sering kita ditemui di masyarakat, misalnya seperti seseorang yang berjasa besar.
Kekuasaan, ukuran kekuasaan seseorang pun dapat menjadi faktor penyebab
terbentuknya statifikasi sosial dan biasanya seseorang yang mempunyai kekuasaan
slalu menempati lapisan teratas, misanya seperti gubernur, bupati dan lain-lain.
Berilmu tinggi atau berpengetahuan tinggi, seseorang akan menempati urutan paling
atas jika dia memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi.

D. Inilah jenis-jenis dari stratifikasi sosial

1. Stratifikasi sosial tertutup/pelapisan sosial tertutup

Yang dimaksud dengan stratifikasi tertutup yaitu stratifikasi yang dimana pada setiap anggota
masyarakat tidak bisa pindah ke tingkat sosial yang lebih tinggi ataupun ke tingkat sosial
yang lebih rendah. Seperti contohnya pada sistem kasta pada suatu negara atau pada suatu
daerah yang dimana terdapat golongan darah biru dan golongan masyarakat biasa.

2. Stratifikasi sosial terbuka/pelapisan sosial terbuka

Yang dimaksud dengan stratifikasi sosial terbuka yaitu suatu sistem stratifikasi yang dimana
pada setiap anggota masyarakat bisa berpindah-pindah dari satu tingkatan yang satu ke
tingkatan lainnya. Seperti contohnya pada tingkatan dunia pendidikan, jabatan pekerjaan,
kekuasaan dan lain-lain. Seseorang yang tadinya biasa-biasa saja dapat menubah nasib dan
tingkatan sosialnya menjadi lebih baik atau lebih tinggi lagi, disebabkan seseorang tersebut
berusaha keras untuk dapat menubah nasibnya lebih baik lagi dengan cara sekolah yang
tinggi dan memiliki banyak kemampuan sehingga dia mendapatkan kedudukan yang baik
dalam pekerjaanya serta menerima upah yang tinggi.

E. Dan inilah beberapa fungsi stratifikasi sosial

Berikut di bawah ini beberapa fungsi dari staratifikasi sosial, yang diantaranya seperti berikut
ini:

Sebagai suatu alat untuk penditribusian hak dan kewajiaban, misalnya seperti:
menentukan kedudukan, jabatan, penghasilan seseorang dan lain-lain.
Untuk mempersatu dengan pola menkoordinasikan pada bagian-bagian yang terdapat
pada struktur sosial yang gunanya untuk mencapai tujuan yang telah di
tentukan sebelumnya.
Sebagai penempatan individu atau seseorang pada strata (lapisan) tertentu dalam
struktur sosial.
Sebagai penentu tingkatan mudah atau tidaknnya bertukar status atau kedudukan
dalam struktur sosial.
Untuk memecahkan berbagai macampermasalahan yang ada dalam masyarakat.
Dan untuk mendorong masyarakat supaya bergerak sesuai fungsinya.

Demikianlah pengertian stratifikasi sosial atau pelapisan sosial, semoga artikel ini dapat
memberikan manfaat bagi yang telah membacanya dan mohon maaf jika memang tedapat
kesalahan

Anda mungkin juga menyukai